Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH TEORI AKUNTANSI

KONSEP-KONSEP LABA UNTUK PELAPORAN KEUANGAN


SERTA PENDAPATAN DAN BEBAN, KEUNTUNGAN DAN
KERUGIAN

Dosen Pengampu:
Dr. Mukhzarudfa, S.E., M.Si.

Disusun oleh:
Kelompok 3
Anton Sugiarto C1C021137
Waode Maya Anggelya Putri C1C021151
Imelda Pangestika C1C021180
Dwi Rahmalia Sari C1C021267
Nur Ulyana Apriyanti C1C021269

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menghaturkan puji syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa,


karena atas rahmat dan hidayah-Nyalah tugas makalah ini dapat diselesaikan tepat
waktu dan berjalan dengan lancar. Penulisan makalah dibuat dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Teori Akuntansi.
Dalam proses penyusunan makalah, penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan masukan demi
kelancaran dan kelengkapan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada Dr. Mukhzarudfa, S.E., M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Teori
Akuntansi, karena tugas yang diberikan ini dapat membantu wawasan dan
pengetahuan penulis menjadi lebih luas.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah tidak luput dari
kekurangan. Maka dari itu, penulis akan sangat menghargai semua kritikan dan
saran dari pembaca. Hal itu bertujuan untuk membangun makalah ini agar
menjadi lebih baik. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

Jambi, 1 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................1
1.4 Manfaat...........................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
2.1 Konsep-Konsep Laba untuk Pelaporan Keuangan.........................................2
2.1.1..................................................................................................................2
2.2 Pendapatan dan Beban, Keuntungan dan Kerugian.......................................2
BAB III....................................................................................................................3
PENUTUP................................................................................................................3
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................4

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.3 TUJUAN

1.4 MANFAAT

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP-KONSEP LABA UNTUK PELAPORAN KEUANGAN


Konsep laba akrual sebagai pengukuran yang fundamental terus-menerus
menghadapi tantangan; akan tetapi, dari sudut perspektif informatif, konsep ini
jelas menggambarkan kegiatan akuntansi. Berdasarkan asumsi pasar modal yang
efisien, penelitian empiris mendukung pandangan bahwa laba akuntansi
mengandung is yang informasional. Berikut ini adalah beberapa kritik atas laba
akuntana dalam bentuk tradionalnya:

1. Konsep laba akuntansi belum dirumuskan secara jelas.


2. Tidak ada dasar teoretis jangka panjang untuk perhitungan dan penyajian laba
akuntansi
3. Praktek-praktek akuntansi yang diterima umum memungkinkan
ketidakkonsistenan dalam pengukuran laba periodik dari berbagai perusahaan
dan bahkan di antara berbagai tahun dari perusahaan yang sama.
4. Perubahan tingkat harga telah mengubah arti laba yang diukur dalam nilai
uang historis
5. Informasi lain mungkin lebih berguna bagi para investor dan pemegang saham
untuk pengambilan keputusan investasi.

Lima pendapat utama berikut mungkin merupakan saran-saran yang


representatif mengenai masalah pengukuran laba:

1. Banyak pembahasan sekarang ini berpusat pada usaha untuk memperbaiki


pelaporan apa yang disebut laba akuntansi dengan menitikberatkan pada data
transaksi dan proses akrual.
2. Pembahasan lainnya mendukung konsep laba tunggal operasional yang dapat
digunakan sebagai indikasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen
3. Salah satu keyakinan adalah bahwa kemajuan di masa yang akan datang dalam
teori akuntansi tergantung pada persetujuan atas konsep-laba tunggal yang
lebih sesuai dengan apa yang dimaksud sebagai laba ekonomi.

2
4. Beberapa penulis mengemukakan ide bahwa beberapa konsep laba harus
dukur dan dilaporkan untuk tujuan yang berbeda.
5. Akhir-akhir ini, beberapa saran telah diajukan untuk menegaskan bahwa
semua pengukuran laba kurang baik dan dengan demikian harus diganti
dengan ukuran lainnya dari kegiatan ekonomi.

2.1.1 TUJUAN LAPORAN LABA BERSIH


Tujuan utama pelaporan laba adalah untuk memberikan informasi yang
berguna bagi mereka yang paling berkepentingan dengan laporan keuangan.
Tetapi tujuan yang lebih khusus harus dirinci untuk lebih memahami pelaporan
laba. Salah satu tujuan dasar yang dianggap paling penting bagi semua pemakai
laporan keuangan adalah untuk membedakan antara modal yang diinvestasikan
dan laba-antara stok dan arus keuangan sebagai bagian dari proses akuntansi
deskriptif. Tujuan yang lebih khusus meliputi penggunaan laba sebagai
pengukuran efisiensi manajemen, penggunaan angka laba historis untuk
membantu meramalkan keadaan usaha dan distribusi dividen di masa yang akan
datang, dan penggunaan laba sebagai pengukuran keberhasilan serta sebagai
pedoman pengambilan keputusan manajerial di masa yang akan datang.

2.1.2 KONSEP LABA PADA TINGKAT STRUKTURAL


Walaupun para akuntan memberi makna interpretasi dunia nyata atas laba
akuntansi (laba ekonomi secara umum) atau dampak perilakunya umumnya
mereka mendasarkan prinsip dan aturan pada premis yang mungkin tidak
berkaitan dengan fenomena dunia nyata atau pengaruh perilaku. Konvensi dan
aturan dibuat logis dan konsisten dengan mendasarkannya pada premis dan
konsep yang telah berkembang dari praktek yang ada.

Tetapi laba akuntansi merupakan peringkas dari banyak pos positif dan
negatif, di mana banyak di antaranya yang tidak mengandung isi interpretif, jika
salah satu atau lebih dari pos ini tidak mengandung makna interpretif dan
jumlahnya material, maka laba benih yang dihasilkan juga kurang mengandung
makna interpretif, walaupun laba bersih mungkin berisi informasi untuk pasar
modal.

3
FASB Statement of Accounting Concepts No. 1 menganggap bahwa laha
akuntansi merupakan pengukuran yang baik atas prestasi perusahaan dan bahwa
laha akuntansi dapat digunakan dalam prediksi arus kas yang akan datang. Penulis
lain menganggap bahwa laba akuntansi secara umum relevan untuk model
keputusan para investor dan kreditor. Akan tetapi, asumsi ini belum terbukti
mengandung kesahihan empiris.

Pendekatan transaksi terhadap pengukuran laba

Pendekatan transaksi terhadap pengukuran laba merupakan pendekatan


yang lebih konvensional yang digunakan oleh para akuntan. Pendekatan ini
melibatkan pencatatan perubahan dalam penilaian aktiva dan kewajiban bahwa
perubahan ini hanya merupakan akibat dari transaksi.

Keunggulan utama pendekatan transaksi adalah sebagai berikut:

1. Komponen laba bersih dapat diklasifikasikan dengan beberapa cara, seperti


menurut produk atau kelompok pelanggan, guna memperoleh informasi yang
lebih berguna bagi manajemen.
2. Laba yang timbul dari berbagai sumber seperti dari operasi dan dari sebab-
sebab eksternal dapat dilaporkan secara terpisah sejauh laba tersebut dapat
diukur
3. Pendekatan ini memberikan dasar untuk penentuan jenis serta kuantitas aktiva
dan kewajiban yang ada pada akhir periode. Dengan demikian metode
penilaian lain dapat diterapkan secara lebih mudah pada persediaan ini.
4. Efisiensi bisnis mensyaratkan pencatatan transaksi eksternal untuk tujuan-
tujuan lain.
5. Berbagai laporan dapat dibuat untuk saling melengkapi agar dapat
memberikan pemahaman yang lebih mendalam atas data yang mendasari

Pendekatan kegiatan terhadap pengukuran laba

Pendekatan kegiatan terhadap laba berbeda dari pendekatan transaksi


karena pendekatan ini berfokus pada deskripsi kegiatan perusahaan ketimbang pe
laporan transaksi. Artinya, laba dianggap timbul bila kegiatan atau kejadian
tertentu terjadi, dan bukan hanya sebagai hasil transaksi tertentu. Salah satu

4
keunggulan pendekatan kegiatan menurut dugaan adalah bahwa pendekatan ini
memungkinkan pengukuran beberapa konsep laba yang berbeda, yang dapat
digunakan untuk tujuan yang berbeda-beda.

2.1.3 KONSEP INTERPRETIF ATAS LABA


Para akuntan sering mengacu dua konsep ekonomi yang didasarkan pada
observasi dunia nyata sebagai titik-tolak logis untuk mendefinisikan konsep laba
akuntansi. Kedua konsep ekonomi ini adalah perubahan kesejahteraan dan
maksimisasi laba berdasarkan kondisi khusus struktur pasar, permintaan produk,
dan biaya masukan (input cost). Konsep-konsep ini telah diakui oleh FASB dalam
pernyataannya bahwa "Laba komprehensif merupakan perubah an dalam modal
sendiri (aktiva bersih) suatu kesatuan usaha selama suatu periode "dan "Pengujian
keberhasilan (atau kegagalan) operasi suatu perusahaan merupakan upaya untuk
melihat sejauh mana kas yang diterima kembali melebihi (atau kurang daripada)
kas yang dikeluarkan (diinvestasikan) dalam jangka panjang."

Modal versus laba

Menurut istilah ahli ekonomi Irving Fisher, modal adalah persediaan


kekayaan (stock of wealth) pada suatu saat." Laba merupakan arus jasa selama
periode tertentu. Modal adalah perwujudan jasa yang akan datang (future
services). dan laba adalah penikmatan jasa ini selama periode tertentu. Dengan
definisi ini, perbedaan kedua istilah ini sangat jelas. Yang satu berkenaan dengan
jumlah dalam wadah pada suatu saat, sedang yang lainnya menunjukkan jumlah
yang mengalir ke luar dari wadah itu selama periode tertentu.

Mengapa penting bagi kita membedakan laba perusahaan dan


pengembalian modal? Jawabannya ada dua. Pertama, perubahan modal
perusahaan dapat mempengaruhi jumlah arus yang akan datang bagi pemilik
ekuitas residu (pemegang saham biasa) dan nilai ekuitasnya pada suatu saat.
Kedua, perubahan modal perusahaan dapat mempengaruhi hubungan di kalangan
pemegang ekuitas, termasuk pemegang saham preferen dan pemegang ekuitas
residu tidak hanya tertarik pada berapa besar yang mereka.

Konsep laba sebagai pemeliharaan kekayaan

5
Konsep pemeliharaan kekayaan menyiratkan pandangan menyeluruh atas
modal yang diinvestasikan dalam perusahaan. Kesulitan terbesar dengan
pendekatan ini adalah pengukuran aktiva bersih pada awal dan akhir periode.
Beberapa metode penilaian meliputi (1) kapitalisasi arus kas atau jasa yang
diharapkan di masa datang yang akan diterima selama umur perusahaan. (2)
jumlah harga jual beberapa aktiva perusahaan di kurang total kewajibannya, (3)
penilaian perusahaan berdasarkan harga pasar berlaku saham yang diterapkan
pada total saham beredar, dan (4) penilaian perusahaan dengan menggunakan nilai
masuk (entah berdasarkan harga beli atau harga beli berlaku) untuk aktiva
nonmoneter (nonmonetary assets) dan menambahkan nilai tunai aktiva moneter
dan mengurangkan kewajiban.

Dalam menghitung nilai kapitalisasi ini, tiga faktor harus diestimasi-


jumlah distribusi kas bersih yang diperkirakan akan dibayar setiap tahun, sisa
umur, dan faktor diskonto yang tepat. Hubungan ini dapat dinyatakan dengan
rumus berikut:

P0 = R1(1+i)-1 + R2 (1+i)-2 + R3(1+i)-3 …Rn(1+i)-n

dimana sebagai:

P0 = nilai sekarang (present value) atau nilai kapitalisasi pada saat 0.

Rt = distribusi kas bersig kepada pemegang saham yang diharapkan dalam


periode t.

i = faktor diskonto yang tepat.

n = umur yang diharapkan (dalam tahun)

Tetapi konsep kapitalisasi juga memiliki kelemahan konseptual karena

1. Harapan akan arus kas yang akan datang tidak dapat dikonversi ke dalam nilai
tunggal atau ekivalen kepastian (certainty equivalents) tanpa mengetahui
preferensi risiko dari para pemakai informasi; penyesuaian untuk risiko dengan
memasukkannya ke dalam tingkat diskonto subyektif tidak tepat secara konseptual

6
2. Penekanan terletak pada faktor waktu dan arus kas yang diharapkan semua
kejadian dan kegiatan ekonomi lainnya diabaikan.

3. Pengukuran laba tidak mengungkapkan apakah laba itu sungguh berasal dari
tindakan manajemen atau hanya karena kebetulan saja.

4. Nilai perusahaan ditentukan dengan mendiskonto semua arus kas yang


diharapkan sampai waktu yang takterbatas, yang tidak selalu berkaitan dengan
kegiatan sekarang dan yang sudah lalu..

5. Salah satu kelemahan utamanya adalah bahwa konsep kapitalisasi ini


"memasang andong di depan kudanya."

6. Akhirnya, dalam keadaan tidak pasti, pengharapan setidak-tidaknya tergantung


pada kadar optimisme atau pesimisme yang ada pada saat itu.

Ekuivalen kas saat berjalan

Sebagai alternatif lain bagi kapitalisasi perusahaan, modal perusahaan dapat


didefinisikan sebagai jumlah uang atau ekivalen kas dari semua aktiva dikurangi
jumlah ekivalen uang dari kewajiban (liabilities). Kelemahan utama penggunaan
penilaian pasar adalah tidak adanya pasar untuk kebanyakan aktiva yang dimiliki
perusahaan.

Harga masukan historis

Penghitungan laba dengan membandingkan nilai aktiva bersih pada akhir


periode dengan nilai pada awal periode menghasilkan konsep laba menyeluruh
(all-inclusive). Klasifikasi laba berdasarkan sumbernya tidak dapat dibuat.
Sebagian laba bersih berasal dari operasi normal, dan sebagian lagi timbul dari
transaksi abnormal dan dari keuntungan modal yang berasal dari perubahan nilai
yang tidak terduga.

Harga masukan berlaku

Bila masukan dinyatakan dalam nilai yang sedang berlaku, maka


perhitungan laba sama dengan harga perolehan historis, tetapi laba yang

7
dihasilkan mencakup keuntungan dan kerugian pemilikan yang timbul dari
perubahan harga entah keuntungan dan kerugian ini telah te realisasi atau belum
melalui penjualan atau pertukaran. Artinya, laba akan mencakup keuntungan dan
kerugian dari pemilikan aktiva dan juga laba operasi normal.

Mempertahankan daya beli yang konstan

Laba harus diukur dalam arti nyata, bukannya dalam arti mempertahankan
nilai moneter. Bila perubahan tingkat harga umum terjadi, maka pengukuran laba
yang dilakukan dengan membandingkan nilai modal. pada waktu yang berbeda
dalam unit moneter (monetary unit) pada setiap saat menghasilkan pengukuran
yang tidak mencerminkan perubahan modal nyata. Oleh karena itu, sering
disarankan agar dilakukan penyesuaian nilai modal sehingga laba dapat diukur
dalam daya beli yang konstan atau dalam nilai unit uang yang konstan.

Ikhtisar

Semua konsep pemeliharaan kekayaan mengenai laba mensyaratkan


pengevaluasian aktiva dan kewajiban total atau tertentu pada awal dan akhir
periode. Pengukuran modal didasarkan pada pengharapan akan arus kas di masa
datang atau pada harga pasar sebagai pengganti pengharapan subyektif. Sebagian
dari praktek akuntansi yang sedang berjalan direncanakan dan dipertahankan
berdasarkan konsep pemeliharaan modal. Akan tetapi, di samping beberapa
kesulitan teoritis dengan konsep pemeliharaan modal, kelemahan praktisnya
adalah ketidakmampuannya untuk menyajikan informasi yang memadai mengenai
kegiatan operasional tertentu dari perusahaan.

Laba sebagai pengukuran efisiensi

Operasi yang efisien dari perusahaan mempengaruhi baik arus dividen


yang sedang berjalan maupun penggunaan modal yang diinvestasikan untuk
menghasilkan arus dividen di masa yang akan datang. Oleh karena itu, semua
pemilik ekuitas, khususnya pemegang saham biasa, berkepentingan dalam
efisiensi manajemen. Para pemegang ekuitas yang sekarang dapat melakukan
langkah-langkah yang perlu untuk memperoleh manajemen baru, jika manajemen

8
yang sekarang tidak beroperasi secara efisien, atau mereka dapat memberikan
rangsangan atau bonus kepada manajemen yang efisien.

2.1.4 KONSEP PERILAKU LABA


Konsep perilaku laba berkaitan dengan proses keputusan para investor dan
kreditor, reaksi harga surat berharga di pasar yang terorganisasi terhadap
pelaporan laba, keputusan pengeluaran modal dari manajemen, dan reaksi
umpanbalik manajemen dan para akuntan. Harus diingat bahwa semua teori dalam
jangka panjang harus berdasarkan konsep yang memiliki makna interpretif; teori
perilaku laba tidak akan sahih dalam jangka panjang jika tidak ada konsep dunia
nyata dari laba tersebut dan pembuktian implikasi perilaku. Tahun 1938, sebuah
program radio menyiarkan pendaratan manusia dari Mars di New Jersey. Banyak
orang yang belum mendengar permulaan program itu menganggap bahwa hal
tersebut benar-benar terjadi, dan akibatnya hampir menimbulkan kepanikan.
Teori-teori untuk menangani kepanikan dapat di- terapkan segera, tetapi
pemecahan jangka panjang adalah meyakinkan bahwa manusia dari Mars itu
sebenarnya tidak ada. Jika laba yang dilaporkan didasar- kan pada fiksi, maka
teori perilaku tidak dapat membuktikan maknanya dalam jangka panjang. Tetapi
marilah kita lihat beberapa implikasi perilaku laba seperti yang dilaporkan dalam
literatur.

Laba sebagai alat ramal

FASB Statement of Financial Concepts No. 1 menyatakan bahwa para investor,


kreditor, dan pihak lainnya ingin menilai prospek arus masuk kas bersih
perusahaan, tetapi mereka sering menggunakan laba untuk membantu mereka
mengevaluasi daya laba (earning power), meramal laba yang akan datang, atau
menaksir risiko berinvestasi atau memberikan pinjaman kepada perusahaan." Jadi,
diasumsikan ada hubungan antara laba yang dilaporkan dan arus kas, termasuk
distribusi kas kepada pemilik.

Nilai berjalan dari perusahaan dan nilai saham perusahaan tergantung pada arus
distribusi mendatang yang diharapkan bagi pemegang saham. Berdasarkan
pengharapan ini, pemegang saham yang ada sekarang dapat memutuskan untuk
menjual saham atau terus memilikinya. Investor yang bukan pemegang saham saat
ini dapat memutuskan membeli saham perusahaan itu atau menanamkan
modalnya di dalam perusahaan lain. Jadi, harapan mengenai distribusi yang akan
datang merupakan hal yang penting dalam keputusan investasi ini. Jika terdapat
hubungan antara laba yang dilaporkan dan distribusi dividen, maka para investor
memusatkan perhatiannya pada pengharapannya akan laba perusahaan di masa
yang akan datang. Bagi banyak perusahaan, peramalan laba dianggap lebih
relevan dalam meramalkan harga pasar saham di masa yang akan datang
ketimbang peramalan distribusi dividen jangka pendek; dan distribusi jangka

9
panjang dianggap tergantung pada laba yang ditahan dan faktor pertumbuhan.
Oleh karena itu, pengharapan akan laba yang akan datang digunakan oleh banyak
investor sebagai faktor utama dalam meramalkan distri busi dividen di masa yang
akan datang, dan dividen yang diharapkan merupa. kan faktor penting untuk
menetapkan nilai berjalan atas sebagian saham atau atas keseluruhan perusahaan.

Konsep Perilaku Lainnya

Sejumlah teori yang diusulkan pada tahun-tahun belakangan ini mengandung


implikasi perilaku. Karena keterbatasan ruang, tidak mungkinlah semuanya
dibahas secara memadai dan menyebutkan semua pendekatan yang demikian
banyak, yang disarankan dalam literatur. Berikut ini adalah ikhtisar dari beberapa
teori ini.

1. Pengambilan keputusan manajerial. Laporan keuangan yang formal


umum- nya ditujukan untuk para pemakai eksternal data akuntansi, tetapi
para akun- tan juga harus melengkapi manajemen dengan alat dan bahan
baku yang dibutuhkan untuk pengendalian dan mengambil keputusan yang
baik. Seperti halnya para investor umumnya berkepentingan dengan arus
dividen yang akan datang, manajemen berkepentingan dengan apa yang
akan terjadi di masa datang. Keputusan hanya dapat mempengaruhi
kejadian yang akan datang. Tetapi manajemen tidak begitu berkepentingan
dalam meramalkan dividen yang akan datang seperti halnya dalam
pengambilan keputusan untuk mencapai sasarannya sehubungan dengan
arus kas berjalan dan yang akan datang.
2. Teori estimasi. Walaupun teori estimasi kelihatannya memiliki kesamaan
dengan teori kapitalisasi laba, namun penekanannya adalah pada penyajian
laba yang dilaporkan yang akan membantu para investor meramalkan
tingkat hasil pengembalian internal (internal rate of return) perusahaan
sebagai keseluruhan dan dengan demikian meramalkan arus kas
mendatang dan nilai sekarang perusahaan. Perhatikan bahwa teori ini
berbeda dari pendekatan kapitalisasi dalam hal bahwa tingkat hasil
pengembalian internal digunakan, bukannya suatu tingkat oportunitas
(opportunity rate). Penyusutan dan alokasi lain dihitung sedemikian rupa
sehingga keseluruhan tingkat hasil pengembalian internal adalah konstan
bagi perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena itu, rasio laba yang
dilaporkan terhadap nilai bukunya juga tetap konstan, karena rasio ini
mencerminkan tingkat hasil pengembalian internal.
3. Pendekatan orientasi pemakai. Observasi langsung dan tidak langsung
menyarankan bahwa laba per lembar saham proyeksi dan laba per lembar
saham yang dilaporkan mempunyal dampak langsung terhadap harga pasar
saham biasa dan diminta oleh investor individual walaupun hipotesis pasar
yang efisien menyiratkan bahwa para individu tidak dapat memperoleh

10
keuntungan karena mengetahui informasi ini. Akan tetapi, dalam hipotesis
pasar yang efisien bentuk semikuat (harga surat berharga mencerminkan
sepenuhnya semua informasi yang tersedia untuk umum mengenai
perusahaan), penggunaan isi informasi dari laba yang dilaporkan
diasumsikan berdasarkan reaksi pasar terhadap informasi ini. Beberapa
telaah empiris telah menyarankan bahwa laba per lembar saham atau
proyeksi laba per lembar saham yang dilaporkan memiliki dampak
langsung terhadap harga pasar saham biasa.

2.1.5 APA SAJA SEHARUSNYA DIMASUKKAN DALAM LABA


Penghitungan laba berdasarkan penilaian tahunan atas perusahaan menimbulkan
pertanyaan penting mengenai metode penilaian yang tepat, yang memberikan
pengukuran yang paling berarti atas labu bersih. Keterbatasan yang lebih penting
dari prosedur penilaian tahunan adalah ketidakmampuan untuk mengungkapkan
sifat dan komposisi laba guna memenuhi tujuan predikta bilitas yang dibahas
sebelumnya dalam bab ini. Di lain pihak, pendekatan transaksi memungkinkan
kita mencatat perubahan bila peristiwa tertentu terjadi dan mengikhtisarkan
perubahan ini dalam laporan keuangan menurut sifat kegiatan perusahaan.

Salah satu tujuan utama perusahaan adalah maksimisasi arus dividen bagi
pemegang saham selama umur perusahaan, atau maksimisasi nilai likuidasi atau
nilai pasar perusahaan pada akhir hidupnya, atau pada saat tertentu, atau
kombinasi dari tujuan ini. Semua perubahan ekonomi adalah relevan bagi
pengevaluasian semua keberhasilan atau kegagalan perusahaan selama hidup. nya.
Tetapi tujuan pengukuran laba yang lebih umum mensyaratkan pengukuran laba
untuk periode yang lebih pendek guna memberikan alat kendali dan dasar bagi
keputusan pemegang saham, kreditor, investor, dan manajemen secara
bersinambungan atau periodik. Keseluruhan pengukuran laba untuk keseluruhan
hidup perusahaan tidak memberikan informasi pada saat informasi itu paling
bermanfaat, dan juga tidak menjelaskan sebab-sebab keberhasilan atau kegagalan.
Keberhasilan mungkin disebabkan oleh nasib baik atau manajemen yang efisien.
Dengan demikian, sumber-sumber atau sebab-sebab laba merupakan hal yang
penting dalam pengevaluasian secara tepat kemajuan perusahaan. Tetapi beberapa
akuntan berpendapat bahwa angka yang disebut "laba bersih untuk periode" harus
mencakup semua kejadian ekonomi yang dicatat dan bahwa laba yang timbul dari
sumber khusus harus dijelaskan secara tepat. Kontroversi ini telah menghasilkan
dua konsep laba konsep laba operasi berjalan dan konsep laba all-inclusive
(menyeluruh) dan posisi lanjutan yang disyaratkan dalam Accounting Principles
Board Opinion No. 30 dan FASB Statement No. 16.

Konsep Laba Operasi Berjalan

11
Konsep laba operasi berjalan memusatkan perhatian pada pengukuran efisiensi
usaha perusahaan. Istilah efisiensi mengacu pada pemanfaatan secara efektif
sumber daya perusahaan dalam menjalankan usaha dan dalam menghasilkan laba.
Dalam arti luas ekonomi, konsep ini berkaitan dengan kombinasi yang tepat dari
faktor-faktor produksi tanah, tenaga kerja, modal dan manajemen. Akan tetapi,
evaluasi efisiensi relatif membutuhkan perbandingan dengan standar tertentu. Ini
berarti membutuhkan suatu evaluasi subyektif, tetapi sebagai titik-tolak,
perbandingan dapat dilakukan dengan hasil dari beberapa periode sebelumnya dan
dengan laba dari perusahaan lain atau industrinya.

Konsep laba all-inclusive (laba komprehensif). Konsep laba all-inclusive


(menyeluruh) didefinisikan sebagai total perubahan dalam pemilikan yang diakui
dengan mencatat transaksi atau revaluasi perusahaan selama periode tertentu,
kecuali untuk distribusi dividen dan transaksi modal. Semua perubahan dalam
laba yang ditahan pada bagian modal harus timbul dari laba bersih, distribusi
dividen, cadangan laba bersih, atau pengembalian cadangan ke laba ditahan yang
"hehas." Jika klasifikasi pos operasi dan nonoperasi atau pos berulang dan yang
tidak berulang diinginkan, maka klasifikasi itu harus dibuat dalam perhitungan
rugilaba sebelum sampai pada angka "laba bersih untuk periode."

Perbedaan utama antara konsep laba operasi berjalan dan konsep laba all-inclusive
terletak dalam tujuan pelaporan laba bersih. Sementara laba bersih operasi
berjalan menekankan prestasi operasi berjalan atau efisiensi perusahaan dan
kemungkinan penggunaan angka ini untuk meramalkan prestasi di masa yang
akan datang dan rentabilitas (earning power), maka para pendukung konsep laba
bersih all-inclusive mengemukakan bahwa baik efisiensi operasi maupun ramalan
prestasi di masa yang akan datang dapat ditingkatkan jika didasarkan pada
keseluruhan pengalaman historis perusahaan selama beberapa tahun. Karena umur
ekonomik aktiva biasanya mencapai beberapa tahun dan karena transaksi yang
menghasilkan laba tidak terjadi pada tahap penyelesaian yang seragam pada setiap
akhir periode, maka laba bersih suatu periode tunggal paling banter hanyalah
berupa estimasi yang didasarkan pada pertimbangan yang baik. Karena sifat
subyektif ini, maka laba bersih suatu periode tunggal bersifat sementara dan selalu
harus diverifikasi (dibuktikan) di kemudian hari.

Laba Bersih untuk Siapa?

Berdasarkan pendekatan pemilikan terhadap akuntansi, laba bersih (net income)


biasanya dianggap sebagai net earnings atau net profits yang diperuntukkan bagi
para pemegang saham atau pemilik perusahaan. Akan tetapi, mungkin terdapat
alasan yang sahih bagi penyajian angka laba bersih yang menunjukkan laba bersih
(net earnings) untuk kelompok penerima yang lebih luas atau lebih sempit.

12
Konsep laba sebagai pertambahan nilai. Secara umum, adalah mungkin
memandang perusahaan memiliki sekelompok besar pemegang hak atau pihak
yang berkepentingan, yang mencakup bukan hanya pemilik dan investor lainnya,
tetapi juga karyawan dan tuan tanah. Inilah pendekatan pertambahan nilai (value-
added)." Dalam istilah ekonomi, nilai tambah adalah harga pasar keluaran
perusahaan dikurangi harga barang dan jasa yang diperoleh melalui transfer dari
perusahaan lain. Jadi, semua karyawan, pemilik, kreditor dan pemerintah (melalui
perpajakan) merupakan kelompok penerima laba perusahaan. Laba ini merupakan
kue besar yang dibagi di antara berbagai kontributor faktor masukan kepada
perusahaan dalam kegiatan produksi barang dan jasa. Bagaimana kue ini dibagi,
biasanya tergantung pada perjanjian kontraktual dan tawar-menawar.

Konsep ini menjadi sangat bermanfaat jika diterapkan pada perusahaan besar yang
mempengaruhi nafkah ribuan orang dan memiliki dampak ekonomi dan sosial
yang sangat luas di luar kepentingan pemilik dan pemegang saham. Laba
pertambahan nilai meliputi upah, sewa, bunga, pajak, dividen yang dibayarkan
kepada pemegang saham, dan laba yang ditahan perusahaan. Pertanyaan timbul
mengenai sifat laba yang ditahan menurut konsep ini. Laba ditahan bukanlah hak
para pemilik saja, tetapi juga hak semua pihak yang berkepentingan atas
pertambahan nilai perusahaan. Hanya dalam hal likuidasi, pemegang saham biasa
memiliki hak atas laba ditahan. Dalam jangka panjang, laba yang ditahan
menghasilkan pertumbuhan dalam modal perusahaan, yang dengan meningkatnya
produktivitas, akan menghasilkan arus laba yang me ningkat bagi para penerima.
Jika perusahaan dianggap memiliki umur yang abadi atau takterbatas, maka
pemegang saham tidak akan pernah menerima manfaat langsung (dan hanya
mereka yang menèrima) dari penahanan laba di dalam perusahaan.

Laba bersih perusahaan. Menurut pernyataan tahun 1957 dari American


Accounting Association, "... beban bunga, pajak penghasilan, dan pembagian laba
yang benar bukanlah determinan laba bersih perusahaan." Sebab itu
kesimpulannya adalah bahwa pos-pos tersebut merupakan distribusi laba
bersih,dan bukan pengurangan sebelum mendapatkan laba bersih. Ini berarti
bahwa pemegang saham, kreditor dan pemerintah adalah pihak penerima manfaat
atas perusahaan. Konsep laba bersih ini memiliki keunggulan ditinjau dari segi
pemisahan aspek keuangan perusahaan dari aspek operasi. Laba bersih bagi
perusahaan adalah konsep laba bersih operasi. Bunga bagi kreditor dan laba bagi
pemegang saham umumnya bersifat keuangan. Pajak penghasilan tidak bersifat
keuangan dan tidak bersifat operasi; dan dikeluarkannya pos itu dari penghitungan
lababersih perusahaan mengandung beberapa manfaat karena pajak bukanlah

13
biaya masukan yang dapat dikendalikan. Tetapi perlakuan pemerintah sebagai
penerima manfaat perusahaan sedangkan karyawan dan kelompok lainnya tidak
diperlakukan demikian, merupakan hal yang meragukan ditinjau dari sudut
pandangan logis.

Laba bersih bagi investor. Sesuai dengan konsep perusahaan sebagai satuan usaha,
maka para pemegang saham dan kreditor jangka panjang dianggap sama sebagai
investor modal permanen. Dengan pemisahan pemilikan dan pengendalian dalam
perusahaan besar, perbedaan antara pemegang saham dan kreditor tidak lagi
penting seperti sebelumnya. Perbedaan utama timbul dalam prioritas hak atas laba
dan terhadap aktiva dalam likuidasi. Dengan penekanan pada umur yang tidak
terbatas dari kebanyakan perusahaan besar, maka hak dalam likuidasi menjadi
kurang penting. Bila kita mengamati hak atas laba se cara lebih mendalam, kita
temukan bahwa perbedaan antara obligasi dan saham preferen sangat tidak jelas.
Misalnya, pemegang obligasi laha kurang ter jamin haknya bila dibandingkan
dengan para pemegang saham preferen kumu latif, dan pemegang obligasi
konvertibel mungkin memperoleh hak atas laba yang tidak dibagi dengan
menukarkannya menjadi saham biasa.

Laba Bersih Bagi Pemegang Saham

Pandangan yang paling tradisional dan telah diakui mengenai laba bersih adalah
bahwa laba bersih merupakan hasil pengembalian (return) bagi pemilik usaha.
Walaupun akar konsep ini adalah pendekatan pemilikan, namun banyak penulis
yang menerapkannya pada pendekatan kesatuan usaha dan menganggap laba
akuntansi kesatuan usaha (entity) sebagai kewajiban kepada pemiliknya." Dalam
Statement dari FASB tersirat konsep bahwa laha bersih adalah milik semua
pemegang saham. FASB Statement of Financial Accounting Concepts No. 1
menekankan sifat prediktif dari laba yang dilaporkan. Misalnya, dinyatakan
bahwa selain untuk mengevaluasi prestasi manajemen, laba yang dilaporkan dapat
digunakan untuk meramal laba yang akan datang, untuk meramal kemampuan
perusaha an menghasilkan laba dalam jangka panjang, atau untuk mengevaluasi
risiko investasi atau pemberian pinjaman kepada perusahaan."

Konsep laba bersih bagi pemegang saham juga mendapat dukungan dalam ilmu
ekonomi. Walaupun definisi laba ekonomik berbeda dari laba akuntansi, namun
para ahli ekonomi biasanya memperlakukan laba akuntansi secara statistis sebagai
total hasil pengembalian bagi pengusaha dalam berbagai peran nya sebagai
manajer, investor, spekulasi, atau pesewa. Konsep ini mungkin diinginkan atau
mungkin juga tidak, namun terbukti bahwa para pemakai laporan akuntansi
biasanya menginterpretasikan laba bersih sebagai hasil pengembalian bagi
pemegang saham.

14
Laba Bersih Bagi Pemilik Modal Residu

Dalam laporan keuangan yang ter utama disajikan untuk pemegang saham dan
investor, laba bersih yang tersedia untuk didistribusikan kepada para pemegang
saham biasa umumnya dianggap sebagai angka tunggal yang paling penting dalam
laporan. Laba bersih per lembar saham biasa dan dividen per lembar saham adalah
angka yang paling umum dikutip dalam berita keuangan, bersama-sama dengan
harga pasar per lembar saham. Oleh karena itu, terdapat dukungan pragmatik
untuk menyajikan laporan yang dengan cepat dapat menunjukkan laba bersih
kepada pemilik ekuitas residu.

Dalam perusahaan yang menguntungkan dengan umur takterbatas, para pemilik


modal residu terdiri dari pemegang saham biasa atau investor yang dapat menjadi
pemegang saham biasa melalui konversi atau penggunaan hak lainnya. Tetapi
selalu terdapat kemungkinan bahwa melalui reorganisasi, atau karena
ketidakmampuan membayar klaim preferen, salah satu dari kelompok investor
lainnya yaitu pemegang saham preferen atau pemegang obligasi dapat menjadi
pemilik ekuitas residu. Oleh karena itu, prioritas dalam hak atas laba merupakan
hal yang penting bagi semua kelompok. Laba bersih residu menunjukkan tingkat
keamanan hak prioritas dan juga menunjukkan jumlah yang tersedia untuk
didistribusikan kepada pemegang hak residu.

2.1.6 IKHTISAR KONSEP LABA PERUSAHAAN


Konsep laba yang paling tepat untuk pelaporan operasi keuangan perusahaan
terutama ditentukan oleh tujuan para penerima ikhtisar data akuntansi ter maksud
dan makna interpretif dari jumlah yang dilaporkan. Konsep yang ber guna untuk
sekelompok individu atau untuk satu tujuan tertentu mungkin bukan merupakan
pilihan yang paling baik bagi pihak atau kelompok lainnya. Pertanyaan utama
mengenai pemilihan konsep laba yang tepat adalah: (1) Apa yang menjadi tujuan
utama pelaporan laba? (2) Apakah unsur-unsur dasar se tiap konsep laba, dan
seberapa baik konsep ini memenuhi tujuan itu? (3) Jenis perubahan apa yang
harus dimasukkan atau dikeluarkan dari perhitungan laba bersih? (4) Siapakah
penerima utama laba? Tentu saja pertanyaan terakhir ini bertalian dengan tujuan
pelaporan laba.

Tujuan umum pelaporan laba adalah bahwa laba haruslah merupakan hasil
penerapan aturan dan prosedur yang logis serta konsisten. secara internal.
Diasumsikan bahwa jika para pemakai laporan keuangan memahami aturan aturan
ini, maka mereka akan dapat menginterpretasikan arti laba. Karena laba akuntansi
didasarkan pada konsep seperti realisasi pendapatan dan konsep penandingan
(matching) beban dengan pendapatan, maka umumnya dianggap bahwa kegiatan
utama perusahaan dapat diukur dan dilaporkan dan juga kegiatan perusahaan
secara keseluruhan.

15
Tujuan jangka panjang yang perlu dari konsep laba adalah bahwa konsep itu harus
berhubungan dengan observasi dunia nyata. Dua konsep dasar interpretif adalah
sebagai berikut: (1) Konsep pemeliharaan kekayaan dianggap banyak orang
sebagai yang paling pokok karena ditunjang oleh teori ekonomi. Perubahan dalam
nilai kapitalisasi penerimaan kas yang diharapkan berfungsi sebagai landasan
konsep ini; akan tetapi, harga pasar berlaku dan alternatif yang serupa sering
dibenarkan dengan alasan bahwa alternatif itu merupakan pengganti (substitusi
yang cukup layak) untuk nilai berlaku. (2) Laba bersih dan komponennya sering
digunakan sebagai ukuran efisiensi manajemen. Efisiensi mengandung arti
interpretif dalam pengertian ekonomi, yaitu pemanfaatan optimum sumber daya
yang terbatas.

Sebagai tujuan utama ketiga, laba harus dievaluasi berdasarkan dimensi perilaku.
Salah satu ciri perilaku adalah kemampuan ramal. Laba bersih selama beberapa
periode berguna untuk meramalkan operasi perusahaan di masa yang akan datang
jika faktor-faktor relevan lainnya ikut dipertimbangkan. Para investor mungkin
tertarik dalam meramalkan laba atau dividen dan harga saham di masa yang akan
datang. Kelompok lainnya mungkin tertarik pada peramalan solvabilitas atau ciri-
ciri lainnya yang relevan bagi pengambilan keputusan yang menyangkut
hubungan dengan perusahaan. Ciri-ciri yang serupa adalah asumsi bahwa laba
harus bertalian erat dengan arus kas atau arus dana. Kegiatan arus kas dipandang
lebih relevan dalam keputusan investasi ketimbang upaya untuk mengukur
perubahan nilai secara langsung. Konsep ini akan dibahas secara lebih mendalam
dalam Bab 10. Ciri-ciri perilaku lainnya me liputi pengambilan keputusan
manajerial, hubungan perubahan laba dengan harga pasar, dan permintaan angka-
angka laba (income figure) oleh para inves tor tanpa memperhatikan kurangnya
makna interpretifnya.

Argumen terakhir adalah bahwa semua konsep laba baik secara teoretis maupun
praktis tidak tepat dalam penyajian informasi yang relevan kepada para investor
dan pihak lainnya. Artinya, semua konsep laba kurang memiliki interpretasi dunia
nyata yang diperlukan atau tidak relevan karena kurang memiliki ciri-ciri perilaku
yang diperlukan. Sistem formas alternatif yang d sarankan adalah yang
memungkinkan para pembaca laporan memal data yang relevan dan membuat
ramalan sendiri mengenai na perahan dan evaluasi lainnya yang diperlukan dalam
pengambilan keputusan Apa yang harus dimasukkan dalam penghitungan laha
herh tergantung

Pada beberapa tujuan yang dianggap paling relevan Lat yang dilararkan pada
pemeliharaan modal mencakup semua perubahan selama perele Lapor an
mengenai kepengurusan harus menekankan perubahan yang dapat diken dalikan
manajemen. Untuk tujuan peramalan, perusahan yang berulang dan perubahan
yang memiliki ciri-ciri perilaku harus diungkapkan bersama sama dengan ciri ini.

16
Pemisahan pos luar biasa dan tidak dimasukkannya koreksi pos tertentu dari
periode sebelumnya yang disarankan dalam API Opinion No 30 merupakan
langkah ke arah ini, tetapi kurang memadai untuk memenuhi tujuan ini.
Manajemen terutama berkepentingan dalam perubahan operasi itu yang sifatnya
variabel dan dapat dikendalikan dan dengan demikian relevan untuk perencanaan
dan keputusan manajerial. Karena adanya berbagai macam penggunaannya untuk
laba yang dilaporkan serta komponen laba dan berbagai ens informasi yang
diperlukan untuk setiap penggunaan, maka surat-surat telah diajukan agar
beberapa konsep laba dilaporkan. Konsep laba tunggal dapat melayan: beberapa
tujuan paling tidak sebagian, tetapi tidak mungkin dapat melayani semua tujuan
dengan sama baiknya.

Dari sudut pandangan sosial dan ekonomi yang luas, semua laba yang dihasilkan
perusahaan harus dilaporkan sebagai laba. Tetapi pembagian laba ini di antara
berbagai pihak penerima harus dilaporkan, demikian pula total yang dihasilkan.
Informasi yang lebih lengkap mungkin dapat disajikan bila laba bersih residu
dibatasi pada beberapa penerima laba. Biar bagaimana pun, laporan laba bersih
harus menyatakan kepada siapa laba ini akan dibagikan. Jika digunakan klasifikasi
yang luas, seperti laba bersih bagi perusahaan, maka pembagian laba ini harus
pula disajikan. Lebih lanjut, bila dilusi laba per lembar saham timbul karena
adanya surat berharga konvertibel yang beredar, hak beli saham, atau hibah
(grants), maka pengaruh yang mungkin dari dilusi semacam itu juga harus
disajikan.

2.2 PENDAPATAN DAN BEBAN, KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN

17
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

18
DAFTAR PUSTAKA

Hendriksen, E. (1994). TEORI AKUNTANSI (M. Sinaga (ed.); 4th ed.). Penerbit
Erlangga.

19

Anda mungkin juga menyukai