Anda di halaman 1dari 34

REKAYASA IDE

Laporan Keuangan Pemerintahan Pusat

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Pemerintahan Pusat

Dosen Pengampu: Muhammad Ridha Habibi Z, SE., M.Si., Ak., CA.

Disusun Oleh:

Kelompok 4

Abid Al Abiyyu Putra 7213520043


Ahmad Franskarel 7213220025
Andika Bhayangkara 7213220010
Andika Laia 7213520029
Anggi Zahwa Yunita Lubis 7213220002

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan kasih-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
akuntansi keuangan pemerintah pusat ini dengan tepat waktu.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
akuntansi keuangan pemeritahan pusat, Bapak Muhammad Ridha Habibi Z, SE.,
M.Si., Ak., CA, yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir. Tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada teman-teman sekelompok
yang telah membantu dalam proses pengerjaan laporan makalah ini.
Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca
dalam memberikan informasi serta mengembangkan wawasan mengenai akuntansi
keuangan pemerintahan pusat, Kami menyadari makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna menyempurnakan tugas yang akan datang.
Demikianlah makalah rekayasa ide ini kami buat semoga dapat bermanfaat bagi
kita semua. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Medan, Oktober 2023

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................. 3

1.4 Metode Penulisan ............................................................................................ 3

1.5 Manfaat Penulisan ........................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 5

2.1 Pengertian Laporan Keuangan ......................................................................... 5

2.2 Entitas Pelaporan ............................................................................................. 5

2.3 Tujuan Laporan Keuangan ............................................................................... 6

2.4 Pemakai Laporan Keuangan ............................................................................ 7

2.5 Komponen Laporan Keuangan......................................................................... 8

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 26

3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 26

3.2 Saran ............................................................................................................. 28

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 31

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pengelolaan keuangan daerah merupakan salah satu bagian yang
mengalami perubahan mendasar dengan diterapkan Undang-Undang Nomor 32
tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang kemudian direvisi dan diubah
menjadi Undang- Undang Nomor 12 tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah
dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Undang-undang tersebut telah
memberikan kewenangan lebih luas kepada Pemerintah Daerah, dalam artian
kewenangan untuk lebih leluasa dalam mobilisasi sumber dana, arah tujuan dan
target penggunaan anggaran daerah (Wijaya, 2011). Salah satu bentuk konkrit
untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara
adalah dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN)/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun dan
disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan yang ditetapkan
dengan peraturan pemerintah.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tersebut,


pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2004 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan yang telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP). Standar Akuntansi Pemerintahan merupakan prinsip-prinsip akuntansi
yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan
pemerintah. Dengan demikian, Standar Akuntansi Pemerintahan merupakan
persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan

1
kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia (Subaweh dan Anggraini,
2008).

Dewasa ini, tuntutan masyarakat terhadap pelayanan publik yang


ekonomis, efektif, transparan, akuntabel, handal dan responsif semakin besar,
termasuk dalam pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah. Pemerintah Pusat
dan Daerah telah diwajibkan untuk menyajikan laporan keuangan daerah sesuai
dengan perundang-undangan dan peraturan pemerintah yang berlaku.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 lampiran 2 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan, maka Komponen Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan
Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas. rumusan masalah dalam
penulisan makalah ini adalah:

1. Apakah kualitas laporan keuangan pemerintah pusat sudah sesuai dengan


standar akuntansi pemerintahan?
2. Apakah informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan
pemerintah daerah sudah akurat dan relevan?
3. Apakah pemerintah daerah sudah mematuhi standar akuntansi
pemerintahan dalam menyusun laporan keuangannya?
4. Apakah pengungkapan informasi keuangan dalam laporan keuangan
pemerintah sudah memadai?
5. Bagaimana cara meningkatkan pemanfaatan laporan keuangan pemerintah
oleh para pemangku kepentingan?

2
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan dalam penulisan
makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui kualitas laporan keuangan pemerintah pusat sudah


sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan
2. Untuk mengetahui informasi keuangan yang disajikan dalam laporan
keuangan pemerintah daerah sudah akurat dan relevan
3. Untuk mengetahui pemerintah daerah sudah mematuhi standar akuntansi
pemerintahan dalam menyusun laporan keuangannya
4. Untuk mengetahui pengungkapan informasi keuangan dalam laporan
keuangan pemerintah sudah memadai
5. Untuk mengetahui cara meningkatkan pemanfaatan laporan keuangan
pemerintah oleh para pemangku kepentingan

1.4 Metode Penulisan


Dalam pembuatan makalah ini, kami menggunakan metode
pengumpulan data, yaitu metode dengan mengumpulkan data dan mencari
data tersebut di buku-buku maupun internet. Kemudian memahami data-data
yang telah didapatkan dan menyusun menjadi sebuah makalah.

1.5 Manfaat Penulisan


Hasil pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat baik
secara teoretis maupun secara praktis, sebagai berikut :

a. Secara teoretis

Hasil makalah ini diharapkan dapat membantu pembaca khususnya


mahasiswa dalam hal yang berkaitan dengan Supervisi Pendidikan.

3
b. Secara praktis

Melalui pembuatan makalah ini diharapkan dapat menambah


wawasan berfikir dan kemampuan menganalisis suatu hal yang terkait,
dan juga sebagai salah satu syarat penilaian mata kuliah Kewirausahaan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Laporan Keuangan


Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan
pada suatu periodeakuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan
kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah bagian dari proses
pelaporan keuangan.

Kegiatan keuangan pemerintah dibatasi dengan anggaran dalam bentuk


apropriasi atau otorisasi anggaran. Laporan keuangan menyediakan informasi
mengenai apakah sumber daya ekonomi telah diperoleh dan digunakan sesuai
dengan anggaran yang telah ditetapkan. Laporan Realisasi Anggaran memuat
anggaran dan realisasi.

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 tahun 2010 tentang standar


akuntansi pemerintahan (SAP) menjelaskan bahwa laporan keuangan
merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-
transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.

2.2 Entitas Pelaporan


Menurut Muindro, entiras pelaporan adalah unit pemerintahan yang
terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan perundang-
undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan
keuangan, yang terdiri dari :

1. Pemerintah Pusat
2. Pemerintah Daerah

Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/ daerah atau


organisasi lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan
organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.

5
2.3 Tujuan Laporan Keuangan
Sebagai bagian dari usaha untuk membuat rerangka konseptual,
Financial Accounting Standards Board (FASB,1980) mengeluarkan Statement
of Financial Accounting Concepts No. 4 (SFAC 4) mengenai tujuan laporan
keuangan untuk organisasi nonbisnis/nirlaba (objectives of financial reporting
by nonbusiness organizations). Tujuan laporan keuangan organisasi nirlaba
dalam SFAC 4 tersebut adalah :

1. Laporan keuangan organisasi nonbisnis hendaknya dapat memberikan


informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber daya,
serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam pembuatan keputusan yang
rasional mengenai alokasi sumber daya organisasi.
2. Memberikan informasi untuk membantu para penyedia dan calon penyedia
sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai
pelayanan yang diberikan oleh organisasi nonbisnis serta kemampuannya
untuk melanjutkan pelayanan tersebut.
3. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia
sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai kinerja
manajer organisasi nonbisnis atas pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan
serta aspek kinerja lainnya.
4. Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban, dan
kekayaan bersih organisasi, serta pengaruh dari transaksi, peristiwa dan
kejadian ekonomi yang mengubah sumber daya dan kepentingan sumber daya
tersebut.
5. Memberikan informasi mengenai kinerja organisasi selama satu periode.
Pengukuran secara periodik atas perubahan jumlah dan keadaan/kondisi
sumber kekayaan bersih organisasi nonbisnis serta informasi mengenai usaha
dan hasil pelayanan organisasi secara bersama-sama yang dapat menunjukkan
informasi yang berguna untuk menilai kinerja.

6
6. Memberikan informasi mengenai bagaimana organisasi memperoleh dan
membelanjakkan kas atau sumber daya kas, mengenai utang dan pembayaran
kembali utang, dan mengenai faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
likuiditas organisasi.
7. Memberikan penjelasan dan interprestasi untuk membantu pemakai dalam
memahami informasi keuangan yang diberikan.

Menurut PSAP no 1, tujuan umum laporan keuangan adalah


menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas,
dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para
pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi
sumber daya. Secara spesifik, tujuan pelaporan kauangan pemerintah adalah
untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan
untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang
dikelolanya.

2.4 Pemakai Laporan Keuangan


Kebutuhan informasi pemakai laporan keuangan pemerintah tersebut
dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Masyarakat pengguna pelayanan publik membutuhkan informasi atas


biaya, harga dan kualitas pelayanan yang diberikan.
2. Masyarakat pembayar pajak dan pemberi bantuan ingin mengetahui
keberadaan dan penggunaan dana yang telah diberikan. Pubik ingin
mengetahui apakah pemerintah melakukan ketaatan fiscal dan ketaatan
pada peraturan perundang-undangan atas pengeluaran yang dilakukan.
3. Kreditor dan investor membutuhkan informasi untuk menghitung tingkat
resiko likuiditas (rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan
memenuhi kewajiban jangka pendek), dan solvabilitas (rasio yang
digunakan untuk menilai kemampuan memenuhi kewajiban jangka
panjang).

7
4. Parlemen dan kelompok politik memerlukan informasi keuangan untuk
melakukan fungsi pengawasan, pencegahan terjadinya laporan yang bias
atas kondisi keuangan pemerintah, dan penyelewengan keuangan negara.
5. Manajer publik membutuhkan informasi akuntansi sebagai komponen
sistem informasi manajemen untuk membantu perencanaan dan
pengendalian organisasi pengukuran kinerja, dan membandingkan kinerja
organisasi antar kurun waktu dan dengan organisasi lain yang sejenis.
6. Pegawai membutuhkan informasi atas gaji dan manajemen kompensasi.

2.5 Komponen Laporan Keuangan

1. Laporan Realisasi Anggaran


Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan
pemerintah pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap APBN/APBD.
LRA disusun dan disajikan dengan menggunakan basis akuntansi kas. Laporan
Realisasi Anggaran menyajikan sekurang-kurangnya unsur Pendapatan LRA,
Belanja, Transfer, Surplus/Defisit LRA, Pembiayaan, Sisa lebih/kurang
pembiayaan anggaran
a. Pendapatan LRA
Pendapatan LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum
Negara/Daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu
dibayar kembali oleh pemerintah. Akuntansi dan pembukuan pendapatan
dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan
bruto dan tidak mencatat jumlah netonya. Contoh pendapatan yaitu: pendapatan
asli daerah, pendapatan pajak, pendapatan retribusi, pendapatan dari transfer
masuk dari entitas pemerintah, dan lain lain pendapatan yang sah. Pendapatan
diukur dengan mata uang rupiah pada saat kas diterima apabila pendapatan
diukur dengan mata uang asing, maka harus dikonversi ke dalam mata uang
rupiah berdasarkan kurs tengah BI pada saat terjadinya pendapatan.

8
b. Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun
anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
pemerintah. Belanja dibagi kedalam tiga golongan yaitu belanja operasi,
belanja modal, dan belanja lain-lain. Belanja operasi adalah pengeluaran
anggaran untuk kegiatan seharihari pemerintah pusat/daerah yang memberi
manfaat jangka pendek. Belanja operasi antara lain meliputi belanja pegawai,
belanja barang, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial. Belanja modal adalah
pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang
memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal meliputi
antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan,
peralatan, aset tak berwujud. Belanja lain-lain/tak terduga adalah pengeluaran
anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan
berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan
pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka
penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusat/daerah.
c. Transfer
Transfer dibedakan menjadi dua jenis. Transfer masuk adalah
penerimaan uang dari entitas pelaporan lain, misalnya penerimaan dana
perimbangan dari pemerintah pusat dan dana bagi hasil dari pemerintah
provinsi.Transfer keluar adalah pengeluaran uang dari entitas pelaporan ke
entitas pelaporan lain seperti pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah
pusat dan dana bagi hasil oleh pemerintah daerah.
d. Surplus/Defisit LRA
Surplus/Defisit LRA adalah selisih lebih/kurang antara pendapatan-
LRA dan belanja selama satu periode pelaporan.
e. Pembiayaan
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran

9
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam
penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau
memanfaatkan surplus anggaran.Penerimaan pembiayaan antara lain dapat
berasal dari pinjaman, dan hasil divestasi. Sementara, pengeluaran pembiayaan
antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian
pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah.
Penerimaan pembiayaan dikurangi pengeluaran pembiayaan adalah
pembiayaan neto.
f. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran
Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/SiKPA) adalah selisih
lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran APBN/APBD selama
satu periode pelaporan

10
Contoh LRA

2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih


LP-SAL dimaksudkan untuk memberikan ringkasan atas pemanfaatan
saldo anggaran dan pembiayaan pemerintah, sehingga suatu entitas pelaporan
harus menyajikan rincian lebih lanjut dari unsur-unsur yang terdapat dalam LP-
SAL dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Struktur LP-SAL baik pada
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota tidak
memiliki perbedaan.
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan secara 24
komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos berikut:
a. Saldo Anggaran Lebih Awal
b. Penggunaan Saldo Anggaran Lebih
c. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran Tahun berjalan

11
d. Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya
e. Lain-lain
f. Saldo Anggaran Lebih Akhir

Contoh Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih :

3. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan
mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.
Neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan
suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada
tanggal pelaporan. Neraca disusun dengan sistem sentralisasi dan
desentralisasi. Dengan sistem sentralisasi, neraca disusun secara terpusat oleh
bagian akuntansi suatu entitas pelaporan. Sedangkan dengan desentralisasi
neraca disusun oleh entitas-entitas akuntansi yang kemudian digabung oleh
entitas pelaporan. Pada pemerintah daerah, SKPD merupakan entitas akuntansi

12
yang berkewajiban menyusun laporan keuangan yang akan digabungkan oleh
SKPKD menjadi Neraca Daerah. Penggabungan tersebut dilakukan dengan
menjumlahkan akun-akun neraca SKPD dan SKPKD serta mengeliminasi
akun-akun timbal balik.
Neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas dana (net asset). Ekuitas
dana merupakan selisih dari aset setelah dikurangi kewajiban, atau dalam
persamaan akuntansi dapat dirumuskan: Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana
a. Aset
Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalah
potensi aset tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung
maupun tidak langsung, bagi kegiatan operasional pemerintah, berupa
aliran pendapatan atau penghematan belanja bagi pemerintah.
Aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan nonlancar. Suatu
aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan segera untuk
dapat direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam waktu
12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Aset yang tidak dapat
dimasukkan dalam kriteria tersebut diklasifikasikan sebagai aset
nonlancar.
Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek,
piutang, dan persediaan.
Aset nonlancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang, dan
aset tak berwujud yang digunakan baik langsung maupun tidak
langsung untuk kegiatan pemerintah atau yang digunakan masyarakat
umum. Aset nonlancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka
panjang, aset tetap, dana cadangan, dan aset lainnya. Investasi jangka
panjang merupakan investasi yang diadakan dengan maksud untuk
mendapatkan manfaat ekonomi dan manfaat sosial dalam jangka waktu
lebih dari satu periode akuntansi. Investasi jangka panjang meliputi
investasi nonpermanen dan permanen. Investasi nonpermanen antara
lain investasi dalam Surat Utang Negara, penyertaan modal dalam

13
proyek pembangunan, dan investasi nonpermanen lainnya. Investasi
permanen antara lain penyertaan modal pemerintah dan investasi
permanen lainnya. Aset tetap meliputi tanah, peralatan dan mesin,
gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, aset tetap lainnya, dan
konstruksi dalam pengerjaan. Aset nonlancar lainnya diklasifikasikan
sebagai aset lainnya. Termasuk dalam aset lainnya adalah aset tak
berwujud dan aset kerja sama (kemitraan).
a) Pengakuan Aset
Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan
diperoleh oleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang
dapat diukur dengan andal.
Aset diakui pada saat diterima atau kepemilikannya dan/atau
kepenguasaannya berpindah.
b) Pengukuran Aset
Pengukuran asset adalah sebagai berikut :
 Kas dicatat sebesar nilai nominal.
 Investasi jangka pendek dicatat sebesar nilai perolehan
 Piutang dicatat sebesar nilai nominal dan diakui pada
saat timbulnya hak atas piutang tersebut
 Persediaan dicatat sebesar: Biaya Perolehan apabila
diperoleh dengan pembelian. Biaya Standar apabila
diperoleh dengan memproduksi sendiri. Nilai wajar
apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti
donasi/rampasan.

b. Kewajiban
Karakteristik esensial kewajiban adalah bahwa pemerintah
mempunyai kewajiban masa kini yang dalam penyelesaiannya
mengakibatkan pengorbanan sumber daya ekonomi di masa yang akan
datang. Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan

14
tugas atau tanggungjawab untuk bertindak di masa lalu. Dalam konteks
pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber
pembiayaan pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas
pemerintah lain, atau lembaga internasional.
Kewajiban pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan
pegawai yang bekerja pada pemerintah atau dengan pemberi jasa
lainnya. Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai
konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan
perundangundangan.
Kewajiban dikelompokkan kedalam kewajiban jangka pendek
dan kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka pendek merupakan
kelompok kewajiban yang diselesaikan dalam waktu kurang dari dua
belas bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka panjang adalah
kelompok kewajiban yang penyelesaiannya dilakukan setelah 12 (dua
belas) bulan sejak tanggal pelaporan.
a) Pengakuan Kewajiban
 Dibukukan sebesar nilai nominal
 Kewajiban diakui pada saat dana tersebut diterima
b) Pengukuran Kewajiban
 Utang dicatat dalam Rupiah
 Kewajiban dalam valuta asing dionversi berdasarkan
Nilai kurs Tengah BI pada tanggal transaksi
c. Ekuitas
Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara
aset dan kewajiban pemerintah pada tanggal laporan. Saldo ekuitas di Neraca
berasal dari saldo akhir ekuitas pada Laporan Perubahan Ekuitas. Dalam
laporan keuangan pemerintah ekuitas lebih dikenal dengan ekuitas dana.
Ekuitas Dana dapat dikelompokkan sebagai berikut:

15
a) Ekuitas Dana Lancar
Ekuitas dana lancer merupakan selisih antara jumlah asset lancer
dengan jumlah nilai utang lancer. Ekuitas dana lancer terdiri atas
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA), Cadangan untuk
Piutang. Cadangan untuk persediaan dan dana yang harus
disediakan untuk pembayaran kewajiban lancar.
b) Ekuitas Dana Investasi
Ekuitas dana investasi merupakan selisih antara jumlah nilai
investasi jangka panjang, asset tetap, asset lainnya (tidak
termasuk dana cadangan) dengan jumlah nilai kewajiban jangka
panjang. Ekuitas dana yang diinvestasikan meliputi dana yang
diinvestasikan dalam investasi permanen, diinvestasikan dalam
asset tetap, mengurangi (contra account) dengan dana yang
harus disediakan untuk kewajiban jangka panjang.
c) Ekuitas Dana Cadangan
Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah
yang dicadangkan untuk tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya sesuai peraturan perundang-undangan.

16
Contoh Neraca

4. Laporan Operasional
Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang
menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah
pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode
pelaporan.
Tujuan pelaporan operasi adalah memberikan informasi tentang
kegiatan operasional keuangan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO,
beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan. Unsur yang
dicakup secara langsung dalam Laporan Operasional terdiri dari pendapatan-
LO, beban, transfer, dan pos-pos luar biasa. Masingmasing unsur dapat
dijelaskan sebagai berikut:

17
a. Pendapatan LO
Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih.Pendapatan-LO diakui pada saat:
 Pendapatan-LO yang diperoleh berdasarkan peraturan
perundang-undangan diakui pada saat timbulnya hak untuk
menagih pendapatan.
 Pendapatan-LO yang diperoleh sebagai imbalan atas suatu
pelayanan yang telah selesai diberikan berdasarkan peraturan
perundang-undangan, diakui pada saat timbulnya hak untuk
menagih imbalan.
b. Beban
Beban adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih. Beban diakui pada saat :
 timbulnya kewajiban, Saat timbulnya kewajiban adalah saat
terjadinya peralihan hak dari pihak lain ke pemerintah tanpa
diikuti keluarnya kas dari kas umum negara/daerah. Contohnya
tagihan rekening telepon dan rekening listrik yang belum
dibayar pemerintah.
 Terjadinya konsumsi aset, Yang dimaksud dengan terjadinya
konsumsi aset adalah saat pengeluaran kas kepada pihak lain
yang tidak didahului timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi
aset nonkas dalam kegiatan operasional pemerintah.
 terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa,
Contoh penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa adalah
penyusutan atau amortisasi.
c. Transfer
Transfer adalah hak penerimaan atau kewajiban pengeluaran uang
dari/oleh suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain,
termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.

18
d. Pos Luar Biasa
Pos Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang
terjadi karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi
biasa,tidak diharapkan sering atau rutin terjadi, dan berada di luar
kendali atau pengaruh entitas bersangkutan

Pendapatan dan beban yang sifatnya tidak rutin perlu dikelompokkan tersendiri
dalam kegiatan non operasional. Termasuk dalam pendapatan/beban dari kegiatan non
operasional antara lain surplus/defisit penjualan aset non lancar, surplus/defisit
penyelesaian kewajiban jangka panjang, dan surplus/defisit dari kegiatan non
operasional lainnya.

Contoh Laporan Operasional

5. Laporan Arus Kas


Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan
aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris yang menggambarkan
saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah
pusat/daerah selama periode tertentu.

19
Tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai
sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode
akuntansi serta saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Informasi ini
disajikan untuk pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan.

a. Aktivitas Operasi
Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran
kas yang ditujukan untuk kegiatan operasional pemerintah selama satu
periode akuntansi.
Arus kas masuk dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari :
 Penerimaan pajak
 Penerimaan Negara Bukan Pajak
 Penerimaan hibah
 Penerimaan bagian laba perusahaan negara/daerah dan investasi
lainnya
 Penerimaan lain lain
 Penerimaan transfer
Arus Keluar dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari :
 Pembayaran pegawai
 Pembayaran bunga
 Pembayaran subsidi
 Pembayaran hibah
 Pembayaran bantuan sosial
 Pembayaran lain
 Pembayaran transfer
Jika suatu entitas pelaporan mempunyai surat berharga yang
sifatnya sama dengan persediaan, yang dibeli untuk dijual, maka
perolehan dan penjualan surat berharga tersebut diklasifikasikan sebagai
aktivitas operasi.

20
b. Aktivitas Investasi
Aktivitas investasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas
yang ditujukan untuk perolehan dan pelepasan aset tetap serta investasi
lainnya yang tidak termasuk dalam setara kas.
Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas bruto dalam rangka perolehan dan pelepasan sumber daya
ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan dan mendukung pelayanan
pemerintah kepada masyarakat di masa yang akan datang.
Arus masuk kas dari aktivitas investasi terdiri dari:
 Penjualan Aset Tetap
 Penjualan Aset Lainnya
 Pencairan Cadangan Dana
 Penerimaan dari Divestasi
 Penjualan investasi dalam bentuk sekuritas
Arus masuk kas dari aktivitas investasi terdiri dari:
 Perolehan Aset Tetap
 Perolehan Aset Lainnya
 Pembentukan Dana Cadangan
 Penyertaan Modal Pemerintah
 Pembelian Investasi dalam bentuk Sekuritas
c. Aktivitas Pendanaan
Aktivitas Pendanaan adalah aktivitas penerimaan dan
pengeluaran kas yang yang berhubungan dengan pemberian piutang
jangka panjang dan/atau pelunasan utang jangka panjang yang
mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi piutang jangka
panjang dan utang jangka panjang.
Arus kas dari aktivitas pendanaan mencerminkan penerimaan
dan pengeluaran kas yang berhubungan dengan perolehan atau
pemberian pinjaman jangka panjang.
Arus kas masuk dari aktivitas pendanaan antara lain:

21
 Penerimaan utang luar negeri
 Penerimaan dari utang obligasi
 Penerimaan kembali pinjaman kepada pemerintah daerah
 Penerimaan kembali pinjaman kepada perusahaan negara
Arus kas keluar dari aktivitas pendanaan antara lain:
 Pembayaran poko utang luar negeri
 Pembayaran pokok utang obligasi
 Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada pemerintah daerah
 Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada perusahaan negara
d. Aktivitas Transitor
Arus kas dari aktivitas transitoris mencerminkan penerimaan
dan pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi pendapatan,
beban, dan pendanaan pemerintah. Arus kas dari aktivitas transitoris
antara lain transaksi. Perhitungan Fihak Ketiga (PFK),
pemberian/penerimaan kembali uang persediaan kepada/dari bendahara
pengeluaran, serta kiriman uang. PFK menggambarkan kas yang berasal
dari jumlah dana yang dipotong dari Surat Perintah Membayar atau
diterima secara tunai untuk pihak ketiga misalnya potongan Taspen dan
Askes. Kiriman uang menggambarkan mutasi kas antar rekening kas
umum negara/daerah.

22
Contoh Arus Kas

6. Laporan Perubahan Ekuitas


Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan
ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Laporan
Perubahan Ekuitas harus mempunyai referensi silang dengan informasi terkait
dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan sekurang- 39 kurangnya pospos:
a. Ekuitas Awal
b. Surplus/deficit-LO pada periode bersangkutan

23
c. Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, yang
antara lain berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan oleh
perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar.
d. Ekuitas Akhir

Contoh Akuntansi Pemerintahan Pusat

7. Catatan atas Laporan Keuangan


Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian
dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan
SAL, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan
Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi tentang
kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi
lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar
Akuntansi Pemerintahan serta ungkapanungkapan yang diperlukan untuk
menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar. Catatan atas laporan
keuangan mengungkapkan hal-hal sebagai berikut :
a. Mengungkapkan informasi umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas
akuntansi
b. Menyajikan informasi tentang kebijakan fiscal/keuangan dan ekonomi
makro

24
c. Menyajikan ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun
pelaporan berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam
pencapaian target.
d. Menyajikan infromasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas
transaksi-transaksi akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas
transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian lainnya
e. Menyajikan rincian dan penjelasan masing masing pos yang disajikan
pada lembar muka laporan keuangan
f. Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintah yang belum disajikan dalam lembar muka
laporan keuangan.
g. Menyediakan informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang
wajar yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Laporan keuangan pemerintahan adalah laporan yang menyajikan
informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja
keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam
membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya.

Berdasarkan hasil analisis laporan keuangan pemerintahan, dapat disimpulkan


bahwa:

 Posisi keuangan pemerintahan

Posisi keuangan pemerintahan pada umumnya stabil, dengan jumlah


aset yang lebih besar daripada jumlah liabilitas. Aset pemerintah terdiri dari
aset lancar, aset tetap, dan aset lainnya. Liabilitas pemerintah terdiri dari utang
jangka pendek, utang jangka panjang, dan kewajiban lainnya.

 Realisasi anggaran pemerintahan

Realisasi anggaran pemerintahan pada umumnya sesuai dengan target


yang ditetapkan. Pendapatan pemerintah umumnya lebih besar daripada belanja
pemerintah.

 Arus kas pemerintahan

Arus kas pemerintahan pada umumnya positif, dengan arus kas masuk
lebih besar daripada arus kas keluar. Arus kas masuk pemerintahan terdiri dari
penerimaan pajak, penerimaan bukan pajak, dan penerimaan pembiayaan. Arus

26
kas keluar pemerintahan terdiri dari pengeluaran rutin, pengeluaran
pembangunan, dan pengeluaran pembiayaan.

 Kinerja keuangan pemerintahan

Kinerja keuangan pemerintahan pada umumnya baik, dengan surplus


anggaran dan defisit anggaran yang terkendali.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam


menganalisis laporan keuangan pemerintahan:

 Ketersediaan data

Data yang digunakan dalam analisis laporan keuangan pemerintahan harus


lengkap dan akurat.

 Perbandingan antar periode

Analisis laporan keuangan pemerintahan harus dilakukan secara


komparatif, baik antar periode yang sama maupun antar periode yang berbeda.

 Kondisi ekonomi

Analisis laporan keuangan pemerintahan harus memperhatikan kondisi


ekonomi yang terjadi pada periode yang dilaporkan.

 Perbandingan antar negara

Analisis laporan keuangan pemerintahan dapat dilakukan secara


komparatif antar negara untuk melihat perbedaan dan persamaan antara laporan
keuangan pemerintahan di berbagai negara.

27
Laporan keuangan pemerintahan merupakan instrumen penting dalam
pengelolaan keuangan negara. Laporan keuangan pemerintahan dapat
digunakan untuk:

 Mengetahui kondisi keuangan negara


 Memantau kinerja keuangan negara
 Mengevaluasi kebijakan keuangan negara
 Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas keuangan negara

3.2 Saran
Berikut adalah beberapa saran untuk laporan keuangan pemerintah:

 Kualitas data

Data yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah harus


lengkap, akurat, dan terkini. Data harus dikumpulkan dan diolah dengan baik
untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang dihasilkan dapat diandalkan.

 Keterbukaan

Laporan keuangan pemerintah harus mudah diakses oleh publik.


Pemerintah harus menyediakan laporan keuangan secara terbuka dan transparan
agar masyarakat dapat mengetahui kondisi keuangan negara.

 Kesesuaian dengan standar

Laporan keuangan pemerintah harus disusun sesuai dengan standar


yang berlaku. Standar yang berlaku dapat memberikan kepastian dan
konsistensi dalam penyusunan laporan keuangan.

28
 Keterbandingan

Laporan keuangan pemerintah harus dapat dibandingkan antar periode,


antar entitas pelaporan, dan antar negara. Keterbandingan laporan keuangan
dapat membantu pengguna dalam memahami kondisi keuangan negara.

 Ketergunaan

Laporan keuangan pemerintah harus bermanfaat bagi pengguna dalam


membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Laporan
keuangan harus disajikan dengan cara yang mudah dipahami dan relevan
dengan kebutuhan pengguna.

Berikut adalah beberapa saran spesifik untuk laporan keuangan pemerintah di


Indonesia:

 Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas keuangan negara

Pemerintah perlu meningkatkan transparansi dan akuntabilitas


keuangan negara dengan menyediakan laporan keuangan yang lebih lengkap,
akurat, dan terkini. Laporan keuangan harus dapat memberikan gambaran yang
jelas tentang kondisi keuangan negara.

 Meningkatkan keterbandingan laporan keuangan

Pemerintah perlu meningkatkan keterbandingan laporan keuangan antar


periode, antar entitas pelaporan, dan antar negara. Hal ini dapat dilakukan
dengan menerapkan standar akuntansi pemerintahan yang lebih konsisten.

29
 Meningkatkan ketergunaan laporan keuangan

Pemerintah perlu meningkatkan ketergunaan laporan keuangan dengan


menyajikannya dengan cara yang lebih mudah dipahami dan relevan dengan
kebutuhan pengguna. Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan penjelasan
dan analisis yang lebih mendalam tentang laporan keuangan.

Saran-saran di atas diharapkan dapat meningkatkan kualitas laporan


keuangan pemerintah dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi
masyarakat.

30
DAFTAR PUSTAKA

Karunia Luki. R, Azas Mabrur. (2023). Akuntansi Pemeritah. Jakarta: Salemba Empat.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2023). Laporan Keuangan Pemerintah.


Diakses pada 25 Oktober 2023, dari
https://djpb.kemenkeu.go.id/portal/id/laporan-keuangan-pemerintah-pusat-
lkpp.html

31

Anda mungkin juga menyukai