Dosen Pengampu:
Dr. Mukhzarudfa, S.E., M.Si.
Disusun oleh:
Kelompok 3
Anton Sugiarto C1C021137
Waode Maya Anggelya Putri C1C021151
Imelda Pangestika C1C021180
Dwi Rahmalia Sari C1C021267
Nur Ulyana Apriyanti C1C021269
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................1
1.4 Manfaat...........................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
2.1 Konsep-Konsep Laba untuk Pelaporan Keuangan.........................................2
2.1.1..................................................................................................................2
2.2 Pendapatan dan Beban, Keuntungan dan Kerugian.......................................2
BAB III....................................................................................................................3
PENUTUP................................................................................................................3
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................4
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1.4 MANFAAT
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
4. Beberapa penulis mengemukakan ide bahwa beberapa konsep laba harus
dukur dan dilaporkan untuk tujuan yang berbeda.
5. Akhir-akhir ini, beberapa saran telah diajukan untuk menegaskan bahwa
semua pengukuran laba kurang baik dan dengan demikian harus diganti
dengan ukuran lainnya dari kegiatan ekonomi.
Tetapi laba akuntansi merupakan peringkas dari banyak pos positif dan
negatif, di mana banyak di antaranya yang tidak mengandung isi interpretif, jika
salah satu atau lebih dari pos ini tidak mengandung makna interpretif dan
jumlahnya material, maka laba benih yang dihasilkan juga kurang mengandung
makna interpretif, walaupun laba bersih mungkin berisi informasi untuk pasar
modal.
3
FASB Statement of Accounting Concepts No. 1 menganggap bahwa laha
akuntansi merupakan pengukuran yang baik atas prestasi perusahaan dan bahwa
laha akuntansi dapat digunakan dalam prediksi arus kas yang akan datang. Penulis
lain menganggap bahwa laba akuntansi secara umum relevan untuk model
keputusan para investor dan kreditor. Akan tetapi, asumsi ini belum terbukti
mengandung kesahihan empiris.
4
keunggulan pendekatan kegiatan menurut dugaan adalah bahwa pendekatan ini
memungkinkan pengukuran beberapa konsep laba yang berbeda, yang dapat
digunakan untuk tujuan yang berbeda-beda.
5
Konsep pemeliharaan kekayaan menyiratkan pandangan menyeluruh atas
modal yang diinvestasikan dalam perusahaan. Kesulitan terbesar dengan
pendekatan ini adalah pengukuran aktiva bersih pada awal dan akhir periode.
Beberapa metode penilaian meliputi (1) kapitalisasi arus kas atau jasa yang
diharapkan di masa datang yang akan diterima selama umur perusahaan. (2)
jumlah harga jual beberapa aktiva perusahaan di kurang total kewajibannya, (3)
penilaian perusahaan berdasarkan harga pasar berlaku saham yang diterapkan
pada total saham beredar, dan (4) penilaian perusahaan dengan menggunakan nilai
masuk (entah berdasarkan harga beli atau harga beli berlaku) untuk aktiva
nonmoneter (nonmonetary assets) dan menambahkan nilai tunai aktiva moneter
dan mengurangkan kewajiban.
dimana sebagai:
1. Harapan akan arus kas yang akan datang tidak dapat dikonversi ke dalam nilai
tunggal atau ekivalen kepastian (certainty equivalents) tanpa mengetahui
preferensi risiko dari para pemakai informasi; penyesuaian untuk risiko dengan
memasukkannya ke dalam tingkat diskonto subyektif tidak tepat secara konseptual
6
2. Penekanan terletak pada faktor waktu dan arus kas yang diharapkan semua
kejadian dan kegiatan ekonomi lainnya diabaikan.
3. Pengukuran laba tidak mengungkapkan apakah laba itu sungguh berasal dari
tindakan manajemen atau hanya karena kebetulan saja.
7
dihasilkan mencakup keuntungan dan kerugian pemilikan yang timbul dari
perubahan harga entah keuntungan dan kerugian ini telah te realisasi atau belum
melalui penjualan atau pertukaran. Artinya, laba akan mencakup keuntungan dan
kerugian dari pemilikan aktiva dan juga laba operasi normal.
Laba harus diukur dalam arti nyata, bukannya dalam arti mempertahankan
nilai moneter. Bila perubahan tingkat harga umum terjadi, maka pengukuran laba
yang dilakukan dengan membandingkan nilai modal. pada waktu yang berbeda
dalam unit moneter (monetary unit) pada setiap saat menghasilkan pengukuran
yang tidak mencerminkan perubahan modal nyata. Oleh karena itu, sering
disarankan agar dilakukan penyesuaian nilai modal sehingga laba dapat diukur
dalam daya beli yang konstan atau dalam nilai unit uang yang konstan.
Ikhtisar
8
yang sekarang tidak beroperasi secara efisien, atau mereka dapat memberikan
rangsangan atau bonus kepada manajemen yang efisien.
Nilai berjalan dari perusahaan dan nilai saham perusahaan tergantung pada arus
distribusi mendatang yang diharapkan bagi pemegang saham. Berdasarkan
pengharapan ini, pemegang saham yang ada sekarang dapat memutuskan untuk
menjual saham atau terus memilikinya. Investor yang bukan pemegang saham saat
ini dapat memutuskan membeli saham perusahaan itu atau menanamkan
modalnya di dalam perusahaan lain. Jadi, harapan mengenai distribusi yang akan
datang merupakan hal yang penting dalam keputusan investasi ini. Jika terdapat
hubungan antara laba yang dilaporkan dan distribusi dividen, maka para investor
memusatkan perhatiannya pada pengharapannya akan laba perusahaan di masa
yang akan datang. Bagi banyak perusahaan, peramalan laba dianggap lebih
relevan dalam meramalkan harga pasar saham di masa yang akan datang
ketimbang peramalan distribusi dividen jangka pendek; dan distribusi jangka
9
panjang dianggap tergantung pada laba yang ditahan dan faktor pertumbuhan.
Oleh karena itu, pengharapan akan laba yang akan datang digunakan oleh banyak
investor sebagai faktor utama dalam meramalkan distri busi dividen di masa yang
akan datang, dan dividen yang diharapkan merupa. kan faktor penting untuk
menetapkan nilai berjalan atas sebagian saham atau atas keseluruhan perusahaan.
10
keuntungan karena mengetahui informasi ini. Akan tetapi, dalam hipotesis
pasar yang efisien bentuk semikuat (harga surat berharga mencerminkan
sepenuhnya semua informasi yang tersedia untuk umum mengenai
perusahaan), penggunaan isi informasi dari laba yang dilaporkan
diasumsikan berdasarkan reaksi pasar terhadap informasi ini. Beberapa
telaah empiris telah menyarankan bahwa laba per lembar saham atau
proyeksi laba per lembar saham yang dilaporkan memiliki dampak
langsung terhadap harga pasar saham biasa.
Salah satu tujuan utama perusahaan adalah maksimisasi arus dividen bagi
pemegang saham selama umur perusahaan, atau maksimisasi nilai likuidasi atau
nilai pasar perusahaan pada akhir hidupnya, atau pada saat tertentu, atau
kombinasi dari tujuan ini. Semua perubahan ekonomi adalah relevan bagi
pengevaluasian semua keberhasilan atau kegagalan perusahaan selama hidup. nya.
Tetapi tujuan pengukuran laba yang lebih umum mensyaratkan pengukuran laba
untuk periode yang lebih pendek guna memberikan alat kendali dan dasar bagi
keputusan pemegang saham, kreditor, investor, dan manajemen secara
bersinambungan atau periodik. Keseluruhan pengukuran laba untuk keseluruhan
hidup perusahaan tidak memberikan informasi pada saat informasi itu paling
bermanfaat, dan juga tidak menjelaskan sebab-sebab keberhasilan atau kegagalan.
Keberhasilan mungkin disebabkan oleh nasib baik atau manajemen yang efisien.
Dengan demikian, sumber-sumber atau sebab-sebab laba merupakan hal yang
penting dalam pengevaluasian secara tepat kemajuan perusahaan. Tetapi beberapa
akuntan berpendapat bahwa angka yang disebut "laba bersih untuk periode" harus
mencakup semua kejadian ekonomi yang dicatat dan bahwa laba yang timbul dari
sumber khusus harus dijelaskan secara tepat. Kontroversi ini telah menghasilkan
dua konsep laba konsep laba operasi berjalan dan konsep laba all-inclusive
(menyeluruh) dan posisi lanjutan yang disyaratkan dalam Accounting Principles
Board Opinion No. 30 dan FASB Statement No. 16.
11
Konsep laba operasi berjalan memusatkan perhatian pada pengukuran efisiensi
usaha perusahaan. Istilah efisiensi mengacu pada pemanfaatan secara efektif
sumber daya perusahaan dalam menjalankan usaha dan dalam menghasilkan laba.
Dalam arti luas ekonomi, konsep ini berkaitan dengan kombinasi yang tepat dari
faktor-faktor produksi tanah, tenaga kerja, modal dan manajemen. Akan tetapi,
evaluasi efisiensi relatif membutuhkan perbandingan dengan standar tertentu. Ini
berarti membutuhkan suatu evaluasi subyektif, tetapi sebagai titik-tolak,
perbandingan dapat dilakukan dengan hasil dari beberapa periode sebelumnya dan
dengan laba dari perusahaan lain atau industrinya.
Perbedaan utama antara konsep laba operasi berjalan dan konsep laba all-inclusive
terletak dalam tujuan pelaporan laba bersih. Sementara laba bersih operasi
berjalan menekankan prestasi operasi berjalan atau efisiensi perusahaan dan
kemungkinan penggunaan angka ini untuk meramalkan prestasi di masa yang
akan datang dan rentabilitas (earning power), maka para pendukung konsep laba
bersih all-inclusive mengemukakan bahwa baik efisiensi operasi maupun ramalan
prestasi di masa yang akan datang dapat ditingkatkan jika didasarkan pada
keseluruhan pengalaman historis perusahaan selama beberapa tahun. Karena umur
ekonomik aktiva biasanya mencapai beberapa tahun dan karena transaksi yang
menghasilkan laba tidak terjadi pada tahap penyelesaian yang seragam pada setiap
akhir periode, maka laba bersih suatu periode tunggal paling banter hanyalah
berupa estimasi yang didasarkan pada pertimbangan yang baik. Karena sifat
subyektif ini, maka laba bersih suatu periode tunggal bersifat sementara dan selalu
harus diverifikasi (dibuktikan) di kemudian hari.
12
Konsep laba sebagai pertambahan nilai. Secara umum, adalah mungkin
memandang perusahaan memiliki sekelompok besar pemegang hak atau pihak
yang berkepentingan, yang mencakup bukan hanya pemilik dan investor lainnya,
tetapi juga karyawan dan tuan tanah. Inilah pendekatan pertambahan nilai (value-
added)." Dalam istilah ekonomi, nilai tambah adalah harga pasar keluaran
perusahaan dikurangi harga barang dan jasa yang diperoleh melalui transfer dari
perusahaan lain. Jadi, semua karyawan, pemilik, kreditor dan pemerintah (melalui
perpajakan) merupakan kelompok penerima laba perusahaan. Laba ini merupakan
kue besar yang dibagi di antara berbagai kontributor faktor masukan kepada
perusahaan dalam kegiatan produksi barang dan jasa. Bagaimana kue ini dibagi,
biasanya tergantung pada perjanjian kontraktual dan tawar-menawar.
Konsep ini menjadi sangat bermanfaat jika diterapkan pada perusahaan besar yang
mempengaruhi nafkah ribuan orang dan memiliki dampak ekonomi dan sosial
yang sangat luas di luar kepentingan pemilik dan pemegang saham. Laba
pertambahan nilai meliputi upah, sewa, bunga, pajak, dividen yang dibayarkan
kepada pemegang saham, dan laba yang ditahan perusahaan. Pertanyaan timbul
mengenai sifat laba yang ditahan menurut konsep ini. Laba ditahan bukanlah hak
para pemilik saja, tetapi juga hak semua pihak yang berkepentingan atas
pertambahan nilai perusahaan. Hanya dalam hal likuidasi, pemegang saham biasa
memiliki hak atas laba ditahan. Dalam jangka panjang, laba yang ditahan
menghasilkan pertumbuhan dalam modal perusahaan, yang dengan meningkatnya
produktivitas, akan menghasilkan arus laba yang me ningkat bagi para penerima.
Jika perusahaan dianggap memiliki umur yang abadi atau takterbatas, maka
pemegang saham tidak akan pernah menerima manfaat langsung (dan hanya
mereka yang menèrima) dari penahanan laba di dalam perusahaan.
13
biaya masukan yang dapat dikendalikan. Tetapi perlakuan pemerintah sebagai
penerima manfaat perusahaan sedangkan karyawan dan kelompok lainnya tidak
diperlakukan demikian, merupakan hal yang meragukan ditinjau dari sudut
pandangan logis.
Laba bersih bagi investor. Sesuai dengan konsep perusahaan sebagai satuan usaha,
maka para pemegang saham dan kreditor jangka panjang dianggap sama sebagai
investor modal permanen. Dengan pemisahan pemilikan dan pengendalian dalam
perusahaan besar, perbedaan antara pemegang saham dan kreditor tidak lagi
penting seperti sebelumnya. Perbedaan utama timbul dalam prioritas hak atas laba
dan terhadap aktiva dalam likuidasi. Dengan penekanan pada umur yang tidak
terbatas dari kebanyakan perusahaan besar, maka hak dalam likuidasi menjadi
kurang penting. Bila kita mengamati hak atas laba se cara lebih mendalam, kita
temukan bahwa perbedaan antara obligasi dan saham preferen sangat tidak jelas.
Misalnya, pemegang obligasi laha kurang ter jamin haknya bila dibandingkan
dengan para pemegang saham preferen kumu latif, dan pemegang obligasi
konvertibel mungkin memperoleh hak atas laba yang tidak dibagi dengan
menukarkannya menjadi saham biasa.
Pandangan yang paling tradisional dan telah diakui mengenai laba bersih adalah
bahwa laba bersih merupakan hasil pengembalian (return) bagi pemilik usaha.
Walaupun akar konsep ini adalah pendekatan pemilikan, namun banyak penulis
yang menerapkannya pada pendekatan kesatuan usaha dan menganggap laba
akuntansi kesatuan usaha (entity) sebagai kewajiban kepada pemiliknya." Dalam
Statement dari FASB tersirat konsep bahwa laha bersih adalah milik semua
pemegang saham. FASB Statement of Financial Accounting Concepts No. 1
menekankan sifat prediktif dari laba yang dilaporkan. Misalnya, dinyatakan
bahwa selain untuk mengevaluasi prestasi manajemen, laba yang dilaporkan dapat
digunakan untuk meramal laba yang akan datang, untuk meramal kemampuan
perusaha an menghasilkan laba dalam jangka panjang, atau untuk mengevaluasi
risiko investasi atau pemberian pinjaman kepada perusahaan."
Konsep laba bersih bagi pemegang saham juga mendapat dukungan dalam ilmu
ekonomi. Walaupun definisi laba ekonomik berbeda dari laba akuntansi, namun
para ahli ekonomi biasanya memperlakukan laba akuntansi secara statistis sebagai
total hasil pengembalian bagi pengusaha dalam berbagai peran nya sebagai
manajer, investor, spekulasi, atau pesewa. Konsep ini mungkin diinginkan atau
mungkin juga tidak, namun terbukti bahwa para pemakai laporan akuntansi
biasanya menginterpretasikan laba bersih sebagai hasil pengembalian bagi
pemegang saham.
14
Laba Bersih Bagi Pemilik Modal Residu
Dalam laporan keuangan yang ter utama disajikan untuk pemegang saham dan
investor, laba bersih yang tersedia untuk didistribusikan kepada para pemegang
saham biasa umumnya dianggap sebagai angka tunggal yang paling penting dalam
laporan. Laba bersih per lembar saham biasa dan dividen per lembar saham adalah
angka yang paling umum dikutip dalam berita keuangan, bersama-sama dengan
harga pasar per lembar saham. Oleh karena itu, terdapat dukungan pragmatik
untuk menyajikan laporan yang dengan cepat dapat menunjukkan laba bersih
kepada pemilik ekuitas residu.
Tujuan umum pelaporan laba adalah bahwa laba haruslah merupakan hasil
penerapan aturan dan prosedur yang logis serta konsisten. secara internal.
Diasumsikan bahwa jika para pemakai laporan keuangan memahami aturan aturan
ini, maka mereka akan dapat menginterpretasikan arti laba. Karena laba akuntansi
didasarkan pada konsep seperti realisasi pendapatan dan konsep penandingan
(matching) beban dengan pendapatan, maka umumnya dianggap bahwa kegiatan
utama perusahaan dapat diukur dan dilaporkan dan juga kegiatan perusahaan
secara keseluruhan.
15
Tujuan jangka panjang yang perlu dari konsep laba adalah bahwa konsep itu harus
berhubungan dengan observasi dunia nyata. Dua konsep dasar interpretif adalah
sebagai berikut: (1) Konsep pemeliharaan kekayaan dianggap banyak orang
sebagai yang paling pokok karena ditunjang oleh teori ekonomi. Perubahan dalam
nilai kapitalisasi penerimaan kas yang diharapkan berfungsi sebagai landasan
konsep ini; akan tetapi, harga pasar berlaku dan alternatif yang serupa sering
dibenarkan dengan alasan bahwa alternatif itu merupakan pengganti (substitusi
yang cukup layak) untuk nilai berlaku. (2) Laba bersih dan komponennya sering
digunakan sebagai ukuran efisiensi manajemen. Efisiensi mengandung arti
interpretif dalam pengertian ekonomi, yaitu pemanfaatan optimum sumber daya
yang terbatas.
Sebagai tujuan utama ketiga, laba harus dievaluasi berdasarkan dimensi perilaku.
Salah satu ciri perilaku adalah kemampuan ramal. Laba bersih selama beberapa
periode berguna untuk meramalkan operasi perusahaan di masa yang akan datang
jika faktor-faktor relevan lainnya ikut dipertimbangkan. Para investor mungkin
tertarik dalam meramalkan laba atau dividen dan harga saham di masa yang akan
datang. Kelompok lainnya mungkin tertarik pada peramalan solvabilitas atau ciri-
ciri lainnya yang relevan bagi pengambilan keputusan yang menyangkut
hubungan dengan perusahaan. Ciri-ciri yang serupa adalah asumsi bahwa laba
harus bertalian erat dengan arus kas atau arus dana. Kegiatan arus kas dipandang
lebih relevan dalam keputusan investasi ketimbang upaya untuk mengukur
perubahan nilai secara langsung. Konsep ini akan dibahas secara lebih mendalam
dalam Bab 10. Ciri-ciri perilaku lainnya me liputi pengambilan keputusan
manajerial, hubungan perubahan laba dengan harga pasar, dan permintaan angka-
angka laba (income figure) oleh para inves tor tanpa memperhatikan kurangnya
makna interpretifnya.
Argumen terakhir adalah bahwa semua konsep laba baik secara teoretis maupun
praktis tidak tepat dalam penyajian informasi yang relevan kepada para investor
dan pihak lainnya. Artinya, semua konsep laba kurang memiliki interpretasi dunia
nyata yang diperlukan atau tidak relevan karena kurang memiliki ciri-ciri perilaku
yang diperlukan. Sistem formas alternatif yang d sarankan adalah yang
memungkinkan para pembaca laporan memal data yang relevan dan membuat
ramalan sendiri mengenai na perahan dan evaluasi lainnya yang diperlukan dalam
pengambilan keputusan Apa yang harus dimasukkan dalam penghitungan laha
herh tergantung
Pada beberapa tujuan yang dianggap paling relevan Lat yang dilararkan pada
pemeliharaan modal mencakup semua perubahan selama perele Lapor an
mengenai kepengurusan harus menekankan perubahan yang dapat diken dalikan
manajemen. Untuk tujuan peramalan, perusahan yang berulang dan perubahan
yang memiliki ciri-ciri perilaku harus diungkapkan bersama sama dengan ciri ini.
16
Pemisahan pos luar biasa dan tidak dimasukkannya koreksi pos tertentu dari
periode sebelumnya yang disarankan dalam API Opinion No 30 merupakan
langkah ke arah ini, tetapi kurang memadai untuk memenuhi tujuan ini.
Manajemen terutama berkepentingan dalam perubahan operasi itu yang sifatnya
variabel dan dapat dikendalikan dan dengan demikian relevan untuk perencanaan
dan keputusan manajerial. Karena adanya berbagai macam penggunaannya untuk
laba yang dilaporkan serta komponen laba dan berbagai ens informasi yang
diperlukan untuk setiap penggunaan, maka surat-surat telah diajukan agar
beberapa konsep laba dilaporkan. Konsep laba tunggal dapat melayan: beberapa
tujuan paling tidak sebagian, tetapi tidak mungkin dapat melayani semua tujuan
dengan sama baiknya.
Dari sudut pandangan sosial dan ekonomi yang luas, semua laba yang dihasilkan
perusahaan harus dilaporkan sebagai laba. Tetapi pembagian laba ini di antara
berbagai pihak penerima harus dilaporkan, demikian pula total yang dihasilkan.
Informasi yang lebih lengkap mungkin dapat disajikan bila laba bersih residu
dibatasi pada beberapa penerima laba. Biar bagaimana pun, laporan laba bersih
harus menyatakan kepada siapa laba ini akan dibagikan. Jika digunakan klasifikasi
yang luas, seperti laba bersih bagi perusahaan, maka pembagian laba ini harus
pula disajikan. Lebih lanjut, bila dilusi laba per lembar saham timbul karena
adanya surat berharga konvertibel yang beredar, hak beli saham, atau hibah
(grants), maka pengaruh yang mungkin dari dilusi semacam itu juga harus
disajikan.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
Hendriksen, E. (1994). TEORI AKUNTANSI (M. Sinaga (ed.); 4th ed.). Penerbit
Erlangga.
19