Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH TEORI AKUNTANSI

“PEREKAYASAAN PELAPORAN KEUANGAN dan


TEORI REGULASI PELAPORAN DAN ISU”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Teori Akuntansi yang diampu oleh:
Dona Primasari, S.E,M.Si, Ak, CA.

KELOMPOK 3
1. Risqi Aji Ardhianto (C1C017014)
2. M. Fajri N.P (C1C017022)
3. M. Bagaskara (C1C017047)
4. M. Anfrel Al Ghifary (C1C017063)
5. Lisnawati (C1C017065)
6. Dyah Niken Pangestuti (C1C017103)
7. Hafidah Fithri (C1C017109)
8. Gianina Rachel (C1C017112)
9. Bella Andias Permatasari (C1C017119)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................................
BAB I.........................................................................................................................................
PENDAHULUAN......................................................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................................
1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................................
1.3 TUJUAN PENULISAN...................................................................................................
BAB II........................................................................................................................................
PEMBAHASAN........................................................................................................................
2.1 Perekayasaan Pelaporan Keuangan..................................................................................
2.2 Proses Perekayasaan.........................................................................................................
2.2.1 Perekayasaan Sebagai Proses Deduktif.............................................................7
2.2.2 Siapa Merekayasa..............................................................................................8
2.2.3 Aspek Semantik dalam Perekayasaan................................................................8
2.2.4 Proses Saksama.................................................................................................9
2.3 Konsep Informasi Akuntansi..........................................................................................
2.4 Rerangka Konseptual......................................................................................................
2.4.1 Model..............................................................................................................12
2.4.2 Aspek Kependidikan.......................................................................................13
2.5 Prinsip Akuntansi Berterima Umum..............................................................................
2.5.1 Tiga Pengertian Penting..................................................................................16
2.5.2 Berlaku atau Berterima....................................................................................17
2.6 Teori Regulasi Pelaporan Keuangan dan Isu..................................................................
2.7 Kasus untuk Pasar Tidak Teratur untuk Informasi Akuntansi.......................................
2.7.1 Teori Agensi....................................................................................................20
2.7.2 Pasar Modal yang Kompetitif dan Insentif Pemberi Sinyal.............................21
2.7.3 Argumen yang Mendukung Peluang Kontrak Pribadi.....................................22
2.8 Kasus untuk Pasar yang Diatur untuk Informasi Akuntansi..........................................
2.8.1 Kegagalan Pasar..............................................................................................23
2.8.2 Tujuan Sosial...................................................................................................24
2.8.3 The Codificational Justification of Standard Setting.......................................24

ii
2.8.4 Comparing Regulated and Unregulated Markets............................................25
2.9 Imperfections of Accounting Regulation........................................................................
2.10 The Regulatory Process................................................................................................
2.10.1 The Political Nature of Regulation................................................................30
2.10.2 Regulatory Behavior......................................................................................32
2.11 Economic Consequences of Accounting Policy............................................................
PENUTUP................................................................................................................................
3.1 KESIMPULAN..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................

iii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunianya kita dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Teori Akuntansi yang
berjudul “Perekayasaan Pelaporan Keuangan & Teori Regulasi Pelaporan
dan Isu”.
Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
mata kuliah Teori Akuntansi yang sudah memberikan kepercayaan kepada kami
untuk menyelesaikan tugas ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka
menambah pengetahuan dan juga wawasan. Kami pun menyadari bahwa di
dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi
perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang
khususnya bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika
terdapat kata-kata yang kurang berkenan.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Purwokerto, Maret 2020

Penulis

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dengan seperangkat pengetahuan akuntansi sebagai teknologi, orang akan


mampu merekayasa suatu mekanisme pelaporan keuangan untuk suatu negara.
Salah satu tujuan ekonomik negara adalah alokasi sumber daya ekonomik secara
efektif dan efisien untuk mencapai tingkat kemakmuran masyarakat yang
optimal. Kebijakan dan regulasi pemerintah yang secara langsung
mempengaruhi para pelaku dan sistem ekonomi negara merupakan wahana
dalam alokasi sumber daya ekonomik. Akuntansi menjadi wahana dan
mempunyai peran nyata dalam alokasi tersebut. Peran tersebut dapat terjadi
mengingat karakteristik akuntansi sebagai teknologi. Pelaporan keuangan
nasional harus direkayasa secara saksama untuk mengendalikan alokasi sumber
daya secara automatis melalui mekanisma sistem ekonomik yang berlaku.
Dalam pelaporan keuangan, pengendalian secara automatis dicapai dengan
ditetapkannya suatu pedoman pelaporan keuangan yaitu Prinsip Akuntansi
Berterima Umum (PABU) yang termasuk didalamnya strandar akuntansi.
Perekayasaan pelaporan keuangan adalah proses pemikiran logis, deduktif,
dan objektif untuk memilih dan mengaplikasi ideologi, teori, konsep dasar,
teknik, prosedur, dan teknologi yang tersedia secara teoretis dan praktis untuk
mencapai tujuan negara melalui tujuan pelaporan keuangan dengan
mempertimbangkan faktor sosial, ekonomik, politik, dan budaya negara. Hasil
perekayasaan dituangkan dalam suatu dokumen resmi yang disebut rerangka
konseptual yang fungsinya dapat dianalogi dengan konstitusi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Seperti yang telah diuraikan mengenai pembahasan makalah ini dalam latar
belakang, penulis mengambil beberapa masalah dalam topik ini, di antaranya:
1. Bagaimana Proses Perekayasaan ?
2. Bagaimana Proses Perekayasaan Sebagai Proses deduktif ?

1
3. Apa saja Aspek Semantik dalam Perekayasaan ?
4. Bagaimana Proses Saksama ?
5. Bagaimana Konsep Informasi Akuntansi ?
6. Bagaimana Rerangka Konseptualnya ?
7. Bagaimana Rerangka Konseptual versi IASC ?
8. Apa yang dimaksud Prinsip Akuntansi Berterima Umum ?
9. Apakah yang dimaksud istilah Berlaku atau Berterima ?
10. Bagaimana Autoritas Rerangka Konseptual ?
11. Bagaimana Struktur Akuntansinya ?
12. Bagaimana teori regulasi pelaporan dan Isunya ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Tujuan penulis membuat makalah “Perekayasaan Pelaporan Keuangan &
Teori Regulasi Pelaporan dan Isu” adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui Proses Perekayasaan
2. Mengetahui Perekayasaan Sebagai Proses deduktif
3. Mengetahui Aspek Semantik Dalam Perekayasaan
4. Mengetahui Proses Saksama
5. Mengetahui Konsep Informasi Akuntansi
6. Mengetahui Rerangka Konseptual
7. Mengetahui Rerangka Konseptual versi IASC
8. Mengetahui Prinsip Akuntansi Berterima Umum
9. Mengetahui istilah Berlaku atau Berterima
10. Mengetahui Autoritas Rerangka Konseptual
11. Mengetahui Struktur Akuntansi
12. Mengetahui Teori Regulasi Pelaporan dan Isunya

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perekayasaan Pelaporan Keuangan

Pengertian teori didasarkan pada gagasan bahwa akuntansi merupakan


disiplin atau bidang pengetahuan teknologi. Dengan demikian, teori akuntansi
dimaknai sebagai penalaran logis. Oleh karena itu, definisi akuntansi secara luas
sebagai :
seperangkat pengetahuan yang mempelajari perekayasaan penyediaan jasa
secara nasional berupa informasi keuangan kuantitatif unit-unit organisasi
dalam suatu lingkungan negara tertentu dan cara pemyampaian informasi
tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam
pengambilan keputusan ekonomik.
Agar manfaat akuntansi dapat dirasakan, pengetahuan perekayasaan tersebut
harus diaplikasi dalam suatu wilayah (negara). Wujud aplikasi ini adalah
terciptanya suatu mekanisme pelaporan keuangan (financial reporting) nasional
yang dengannya unit-unit organisasi bisnis, nonbisnis, dan kepemerintahan dalam
suatu negara menyediakan data dan menyampaikan informasi keuangan kepada
para pengambil keputusan yang dianggap paling dominan dan berpengaruh dalam
pencapaian tujuan negara (khususnya tujuan ekonomik dan sosial).
Salah satu tujuan ekonomik negara adalah alokasi sumber daya ekonomik
(alam, manusia, dan keuangan) secara efektif dan efisien untuk mencapai tingkat
kemakmuran masyarakat yang optimal. Kebijakan dan regulasi pemerintah (dalam
berbagai bentuk undang-undang, ketetapan dan peraturan) yang secara langsung
mempengaruhi para pelaku dan sistem ekonomi negara merupakan wahana dalam
alokasi sumber daya ekonomik. Akuntansi dapat menjadi wahana dan mempunyai
peran yang nyata dalam alokasi tersebut kalau informasi yang dihasilkan sengaja
dirancang agar dapat mempengaruhi perilaku para pengambil keputusan
ekonomik dominan untuk menuju ke keefektifan dan efisiensi alokasi sumber
daya negara. Peran seperti ini dapat terjadi mengingat karakteristik akuntansi
sebagai teknologi. Teknologi yang diterapkan harus dipilih dan dirancang dengan

3
baik dan tidak selayaknyalah kalau akuntansi dibiarkan berkembang secara
alamiah atau bahkan liar tanpa haluan yang jelas.
Oleh karena itu, pelaporan keuangan nasional harus direkayasa secara
saksama untuk pengendalian alokasi sumber daya secara otomatis melalui
mekanisme sistem ekonomik yang berlaku. Dalam pelaporan keuangan,
pengendalian secara automatis dicapai dengan ditetapkannya suatu pedoman
pelaporan keuangan yaitu prinsip akuntansi berterima umum/PABU termasuk
didalamnya standar akuntansi.

2.2 Proses Perekayasaan

Pelaporan keuangan adalah struktur dan proses akuntansi yang


menggambarkan bagaimana informasi keuangan disediakan dan dilaporkan untuk
mencapai tujuan ekonomik dan sosial negara. Pengertian ini lebih luas daripada
apa yang dideskripsi oleh Financial Accounting Standards Board (FASB) dalam
Statements of Financial Accounting Concepts. FASB mengartikan pelaporan
keuangan sebagai sistem dan sarana penyampaian (means of communication)
informasi tentang segala kondisi dan kinerja perusahaan terutama dari segi
keuangan dan tidak terbatas pada apa yang dapat disampaikan melalui statement
keuangan. Hal ini diungkapkan FASB yaitu :
Financial reporting includes not only financial statements but also other
means of communicating information that relates to, directly and indirectly,
to information provided by the accounting system – that is, information
about an enterprise’s resources, obligations, earnings, etc.
Lingkup pelaporan keuangan yang dideskripsi FASB tersebut sebenarnya
meliputi pelaporan internal dan eksternal. Namun FASB membatasi pengertian
pelaporan keuangan untuk tujuan eksternal dan pelaporan keuangan disamakan
dengan pelaporan keuangan eksternal umum (general purpose external financial
reporting). Dalam pembahasan ini, pengertian pelaporan keuangan meliputi pula
struktur dan mekanisme bekerjanya sistem dalam suatu negara.
Struktur akuntansi melukiskan unsur-unsur (pihak-pihak dan sarana-sarana)
yang terlibat dalam dan terpengaruh oleh penentuan/penyediaan informasi

4
keuangan dan saling-hubungan antara unsur-unsur tersebut. Pihak yang terlibat
(berkepentingan) meliputi pelaku dan institusi misalnya penyusun standar, profesi,
pemerintah, badan pembina pasar modal, perusahaan sebagai entitas, analis,
manajer, akuntan publik dan pemakai laporan. Sarana-sarana yang membentuk
struktur akuntansi meliputi misalnya peraturan pemerintah, standar akuntansi,
laporan keuangan, konvensi pelaporan. Pengertian proses akuntansi dalam
pelaporan keuangan adalah mekanisme tentang bagaimana pihak-pihak dan
sarana-sarana pelaporan bekerja dan saling berinteraksi sehingga dihasilkan
informasi keuangan yang diwujudkan dalam bentuk laporan/statemen keuangan
termasuk mekanisme untuk menentukan kewajaran statemen keuangan.
Pelaporan keuangan sebagai sistem nasional merupakan hasil perekayasaan
akuntansi di tingkat nasional. Perekayasaan akuntansi adalah proses pemikiran
logis dan objektif untuk membangun suatu struktur dan mekanisme pelaporan
keuangan dalam suatu negara untuk menunjang tercapainya tujuan negara.

5
Perekayasaan akuntansi berkepentingan dengan pertimbangan untuk
memilih dan mengaplikasi ideologi, teori, konsep dasar, dan teknologi yang
tersedia
secara
teoritis
dan
praktis
untuk

mencapai tujuan ekonomik dan sosial negara dengan mempertimbangkan faktor


sosial, ekonomik, politik dan budaya negara. Proses perekayasaan akuntansi dapat
dilukiskan sebagai berikut :

Dalam perekayasaan tersebut, tujuan negara dijabarkan dalam tujuan


pelaporan keuangan. Harapannya adalah pencapaian tujuan akuntansi dengan
sendirinya akan membantu tercapainya tujuan negara. Proses tersebut merupakan
manifestasi dari pendefinisian akuntansi sebagai teknologi.

6
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan perekayasaan (kotak ketiga dari atas)
melibatkan pertimbangan dan pemilihan berbagai gagasan tentang ideologi,
filosofi, paradigma, dan konsep dasar untuk menjamin agar tujuan pelaporan
tercapai. Gagasan yang dipilih tentunya adalah gagasan yang cocok dengan
lingkungan diterapkannya akuntansi agar hasil perekayasaan menjadi efektif
sebagai alat. Proses perekayasaan ini pada dasarnya adalah proses untuk
menjawab pertanyaan mendasar yaitu bagaimana suatu kegiatan operasi
perusahaan disimbolkan dalam bentuk statemen keuangan sehingga orang yang
dituju dapat membayangkan operasi perusahaan secara finansial tanpa harus
menyaksikan secara fisis operasi perusahaan (misalnya mengunjungi
kantor/pabrik).
Penyimbolan kegiatan fisis adalah menentukan objek-objek fisis yang
dianggap penting bagi yang dituju statemen dan menyimbolkannya dalam bentuk
elemen-elemen statemen keuangan beserta pengukurannya. Proses ini dapat
dianalogi dengan masalah perekayasaan dalam kartografi yaitu bagaimana
menyimbolkan kondisi fisis suatu wilayah geografis dalam bentuk peta (misalnya
peta jalan atau road map) sehingga orang yang belum pernah melewati wilayah
tersebut dapat memperoleh gambaran yang meyakinkan mengenai wilayah
tersebut hanya dengan melihat peta jalan. Tentu saja, agar peta tidak menyesatkan
pemakai, dia harus dapat dipercaya (reliable) dan dapat diuji kebenarannya
(verifiable). Artinya, apa yang termuat dalam peta tersebut menyatakan keadaan
senyatanya jalan-jalan di wilayah yang dipetakan. Oleh karena itu, teori dan
konsep atau kerangka pembuatan peta yang baik harus diikuti.
Analogi lain adalah pembuatan undang-undang dasar suatu negara. Proses
pemikiran dan pertimbangan dalam pembuatan undang-undang dasar atau
konstitusi dapat disebut sebagai perekayasaan. Pembuatan undang-undang dasar
melibatkan pertanyaan-pertanyaan mendasar seperti apa ideologi dan tujuan
negara, apa bentuk pemerintahan, apa syarat untuk mejadi kepala pemerintahan,
siapa pemegang kedaulatan rakyat, apa sistem ekonomi yang dianut dan
sebagainya.

7
2.2.1 Perekayasaan Sebagai Proses Deduktif

Sebagai penalaran dedukatif-normatif, hendriksen (1982) menguraikan aspek-


aspek yang harus dipertimbangkan dalam proses perekayasaan untuk
menghasilkan rerangka teoretis akuntansi yaitu :
1) Pernyataan postulat yang menggambarkan karakteristik unit-unit usaha
(entitas pelapor) dan lingkugannya.
2) Pernyataan tentang tujuan pelaporan keuangan yang diturunkan dari
pernyataan postulat.
3) Evaluasi tentang kebutuhan informasi oleh pihak yang dituju (pemakai)
dan kemampuan pemakai untuk memahami, menginterpretasi, dan
menganalisis informasi yang disajikan.
4) Penentuan atau pemilihan tentang apa yang harus dilaporkan.
5) Evaluasi tentang pengukuran dan proses penyajian untuk mengkomunikasi
informasi tentang perusahaan dan lingkungannya.
6) Penentuan dan evaluasi terhadap kendala-kendala pengukuran dan
deskripsi unit usaha beserta lingkungannya.
7) Pengembangan dan penyusunan pernyataan umum (general proposisition)
yang dituangkan dalam bentuk suatu dokumen resmi yang menjadi
pedoman umum dalam menyusunan standar akutansi.
8) Perancang bagunan struktur dan sistem informasi akuntansi (produser,
metode, dan teknik) untuk menciptakan, menangkap, mengolah,
meringkas, dan menyajikan informasi desuai dengan standar atau prinsip
akutansi berterima umum.
2.2.2 Siapa Merekayasa

Proses perekayasaan bukan suatau upaya perseorangan (one-man show)


tetapi merupakan upaya tim yang melibatkan berbagai disiplin intelektual dan
kekuatan politik mengingat perekayasaan tersebut merupakan suatu proses yang
serius yang hasilnya berdampak luas dan panjang. Oleh karena itu, badan legislatif
pemerintah (dalam hal ini DPR atau bahkan MPR) mempunyai peran penting

8
dalam hal ini mengingat rerangka konseptual mempunyai fungsi semacam
undang-undang dasar (konstitusi).
2.2.3 Aspek Semantik dalam Perekayasaan

Proses semantik ini tidak lain adalah memilih dan menyimbolkan objek-
objek fisik kegiatan perusahaan yang relevan menjadi objek-objek (disebut
elemen-elemen) statemen keuangan. Elemen-elemen itu sendiri belum bermakna
dan menjadi informasi sebelum diukur dengan cara tertentu agar besar-kecilnya
elemen dapat dirasakan manfaat atau pengaruhnya. Agar dapat diolah dan
disajikan dalam bentuk informasi keuangan, objek-objek fisis harus dikuantifikasi
ke dalam satuan yang homogenus sehingga satuan tersebut dapat menggambarkan
besarnya (size) dan hubungan (relationship) antarobjek. Dari segi akuntansi,
aliran fisis perusahaan akhirnya direpresentasi dalam bentuk satuan uang hasil
pengukuran elemen yang menjadi bahan olah dan data dasar akuntansi. Jumlah
rupiah sebagai hasil pengukuran ini disebut dengan kos (cost).
2.2.4 Proses Saksama

Untuk mencapai kualitas yang tinggi dan andal, proses perekayasaan harus
dilakukan melalui tahap-tahap dan prosedur yang saksama dan teliti. Berikut ini
adalah proses-proses saksama (due process) yang dilaksanakan FASB dalam
menyusun pernyataan resmi:
1. Mengevaluasi masalah (preliminary evaluation). Dalam tahap ini FASB
mengidentifikasi masalah akuntansi dan pelaporan.
2. Mengadakan riset dan analisis. Tugas ini biasanya dilakukan oleh staf
teknis FASB dan satuan tugas (task force) yang terdiri atas ahli di luar
FASB yang ditunjuk atau dikomisi oleh FASB. Hasil analisis diterbitkan
dalam bentuk Laporan Riset (Research Reports).
3. Menyusun dan mendistribusi Memorandum Diskusi kepada setiap pihak
yang berkepentingan. Memorandum ini berisi analisis terinci semua aspek
masalah yang telah disidangkan pada tingkat awal (early deliberation).
4. Mengadakan dengar pendapat umum (public hearing) untuk membahas
masalah yang diungkapkan dalam Memorandum Diskusi.

9
5. Menganalisis dan mempertimbangkan tanggapan publik atas
Memorandum Diskusi (baik dari dengar pendapat maupun dari tanggapan
tertulis).
6. Menerbitkan draf awal standar yang diusulkan yang dikenal dengan nama
Exposure Draft (ED) untuk mendapatkan tanggapan tertulis dalam waktu
30 hari setelah penerbitan.
7. Menganalisis dan mempertimbangkan tanggapan tertulis terhadap ED.
8. Memutuskan apakah jadi menerbitkan suatu statemen atau tidak. Statemen
dapat diterbitkan kalau mayoritas anggota menyetujui.
9. Menerbitkan statemen yang bersangkutan.
Prosedur diatas mengisyaratkan bahwa suatu statement memerlukan waktu
cukup lama untuk disahkan dan diterbitkan. Penerbitan selain statemen juga harus
mengikuti prosedur saksama tetapi tidak seketat statemen karena bentuk
penerbitan yang lain umumnya hanya bersifat memodifikasi, mengklarifikasi, atau
memperluas arti tetapi tidak dapat mengganti atau meniadakan suatu statemen.
Suatu statemen hanya dapat diganti atau diubah dengan penerbitan statemen baru.

2.3 Konsep Informasi Akuntansi

Nilai informasi adalah kemampuan informasi untuk meningkatkan


pengetahuan dan keyakinan pemakai dalam pengambilan keputusan. Simbol-
simbol (elemen-elemen) yang termuat dalam seperangkat statemen keuangan
sebenarnya tidak mempunyai makna apabila tiap elemen di interpretasi sebagai
objek yang berdiri sendiri. Artinya, satu elemen dan jumlah rupiahnya belum
memberi informasi apabila tidak dihubungkan dengan elemen lainnya. Semua
elemen diinterpretasi menjadi satu kesatuan. Ibaratnya, statemen keuangan berisi
rangkaian elemen-elemen baru dapat ditangkap maknanya kalau bentuk, isi dan
susunannya diartikan secara kontekstual dengan pedoman yang disepakati.
Karena model akuntansi yang dikenal luas saat ini menempatkan investor
dan kreditor sebagai pihak dominar, informasi semantic yang ingin disampaikan
adalah likuiditas, solvensi, profitabilitas, dan sebagainya. Informasi semantik ini
harus ditangkap secara kontekstual melalui tiga komponen sebagai satu kesatuan,

10
yaitu elemen (objects), ukuran dalam unit moneter (size), dan hubungan
(relationship) antar elemen.
Hubungan harus dikenali tidak hanya secara vertical (intra-perioda) tetapi
juga harus secara horizontal (inter-perioda) bahkan antar perusahaan. Dalam
konteks akuntansi, kos merupakan ukuran (size) elemen statemen keuangan.
Berbagai hubungan yang menunjukan informasi semantic dapat dinyatakan dalam
bentuk rasio keuangan. Gabungan antara elemen, ukuran, dan hubungan akan
menghasilkan makna bila diinterpretasi atas dasar prinsip akuntansi berterima
umum.
2.4 Rerangka Konseptual

Dalam perekayasaan akuntansi, jawaban atas pertanyaan perekayasaan akan


menjadi konsep-konsep terpilih yang dituangkan dalam dokumen resmi yang di
Amerika disebut rerangka konseptual (conceptual framework). Bila operasi
akuntansi dianalogi dengan kegiatan kenegaraan, rerangka konseptual dapat
dianalogi dengan konstitusi sedangkan prosesnya dapat dianalogi dengan proses
pemikiran dalam pembuatan konstitusi negara. Karena faktor lingkungan dan
kebutuhan unik tiap negara harus dipertimbangkan, rerangka konseptual yang
dikembangkan dalam negara yang satu dapat berbeda dengan rerangka konseptual
negara yang lain. Dengan kata lain, rerangka konseptual akan unik untuk tiap
negara.
Tanpa rerangka konseptual sebagai “konstitusi” akan sangat sulit bagi
penyusun standar untuk mengevaluasi argumen bahwa perlakuan akuntansi
tertentu lebih baik dalam menggambarkan realitas ekonomi atau untuk menilai
bahwa perlakuan akuntansi tertentu lebih efektif daripada perlakuan lain dalam
rangka mencapai tujuan sosial atau ekonomik. Tanpa rerangka konseptual, tidak
dapat dihindari kemungkinan para penyusun standar menggunakan konsep
menurut selera sendiri tanpa haluan yang jelas sehingga ada kemungkinan “ganti
dewan ganti standar”. Akibatnya, standar akuntansi yang diterbitkan tidak
konsisten.
Menurut Kam (1990), manfaat rerangka konseptual adalah sebagi berikut:

11
1. Memberikan pengarahan atau pedoman kepada badan yang bertanggung
jawab dalam penyusunan/penetap standar
akuntansi.
2. Menjadi acuan dalam memecahkan
masalah akuntansi yang dijumpai dalam
praktik yang perlakuannya belum diatur
dalam standar atau pedoman spesifik.
3. Menentukan batas-batas pertimbangan
dalam penyusunan statemen keuangan.
4. Meningkatkan pemahaman pemakai
statemen keuangan dan meningkatkan
keyakinan terhadap statemen keuangan.
5. Meningkatkan keterbandingan statemen
keuangan antar perusahaan.

2.4.1 Model

Kerangka konseptual versi FASB


Memuat empat konsep penting, antara lain:
a) Tujuan pelaporan keuangan
b) Kriteria kualitas informasi
c) Elemen-elemen statemen keuangan
d) Pengukuran dan pengakuan
Empat komponen tersebut membentuk satu kesatuan yang saling berkaitan
dan dituang dalam beberapa dokumen resmi berupa pernyataan (Statement of
Financial Accounting Concept/ SFAC).
Pelaporan keuangan versi FASB ini tidak hanya menghasilkan informasi
yang dapat ditungkan dalam statemen keuangan tetapi informasi lain yang
mengandung kebermanfaatan dalam keputusan. Menurut FASB, beberapa
informasi penting lain lebih baik dapat disediakan melalui media selain statemen
keuangan. Informasi lain-lain pada statemen keuangan meliputi laporan analisis

12
keuangan dan pasar modal, statistic ekonomik, artikel tentang perusahaan dalam
media massa, dan informasi dari jumpa pers manajer.
Kerangka Konseptual versi IASC
Kerangka IASC (International Accounting Standards Committee/IASC)
disebut dengan Framework for the Preparation and Presentation of Financial
Statements, yang diterjemahkan oleh IAI sebagai Kerangka Dasar Penyusunan
dan Penyajian Laporan Keuangan. Untuk komponen tujuan, IASC menyebutnya
sebagai tujuan statemen keuangan bukan tujuan pelaporan keuangan seperti yang
FASB sebutkan. IASC menegaskan bahwa statemen keuangan merupakan bagian
dari proses pelaporan keuangan. Penerapan standar IASC bersifat internasional.
Maka dari itu, karakteristik negara menjadi tidak relevan.
Pada kerangka konseptual FASB, yang lebih memperhatikan faktor
lingkungan, suatu hasil proses perekayasaan lebih menggambarkan konsekuensi
dari pengertian akuntansi sebagai teknologi. Oleh karena itu, lebih cocok untuk
dijadikan suatu model perekayasaan dalam pengembangan kerangka konseptual
untuk suatu negara. Selain itu, kerangka ini banyak memuat penalaran dan
argumen untuk memilih konsep-konsep yang relevan.
2.4.2 Aspek Kependidikan

Secara spesifik, FASB menyebutkan bahwa:


… knowledge of the objectives and concepts the Board will
use in developing standards should also enable those who
affected by or interested in financial accounting standards to
understand better the purpose, content, and characteristics of
information provided by financial accounting and reporting. That
knowledge is expected to enhance the usefulness of, and
confidence in, financial accounting and reporting.
Dari pernyataan tersebut, dijelaskan bahwa penalaran dan argumen yang
melekat pada tiap penjelasan konsep-konsep dalam kerangka konseptual versi
FASB, membentuk seperangkat pengetahuan (knowledge) yang dapat dipandang
sebagai suatu teori deduktif-normatif untuk memahami lebih baik (to understand
better) mengapa konsep tertentu dipilih bukan yang lain dan apa implikasinya.

13
Validitas teori ini dapat dievaluasi atau diverifikasi atas dasar penalaran logis
yang melandasi tiap argumen. Maka dari itu, sebagai suatu pengetahuan untuk
pembelajaran atau untuk teknologi diperlukan pengembangan kerangka
konseptual baru di suatu negara. Dalam hal ini kerangka konseptual FASB lebih
unggul dibandingkan dengan IASC.
Di bidang akademik, kerangka konseptual merupakan materi yang sangat
penting dalam pengajaran teori akuntansi karena dapat berdampak pada perbaikan
dan kemajuan praktik. Kerangka konseptual sebagai hasil perekayasaan harus
selalu dievaluasi keefektifannya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Oleh karena
itu, perubahan dan modifikasi selalu harus dilakukan jika perubahan tersebut
memang menempatkan akuntansi menjadi lebih efektif sebagai alat. Dengan
mengacu pada kerangka konseptual, penelitian dalam bidang akuntansi dapat
diarahkan untuk menemukan prinsip, metoda, dan prosedur baru dalam
memecahkan masalah-masalah akuntansi yang timbul.

2.5 Prinsip Akuntansi Berterima Umum

Rerangka konseptual yang berfungsi semacam konstitusi hanya memuat


konsep-konsep umum yang secara keseluruhan dapat dianggap sebagai “konstitusi
akuntansi” disuatu negara. Pedoman dapat ditentukan secara resmi oleh badan
yang berwenang dalam bentuk standar akuntansi atau dapat juga pedoman-
pedoman yang baik dan telah banyak dipraktikkan dapat digunakan sebagai acuan
bila hal tersebut tidak bertentangan dengan rerangka konseptual atau didukung
berlakunya secara autoritatif (mempunyai autoritatif support). Kedua pedoman
secara keseluruhan membentuk rerangka pedoman operasional yang disebut
generally accepted accounting principles/GAAP (prinsip akuntansi berterima
umum/PABU).
Sebagai pedoman operasional, PABU akhirnya akan menjadi kriteria untuk
menentukan apakah statemen keuangan sebagai media pelaporan keuangan telah
menyajikan informasi keuangan dengan baik, benar, dan jujur yang secara tekns
disebut menyajikan secara wajar (present fairly). Standar akuntansi hanya
merupakan salah satu kriteria untuk menentukan kewajaran. Itulah sebabnya

14
laporan auditor standar tidak menggunakan frasa “standar akuntansi” untuk
menegaskan adanya kewajaran tetapi frasa “prinsip akuntansi berterima umum.”
Berikut alasan kriteria kewajaran penyajian statemen keuangan adalah
PABU bukan Standar Akuntansi Keuangan (untuk laporan auditor di Indonesia)
atau Financial Accounting Standard (untuk laporan auditor di Amerika).
Pertama, tidak semua ketentuan perlakuan akuntansi dapat atau lebih
dituangkan dalam bentuk standar akuntansi. Kewajaran penyajian juga harus
dievaluasi secara luas atas dasar ketentuan-ketentuan lain yang mengikat.
Termasuk dalam ketentuan lain adalah peraturan perundang-undangan dan
ketentuan-ketentuan oleh badan selain penyusun/penetap standar (misalnya
BAPEPAM).
Kedua, bila standar akuntasi secara eksplisit dijadikan kriteria dan
dinyatakan dalam laporan auditor, dikhawatirkan terjadi bahwa kewajaran hanyak
bersifat formal (teknis) bukan bersifat substantive. Artinya standar akuntansi akan
memenuhi standar minimal dan ada kemungkinan evaluator atau auditor hanya
memenuhi standar minimal tersebut untuk menentukan kewajaran. Dapat terjadi
hal-hal penting yang tidak diatur dalam standar akuntansi tidak dipertimbangkan
secara seksama atau bahkan diabaikan.
Ketiga, untuk mencapai kualitas informasi yang tinggi, ukuran kewajaran
harus merupakan suatu rerangka pedoman (a framework of guidelines) yang
cukup komprehensif meliputi aspek teknis dan konseptual (subtantif atau ideal).
Pedoman semacam itu mirip dengan apa yang terjadi dalam penentuan kriteria
perbuatan etis (ethical conduct). Apakah suatu perbuatan dikatan etis secara
profesional harus dinilai atas dasar rerangka pedoman yang di Amerika dikenal
sebagai kode etik/perbuatan professional (code of professional conduct) yang
komprehensif. Rerangka pedoman ini terdiri atas standar ideal (principles), kaidah
atau aturan perbuatan (rules of conduct), penjelasan resmi (interpretations) dan
petunjuk teknik (ethical rulings) yang keseluruhannya membentuk hierarki.
Kaidah perbuatan merupakan standar minimal yang harus dipernuhi agar secara
professional suatu perbuatan akuntan dapat dikatakan etis atau tidak

15
(substandard). Kaidah ini dapat dipaksakan penegakannya oleh profesi dan
pelanggaran terhadapnya dikenai sanksi etis.
Seperti kaidah atau aturan perbuatan dalam rerangka pedoman etika, standar
akuntansi keuangan hanya merupakan bagian dari kriteria luas yang disebut
dengan prinsip akuntansi berterima umum. Makna rerangka pedoman sebagai
kriteria kewajaran ini sejalan dengan apa yang dikemukakan AICPA berikut
dalam standar profesionalnya:
The independent auditor, judgement concerning the ”fairness” of the
overall presentation of financial statements should be applied within the
framework of generally accepted accounting principles. Without that
framework, the auditor would have no uniform standard for judging the
presentation of financial position, results of operations, and cash flows in
financial statements.

2.5.1 Tiga Pengertian Penting

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya terdapat tiga istilah
atau konsep penting yang sangat berbeda maknanya yaitu prinsip akuntansi
(accounting principles), standar akuntansi (accounting standards), dan prinsip
akuntansi berterima umum (generally accepted accounting principles).
Prinsip akuntansi adalah segala ideologi, gagasan, asumsi, konsep, postulat,
kaidah, prosedur, metoda, dan tekik akuntansi yang tersedia baik secara teoritis
maupun praktis yang berfungsi sebagai pengetahuan. Tersedia secara teoritis
artinya prinsip tersebut masih dalam bentuk gagasan akademik yang belum
diprakktikan tetapi mempunyai manfaat dan potensi yang besar untuk diterapkan.
Misalnya, metoda penentuan nilai asset atas dasar aliran kas diskonan (discounted
cash flows), nilai sekarang (current value), atau daya beli konstan (constant
purchasing power) merupakan prinsip akuntansi yang tersedia secara teoritis.
Tersedia secara praktis artinya prinsip tersebut telah dipraktikkan dan dianggap
praktik yang baik dan bermanfaat. Praktik ini dapat terjadi didalam negeri atau di
negara lain. Misalnya, metoda penentuan depresiasi yang dipilih dan dipraktikkan
di Inggris dapat disebut sebagai suatu prinsip akuntansi dari kaca mata negara lain

16
(misalnya Indonesia). Demikian juga, cara menilai asset di Jerman termasuk salah
satu prinsip akuntansi bagi Indonesia. Standar akuntansi yang diterapkan disuatu
negara pun (atau standar akuntansi internasional) dapat menjadi sumber prinsip
akuntansi bagi negara lain.
Standar akuntansi adalah konsep, metode, prinsip, teknik, dan lainnya yang
sengaja dipilih atas dasar rerangka konseptual oleh badan penyusun standar (atau
yang berwenang) untuk diberlakukan dalam suatu lingkungan/negara dan
dituangkan dalam bentuk dokumen resmi guna mencapai tujuan pelaporan
keuangan negara tersebut. Standar akuntansi ditetapkan untuk menjadi pedoman
utama dalam memperlakukan (pendefinisian, pengukuran, pengakuan, penilaian,
dan penyajian) suatu objek, elemen, atau pos pelaporan.
PABU adalah suatu rerangka pedoman yang terdiri atas standar akuntansi
dan sumber-sumber lain yang didukung berlakunya secara resmi (yuridis), teoritis
dan praktis.
Dapat disimpulkan bahwa PABU tidak sama dengan standar akuntansi dan
keduanya juga harus dibedakan dengan pengertian prinsip akuntansi. Ketiga
pengertian tersebut saling berkaitan dan membentuk pengertian PABU sebagai

17
suatu rerangka pedoman. Gambar dibawah ini melukiskan hubungan ketiga
pengertian tersebut.
2.5.2 Berlaku atau Berterima

Istilah berterima digunakan sebagai padan kata accepted dalam istilah


generally accepted principles. Sementara itu, IAI (dalam buku Standar
Profesional Akuntan Publik/SAP) menggunakan istilah berlaku dan bahkan
GAAP diterjemahkan dalam laporan auditor menjadi “prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia.” GAAP bukan sekedar frasa tetapi sudah menjadi
istilah teknis akuntansi (a technical accounting term). Oleh karena itu,
pengindonesiaannya juga harus didasarkan pada makna teknis yang melekat pada
istilah tersebut.
Beberapa penyimpangan makna terjadi dalam istilah “yang berlaku umum
di Indonesia.” “Pertama, penggunaan kata “yang” menjadikan istilah tersebut
sebagai ungkapan atau frasa umum dan bukan lagi istilah teknis yang generik.
Misalnya pengertian “isteri saya yang cantik” sangat berbeda dengan penegrtian
“isteri cantik saya.” Penggunaan kata “yang” mempunyai konotasi bahwa
ada pasangan “yang tidak” padahal maksud generally accepted yang generik tidak
harus mempunyai komplemen atau pasangan  generally accepted atau not
generally accepted.
Kedua, penambahan kata “di” untuk menunjukkan bahwa GAAP tersebut
adalah bersifat atau untuk Indonesia juga tidak tepat secara makna. Sebagai istilah
teknis yang generik, penulisan generally accepted accounting principles tidak
pernah memakai huruf besar kecuali sebagai singkatan (yaitu GAAP). GAAP
memang lahir di Amerika sehingga kalau istilah tersebut tanpa pewatas,
istilah tersebut sering diasosiasi dengan GAAP Amerika (US-GAAP). Barangkali
penambahan “di” perlu terpaksa dilakukan dalam SPAP karena terjadi kesalahan
penggunaan kata “yang” sehingga akan terjadi kejanggalan kalau
digunakan istilah “prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia” yang kalau
maknanya diinggriskan akan menjadi accounting principles (that are) generally
accepted in Indinesia yang menjadikan GAAP bukan lagi sebagai satu kesatuan
sitilah teknis dan generic.

18
Ketiga, makna yang berlaku juga berbeda dengan berterima. Berlaku
mengandung makna efektifatau secara yuridis ditetapkan padahal
makna generally accepted adalah mengawasi bahwa rerangka pedoman meliputi
pula konvensi, kebiasaan, praktik yang dianggap atau disepakati sebagai prinsip
yang baik dan bermanfaat (misalnya praktik industri). Rerangka pedoman tidak
hanya berisi ketentuan-ketentuan yang diturunkan secara resmi oleh badan
penyusun standar. Hal ini sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh
APB.
Jadi, makna yang paling tepat untuk GAAP adalah prinsip akuntansi
berterima umum (PABU). GAAP merupakan jargon penting dan strategik
sehingga penerjemahannya harus benar-benar tepat. Bila harus diberi pewatas
lingkup penerapan (mislanya Indonesia) istilah yang tepat adalah prinsip
akuntansi yang berterima umum Indonesia (PABUI).

2.6 Teori Regulasi Pelaporan Keuangan dan Isu

Pelaporan keuangan untuk perusahaan terbuka telah diatur di Amerika


Serikat sejak 1930-an, ketika Kongres memberdayakan Securities and Exchange
Commission (SEC) untuk mengatur pelaporan keuangan. SEC adalah agen
federal, yang didanai oleh pemerintah federal dan bertanggung jawab kepada
Kongres Amerika Serikat, yang memiliki pengawasan hukum atas tindakan SEC.
Namun, SEC telah memungkinkan kekuatan pembuatan kebijakan akuntansi
untuk tetap berada di sektor swasta, pertama dengan American Institute of Public
Accountants Certified (AICPA), yang mengoperasikan Committee on Accounting
Procedure (CAP) dan Accounting Principles Board (APB), dan kemudian dengan
Financial Accounting Standards Board (FASB). Namun, SEC selalu
mempertahankan pengawasan regulasi terhadap badan-badan sektor swasta ini.
Meskipun pelaporan keuangan adalah kegiatan yang diatur dan
kemungkinan akan terus berlanjut, argumen yang bertentangan kadang-kadang
muncul, yang mengarah ke pertanyaan tentang biaya dan manfaat regulasi. Karena
itu, berguna untuk mengevaluasi argumen baik untuk maupun melawan peraturan
formal. Evaluasi semacam itu membantu kita memahami sifat regulasi akuntansi

19
dan beberapa konsekuensi yang mengalir darinya. Argumen untuk pasar yang
tidak diatur disajikan pertama kali, diikuti oleh argumen untuk pasar yang diatur.
Pada akhir dua bagian pertama, kami menilai manfaat dari dua argumen. Karena
regulasi memang ada dan kemungkinan akan berlanjut, kami kemudian
memeriksa sifat pengambilan keputusan regulasi dan pengaruhnya terhadap
pihak-pihak yang terkena dampak regulasi. Pemeriksaan ini membantu dalam
memahami bagaimana proses pengaturan bekerja. Akhirnya, kami membahas
konsekuensi ekonomi dari peraturan akuntansi.

2.7 Kasus untuk Pasar Tidak Teratur untuk Informasi Akuntansi

Beberapa argumen berbeda mendukung kasus untuk pasar yang tidak diatur.
Semua argumen terkait dengan insentif bagi perusahaan untuk melaporkan
informasi tentang dirinya kepada pemilik dan ke pasar modal secara umum. Teori
agensi menjelaskan mengapa ada insentif untuk pelaporan sukarela kepada
pemilik. Teori pensinyalan menjelaskan pelaporan sukarela yang lebih luas ke
pasar modal dan daya saing di pasar modal. Akhirnya, dikatakan bahwa informasi
apa pun yang tidak dilaporkan secara sukarela dapat diperoleh melalui kontrak
pribadi. Argumen yang mendukung pasar yang tidak diatur untuk informasi
akuntansi sebagian besar bersifat deduktif. Karena kita hidup dalam lingkungan
yang diatur, tes empiris dari posisi pasar bebas cukup sulit untuk dilakukan.
2.7.1 Teori Agensi

Teori agensi memprediksi dan menjelaskan perilaku pihak yang terlibat


dengan perusahaan. Dalam hukum, agen adalah orang yang dipekerjakan untuk
mewakili kepentingan orang lain. Teori ekonomi agensi dibangun di atas konsep
hukum agensi. Teori keagenan menganggap perusahaan itu sendiri sebagai nexus
(persimpangan) dari hubungan keagenan dan berusaha untuk memahami perilaku
organisasi dengan memeriksa bagaimana pihak-pihak dalam hubungan keagenan
di dalam perusahaan memaksimalkan utilitas mereka sendiri.
Salah satu hubungan agensi utama adalah antara kelompok manajemen dan
pemilik perusahaan. Manajer dipekerjakan oleh pemilik perusahaan untuk

20
mengelola kegiatan perusahaan, sehingga membangun hubungan keagenan.
Tujuan manajer dan pemilik mungkin tidak dalam kesepakatan sempurna. Sangat
mudah untuk melihat bagaimana perilaku manajer yang memaksimalkan utilitas
dapat bertentangan dengan kepentingan kepemilikan. Pemilik tertarik untuk
memaksimalkan pengembalian atas investasi dan harga keamanan, sementara
manajer memiliki kepentingan ekonomi yang lebih luas (mis., Kompensasi) dan
kebutuhan psikologis (mis., Gengsi, status, reputasi). Karena potensi konflik ini,
pemilik termotivasi untuk melakukan kontrak dengan manajer sedemikian rupa
untuk meminimalkan konflik antara tujuan kedua kelompok. Biaya timbul dalam
memonitor kontrak agensi dengan manajemen, dan biaya ini, menurut argumen,
mengurangi kompensasi manajer. Oleh karena itu, manajer memiliki insentif
untuk menjaga biaya rendah dengan tidak bertentangan dengan pemilik.
Teori agensi menyoroti konflik antara pemilik dan manajer yang dimitigasi
sampai batas tertentu oleh pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan rutin adalah
salah satu cara dimana pemilik dapat memonitor kontrak kerja dengan
manajernya. Perhatikan bahwa manajerlah yang memberikan informasi untuk
evaluasinya sendiri. Akuntan menyebut jenis pelaporan tradisional ini sebagai
penatalayanan, atau akuntabilitas kepada pemilik perusahaan. Teori agensi juga
telah digunakan untuk menjelaskan permintaan audit. Auditor berfungsi sebagai
penguji independen atas laporan keuangan yang disampaikan oleh manajer kepada
pemilik. Perkembangan historis pelaporan keuangan dan audit mendukung
argumen teori agensi. Meminimalkan biaya pemantauan agensi adalah insentif
ekonomi bagi manajer untuk melaporkan hasil akuntansi secara andal kepada
kepemilikan. Insentif berasal dari fakta bahwa manajer dinilai dan dihargai,
setidaknya sebagian, oleh seberapa baik mereka melaporkan. Pelaporan yang baik
meningkatkan reputasi manajer, dan reputasi yang baik harus menghasilkan
kompensasi yang lebih tinggi karena biaya pemantauan agensi diminimalkan jika
pemilik menganggap bahwa laporan akuntansi dapat diandalkan.
2.7.2 Pasar Modal yang Kompetitif dan Insentif Pemberi Sinyal

Teori agensi menyediakan kerangka kerja untuk menganalisis insentif


pelaporan keuangan antara manajer dan pemilik. Teori pensinyalan menjelaskan

21
mengapa perusahaan memiliki insentif untuk melaporkan secara sukarela ke pasar
modal bahkan jika tidak ada persyaratan pelaporan wajib, perusahaan bersaing
satu sama lain untuk modal risiko yang langka, dan pengungkapan sukarela
diperlukan untuk bersaing dengan sukses di pasar untuk modal risiko.
Kemampuan perusahaan untuk meningkatkan modal ditingkatkan jika perusahaan
memiliki reputasi yang baik sehubungan dengan pelaporan keuangan. Selain itu,
pelaporan yang baik dapat menurunkan biaya modal perusahaan karena ada lebih
sedikit ketidakpastian tentang perusahaan yang melaporkan lebih luas dan andal,
oleh karena itu, ada risiko investasi yang lebih rendah dan tingkat pengembalian
yang diperlukan lebih rendah.
Insentif dapat ada untuk mempersiapkan prospektus secara sukarela ketika
meningkatkan modal dan melaporkan secara teratur untuk mempertahankan minat
investor yang berkelanjutan pada perusahaan. Perusahaan yang berkinerja baik
memiliki insentif yang kuat untuk melaporkan hasil operasi mereka. Tekanan
kompetitif juga memaksa perusahaan lain untuk melaporkan meskipun mereka
tidak memiliki hasil yang baik. Kegagalan melaporkan ditafsirkan sebagai berita
buruk. Perusahaan dengan berita netral termotivasi untuk melaporkan hasil
mereka agar tidak dicurigai memiliki hasil yang buruk. Maka hanya perusahaan
dengan berita buruk yang tidak melaporkan. Situasi seperti itu juga memaksa
perusahaan "berita buruk" untuk mengungkapkan hasil untuk menjaga kredibilitas
di pasar modal.
Insentif ekonomi untuk melaporkan ini (bahkan berita buruk) adalah inti
dari argumen teori pensinyalan untuk pelaporan keuangan sukarela. Ada asimetri
informasi antara perusahaan dan orang luar karena orang dalam tahu lebih banyak
tentang perusahaan dan prospek masa depan daripada orang luar (investor).
Dengan situasi ketidakpastian informasi ini, pihak luar melindungi diri mereka
sendiri dengan menawarkan harga yang lebih rendah bagi perusahaan. Namun,
nilai perusahaan dapat ditingkatkan jika perusahaan secara sukarela melaporkan
(memberi sinyal) informasi pribadi tentang dirinya yang kredibel dan yang
mengurangi ketidakpastian orang luar tentang prospek masa depan perusahaan.

22
2.7.3 Argumen yang Mendukung Peluang Kontrak Pribadi

Argumen ketiga yang mendukung pasar yang tidak diatur adalah anggapan
bahwa siapa pun yang memilikinya benar-benar menginginkan informasi tentang
suatu perusahaan dapat memperolehnya. Pihak mana pun dapat secara pribadi
melakukan kontrak informasi dengan perusahaan itu sendiri, dengan pemilik
perusahaan, atau secara tidak langsung dengan informasi perantara, seperti analis
saham. Jika informasi benar-benar diinginkan melebihi apa yang ada tersedia
untuk umum dan gratis, individu pribadi dapat membeli informasi yang
diinginkan. Di dengan cara ini, kekuatan pasar harus menghasilkan alokasi
sumber daya yang optimal untuk produksi informasi. Pemeriksaan pasar saham
mengungkapkan bahwa orang memang bersedia untuk melakukan kontrak secara
pribadi untuk informasi. Pasar sekuritas adalah pasar informasi sekuritas.

2.8 Kasus untuk Pasar yang Diatur untuk Informasi Akuntansi

Peraturan pasar dapat dibenarkan dengan alasan bahwa itu untuk


kepentingan umum. Di dalam konteks, dua alasan biasanya digunakan untuk
mempertahankan peraturan. Salah satu alasannya adalah kemungkinan kegagalan
dalam sistem pasar bebas, disebut sebagai kegagalan pasar, dan yang
menghasilkan alokasi sumber daya yang tidak optimal. Alasan kedua adalah
kemungkinan pasar bebas bertentangan dengan tujuan sosial.
2.8.1 Kegagalan Pasar

Kegagalan pasar telah menimbulkan beberapa argumen yang mendukung


regulasi. Argumen menyangkut tegas sebagai pemasok informasi monopoli,
kegagalan pelaporan keuangan untuk mencegah penipuan dan kebangkrutan, dan
sifat baik publik dari informasi akuntansi dan keuangan pelaporan.
Perusahaan sebagai Pemasok Informasi Monopoli
Salah satu argumen adalah bahwa kegagalan pasar terjadi karena perusahaan
adalah pemasok monopoli informasi tentang dirinya sendiri. Situasi ini, jika pasar
tidak diatur, menciptakan peluang untuk produksi terbatas informasi dan harga
monopolistik. Pengungkapan wajib menghasilkan lebih banyak informasi dan

23
biaya yang lebih rendah untuk masyarakat daripada yang dicapai di pasar yang
tidak diatur
Kegagalan Pelaporan Keuangan dan Audit
Kritik terhadap praktik akuntansi dan proses penetapan standar umumnya
telah difokuskan pada dugaan kualitas pelaporan keuangan yang rendah, bahkan
berdasarkan peraturan. Alasan yang dikutip ini adalah standar akuntansi dan audit
yang buruk, terlalu banyak fleksibilitas manajemen dalam pilihan kebijakan
akuntansi, dan kadang-kadang kelemahan oleh auditor. Penipuan perusahaan,
tidak terdeteksi oleh auditor, dan kegagalan perusahaan, tidak ditandai
sebelumnya oleh laporan keuangan ataublaporan audit, dikutip sebagai bukti
bahwa sistem pelaporan keuangan gagal melindungi kepentingan publik.
Akuntansi sebagai Barang Publik
Kegagalan pasar juga dapat terjadi dengan apa yang disebut barang publik.
Barang publik adalah komoditas yang, sekali diproduksi, dapat dikonsumsi tanpa
mengurangi kesempatan konsumsi oleh orang lain. Kondisi ini ada karena hak
properti lunak terkait dengan barang-barang tersebut.
2.8.2 Tujuan Sosial

Alasan lain untuk mendukung regulasi pelaporan keuangan adalah bahwa


masyarakat mungkin menginginkannya mencapai tujuan tertentu yang tidak
dipenuhi oleh pasar bebas, bahkan jika tidak ada pasar kegagalan. Pendekatan ini
juga dibenarkan oleh argumen kepentingan publik dan mau tidak mau melibatkan
penilaian normatif tentang bagaimana masyarakat mengalokasikan sumber
dayanya. Informasi yang tersedia luas dan tanpa biaya adalah asumsi model
ekonomi yang sempurna kompetisi. Keadilan pasar modal adalah jenis argumen
kepentingan publik.
2.8.3 The Codificational Justification of Standard Setting

Dalam monograf penting yang diterbitkan oleh American Accounting


Association (AAA), Gaa memberikan pembenaran yang berarti atas peraturan
pelaporan keuangan dan proses penetapan standar. Pengidentifikasian mengacu
pada pendekatan pragmatis untuk meningkatkan standar akuntansi dari waktu ke

24
waktu. Fungsi ini terjadi dalam lingkungan yang diserap oleh masalah seperti
manajer yang memiliki kepentingan yang tidak sepenuhnya bertepatan dengan
orang-orang pemegang saham (masalah teori agensi), kurang menghasilkan
informasi akuntansi karena merupakan barang publik, kurangnya simetri
informasi, dan kurangnya keterbandingan. Perhatian Gaa bukan dengan output
dari FASB dalam bentuk standar, konsep, interpretasi, dan sejenisnya, melainkan
dengan rasionalitas yang mendasari proses penetapan standar itu sendiri.
Sudut pandang codificational (istilah yang digunakan dalam literatur
filosofis) tidak hanya rasional tetapi juga evolusioner dalam arti bahwa sistem
diharapkan meningkat seiring waktu. Dengan demikian ia bekerja paling baik di
masyarakat yang relatif terbuka dan demokratis daripada di masyarakat otoriter.
Mengingat bahwa akuntansi keuangan dapat ditingkatkan dengan regulasi yang
mengikat semua pemain (perusahaan milik publik), orang umumnya dapat
mengharapkan respons 'tetapi tidak harus sempurna' yang rasional dari badan
pengatur seperti CAP, APB, dan FASB. Jika dilihat dari sudut pandang kodifikasi,
anggota organisasi seperti FASB diharapkan memiliki "kemampuan, peluang, dan
keinginan untuk membuat keputusan yang benar (atau setidaknya, bukan
keinginan untuk tidak)."
Standar akuntansi yang dikembangkan dalam lingkungan kodifikasi tidak
selalu benar dalam hal logika deduktif. Sebaliknya, standar dievaluasi berdasarkan
apakah mereka menjalankan fungsi yang dimaksudkan dengan baik 'misalnya,
apakah mereka mengarah pada penyediaan informasi kepada pengguna dengan
biaya yang masuk akal. Jika standar tidak berfungsi, mereka harus, atau
setidaknya bisa diubah. Pendekatan codificational dengan demikian pragmatis,
karena menyempurnakan standar adalah untuk semua maksud dan tujuan tidak
mungkin.
Kodifikasi memberikan ide bagus tentang apa yang dapat diharapkan ketika
masyarakat demokratis berusaha menyelesaikan masalah distribusi yang sulit
(bagaimana manfaat didistribusikan di antara kelompok yang bersaing). Di sisi
lain, kodifikasi dapat dipandang sebagai rasionalisasi dangkal status quo
meskipun, menurut definisi, mengasumsikan bahwa akan ada peningkatan

25
kelembagaan dari waktu ke waktu dalam menangani masalah. Kami memiliki
lebih banyak untuk mengatakan tentang sudut pandang codificational dalam
kaitannya dengan proyek kerangka kerja konseptual FASB di Bab 7.
2.8.4 Comparing Regulated and Unregulated Markets

Terlepas dari kenyataan bahwa akuntansi diatur, sangat sedikit yang benar-
benar diketahui tentang biaya dan manfaat regulasi. Ini berarti bahwa argumen
proregulasi serta argumen untuk pasar yang tidak diregulasi juga sebagian besar
beralasan secara deduktif daripada diteliti secara empiris. Singkatnya, tidak
mungkin untuk menerima argumen yang benar. Berikut ini adalah upaya untuk
menilai manfaat dari dua argumen dan membandingkannya pada poin di mana
mereka membahas masalah yang sama.
Salah satu argumen untuk peraturan adalah bahwa perusahaan adalah
pemasok informasi monopolistik tentang diri mereka sendiri. Prima facie, ini bisa
dipandang sebagai kegagalan pasar. Karena perusahaan adalah pemasok informasi
monopolistik tentang dirinya sendiri, mungkin lebih murah bagi masyarakat untuk
meminta pengungkapan bebas wajib daripada meminta investor secara pribadi
mengontrak informasi yang sama dan membayar harga monopolistik.
Pertimbangan pasar bebas untuk ini adalah bahwa, karena tekanan
kompetitif untuk modal, perusahaan memiliki insentif untuk melaporkan
informasi perusahaan secara sukarela. Karena individu memiliki peluang investasi
alternatif, perusahaan tidak benar-benar dapat memaksakan harga monopolistik.
Mereka memiliki insentif untuk melaporkan secara bebas untuk menarik modal
dan menurunkan biaya modal mereka dengan dianggap sebagai perusahaan
pelaporan yang baik. Argumennya adalah bahwa di mana terdapat risiko informasi
yang dipersepsikan disebabkan oleh pelaporan berkualitas rendah, investor
menghukum perusahaan-perusahaan semacam itu dengan meminta tingkat
pengembalian yang lebih tinggi untuk mengkompensasi risiko tambahan yang
mereka pikir mereka ambil.
Proregulator membantah bahwa sifat kompetitif pasar modal memberikan
insentif untuk pelaporan yang menyesatkan, setidaknya dalam jangka pendek.
Implikasinya adalah bahwa manajer perusahaan tidak boleh membayar penalti

26
untuk pelaporan yang buruk atau menyesatkan dan karena alasan ini mungkin
tergoda untuk memanipulasi pelaporan dalam jangka pendek. Namun, jika ini
benar, itu juga akan menunjukkan bahwa pemilik belum mengembangkan
mekanisme yang baik untuk memantau kontrak agen dengan manajer, yang
mungkin menjadi kasusnya.
Tentu saja ada masalah yang muncul dalam pelaporan keuangan yang terjadi
berdasarkan peraturan. Aspek utama dari masalah ini melibatkan fungsi audit,
yang terjadi di bawah pelaporan keuangan yang diatur dan tidak diatur. Selain itu,
ada tekanan pada proses pengaturan standar itu sendiri. Cara mengurangi tekanan
ini adalah salah satu masalah paling penting yang dihadapi oleh profesi akuntansi
saat ini.
Argumen lain yang menentang peraturan adalah bahwa informasi yang tidak
secara sukarela diungkapkan oleh perusahaan dapat diperoleh melalui kontrak
pribadi. Namun, kelangsungan peluang kontrak swasta dipertanyakan karena sifat
baik publik dari informasi akuntansi dan masalah penunggang bebas.
Akhirnya, dapat diperdebatkan bahwa pelaporan wajib diinginkan dengan
alasan sosial karena menciptakan keadilan di pasar modal, medan bermain yang
lebih adil bagi semua. Semakin banyak informasi yang bersifat publik, semakin
sedikit transfer kekayaan antara mereka yang memiliki informasi dan mereka
yang tidak. Prinsip yang sama inilah yang ada di balik peraturan perdagangan
orang dalam.
Argumen untuk dan melawan peraturan mewakili ekstrem yang disengaja.
Pada kenyataannya, pengungkapan sukarela mungkin penting karena alasan yang
telah disebutkan. Namun ada manfaat dalam mandat kebijakan akuntansi.
Misalnya, standardisasi kebijakan akuntansi dapat menyebabkan pelaporan
keuangan yang lebih baik di antara perusahaan daripada yang terjadi di pasar yang
tidak diatur. Pelaporan publik yang bersifat wajib juga meningkatkan kewajaran
pasar modal dan mengurangi total biaya bagi masyarakat untuk memperoleh
informasi. Karena sebagian besar informasi yang diatur diproduksi sebagai produk
sampingan dari sistem akuntansi perusahaan, biaya pengaturan untuk perusahaan
tampaknya rendah sementara manfaat bagi masyarakat mungkin besar. Jika

27
regulasi lebih disukai, filosofi kodifikasi membenarkan proses penetapan standar,
meskipun tidak menjamin bahwa output dari proses adalah 'atau bahkan bisa'
optimal.
Banyak argumen ekonomi yang menentang regulasi menyatakan bahwa ada
insentif untuk pelaporan sukarela. Namun, fokus regulasi akuntansi bukan pada
pelaporan wajib, tetapi pada peningkatan kualitas informasi yang dilaporkan.
Peraturan akuntansi terutama berkaitan dengan penyempurnaan dan menyatukan
aturan pengakuan dan pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan. Implikasi penting adalah bahwa peraturan akuntansi memerlukan
landasan teoritis, mengingat bahwa terutama kualitas informasi yang sedang
diatur. Kurangnya landasan teoritis secara langsung bertanggung jawab atas
runtuhnya CAP dan APB sebagai badan pengaturan standar. Sebaliknya, FASB
mengembangkan kerangka kerja konseptual sebagai landasan teoritis untuk
pengaturan standar.
Argumen baik untuk dan melawan peraturan akuntansi persuasif tetapi tidak
konklusif. Meskipun kami menyadari bahwa proses regulasi memiliki masalah
yang melekat, bias pribadi kami mendukung regulasi akuntansi, kami percaya
bahwa manfaatnya melebihi biaya.

2.9 Imperfections of Accounting Regulation

Dengan asumsi bahwa manfaat dari peraturan akuntansi melebihi biayanya,


masih tidak mungkin untuk mengetahui apakah sumber daya digunakan untuk
memaksimalkan kesejahteraan sosial, atau bahkan untuk mencapai optimalitas
dalam arti yang lebih ketat dari optimalitas Pareto. Peraturan akuntansi dapat
dibenarkan jika ada kegagalan pasar (seperti dalam hal barang publik) atau jika
pasar bebas menghasilkan hasil yang tidak sesuai dengan tujuan sosial. Namun
ironisnya, peraturan akuntansi tidak dapat memberikan solusi optimal untuk
masalah tertentu pelaporan keuangan. Inilah paradoks regulasi.
Para ekonom telah menyimpulkan bahwa tidak mungkin untuk
mendapatkan kebijakan regulasi yang secara sadar memaksimalkan kesejahteraan
sosial. Kesimpulan yang agak suram ini adalah subjek dari Teorema Imposibilitas

28
Arrow yang terkenal. Setelah sistem penetapan harga pasar bebas ditinggalkan,
tidak ada cara untuk menentukan preferensi sosial agregat. Jika sistem penetapan
harga berfungsi, preferensi sosial agregat diungkapkan melalui keseimbangan
permintaan dan permintaan, dan sumber daya dialokasikan sesuai dengan harga
pasar. Tidak ada aturan yang sebanding dalam pasar yang diatur, dan untuk alasan
ini sulit untuk mengevaluasi manfaat peraturan akuntansi. Karena paradoks ini,
juga tidak mungkin untuk mengetahui apakah peraturan akuntansi menghasilkan
kuantitas dan kualitas pelaporan keuangan yang optimal
Ekonom berpendapat bahwa barang publik yang dipasok di pasar yang
diatur cenderung diproduksi berlebihan. Ini kontras dengan produksi rendah di
pasar yang tidak diatur dan memunculkan paradoks regulasi yang kedua. Alasan
overproduksi adalah permintaan lebih tinggi daripada dalam situasi pasar karena
barang publik yang disediakan berdasarkan peraturan biasanya disubsidi (atau
bahkan tanpa biaya) barang. Pengguna menuntut informasi dalam jumlah tinggi
karena barang itu tidak ada biaya bagi mereka. Karena informasi akuntansi
memiliki karakteristik publik-baik, ada bahaya yang sangat nyata bahwa
kelebihan informasi akuntansi terjadi di pasar yang diatur. Sebagai contoh,
pengguna informasi akuntansi, seperti analis keuangan, bisa dibilang memiliki
permintaan yang tak terpuaskan untuk informasi gratis tentang perusahaan.
Dalam menentukan kebijakan akuntansi, FASB dapat dengan mudah ditipu
tentang permintaan kebijakan akuntansi baru atau alternatif karena pengguna tidak
membayar langsung untuk itu. Ada beberapa bukti bahwa FASB menyadari
masalah kelebihan produksi atau apa yang disebut standar kelebihan, terutama
karena mempengaruhi perusahaan yang lebih kecil, yang diperdagangkan secara
non-publik. Namun, hingga saat ini, satu-satunya bantuan adalah pembebasan
beberapa perusahaan yang dipegang erat dari pengungkapan tambahan.
Kecenderungan overproduksi di pasar yang diatur dapat dihindari hanya jika
sistem penetapan harga diterapkan pada barang publik, menciptakan
nonpurchasers yang secara efektif dikecualikan dari mengonsumsi barang.
Televisi kabel adalah contoh bagaimana pemaksaan ini dilakukan dengan sinyal
televisi. Kuncinya adalah untuk memperkuat hak properti atas barang sehingga

29
nonpembeli dikecualikan dari konsumsi barang secara bebas. Salah satu cara
melakukan ini dalam akuntansi adalah untuk mengajukan laporan perusahaan
dengan SEC dan menagih pengguna untuk salinan informasi. Jika informasi
akuntansi dibeli dengan cara ini, akan ada insentif bagi pengguna untuk tidak
meneruskan informasi tersebut kepada pembalap bebas. Dengan cara ini,
permintaan akan informasi dapat ditentukan, dan biaya produksi pulih dari
pengguna aktual informasi akuntansi. Sistem pengarsipan elektronik (EDGAR) di
SEC mungkin merupakan awal dari teknologi yang memfasilitasi penciptaan hak
properti atas laporan keuangan yang memungkinkan pengisian biaya akses kepada
pengguna.
Sebaliknya, sistem pengungkapan saat ini membebankan biaya pada
perusahaan daripada pada pengguna. Dengan asumsi bahwa perusahaan
memulihkan biaya secara tidak langsung melalui penetapan harga produk,
pengguna informasi akuntansi disubsidi oleh pengguna produk perusahaan.
Konsekuensi dari peraturan ini tunduk pada kritik dengan alasan keadilan.
Ringkasnya, konsekuensi negatif dari pengaturan akuntansi, mengingat
sifatnya yang baik untuk umum, adalah (a) potensi keseluruhan penempatan
sumber daya sosial untuk menghasilkan informasi akuntansi yang tersedia untuk
umum secara gratis dan (b) transfer kekayaan dari bukan pengguna ke pengguna
informasi akuntansi. Transfer kekayaan terjadi karena pengguna menerima
manfaat dari informasi akuntansi gratis, sementara yang bukan pengguna secara
implisit menanggung biaya produksi. Namun, ada juga biaya sosial untuk tidak
mengatur pelaporan keuangan jika ada kegagalan pasar atau jika tujuan yang
diinginkan secara sosial lainnya tidak terpenuhi oleh pasar bebas. Yang bisa kita
lakukan adalah menjaga proses institusional dari penetapan standar akuntansi
yang tidak bias dan untuk bergantung pada sifat evolusioner dari pembenaran
kodifikasional pembuatan aturan akuntansi. Selanjutnya, kami memeriksa sifat
politik dari proses regulasi itu sendiri.

30
2.10 The Regulatory Process

Regulasi pada dasarnya adalah kegiatan politik. Baik ini dimaksudkan


sebagai kritik, juga tidak mengejutkan, meskipun regulasi dilakukan untuk
kepentingan umum. Namun, tidak jelas apa yang dimaksud dengan kepentingan
publik. Karena kesejahteraan sosial tidak dapat diukur (teorema
ketidakmungkinan), tidak ada kriteria untuk menentukan kebijakan apa yang
memaksimalkan kepentingan publik. Akibatnya, gagasan kepentingan publik
paling baik dipahami dalam konteks politik dan dengan mengacu pada penciptaan
khusus dan redistribusi pendapatan dan kekayaan yang dianjurkan. Artinya adalah
bahwa tidak ada cara untuk menentukan peraturan akuntansi yang optimal dan
peraturan itu adalah hasil dari politik sebanyak proses ekonomi.
Tidak mengherankan, model kepentingan pribadi ekonomi digunakan untuk
menganalisis perilaku politik dan peraturan. Dalam pasar yang diatur, individu
atau kelompok yang memiliki kepentingan di pasar termotivasi untuk melobi
kepentingan mereka sendiri, untuk membentuk koalisi dengan pihak lain untuk
lebih memperkuat pengaruh mereka, dan umumnya mencoba untuk
mempengaruhi sistem politik untuk keuntungan mereka.
2.10.1 The Political Nature of Regulation

Tradisi demokratis di Amerika Serikat berarti bahwa proses yang adil


merupakan unsur penting dalam proses pengaturan. Dalam menetapkan kebijakan,
proses yang semestinya berarti bahwa suatu badan pengatur berupaya untuk
melibatkan semua pihak yang terkena dampak dalam musyawarah, ini penting
dalam menjaga legitimasi proses pengaturan. Dengan kata lain, orang-orang yang
terkena dampak peraturan memiliki kesempatan untuk memberikan masukan ke
dalam proses pengambilan keputusan peraturan. Tradisi proses-jatuh kembali ke
salah satu agen federal pertama, Komisi Perdagangan Antar Negara. Bahkan telah
disarankan bahwa metode operasi badan pengawas, yang mencakup prinsip proses
hukum, lebih penting untuk dirinya sendiri. keberlangsungan politik daripada
keputusan aktual yang dibuatnya.

31
Beberapa anggota profesi akuntansi percaya bahwa penetapan kebijakan
akuntansi harus netral dan apolitis. Namun, pandangan yang lebih luas dipegang
adalah bahwa kebijakan akuntansi pasti bersifat politis karena sifatnya yang
dinegosiasikan. Menggunakan 20/20 tinjauan belakang, mudah untuk lihat
mengapa CAP dan APB gagal sebagai badan pengatur. Kedua komite AICPA ini
adalah badan pengatur, tetapi mereka tidak memiliki struktur politik yang
diperlukan untuk memastikan kelangsungan hidup mereka. Untuk satu hal,
mereka hanya memiliki mandat yang lemah untuk mengatur pelaporan keuangan.
Sampai edisi Accounting Series Release (ASR) 150 pada tahun 1973, SEC tidak
secara resmi mendukung penetapan standar sektor swasta. Yang ada adalah aliansi
informal di mana SEC secara diam-diam menerima standar akuntansi yang dapat
diterima untuk pengarsipan SEC. Namun, kadang-kadang, SEC menantang
standar tertentu. Kredit pajak investasi, yang dibahas pada Bab 3, menghasilkan
situasi seperti itu. Karena pengaturan ini, wewenang AICPA untuk mengatur
sangat lemah.
Dari perspektif SEC, pengaturan sebelum ASR 150 memberikan keamanan
dan fleksibilitas. Dengan mengizinkan pengaturan sendiri di sektor swasta, SEC
dilindungi dari politik yang sebenarnya mengatur kebijakan akuntansi, kecuali
ketika itu bijaksana untuk melakukannya. Dalam arti tertentu, SEC berada dalam
posisi untuk menggunakan sektor swasta sebagai kambing hitam jika Kongres
menantang pekerjaan SEC.
Karakteristik fatal lainnya dari komite AICPA adalah sifat tertutup dari
pengaturan kebijakan. Tampaknya tidak ada proses hukum dalam penentuan
aturan akuntansi dan pengungkapan. Meskipun beberapa pertemuan fakta
informal dan permintaan pandangan dari pihak-pihak yang berkepentingan tidak
diragukan lagi terjadi, baru pada akhir masa APB prosedur formal proses hukum
dilaksanakan. Kurangnya proses hukum, atau setidaknya tidak adanya proses
hukum, kadang-kadang menyebabkan tingkat penerimaan yang rendah oleh pihak-
pihak yang terkena dampak. Ironisnya, profesi akuntansi berpikir pendekatan
tertutup itu baik karena mengisolasi pembuatan kebijakan dari pengaruh luar. Ia
percaya pada saat itu bahwa kebijakan akuntansi terutama proses mengidentifikasi

32
metode akuntansi normatif yang benar dan benar. Kalau dipikir-pikir, ini
sepertinya naif, tetapi para peneliti akuntansi dan pembuat kebijakan berpegang
teguh pada keyakinan ini sampai tahun 1960-an.
Dari sudut pandang regulasi, FASB berfungsi lebih sukses daripada
sebelumnya badan pengatur. Standar-standarnya disahkan oleh SEC dalam ASR
150. Proses hukum telah diadopsi sebagai prosedur standar dalam
memperdebatkan dan mengembangkan kebijakan akuntansi. Seperti halnya sistem
hukum, pengambilan keputusan dalam proses yang wajar sangat lambat, tetapi ini
adalah sifat politik demokrasi. Panah merujuk pada kecenderungan ini sebagai
kelumpuhan yang demokratis. Regulasi di bawah sistem proses yang wajar
lambat, tetapi pencapaian konsensus adalah apa yang memberi legitimasi pada
regulasi tersebut. Masalah-masalah FASB, disinggung dalam Bab 3, berasal dari
mahalnya penerapan standar dan, dalam beberapa kasus, kurangnya pemahaman
mereka. Mekanisme untuk proses hukum, bagaimanapun, dengan kuat ditetapkan
dalam struktur organisasi FASB, meskipun garis antara proses hukum dan
politisasi di belakang layar, seperti dalam kasus opsi saham, dapat dilanggar.
2.10.2 Regulatory Behavior

Teori penangkapan dan teori siklus-hidup regulasi keduanya berpendapat


bahwa kelompok yang diatur pada akhirnya menggunakan proses regulasi untuk
mempromosikan kepentingannya sendiri. Ketika ini terjadi, proses regulasi
dianggap ditangkap. Teori siklus-hidup dari regulasi berpendapat bahwa suatu
badan pengawas melewati beberapa fase yang berbeda. Meskipun dimulai untuk
kepentingan publik, regulasi kemudian menjadi instrumen untuk melindungi
kelompok yang diatur. Pihak yang diatur dan badan pengawas datang untuk
melihat bahwa kepentingan mereka bertemu. Menjadi sangat sulit bagi regulator
untuk tetap benar-benar independen karena kelangsungan hidup badan pengawas
itu sendiri mungkin bergantung pada seberapa baik kebijakan diterima oleh
kelompok yang sedang diatur. Yang sering terjadi adalah bahwa badan pengawas
melindungi kelompok yang diatur dari persaingan. Perilaku ini diamati di badan
pengatur yang lebih tua sebelum mereka dideregulasi 'seperti Komisi Perdagangan
Antar Negara, yang mengatur transportasi darat, Badan Penerbangan Federal,

33
yang mengatur transportasi udara, dan Komisi Komunikasi Federal, yang
mengatur lisensi radio dan televisi. Perilaku ini, baik oleh regulator dan pihak-
pihak yang diatur, dijelaskan oleh teori kepentingan pribadi perilaku politik.
Teori penangkapan dan teori siklus hidup berlaku untuk regulasi akuntansi.
Dari 1976 hingga 1978, Kongres Amerika Serikat menyelidiki tuduhan bahwa
peraturan akuntansi telah ditangkap oleh kelompok Delapan Besar perusahaan
akuntansi. Sebagai auditor utama dari perusahaan terbuka, kelompok ini memiliki
saham besar dalam permainan regulasi. Selain itu, sebelum FASB, peraturan
akuntansi dilakukan terutama oleh subkomite AICPA, yang tidak diragukan lagi
sangat dipengaruhi oleh perusahaan akuntansi Delapan Besar. Namun, dengan
implementasi FASB independen, argumen teori penangkapan kehilangan
setidaknya sebagian validitasnya. Pada saat sidang kongres, FASB telah
beroperasi selama beberapa tahun.
Beberapa perubahan dibuat sebagai tanggapan terhadap sidang kongres
'misalnya, restrukturisasi AICPA untuk mengurangi dominasi Delapan Besar dan
untuk meningkatkan pengaturan diri oleh AICPA.Namun, status quo dalam
peraturan akuntansi selamat dari pengawasan Kongres sebagian karena
penangkapan teori dan teori siklus hidup kurang berlaku untuk pelaporan
keuangan. Jumlah pihak yang secara langsung dipengaruhi oleh peraturan
akuntansi jauh lebih besar dan lebih beragam daripada di industri tradisional yang
diatur. Studi pengajuan ke FASB menemukan bahwa bahkan kelompok Delapan
Besar perusahaan akuntansi tidak memiliki sudut pandang yang seragam, dan
kelompok tidak mendominasi kebijakan di FASB.Studi ini menyimpulkan bahwa
pengambilan keputusan di FASB adalah pluralistik. Auditor dan pihak lain yang
dipengaruhi oleh peraturan akuntansi, perusahaan yang harus mematuhi peraturan,
dan penunggang bebas, yang menggunakaninformasi tanpa biaya untuk analisis
investasi, memiliki perbedaan kepentingan, yang menempatkan regulator
akuntansi dalam posisi yang lebih alami daripada yang mungkin terjadi di industri
yang diatur lainnya.
Behavior of Companies, Auditors, and Free Riders

34
Mari kita periksa tiga kelompok yang dipengaruhi oleh peraturan
perusahaan, auditor, dan pembalap bebas secara lebih rinci. Manajemen
perusahaan dapat diharapkan untuk menanggapi proposal peraturan yang
memengaruhi individu atau perusahaan. Semua peraturan akuntansi
membebankan sejumlah biaya produksi pada perusahaan. Orang dapat
berargumen, secara apriori, bahwa ada kecenderungan alami bagi manajemen
untuk menentang pengungkapan atau aturan baru yang membebankan biaya pada
perusahaan. Di sisi lain, beberapa aturan dapat menyebabkan perusahaan tertentu
meningkatkan laba bersih yang dilaporkan. Manajemen dapat memiliki insentif
untuk mendukung proposal baru yang akan secara positif mempengaruhi
pendapatan yang dilaporkan dan yang dapat meningkatkan kompensasi sendiri
(terutama ketika kontrak kerja menggunakan angka akuntansi untuk bonus).
Namun, satu studi menemukan hasil sebaliknya. Perusahaan-perusahaan besar
yang diatur mendukung peraturan akuntansi yang diusulkan yang menurunkan
laba bersih yang dilaporkan.Alasan yang disarankan adalah bahwa kepentingan
diri sendiri dari jenis perusahaan ini adalah untuk meminimalkan biaya politik,
seperti kemungkinan intervensi peraturan di masa depan, dan laba buku yang
lebih rendah konsisten. dengan tujuan ini. Jadi, bahkan di dalam kelompok
manajemen kemungkinan ada serangkaian reaksi terhadap proposal kebijakan
akuntansi.
Auditor prihatin dengan implikasi audit dari aturan pelaporan keuangan.
Adalah naif untuk berpikir bahwa pendapat dari kantor akuntan publik besar tidak
dipertimbangkan secara serius dalam pertimbangan kebijakan akuntansi. Banyak
kantor akuntan publik mempertahankan hubungan reguler dengan personel FASB
dan secara rutin menghadiri dengar pendapat kebijakan di FASB. Auditor dapat
diharapkan untuk mendukung peraturan yang mengurangi keberisikoan audit
misalnya, aturan yang mengklarifikasi atau membakukan pelaporan keuangan.
Auditor cenderung menentang kebijakan yang diproyeksikan yang memperluas
fungsi audit ke bidang subjektif, seperti pengungkapan tambahan data akuntansi
inflasi dan perkiraan laba. Alasan oposisi ini cukup jelas. Jika lebih banyak
informasi subjektif diperlukan, auditor menanggung risiko lebih besar dalam

35
mengaudit informasi, yang meningkatkan kemungkinan litigasi. Dengan asumsi
bahwa auditor adalah penentang risiko, mereka lebih suka menghindari usaha
berisiko seperti itu, jika mungkin.
Sejauh ini masalah paling serius yang timbul dari perilaku auditor
melibatkan penangkapan auditor oleh auditee (perusahaan yang mereka audit). Ini
dapat timbul sebagai akibat dari kontrak konsultasi manajemen besar yang
dimasuki auditor dengan auditee. Kantor akuntan publik dengan demikian
menjadi advokat untuk auditee dalam kontrak konsultasi manajemen. Sayangnya,
biaya konsultasi manajemen umumnya adalah biaya audit kerdil, meskipun yang
terakhir sulit diabaikan. Namun, Sarbanes-Oxley membawa pemisahan antara
audit dan konsultasi manajemen dalam satu auditee.
Salah satu solusi yang mungkin untuk masalah auditor - auditee diusulkan
oleh Ronen. Dia menyarankan penciptaan asuransi laporan keuangan, yang
dibayarkan oleh auditee ke perusahaan asuransi luar. Asuransi ini mencakup
pembayaran asuransi kepada pemegang saham sebagai akibat dari penyajian yang
salah dalam laporan keuangan dan juga biaya auditor. Pada gilirannya, perusahaan
asuransi memilih dan membayar auditor. Selanjutnya, jumlah pertanggungan dan
premi diterbitkan, dengan perusahaan-perusahaan yang memiliki cakupan lebih
tinggi dan premi yang relatif lebih rendah mencari yang terbaik. Perhatikan bahwa
hubungan prinsipal - agen diubah dari perusahaan dan auditor ke perusahaan
asuransi dan auditor. Jika perusahaan asuransi memilih auditor "lowball", itu
meningkatkan risiko harus membayar pemegang saham untuk audit di bawah
standar. Proposal Ronen patut dipertimbangkan dengan sangat hati-hati
Akhirnya, pengendara bebas, seperti analis keuangan, juga mencoba untuk
mempengaruhi hasil pertimbangan kebijakan akuntansi. Analis memiliki motivasi
yang kuat untuk menuntut informasi akuntansi baru yang dapat mereka masukkan
ke dalam riset investasi dan buletin. Sebagai perantara informasi, mereka dapat
menghasilkan uang hanya dengan merangkum informasi publik untuk investor
yang tidak punya waktu untuk menyaringnya sendiri. Perilaku melobi pengendara
bebas perlu diawasi dengan ketat oleh FASB karena pengendara bebas tidak
memiliki kepentingan ekonomi langsung dalam produksi informasi seperti

36
manajemen dan auditor. Karena itu, menanggapi tekanan pengendara bebas dapat
dengan mudah mengakibatkan situasi kelebihan produksi. Secara politis sulit
untuk berurusan dengan penunggang bebas karena mereka mengklaim bertindak
untuk kepentingan publik dengan membuat pasar modal lebih adil dan lebih
kompetitif melalui pelaporan publik gratis. Meskipun argumen ini pantas, ia
mengabaikan pertanyaan tentang biaya produksi informasi dan siapa yang
membayar untuk peraturan akuntansi.
Bahaya tunduk pada tekanan dari kelompok berkepentingan khusus dicatat.
Pembuatan kebijakan akuntansi tidak boleh melayani kelompok berkepentingan
khusus yang merugikan masyarakat secara keseluruhan. Ketika regulasi
didominasi oleh kepentingan khusus, mandatnya tidak lagi ada karena proses
regulasi telah ditangkap oleh kelompok yang memiliki kepentingan pribadi.
Regulasi akuntansi kemungkinan akan terus berlanjut, sehingga penting
untuk memahami sifat dari proses regulasi. Mayoritas peraturan akuntansi
berurusan dengan penyempurnaan laporan keuangan dan standarisasi praktik
daripada dengan pengungkapan diperluas per se. Ini mungkin berarti bahwa
masalah kelebihan produksi dilebih-lebihkan oleh kritik regulasi.

2.11 Economic Consequences of Accounting Policy

Jelas proses pembuatan aturan akuntansi adalah proses politik di mana


berbagai konstituen melobi untuk posisi mereka. Sementara lembaga penetapan
standar harus netral di antara kelompok yang bersaing dalam hal memberikan
informasi yang berguna untuk membantu memprediksi arus kas dan menilai
kinerja manajerial, penetapan standar sering menghasilkan manfaat satu kelompok
dengan mengorbankan yang lain. Artinya, kebijakan akuntansi bukan hanya
masalah efisiensi atau optimalitas ekonomi. Ini juga mempengaruhi distribusi
pendapatan dan kekayaan (siapa yang mendapatkan apa), dan ini tentu merupakan
masalah sosial dan politik yang melampaui akuntansi.
FASB memang, secara terbatas, mengenali masalah ini. Ini
mempertimbangkan konsekuensi ekonomi dari kebijakan akuntansi yang
diusulkan, yang telah didefinisikan sebagai "dampak dari laporan akuntansi pada

37
bisnis, pemerintah, serikat pekerja, investor, dan kreditor.” FASB sangat sensitif
terhadap biaya produsen dan apakah ada manfaat yang memadai (bagi pengguna
eksternal) untuk menjamin pengenaan standar akuntansi baru yang mahal.
Memang, pada akhir 1970-an, FASB mulai menugaskan studi konsekuensi
ekonomi untuk membantu dalam menilai efek dari standar yang diusulkan pada
perusahaan. Sayangnya, studi ini berfokus terutama pada perusahaan, pemegang
saham mereka, dan analis keuangan. Pihak lain, seperti kreditor, konsumen,
karyawan, dan bahkan pemerintah, tidak diperhitungkan dalam kalkulus biaya-
manfaat dari peraturan pelaporan keuangan. Akibatnya, tidak mengherankan
bahwa pertanyaan yang lebih luas seperti keinginan akuntansi
pertanggungjawaban sosial perusahaan belum dipertimbangkan secara serius.
Pelaporan tanggung jawab perusahaan dianjurkan oleh mereka yang percaya
bahwa masyarakat secara keseluruhan memiliki kepentingan yang sah (meskipun
harus pluralistik) dalam perusahaan perilaku, dan bahwa perusahaan harus
bertanggung jawab atas perilakunya dalam berbagai kegiatan. Kisaran itu
mencakup hubungan karyawan dan masyarakat, pengendalian polusi, dan
kepatuhan terhadap undang-undang federal seperti Undang-Undang Kesehatan
dan Keselamatan Kerja dan Undang-undang Perlindungan Lingkungan.
FASB hanya mempertimbangkan biaya dalam arti tersempit, biaya
produsen, dan manfaat yang dipikirkan terutama dalam hal kebutuhan informasi
pasar saham. Sebuah contoh dari orientasi terhadap konsekuensi ekonomi ini
terlihat dalam apa yang disebut masalah kelebihan standar yang dibahas
sebelumnya dalam bab. Perusahaan yang lebih kecil, yang tidak terdaftar secara
publik (dan auditornya) berpendapat bahwa standar akuntansi dirumuskan
terutama untuk perusahaan besar yang diperdagangkan secara publik yang dapat
membayar biaya regulasi akuntansi dan untuk kepentingan analis keuangan yang
menyelidiki perusahaan-perusahaan ini. Untuk perusahaan kecil yang bukan milik
publik, biaya kepatuhan secara proporsional lebih tinggi dan manfaatnya lebih
kecil karena sekuritas perusahaan tidak diperdagangkan. FASB peka terhadap
masalah ini dan menangguhkan dua standar berorientasi pengungkapan, PSAK
No. 14 dan 69, untuk perusahaan kecil yang bukan milik publik. Namun, FASB

38
secara konsisten menolak argumen untuk pengakuan diferensial, pengukuran, dan
aturan pengungkapan dan menegaskan kembali perlunya satu set dasar standar
akuntansi untuk semua perusahaan. Namun demikian, masalah ini telah muncul
kembali sehubungan dengan PSAK No. 150 tentang dapat ditukarkan secara wajib
saham preferen. Penelitian tentang konsekuensi ekonomi juga difokuskan secara
sempit pada pemegang saham dan manajer perusahaan. Satu badan penelitian
yang luas meneliti dampak kebijakan akuntansi dan perubahan kebijakan terhadap
harga saham. Badan penelitian luas lain menyelidiki apakah pilihan metode
akuntansi atau preferensi manajemen untuk metode akuntansi tertentu terkait
dengan kontrak berbasis akuntansi 'khususnya, pembatasan perjanjian dalam
perjanjian utang yang memerlukan pemeliharaan tingkat modal kerja tertentu,
leverage, atau rasio cakupan bunga. Kontrak berbasis akuntansi lain berkaitan
dengan kompensasi manajer, dan di sini dihipotesiskan bahwa manajer memilih
metode akuntansi yang memaksimalkan kompensasi mereka berdasarkan kontrak-
kontrak ini. Sarannya adalah bahwa insentif berbasis kontrak ini membuat
preferensi untuk metode akuntansi peningkatan pendapatan. Baris penelitian ini
berguna dalam menarik perhatian pada cara-cara di mana data akuntansi dapat
digunakan. Namun demikian, fokusnya adalah pada aspek yang sangat terbatas
dari total biaya sosial dan manfaat pelaporan keuangan dan regulasi pelaporan
keuangan. Kesimpulannya, kita belum benar-benar memahami tentang biaya
sosial dan manfaat dari pelaporan keuangan.

39
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Perekayasaan pelaporan keuangan adalah proses pemikiran logis, deduktif,
dan objektif untuk memilih dan mengaplikasi ideologi, teori, konsep dasar, teknik,
prosedur, dan teknologi yang tersedia secara teoretis dan praktis untuk mencapai
tujuan negara melalui tujuan pelaporan keuangan dengan mempertimbangkan
faktor sosial, ekonomik, politik, dan budaya negara. Hasil perekayasaan
dituangkan dalam suatu dokumen resmi yang disebut rerangka konseptual yang
fungsinya dapat dianalogi dengan konstitusi.
Pelaporan keuangan untuk perusahaan terbuka telah diatur di Amerika
Serikat sejak 1930-an, ketika Kongres memberdayakan Securities and Exchange
Commission (SEC) untuk mengatur pelaporan keuangan. SEC adalah agen
federal, yang didanai oleh pemerintah federal dan bertanggung jawab kepada
Kongres Amerika Serikat, yang memiliki pengawasan hukum atas tindakan SEC.
Namun, SEC selalu mempertahankan pengawasan regulasi terhadap badan-badan
sektor swasta ini, seperti American Institute of Public Accountants Certified
(AICPA), yang mengoperasikan Committee on Accounting Procedure (CAP) dan
Accounting Principles Board (APB), dan kemudian dengan Financial Accounting
Standards Board (FASB).
Meskipun pelaporan keuangan adalah kegiatan yang diatur dan
kemungkinan akan terus berlanjut, argumen yang bertentangan kadang-kadang
muncul, yang mengarah ke pertanyaan tentang biaya dan manfaat regulasi. Karena
itu, berguna untuk mengevaluasi argumen baik untuk maupun melawan peraturan
formal. Evaluasi semacam itu membantu kita memahami sifat regulasi akuntansi
dan beberapa konsekuensi yang mengalir darinya.

40
DAFTAR PUSTAKA

Suwardjono. 2014. Teori Akuntansi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE.


Wolk, Harry I., James L. Dodd, and John J. Rozycki. 2017. Accounting Theory: A
Conceptual in a Political and Economic Environment, 8th Ed. Los Angeles:
Sage.

41
1

Anda mungkin juga menyukai