Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS PENERAPAN LIABILITAS PROVISI PADA PT SOLUSI

BANGUN INDONESIA.TBK
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Menengah II
Dosen Pengampu : Mela Nurdialy, SE., M.Ak

Disusun Oleh :

Angel Margareth T J0314211374


M. Dean Rakly A J0314211367
Inten Permatasari J0314211359

`
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
SEKOLAH VOKASI IPB UNIVERSITY
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya,
penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul "ANALISIS PENERAPAN LIABILITAS
PROVISI PADA PT SOLUSI BANGUN INDONESIA TBK”. Makalah ini dibuat dan disusun
untuk memenuhi tugas besar Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Menengah II. Selain itu, makalah
ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang penerapan provisi pada suatu proses bisnis sebuah
perusahaan.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terlibat yang telah
membantu penulis untuk mengerjakan makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis berterima kasih kepada Ibu Mela Nurdialy, SE., M.Ak selaku dosen Mata Kuliah
Akuntansi Keuangan Menengah II karena telah membimbing kami selama pengerjaan makalah
ini.
Makalah ini memberikan penjelasan mengenai penerapan liabilitas provisi pada suatu
perusahaan. Dengan laporan ini juga penulis berharap dapat memberikan pengetahuan kepada
pembaca mengenai provisi dan pencatatannya pada laporan keuangan.
Penulis sadar bahwa makalah yang disusun ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari
itu, pembaca dapat memberikan kritik dan sarannya agar pembuatan makalah-makalah terkait
selanjutnya menghasilkan hasil yang baik serta menjadi panduan bagi penulis untuk menyusun
laporan dengan lebih baik lagi.

Bogor, 26 Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ iii
BAB I .................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ............................................................................................................................................. 4
1.4 Batasan Masalah ............................................................................................................................. 5
BAB II ................................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................................................. 6
3.1 Liabilitas (Utang Jangka Pendek dan Utang Jangka Panjang) ......................................................... 6
3.2 Liabilitas yang Jumlah dan Waktunya Belum Pasti ......................................................................... 7
3.3 Provisi .............................................................................................................................................. 7
3.4 Provisi Lingkungan .......................................................................................................................... 8
3.5 Provisi Kontrak Memberatkan ........................................................................................................ 8
3.6 Provisi Restrukturisasi ..................................................................................................................... 9
BAB IV ............................................................................................................................................. 10
PROFIL PERUSAHAAN PT SOLUSI BANGUN INDONESIA.TBK ................................................................ 10
4.1 Sejarah Perusahaan PT. Solusi Bangun Indonesia. Tbk ................................................................. 10
4.2 Visi dan Strategi ............................................................................................................................ 10
4.3 Struktur Organisasi........................................................................................................................ 11
BAB IV ............................................................................................................................................. 12
CONTOH KASUS DAN PEMBAHASAN..................................................................................................... 12
4.1 Pengakuan Provisi pada Laporan Keuangan PT Solusi Bangun Indonesia.Tbk ............................. 12
4.2 Contoh Kasus dan Pembahasan Provisi Kontrak Memberatkan ................................................... 12
4.3 Contoh Kasus dan Pembahasan Provisi Restrukturisasi ............................................................... 13
BAB V .............................................................................................................................................. 15
KESIMPULAN .......................................................................................................................................... 15
5.1 Kesimpulan .................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam dunia akuntansi, utang dibagi menjadi utang lancar atau biasa disebut dengan utang
jangka pendek dan utang tidak lancar atau utang jangka pendek masuk ke dalam bagian pasiva
kategori kewajiban. Utang jangka pendek ini memiliki banyak jenisnya, bukan hanya utang usaha
saja. Misalnya, wesel jangka pendek, obligasi jangka pendek, dan lain-lain yang mana utang ini
jangka waktunya kurang dari setahun. Adapun juga utang jangka panjang yang jangka waktunya
lebih dari satu tahun. Namun, dalam utang juga ada yang jangka waktunya tidak bisa ditentukan
contohnya provisi.
Maka dari itu, kami sebagai penulis hendak memaparkan lebih lanjut penjelasan mengenai
provisi beserta kasus dan pembahasannya. Serta bagaimana pencatatan provisi ini dalam laporan
keuangan.

1.2 Rumusan Masalah


1.Apa yang dimaksud dengan liabilitas?
2.Apa yang dimaksud dengan utang jangka pendek dan jangka panjang?
3.Apa yang dimaksud dengan utang yang jangka waktunya belum pasti?
4.Apa itu provisi lingkungan?
5.Apa itu provisi kontrak memberatkan dan bagaimana contoh kasusnya?
6.Apa itu provisi restrukturisasi dan bagaimana contoh kasusnya?

1.3 Tujuan
1.Mengetahui definisi dari liabilitas.
2.Mengetahui utang jangka pendek dan jangka panjang.
3.Mengetahui definisi dan konsep utang yang jangka waktunya belum pasti
4.Menjelaskan apa itu provisi lingkungan
5.Menjelaskan apa itu provisi kontrak memberatkan dan bagaimana contoh kasusnya.
6.Menjelaskan apa itu provisi restrukturisasi dan bagaimana contoh kasusnya.

4
1.4 Batasan Masalah
Dalam makalah ini, penulis hanya akan membahas ruang lingkup provisi dalam bentuk
provisi lingkungan, provisi kontrak memberatkan, serta provisi restrukturisasi yang terjadi pada
proses bisnis perusahaan PT Solusi Bangun Indonesia. Tbk. Penulis memberikan batasan masalah
agar penelitian yang dilakukan merinci dan fokus sehingga menghasilkan hasil yang tepat.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Liabilitas (Utang Jangka Pendek dan Utang Jangka Panjang)


Liabilitas sebagai kewajiban kini perusahaan yang timbul dari peristiwa masa lalu,
penyelesaiannya yang diharapkan menghasilkan arus keluar dari perusahaan sumber daya,
mewujudkan manfaat ekonomi. Dengan kata lain, kewajiban memiliki tiga karakteristik penting:
1. Ini adalah kewajiban sekarang.
2. Itu muncul dari peristiwa masa lalu.
3. Menghasilkan arus keluar sumber daya (uang tunai, barang, jasa).
Karena liabilitas melibatkan pengeluaran aset atau layanan di masa depan, salah satu yang
terpenting fitur adalah tanggal pembayarannya. Sebuah perusahaan harus memenuhi jatuh tempo
saat ini kewajiban dalam kegiatan usaha biasa untuk terus beroperasi. Kewajiban dengan lebih
tanggal jatuh tempo yang jauh, sebagai aturan, tidak mewakili klaim atas sumber daya perusahaan
saat ini. Oleh karena itu dalam kategori yang sedikit berbeda. Fitur ini memunculkan pembagian
dasar kewajiban menjadi
(1) kewajiban lancar
(2) kewajiban tidak lancar.
Ingatlah bahwa aset lancar adalah uang tunai atau aset lain yang secara wajar diharapkan
dapat dikonversi oleh perusahaan menjadi uang tunai, menjual, atau mengkonsumsi dalam operasi
dalam satu siklus operasi atau dalam satu tahun (jika menyelesaikan lebih dari satu siklus setiap
tahun). Demikian pula, kewajiban lancar dilaporkan jika salah satu dari dua kondisi ada:
1. Liabilitas tersebut diperkirakan akan diselesaikan dalam siklus operasi normalnya; atau
2. Liabilitas diharapkan akan diselesaikan dalam waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan.
Definisi ini telah diterima secara luas karena mengakui siklus operasi yang bervariasi
panjang di industri yang berbeda.
Siklus operasi adalah periode waktu yang berlalu antara perolehan barang dan jasa yang
terlibat dalam proses manufaktur dan realisasi kas akhir yang dihasilkan dari penjualan dan koleksi
selanjutnya. Industri yang memproduksi produk membutuhkan proses penuaan seperti serta
industri padat modal tertentu memiliki siklus operasi jauh lebih dari satu tahun. Dalam kasus ini,
perusahaan mengklasifikasikan item operasi, seperti hutang dagang dan akrual untuk gaji dan
biaya lainnya, sebagai kewajiban lancar, bahkan jika mereka jatuh tempo untuk diselesaikan lebih
dari 12 bulan setelah periode pelaporan.
Berikut adalah beberapa kewajiban lancar yang khas:
1. Hutang dagang.
2. Wesel bayar.

6
3. Utang jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun.
4. Kewajiban jangka pendek yang diharapkan akan dibiayai kembali.
5. Hutang dividen.
6. Uang muka dan simpanan pelanggan.
7. Pendapatan diterima di muka.
8. Hutang pajak penjualan dan pertambahan nilai.
9. Hutang pajak penghasilan.
10. Kewajiban terkait karyawan.

3.2 Liabilitas yang Jumlah dan Waktunya Belum Pasti


Salah satu konsep penting dalam dunia akuntansi yang digunakan untuk mencatat beban
atau kewajiban yang belum pasti (waktu dan jumlahnya) dan mungkin terjadi pada masa depan.
Liabilitas ini dicatat pada saat ini (pada tanggal neraca) meskipun pengeluarannya baru akan terjadi
nanti di masa mendatang.

3.3 Provisi
Berdasarkan PSAK 57, Provisi adalah liabilitas yang waktu dan jumlahnya belum pasti. Provisi
diakui jika:
1. entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat konstruktif) sebagai
akibat peristiwa masa lalu;
2. kemungkinan besar penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan arus keluar sumber
daya yang mengandung manfaat ekonomi; dan
3. estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat dibuat.
Jumlah yang diakui sebagai provisi adalah hasil estimasi terbaik pengeluaran yang diperlukan
untuk menyelesaikan kewajiban kini pada akhir periode pelaporan. Dalam menentukan estimasi
terbaik suatu provisi, entitas mempertimbangkan berbagai risiko dan ketidakpastian yang selalu
mempengaruhi berbagai peristiwa dan keadaan. Jika nilai waktu dari uang cukup material, maka
jumlah provisi adalah nilai kini dari perkiraan pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan
kewajiban. Peristiwa masa mendatang yang dapat mempengaruhi jumlah yang diperlukan untuk
menyelesaikan kewajiban tercermin dalam jumlah provisi jika ada bukti obyektif bahwa peristiwa
itu akan terjadi. Serta keuntungan sehubungan dengan rencana pelepasan aset tidak boleh
dipertimbangkan dalam menghitung suatu provisi.
Contoh Provisi
1. Perkara pengadilan dan klaim
2. Biaya garansi dan jaminan
3. Consideration Payable
4. Lingkungan
5. Kontrak Memberatkan

7
6. Restrukturisasi

3.4 Provisi Lingkungan


Berdasarkan PSAK 57, Liabilitas lingkungan adalah kewajiban finansial atau hukum yang
timbul dari dampak negatif kegiatan manusia terhadap lingkungan, seperti polusi udara, air, atau
tanah. Dalam konteks akuntansi, liabilitas lingkungan sering kali terkait dengan biaya-biaya yang
harus ditanggung oleh perusahaan untuk membersihkan dan memperbaiki dampak lingkungan
yang disebabkan oleh aktivitas operasional mereka.
Menurut Financial Accounting Standards Board (FASB) Statement No. 143, Accounting
for Asset Retirement Obligations, liabilitas lingkungan mencakup "kewajiban yang dihasilkan dari
penghapusan aset fisik yang diatur oleh undang-undang, peraturan, atau kontrak, dan yang
disebabkan oleh aktivitas yang dijalankan selama periode sekarang atau masa lalu." Sedangkan
menurut PSAK 73 (Revisi 2019) tentang "Laporan Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik"
menyebutkan bahwa liabilitas lingkungan adalah kewajiban hukum atau implisit yang timbul
akibat kegiatan entitas yang menyebabkan kerusakan atau pencemaran lingkungan hidup. Entitas
harus mengakui liabilitas lingkungan ketika, berdasarkan bukti yang tersedia, ada kemungkinan
besar entitas harus menyerahkan sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi untuk
membayar atau memperbaiki kerusakan atau pencemaran lingkungan. Pengakuan liabilitas
lingkungan harus memperhitungkan estimasi biaya yang diperlukan untuk memperbaiki kerusakan
atau pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan entitas. Jika biaya perbaikan belum
dapat ditentukan secara andal, entitas harus melakukan estimasi yang wajar dengan
mempertimbangkan informasi yang tersedia saat ini.
Pengukuran liabilitas lingkungan harus dilakukan pada nilai kini, yaitu nilai yang
diharapkan harus dibayarkan pada saat ini untuk menyelesaikan liabilitas tersebut. Pengukuran ini
juga harus mencakup biaya yang dikeluarkan secara langsung untuk menyelesaikan liabilitas serta
biaya imbalan yang diharapkan akan dibayarkan sebagai konsekuensi dari pencemaran atau
kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan entitas. Liabilitas lingkungan merujuk pada
kewajiban perusahaan atau organisasi dalam hal tanggung jawab atas dampak lingkungan yang
dihasilkan oleh kegiatan operasional mereka. Liabilitas lingkungan dapat mencakup biaya
pemulihan, penggantian atau kompensasi yang harus dibayar oleh perusahaan terhadap kerusakan
lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan yang dapat merusak lingkungan.

3.5 Provisi Kontrak Memberatkan


Kontrak memberatkan adalah kontrak yang biayanya tidak terhindarkan untuk memenuhi
kewajiban kontraknya melebihi manfaat ekonomi yang akan diterima dari kontrak tersebut.
Perusahaan harus mencatat provisi atas kerugian yang terjadi. Biaya yang dicatat sebagai provisi
harus mencerminkan biaua bersih terkecil yang dikeluarkan untuk menyelesaikan kontrak yaitu
biaya rendah dari:
1. Biaya pemenuhan kontrak
2. Kompensasi atau denda yang timbul dari kegagalan untuk memenuhi kontrak

8
Kontrak seperti itu biasanya mempengaruhi laporan keuangan karena entitas harus mencatat
kewajiban atau beban tersebut dalam neraca atau laporan laba rugi. Kontrak yang memberatkan
juga dapat berupa kewajiban finansial seperti pinjaman atau hutang jangka panjang. Entitas harus
mencatat pembayaran bunga dan pengurangan pokok hutang dalam laporan laba rugi, serta
mencatat kewajiban hutang dalam neraca mereka.
Ketika entitas memiliki kontrak yang memberatkan, mereka harus memperhatikan pengaruh
kontrak tersebut pada laporan keuangan mereka. Mereka juga harus memastikan bahwa mereka
memenuhi kewajiban pembayaran yang diatur dalam kontrak tersebut agar tidak terjadi masalah
keuangan di masa depan.
3.6 Provisi Restrukturisasi
Restrukturisasi dalam akuntansi keuangan adalah proses pengubahan struktur keuangan
suatu perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan keuangan perusahaan, efisiensi
operasional, dan mengoptimalkan nilai pemegang saham. Restrukturisasi dapat meliputi
perubahan pada struktur kepemilikan, reorganisasi operasional, pengurangan biaya, restrukturisasi
hutang, dan sebagainya.
Dalam proses restrukturisasi, perusahaan biasanya melakukan evaluasi terhadap aset dan
kewajiban mereka dan membuat perubahan yang diperlukan untuk memperbaiki kondisi keuangan
perusahaan. Dalam hal restrukturisasi hutang, perusahaan dapat melakukan negosiasi dengan
kreditur untuk memperpanjang jangka waktu pembayaran hutang, mengurangi bunga, atau bahkan
menghapus sebagian hutang yang dimiliki perusahaan. Beberapa konsep yang terkait dengan
restrukturasi antara lain:
1. Penilaian kembali nilai aset: Saat melakukan restrukturasi, perusahaan mungkin perlu
menilai kembali nilai aset-asetnya, seperti saham, obligasi, atau real estate, untuk
memastikan bahwa nilai mereka tercermin secara akurat dalam laporan keuangan
perusahaan.
2. Pengakuan kerugian: Restrukturasi seringkali melibatkan pemotongan biaya dan
pengurangan jumlah karyawan, yang mungkin mengakibatkan kerugian di laporan
keuangan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus mengakui kerugian ini secara
akuntansi.
3. Pembebanan kembali biaya: Restrukturasi dapat memerlukan biaya tambahan, seperti
biaya hukum atau biaya pemberian tunjangan kepada karyawan yang di-PHK. Biaya-biaya
ini harus diperhitungkan dalam laporan keuangan perusahaan.
4. Perubahan struktur keuangan: Restrukturasi seringkali melibatkan perubahan struktur
keuangan, seperti pengurangan hutang atau penerbitan saham baru. Perusahaan harus
mempertimbangkan efek perubahan ini pada laporan keuangannya.
5. Pengungkapan informasi: Perusahaan harus memberikan informasi yang cukup tentang
restrukturasi dalam laporan keuangannya agar para pemangku kepentingan dapat
memahami dampaknya pada kesehatan keuangan dan kelangsungan usaha perusahaan.
Perusahaan harus mematuhi standar akuntansi yang berlaku untuk memastikan bahwa laporan
keuangannya akurat dan dapat dipercaya. Restrukturasi pada akuntansi keuangan memerlukan
kecermatan dalam memahami dan menerapkan konsep akuntansi yang sesuai.

9
BAB IV

PROFIL PERUSAHAAN PT SOLUSI BANGUN INDONESIA.TBK

4.1 Sejarah Perusahaan PT. Solusi Bangun Indonesia. Tbk


Solusi Bangun Indonesia Tbk (dahulu Holcim Indonesia Tbk dan sebelumnya Semen
Cibinong Tbk) (SMCB) didirikan 15 Juni 1971 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun
1975. Kantor pusat Solusi Bangun Indonesia Tbk berlokasi di Talavera Suite, Lantai 15, Talavera
Office Park, Jl. TB Simatupang No. 22-26 Jakarta 12430 – Indonesia dan pabrik berlokasi di
Narogong, Jawa Barat, dan Cilacap, Jawa Tengah.

Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Solusi Bangun Indonesia Tbk (31-
Mar-2022), yaitu PT Semen Indonesia Industri Bangunan (induk usaha) (83,52%) dan Taiheiyo
Cement Corporation (15,04%). Induk usaha terakhir Perseroaan adalah Semen Indonesia (Persero)
Tbk (SMGR). Pihak pengendali dan pemilik manfaat sebenarnya (ultimate beneficial owner)
Perseroan adalah Pemerintah Negara Republik Indonesia.

PT Solusi Bangun Tbk, menjalankan usaha yang terintegrasi dari semen, beton siap pakai
dan produksi agregat. PT Solusi Bangun Indonesia mengoperasikan empat pabrik semen yaitu
Narogong (Jawa Barat), Cilacap (Jawa Tengah),Tuban (Jawa Timur) dan Lhoknga (Aceh). PT
Solusi Bangun Indonesia Tbk saat ini mengoperasikan jaringan penyedia bahan bangunan yang
mencakup distributor khusus, toko bangunan, ahli bangunan binaan perusahaan dan solusi sousi
bernilai tambah lainnya.

4.2 Visi dan Strategi


SBI bertekad menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan. Artinya, sejalan dengan
upaya meningkatkan pertumbuhannya, perusahaan juga ikut meningkatkan pembangunan
ekonomi, menciptakan mata pencaharian dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, selain
mengelola sumber daya lingkungan dengan penuh tanggung jawab agar generasi mendatang
mampu memenuhi sendiri kebutuhan mereka akan sumber daya.

Pembangunan berkelanjutan menjadi bagian dari merek dan reputasi perusahaan, dan
inilah yang membedakan kami dengan para pesaing. Prinsip ini pun tertuang dalam kebijakan
perusahaan maupun dalam sistem pengelolaan usaha dan tidak lepas dari komunikasi yang kami
jalin dengan para pemangku kepentingan. Dan prinsip ini dapat dikatakan menjadi bagian dari
kehidupan sehari-hari karyawan perusahaan.

3 aspek pokok (triple bottom line):

10
• dari aspek ekonomi: cara SBI bekerja dengan toko penjual, produsen produk semen dan
beton, ahli bangunan dan sektor pengembang pada umumnya.
• dari aspek lingkungan hidup: cara SBI mengelola sumber daya alam dan menangani
dampak yang dihasilkan kegiatan usaha kami terhadap iklim dan ekosistem, dan cara kami
membalas budi kepada masyarakat, misalnya dengan membantu mereka menanggulangi
limbah pertanian dan limbah lain.
• dari aspek sosial: cara SBI membantu memenuhi kebutuhan warga setempat,
memperlihatkan kepedulian dan memberikan sumbangan, membantu memperhatikan
pendidikan, keselamatan dan kesehatan warga, membantu mereka dalam kehidupan sehari-
hari dan pada saat mereka membutuhkan, baik sebagai perusahaan nasional maupun
perusahaan.

4.3 Struktur Organisasi

11
BAB IV

CONTOH KASUS DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengakuan Provisi pada Laporan Keuangan PT Solusi Bangun Indonesia.Tbk


4.1.1 Pengakuan Provisi Lingkungan
Provisi lingkungan PT Solusi Bangun Indonesia Tbk ini berupa biaya restorasi
terhadap tanah tambang milik mereka.

4.1.2 Pengakuan Provisi Kontrak Memberatkan


Provisi Kontrak Memberatkan PT Solusi Bangun Indonesia Tbk ini akan diakui
bila adanya pemutusan kontrak (misal kontrak sewa) sebelum jatuh temponya sehingga
perusahaan harus membayar kewajiban/biaya denda jika terjadi pemberhentian kontrak
secara langsung.
.
4.1.3 Pengakuan Provisi Restrukturisasi
Pesangon pemutusan kontrak kerja terutang ketika PT.SBI memberhentikan
hubungan kerja sebelum usia pensiun normal, atau ketika seorang pekerja menerima
penawaran mengundurkan diri secara sukarela dengan kompensasi imbalan pesangon. PT
SBI mengakui pesangon pemutusan kontrak kerja pada tanggal yang lebih awal antara (i)
ketika PT SBI tidak dapat lagi menarik tawaran atas imbalan tersebut dan (ii) ketika PT
SBI mengakui biaya untuk restrukturisasi yang berada dalam ruang lingkup PSAK 57 dan
melibatkan pembayaran pesangon.

4.2 Contoh Kasus dan Pembahasan Provisi Kontrak Memberatkan

PT. Solusi Bangun Indonesia menyewa Excavator untuk mengeruk semen yang ada di Maloko Jawa
Barat. PT Solusi Bangun Indonesia telah melakukan kontrak selama 1 tahun yaitu pada tanggal 1 Januari
2021 sampai tanggal 31 Desember 2021 dan di bayar per bulan sebesar £10.000. Ternyata pengerukan
semen ini telah selesai pada tanggal 30 Juni 2021 dan PT Solusi Bangun Indonesia ingin mengalokasikan
dana sewa Excavator ini ke truck pengangkut semen. Sayangnya PT Solusi Bangun Indonesia tidak bisa
memutuskan kontrak terhadap Excavator yang sedang berjalan ini. Biaya yang diharapkan untuk
memenuhi kontrak yang memberatkan ini adalah sebagai berikut:

Dik:

Harga sewa Excavator = 10.000/bulan

12
Dit:

Sisa kontrak yang wajib di bayar PT Solusi Bangun Indonesia

Jawab:

10 / 11

10.000 x 6 = 60.000 (Kontrak yang wajib dibayar)

Jurnal:

Loss on Lease Contract 60.000

Onerous Contract Liability 60.000

4.3 Contoh Kasus dan Pembahasan Provisi Restrukturisasi

PT SBI sedang melakukan restrukturisasi divisi produksinya. Kontroler dan CFO


perusahaan sedang mengidentifikasi berbagai biaya berikut ini yang harus diakui sebagai bagian
dari restrukturisasi. Biaya tersebut sbb (dalam ribuan):
1. Perusahaan memiliki kontrak sewa jangka panjang untuk salah satu fasilitas divisi. Perusahaan
menaksir perlu membayar biaya denda Rp400.000 untuk memutus kontrak tersebut. Perusahaan
menaksir nilai sekarang pembayaran untuk kontrak sewa tersebut sebesar Rp650.000.
2. Perusahaan akan mengalokasi biaya overhead ke divisi lain naik Rp1.500.000 sebagai akibat
restrukturisasi fasilitas tersebut.
3. Karena restrukturisasi, sejumlah karyawan akan dipindah ke beberapa divisi lain. Untuk melatih
ulang karyawan tersebut ditaksir sebesar Rp2.000.000.
4. Perusahaan menggunakan jasa perusahaan penempatan untuk membantu melakukan pengaturan
terhadap karyawan yang diberhentikan akibat restrukturisasi. Perusahaan menaksir biaya untuk
perusahaan tersebut akan sebesar Rp600.000.
5. Perusahaan menaksir biaya pemberhentian karyawan akan sebesar Rp3.000.000.
6. Perusahaan menaksir akan memerlukan biaya Rp320.000 untuk memindahkan asset yang tidak
terpakai dari divisi energi ke divisi lain dalam perusahaan.
Diminta: Tentukan bagaimana biaya-biaya tersebut akan dilaporkan dalam laporan keuangan.
Pembahasan:

13
1. Termasuk ke dalam biaya restrukturisasi
Biaya Pemutusan Kontrak Rp 400.000
Rugi atas Pemutusan Kontrak Rp 250.000
Provisi Pemutusan Kontrak Rp 650.000
2. Tidak termasuk ke dalam biaya restrukturisasi
3. Tidak termasuk ke dalam biaya restrukturisasi
4. Tidak termasuk ke dalam biaya restrukturisasi
5. Termasuk ke dalam biaya restrukturisasi
Biaya Pemberhentian Karyawan Rp 3.000.000
Provisi Pemberhentian Karyawan Rp 3.000.000
6. Tidak termasuk ke dalam biaya restrukturisasi
Maka dari itu, provisi atas restrukturisasi ini akan diakui pada kolom pasiva kategori liabilitas pada
laporan posisi keuangan PT SBI Tbk.

14
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemaparan kasus dan informasi yang bersumber dari Laporan Keuangan
Konsolidasian PT Solusi Bangun Indonesia Tbl pada tahun 2021, dapat disimpulkan bahwa PT
SBI telah menerapkan prinsip akuntansi khususnya PSAK no. 57 tentang Provisi, tentang kontrak
yang memberatkan dan restrukturisasi. Provisi Restrukturisasi ini timbul karena adanya kewajiban
perusahaan untuk melakukan Restrukturisasi guna kepentingan manajemen. Adapun pemanfaatan
dari restrukturisasi pada PT SBI yaitu menyediakan pesangon sebagai penawaran untuk
mengundurkan diri secara sukarela dan pemindahan karyawan ke divisi yang lain. Pesangon
pemutusan kontrak kerja diukur berdasarkan jumlah karyawan yang diharapkan menerima
penawaran tersebut. Jumlah yang diakui sebagai provisi adalah hasil estimasi terbaik pengeluaran
yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban kini pada akhir periode pelaporan, dengan
mempertimbangkan risiko dan ketidakpastian yang meliputi kewajibannya.

Apabila suatu provisi diukur menggunakan arus kas yang diperkirakan untuk
menyelesaikan kewajiban kini, maka nilai tercatatnya adalah nilai kini dari arus kas. Provisi
Kontrak Memberatkan juga akan diakui apabila PT Solusi Bangun Indonesia Tbk melakukan
pemutusan kontrak sewa sehingga mengakibatkan utang yang tak terhindarkan atau
mengakibatkan pembayaran denda jika kontrak diberhentikan langsung. Provisi lingkungan yang
dilakukan oleh PT SBI juga dilakukan dengan mengakui utang biaya restorasi untuk perbaikan
kualitas lingkungan di sekitar daerah tambang semen.

15
DAFTAR PUSTAKA

[Binus]. 2017. PSAK 57 (Penyesuaian 2014): Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset
Kontinjensi. Di akses melalui https://accounting.binus.ac.id/2017/08/15/psak-57-
penyesuaian-2014-provisi-liabilitas-kontinjensi-dan-aset-
kontinjensi/#:~:text=Provisi%20adalah%20liabilitas%20yang%20waktu%20dan%20juml
ahnya%20belum%20pasti

[Unsoed]. 2020. Accounting Standard Resume. Diakses melalui


https://accountingunsoed.org/accounting-standard-resume-psak-57-bagian-2/

Ward, Andrea. 2020. Restructuring Costs. Diakses melalui https://www.fe.training/free-


resources/accounting/restructuring-costs/

Solusi Bangun Indonesia. 2023. Profil Perusahaan. Diakses melalui


https://solusibangunindonesia.com/

16

Anda mungkin juga menyukai