Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH TEORI AKUNTANSI

HAKIKAT DAN PENGGUNAAN AKUNTANSI

DISUSUN

OLEH :

ANGGULIA SANDRA ENI (206602013)

ROBERTUS SADYAWAN (206602016)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI 66 KENDARI

2022

1
Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karna atas
segala rahmat-Nya makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca.

Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 15 April  2022

Penulis,

2
Daftar isi

COVER...................................................................................................................1

Kata Pengantar......................................................................................................2

Daftar isi..................................................................................................................3

BAB I.......................................................................................................................5

PENDAHULUAN...................................................................................................5

1. Pendahuluan.........................................................................................................5

2. Rumusan Masalah................................................................................................5

3. Tujuan...................................................................................................................6

4. Manfaat.................................................................................................................6

BAB II.....................................................................................................................7

PEMBAHASAN.....................................................................................................7

1. Definisi dan Peranan Akuntansi..........................................................................7

1.1. Definisi Akuntansi..........................................................................................7

1.2. Akuntansi : Seni atau Ilmu ?...........................................................................7

1.3. Sifat dan Peranan Akuntansi...........................................................................7

2. Pengukuran dalam Akuntansi.............................................................................8

2.1. Hakikat pengukuran dalam Akuntansi............................................................8

2.2. Jenis ukuran....................................................................................................8

2.3. Jenis Skala......................................................................................................9

3. Pemikiran dibalik Akuntansi Pencatatan Berpasangan..................................10

4. Prinsip-prinsip Akuntansi Yang Berlaku Umum............................................10

4.1. Arti GAAP...................................................................................................10

4.2. Mana Yang Harus Digunakan ? GAAP, GAAP khusus, atau OCBOA ?......10

4.3. GAAP kecil vs GAAP Besar........................................................................12

3
5. Kebijakan Akuntansi dan Perubahannya........................................................14

6. Akuntansi yang Dirancang................................................................................15

6.1. Hipotesis salah saji keuangan secara selektif................................................15

6.2. Peralatan Laba..............................................................................................17

6.3. Manajemen Laba..........................................................................................18

6.4. Kreativitas dalam Akuntansi.........................................................................18

6.5. Kecurangan dalam Akuntansi.......................................................................20

7. Proletarasi Teknis dan Ideologis Para Akuntan..............................................22

8. Kesadaran Para Pengguna Yang Direkayasa..................................................22

9. Prespektif Etika dalam Akuntansi....................................................................23

9.1. Etika Utilitarian............................................................................................23

9.2. Etika Deontologi...........................................................................................25

9.3. Pemikiran akan kelayakan............................................................................25

BAB III..................................................................................................................26

PENUTUP.............................................................................................................26

Kesimpulan.................................................................................................................26

Saran...........................................................................................................................26

Daftar Pustaka............................................................................................................27

4
BAB I

PENDAHULUAN

1. Pendahuluan
Akuntansi berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat. Sejarah pe
rkembangan pemikiran akuntansi dibagi dalam tiga priode : tahun 4000 SM-1300
M, tahun 1300-1850 dan tahun 1850 M sampai sekarang. Teori akuntansi dikemb
angkan dan disaring lewat sebuah riset proses akuntansi. Hasil riset pertama dari a
kuntan pendidik dan pihak lain dari organisasi pembuatan kebijakan kantor akunta
n public.

Kita mendengar berbagai definisi yang berbeda tentang akuntansi, menyaksik


an berbagai perdebatan mengenai apakah akuntansi merupakan seni atau ilmu (sai
ns), dan begitu banyak orang binggung atau tidak mengerti akan peran akuntansi.
Makalah ini bermaksud memberikan jawaban dari berbagai isu yang berkaitan den
gan kaitan akuntansi, hubungannya dengan manajemen, ketergantungannya pada a
kuntansi pencatatan berpasangan dan prinsip-prinsip akuntan yang berlaku umum.

2. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud Definisi dan Peranan Akuntansi ?
2) Bagaimana Pengukuran dalam Akuntansi ?
3) Apa saja Pemikiran di Balik Akuntansi Pencatatan Berpasangan ?
4) Apa saja Prinsip-prinsip Akuntansi Yang Berlaku ?
5) Bagaimana Kebijakan Akuntansi dan Perubahannya ?
6) Apa saja Akuntansi yang Dirancang dalam Hakikat dan Peranan
Akuntansi ?
7) Bagaimana Ploterisasi Teknis dan Ideologis Para Akuntan ?
8) Apa sajaa Kesadaran Para Pengguna Yang Direkayasa ?

5
9) Bagaimana Perspektif Etika dalam Akuntansi ?

3. Tujuan
1) Mengetahui apa itu Definisi dan Peranan Akuntansi dalam Hakikat dan
Peranan Akuntansi.
2) Mengetahui apa yang menjadi Pengukuran dalam Akuntansi.
3) Mengetahui apa saja Pemikiran di Balik Akuntansi Pencatatan
Berpasangan.
4) Mengatahui apa saja Prinsip-prinsip Akuntansi Yang Berlaku.
5) Mengetahui bagaimana Kebijakan Akuntansi dan Perubahannya.
6) Mengetahui apa saja Akuntansi yang Dirancang dalam Hakikat dan
Peranan Akuntansi.
7) Mengetahui bagaimana Ploterisasi Teknis dan Ideologis Para Akuntan.
8) Mengetahui apa saja Kesadaran Para Pengguna Yang Direkayasa.
9) Mengetahui bagaimana Perspektif Etika dalam Akuntansi.

4. Manfaat
1) Bagi penulis
Dapat berguna sebagai bahan pembelajaran di Mata Kuliah TEORI
AKUNTANSI.
2) Bagi Pembaca
Diharapkan Maklah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
khususnya dalam Perkembangan Sejarah Akuntansi

6
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi dan Peranan Akuntansi.


1.1. Definisi Akuntansi
Akuntansi adalah suatu seni pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhtisar
an dalam cara yang signifikan dan satuan mata uang, transaksi-transaksi dan kejad
ian-kejadian yang paling tidak seperti ; memiliki sifat keuangan dan selanjutnya m
engiterprestasikan hasilnya. Definisi akuntansi menurut komite Terminologi dari American Institute Of Cerli
fied Public Accountants.

Akuntansi didefinisikan berkaitan dengan konsep dari informasi kuantitatif,


yakni ; akuntansi adalah suatyu aktivitas jasa. Fungsinya adalah untuk memberika
n informasi kuantitatif dari entitas ekonomi, terutama yang bersifat keuangan dan
dimaksudkan untuk bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi, dan dala
m menentukan pilihan diantara serangkaian tindakan-tindakan alternative yang ad
a.

1.2. Akuntansi : Seni atau Ilmu ?


Akuntansi berhubungan dengan perusahaan, yang tentunya merupakan kelo
mpok sosial; akuntansi berkepentingan dengan transaks-transaksi dan kejadian-kej
adian ekonomi lainnya yang memiliki konsekuensi dan mempunyai dampak atas h
ubungan sosial; akuntansi menghasilkan pengetahuan yang berguna dan berarti ba
gi orang-orang yang terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang memiliki implikasi sos
ial. Akuntansi pada hakikatnya bersifat mental, akuntansi merupakan adalah suatu
ilmu sosial. Argumentasi oleh Mautz

1.3. Sifat dan Peranan Akuntansi


Sifat-sifat baik (virtue) dari praktik akuntan meliputi :

a. Kejujuran dari akuntan pada umumnya dan auditor pada khususnya,

7
b. Memiliki kepedulian terhadap status ekonomi pihak lain dalam bentuk pen
yelenggaraan dan akuntabilitas,
c. Sensitife terhadap nilai kerja sama dan konflik dengan mengantisipasi terja
dinya konflik dan menciptakan adanya semacam penegakan kerja sama mel
alui penggunaan teknik-teknik akuntansi manajemen,
d. Sifat akuntansi yang komunikatif dengan menceritakan pengalaman-penga
laman ekonomi melalui dialog-dialog akuntansi, dan
e. Penyebaran informasi ekonomi dengan memberikan informasi mengenai e
konomi pengambilan keputusan.

Realisasi dari sifat-sifat di atas dihalangi oleh kendala-kendala seperti :

a. Dominasi dari imbalan eksternal yang mengancam kebebasan auditor,


b. Kekuatan institusi yang merusak, dan
c. Kegagalan membedakan antara sifat baik dengan hukum.

Peranan akuntansi adalah untuk memberikan informasi menganai prilaku eko


nomi yang diakibatkan oleh aktivitas-aktivitas perusahaan dalam lingkungann
ya.

2. Pengukuran dalam Akuntansi


2.1. Hakikat pengukuran dalam Akuntansi
Secara umum akuntansi dianggap sebagai salah satu alat pengukuran sekalig
us suatu disiplin akuntansi. Pengkuran memiliki arti, “pemberian angka-angka kep
ada objek atau kejadian-kejadian menurut aturan tertentu”. Langkah pertama dala
m akuntansi adalah mengidentifikasi dan memilih objek-objek, aktivitas atau keja
dian dan atribut-atributnya yang dianggap relevan bagi para penguna sebelum pen
gukuran yang sebenarnya dilakukan.

2.2. Jenis ukuran


1) Ukuran-ukuran akuntansi dapat langsung maupun tidak langsung. Ukuran langsu
ng ataau utama adalah ukuran nyata dari suatu objek atau atribut yang dimiliki. U
kuran tidak langsung atau skunder diambil secara tidak langsung melalui suatu tra

8
nformasi aljabar dari sebuah angka yang mencerminkan ukuran langsung dari beb
erapa objek atau atribut. Objek atau Atribut adalah objek-objek intrinsic dari suat
u ukuran tidak langsung.
2) Dilihat dari dimensi waktu pengambilan keputusan, ukuran akuntansi dapat dikla
sifikasikan sebagai ukuran lampau, masa kini, atau masa depan.
3) Untuk menentukan apakah objek akuntansi atau atribut pengukurannya berada di
kejadian masa lampau, masa kini, atau masa depan. Secara leratif terhadap waktu
ketika ukuran itu dibuat, ukuran akuntansi dapat diklasifikasikan sebagai suatu uk
uran retospektif, ukuran kontemporer, atau ukuran prospektif.
4) Pengukuran dapat berupa : ( a. pengukuran fundamental dimana suatu angka dapa
t diberikan kepada suatu sifat sesuai dengan referensinya terhadap hukum alam, d
an tidak bergantung kepada pengukuran dari variabel-variabel yang lain. b. pengu
kuran turunan yang bergantung kepada pengukuran dari dua atau lebih kuantitas
dan bergantung kepada adannya suatu teori empirics yang telah diverifikasi yang
menghubungkan suatu sifat tertentu dengan yang lain.
5) Pengkuran dapat : ( a. dilakukan ketika teori-teori empiris yang telah dikonfirmas
i dapat digunakan untuk mendukung keberadaan mereka, b. dibuat melalui suatu
keputusan resmi yang didasarkan pada definisi arbiter.)

2.3. Jenis Skala


Skala dapat diuraikan dalam istilah umum sebagai :

1) Skala nominal (nominal scale) akan membantu dalam penetuan keseimban


gan, seperti penomoran pemain sepak bola. Skala ini merupakan sistem pe
ngklasifikasian atau pembelaan yang sederhana seperti dalam kasus kode a
kun. Angka-angka yang diberikan mnecerminkan objek-obejk itu sendiri,
dan bukannya sifat yang mereka miliki.
2) Skala ordinal (ordinal scale) membantu dalam penentuan lebih besar atau l
ebih kecil suatu hal, seperti tingkat mutu wol atau nomor jaln. Skala ini me
rupakan urutan sistem prefensi satu masalah yang dapat dalam skala ordin
al adalah perbedaan atau interval di antara angka-angka tidak harus selalu
sama.

9
3) Skala Interval (interval scale) membantu dalam penentuan keseimbangan
dari interval atau perbedaan seperti suhu dan waktu. Skala ini memberikan
nilai yang seimbang kepada interval-interval di antara angka-angka yang te
lah diberikan.
4) Skala Rasio (ratio scale) membantu dalam penentuan keseimbangan dari r
asio, dengan tambahan fitur dari adanya suatu awal yang unik, titik nol yan
g alamiah, dimana diketahui jarak dari titik tersebut ke paling sedikit satu
objek.

3. Pemikiran dibalik Akuntansi Pencatatan Berpasangan


Akuntansi pencatatan berpasangan terdiri atas dua jenis akuntansi pencatatan
berpasangan klasifikasional dan akuntansi pencatatan berpasangan kasual, jenis pe
ncatatan tersebut bergantung pada keseimbangan debit dan kredit.

Akuntansi pencatatan berpasangan klasifikasional (classificational double-ent


ry accounting) ditujukan untuk tetap menjaga persamaan akuntansi fundamental y
ang merangkum posisi klasifikasional tersebut. Pencatatan berpasangan klasifikasi
onal ini, sisi debit mengambarkan suatu klasifikasi sedangakn sisi kredit mengam
barkan klasifikasi yang lain.

Pembukuan pencatatan berpasangan kasua menggambarkan hubungan sebab


akibat antara suatu kenaikan dengan penurunan. Nilai dari kenaikan (debit) di-offs
et oleh nilai penurunan yang sama (kredit).

4. Prinsip-prinsip Akuntansi Yang Berlaku Umum


4.1. Arti GAAP
Akuntansi dipraktikan dalam suatu krangka yang implisit. Kerangka ini dike
nal sebagai prinsip-prinsip yang berlaku umum, penyataan no.4 dari Accounting P
rinciples Board (APB) of the American Institute of Certified Public Accountants
(AICPA) menyatakan bahwa GAAP mencatat “pengalaman, alsan, kebijakan, keb
iasaan, pengunaan dll.

10
4.2. Mana Yang Harus Digunakan ? GAAP, GAAP khusus, atau OCBOA ?
GAAP kini tidak lagi dilihat sebagai satu set aturan pengukuran yang kaku.
Banyaknya perbedaan dalam penerapan mereka, pada kenyataannya, akan berbeda
tergantung pada kondisi yang terjadi. Di satu pihak, kita memiliki bermacam-
macam GAAP dan GAAP khusus (special GAAP) yang berbeda.

Terdapat lebih banyak perhatian pula yang diberika pada alternative-


alternatif dari GAAP, yang pada dasarnya mengenai laporan keuangan yang
dibuat menurut basis akuntansi komprehensif lainnya (other comprehensive bases
of accounting-OCBOA). Dorongan untuk berpindah ke OCBOA timbul akibat
adanya perubahan yang terjadi pada undang-undang perpajakan yang dibuat oleh
Undang-Undang Economic Recovery Act (Pemulihan Ekonomi) pada tahun 1981
dan meningkatnya pemisahan akuntansi perpajakan dari akuntansi GAAP,
meningkatnya jumlah persekutuan, perusahaan subbab S dan entitas-entitas lain
yang lebih memilih untuk menyajikan laporan keuangan yang berdasarkan atas
perpajakan dan basis kas, serta kesimpulan sementara dari komite khusus AICPA
untuk studi kelebihan beban standar akuntansi yang mendukung peningkatan
akuntansi dengan basis pajak.

Penggunaan laporan berdasarkan OCBOA menimbulkan lebih banyak masalah


baik kepada pengguna maupun para CPA :

a. Bagi para pengguna, mereka mungkin tidak terlihat sebagai alternatif yang
dapat diterima atau dikenal dari GAAP.
b. Bagi para praktisi, laporan berdasarkan OCBOA dapat menimbulkan
masalah akibat kurangnya pedoman yang komprehensif seperti yang
tersedia bagi laporan berdasarkan GAAP.

Namun, mana yang harus digunakan? GAAP, GAAP khusus atau OCBOA?
Mereka yang menginginkan keseragaman dan komparabilitas akan memilih
GAAP; mereka yang menginginkan fleksibilitas dan cara-cara yang lebih baik
untuk menghadapi kondisi-kondisi yang beragam akan memilih GAAP khusus.

11
Sedangkan mereka yang memperdebatkan adanya kondisi-kondisi unik atau
menantang standar yang berlebihan akan memilih untuk menggunakan OCBOA.

4.3. GAAP kecil vs GAAP Besar


GAAP kecil untuk usaha-usaha kecil dan/atau dikendalikan langsung, dan
GAAP besar untuk perusahaan-perusahaan besar.

1) Perbedaan antara perusahaan besar dengan perusahaan kecil

Perusahaan kecil adalah suatu perusahaan yang operasinya relatif kecil,


biasanya dengan total pendapatan kurang dari $5 juta. Biasanya perusahaan ini (a)
dikelola oleh pemilik, (b) dan jika ada, memiliki hanya sedikit pemilik yang lain,
(c) seluruh pemiliknya ikut terlibat secara aktif dalam pelaksanaan urusan-urusan
perusahaan, kecuali mungkin bagi beberapa anggota keluarga tertentu, (d) jarang
terjadi perpindahan kepemilikan, dan (e) memiliki struktur modal yang sederhana.

Sedangkan perusahaan besar (publik) adalah suatu perusahaan yang (a)


sahamnya diperdagangkan di pasar publik atau bursa saham atau pasar over-the-
counter atau (b) diwajibkan untuk memberikan laporan keuangannya
kepada Securities and Exchange Commission. Suatu perusahaan juga dapat
dianggap perusahaan publik jika laporan keuangannya diterbitkan sebagai
persiapan dilakukannya penjualan sekuritas (surat berharga) jenis apa pun di
sebuah bursa umum.

2) Perbedaan di antara pengguna laporan keuangan

Bukti yang ada menegaskan bahwa analisis keuangan dan pemegang


saham publik adalah pengguna utama dari laporan keuangan dari perusahaan-
perusahaan publik, di mana pemilik manajer dan kreditor adalah pengguna utama
dari laporan keuangan perusahaan pribadi. Sehingga selanjutnya dinyatakan
bahwa kelompok-kelompok yang berbeda dapat dianggap memiliki kebutuhan
informasi yang berbeda pula. Namun bukti yang lain menegaskan bahwa para
petugas pinjaman bank dan analisi sekuritas memiliki tingkat preferensi yang
sama tingginya untuk berbagai jenis informasi yang umumnya dicantumkan
dalam laporan keuangan.

12
3) Posisi resmi mengenai “GAAP Kecil”

Kebutuhan akan pengukuran, pelaporan, dan pengungkapan yang berbeda


berdasarkan atas ukuran (besar versus kecil) maupun kepemilikan (publik versus
pribadi) telah mendapat perhatian dari profesi akuntansi sejak tahun 1952. Divisi
standar akuntansi AICPA memulai sebuah studi mengenai aplikasi GAAP pada
usaha-usaha yang lebih kecil dan/atau dikelola langsung dengan membentuk
Komite Prinsip-Prinsip akuntansi yang berlaku umum bagi Usaha-usaha yang
Lebih Kecil dan/atau Milik Pribadi (Committee on GAAP for Smaller and/or
Closely Held Bussinesses) pada tahun 1974 (Komite “GAAP Kecil”).

Komite “GAAP Kecil” mempelajari respons yang diterima, kemudian


menyimpulkan secara umum dalam laporannya yang diterbitkan pada tahun 1976
bahwa terdapat dukungan yang kuat dalam profesi secara keseluruhan untuk
mempertimbangkan kembali praktik-praktik yang berlaku sehubungan dengan
penerapan dari prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum pada laporan
keuangan dari perusahaan-perusahaan kecil dan/atau dikelola langsung, dan
dengan mematuhi standar-standar dari laporan CPA atas laporan-laporan tersebut.

AICPA kemudian membentuk Accounting and Review Services


Committee (ARSC) dan memberikannya status sebagai komite senior. Tujuan
ARSC adalah untuk menilai kembali seluruh aspek dari pernyataan-pernyataan
AICPA yang dapat diterapkan pada asosiasi dari CPA dengan laporan keuangan
yang tidak diaudit, sebuah proyek yang pada dasarnya berorientasi pada usaha
kecil.

Bola kembali berada di tangan FASB. Pendekatan yang lebih logis bagi
FASB adalah mengatasi masalah standar yang berlebihan terlebih dahulu, yang
akan mengurangi masalah yang dihadapi oleh perusahaan kecil. Membuat suatu
“GAAP Kecil” secara praktik dan logis adalah kurang tepat. Banyaknya keberatan

13
yang muncul sehubungan dengan adanya dua set GAAP sudah cukup memberikan
alasan.

Contoh-contoh keberatan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Perbaikan dalam pelaporan dari satu kelompok pengguna hendaknya juga


mendorong perbaikan pelaporan dari kelompok lain.
b. Semua perusahaan yang beroperasi dalam lingkungan yang sama,
menghadapi kondisi ekonomi yang serupa, dan dapat memiliki jenis-jenis
transaksi yang sama.
c. Kebanyakan perusahaan menjadi anggota dari suatu asosiasi perdangangan
atau kelompok industry.
d. Kebanyakan perusahaan pribadi pada akhirnya nanti akan menjadi
perusahaan public.

5. Kebijakan Akuntansi dan Perubahannya


Kebijakan akuntansi dari suatu entitas pelaporan adalah prinsip-prinsip
akuntansi yang spesifik dan metode-metode penerapan prinsip-prinsip yang dinilai
oleh manajemen dan entitas tersebut sebagai yang paling sesuai dengan kondisi
yang ada untuk menyajikan secara wajar posisi keuangan, perubahan yang terjadi
pada posisi keuangan, dan hasil oprasi sesuai prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum dank arena itu telah diadopsi untuk pembuatan laporan keuangan.

a. Ketua SEC, Arthur Levitt, berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan


publik telah menggunakan enam praktik akuntansi untuk mengelola
keuntungaan perusahaan: Melebihsajikan perusahaan restrukturisasi
membersihkan neraca
b. Mengklasifikasikan jumlah yang signifikan dari nilai harga suatu entitas
yang beli menjadi biaya penelitian dan pengembangan sehingga dapat
dihapuskan melalui satu kali pembebanan saja (pembebanan sekaligus)

14
c. Menciptakan kewajiban yang besar untuk menampung pengeluaran-
pengeluaran di masa depan guna melindungi laba di masa depan
d. Menggunakan asumsi yang tidak realistis dalam mengestimasi nilai
kewajiban untuk hal-hal seperti retur penjualan, kerugian pinjaman, dan
biaya jaminan sehingga kelebihan akrual dapat dibalik untuk
meningkatkan laba dari periode berikutnya
e. Membuat kesalahan secara disengaja dalam buku perusahaan dan
menjustifikasi kegagalan untuk memperbaiki kesalahan tersebut dengan
alasan matrealitas
f. Mengakui pendapatan sebelum proses untuk menghasilkannya selesai.

6. Akuntansi yang Dirancang

Pada dasarnya, jika seorang pengamat yang memiliki ketertarikan dan rasa
ingin tahu dari luar bidang akuntansi memeriksa disiplin ilmu akuntansi dan
proses akuntansi serta outputnya, ia mungkin akan dengan mudah tergoda untuk
melihat lebih jauh berbagai usaha percobaan untuk memilih teknik dan solusi
akuntansi yang sesuai dengan sasaran dan gambaran yang telah ditetapkan
sebelumnya dan disampaikan sebagai penyusunan realitas yang mewakilinya.
Fenomena ini dapat disebut sebagai akuntansi yang dirancang karena kekontrasan
yang dimilikinya dengan pemilihan teknik dan solusi yang didasarkan pada suatu
prinsip, suatu fenomena yang dapat disebut akuntansi prinsip.

Aspek-aspek dari akuntansi yang dirancang termasuk konsep-konsep yang


berbeda seperti :

a) hipotesis salah saji keuangan secara selektif,


b) perataan laba,
c) manajemen laba,
d) akuntasi kreatif, dan
e) kecurangan akuntansi.

15
6.1. Hipotesis salah saji keuangan secara selektif
Informasi Akuntansi pada dasarnnya adlah wakil akuntansi yang
dipergunakan oleh pengambil keputusan yang tidak dapat mengandalkan
observasi kejadian-kejadian secara langsung. Hipotesis salah saji keuangan yang
selektif, seperti yang dikemukakan oleh Revsine, menyatakan “Masalah ini
bukanlah suatu yang insidental, melainkan hasil dari aturan-aturan pelaporan yang
fleksibel dan menyusun yang disebarluaskan oleh para penyusun standar yang
telah ‘ditangkap’ oleh subjek yang dimaksudkan dan pihak-pihak lain yang
terlibat dalam proses pelaporan keuangan.” 

Hipotesis salah saji keuangan secara selektif diasumsikan melintasi kedua


sektor publik dan pribadi “karena para partisipan di kedua sektor tersebut
dimotivasi untuk mendukung standar-standar yang secara selektif membuat salah
saji dari realitas ekonomi ketika hal tersebut sesuai dengan tujuan mereka. Ini
berlaku untuk para manajer, pemegang saham, auditor, dan para penyusun
standar.

1. Para manajer lebih menyukai standar pelaporan yang “longgar”


dibandingkan dengan standar yang terlalu ketat, karena hal ini
memungkinkan (a) pergesaran laba di antara tahun yang lebih
menguntungkan bagi pencapaian bonus, (b) memberikan kesan kepada
para pemegang saham, dan (c) melindungi posisi mereka dengan
mencegah terjadinya pengambilalihan.
2. Para pemegang saham juga mendapatkan keuangan dari longgarnya
standar jika dilihat dari perataan laba yang dilaporkan oleh manajer akan
menurunkan volatilitas dari laba yang dilaporkan, menurunkan persepsi
pasar atas risiko kegagalan dan meningkatkan nilai perusahaan.
3. Auditor mungkin memilih aturan pelaporan yang sama yang
mendistorasikan realitas ekonomniuntuk harmonisasi dengan klien, atau
aturan yang kaku ketika mereka menginginkan tumbal yang kuat sebagai
pelindung.

16
4. Penyusun standar mungkin memilih hipotesis salah saji yang dilakukan
sendiri untuk proteksi pribadi dan altruisme.
5. Para akademisi mungkin memilih hipotesis salah saji secara selektif
karena memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengemukakan
terori dan proposal sebagai imbalan atas kenaikan remunerasi dan gengsi.

Situasi ini menuntut adanya suatu perubahan dengan mengisolasi proses


penentuan standar dan jangkauan regulator, Revsine mengusulkan proses empat
langkah berikut :

1. Mendidik public
2. Memperbaiki proses pemilihan dan pengawasan para penyusun standar
3. Menetapkan pengaturan pendanaan baru
4. Menciptakan indenpedensi bagi para penyusun standar

6.2. Peralatan Laba


Definisi awal mengatakan bahwa perataan laba adalah “pengaturan fluktuasi
laba dari tahun ke tahun dengan memindahkan pendapatan dari tahun-tahun yang
tinggi pendapatannya ke periode-periode yang kurang menguntungkan. “Definisi
yang lebih akhir mengenai perataan laba melihatnya sebagai fenomena “proses
manipulasi profil waktu dari pendapataan atau laporan pendapatan untuk membuat
laporan laba menjadi kurang bervariasi, sekaligus tidak meningkatkan pendapatan
yang dilaporkan selama periode tersebut.”

Kedua definisi di atas sepertinya mengandung maksud bahwa hanya


terdapat satu bentuk perataan laba yang digunakan untuk meredam fluktuasi yang
terjadi pada pendapatan menuju ke arah tingkat pendapatan yang diharapkan.
Perataan yang dibuat atau disengaja pada dasarnya adalah suatu perataan
akuntansi yang menggunakan fleksibilitas yang ada dalam prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum dan pilihan-pilihan serta kombinasi-kombinasi
yang tersedia untuk meratakan laba. Karenanya dan pada dasarnya perataan laba
adalah suatu bentuk akuntansi yang dirancang.

17
Perataan alami, berbeda dengan perataan buatan, adalah produk alamiah dari
proses penghasilan laba, dan bukannya hasil dari tindakan yang diambil oleh
manajemen. Perataan yang dibuat dapat dicapai baik melalui perataan artifisial
ataupun perataan nyata. Perataan artifisial adalah hasil yang diperoleh dari
penggunaan manipulasi akuntansi untuk meratakan laba. Perataan yang
sesungguhnya melibatkan pilihan yang disengaja dan perubahan waktu dari
transaksi yang dapat mempengaruhi arus kas dan mengendalikan peristiwa
ekonomi yang mendasarinya.

6.3. Manajemen Laba

Para Manajer mempunyai fleksibilitas untuk memilih diantara beberapa cara


alternatif dalam mencatat transaksi sekaligus memilih opsi-opsi yang ada dalam
perlakuan akuntansi yang sama. Fleksibilitas ini, yang dimaksudkan untuk
memungkinkan para manajer mampu beradaptasi terhadap berbagai situasi
ekonomi dan menggambarkan konsekuesni ekonomi yang sebenarnya dari
transaksi tersebut, dapat juga digunakan untuk mempengaruhi tingkat pendapatan
pada suatu waktu tertentu dengan tujuan untuk memberikan keuntungan bagi
manajemen dan para pemangku kepentingan (stakeholder). Ini adalah esensi dari
manajemen laba, yaitu seuatu kemampuan untuk “memanipulasi” pilihan-pilihan
yang tersedia dan mengambil pilihan yang tepat untuk dapat mencapai tingkat
laba yang diharapkan.

Manajemen laba terjadi ketika para manager menggunakan pertimbangan


mereka dalam pelaporan keuangan dan struktur transaksi untuk mengubah laporan
keuangan dengan tujuan menyesatkan beberapa pemangku kepentingan mengenai
kondii kinerja ekonomi perusahaan atau untuk memengaruhi hasil-hasil
kontraktual yang bergantung pada angka-angka akuntansi dilaporkan.

6.4. Kreativitas dalam Akuntansi


Kreativitas dalam akuntansi menyiratkan suatu interprestasi yang liberal
atas aturan-aturan akuntansi yang memungkinkan dilakukannya pilihan-pilihan
sehingga dapat dihasilkan penggambaran situasi keuangan yang lebih atau kurang

18
optimistis jika dibandingkan dengan situasi nyata. Kreativitas dapat memiliki
bentuk yang berbeda-beda tergantung dari tujuan yang dimiliki oleh pembuat
laporan akuntansi. Bentuk-bentuk kreativitas dalam akuntansi ini biasanya dikenal
dalam praktik dan literatur-literatur sebagai (a) akuntansi “mandi besar” dan (b)
akuntunsi kreatif.

1. Akuntansi ‘mandi besar’

Akuntansi ‘mandi besar’pada umumnya mengacu kepada langkah-langkah


yang diambil oleh manajemen untuk secara drastis mengurangi laba per saham
saat ini untuk mendapatkan peningkatan laba per saham di masa depan. Situasi ini
serupa dengan pilihan untuk melakukan prosedur-prosedur penurunan laba yang
akan meningkatkan kemungkinan untuk memenuhi sasaran-sasaran pendapatan di
masa depan. Prosedur ‘mandi besar’ secara umum dapat mengikuti perubahan
yang terjadi dalam manajemen, memberikan peluang bagi para manajer baru
untuk membuat suatu standar laba yang lebih rendah di mana mereka kelak akan
dievaluasi terhadapnya, menjamin suatu hasil kerja yang baik bagi mereka.

2. Akuntansi Kreatif

Akuntansi kreatif adalah istilah yang biasanya digunakan oleh pers


populeruntuk mengacu pada apa yang dianggap oleh jurnalis dilakukan oleh
akuntan untuk menjadikan laporan keuangan tampak lebih bagus dari yang
seharusnya. Sebagai akibat dari adanya bukti-bukti internasional atas fenomena
ini, akuntansi kreatif telah mendapatkan beragam karakteristik dan definisi.

Beberapa penjelasan mengenai akuntansi kreatif disajikan berikut ini:

a. Akuntansi kreatif mewakili cara-cara yang digunakan untuk mencapai


suatu penyimpangan di antara akun-akun yang bukan berasal dari suatu
perkiraan yang memiliki basis atas transaksi-transaksi dan peristiwa-
peristiwa yang terjadi pada tahun yang sedang ditinjau dan titik mula
awalnya.
b. Akuntansi kreatif melibatkan adanya manipulasi, penipuan, dan penyajian
yang tidak benar.

19
c. Akuntansi kreatif melibatkan penyelundupan akuntansi
d. Akuntansi kreatif meliputi aktivitas-aktivitas seperti “memainkan
pembukuan,” pelaporan kosmetik,” dan “window dressing.”
e. Akuntansi kreatif adalah transformasi angka-angka akuntansi keuangan
dari arti yang sebenarnya menjadi apa yang diinginkan oleh pembuatnya
dengan mengambil keuntungan dari aturan-aturan yang ada dan/atau
mengabaikan beberapa atau seluruh aturan sisanya.
f. Akuntansi kreatif juga direfrensikan sebagai penggunaan tipu muslihat
akuntansiuntuk mendorong pendapatan yang mengalami kelesuhan atau
meratakan pendapatan yang tidak beraturan.

6.5. Kecurangan dalam Akuntansi


Kecurangan adalah istilah genetik dan merangkum seluruh ragam cara yang
dapat diciptakan oleh kecerdasan manusia, yang dilakukan oleh seseorang untuk
meraih keuntungan dari orang lain melalui penyajian yang salah. Kecurangan
dapat melibatkan penggunaan sistem akuntansi untuk menggambarkan citra yang
salah mengenai perusahaan.

Kecurangan juga dapat melibatkan kegagalan auditor untuk mendeteksi kesalahan


ataupun penyajian keliru, inilah yang disebut kegagalan audit.

a. Kecurangan korporat

Kecurangan korporat atau kejahatan ekonomi pada umumnya dilakukan


oleh pejabat, eksekutif, dan/atau manajer pusat laba dari perusahaanpublik untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi jangka pendek mereka. Pada kenyatannya,
mungkin gaya manajemen yang berorientasi pada jangka pendek yang
menciptakan adanya kebutuhan untuk melakukan kecurangan korporat, mengingat
tekanan untuk meningkatkan profitabilitas yang ada dalam menghadapi kecilnya
peluang, dan kebutuhan untuk mengambil risiko-risiko yang tidak bijaksana atas
sumber daya perusahaan.

b. Kecurangan dalam Pelaporan Keuangan

20
Kecurangan dalam pelaporan keuangan begitu merajalela sehingga
dibentuklah suatu komisi khusus untuk menginvestigasinya : Komisi Nasional
mengenai Kecurangan dalam Pelaporan Keuangan. Komisi ini mendefinisikan
kecurangan dalam pelaporan keuangan sebagai perlakuan yang sengaja atau
sembrono, baik tindakan atau penghilangan, yang menghasilkan laporan keuangan
yang secara material menyesatkan.

Jenis-jenis yang umum dari kecurangan dalam pelaporan keuangan meliputi:

1) Manipulasi, pemalsuan atau pengubahan catatan-catatan atau dokumen-


dokumen
2) Penekanan atau penghilangan dampak dari transaksi-transaksi yang
sudah selesai dari catatan-catatan dokumen
3) Pencatatan transaksi tanpa ada substansinya
4) Kesalahan penerapan dalam kebijakan-kebijakan akuntansi
5) Kegagalan untuk mengungkapkan informasi yang signifikan
c. Kejahatan Kerah Putih

Kejahatan kerah putih tersebut dimotivasi oleh norma-norma sosial,


diterima dan didorong oleh kelompok-kelompok yang secara tidak langsung
memberikan dukungan kepada aktivitas yang ilegal. Kejahatan kerah putih dapat
dikenali dari lima komponen utamanya : (1) maksud untuk melakukan kejahatan,
(2) menyamarkan tujuan, (3) manggantungkan diri pada kenaifan korban, (4)
tindakan korban secara sukarela untuk membantu pelaku kejahatan, dan (5)
penyembunyian pelanggaran tersebut.Tidak seperti kejahatan tradisional,
tujuannya adalah untuk mencari uang dalam jumlah besar daripada jumlah kecil
saja, dan modus operandinya adalah dengan menggunakan teknologi dan
komunikasi masa daripada tenaga kasar dan peralatan sederhana.

d. Kegagalan Audit

Auditor diharapkan mampu mendeteksi dan memperbaiki atau


mengungkapkan penghilangan atau kesalahan saji informasi keuangan yang
material. Ketika auditor gagal untuk memenuhi ekpektasi ini, maka kegagalan

21
audit adalah hasil yang tidak dapat dielakkan. Maka kemudian tingkat kualitas
auditlah yang dapat menghindarkan terjadinya kegagalan audit. Kualitas audit
didefinisikan sebagai probabilitas bahwa laporan keuangan tidak memuat
penghilangan apapun kesalahan penyajian yang materian.

Kualitas audit juga didefinisikan dari segi risiko audit, dengan jasa
bermutu tinggi akan mencerminkan risiko audit yang lebih kecil. Risiko audit
didefinisikan sebagai risiko bahwa auditor kemungkinan dengan tanpa
sepengetahuannya gagal untuk dengan tepat memodifikasi pendapatan atas
laporan keuangan yang memuat kesalahan penyajian yang material.

7. Proletarasi Teknis dan Ideologis Para Akuntan


Ploretalisasi akuntan mencerminkan adanya suatu pergeseran pengendalian ke
arah majikan atau manajemen dan hilangnya kebebasan kreatif yang telah
dinikmati akuntan sebagai profesional yang telah dinikmati akuntan sebagai
profesional yang bekerja sendiri. Perubahan yang terjadi dalam teknologi
akuntansi memaksa adanya perubahan dalam struktur proses tenaga kerja
akuntansi dan menempatkan akuntan di sebuah bentuk yang baru dari kelas
proletar, menjadi bawahan. Dari prosesnya, mereka kehilangan kendali atas baik
arti maupun akhir dari tenaga kerja, suatu fenomena yang dikenal sebagai
proletarisasi teknis.

Fenomena ini telah dipercepat dan dipermudah oleh tingkat spesialisasi dan
fragmentasi yang lebih tinggi yang dibebankan pada praktik akuntansi, suatu
prosespenurunan keahlian, yaitu rasionalisasi dari tugas-tugas yang sebelumnya
profesional menjadi sejumlah fungsi-fungsi rutin yang hanya membutuhkan
sedikit pelatihan. Disamping prolaterisasi teknis, munculnya kelas pekerja baru,
atau kelas profesional manajerial, menimbulkan pula proletarisasi ideologis, yang
mengacu kepada pemberian kendali oleh manajemen untuk modal, atas sasaran
dan tujuan sosial yang mendasari pekerjaan.

22
8. Kesadaran Para Pengguna Yang Direkayasa
Mengapa para pemegang saham dan penguna meminta informasi yang lebih
banyak dan lebih baik ?

Sebuah penjelasan yang didasarkan atas pemikiran mengenai dominasi ideologis


akan memperdebatkan bahwa hierarki sosioekonomi relatif tidak mempan
terhadap informasi pada saat rapat tahunan atau rapat-rapat lainnya. Dominasi
kapitalis atas informasi dapat diungkapkan dalam tiga pernyataan :

a. Aturan kelas dari manajemen memberikan produk informasi yang


mereka ciptakan
b. Dominasi semacam itu dipelihara oleh penegasan negara atas perjanjian-
perjanjian dalam kontrak, perlindungan hak milik, dan penjagaan
ketertiban masyarakat; dan
c. Sarana-sarana informasi yang diatur oleh manajemen, seperti laporan
tahunan dan rilis pers, memungkinan manajemen untuk menyebarkan
informasi yang berguna bagi perlindungan kepentingan-kepentingannya
sendiri

Tiga pernyataan di atas dihubungkan dengan tiga bentuk dominasi : eksplotasi


pasar, pemaksaan hukum, dan dominasi ideologis. Bentuk-bentuk dominasi ini,
meskipun dapat dipisahkan secara analitis, namun secara empiris memiliki saling
ketergantungan, sehingga manajemen untuk menyampaikan keyakinan-keyakinan
kepada para pengguna dan, dalam prosesnya, membentuk pemahaman mereka
akan perusahaan. Apa yang didapatkan oleh perusahaan adalah kesadaran yang
direkayasa yang kompatibel dengan ekspektasi dari manajemen.

9. Prespektif Etika dalam Akuntansi


Para akuntan akan menemukan bahwa mereka mengerjakan tugas sehari-hari
disuatu lingkungan yang dikelola oleh suatu kumpulan aturan, prinsip, dan praktik
yang kompleks. Dengan menerima peran-peran tertentu, akuntan pada saat yang
bersamaan menerima kewajiban yang berhubungan dan tanggung jawab moral

23
dari peran tersebut. Dengan etika berarti adalah adanya kepentingan terhadap
pertimbangan-pertimbangan moral yang terlibat dalam pengambilan keputusan
moral mengenai apa yang secara moral benar dan salah atau secara moral buruk
dan baik. Hal ini mengasumsikan adanya standar moral yang mempengaruhi
keadaan manusia.

9.1. Etika Utilitarian


Etika utilitarian atau ultitarianisme sebagai suatu pendekatan dalam
memcahkan isu-isu moral juga dikenal pula dengan istilah konsekuentalisme.
Pendekatan ini melihatapakah suatu tindakan dapat dianggap benar atau salah
secara moral dengan hanya didasarkan pada konsekuensi akibat dari kita
melakukannya.

Keunggulan dari etika utilitarian berhubungan dengan :

a. Sasaran moralitas, dinyatakan bahwa moralitas adalah suatu hal yang


penting karena kinerja dari suatu tindakan yang tepat akan mengarah
kepada kepuasan umum dari kehendak manusia
b. Proses pemikiran moral, Kaum konsekuentalis paling tidak menawarkan
suatu prosedur yang secara relatif jelas untuk menemukan tindakan apa
yang paling tepat untuk dilakukan : mendaftar semua alternatif yang ada,
memastikan kemungkinan kensekuensinya, dan mengevaluasi konsekuensi
tersebut dilihat dari segi implikasi yang mereka berikan kepada semua
orang yang terpengaruh.
c. Fleksibilitas dab pengecualian, Kita hanya perlu mengakui kasus-kasus
khusus di mana terdapat alasan yang baik untuk meyakini bahwa
konsekuensi-konsekuensi dari mengikuti aturan moral tradisional adalah
lebih buruk daripada konsekuensi dari membuat seuatu pengecualian
d. Menghindari konflik aturan, Dari sudut pandang konsekuentialis,
adanyakonflik dalam aturan adalah pertanda bahwa kita sedang
berhadapan dengan salah satu keadaan yang luar biasa di mana kita tidak
dapat begitu saja mengikuti aturan-aturan yang sesuai.

24
Kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan utilitarianisme adalah :

a. Penolakan dan kewajiban khusus, Utilitarianisme tidak memperhitungkan


kewajiban-kewajiban moral khusus kita kepada orang-orang yang
memiliki hubungan khusus dengan kita
b. Penolakan dari hak asasi, Utilitarianisme tidak memperhitungkan adanya
hak-hak asasi masing-masing individu dalam menentukan isu-isu moral
c. Penolakan dari keadilan, Dengan hanya memerhatikan satu faktor, para
konsekuentalis telah melupakan faktor-faktor moral penting yang lainnya,
seperti keadilan, yang perlu dipertimbangan.

9.2. Etika Deontologi


Etika deontologi sebagai salah satu pendekatan dalam memecahkan isu-isu
moralitas dikenal pula dengan istilah moralitas berbasis aturan. Pendekatan ini
mempertimbangkan suatu tindakan yang menurut moral benar jika ia telah usai
dengan aturan moral yang tepat. Sebuah tindakan yang melanggar aturan tersebut
namun ternyata menghasilkan sesuatu hal yang menguntungkan akan tetap
dianggap salah.

Sumber-sumber aturan tersebut dapat berupa teologis yang mengandung


artian bahwa tindakan-tindakan tertentu ditentukan sebagai sesuatu yang bermoral
oleh suatu agama, atau sosialis yang mengandung artian bahwa mereka
merupakan hasil dari suatu konsesnsus sosial yang menentukan apakah tindakan
tersebut adalah merupakan suatu tindakan yang benar atau salah.

9.3. Pemikiran akan kelayakan


Karena kekuatan dan keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh etika
utilitarianisme dan deontologi, suatu kompromi yang sesuai akan menjadi suatu
hal yang ideal. Satu alternatif baik dari etika utilitarianisme maupun etika
deontologi ditawarkan oleh pemikiran akan kelayakan. Kelayakan yang berasal
dari konsep yunani kuno kathokonda, dapat digunakan untuk mengevaluasi
moralitas dari suatu tindakan melalui suatu refrensi terhadap apakah mereka

25
pantas atau sesuai dengan etos yang diakui bersama-sama oleh individu dan
masyarakat.

BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Akuntansi didefinisikan berkaitan dengan konsep dari informasi kuantitatif,
yakni ; akuntansi adalah suatyu aktivitas jasa. Fungsinya adalah untuk memberika
n informasi kuantitatif dari entitas ekonomi, terutama yang bersifat keuangan dan
dimaksudkan untuk bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi, dan dala
m menentukan pilihan diantara serangkaian tindakan-tindakan alternative yang ad
a. Akuntansi pencatatan berpasangan terdiri atas dua jenis akuntansi pencatatan b
erpasangan klasifikasional dan akuntansi pencatatan berpasangan kasual, jenis pen
catatan tersebut bergantung pada keseimbangan debit dan kredit.

Kebijakan akuntansi dari suatu entitas pelaporan adalah prinsip-prinsip


akuntansi yang spesifik dan metode-metode penerapan prinsip-prinsip yang dinilai
oleh manajemen dan entitas. Ploretalisasi akuntan mencerminkan adanya suatu
pergeseran pengendalian ke arah majikan atau manajemen dan hilangnya
kebebasan kreatif yang telah dinikmati akuntan sebagai profesional yang telah
dinikmati akuntan sebagai profesional yang bekerja sendiri. Para akuntan akan
menemukan bahwa mereka mengerjakan tugas sehari-hari disuatu lingkungan
yang dikelola oleh suatu kumpulan aturan, prinsip, dan praktik yang kompleks.

Saran
Makalah ini berisi pembahasan tentang Hakikat dan Pengunaan Akuntansi
yang diharapkan dapat berguna bagi para pembaca sehingga dapat memperluas
pemahaman dan pembaca dapat memberikan saran yang berisfat membangun.

26
Tentunya penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas masih
banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.

Daftar Pustaka
Buku satu Accounting Theory (teori akuntansi), Edisi (5). Ahmed Riahi-Belkaoui.

Penerbit Salemba Empat.

27

Anda mungkin juga menyukai