Anda di halaman 1dari 41

ANALISIS KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN

PEMERINTAH KOTA DAN SKPD KOTA DEPOK DENGAN

PERATURAN NO. 71 TAHUN 2010


Dosen Pembimbing: Agus Cahyana S.E., M.M., Ak.

Disusun Oleh :
Kelompok 5

1. Erina Wachidatul Insani (J0314211284)

2. Hanna Maghfirah (J0314211074)

3. Nurhijriah Putri Saleha (J0314211167)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

SEKOLAH VOKASI INSTITUT PERTANIAN BOGOR

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Analisis Kesesuaian Laporan Keuangan Pemerintah Kota dan
SKPD Kota Depok dengan Peraturan No 71 Tahun 2010” dengan tepat waktu.

Makalah ini ditulis dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas Bapak


Agus Cahyana, S.E., A.k., M.M., CA, pada mata kuliah Akuntansi Sektor Publik
Sekolah Vokasi IPB. Makalah ini disusun berdasarkan hasil pengumpulan data
yang kami lakukan dari berbagai sumber.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-


besarnya kepada Bapak Agus Cahyana, S.E., A.k., M.M., CA., selaku dosen
mata kuliah Akuntansi Sektor Publik. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait program studi yang kami tekuni.
Serta kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari kata


sempurna, hal itu disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan
yang ada. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi makalah yang lebih sempurna di lain waktu.

Bogor, 11 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... I

DAFTAR ISI ......................................................................................................... II

DAFTAR TABEL ............................................................................................... III

BAB I....................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 3

BAB II ..................................................................................................................... 4

LANDASAN TEORI ........................................................................................... 4


2.1 Akuntansi Sektor Publik ............................................................................. 4
2.1.1 Pengertian Akuntansi Publik ............................................................... 4
2.1.2 Tujuan Akuntansi Sektor Publik .......................................................... 4
2.2 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 ............................................ 5
2.3 Laporan Keuangan ..................................................................................... 6
2.3.1 Pengertian Laporan Keuangan ............................................................. 6
2.3.2 Tujuan Laporan Keuangan .................................................................. 7
2.3.3 Komponen Laporan Keuangan ............................................................ 7

BAB III ................................................................................................................. 11

METODE PENGUMPULAN DATA ................................................................ 11


3.1 Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 11

BAB IV.................................................................................................................. 12

PEMBAHASAN ................................................................................................ 12
4.1 Kesesuaian Laporan Keuangan Pemerintah Kota Depok Tahun 2020
dengan Peraturan Pemerintah No 71 Tahun
2010…………………………...12
4.1.1 Laporan Realisasi Anggaran (LRA) .................................................. 13
4.1.2 Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih ....................................... 16
4.1.3 Laporan Operasional (LO) ................................................................. 17
4.1.4 Laporan Perubahan Ekuitas ............................................................... 19
4.1.5 Neraca ................................................................................................ 21
4.1.6 Laporan Arus Kas .............................................................................. 23

BAB V ................................................................................................................... 32

PENUTUP .......................................................................................................... 32
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 32
5.2 Saran ........................................................................................................ 33

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 34

LAMPIRAN ......................................................................................................... 35

A. Laporan Keuangan Pemerintah Kota Depok Tahun 2020 ......................... 35


1) Laporan Realisasi Anggaran (LRA) – Pemerintah Kota Depok ............ 35
2) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL) – Pemerintah Kota
Depok .......................................................................................................... 36
3) Laporan Operasional (LO) – Pemerintah Kota Depok ........................... 37
4) Laporan Perubahan Ekuitas – Pemerintah Kota Depok ......................... 38
4) Neraca – Pemerintah Kota Tangerang.................................................... 39
5) Laporan Perubahan Arus Kas – Pemerintah Kota Depok ...................... 41

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbedaan Komponen Laporan Keuangan antara PP Nomor 24 Tahun


2005 dengan PP Nomor 71 Tahun 2010………………………………………... 10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemerintah Daerah sebagai pihak yang ditugaskan menjalankan roda


pemerintahan, pembangunan dan layanan sosial masyarakat wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan daerah untuk dinilai
apakah pemerintah daerah tersebut berhasil menjalankan tugas dengan baik atau
tidak (Suprapto,2006:20). Pemerintah daerah dituntut agar pengelolaan
keuangan daerah secara baik yang harus dilakukan dalam mewujudkan tujuan
pemerintahan yang bersih (clean government), dimana pengelolaan keuangan
daerah yang baik adalah kemampuan mengontrol kebijakan keuangan daerah
secara ekonomis, efisien, transparan dan akuntabel.

Pelaksanaan pengelolaan keuangan Negara tersebut, pemerintah pusat maupun


daerah wajib melaksanakan pengelolaan keuangan yang handal, baik dan
akuntabilitas. Karena pada hakikatnya dana yang dikelolah oleh pemerintah itu
sendiri berasal dari masyarakat, oleh karena itu pengelolaannya harus
dioptimalkan, dapat dipertanggungjawabkan serta mendatangkan manfaat bagi
seluruh lapisan masyarakat.
Penyajian laporan keuangan diatur dalam PSAP No. 1 berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 yang ingin mencapai tujuan berupa
mengatur penyajian laporan keuangan untuk pencapaian bersama yakni
menjadikan laporan keuangan yang universal sebagai upaya untuk
meningkatkan perbandingan antara laporan keuangan baik terhadap anggaran,
antar periode, maupun antar entitas. Laporan keuangan disusun dengan
menerapkan basis akrual. Laporan keuangan dibagi menjadi beberapa bagian,
diantaranya: Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Operasional (LO),
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), Neraca, dan Catatan Atas Laporan keuangan
(CALK) yang mengacu kepada Standar Akuntansi Pemerintahan. Laporan
keuangan tersebut-lah yang nantinya akan menjadi indikator atau standar
kualitas kerja sistem pemerintahan daerah khususnya dalam bidang yang
mengelola aset finansial. Pada laporan keuangan, salah satu bagian yang
merupakan paling penting dan keberadaannya wajib untuk ada dalam laporan
keuangan yaitu track-record terhadap Catatan Atas Laporan Keuangan atau biasa
disebut CALK yang merupakan ungkapan naratif dari komponen laporan
keuangan, sehingga dapat dipahami serta mudah dimengerti oleh stakeholders.
Faktanya, permasalahan yang sering timbul karena adanya
ketidaksesuaian penyajian laporan keuangan berdasarkan peraturan pemerintah
nomor 71 tahun 2010 seperti pos-pos atau item-item laporan keuangan yang
berpedoman pada peraturan pemerintah nomor 71 tahun 2010. Oleh karena itu,
pengadaan laporan keuangan pada instansi pemerintah diharapkan agar basis
akuntansi yang digunakan sesuai dengan penerapan perlakuan akuntansi atas
transaksi pendapatan dan belanja daerah yang berpedoman pada Peraturan
Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 mengenai Standar Akuntansi Pemerintahan
yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAK) Nomor 1 tentang
penyajian laporan keuangan. Berdasarkan hal tersebut, penulis memutuskan
untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap kesesuaian penyajian laporan
keuangan pemerintah kota dan dinas di bawahnya dengan Peraturan Pemerintah
No 71 Tahun 2010 dengan judul “ANALISIS KESESUAIAN LAPORAN
KEUANGAN PEMERINTAH KOTA DAN SKPD
KOTA TANGERANG DENGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71
TAHUN 2010”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kesesuaian penyajian laporan keuangan Pemerintah
Kota Depok Tahun 2020 dengan Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010?
2. Bagaimana pos-pos laporan keuangan Pemerintah Kota Depok Tahun 2020
disajikan?
3. Bagaimana kesesuaian penyajian SKPD Pemerintah Kota Depok Tahun
2020 dengan Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010?
4. Bagaimana pos-pos SKPD Pemerintah Kota Depok Tahun 2020 disajikan?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini diantaranya:

1. Mengidentifikasi kesesuaian penyajian laporan keuangan Pemerintah Kota


Depok Tahun 2020 dengan Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010.
2. Mengetahui penyajian pos-pos laporan keuangan Pemerintah Kota Depok
Tahun 2020.
3. Mengidentifikasi kesesuaian penyajian SKPD Pemerintah Kota Depok
Tahun 2020 dengan Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010.
4. Mengetahui penyajian pos-pos SKPD Pemerintah Kota Depok Tahun 2020.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Akuntansi Sektor Publik

2.1.1 Pengertian Akuntansi Publik


Akuntansi sektor publik dikenal sebagai organisasi yang berkaitan pada
pemerintahan. Organisasi dibuat dengan tujuan agar dapat mencapai tujuan
bersama dalam pengambilan keputusan.
Menurut Halim & Kusufi (2014:3) dalam buku Teori, Konsep, dan
Aplikasi Akuntansi Sektor Publik : Akuntansi sektor publik adalah suatu
proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dan pelaporan transaksi
ekonomi (keuangan) dari suatu organisasi atau entitas publik seperti
pemerintahan, LSM, dan lain-lain yang dijadikan sebagai informasi dalam
rangka mengambil keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukan.
Menurut Bastian (2010:3) “Akuntansi sektor publik dijelaskan sebagai
mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada lembaga -
lembaga tinggi negara dan departemen-departemen di bawahnya, pemerintah
daerah, BUMN, BUMD, LSM, dan Yayasan social, maupun pada proyek-
proyek kerja sama antara sektor publik serta swasta.
Akuntansi sektor publik adalah proses pencatatan, pengklarifikasian,
penganalisisan dan pelaporan transaksi keuangan dari suatu organisasi publik
yang menyediakan informasi keuangan bagi para pemakai laporan keuangan
yang berguna untuk pengambilan keputusan (Sartika, 2019).
Berdasarkan pengertian akuntansi sektor publik di atas, dapat
disimpulkan bahwa akuntansi sektor publik merupakan mengidentifikasi dan
menganalisis laporan keuangan dalam suatu organisasi publik dalam tujuan
pengambilan keputusan untuk penyajian laporan keuangan sebagai informasi
yang bermanfaat bagi pengguna.
2.1.2 Tujuan Akuntansi Sektor Publik
Menurut Mardiasmo (2018: 18) dalam buku Akuntansi Sektor Publik
menyatakan bahwa American Accounting Association (1970) dalam Glynn
(1993), tujuan Akuntansi Sektor Publik ada 2, yaitu : Tujuan pertama yaitu
memberikan informasi dengan tepat, efisien, dan ekonomi yang dipercayakan
kepada organisasi atas suatu operasi dan alokasi sumber daya. Tujuan ini
berkaitan dengan pengendalian manajemen.
1. Tujuan kedua yaitu memberikan informasi yang memungkinan untuk
pelaporan pelaksanaan tanggung jawab dalam mengelola secara tepat
dan efektif pada penggunaan sumber daya dan memungkinkan untuk
melaporkan kepada publik atas hasil operasi dan penggunaan dana publik
bagi pegawai pemerintah. Tujuan ini berkaitan dengan akuntabilitas.
Akuntansi sektor publik sebagai entitas yang memiliki keunikan
tersendiri, karena memiliki sumber daya ekonomi yang entitas
ekonominya sebagai akuntansi dana masyarakat. Akuntansi sektor publik
memiliki peranan sangat penting dalam suatu organisasi pemerintah
karena sistem akuntansi pemerintahan menyediakan informasi yang
bertujuan dalam mengambil sebuah keputusan yang dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik.
Akuntansi sektor publik mencakup identifikasi proses manajerial dan
pertanggung jawaban. Proses manajerial yang dimaksud yaitu mencakup
anggaran, perencanaan, sedangkan pertanggungjawaban yang dimaksud yaitu
laporan keuangan mengenai laporan realisasi anggaran dan kegiatan
organisasi. Organisasi publik berfokus pada peningkatan pelayanan yang
berjangka panjang untuk mencapai kinerja organisasi yang optimal dan
mampu menyeimbangkan tujuan dan kepentingan dari masyarakat.

2.2 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010


Pada tahun 2005, Pemerintah Pusat telah menerbitkan Peraturan
Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar akuntansi pemerintah untuk
mewujudkan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan suatu negara.
Bentuk serta isi suatu laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi
pemerintahan yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah yang diatur dalam
UU No. 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara.
Dengan diterapkannya Peraturan Pemerintah Standar Akuntansi
Pemerintah pada tahun 2005 maka pertama kali Negara Indonesia memiliki
standar akuntansi
pemerintahan. PP No. 24 Tahun 2005 dialihkan menjadi PP Nomor 71 Tahun
2010 sebagai Standar Akuntansi Pemerintah dan sebagai pengganti Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintah (PSAK) Nomor 45 tentang pelaporan keuangan
organisasi nirlaba.
Adapun perbedaan antara Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis kas menuju akrual dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 71 tentang Standar Akuntansi Pemerintah yaitu
pada pencatatan transaksi dan laporan keuangan yang dihasilkan.
Pencatatan/penjumlahan transaksi dibedakan menjadi 2 jenis jurnal sebagai
berikut: jurnal anggaran dan jurnal finansial (Juliam dkk, 2015).
Penerapan sistem akuntansi pemerintahan di Indonesia telah diatur dalam
perundang-undangan melalui peraturan pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah.
SAP berbasis akrual berdasarkan Peraturan pemerintah Nomor 71 Tahun
2010 dikembangkan dari PP SAP sebelumnya yaitu PP Nomor 24 Tahun 2005
dengan mengacu pada International Public Sector Accounting Standards
(IPSAS) dengan mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia.
Pada tahun 2013 terbit Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64
Tahun 2013. Peraturan ini menjadi pedoman dalam melaksanakan akuntansi
berbasis akrual sebagai pendukung Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010.
2.3 Laporan Keuangan

2.3.1 Pengertian Laporan Keuangan


Menurut Kasmir (2016: 7) dalam pengertian yang sederhana, laporan
keuangan adalah: laporan yang menunjukkan kondisi keuangan sebuah
perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.
Dalam laporan keuangan pada saat ini yaitu berkaitan kondisi terkini
suatu perusahaan/instansi tersebut untuk mengetahui perkembangan
perusahaan/instansi selama periode tertentu. Periode laporan keuangan,
dibuat tiga bulan, atau enam bulan sehingga dengan adanya laporan
keuangan, perusahaan dapat mengetahui posisi keuangan terkini dengan
menganalisis laporan keuangan tersebut.
Menurut Sarwenda Biduri (2018: 96) mengatakan bahwa: “Hasil dari
proses akuntansi yang penting dapat digunakan untuk pengambilan keputusan
keputusan ekonomi bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan yaitu
dapat mendefinisikan kinerja keuangan maupun kinerja manajemen sebuah
perusahaan dalam kondisi yang baik maupun sebaliknya”.
2.3.2 Tujuan Laporan Keuangan
Berdasarkan penjelasan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah menurut Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan 2019, paragraph 18 mengatakan bahwa: “Informasi
yang disajikan dalam pelaporan keuangan bertujuan umum untuk memenuhi
kebutuhan informasi dari semua kelompok pengguna, agar komponen laporan
yang disajikan terkait dengan jenis laporan dan elemen-elemen informasi
yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan”.
Secara umum laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi
keuangan suatu perusahaan, baik pada waktu tertentu maupun pada periode
tertentu. Laporan keuangan disusun secara semaksimal mungkin sesuai
kebutuhan perusahaan/instansi.
Tujuan laporan keuangan dapat disimpulkan untuk memberikan
informasi terutama yang bersifat keuangan pada pihak yang berkepentingan
dalam rangka pengambilan sebuah keputusan, terutama keputusan investasi
dan kredit. (Rusmanto, 2006).
2.3.3 Komponen Laporan Keuangan
Komponen-komponen yang ada dalam laporan keuangan terdiri dari
laporan finansial dan laporan pelaksanaan anggaran, sehingga adapun
komponen laporan keuangan sebagai berikut :
1. Laporan Realisasi Anggaran

Laporan realisasi anggaran (LRA) memberikan informasi terkait realisasi


dan anggaran yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan
realisasinya dalam satu periode pelaporan dan menyajikan unsur-unsur
yang mencakup :
a. Pendapatan – LRA

b. Belanja

c. Transfer

d. Pembiayaan

2. Laporan Perubahan Saldo

Anggaran Lebih Laporan perubahan saldo anggaran lebih (SAL)


menyajikan informasi kenaikan dan penurunan saldo anggaran lebih
tahun pelaporan dibandingkan tahun sebelumnya.
3. Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan pelaporan yang dinyatakan oleh


aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. Asset memberikan
sumber daya yang cukup yang dimiliki oleh pemerintah pusat maupun
daerah yang mencakup aset tetap, aset lancar dan aset lainnya. Kewajiban
yaitu utang yang harus dibayar dimasa yang akan datang dari peristiwa
masa lalu. Sedangkan ekuitas yaitu kekayaan bersih pemerintah, dari aset
dan kewajiban.
4. Laporan Operasional

Laporan operasional (LO) menyajikan informasi mengenai kegiatan


operasional keuangan. Laporan operasional penyajian pos-pos sebagai
berikut :
a. Pendapatan – LO

b. Beban

c. Transfer

d. Pos luar biasa


5. Laporan Arus Kas

Adapun unsur dari laporan arus kas yaitu pengeluaran kas dan penerimaan
kas. Pengeluaran kas dan penerimaan seperti yang berkaitan dengan
barang atau jasa dalam kejadian-kejadian distribusi
dengan melakukan pengumpulan pembayaran.
6. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan ekuitas (LPE) menyajikan pos-pos sebagai berikut :

a. Ekuitas Awal

b. Surplus/ Defisit – LO

c. RK PPKD (rencana kerja pejabat pengelolaan keuangan daerah)

d. Ekuitas Akhir

7. Catatan atas Laporan Keuangan

Hal-hal yang disajikan catatan atas laporan keuangan (CaLK), sebagai


berikut :
a. Memberikan informasi umum tentang entitas pelaporan dan entitas
ekuitas.
b. Memberikan informasi kebijakan fiskal dan ekonomi makro

c. Memberikan informasi pencapaian target keuangan selama satu tahun


pelaporan serta hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target
tersebut.
d. Memberikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan
untuk diterapkan.
e. Memberikan informasi penjelasan dan rincian pos-pos yang disajikan
pada lembar muka laporan keuangan.
f. Memberikan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintah (PSAP) yang belum disajikan dalam lembar
muka laporan keuangan.
g. Memberikan informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang
wajar, disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
Komponen-komponen laporan keuangan tersebut yang disajikan oleh
setiap entitas pelaporan, kecuali :

1. Laporan Arus Kas, hanya disajikan oleh entitas yang mempunyai 2


fungsi perbendaharaan umum.
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, hanya disajikan oleh
Bendahara Umum Negara dan entitas pelaporan yang menyusun
laporan
BAB III

METODE PENGUMPULAN DATA

3.1 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data adalah cara yang sistematis dan sangat penting dengan
tujuan untuk memecahkan pokok permasalahan dalam suatu penelitian. Metode
pengumpulan data dilakukan dengan cara :
a. Wawancara
Yaitu dengan melakukan wawancara langsung dengan pihak Kantor Pemerintahan
Kota Depok serta pihak-pihak yang terkait untuk mendapatkan keterangan yang
diperlukan.
b. Penelitian Lapangan
Penelitian yang dilakukan dengan meninjau langsung ke tempat penelitian
langsung dan berinteraksi dengan pihak-pihak yang diberi kewenangan dalam
bidang keuangan. Penelitian lapangan dilakukan metode:
c. Observasi
Yang dimaksud bahwa dalam pengumpulan data, penulis mengadakan pengamatan
secara langsung dalam proses, kegiatan pengolahan dan lainnya yang bersifat
menunjang penelitian ini.

3.2 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian dibagi menjadi dua, yaitu :


1. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapatkan dengan menggunakan semua


metode pengumpulan data dengan cara mengambil sendiri tanpa perantara.
2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh melalui


perantara, yaitu data yang sebelumnya telah dikumpulkan oleh orang lain
sehingga peneliti tinggal meminta data yang sudah ada tersebut kepada
instansi atau organisasi yang telah dikumpulkan sebelumnya.
Data yang digunakan penulis untuk menyusun laporan ini merupakan
data sekunder dengan data yang diperoleh penulis melalui website resmi instansi
Pemerintah Kota Depok.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Kesesuaian Laporan Keuangan Pemerintah Kota Depok Tahun 2020


dengan Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010
4.1.1 Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
1. Pendapatan - LRA
Pada Tahun Anggaran 2020 Pendapatan Daerah dianggarkan sebesar
Rp3.074.802.282.633,80 dan direalisasikan sebesar
Rp3.059.775.185.315,00 atau 99,51% dari target yang telah ditetapkan.
Pendapatan asli daerah tidak melampaui target sebesar 106,49% dengan
anggaran pendapatan asli daerah sebesar 1.140.891.422.838,80 dan terealisasi
sebesar 1.214.939.201.530,00. begitupun juga dengan pendapatan transfer dan
pendapatan sah lain lain yang juga tidak mencapai target, pendapatan transfer
memiliki selisih sebesar 5.709.859.724 dengan persentase sebesar 99,52% dan
pendapatan lain lain yang sah tidak mencapai target sebesar 98,55% dengan
selisih sebesar 2.242.096.667.
2. Belanja Daerah
Sebagai penerapan dari kebijakan belanja daerah, maka pada Tahun Anggaran
2020 akun Belanja Daerah dialokasikan sebesar Rp3.671.363.699.698,35
dan direalisasikan sebesar Rp3.199.202.687.103,55 atau 87,14%,
sehingga terdapat sisa anggaran belanja daerah sebesar Rp596.561.417.064,55
atau 23,31%. Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa realisasi belanja baik
Belanja Operasi maupun Belanja Modal.
3. Pembiayaan
Pada bagian pembiayaan terdapat penerimaan pembayaran dan pengeluaraan
pembiayaan, pada sisi penerimaan realisasi penerimaan pembayaran sesuai
dengan alokasi tahun 2020 sebesar Rp670.655.917.064,55 dengan persentase
realisasi sebesar 100%. Sementara untuk pengeluaran pembiayaan memiliki
persentase realisasi sebesar 100% dengan jumlah anggaran pengeluaran
sebesar RP74.094.500.000,00 dan realisasi pengeluaran sebesar
RP74.094.500.000,00

4. Surplus/Defisit
Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran
2020, Pemerintah Kota Depok memiliki surplus alokasi anggaran sebesar
sebesar Rp596.561.417.064.55 dan mengalami defisit sebesar
Rp138.427.501.788,55.

5. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)


Akun Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) merupakan selisih lebih
antara realisasi penerimaan dan pengeluaran selama Tahun Anggaran 2020.
SILPA untuk Tahun Anggaran 2020 dianggarkan sebesar Rp0,00 dan
direalisasikan sebesar Rp589.438.359.157,22 Apabila dibandingkan dengan
realisasi SILPA Tahun Anggaran 2019 sebesar Rp452.209.181.538,09 maka
terjadi penaikan realisasi sebesar Rp137.229.177.619,13 atau 30,34%.

4.1.2 Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih


Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih merupakan komponen
laporan keuangan yang menyajikan secara komparatif dengan periode
sebelumnya pos-pos berikut Saldo Anggaran Lebih awal, Penggunaan Saldo
Anggaran Lebih, Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan,
Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya, dan Saldo Anggaran
Lebih Akhir
1. Saldo Anggaran Lebih Awal
Saldo anggaran lebih awal adalah saldo anggaran lebih yang berasal dari
periode sebelumnya, pada pemerintahan depok saldo anggaran lebih awal
di tahun 2019 adalah senilai Rp765.645.486.751,55 dan pada tahun 2020
senilai Rp670.655.917.064,55 dengan selisih senilai Rp94.989.569.687.
2. Penggunaan SAL sebagai Penerimaan Pembiayaan Tahun
Berjalan
Penggunaan SAL sebagai Penerimaan Pembiayaan Tahun Berjalan
adalah sebesar Saldo Anggaran Lebih Tahun 2019 yang digunakan
untuk pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun
Anggaran 2020, yaitu sebesar Rp670.655.917.064,55
3. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA)
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Kota Depok
pada Tahun Anggaran 2020 menghasilkan Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran (SiLPA) sebesar Rp457.133.915.276,00 berbeda dengan tahun
2019 yaitu sebesar Rp670.655.917.064,55
4. Saldo Anggaran Lebih Akhir
Akumulasi SiLPA/SiKPA tahun anggaran yang lalu dan tahun anggaran
yang bersangkutan setelah ditutup, ditambah/dikurangi dengan koreksi
pembukuan Saldo. Anggaran Lebih Akhir untuk Tahun Anggaran 2020
adalah sebesar Rp457.133.915.276,00.
4.1.3 Laporan Operasional (LO)
Laporan Operasional adalah laporan yang menyajikan informasi mengenai
seluruh kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan yang tercermin dalam
pendapatan-LO, beban dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas
pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya.
1. Pendapatan – LO
Pendapatan-LO adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah
ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu
dibayar kembali. Transaksi Pendapatan-LO tidak hanya mencakup
pendapatan yang telah diterima dalam bentuk kas tetapi juga meliputi
pendapatan dalam bentuk hak tagih dan penerimaan pendapatan dalam bentuk
barang/jasa. Selain itu transaksi Pendapatan-LO tidak hanya mencakup
transaksi yang sudah dianggarkan dalam APBD tetapi juga mencakup seluruh
transaksi penerimaan yang tidak melalui mekanisme APBD. Adapun
pendapatan-LO Pemerintah Kota Depok tahun 2020 adalah sebesar
RP5.242.197.033.173,25 yang terdiri dari pendapatan asli daerah sebesar
RP1.370.942.456.640,95, pendapatan transfer, dan pendapatan sah lain lain
yang sah sebesar Rp5.242.197.083.173,35
2. Beban
Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, terjadi konsumsi aset, atau
terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa. Saat timbulnya
kewajiban adalah saat terjadinya peralihan hak dari pihak lain ke pemerintah
tanpa diikuti keluarnya kas dari kas umum daerah. Beban diklasifikasikan
menurut klasifikasi ekonomi. Klasifikasi ekonomi pada prinsipnya
mengelompokkan berdasarkan jenis beban, yang terdiri dari beban pegawai,
beban barang, beban bunga, beban subsidi, beban hibah, beban bantuan sosial,
bantuan keuangan, beban penyusutan aset tetap/amortisasi, beban transfer,
dan beban tak terduga. Selama Tahun 2020 Beban Pemerintah Kota Depok
adalah sebesar Rp3.165.927.160.854,97 mengalami peningkatan sebesar
Rp285.713.679.011,21 dari tahun anggaran tahun 2019 sebesar
Rp2.880.213.481.843,76.

3. Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional


Pendapatan dan beban yang sifatnya tidak rutin perlu dikelompokkan
tersendiri dalam kegiatan non operasional. Termasuk dalam
pendapatan/beban dari kegiatan non operasional antara lain surplus/defisit
penjualan aset non lancar, surplus/defisit penyelesaian kewajiban jangka
panjang, dan surplus/defisit dari kegiatan non operasional lainnya. Surplus
Non Operasional pada Tahun 2020 sebesar Rp7.605.243.144,00.
4. Pos Luar Biasa
Pos luar biasa adalah pendapatan dan pengeluaran yang timbul dari peristiwa
atau transaksi yang merupakan bagian dari kegiatan normal, tetapi atas dasar
sifat, ruang lingkup, atau karakternya yang jarang terjadi, maka perlu
disajikan secara terpisah dalam catatan atas laporan keuangan (asas bruto),
dengan tujuan agar dapat memberikan sudut pandang baru terhadap
hasil/output dan pengembangan dalam kegiatan normal pemerintahan Daerah
Kota Depok tahun 2020. Pos luar biasa terdiri dari pendapatan luar biasa tahun
2020 sebesar Rp270.977.266,55 dan beban luar biasa sebesar
Rp279.977.266,55 dengan total jumlah Pos Luar Biasa sebesar
Rp279.977.265,55.

5. Surplus/Defisit Laporan Operasional


Surplus/Defisit - LO adalah penjumlahan selisih lebih/kurang antara
surplus/defisit kegiatan operasional, kegiatan non operasional, dan kejadian
luar biasa. Surplus Laporan Operasional Kota Depok Tahun 2020 yaitu
sebesar Rp2.083.595.188.195,83 dan apabila dibandingkan dengan realisasi
tahun 2019 sebesar Rp1.716. 658.770.413,37 maka mengalami peningkatan
sebesar Rp366.936.417.782,46.
4.1.4 Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas adalah penyesuaian antara saldo awal dan
akhir ekuitas perusahaan selama periode pelaporan tertentu. Tujuan
pembuatan laporan ini adalah menjelaskan tentang hubungan antara laporan
laba rugi perusahaan dengan laporan posisi keuangan (neraca) serta transaksi-
transaksi yang tidak tercakup dalam kedua laporan tersebut. Misalnya,
pembayaran dividen, penarikan modal, perubahan kebijakan akuntansi, dan
koreksi atas kesalahan pada periode sebelumnya
1. Ekuitas Awal
Ekuitas Awal Pemerintah Kota Tangerang Tahun 2020 adalah sebesar
Rp12.019.319.765.666,80.
2. Surplus/Defisit (LO)

Surplus Desifisit (LO) Pemerintah Kota Tangerang Tahun 2020 adalah


sebesar Rp2.083.595.188.195,83 yang dihasilkan dari transaksi menutup
akun Surplus/Defisit LO.
3. Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan Mendasar
Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan Mendasar
Pemerintah Kota Tangerang Tahun 2020 merupakan koreksi-koreksi
yang langsung mengurangi ekuitas pada tahun 2020. Koreksi-koreksi
tersebut yaitu sebesar Rp362.869.491.290,09

4. Ekuitas Akhir
Ekuitas Akhir Pemerintah Kota depok Tahun Anggaran 2020
adalah sebesar Rp14.092.737.558.731,90 ,dan apabila dibandingkan dengan
Ekuitas Akhir Tahun 2019 sebesar Rp12.019.319.765.666,80 mengalami
peningkatan sebesar Rp1.038.953.842.776,44
4.1.5 Neraca
Laporan neraca adalah suatu laporan keuangan yang didalamnya terdapat
beberapa informasi mengenai akun-akun aktiva, serta hal-hal yang menjadi
kewajiban perusahaan dalam satu periode. Dalam penerapannya, laporan
keuangan neraca terdapat dua macam. Yaitu bentuk stafel atau vertikal serta
bentuk skontro (horizontal). Nilai modal tersebut merupakan neraca nilai yang
didalamnya terdapat laporan perubahan modal. Laporan neraca nantinya akan
memberikan informasi mengenai keseimbangan perusahaan yang didalamnya
menyangkut pendapatan serta biaya laba rugi.
1. Aset
Aset adalah barang yang secara hukum terbagi menjadi benda bergerak dan
tidak bergerak serta berwujud (tangible) dan tidak berwujud (intangible)
Berdasarkan rincian Aset di atas terlihat bahwa secara umum terjadi kenaikan
Aset yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Depok sebesar
Rp2.061.533.080.108,5.
2. Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah daerah pada masa yang akan datang. Akun Kewajiban merupakan
utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi Pemerintah Kota Depok.
Sampai dengan 31 Desember 2020, kewajiban Pemerintah Kota Depok terdiri
dari :

3. Ekuitas
Ekuitas adalah hak pemilik terhadap aset perusahaan setelah dikurangi
liabilitas (kewajiban) dalam neraca. Ekuitas juga diartikan sebagai modal atau
kekayaan entitas bisnis, dihitung dengan jumlah aset dikurangi dengan
liabilitas. Ekuitas merupakan akun untuk menampung selisih antara aset dan
kewajiban Pemerintah Kota Tangerang dan nilai ekuitas berasal dari Laporan
Perubahan Ekuitas. Akun Ekuitas per 31 Desember 2020 adalah sebesar
Rp14.092.737.558.731,90 dimana mengalami sebesar
Rp2.073.417.793.065,1 dibanding tahun 2019 Rp12.019.319.765.666,80.
4.1.6 Laporan Arus Kas
1. Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Arus kas dari aktivitas operasi menunjukkan kemampuan Pemerintah Kota
Tangerang dalam menghasilkan kas yang cukup untuk membiayai aktivitas
operasionalnya di masa yang akan datang tanpa mengandalkan sumber
pendanaan dari luar. Arus kas bersih yang dihasilkan dari aktivitas operasi
adalah sebesar Rp566.611.745.253,45 untuk Tahun Anggaran 2020.
2. Arus Kas dari Aktivitas Investasi
Arus kas ini mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto dalam
rangka perolehan dan pelepasan sumber daya ekonomi yang bertujuan untuk
meningkatkan dan mendukung pelayanan Pemerintah Kota Tangerang
kepada masyarakat di masa yang akan datang. Arus kas bersih yang
dihasilkan dari aktivitas ini adalah sebesar (Rp779.133.742.042,00) yang
menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Depok pada Tahun Anggaran 2020
lebih menekankan kepada pembangunan sarana dan prasarana bagi
masyarakat.
3. Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan

Arus kas dari aktivitas transitoris mencerminkan penerimaan dan


pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi pendapatan, beban, dan
pendanaan Pemerintah Kota Depok tahun 2020. Namun di tahun 2019 dan
2020 tidak ada aktivitas pendanaan.
4. Kenaikan/Penurunan Kas

Selama Tahun 2020 terjadi Kenaikan kas sebesar Rp213.518.096.450,55


yang berasal dari penjumlahan saldo arus kas bersih dari aktivitas operasi.
5. Saldo Awal Kas di BUD, Kas di Bendahara Pengeluaran dan BLUD
Saldo awal kas di BUD dan Kas di Bendahara Pengeluaran sebesar
Rp670.655.917.064,55 merupakan saldo akhir kas di BUD dan kas di
Bendahara Pengeluaran Tahun 2020.

6. Saldo Akhir Kas di BUD, Kas di Bendahara Pengeluaran, BOS,


FKTP, dan BLUD
Saldo akhir kas di BUD, Kas di Bendahara Pengeluaran, pada 31 Desember
2020 adalah sebesar Rp387.938.032.402,00 yang berasal dari saldo awal Kas
di Bendahara Pengeluaran, kas di BUD, Kas di FKTP, dan Kas di BLUD..
7. Saldo Akhir Kas
Saldo akhir kas Pemerintah Kota Depok pada tanggal 31 Desember 2020
adalah sebesar Rp457.137.820.614,00. .
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1) Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Depok Tahun
Anggaran 2020 disusun dan disajikan sebagai media
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2020.
2) Pengelolaan keuangan daerah selama Tahun Anggaran 2020 telah terjadi
pelampauan realisasi penerimaan pendapatan daerah dan efisiensi
pengeluaran belanja daerah. LKPD Kota Depok Tahun Anggaran 2020 ini
sudah disusun dan disajikan berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
dengan menerapkan basis akrual.
3) Berdasarkan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Depok,
Pendapatan asli daerah Kota Depok tidak melampaui target sebesar 106,49%
dengan anggaran pendapatan asli daerah sebesar 1.140.891.422.838,80 dan
terealisasi sebesar 1.214.939.201.530,00. Selanjutnuya, Realisasi belanja
baik Belanja Operasi maupun Belanja Modal diketahui terealisasi dengan
baik, terdapat sisa anggaran belanja daerah sebesara Rp596.561.417.064,55
atau 23,31%. SILPA Tahun Anggaran 2020 direalisasikan sebesar
Rp589.438.359.157,22 dibandingkan dengan Tahun Anggaran 2019 maka
terjadi kenaikan realisasi sebesar Rp137.229.177.619,13 atau 30,34%.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang ada, penulis memberikan saran agar tahun- tahun
anggaran selanjutnya hendaknya Pemerintahan Kota Depok dapat menyajikan
laporan keuangan daerah tepat waktu sesuai dengan kalender anggaran tahunan yang
telah ditetapkan dalam peraturan yang berlaku dan tidak terjadi lagi keterlambatan
dan tetap mengikuti aturan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dalam
menyajikan laporan keuangan daerah.
DAFTAR

PUSTAKA

Sartika. 2019. Pengaruh Penerapan Akuntansi Sektor Publik dan


Pengawasan Internal Terhadap Kinerja Instansi Pemerintah
Daerah Kabupaten Muara Enim. Universitas Muhammadiyah
Palembang. Sumatera Selatan.

Mardiasmo. 2018. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: ANDI.

Juliam Chandra Liwong Odekamaru, Ventje Ilat, Harianto Sabijono.


2015. Peralihan PP Nomor 24 Tahun 2005 ke PP Nomor 71
Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan pada
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Manado. Universitas
Sam Ratulangi Manado.

Kasmir, 2016. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sarwenda Biduri. 2018. Buku Ajar Akuntansi Sektor Publik. Sidoarjo:


UniversitasMuhammadiyah Sidoarjo.

Rusmanto. 2006. Pengaruh Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan


terhadap Penggunaannya dalam Pengambilan Keputusan Kredit
Bank di Banjarmasin. ISSN 1411-0393

Komite Standar Akuntansi Pemerintah. 2019. Peraturan Pemerintah


Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.
Republik Indonesia.
LAMPIRAN

A. Laporan Keuangan Pemerintah Kota Depok Tahun 2020


1) Laporan Realisasi Anggaran (LRA) – Pemerintah Kota Depok
2) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL) –
Pemerintah Kota Depok
3) Laporan Operasional (LO) – Pemerintah Kota Depok
4) Laporan Perubahan Ekuitas – Pemerintah Kota Depok
4) Neraca – Pemerintah Kota Depok
5) Laporan Perubahan Arus Kas – Pemerintah Kota Depok

Anda mungkin juga menyukai