KELOMPOK 3
1. Risqi Aji Ardhianto (C1C017014)
2. M. Fajri N.P (C1C017022)
3. M. Bagaskara (C1C017047)
4. M. Anfrel Al Ghifary (C1C017063)
5. Lisnawati (C1C017065)
6. Dyah Niken Pangestuti (C1C017103)
7. Hafidah Fithri (C1C017109)
8. Gianina Rachel (C1C017112)
9. Bella Andias Permatasari (C1C017119)
DAFTAR ISI..............................................................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................................
BAB I.........................................................................................................................................
PENDAHULUAN......................................................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................................
1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................................
1.3 TUJUAN PENULISAN...................................................................................................
BAB II........................................................................................................................................
PEMBAHASAN........................................................................................................................
2.1 Perekayasaan Pelaporan Keuangan..................................................................................
2.2 Proses Perekayasaan.........................................................................................................
2.2.1 Perekayasaan Sebagai Proses Deduktif.............................................................7
2.2.2 Siapa Merekayasa..............................................................................................8
2.2.3 Aspek Semantik dalam Perekayasaan................................................................8
2.2.4 Proses Saksama.................................................................................................9
2.3 Konsep Informasi Akuntansi..........................................................................................
2.4 Rerangka Konseptual......................................................................................................
2.4.1 Model..............................................................................................................12
2.4.2 Aspek Kependidikan.......................................................................................13
2.5 Prinsip Akuntansi Berterima Umum..............................................................................
2.5.1 Tiga Pengertian Penting..................................................................................16
2.5.2 Berlaku atau Berterima....................................................................................17
2.6 Teori Regulasi Pelaporan Keuangan dan Isu..................................................................
2.7 Kasus untuk Pasar Tidak Teratur untuk Informasi Akuntansi.......................................
2.7.1 Teori Agensi....................................................................................................20
2.7.2 Pasar Modal yang Kompetitif dan Insentif Pemberi Sinyal.............................21
2.7.3 Argumen yang Mendukung Peluang Kontrak Pribadi.....................................22
2.8 Kasus untuk Pasar yang Diatur untuk Informasi Akuntansi..........................................
2.8.1 Kegagalan Pasar..............................................................................................23
2.8.2 Tujuan Sosial...................................................................................................24
2.8.3 The Codificational Justification of Standard Setting.......................................24
ii
2.8.4 Comparing Regulated and Unregulated Markets............................................25
2.9 Imperfections of Accounting Regulation........................................................................
2.10 The Regulatory Process................................................................................................
2.10.1 The Political Nature of Regulation................................................................30
2.10.2 Regulatory Behavior......................................................................................32
2.11 Economic Consequences of Accounting Policy............................................................
PENUTUP................................................................................................................................
3.1 KESIMPULAN..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
iii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunianya kita dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Teori Akuntansi yang
berjudul “Perekayasaan Pelaporan Keuangan & Teori Regulasi Pelaporan
dan Isu”.
Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
mata kuliah Teori Akuntansi yang sudah memberikan kepercayaan kepada kami
untuk menyelesaikan tugas ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka
menambah pengetahuan dan juga wawasan. Kami pun menyadari bahwa di
dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi
perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang
khususnya bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika
terdapat kata-kata yang kurang berkenan.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penulis
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
3. Apa saja Aspek Semantik dalam Perekayasaan ?
4. Bagaimana Proses Saksama ?
5. Bagaimana Konsep Informasi Akuntansi ?
6. Bagaimana Rerangka Konseptualnya ?
7. Bagaimana Rerangka Konseptual versi IASC ?
8. Apa yang dimaksud Prinsip Akuntansi Berterima Umum ?
9. Apakah yang dimaksud istilah Berlaku atau Berterima ?
10. Bagaimana Autoritas Rerangka Konseptual ?
11. Bagaimana Struktur Akuntansinya ?
12. Bagaimana teori regulasi pelaporan dan Isunya ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
baik dan tidak selayaknyalah kalau akuntansi dibiarkan berkembang secara
alamiah atau bahkan liar tanpa haluan yang jelas.
Oleh karena itu, pelaporan keuangan nasional harus direkayasa secara
saksama untuk pengendalian alokasi sumber daya secara otomatis melalui
mekanisme sistem ekonomik yang berlaku. Dalam pelaporan keuangan,
pengendalian secara automatis dicapai dengan ditetapkannya suatu pedoman
pelaporan keuangan yaitu prinsip akuntansi berterima umum/PABU termasuk
didalamnya standar akuntansi.
4
keuangan dan saling-hubungan antara unsur-unsur tersebut. Pihak yang terlibat
(berkepentingan) meliputi pelaku dan institusi misalnya penyusun standar, profesi,
pemerintah, badan pembina pasar modal, perusahaan sebagai entitas, analis,
manajer, akuntan publik dan pemakai laporan. Sarana-sarana yang membentuk
struktur akuntansi meliputi misalnya peraturan pemerintah, standar akuntansi,
laporan keuangan, konvensi pelaporan. Pengertian proses akuntansi dalam
pelaporan keuangan adalah mekanisme tentang bagaimana pihak-pihak dan
sarana-sarana pelaporan bekerja dan saling berinteraksi sehingga dihasilkan
informasi keuangan yang diwujudkan dalam bentuk laporan/statemen keuangan
termasuk mekanisme untuk menentukan kewajaran statemen keuangan.
Pelaporan keuangan sebagai sistem nasional merupakan hasil perekayasaan
akuntansi di tingkat nasional. Perekayasaan akuntansi adalah proses pemikiran
logis dan objektif untuk membangun suatu struktur dan mekanisme pelaporan
keuangan dalam suatu negara untuk menunjang tercapainya tujuan negara.
5
Perekayasaan akuntansi berkepentingan dengan pertimbangan untuk
memilih dan mengaplikasi ideologi, teori, konsep dasar, dan teknologi yang
tersedia
secara
teoritis
dan
praktis
untuk
6
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan perekayasaan (kotak ketiga dari atas)
melibatkan pertimbangan dan pemilihan berbagai gagasan tentang ideologi,
filosofi, paradigma, dan konsep dasar untuk menjamin agar tujuan pelaporan
tercapai. Gagasan yang dipilih tentunya adalah gagasan yang cocok dengan
lingkungan diterapkannya akuntansi agar hasil perekayasaan menjadi efektif
sebagai alat. Proses perekayasaan ini pada dasarnya adalah proses untuk
menjawab pertanyaan mendasar yaitu bagaimana suatu kegiatan operasi
perusahaan disimbolkan dalam bentuk statemen keuangan sehingga orang yang
dituju dapat membayangkan operasi perusahaan secara finansial tanpa harus
menyaksikan secara fisis operasi perusahaan (misalnya mengunjungi
kantor/pabrik).
Penyimbolan kegiatan fisis adalah menentukan objek-objek fisis yang
dianggap penting bagi yang dituju statemen dan menyimbolkannya dalam bentuk
elemen-elemen statemen keuangan beserta pengukurannya. Proses ini dapat
dianalogi dengan masalah perekayasaan dalam kartografi yaitu bagaimana
menyimbolkan kondisi fisis suatu wilayah geografis dalam bentuk peta (misalnya
peta jalan atau road map) sehingga orang yang belum pernah melewati wilayah
tersebut dapat memperoleh gambaran yang meyakinkan mengenai wilayah
tersebut hanya dengan melihat peta jalan. Tentu saja, agar peta tidak menyesatkan
pemakai, dia harus dapat dipercaya (reliable) dan dapat diuji kebenarannya
(verifiable). Artinya, apa yang termuat dalam peta tersebut menyatakan keadaan
senyatanya jalan-jalan di wilayah yang dipetakan. Oleh karena itu, teori dan
konsep atau kerangka pembuatan peta yang baik harus diikuti.
Analogi lain adalah pembuatan undang-undang dasar suatu negara. Proses
pemikiran dan pertimbangan dalam pembuatan undang-undang dasar atau
konstitusi dapat disebut sebagai perekayasaan. Pembuatan undang-undang dasar
melibatkan pertanyaan-pertanyaan mendasar seperti apa ideologi dan tujuan
negara, apa bentuk pemerintahan, apa syarat untuk mejadi kepala pemerintahan,
siapa pemegang kedaulatan rakyat, apa sistem ekonomi yang dianut dan
sebagainya.
7
2.2.1 Perekayasaan Sebagai Proses Deduktif
8
dalam hal ini mengingat rerangka konseptual mempunyai fungsi semacam
undang-undang dasar (konstitusi).
2.2.3 Aspek Semantik dalam Perekayasaan
Proses semantik ini tidak lain adalah memilih dan menyimbolkan objek-
objek fisik kegiatan perusahaan yang relevan menjadi objek-objek (disebut
elemen-elemen) statemen keuangan. Elemen-elemen itu sendiri belum bermakna
dan menjadi informasi sebelum diukur dengan cara tertentu agar besar-kecilnya
elemen dapat dirasakan manfaat atau pengaruhnya. Agar dapat diolah dan
disajikan dalam bentuk informasi keuangan, objek-objek fisis harus dikuantifikasi
ke dalam satuan yang homogenus sehingga satuan tersebut dapat menggambarkan
besarnya (size) dan hubungan (relationship) antarobjek. Dari segi akuntansi,
aliran fisis perusahaan akhirnya direpresentasi dalam bentuk satuan uang hasil
pengukuran elemen yang menjadi bahan olah dan data dasar akuntansi. Jumlah
rupiah sebagai hasil pengukuran ini disebut dengan kos (cost).
2.2.4 Proses Saksama
Untuk mencapai kualitas yang tinggi dan andal, proses perekayasaan harus
dilakukan melalui tahap-tahap dan prosedur yang saksama dan teliti. Berikut ini
adalah proses-proses saksama (due process) yang dilaksanakan FASB dalam
menyusun pernyataan resmi:
1. Mengevaluasi masalah (preliminary evaluation). Dalam tahap ini FASB
mengidentifikasi masalah akuntansi dan pelaporan.
2. Mengadakan riset dan analisis. Tugas ini biasanya dilakukan oleh staf
teknis FASB dan satuan tugas (task force) yang terdiri atas ahli di luar
FASB yang ditunjuk atau dikomisi oleh FASB. Hasil analisis diterbitkan
dalam bentuk Laporan Riset (Research Reports).
3. Menyusun dan mendistribusi Memorandum Diskusi kepada setiap pihak
yang berkepentingan. Memorandum ini berisi analisis terinci semua aspek
masalah yang telah disidangkan pada tingkat awal (early deliberation).
4. Mengadakan dengar pendapat umum (public hearing) untuk membahas
masalah yang diungkapkan dalam Memorandum Diskusi.
9
5. Menganalisis dan mempertimbangkan tanggapan publik atas
Memorandum Diskusi (baik dari dengar pendapat maupun dari tanggapan
tertulis).
6. Menerbitkan draf awal standar yang diusulkan yang dikenal dengan nama
Exposure Draft (ED) untuk mendapatkan tanggapan tertulis dalam waktu
30 hari setelah penerbitan.
7. Menganalisis dan mempertimbangkan tanggapan tertulis terhadap ED.
8. Memutuskan apakah jadi menerbitkan suatu statemen atau tidak. Statemen
dapat diterbitkan kalau mayoritas anggota menyetujui.
9. Menerbitkan statemen yang bersangkutan.
Prosedur diatas mengisyaratkan bahwa suatu statement memerlukan waktu
cukup lama untuk disahkan dan diterbitkan. Penerbitan selain statemen juga harus
mengikuti prosedur saksama tetapi tidak seketat statemen karena bentuk
penerbitan yang lain umumnya hanya bersifat memodifikasi, mengklarifikasi, atau
memperluas arti tetapi tidak dapat mengganti atau meniadakan suatu statemen.
Suatu statemen hanya dapat diganti atau diubah dengan penerbitan statemen baru.
10
yaitu elemen (objects), ukuran dalam unit moneter (size), dan hubungan
(relationship) antar elemen.
Hubungan harus dikenali tidak hanya secara vertical (intra-perioda) tetapi
juga harus secara horizontal (inter-perioda) bahkan antar perusahaan. Dalam
konteks akuntansi, kos merupakan ukuran (size) elemen statemen keuangan.
Berbagai hubungan yang menunjukan informasi semantic dapat dinyatakan dalam
bentuk rasio keuangan. Gabungan antara elemen, ukuran, dan hubungan akan
menghasilkan makna bila diinterpretasi atas dasar prinsip akuntansi berterima
umum.
2.4 Rerangka Konseptual
11
1. Memberikan pengarahan atau pedoman kepada badan yang bertanggung
jawab dalam penyusunan/penetap standar
akuntansi.
2. Menjadi acuan dalam memecahkan
masalah akuntansi yang dijumpai dalam
praktik yang perlakuannya belum diatur
dalam standar atau pedoman spesifik.
3. Menentukan batas-batas pertimbangan
dalam penyusunan statemen keuangan.
4. Meningkatkan pemahaman pemakai
statemen keuangan dan meningkatkan
keyakinan terhadap statemen keuangan.
5. Meningkatkan keterbandingan statemen
keuangan antar perusahaan.
2.4.1 Model
12
keuangan dan pasar modal, statistic ekonomik, artikel tentang perusahaan dalam
media massa, dan informasi dari jumpa pers manajer.
Kerangka Konseptual versi IASC
Kerangka IASC (International Accounting Standards Committee/IASC)
disebut dengan Framework for the Preparation and Presentation of Financial
Statements, yang diterjemahkan oleh IAI sebagai Kerangka Dasar Penyusunan
dan Penyajian Laporan Keuangan. Untuk komponen tujuan, IASC menyebutnya
sebagai tujuan statemen keuangan bukan tujuan pelaporan keuangan seperti yang
FASB sebutkan. IASC menegaskan bahwa statemen keuangan merupakan bagian
dari proses pelaporan keuangan. Penerapan standar IASC bersifat internasional.
Maka dari itu, karakteristik negara menjadi tidak relevan.
Pada kerangka konseptual FASB, yang lebih memperhatikan faktor
lingkungan, suatu hasil proses perekayasaan lebih menggambarkan konsekuensi
dari pengertian akuntansi sebagai teknologi. Oleh karena itu, lebih cocok untuk
dijadikan suatu model perekayasaan dalam pengembangan kerangka konseptual
untuk suatu negara. Selain itu, kerangka ini banyak memuat penalaran dan
argumen untuk memilih konsep-konsep yang relevan.
2.4.2 Aspek Kependidikan
13
Validitas teori ini dapat dievaluasi atau diverifikasi atas dasar penalaran logis
yang melandasi tiap argumen. Maka dari itu, sebagai suatu pengetahuan untuk
pembelajaran atau untuk teknologi diperlukan pengembangan kerangka
konseptual baru di suatu negara. Dalam hal ini kerangka konseptual FASB lebih
unggul dibandingkan dengan IASC.
Di bidang akademik, kerangka konseptual merupakan materi yang sangat
penting dalam pengajaran teori akuntansi karena dapat berdampak pada perbaikan
dan kemajuan praktik. Kerangka konseptual sebagai hasil perekayasaan harus
selalu dievaluasi keefektifannya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Oleh karena
itu, perubahan dan modifikasi selalu harus dilakukan jika perubahan tersebut
memang menempatkan akuntansi menjadi lebih efektif sebagai alat. Dengan
mengacu pada kerangka konseptual, penelitian dalam bidang akuntansi dapat
diarahkan untuk menemukan prinsip, metoda, dan prosedur baru dalam
memecahkan masalah-masalah akuntansi yang timbul.
14
laporan auditor standar tidak menggunakan frasa “standar akuntansi” untuk
menegaskan adanya kewajaran tetapi frasa “prinsip akuntansi berterima umum.”
Berikut alasan kriteria kewajaran penyajian statemen keuangan adalah
PABU bukan Standar Akuntansi Keuangan (untuk laporan auditor di Indonesia)
atau Financial Accounting Standard (untuk laporan auditor di Amerika).
Pertama, tidak semua ketentuan perlakuan akuntansi dapat atau lebih
dituangkan dalam bentuk standar akuntansi. Kewajaran penyajian juga harus
dievaluasi secara luas atas dasar ketentuan-ketentuan lain yang mengikat.
Termasuk dalam ketentuan lain adalah peraturan perundang-undangan dan
ketentuan-ketentuan oleh badan selain penyusun/penetap standar (misalnya
BAPEPAM).
Kedua, bila standar akuntasi secara eksplisit dijadikan kriteria dan
dinyatakan dalam laporan auditor, dikhawatirkan terjadi bahwa kewajaran hanyak
bersifat formal (teknis) bukan bersifat substantive. Artinya standar akuntansi akan
memenuhi standar minimal dan ada kemungkinan evaluator atau auditor hanya
memenuhi standar minimal tersebut untuk menentukan kewajaran. Dapat terjadi
hal-hal penting yang tidak diatur dalam standar akuntansi tidak dipertimbangkan
secara seksama atau bahkan diabaikan.
Ketiga, untuk mencapai kualitas informasi yang tinggi, ukuran kewajaran
harus merupakan suatu rerangka pedoman (a framework of guidelines) yang
cukup komprehensif meliputi aspek teknis dan konseptual (subtantif atau ideal).
Pedoman semacam itu mirip dengan apa yang terjadi dalam penentuan kriteria
perbuatan etis (ethical conduct). Apakah suatu perbuatan dikatan etis secara
profesional harus dinilai atas dasar rerangka pedoman yang di Amerika dikenal
sebagai kode etik/perbuatan professional (code of professional conduct) yang
komprehensif. Rerangka pedoman ini terdiri atas standar ideal (principles), kaidah
atau aturan perbuatan (rules of conduct), penjelasan resmi (interpretations) dan
petunjuk teknik (ethical rulings) yang keseluruhannya membentuk hierarki.
Kaidah perbuatan merupakan standar minimal yang harus dipernuhi agar secara
professional suatu perbuatan akuntan dapat dikatakan etis atau tidak
15
(substandard). Kaidah ini dapat dipaksakan penegakannya oleh profesi dan
pelanggaran terhadapnya dikenai sanksi etis.
Seperti kaidah atau aturan perbuatan dalam rerangka pedoman etika, standar
akuntansi keuangan hanya merupakan bagian dari kriteria luas yang disebut
dengan prinsip akuntansi berterima umum. Makna rerangka pedoman sebagai
kriteria kewajaran ini sejalan dengan apa yang dikemukakan AICPA berikut
dalam standar profesionalnya:
The independent auditor, judgement concerning the ”fairness” of the
overall presentation of financial statements should be applied within the
framework of generally accepted accounting principles. Without that
framework, the auditor would have no uniform standard for judging the
presentation of financial position, results of operations, and cash flows in
financial statements.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya terdapat tiga istilah
atau konsep penting yang sangat berbeda maknanya yaitu prinsip akuntansi
(accounting principles), standar akuntansi (accounting standards), dan prinsip
akuntansi berterima umum (generally accepted accounting principles).
Prinsip akuntansi adalah segala ideologi, gagasan, asumsi, konsep, postulat,
kaidah, prosedur, metoda, dan tekik akuntansi yang tersedia baik secara teoritis
maupun praktis yang berfungsi sebagai pengetahuan. Tersedia secara teoritis
artinya prinsip tersebut masih dalam bentuk gagasan akademik yang belum
diprakktikan tetapi mempunyai manfaat dan potensi yang besar untuk diterapkan.
Misalnya, metoda penentuan nilai asset atas dasar aliran kas diskonan (discounted
cash flows), nilai sekarang (current value), atau daya beli konstan (constant
purchasing power) merupakan prinsip akuntansi yang tersedia secara teoritis.
Tersedia secara praktis artinya prinsip tersebut telah dipraktikkan dan dianggap
praktik yang baik dan bermanfaat. Praktik ini dapat terjadi didalam negeri atau di
negara lain. Misalnya, metoda penentuan depresiasi yang dipilih dan dipraktikkan
di Inggris dapat disebut sebagai suatu prinsip akuntansi dari kaca mata negara lain
16
(misalnya Indonesia). Demikian juga, cara menilai asset di Jerman termasuk salah
satu prinsip akuntansi bagi Indonesia. Standar akuntansi yang diterapkan disuatu
negara pun (atau standar akuntansi internasional) dapat menjadi sumber prinsip
akuntansi bagi negara lain.
Standar akuntansi adalah konsep, metode, prinsip, teknik, dan lainnya yang
sengaja dipilih atas dasar rerangka konseptual oleh badan penyusun standar (atau
yang berwenang) untuk diberlakukan dalam suatu lingkungan/negara dan
dituangkan dalam bentuk dokumen resmi guna mencapai tujuan pelaporan
keuangan negara tersebut. Standar akuntansi ditetapkan untuk menjadi pedoman
utama dalam memperlakukan (pendefinisian, pengukuran, pengakuan, penilaian,
dan penyajian) suatu objek, elemen, atau pos pelaporan.
PABU adalah suatu rerangka pedoman yang terdiri atas standar akuntansi
dan sumber-sumber lain yang didukung berlakunya secara resmi (yuridis), teoritis
dan praktis.
Dapat disimpulkan bahwa PABU tidak sama dengan standar akuntansi dan
keduanya juga harus dibedakan dengan pengertian prinsip akuntansi. Ketiga
pengertian tersebut saling berkaitan dan membentuk pengertian PABU sebagai
17
suatu rerangka pedoman. Gambar dibawah ini melukiskan hubungan ketiga
pengertian tersebut.
2.5.2 Berlaku atau Berterima
18
Ketiga, makna yang berlaku juga berbeda dengan berterima. Berlaku
mengandung makna efektifatau secara yuridis ditetapkan padahal
makna generally accepted adalah mengawasi bahwa rerangka pedoman meliputi
pula konvensi, kebiasaan, praktik yang dianggap atau disepakati sebagai prinsip
yang baik dan bermanfaat (misalnya praktik industri). Rerangka pedoman tidak
hanya berisi ketentuan-ketentuan yang diturunkan secara resmi oleh badan
penyusun standar. Hal ini sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh
APB.
Jadi, makna yang paling tepat untuk GAAP adalah prinsip akuntansi
berterima umum (PABU). GAAP merupakan jargon penting dan strategik
sehingga penerjemahannya harus benar-benar tepat. Bila harus diberi pewatas
lingkup penerapan (mislanya Indonesia) istilah yang tepat adalah prinsip
akuntansi yang berterima umum Indonesia (PABUI).
19
dan beberapa konsekuensi yang mengalir darinya. Argumen untuk pasar yang
tidak diatur disajikan pertama kali, diikuti oleh argumen untuk pasar yang diatur.
Pada akhir dua bagian pertama, kami menilai manfaat dari dua argumen. Karena
regulasi memang ada dan kemungkinan akan berlanjut, kami kemudian
memeriksa sifat pengambilan keputusan regulasi dan pengaruhnya terhadap
pihak-pihak yang terkena dampak regulasi. Pemeriksaan ini membantu dalam
memahami bagaimana proses pengaturan bekerja. Akhirnya, kami membahas
konsekuensi ekonomi dari peraturan akuntansi.
Beberapa argumen berbeda mendukung kasus untuk pasar yang tidak diatur.
Semua argumen terkait dengan insentif bagi perusahaan untuk melaporkan
informasi tentang dirinya kepada pemilik dan ke pasar modal secara umum. Teori
agensi menjelaskan mengapa ada insentif untuk pelaporan sukarela kepada
pemilik. Teori pensinyalan menjelaskan pelaporan sukarela yang lebih luas ke
pasar modal dan daya saing di pasar modal. Akhirnya, dikatakan bahwa informasi
apa pun yang tidak dilaporkan secara sukarela dapat diperoleh melalui kontrak
pribadi. Argumen yang mendukung pasar yang tidak diatur untuk informasi
akuntansi sebagian besar bersifat deduktif. Karena kita hidup dalam lingkungan
yang diatur, tes empiris dari posisi pasar bebas cukup sulit untuk dilakukan.
2.7.1 Teori Agensi
20
mengelola kegiatan perusahaan, sehingga membangun hubungan keagenan.
Tujuan manajer dan pemilik mungkin tidak dalam kesepakatan sempurna. Sangat
mudah untuk melihat bagaimana perilaku manajer yang memaksimalkan utilitas
dapat bertentangan dengan kepentingan kepemilikan. Pemilik tertarik untuk
memaksimalkan pengembalian atas investasi dan harga keamanan, sementara
manajer memiliki kepentingan ekonomi yang lebih luas (mis., Kompensasi) dan
kebutuhan psikologis (mis., Gengsi, status, reputasi). Karena potensi konflik ini,
pemilik termotivasi untuk melakukan kontrak dengan manajer sedemikian rupa
untuk meminimalkan konflik antara tujuan kedua kelompok. Biaya timbul dalam
memonitor kontrak agensi dengan manajemen, dan biaya ini, menurut argumen,
mengurangi kompensasi manajer. Oleh karena itu, manajer memiliki insentif
untuk menjaga biaya rendah dengan tidak bertentangan dengan pemilik.
Teori agensi menyoroti konflik antara pemilik dan manajer yang dimitigasi
sampai batas tertentu oleh pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan rutin adalah
salah satu cara dimana pemilik dapat memonitor kontrak kerja dengan
manajernya. Perhatikan bahwa manajerlah yang memberikan informasi untuk
evaluasinya sendiri. Akuntan menyebut jenis pelaporan tradisional ini sebagai
penatalayanan, atau akuntabilitas kepada pemilik perusahaan. Teori agensi juga
telah digunakan untuk menjelaskan permintaan audit. Auditor berfungsi sebagai
penguji independen atas laporan keuangan yang disampaikan oleh manajer kepada
pemilik. Perkembangan historis pelaporan keuangan dan audit mendukung
argumen teori agensi. Meminimalkan biaya pemantauan agensi adalah insentif
ekonomi bagi manajer untuk melaporkan hasil akuntansi secara andal kepada
kepemilikan. Insentif berasal dari fakta bahwa manajer dinilai dan dihargai,
setidaknya sebagian, oleh seberapa baik mereka melaporkan. Pelaporan yang baik
meningkatkan reputasi manajer, dan reputasi yang baik harus menghasilkan
kompensasi yang lebih tinggi karena biaya pemantauan agensi diminimalkan jika
pemilik menganggap bahwa laporan akuntansi dapat diandalkan.
2.7.2 Pasar Modal yang Kompetitif dan Insentif Pemberi Sinyal
21
mengapa perusahaan memiliki insentif untuk melaporkan secara sukarela ke pasar
modal bahkan jika tidak ada persyaratan pelaporan wajib, perusahaan bersaing
satu sama lain untuk modal risiko yang langka, dan pengungkapan sukarela
diperlukan untuk bersaing dengan sukses di pasar untuk modal risiko.
Kemampuan perusahaan untuk meningkatkan modal ditingkatkan jika perusahaan
memiliki reputasi yang baik sehubungan dengan pelaporan keuangan. Selain itu,
pelaporan yang baik dapat menurunkan biaya modal perusahaan karena ada lebih
sedikit ketidakpastian tentang perusahaan yang melaporkan lebih luas dan andal,
oleh karena itu, ada risiko investasi yang lebih rendah dan tingkat pengembalian
yang diperlukan lebih rendah.
Insentif dapat ada untuk mempersiapkan prospektus secara sukarela ketika
meningkatkan modal dan melaporkan secara teratur untuk mempertahankan minat
investor yang berkelanjutan pada perusahaan. Perusahaan yang berkinerja baik
memiliki insentif yang kuat untuk melaporkan hasil operasi mereka. Tekanan
kompetitif juga memaksa perusahaan lain untuk melaporkan meskipun mereka
tidak memiliki hasil yang baik. Kegagalan melaporkan ditafsirkan sebagai berita
buruk. Perusahaan dengan berita netral termotivasi untuk melaporkan hasil
mereka agar tidak dicurigai memiliki hasil yang buruk. Maka hanya perusahaan
dengan berita buruk yang tidak melaporkan. Situasi seperti itu juga memaksa
perusahaan "berita buruk" untuk mengungkapkan hasil untuk menjaga kredibilitas
di pasar modal.
Insentif ekonomi untuk melaporkan ini (bahkan berita buruk) adalah inti
dari argumen teori pensinyalan untuk pelaporan keuangan sukarela. Ada asimetri
informasi antara perusahaan dan orang luar karena orang dalam tahu lebih banyak
tentang perusahaan dan prospek masa depan daripada orang luar (investor).
Dengan situasi ketidakpastian informasi ini, pihak luar melindungi diri mereka
sendiri dengan menawarkan harga yang lebih rendah bagi perusahaan. Namun,
nilai perusahaan dapat ditingkatkan jika perusahaan secara sukarela melaporkan
(memberi sinyal) informasi pribadi tentang dirinya yang kredibel dan yang
mengurangi ketidakpastian orang luar tentang prospek masa depan perusahaan.
22
2.7.3 Argumen yang Mendukung Peluang Kontrak Pribadi
Argumen ketiga yang mendukung pasar yang tidak diatur adalah anggapan
bahwa siapa pun yang memilikinya benar-benar menginginkan informasi tentang
suatu perusahaan dapat memperolehnya. Pihak mana pun dapat secara pribadi
melakukan kontrak informasi dengan perusahaan itu sendiri, dengan pemilik
perusahaan, atau secara tidak langsung dengan informasi perantara, seperti analis
saham. Jika informasi benar-benar diinginkan melebihi apa yang ada tersedia
untuk umum dan gratis, individu pribadi dapat membeli informasi yang
diinginkan. Di dengan cara ini, kekuatan pasar harus menghasilkan alokasi
sumber daya yang optimal untuk produksi informasi. Pemeriksaan pasar saham
mengungkapkan bahwa orang memang bersedia untuk melakukan kontrak secara
pribadi untuk informasi. Pasar sekuritas adalah pasar informasi sekuritas.
23
biaya yang lebih rendah untuk masyarakat daripada yang dicapai di pasar yang
tidak diatur
Kegagalan Pelaporan Keuangan dan Audit
Kritik terhadap praktik akuntansi dan proses penetapan standar umumnya
telah difokuskan pada dugaan kualitas pelaporan keuangan yang rendah, bahkan
berdasarkan peraturan. Alasan yang dikutip ini adalah standar akuntansi dan audit
yang buruk, terlalu banyak fleksibilitas manajemen dalam pilihan kebijakan
akuntansi, dan kadang-kadang kelemahan oleh auditor. Penipuan perusahaan,
tidak terdeteksi oleh auditor, dan kegagalan perusahaan, tidak ditandai
sebelumnya oleh laporan keuangan ataublaporan audit, dikutip sebagai bukti
bahwa sistem pelaporan keuangan gagal melindungi kepentingan publik.
Akuntansi sebagai Barang Publik
Kegagalan pasar juga dapat terjadi dengan apa yang disebut barang publik.
Barang publik adalah komoditas yang, sekali diproduksi, dapat dikonsumsi tanpa
mengurangi kesempatan konsumsi oleh orang lain. Kondisi ini ada karena hak
properti lunak terkait dengan barang-barang tersebut.
2.8.2 Tujuan Sosial
24
waktu. Fungsi ini terjadi dalam lingkungan yang diserap oleh masalah seperti
manajer yang memiliki kepentingan yang tidak sepenuhnya bertepatan dengan
orang-orang pemegang saham (masalah teori agensi), kurang menghasilkan
informasi akuntansi karena merupakan barang publik, kurangnya simetri
informasi, dan kurangnya keterbandingan. Perhatian Gaa bukan dengan output
dari FASB dalam bentuk standar, konsep, interpretasi, dan sejenisnya, melainkan
dengan rasionalitas yang mendasari proses penetapan standar itu sendiri.
Sudut pandang codificational (istilah yang digunakan dalam literatur
filosofis) tidak hanya rasional tetapi juga evolusioner dalam arti bahwa sistem
diharapkan meningkat seiring waktu. Dengan demikian ia bekerja paling baik di
masyarakat yang relatif terbuka dan demokratis daripada di masyarakat otoriter.
Mengingat bahwa akuntansi keuangan dapat ditingkatkan dengan regulasi yang
mengikat semua pemain (perusahaan milik publik), orang umumnya dapat
mengharapkan respons 'tetapi tidak harus sempurna' yang rasional dari badan
pengatur seperti CAP, APB, dan FASB. Jika dilihat dari sudut pandang kodifikasi,
anggota organisasi seperti FASB diharapkan memiliki "kemampuan, peluang, dan
keinginan untuk membuat keputusan yang benar (atau setidaknya, bukan
keinginan untuk tidak)."
Standar akuntansi yang dikembangkan dalam lingkungan kodifikasi tidak
selalu benar dalam hal logika deduktif. Sebaliknya, standar dievaluasi berdasarkan
apakah mereka menjalankan fungsi yang dimaksudkan dengan baik 'misalnya,
apakah mereka mengarah pada penyediaan informasi kepada pengguna dengan
biaya yang masuk akal. Jika standar tidak berfungsi, mereka harus, atau
setidaknya bisa diubah. Pendekatan codificational dengan demikian pragmatis,
karena menyempurnakan standar adalah untuk semua maksud dan tujuan tidak
mungkin.
Kodifikasi memberikan ide bagus tentang apa yang dapat diharapkan ketika
masyarakat demokratis berusaha menyelesaikan masalah distribusi yang sulit
(bagaimana manfaat didistribusikan di antara kelompok yang bersaing). Di sisi
lain, kodifikasi dapat dipandang sebagai rasionalisasi dangkal status quo
meskipun, menurut definisi, mengasumsikan bahwa akan ada peningkatan
25
kelembagaan dari waktu ke waktu dalam menangani masalah. Kami memiliki
lebih banyak untuk mengatakan tentang sudut pandang codificational dalam
kaitannya dengan proyek kerangka kerja konseptual FASB di Bab 7.
2.8.4 Comparing Regulated and Unregulated Markets
Terlepas dari kenyataan bahwa akuntansi diatur, sangat sedikit yang benar-
benar diketahui tentang biaya dan manfaat regulasi. Ini berarti bahwa argumen
proregulasi serta argumen untuk pasar yang tidak diregulasi juga sebagian besar
beralasan secara deduktif daripada diteliti secara empiris. Singkatnya, tidak
mungkin untuk menerima argumen yang benar. Berikut ini adalah upaya untuk
menilai manfaat dari dua argumen dan membandingkannya pada poin di mana
mereka membahas masalah yang sama.
Salah satu argumen untuk peraturan adalah bahwa perusahaan adalah
pemasok informasi monopolistik tentang diri mereka sendiri. Prima facie, ini bisa
dipandang sebagai kegagalan pasar. Karena perusahaan adalah pemasok informasi
monopolistik tentang dirinya sendiri, mungkin lebih murah bagi masyarakat untuk
meminta pengungkapan bebas wajib daripada meminta investor secara pribadi
mengontrak informasi yang sama dan membayar harga monopolistik.
Pertimbangan pasar bebas untuk ini adalah bahwa, karena tekanan
kompetitif untuk modal, perusahaan memiliki insentif untuk melaporkan
informasi perusahaan secara sukarela. Karena individu memiliki peluang investasi
alternatif, perusahaan tidak benar-benar dapat memaksakan harga monopolistik.
Mereka memiliki insentif untuk melaporkan secara bebas untuk menarik modal
dan menurunkan biaya modal mereka dengan dianggap sebagai perusahaan
pelaporan yang baik. Argumennya adalah bahwa di mana terdapat risiko informasi
yang dipersepsikan disebabkan oleh pelaporan berkualitas rendah, investor
menghukum perusahaan-perusahaan semacam itu dengan meminta tingkat
pengembalian yang lebih tinggi untuk mengkompensasi risiko tambahan yang
mereka pikir mereka ambil.
Proregulator membantah bahwa sifat kompetitif pasar modal memberikan
insentif untuk pelaporan yang menyesatkan, setidaknya dalam jangka pendek.
Implikasinya adalah bahwa manajer perusahaan tidak boleh membayar penalti
26
untuk pelaporan yang buruk atau menyesatkan dan karena alasan ini mungkin
tergoda untuk memanipulasi pelaporan dalam jangka pendek. Namun, jika ini
benar, itu juga akan menunjukkan bahwa pemilik belum mengembangkan
mekanisme yang baik untuk memantau kontrak agen dengan manajer, yang
mungkin menjadi kasusnya.
Tentu saja ada masalah yang muncul dalam pelaporan keuangan yang terjadi
berdasarkan peraturan. Aspek utama dari masalah ini melibatkan fungsi audit,
yang terjadi di bawah pelaporan keuangan yang diatur dan tidak diatur. Selain itu,
ada tekanan pada proses pengaturan standar itu sendiri. Cara mengurangi tekanan
ini adalah salah satu masalah paling penting yang dihadapi oleh profesi akuntansi
saat ini.
Argumen lain yang menentang peraturan adalah bahwa informasi yang tidak
secara sukarela diungkapkan oleh perusahaan dapat diperoleh melalui kontrak
pribadi. Namun, kelangsungan peluang kontrak swasta dipertanyakan karena sifat
baik publik dari informasi akuntansi dan masalah penunggang bebas.
Akhirnya, dapat diperdebatkan bahwa pelaporan wajib diinginkan dengan
alasan sosial karena menciptakan keadilan di pasar modal, medan bermain yang
lebih adil bagi semua. Semakin banyak informasi yang bersifat publik, semakin
sedikit transfer kekayaan antara mereka yang memiliki informasi dan mereka
yang tidak. Prinsip yang sama inilah yang ada di balik peraturan perdagangan
orang dalam.
Argumen untuk dan melawan peraturan mewakili ekstrem yang disengaja.
Pada kenyataannya, pengungkapan sukarela mungkin penting karena alasan yang
telah disebutkan. Namun ada manfaat dalam mandat kebijakan akuntansi.
Misalnya, standardisasi kebijakan akuntansi dapat menyebabkan pelaporan
keuangan yang lebih baik di antara perusahaan daripada yang terjadi di pasar yang
tidak diatur. Pelaporan publik yang bersifat wajib juga meningkatkan kewajaran
pasar modal dan mengurangi total biaya bagi masyarakat untuk memperoleh
informasi. Karena sebagian besar informasi yang diatur diproduksi sebagai produk
sampingan dari sistem akuntansi perusahaan, biaya pengaturan untuk perusahaan
tampaknya rendah sementara manfaat bagi masyarakat mungkin besar. Jika
27
regulasi lebih disukai, filosofi kodifikasi membenarkan proses penetapan standar,
meskipun tidak menjamin bahwa output dari proses adalah 'atau bahkan bisa'
optimal.
Banyak argumen ekonomi yang menentang regulasi menyatakan bahwa ada
insentif untuk pelaporan sukarela. Namun, fokus regulasi akuntansi bukan pada
pelaporan wajib, tetapi pada peningkatan kualitas informasi yang dilaporkan.
Peraturan akuntansi terutama berkaitan dengan penyempurnaan dan menyatukan
aturan pengakuan dan pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan. Implikasi penting adalah bahwa peraturan akuntansi memerlukan
landasan teoritis, mengingat bahwa terutama kualitas informasi yang sedang
diatur. Kurangnya landasan teoritis secara langsung bertanggung jawab atas
runtuhnya CAP dan APB sebagai badan pengaturan standar. Sebaliknya, FASB
mengembangkan kerangka kerja konseptual sebagai landasan teoritis untuk
pengaturan standar.
Argumen baik untuk dan melawan peraturan akuntansi persuasif tetapi tidak
konklusif. Meskipun kami menyadari bahwa proses regulasi memiliki masalah
yang melekat, bias pribadi kami mendukung regulasi akuntansi, kami percaya
bahwa manfaatnya melebihi biaya.
28
Arrow yang terkenal. Setelah sistem penetapan harga pasar bebas ditinggalkan,
tidak ada cara untuk menentukan preferensi sosial agregat. Jika sistem penetapan
harga berfungsi, preferensi sosial agregat diungkapkan melalui keseimbangan
permintaan dan permintaan, dan sumber daya dialokasikan sesuai dengan harga
pasar. Tidak ada aturan yang sebanding dalam pasar yang diatur, dan untuk alasan
ini sulit untuk mengevaluasi manfaat peraturan akuntansi. Karena paradoks ini,
juga tidak mungkin untuk mengetahui apakah peraturan akuntansi menghasilkan
kuantitas dan kualitas pelaporan keuangan yang optimal
Ekonom berpendapat bahwa barang publik yang dipasok di pasar yang
diatur cenderung diproduksi berlebihan. Ini kontras dengan produksi rendah di
pasar yang tidak diatur dan memunculkan paradoks regulasi yang kedua. Alasan
overproduksi adalah permintaan lebih tinggi daripada dalam situasi pasar karena
barang publik yang disediakan berdasarkan peraturan biasanya disubsidi (atau
bahkan tanpa biaya) barang. Pengguna menuntut informasi dalam jumlah tinggi
karena barang itu tidak ada biaya bagi mereka. Karena informasi akuntansi
memiliki karakteristik publik-baik, ada bahaya yang sangat nyata bahwa
kelebihan informasi akuntansi terjadi di pasar yang diatur. Sebagai contoh,
pengguna informasi akuntansi, seperti analis keuangan, bisa dibilang memiliki
permintaan yang tak terpuaskan untuk informasi gratis tentang perusahaan.
Dalam menentukan kebijakan akuntansi, FASB dapat dengan mudah ditipu
tentang permintaan kebijakan akuntansi baru atau alternatif karena pengguna tidak
membayar langsung untuk itu. Ada beberapa bukti bahwa FASB menyadari
masalah kelebihan produksi atau apa yang disebut standar kelebihan, terutama
karena mempengaruhi perusahaan yang lebih kecil, yang diperdagangkan secara
non-publik. Namun, hingga saat ini, satu-satunya bantuan adalah pembebasan
beberapa perusahaan yang dipegang erat dari pengungkapan tambahan.
Kecenderungan overproduksi di pasar yang diatur dapat dihindari hanya jika
sistem penetapan harga diterapkan pada barang publik, menciptakan
nonpurchasers yang secara efektif dikecualikan dari mengonsumsi barang.
Televisi kabel adalah contoh bagaimana pemaksaan ini dilakukan dengan sinyal
televisi. Kuncinya adalah untuk memperkuat hak properti atas barang sehingga
29
nonpembeli dikecualikan dari konsumsi barang secara bebas. Salah satu cara
melakukan ini dalam akuntansi adalah untuk mengajukan laporan perusahaan
dengan SEC dan menagih pengguna untuk salinan informasi. Jika informasi
akuntansi dibeli dengan cara ini, akan ada insentif bagi pengguna untuk tidak
meneruskan informasi tersebut kepada pembalap bebas. Dengan cara ini,
permintaan akan informasi dapat ditentukan, dan biaya produksi pulih dari
pengguna aktual informasi akuntansi. Sistem pengarsipan elektronik (EDGAR) di
SEC mungkin merupakan awal dari teknologi yang memfasilitasi penciptaan hak
properti atas laporan keuangan yang memungkinkan pengisian biaya akses kepada
pengguna.
Sebaliknya, sistem pengungkapan saat ini membebankan biaya pada
perusahaan daripada pada pengguna. Dengan asumsi bahwa perusahaan
memulihkan biaya secara tidak langsung melalui penetapan harga produk,
pengguna informasi akuntansi disubsidi oleh pengguna produk perusahaan.
Konsekuensi dari peraturan ini tunduk pada kritik dengan alasan keadilan.
Ringkasnya, konsekuensi negatif dari pengaturan akuntansi, mengingat
sifatnya yang baik untuk umum, adalah (a) potensi keseluruhan penempatan
sumber daya sosial untuk menghasilkan informasi akuntansi yang tersedia untuk
umum secara gratis dan (b) transfer kekayaan dari bukan pengguna ke pengguna
informasi akuntansi. Transfer kekayaan terjadi karena pengguna menerima
manfaat dari informasi akuntansi gratis, sementara yang bukan pengguna secara
implisit menanggung biaya produksi. Namun, ada juga biaya sosial untuk tidak
mengatur pelaporan keuangan jika ada kegagalan pasar atau jika tujuan yang
diinginkan secara sosial lainnya tidak terpenuhi oleh pasar bebas. Yang bisa kita
lakukan adalah menjaga proses institusional dari penetapan standar akuntansi
yang tidak bias dan untuk bergantung pada sifat evolusioner dari pembenaran
kodifikasional pembuatan aturan akuntansi. Selanjutnya, kami memeriksa sifat
politik dari proses regulasi itu sendiri.
30
2.10 The Regulatory Process
31
Beberapa anggota profesi akuntansi percaya bahwa penetapan kebijakan
akuntansi harus netral dan apolitis. Namun, pandangan yang lebih luas dipegang
adalah bahwa kebijakan akuntansi pasti bersifat politis karena sifatnya yang
dinegosiasikan. Menggunakan 20/20 tinjauan belakang, mudah untuk lihat
mengapa CAP dan APB gagal sebagai badan pengatur. Kedua komite AICPA ini
adalah badan pengatur, tetapi mereka tidak memiliki struktur politik yang
diperlukan untuk memastikan kelangsungan hidup mereka. Untuk satu hal,
mereka hanya memiliki mandat yang lemah untuk mengatur pelaporan keuangan.
Sampai edisi Accounting Series Release (ASR) 150 pada tahun 1973, SEC tidak
secara resmi mendukung penetapan standar sektor swasta. Yang ada adalah aliansi
informal di mana SEC secara diam-diam menerima standar akuntansi yang dapat
diterima untuk pengarsipan SEC. Namun, kadang-kadang, SEC menantang
standar tertentu. Kredit pajak investasi, yang dibahas pada Bab 3, menghasilkan
situasi seperti itu. Karena pengaturan ini, wewenang AICPA untuk mengatur
sangat lemah.
Dari perspektif SEC, pengaturan sebelum ASR 150 memberikan keamanan
dan fleksibilitas. Dengan mengizinkan pengaturan sendiri di sektor swasta, SEC
dilindungi dari politik yang sebenarnya mengatur kebijakan akuntansi, kecuali
ketika itu bijaksana untuk melakukannya. Dalam arti tertentu, SEC berada dalam
posisi untuk menggunakan sektor swasta sebagai kambing hitam jika Kongres
menantang pekerjaan SEC.
Karakteristik fatal lainnya dari komite AICPA adalah sifat tertutup dari
pengaturan kebijakan. Tampaknya tidak ada proses hukum dalam penentuan
aturan akuntansi dan pengungkapan. Meskipun beberapa pertemuan fakta
informal dan permintaan pandangan dari pihak-pihak yang berkepentingan tidak
diragukan lagi terjadi, baru pada akhir masa APB prosedur formal proses hukum
dilaksanakan. Kurangnya proses hukum, atau setidaknya tidak adanya proses
hukum, kadang-kadang menyebabkan tingkat penerimaan yang rendah oleh pihak-
pihak yang terkena dampak. Ironisnya, profesi akuntansi berpikir pendekatan
tertutup itu baik karena mengisolasi pembuatan kebijakan dari pengaruh luar. Ia
percaya pada saat itu bahwa kebijakan akuntansi terutama proses mengidentifikasi
32
metode akuntansi normatif yang benar dan benar. Kalau dipikir-pikir, ini
sepertinya naif, tetapi para peneliti akuntansi dan pembuat kebijakan berpegang
teguh pada keyakinan ini sampai tahun 1960-an.
Dari sudut pandang regulasi, FASB berfungsi lebih sukses daripada
sebelumnya badan pengatur. Standar-standarnya disahkan oleh SEC dalam ASR
150. Proses hukum telah diadopsi sebagai prosedur standar dalam
memperdebatkan dan mengembangkan kebijakan akuntansi. Seperti halnya sistem
hukum, pengambilan keputusan dalam proses yang wajar sangat lambat, tetapi ini
adalah sifat politik demokrasi. Panah merujuk pada kecenderungan ini sebagai
kelumpuhan yang demokratis. Regulasi di bawah sistem proses yang wajar
lambat, tetapi pencapaian konsensus adalah apa yang memberi legitimasi pada
regulasi tersebut. Masalah-masalah FASB, disinggung dalam Bab 3, berasal dari
mahalnya penerapan standar dan, dalam beberapa kasus, kurangnya pemahaman
mereka. Mekanisme untuk proses hukum, bagaimanapun, dengan kuat ditetapkan
dalam struktur organisasi FASB, meskipun garis antara proses hukum dan
politisasi di belakang layar, seperti dalam kasus opsi saham, dapat dilanggar.
2.10.2 Regulatory Behavior
33
yang mengatur transportasi udara, dan Komisi Komunikasi Federal, yang
mengatur lisensi radio dan televisi. Perilaku ini, baik oleh regulator dan pihak-
pihak yang diatur, dijelaskan oleh teori kepentingan pribadi perilaku politik.
Teori penangkapan dan teori siklus hidup berlaku untuk regulasi akuntansi.
Dari 1976 hingga 1978, Kongres Amerika Serikat menyelidiki tuduhan bahwa
peraturan akuntansi telah ditangkap oleh kelompok Delapan Besar perusahaan
akuntansi. Sebagai auditor utama dari perusahaan terbuka, kelompok ini memiliki
saham besar dalam permainan regulasi. Selain itu, sebelum FASB, peraturan
akuntansi dilakukan terutama oleh subkomite AICPA, yang tidak diragukan lagi
sangat dipengaruhi oleh perusahaan akuntansi Delapan Besar. Namun, dengan
implementasi FASB independen, argumen teori penangkapan kehilangan
setidaknya sebagian validitasnya. Pada saat sidang kongres, FASB telah
beroperasi selama beberapa tahun.
Beberapa perubahan dibuat sebagai tanggapan terhadap sidang kongres
'misalnya, restrukturisasi AICPA untuk mengurangi dominasi Delapan Besar dan
untuk meningkatkan pengaturan diri oleh AICPA.Namun, status quo dalam
peraturan akuntansi selamat dari pengawasan Kongres sebagian karena
penangkapan teori dan teori siklus hidup kurang berlaku untuk pelaporan
keuangan. Jumlah pihak yang secara langsung dipengaruhi oleh peraturan
akuntansi jauh lebih besar dan lebih beragam daripada di industri tradisional yang
diatur. Studi pengajuan ke FASB menemukan bahwa bahkan kelompok Delapan
Besar perusahaan akuntansi tidak memiliki sudut pandang yang seragam, dan
kelompok tidak mendominasi kebijakan di FASB.Studi ini menyimpulkan bahwa
pengambilan keputusan di FASB adalah pluralistik. Auditor dan pihak lain yang
dipengaruhi oleh peraturan akuntansi, perusahaan yang harus mematuhi peraturan,
dan penunggang bebas, yang menggunakaninformasi tanpa biaya untuk analisis
investasi, memiliki perbedaan kepentingan, yang menempatkan regulator
akuntansi dalam posisi yang lebih alami daripada yang mungkin terjadi di industri
yang diatur lainnya.
Behavior of Companies, Auditors, and Free Riders
34
Mari kita periksa tiga kelompok yang dipengaruhi oleh peraturan
perusahaan, auditor, dan pembalap bebas secara lebih rinci. Manajemen
perusahaan dapat diharapkan untuk menanggapi proposal peraturan yang
memengaruhi individu atau perusahaan. Semua peraturan akuntansi
membebankan sejumlah biaya produksi pada perusahaan. Orang dapat
berargumen, secara apriori, bahwa ada kecenderungan alami bagi manajemen
untuk menentang pengungkapan atau aturan baru yang membebankan biaya pada
perusahaan. Di sisi lain, beberapa aturan dapat menyebabkan perusahaan tertentu
meningkatkan laba bersih yang dilaporkan. Manajemen dapat memiliki insentif
untuk mendukung proposal baru yang akan secara positif mempengaruhi
pendapatan yang dilaporkan dan yang dapat meningkatkan kompensasi sendiri
(terutama ketika kontrak kerja menggunakan angka akuntansi untuk bonus).
Namun, satu studi menemukan hasil sebaliknya. Perusahaan-perusahaan besar
yang diatur mendukung peraturan akuntansi yang diusulkan yang menurunkan
laba bersih yang dilaporkan.Alasan yang disarankan adalah bahwa kepentingan
diri sendiri dari jenis perusahaan ini adalah untuk meminimalkan biaya politik,
seperti kemungkinan intervensi peraturan di masa depan, dan laba buku yang
lebih rendah konsisten. dengan tujuan ini. Jadi, bahkan di dalam kelompok
manajemen kemungkinan ada serangkaian reaksi terhadap proposal kebijakan
akuntansi.
Auditor prihatin dengan implikasi audit dari aturan pelaporan keuangan.
Adalah naif untuk berpikir bahwa pendapat dari kantor akuntan publik besar tidak
dipertimbangkan secara serius dalam pertimbangan kebijakan akuntansi. Banyak
kantor akuntan publik mempertahankan hubungan reguler dengan personel FASB
dan secara rutin menghadiri dengar pendapat kebijakan di FASB. Auditor dapat
diharapkan untuk mendukung peraturan yang mengurangi keberisikoan audit
misalnya, aturan yang mengklarifikasi atau membakukan pelaporan keuangan.
Auditor cenderung menentang kebijakan yang diproyeksikan yang memperluas
fungsi audit ke bidang subjektif, seperti pengungkapan tambahan data akuntansi
inflasi dan perkiraan laba. Alasan oposisi ini cukup jelas. Jika lebih banyak
informasi subjektif diperlukan, auditor menanggung risiko lebih besar dalam
35
mengaudit informasi, yang meningkatkan kemungkinan litigasi. Dengan asumsi
bahwa auditor adalah penentang risiko, mereka lebih suka menghindari usaha
berisiko seperti itu, jika mungkin.
Sejauh ini masalah paling serius yang timbul dari perilaku auditor
melibatkan penangkapan auditor oleh auditee (perusahaan yang mereka audit). Ini
dapat timbul sebagai akibat dari kontrak konsultasi manajemen besar yang
dimasuki auditor dengan auditee. Kantor akuntan publik dengan demikian
menjadi advokat untuk auditee dalam kontrak konsultasi manajemen. Sayangnya,
biaya konsultasi manajemen umumnya adalah biaya audit kerdil, meskipun yang
terakhir sulit diabaikan. Namun, Sarbanes-Oxley membawa pemisahan antara
audit dan konsultasi manajemen dalam satu auditee.
Salah satu solusi yang mungkin untuk masalah auditor - auditee diusulkan
oleh Ronen. Dia menyarankan penciptaan asuransi laporan keuangan, yang
dibayarkan oleh auditee ke perusahaan asuransi luar. Asuransi ini mencakup
pembayaran asuransi kepada pemegang saham sebagai akibat dari penyajian yang
salah dalam laporan keuangan dan juga biaya auditor. Pada gilirannya, perusahaan
asuransi memilih dan membayar auditor. Selanjutnya, jumlah pertanggungan dan
premi diterbitkan, dengan perusahaan-perusahaan yang memiliki cakupan lebih
tinggi dan premi yang relatif lebih rendah mencari yang terbaik. Perhatikan bahwa
hubungan prinsipal - agen diubah dari perusahaan dan auditor ke perusahaan
asuransi dan auditor. Jika perusahaan asuransi memilih auditor "lowball", itu
meningkatkan risiko harus membayar pemegang saham untuk audit di bawah
standar. Proposal Ronen patut dipertimbangkan dengan sangat hati-hati
Akhirnya, pengendara bebas, seperti analis keuangan, juga mencoba untuk
mempengaruhi hasil pertimbangan kebijakan akuntansi. Analis memiliki motivasi
yang kuat untuk menuntut informasi akuntansi baru yang dapat mereka masukkan
ke dalam riset investasi dan buletin. Sebagai perantara informasi, mereka dapat
menghasilkan uang hanya dengan merangkum informasi publik untuk investor
yang tidak punya waktu untuk menyaringnya sendiri. Perilaku melobi pengendara
bebas perlu diawasi dengan ketat oleh FASB karena pengendara bebas tidak
memiliki kepentingan ekonomi langsung dalam produksi informasi seperti
36
manajemen dan auditor. Karena itu, menanggapi tekanan pengendara bebas dapat
dengan mudah mengakibatkan situasi kelebihan produksi. Secara politis sulit
untuk berurusan dengan penunggang bebas karena mereka mengklaim bertindak
untuk kepentingan publik dengan membuat pasar modal lebih adil dan lebih
kompetitif melalui pelaporan publik gratis. Meskipun argumen ini pantas, ia
mengabaikan pertanyaan tentang biaya produksi informasi dan siapa yang
membayar untuk peraturan akuntansi.
Bahaya tunduk pada tekanan dari kelompok berkepentingan khusus dicatat.
Pembuatan kebijakan akuntansi tidak boleh melayani kelompok berkepentingan
khusus yang merugikan masyarakat secara keseluruhan. Ketika regulasi
didominasi oleh kepentingan khusus, mandatnya tidak lagi ada karena proses
regulasi telah ditangkap oleh kelompok yang memiliki kepentingan pribadi.
Regulasi akuntansi kemungkinan akan terus berlanjut, sehingga penting
untuk memahami sifat dari proses regulasi. Mayoritas peraturan akuntansi
berurusan dengan penyempurnaan laporan keuangan dan standarisasi praktik
daripada dengan pengungkapan diperluas per se. Ini mungkin berarti bahwa
masalah kelebihan produksi dilebih-lebihkan oleh kritik regulasi.
37
bisnis, pemerintah, serikat pekerja, investor, dan kreditor.” FASB sangat sensitif
terhadap biaya produsen dan apakah ada manfaat yang memadai (bagi pengguna
eksternal) untuk menjamin pengenaan standar akuntansi baru yang mahal.
Memang, pada akhir 1970-an, FASB mulai menugaskan studi konsekuensi
ekonomi untuk membantu dalam menilai efek dari standar yang diusulkan pada
perusahaan. Sayangnya, studi ini berfokus terutama pada perusahaan, pemegang
saham mereka, dan analis keuangan. Pihak lain, seperti kreditor, konsumen,
karyawan, dan bahkan pemerintah, tidak diperhitungkan dalam kalkulus biaya-
manfaat dari peraturan pelaporan keuangan. Akibatnya, tidak mengherankan
bahwa pertanyaan yang lebih luas seperti keinginan akuntansi
pertanggungjawaban sosial perusahaan belum dipertimbangkan secara serius.
Pelaporan tanggung jawab perusahaan dianjurkan oleh mereka yang percaya
bahwa masyarakat secara keseluruhan memiliki kepentingan yang sah (meskipun
harus pluralistik) dalam perusahaan perilaku, dan bahwa perusahaan harus
bertanggung jawab atas perilakunya dalam berbagai kegiatan. Kisaran itu
mencakup hubungan karyawan dan masyarakat, pengendalian polusi, dan
kepatuhan terhadap undang-undang federal seperti Undang-Undang Kesehatan
dan Keselamatan Kerja dan Undang-undang Perlindungan Lingkungan.
FASB hanya mempertimbangkan biaya dalam arti tersempit, biaya
produsen, dan manfaat yang dipikirkan terutama dalam hal kebutuhan informasi
pasar saham. Sebuah contoh dari orientasi terhadap konsekuensi ekonomi ini
terlihat dalam apa yang disebut masalah kelebihan standar yang dibahas
sebelumnya dalam bab. Perusahaan yang lebih kecil, yang tidak terdaftar secara
publik (dan auditornya) berpendapat bahwa standar akuntansi dirumuskan
terutama untuk perusahaan besar yang diperdagangkan secara publik yang dapat
membayar biaya regulasi akuntansi dan untuk kepentingan analis keuangan yang
menyelidiki perusahaan-perusahaan ini. Untuk perusahaan kecil yang bukan milik
publik, biaya kepatuhan secara proporsional lebih tinggi dan manfaatnya lebih
kecil karena sekuritas perusahaan tidak diperdagangkan. FASB peka terhadap
masalah ini dan menangguhkan dua standar berorientasi pengungkapan, PSAK
No. 14 dan 69, untuk perusahaan kecil yang bukan milik publik. Namun, FASB
38
secara konsisten menolak argumen untuk pengakuan diferensial, pengukuran, dan
aturan pengungkapan dan menegaskan kembali perlunya satu set dasar standar
akuntansi untuk semua perusahaan. Namun demikian, masalah ini telah muncul
kembali sehubungan dengan PSAK No. 150 tentang dapat ditukarkan secara wajib
saham preferen. Penelitian tentang konsekuensi ekonomi juga difokuskan secara
sempit pada pemegang saham dan manajer perusahaan. Satu badan penelitian
yang luas meneliti dampak kebijakan akuntansi dan perubahan kebijakan terhadap
harga saham. Badan penelitian luas lain menyelidiki apakah pilihan metode
akuntansi atau preferensi manajemen untuk metode akuntansi tertentu terkait
dengan kontrak berbasis akuntansi 'khususnya, pembatasan perjanjian dalam
perjanjian utang yang memerlukan pemeliharaan tingkat modal kerja tertentu,
leverage, atau rasio cakupan bunga. Kontrak berbasis akuntansi lain berkaitan
dengan kompensasi manajer, dan di sini dihipotesiskan bahwa manajer memilih
metode akuntansi yang memaksimalkan kompensasi mereka berdasarkan kontrak-
kontrak ini. Sarannya adalah bahwa insentif berbasis kontrak ini membuat
preferensi untuk metode akuntansi peningkatan pendapatan. Baris penelitian ini
berguna dalam menarik perhatian pada cara-cara di mana data akuntansi dapat
digunakan. Namun demikian, fokusnya adalah pada aspek yang sangat terbatas
dari total biaya sosial dan manfaat pelaporan keuangan dan regulasi pelaporan
keuangan. Kesimpulannya, kita belum benar-benar memahami tentang biaya
sosial dan manfaat dari pelaporan keuangan.
39
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Perekayasaan pelaporan keuangan adalah proses pemikiran logis, deduktif,
dan objektif untuk memilih dan mengaplikasi ideologi, teori, konsep dasar, teknik,
prosedur, dan teknologi yang tersedia secara teoretis dan praktis untuk mencapai
tujuan negara melalui tujuan pelaporan keuangan dengan mempertimbangkan
faktor sosial, ekonomik, politik, dan budaya negara. Hasil perekayasaan
dituangkan dalam suatu dokumen resmi yang disebut rerangka konseptual yang
fungsinya dapat dianalogi dengan konstitusi.
Pelaporan keuangan untuk perusahaan terbuka telah diatur di Amerika
Serikat sejak 1930-an, ketika Kongres memberdayakan Securities and Exchange
Commission (SEC) untuk mengatur pelaporan keuangan. SEC adalah agen
federal, yang didanai oleh pemerintah federal dan bertanggung jawab kepada
Kongres Amerika Serikat, yang memiliki pengawasan hukum atas tindakan SEC.
Namun, SEC selalu mempertahankan pengawasan regulasi terhadap badan-badan
sektor swasta ini, seperti American Institute of Public Accountants Certified
(AICPA), yang mengoperasikan Committee on Accounting Procedure (CAP) dan
Accounting Principles Board (APB), dan kemudian dengan Financial Accounting
Standards Board (FASB).
Meskipun pelaporan keuangan adalah kegiatan yang diatur dan
kemungkinan akan terus berlanjut, argumen yang bertentangan kadang-kadang
muncul, yang mengarah ke pertanyaan tentang biaya dan manfaat regulasi. Karena
itu, berguna untuk mengevaluasi argumen baik untuk maupun melawan peraturan
formal. Evaluasi semacam itu membantu kita memahami sifat regulasi akuntansi
dan beberapa konsekuensi yang mengalir darinya.
40
DAFTAR PUSTAKA
41
1