Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TEORI AKUNTANSI

AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN LANCAR

Dosen Pengampu:
Dr. Mukhzarudfa, S.E., M.Si.

Disusun oleh:
Kelompok 3
Anton Sugiarto C1C021137
Waode Maya Anggelya Putri C1C021151
Imelda Pangestika C1C021180
Dwi Rahmalia Sari C1C021267
Nur Ulyana Apriyanti C1C021269

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menghaturkan puji syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa,


karena atas rahmat dan hidayah-Nyalah tugas makalah ini dapat diselesaikan tepat
waktu dan berjalan dengan lancar. Penulisan makalah dibuat dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Teori Akuntansi.
Dalam proses penyusunan makalah, penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan masukan demi
kelancaran dan kelengkapan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada Dr. Mukhzarudfa, S.E., M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Teori
Akuntansi, karena tugas yang diberikan ini dapat membantu wawasan dan
pengetahuan penulis menjadi lebih luas.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah tidak luput dari
kekurangan. Maka dari itu, penulis akan sangat menghargai semua kritikan dan
saran dari pembaca. Hal itu bertujuan untuk membangun makalah ini agar
menjadi lebih baik. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

Jambi, 13 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................................1
1.3 TUJUAN....................................................................................................................1
1.4 MANFAAT.................................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................................2
2.1 TUJUAN DAN KLASIFIKASI AKTIVA DAN KEWAJIBAN................................................2
BAB III..............................................................................................................................3
PENUTUP.........................................................................................................................3
3.1 KESIMPULAN............................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................4

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.3 TUJUAN

1.4 MANFAAT

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TUJUAN KLASIFIKASI AKTIVA DAN KEWAJIBAN


Klasifikasi diperlukan untuk menelaah dan mengkomunikasikan informasi
yang relevan dalam semua ilmu eksakta dan sosial. Tujuan utama klasifikasi
aktiva dan kewajiban adalah untuk menyajikan ikhtisar data keuangan yang
bermanfaat. Pengelompokan pos-pos sejenis diperlukan guna memungkinkan
pembaca laporan keuangan untuk (1) memperoleh pemahaman yang baik
mengenai pusisi keuangan dan operasi perusahaan, (2) membuat perbandingan
yang bermanfaat dengan periode lalu dan dengan perusahaan-perusahaan lainnya,
dan (3) membuat ramalan mengenai arus kas yang akan datang.

Penyajian solvensi kepada para kreditor

Tujuan pokok yang paling awal dari klasifikasi aktiva dan kewajiban
lancar adalah menyajikan kepada para kreditor informasi yang menunjukkan
posisi keamanan relatif piutangnya. Pengujian yang utama atas keamanan ini
adalah likuiditas aktiva tertentu dan ketersediaannya untuk membayar hutang.
khususnya hutang-hutang yang jatuh tempo pada tahun berikutnya. Aktiva dan
kewajiban umumnya masih tetap diklasifikasikan menurut urutan likuiditasnya;
prinsip yang terendah antara harga perolehan dan harga pasar masih diterapkan
secara luas; dan periode waktu satu tahun masih merupakan prinsip umum untuk
meng- golongkan banyak aktiva dan kewajiban sebagai lancar.

Klasifikasi aktiva dan kewajiban ke dalam lancar dan tidak lancar, sebagai
suatu metode penyajian solvensi perusahaan, sekarang ini menjadi kurang penting
dibandingkan sebelumnya karena alasan-alasan berikut:

1. Laporan-laporan lainnya, khususnya perhitungan rugi-laba dan laporan


perubahan posisi keuangan, dapat memberikan informasi yang lebih baik
mengenai solvensi.
2. Laporan keuangan eksternal lebih banyak digunakan para investor dan
kelompok lainnya daripada para kreditor.

2
3. Perseroan umumnya dipandang lebih stabil dan permanen sifatnya dibanding
kebanyakan perusahaan pada abad ke-19.
4. Meluasnya penggunaan beberapa prosedur penilaian, seperti LIFO,
menjadikan rasio modal kerja kurang begitu berarti dibandingkan sebelumnya.
5. Tuntutan para kreditor dan pihak lainnya akan rasio modal kerja "yang baik"
memaksa manajemen melakukan tindakan tertentu, seperti pembayaran
kewajiban lancar jauh sebelum tanggal neraca, dan mendesak para akuntan
untuk mengizinkan reklasifikasi untuk membuat modal kerja.
6. Perusahaan telah berkembang menjadi demikian kompleksnya, sehingga tidak
perlu menentukan rasio modal kerja lebih dahulu untuk memenuhi persyaratan
solvensi yang memadai.
7. Semakin banyaknya perusahaan memasuki industri jasa yang menyebab kan
solvensi perusahaan kurang tergantung pada sumber-sumber daya yang
tergolong lancar.

Sebagai alternatif bagi klasifikasi lancar-tidak lancar adalah (1) meng-


klasifikasikan kewajiban berdasarkan jenis sumber kredit yang tersedia bagi
perusahaan, dan (2) pengungkapan informasi tambahan mengenai jumlah dan
waktu penerimaan serta pengeluaran kas yang diharapkan untuk aktiva dan
kewajiban tertentu. Kewajiban akan diklasifikasikan sebagai dinegosiasikan atau
spontan; yaitu, apakah berasal dari operasi normal perusahaan, seperti kredit
dagang dan akrual normal, atau dari negosiasi tertentu yang bersifat jangka
pendek atau panjang antara perusahaan dengan bank dan lembaga keuangan
lainnya. Klasifikasi ini relevan karena sumber dari transaksi normal terjadi secara
otomatis (secara spontan)

Uraian operasi perusahaan

Salah satu tujuan laporan keuangan adalah untuk menggambarkan


kegiatan perusahaan. Hal ini sebagian dapat tercapai dengan menggolongkan pos-
pos secara tepat dalam laporan menurut: (1) frekuensi kesempatan untuk
mengambil keputusan tentang komitmen atau rekomitmen berkesinambungan atas
sumber-sumber daya perusahaan ke dalam bentuk-bentuk investasi tertentu dan
(2) frekuensi kebutuhan untuk mendapatkan komitmen atas bentuk- bentuk

3
sumber modal tertentu. Jadi, jika aktiva dan kewajiban lancar diklasifikasikan
menurut kegiatan operasi perusahaan tertentu, maka para pembaca laporan akan
menginterpretasikan informasi dengan lebih baik dan mengguna- kannya secara
lebih bermanfaat dalam model keputusan daripada jika klasifi- kasi itu didasarkan
pada tujuan lain.

Salah satu kesulitan utama dalam menerapkan tujuan operasional


klasifikasi adalah bahwa dalam sebagian besar perusahaan terdapat hubungan
yang lemah antara modal kerja dengan operasi sehari-hari. Arus kas yang tersedia
bagi pembayaran kewajiban mungkin seerat penggunaan sumber-sumber daya
jangka panjang seperti penjualan persediaan. Hal ini khususnya benar dalam
industri jasa, di mana persediaan mungkin relatif kecil atau tidak ada dan
kewajiban lancar akan dibayar dari pendapatan yang diperoleh dari pengguna- an
atau leasing aktiva yang dapat disusutkan.

Klasifikasi menurut struktur akuntansi

Klasifikasi akuntansi sering ditetapkan sebelumnya untuk memudahkan


proses pembukuan. Sebagai akibatnya, pos-pos seperti diskonto yang belum
diamortisasi atas hutang obligasi, diskonto atas saham preferen, dan kerugian
yang dikom pensasi ke depan, muncul di antara aktiva pada neraca yang
diterbitkan. Akan tetapi, klasifikasi menurut proses akuntansi bukannya tidak
relevan bagi pembaca laporan keuangan.

Kesulitan utama tujuan ini adalah bahwa ia merupakan suatu usaha untuk
menjelaskan akibat dari prosedur akuntansi dan karena itu sifatnya tidaklah
teoretis. Karena kurangnya orientasi yang logis, maka penggunaan beban dan
kredit yang ditangguhkan memungkinkan penerapan prosedur yang tidak
mempunyai dasar yang logis, atau yang tidak dapat menjelaskan arti penang
guhan tersebut. Oleh karena itu, klasifikasi beban dan kredit yang ditangguh- kan
ke pendapatan sangat sukar diterima.

Klasifikasi menurut metode penilaian

4
Suatu pengelompokan aktiva menurut beberapa konsep penilaian akan
mencakup klasifikasi berikut: (1) kas dan penerimaan kas yang diharapkan (yang
didiskonto dengan semestinya jika perlu); (2) aktiva yang dinilai ber- dasarkan
harga jual berlaku atau harga jual yang diharapkan (harga keluaran); (3) aktiva
yang dinilai berdasarkan harga perolehan berlaku (harga keluaran); dan (4) aktiva
yang dinilai berdasarkan harga perolehan historis atau harga perolehan yang
disesuaikan dengan perubahan tingkat harga umum.

Keunggulan utama pengklasifikasian me- nurut konsep penilaian ialah


untuk menghasilkan interpretasi yang lebih baik atas neraca dan hubungannya
dengan perhitungan rugi-laba dan laporan arus dana. Akan tetapi, menurut
pandangan penulis, pengungkapan yang memadai prosedur-prosedur penilaian
dapat dicapai dengan menambahkan notasi-notası tanda kurung dan dengan cara
lainnya, ketimbang melalui pengelompokan aktiva.

Peramalan arus kas

Penyajian informasi yang memungkinkan peramalan arus kas perusahaan


di masa datang haruslah merupakan salah satu tujuan laporan keuangan.
Klasifikasi sumber-sumber daya dan komitmen saja tidak memungkinkan kita
membuat ramalan arus kas pada masa mendatang, klasifikasi hanya dapat relevan
jika dikaitkan dengan informasi arus kas historis dan yang dianggarkan.
Klasifikasi yang demikian harus memberikan informasi mengenai saat konversi
sumber-sumber daya menjadi kas, atau ketersediaannya untuk dikonversikan dan
saat pembayaran kewajiban.

2.2 MODAL KERJA (WORKING CAPITAL)


Konsep modal kerja mengacu pada investasi bersih yang dibutuhkan di dalam
perusahaan guna mempertahankan operasi sehari-hari, sebagai lawan dari
investasi yang terikat untuk jangka waktu yang lebih panjang. Kadang-kadang
modal kerja ini disebut juga modal berputar (circulating capital). Investasi dalam
aktiva yang terikat untuk periode yang lama mencakup tanah, pabrik, dan
peralatan yang menyediakan kemudahan bagi operasi perusahaan; pada umumnya,
aktiva ini memberikan jasa dan akan habis terpakai secara berangsur-angsur,
tetapi beberapa aktiva merupakan komitmen yang tidak terbatas waktunya.

5
Sebaliknya, investasi dalam modal kerja, berada dalam proses perubahan yang
kontinu melalui transaksi sehari-hari. Karena pada umumnya kewajiban jangka
pendek tidak dimaksudkan sebagai sumber modal investasi yang permanen,
melainkan berkaitan erat dengan pembiayaan aktiva kerja, maka istilah modal
kerja dipakai untuk mengartikan kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar.

Klasifikasi yang lazim atas aktiva dan kewajiban sebagai lancar dan tidak
lancar tidak didasarkan pada proses akuntansi ataupun pada kesamaan dalam
penilaian. Tetapi klasifikasi tersebut paling tidak sebagian, dapat memenuhi
tujuan penyajian informasi kepada para kreditor jangka pendek mengenai solvensi
perusahaan, dan menyajikan sebagian gambaran operasi perusahaan.

Tujuan penyajian informasi mengenai solvensi mungkin merupakan tujuan


yang terpenting dalam penyajian neraca di zaman dulu, walaupun banyak penulis
terdahulu tidak menyatakan secara khusus tujuan mereka. Sprague, misalnya,
menekankan pentingnya likuiditas dan kesanggupan membayar hutang, tetapi dia
juga menyiratkan pentingnya penggambaran operasi perusahaan.

Penyajian modal kerja benar-benar menyajikan informasi yang sahih kepada


para kreditor jangka pendek, sebab penyajian itu menunjukkan tingkat
perlindungan atau jumlah jaminan perlindungan kepada kreditor jangka panjang
dan pemegang saham. Tetapi baik jumlah modal kerja maupun rasio modal kerja
tidak selalu menjadi petunjuk yang baik mengenai kemampuan perusahaan untuk
membayar kewajiban lancar pada saat jatuh temponya tiba. Hal ini terjadi karena
modal kerja merupakan konsep yang statik, sedangkan kesanggupan membayar
hutang bersifat dinamik. Kas yang tersedia untuk pembayaran hutang terutama
berasal dari operasi, bukan dari likuidasi aktiva tertentu. Kas dan aktiva lancar
lainnya yang tersedia pada suatu tanggal neraca tertentu mungkin akan digunakan
untuk membayar kewajiban yang belum timbul pada tanggal neraca (misalnya,
upah), bukan disimpan untuk membayar kewajiban yang ada di neraca pada sant
jatuh tempo.

Lebih lanjut, aktiva lancar yang tidak likuid berangsur-angsur menjadi likuid
(yaitu, dari persediaan bahan baku menjadi barang dalam proses menjadi barang

6
jadi, kemudian menjadi piutang dagang dan akhirnya kas), dan kewajiban lancar
akan jatuh tempo secara serentak atau pada tanggal-tanggal yang masing-masing
tidak berhubungan satu sama lain. Dengan demikian, jika pendapatan berkurang,
maka likuidasi aktiva melalui siklus operasi yang normal akan tertunda, tetapi
tanggal jatuh tempo kewajiban tidak akan berubah. Situasi semacam ini menjadi
alasan yang kuat untuk menilai aktiva lancar berdasarkan ekivalen kas berlaku
(current cash equivalent).

Klasifikasi lancar sebagai suatu gambaran operasi telah lama mapan dalam
akuntansi dana pemerintahan. Aktiva lancar dan kewajiban lancar sering dibentuk
sebagai suatu dana yang terpisah, entah dalam perkiraannya atau dalam
laporannya ataupun kedua-duanya. Istilah dana (fund) digunakan dalam situasi ini
guna menunjuk pemisahan aktiva dan kewajiban untuk tujuan tertentu sebagai
suatu unit operasi yang khusus atau sebagai sebuah pusat kepentingan. Vatter
telah mengemukakan bahwa klasifikasi lancar juga sangat cocok dalam penerapan
teori dana pada akuntansi keuangan umum."

Penggunaan konsep modal kerja sebagai gambaran parsial operasi perusahaan


tercermin dalam praktek pengurangan kewajiban lancar dari aktiva lancar pada
neraca, suatu praktek yang dipandang populer pada tahun 1940- an dan biasa
dipakai di Amerika Serikat dewasa ini. Tujuan ini juga tersirat dalam seksi
"Current Assets and Current Liabilities - Working Capital" dari AICPA
Professional Standards. Implikasi itu terjadi karena adanya perubahan dari prinsip
klasifikasi menurut satu tahun menjadi kriteria siklus operasi usaha. Tetapi
perubahan ini sama sekali tidak mencerminkan perubahan tujuan, karena hal ini
dianggap juga memberi informasi yang lebih baik kepada para kreditor.

Kritik yang paling utama terhadap konsep modal kerja adalah bahwa modal
kerja semata-mata merupakan angka bersih yang diperoleh dari pengurangan
sebagian kewajiban dari sebagian aktiva, tanpa ada hubungan yang jelas antara
kedua klasifikasi tersebut atau komponen-komponennya. Lebih lanjut, angka
bersih itu sedikit artinya sebagai suatu pengelompokan yang homogen dari
sumber-sumber daya ataupun sebagai margin atau penyangga yang ada untuk
melindungi kepentingan kreditor. Klasifikasi lancar meliputi pos-pos moneter dan

7
nonmoneter, yang harus diukur dengan tujuan yang berbeda atau dengan tingkat
keterandalan yang berbeda, walaupun diusahakan untuk menjadikannya homogen.
Gambaran modal kerja sebagai penyangga mengandaikan bahwa kewajiban lancar
akan dibayarkan dari sumber-sumber daya yang tergolong lancar, dan aktiva
lancar tidak akan diperuntukkan bagi tujuan lain yang memiliki prioritas atas
pembayaran kewajiban lancar; karena tidak satupun asumsi ini realistik, maka
penyajian modal kerja sebagai angka bersih diragukan relevansinya dalam
pelaporan keuangan.

Definisi Aktiva Lancar

Menurut AICPA Professional Standards, aktiva lancar didefinisikan sebagai "kas


dan aktiva lain atau sumber-sumber daya yang umumnya diidentifikasikan sebagai
hal-hal yang secara layak diharapkan akan direalisasi dalam kas atau dijual atau
dikonsumsi selama siklus operasi normal usaha. Jika dibandingkan dengan
definisi terdahulu, yang lebih sempit dari Sanders, Hatfield, dan Moore: "aktiva
yang dalam kegiatan usaha reguler, akan dikonversi menjadi kas dan aktiva yang
diperoleh karena dianggap akan tersedia untuk dikonversi menjadi kas." Prinsip
satu tahun biasa diterapkan pada definisi terdahulu ini.

Tiga perubahan utama dapat diperhatikan pada definisi yang diterima


sekarang ini jika dibandingkan dengan yang terdahulu: (1) penekanan yang lebih
besar pada pengharapan atau maksud untuk mengkonversi daripada ketersediaan
untuk dikonversi khususnya dalam hal surat-surat berharga. (Akan tetapi, karena
maksud sulit ditentukan, maka dalam banyak hal, ketersediaan masih tetap
merupakan kriteria yang utama), (2) pemerluasan ruang lingkup aktiva lancar agar
dapat mencakup beban yang dibayar di muka (pos-pos yang akan dikonsumsi),
dan (3) penekanan pada siklus operasi usaha yang normal, bukan pada prinsip satu
tahun.

Akan tetapi, definisi di atas tidak memberi tekanan utama pada sifat operasi
perusahaan (going concern). Penekanannya haruslah pada frekuensi kesempatan
untuk memutuskan apakah akan mengikatkan kembali (recommit) untuk
digunakan dalam operasi berjalan atau tidak. Aktiva lancar secara keseluruhan

8
dapat sepermanen investasi dalam aktiva tidak lancar, tetapi kesempatan untuk
reinvestasi di dalam operasi berjalan terjadi dalam siklus operasi normal
perusahaan. Akan tetapi, sekali aktiva ditetapkan manajemen untuk investasi
dalam bentuk jangka panjang, tidak boleh lagi diklasifikasikan sebagai aktíva
lancar. Sebagai contoh, kas, surat berharga, ataupun aktiva lainnya yang
ditetapkan manajemen untuk pembelian aktiva tetap atau untuk penggunaan tidak
lancar lainnya, tidak boleh dicantumkan di antara aktiva lancar. Komitmen ini
tidak perlu mengikat manajemen secara legal, tetapi harus jelas. Investasi tidak
dimaksudkan tersedia bagi operasi berjalan perusahaan, juga tidak bagi
kesempatan investasi selain untuk investasi untuk mana dia dialokasikan.
Memang perlu, tetapi tidak cukup, bahwa aktiva lancar dapat segera diubah
menjadi kas ataupun aktiva moneter lainnya; aktiva lancar tersebut haruslah bebas
dari komitmen (keterikatan) bagi penggunaan jangka panjang. Rujukan terdahulu
mengenai ketersediaan untuk dikonversi menekankan likuiditas aktiva, sedangkan
kriteria maksud dan komitmer. menekankan segi operasi perusahaan.

Akan tetapi, kritik utama terhadap penekanan pada maksud adalah bahwa
maksud sering sulit ditentukan dan dipengaruhi perubahan. Sebagai akibatnya,
investasi sering diklasifikasikan sebagai lancar karena adanya maksud untuk
mengkonversinya kapan saja atau jika diperlukan bagi operasi berjalan, walaupun
mungkin tidak begitu diharapkan bahwa mereka akan dibutuhkan. Selain itu,
terdapat juga kecenderungan untuk mengklasifikasikan investasi sebagni lancar
karena keinginan untuk membuat posisi modal kerja tampak lebih
menguntungkan.

Definisi Kewajiban Lancar

Istilah kewajiban lancar umumnya didefinisikan dari segi waktu pembayaran. nya
atau dari segi kondisi-kondisi di dalam mana mereka terjadi. Pandangan pertama
menyatakan bahwa kewajiban lancar terdiri dari kewajiban yang 10 harus dibayar
dalam satu tahun atau sebelum akhir siklus operasi perusahaan. Pandangan kedua
menyatakan bahwa kewajiban lancar terdiri dari kewajiban-kewajiban yang
pembayarannya membutuhkan penggunaan aktiva lancar atau yang timbul karena
perolehan barang-barang yang akan digunakan dalam siklus operasi.

9
Kedua pandangan ini kurang memiliki interpretasi ekonomik yang me madai.
Ketentuan satu tahun terlalu arbitrer, dan konsep siklus operasi juga terlalu kabur.
Asumsi bahwa kewajiban lancar akan dibayarkan dari aktiva lancar tidaklah
realistik dalam kondisi likuidasi yang sempurna sekalipun. Aktiva dikonversi
secara berurutan ke dalam bentuk yang lebih likuid, kewajiban lancar mempunyai
jatuh tempat sendiri-sendiri. Alternatif lain adalah mengklasifikasikan kewajiban
menurut jatuh tempo yang akan memungkinkan interpretasi dan informasi yang
lebih baik untuk digunakan dalam peramalan arus kas yang akan datang.

Aktiva lancar sering didefinisikan berdasarkan ketersediaannya untuk


membayar kewajiban lancar. Tetapi umumnya, kaitan antara aktiva lancar dan
kewajiban lancar tidaklah selangsung seperti ini. Kewajiban lancar lebih berkaitan
langsung dengan arus kas operasi dibandingkan dengan aktiva yang ada pada
suatu tanggal tertentu. Kewajiban umumnya timbul dari pembiayaan jangka
pendek operasi berjalan, dan biasanya dilunasi dari kas yang dihasilkan oleh
operasi berjalan.

Kewajiban lancar cenderung bersilat agak permanen secara keseluruhan,


tetapi berbeda dari kewajiban jangka panjang dalam beberapa hal. Ciri perbedaan
yang utama adalah bahwa: (1) kewajiban lancar memerlukan perhatian yang lebih
sering mengenai pembiayaan kembali kewajiban tertentu; (2) sering memberi
kesempatan untuk beralih dari satu sumber dana ke sumber lainnya; dan (3)
memungkinkan manajemen mengubah secara kontinu total dana dari sumber
jangka pendek.

Salah satu perbedaan utama antara definisi aktiva lancar dan definisi
kewajiban lancar adalah bahwa bagian lancar dari kewajiban jangka panjang
setiap tahun direklasifikasi sebagai kewajiban lancar, sedangkan bagian lancar
dari aktiva lancar tidak. Alasan perbedaan ini terdapat pada penekanan yang lazim
atas likuiditas dan pengaruhnya terhadap kas dan arus kas; bagian lancar dari
hutang jangka panjang akan membutuhkan kas periode berjalan atau tersedianya
kas, sedangkan penyusutan periode berjalan hanya berkaitan secara tidak langsung
dengan setiap kewajiban atau arus kas selama periode berjalan. Akan tetapi dari
sudut pandangan operasional, bagian lancar dari hutang jangka panjang bukanlah

10
merupakan bagian pembelanjaan jangka pendek operasi perusahaan. Meskipun
pembayaran bagian lancar dari hutang jangka panjang membutuhkan penggunaan
dana lancar, demikian juga pembayaran dividen yang diumumkan setelah tanggal
neraca dan kebutuhan untuk pengeluaran modal. Akan tetapi, jika bagian lancar
dari hutang jangka panjang tidak direklasifikasikan sebagai lancar, maka kas atau
sumber-sumber daya lancar lainnya yang dimaksudkan atau ditetapkan untuk
digunakan bagi pembayaran hutang ini harus direklasifikasikan sebagai tidak
lancar, sebagaimana halnya kas dan sumber-sumber daya lain yang telah
ditetapkan untuk tujuan non operasi.

Kelemahan Klasifikasi Aktiva Lancar dan Kewajiban Lancar

Definisi yang lazim dari aktiva lancar dan kewajiban lancar dianggap menyajikan
suatu informasi bagi para pemakai laporan keuangan, tetapi rumusan itu jauh dari
cukup untuk memenuhi tujuan yang diinginkan. Kelemahan-kelemahannya dapat
diikhtisarkan sebagai berikut:

1. Salah satu tujuan utama klasifikasi adalah untuk menyajikan informasi


yang berguna bagi para kreditor; akan tetapi, klasifikasi itu belum cukup
untuk untuk memenuhi tujuan ini. Para kreditor pertama-tama tertarik pada
kesanggupan perusahaan untuk melunasi hutangnya pada saat jatuh tempo.
Kesanggupan ini terutama tergantung pada hasil operasi yang
diproyeksikan; pemaduan (pairing) kewajiban lancar dengan aktiva lancar
mengasumsikan bahwa aktiva lancar akan tersedia bagi pembayaran
kewajiban lancar.
2. Para kreditor juga tertarik pada solvensi perusahaan yaitu kemungkinan
untuk memperoleh pembayaran kembali jika perusahaan dilikuidaal.
Vatter menganjurkan agar disiapkan laporan khusus untuk tujuan ini."
Laporan tersebut harus menunjukkan sumber-sumber kas yang diharapkan
pada saat likuidasi dan pembatasan-pembatasan khusus penggunaan aktiva
atau sumber- sumber kas tertentu. Pada neraca yang lazim, perpaduan
aktiva lancar dengan kewajiban lancar menimbulkan asumsi yang keliru
bahwa, dalam likuidasi, kreditor jangka pendek selalu harus mempunyai
prioritas atas aktiva lancar dan hanya kelebihannya yang tersedia bagi

11
kreditor jangka panjang. Laporan mengenai solvensi harus menunjukkan
prioritas tertentu yang ada dan hak-hak semua kreditor umum, tanpa
memandang sifatnya apakah jangka pendek atau jangka panjang.
3. Sebagai suatu alat untuk menggambarkan operasi perusahaan, klasifikasi
tersebut juga menyesatkan. Aktiva seperti piutang bunga tidak timbul dari
jenis operasi yang sama seperti piutang dagang dan persediaan, tetapi
semuanya dikelompokkan bersama-sama sebagai aktiva lancar. Di antara
kewajiban lancar, hutang dividen tidak timbul dari jenis operasi yang sama
seperti hutang dagang, dan dari segi operasional, bagian lancar dari hutang
jangka panjang bukannya tidak sama dengan sisa hutang jangka panjang
itu sendiri.
4. Dari segi modal yang diinvestasikan, kadang-kadang ditegaskan bahwa
perbedaan antara modal kerja dan investasi dalam aktiva tidak lancar
adalah dibuat-buat. Investasi pemilik ekuitas jangka panjang terdapat pula
dalam piutang dan persediaan persis seperti dalam aktiva tetap. Bagi
perusahaan, semuanya merupakan investasi permanen; tidak ada maksud
yang lebih besar untuk melikuidasi piutang dan persediaan secara
keseluruhan daripada untuk melikuidasi aktiva tetap. Akan tetapi argumen
ini biasanya diarahkan pada tujuan likuidasi; argumen ini tidak sahih
sebagai kritik terhadap tujuan untuk menggambarkan operasi perusahaan.
5. Klasifikasi aktiva lancar dan kewajiban lancar tidak membantu
menjelaskan proses akuntansi atau prosedur penilaian. Menurut pandangan
penulis, yang pertama tidaklah perlu, dan tujuan yang terakhir dapat
dicapai dengan cara-cara lain. Sementara konsep-konsep aktiva lancar dan
kewajiban lancar tidak mampu memenuhi tujuan utama laporan keuangan,
sebabnya mungkin adalah bahwa laporan konvensional mencoba untuk
berbuat terlalu banyak. Adalah lebih baik untuk berkonsentrasi pada suatu
klasifikasi yang akan memungkinkan peramalan yang tepat mengenai arus
kas operasi dan kemudian menyajikan informasi khusus yang diinginkan
para kreditor dalam sebuah laporan terpisah. Mungkin lebih baik
membatasi tujuan dan menyajikan laporan khusus bagi maksud khusus

12
daripada menyajikan laporan yang bertujuan umum tanpa tujuan yang
dinyatakan secara spesifik.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

14
DAFTAR PUSTAKA

Hendriksen, E. (1994). TEORI AKUNTANSI (M. Sinaga (ed.); 4th ed.). Penerbit
Erlangga.

15

Anda mungkin juga menyukai