Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH 2


“LIABILITAS JANGKA PENDEK, PROVISI DAN KONTIJENSI”
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah 2

Oleh:
Kelompok 1 Kelas D
Aulia Salzabilla Ramadhan Rahman (921419085)
Fatmawaty Rupu (921419097)
Ratna Daud (921419084)

AKUNTANSI D

DOSEN PENGAJAR
Nurhayati Panigoro, M. Si

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


2020/2021
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
pemulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Liabilitas Jangka Pendek, Provisi
dan Kotjensi” ini tepat pada waktunya.
Tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Akuntansi Keuangan Menengah 2. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Nurhayati Panigoro M. Si selaku dosen
manajemen pemasaran yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Gorontalo, 27 Februari 2020

Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan.........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Liabilitas Jangka Pendek..............................................................................4
2.2 Jenis-Jenis Liabilitas Jangka Pendek..........................................................................5
2.3 Provisi dan Pengungkapan Kontijensi........................................................................6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................7
3.2 Saran ………………………………………………………………………………....8
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Dalam akuntansi, kita mengenal tiga hal yang sangat sering dibahas dan menjadi dasar.
Yaitu aset, modal, dan kewajiban atau hutang. Hutang dipahami sebagai hal-hal yang
menjadi beban atau kewajiban perusahaan. Namun, hutang ternyata bukan hanya dalam
artian seperti itu.
Liabilitas menurut kerangka dasar pengukuran dan pengungkapan laporan keuangan
(KDP2LK) adalah utang entitas masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu. Liabilitas
mengandung komponen utama yaitu adanya kewajiban kini yang timbul, terjadi dari
transaksi dimasa lalu dan penyelesaiannya menyebbkan arus keluar kas atau sumber daya
entitas.
PSAK 1 (Revisi 2009) mengharuskan entitas menyajikan liabilitas jangka pendek
terpisah dari liabilitas jangka panjang. Namun untuk industri perbankan atau keuangan,
entitas dapat menyajikan berdasarkan urutan likuiditas, tanpa memisahkan liabilitas
jangka pendek dan jangka panjang. Pemisahan jangka pendek dan jangka panjang
menggunakan jangka waktu 12 bulan atau satu siklus operasi perusahaan.
Liabilitas jangka pendek lainnya tidak diselesaikan dalam siklus operasi normal, tetapi
dalam waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan atau dimiliki untuk tujuan
diperdagangkan. Misalnya liabilitas keuangan yang diklarifikasikan sebagai dimiliki
untuk diperdagangkan sesuai dengan PSAK 55 (Revisi 2013) Instrumen Keuangan:
Pengakuan dan Pengukuran, cerukan bank, bagian jangka pendek dari liabilitas keuangan
jangka panjang, dividen terutang, pajak penghasilan terutang, dan utang non-usaha
lainnya.

2. RUMUSAN MASALAH
1. Definisi liabilitas dan liabilitas jangka pendek
2. Jenis-jenis liabilitas jangka pendek
3. Bagaimana Provisi dan Kotjensi dalam liabilitas jangka pendek

3. TUJUAN PENULISAN
1. Menjelaskan definisi liabilitas dan liabilitas jangka pendek
2. Menjelaskan jenis-jenis liabilitas jangka pendek
3. Menjelaskanprovisi dan mengungkapkan kontijensi
BAB II
PEMBAHASAN

1. DEFINISI LIABILITAS JANGKA PENDEK


Liabilitas adalah kewajiban kini entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya diperkirakan mengakibatkan pengeluaran sumber daya entitas.
Liabilitas Jangka Pendek adalah Utang yang diharapkan akan dilunasi dalam waktu satu
tahun dengan menggunakan sumber-sumber yang merupakan aktiva lancar atau yang
menimbulkan utang lancar itu sendiri. utang itu sendiri adalah pengorbanan ekonomi
yang wajib dilakukan oleh perusahaan di masa yang akan datang dalam bentuk
penyerahan aktiva atau pemberian jasa yang disebabkan oleh tindakan atau tansaksi pada
masa sebelumnya.
Karena pembayaran atau pelunasan hutang lancar biasanya mengggunakan aktiva lancar,
dalam akuntansi terdapat istilah rasio lancar (current ratio). Rasio lancar adalah
perbandingan ukuran antara hutang lancar dengan aktiva lancar, yang digunakan para
kreditur atau pemberi pinjaman untuk menilai apakah pihak yang akan diberi pinjaman
memiliki kemampuan untuk melunasi hutang lancar mereka atau tidak.
Begitu diketahui rasio lancar dari perusahaan yang hendak diberi pinjaman dan dirasa
tidak ada masalah, maka pemberi pinjaman pun memberikan pinjaman sejumlah dana
dengan kesepakatan atau perjanjian yang disetujui kedua belah pihak. Perjanjian tersebut
biasanya berisi nominal hutang, pihak pemberi dan penerima hutang, dan jatuh tempo
hutang. Perjanjian perlu dibuat secara tertulis dan disimpan oleh kedua belah pihak, guna
menghindari terjadi masalah atau sengketa di lain hari.
Klasifikasi liabilitas lancar, jika:
 mengharapkan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus operasi
normalnya;
 memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan;
 liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan
setelah periode pelaporan; atau
 tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas selama
sekurangkurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.
 Entitas mengklasifikasi liabilitas yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai
liabilitas jangka panjang.
Liabilitas jangka pendek dapat berbentuk utang bank atau utang kepada pihak lain yang
akan dibayarkan dalam waktu kurang dari dua belas. Untuk utang bentuk ini sering kali
ada bunga, sehingga bunga yang telah terjadi dan belum dibayarkan harus diakui sebagai
liabilitas juga. Liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu dua belas
bulan, akan disajikan sebagai liabilitas jangka pendek.
PSAK 1 (Revisi 2009) menjelaskan item-item minimum dari liabilitas jangka pendek
yang harus disajikan dalam laporan posisi keuangan. Menurut PSAK ! (Revisi 2009), jika
sebagai unsur yang terpisah. Item minimum yang diharuskan menurut PSAK ! (Revisi
2009) untuk liabilitas jangka pendek adalah:
a. Utang dagang dan terutang lainnya;
b. Provisi;
b) Liabilitas keuangan jangka pendek (tidak termasuk jumlah yang disajikan dalam
provisi);
c) Liabilitas dan aset pajak kini; sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 46 (Revisi
2013) Akuntansi Pajak Penghasilan.
d) Liabilitas dan aset pajak tangguhan; sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 46
(Revisi 2013)
e) Liabilitas yang termasuk dalam kelompok yang dilepaskan yang diklasifikasikan
sebagai yang dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58 (Revisi 2010) Aset
Lancar yang tersedia untuk dijual dan Operasi yang di hentikan.

2. JENIS – JENIS LIABILITAS JANGKA PENDEK


2.1 Hutang Dagang
Hutang  dagang merupakan hutang yang muncul dari kegiatan operasional dan ekonomi
perusahaan, yaitu kegiatan usaha pokok perusahaan, yang terjadi secara berulang. Hutang
dagang muncul karena adanya perbedaan waktu dalam melakukan penyerahan produk
(barang atau jasa) dengan pembayaran produk tersebut (jangka waktu kredit). Jangka
waktu kredit biasanya dinyatakan sebagai syarat pembayaran, misalnya 3/10, n/30.
Contoh : 
Pada tanggal 2 Januari 2001, Rahmat membeli barang niaga secara kredit seharga
Rp 320.000.
Jurnal:
2 Jan
 Pembelian                                               320.000
Hutang dagang                                              320.000

2.2 Wesel Bayar


Wesel bayar adalah hutang yang disertakan atau didukung dengan surat pernyataan
hutang, atau surat peryataan sanggup membayar. Yang termasuk wesel bayar adalah
wesel yang dibuat dalam kegiatan operasional perusahaan, pinjaman yang disertai wesel,
dan hutang wesel jangka panjang yang akan segera jatuh tempo. 

 Wesel berbunga
Merupakan utang wesel yang pada tanggal jatuh tempo pelunasannya sebesar nilai
nominal wesel ditambah dengan bunga.
Misalkan Bank duta Pertiwi menyetujui untuk member pinjaman sebesar Rp10.000.000
pada tanggal 1 oktober 1992. Untuk itu Bank minta kepada CV Progo untuk
menandatangani perjanjian dengan bunga 12%, dan berjangka waktu 4 bulan. Apabila
wesel berbunga, maka jumlang uang yang diterima CV Progo setelah wesel
ditandatangani adalah sebesar nilai nimonal wesel tersebut. Jurnal yang dibuat oleh CV
Progo pada tanggal 1 Oktober 1992 adalah sebagai berikut:
Okt. 1
Kas                                                                10.000.000
             Utang wesel                                                     10.000.000
(untuk mencatat penerimaan kas dan penarikan wesel, 12%,4 bulan)

 Wesel tak berbunga
Wesel tak berbunga adalah wesel yang tidak secara eksplisit menyebutkan tingkat
bunga tertentu dalam surat wesel yang bersangkutan.
Contoh: CV progo menandatangani wesel dengan nilai nominal Rp. 10.400.000 jangka
waktu 4 bulan, tanpa bunga untuk bank Duta pertiwi. nilai tunai wesel adalah Rp.
10.000.000 jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah:

Kas                                                    10.000.000
Diskonto utang wesel                            400.000
Utang wesel                                                                10.400.000

(untuk mencatat penerimaan kas dan penarikan wesel 4 bulan tanpa bunga)

2.3 Utang Bank Jangka Pendek


Utang berbunga jangka pendek yang umum dijumpai adalah utang bank dan wesel
bayar (promissory note). Utang bank lebih sering dijumpai dalam laporan keuangan
entitas dibandingkan dengan wesel bayar. Utang bank jangka pendek adalah utang suatu
entitas kepada bank dengan jangka waktu satu tahun atau kurang. Utang bank jangka
pendek biasanya berbunga. Utang bank jangka pendek ditarik oleh entitas untu memenuhi
kebutuhan operasional perusahaan. Pemenuhan kebutuhan modal kerja permanen, tetap
akan dipenuhi dengan liabilitas jangka panjang.
Utang bank jangka pendek ditarik oleh entitas pada saat membutuhkan untuk jangka waktu
tertentu dan akan dikembalikan sesuai dengan perjanjian kredit. Utang bank jangka
pendek ada bunganya. Bunga dapat dibayarkan pada saat jatuh tempo, selama periode
tertentu, bunga dipotong didepan dari jumlah utang yang ditarik atau kombinasi.
PT. Kenanga pada 1 Oktober 2X13 menerima utang dari Bank Permata sebesar Rp 100.000.000
dipotong provisi 4%. Tingkat suku bunga sebesar 15%. Bunga dan pokok dibayar saat
jatuh tempo.Hitung Effective interest rate  19,79%
1 Oktober 2X13
Kas 96.000.000
Utang Bank 96.000.000

31 Desember 2X13 – bunga (3/12*19,79%*96.000.000)


Beban Bunga 4.750.000
Utang Bunga 4.750.000
Utang Bank dilunasi 1 Oktober 2X14
Beban Bunga 14.250.000
Utang Bunga 4.750.000
Utang Bank 96.000.000
Kas 115.000.000

2.4 LIABILITAS JANGKA PANJANG YANG AKAN JANTUH TEMPO PERIODE


BERIKUTNYA (CURRENT PORTION OF LONGTERN LIABILITY)
Liabilitas jangka panjang yang akan dilunasi periode berikutnya diklasifikasikan
menjadi liabilitas jangka pendek kecuali:
 Dilunasi dengan akumulasi dana yang tidak diklasifikasikan sebagai aset lancar
 Dibiayai kembali atau dilunasi dengan penerbitan liabilitas jangka panjang yang
baru.
 Dikonversi menjadi saham
Liabilitas jangka panjang walaupun akan jatuh tempo tetap diklasifikasikan sebagai
liabilitas jangka pendek
Entitas harus menunjukkan kemampuan untuk melengkapi proses pembiayaan ulang.
Hutang tersebut dibiayai ulang sebelum laporan keuangan diluncurkan, atau Entitas
menandatangani perjanjian pebiayaan ulang.
2.5 LIABILITAS JANGKA PENDEK DIBIAYAI KEMBALI
Liabilitas keuangan yang dibiayai kembali yang akan jatuh tempo dalam 12 bulan
setelah periode pelaporan diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek, jika
entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk membiayai kembali.
Pelanggaran perjanjian utang yang mengakibatkan kreditur meminta percepatan
pembayaran, maka liabilitas tersebut disajikan sebagai liabilitas jangka pendek,
meskipun kreditur mengijinkan penundaan pembayaran selama 12 bulan setelah
tanggal pelaporan tetapi persetujuan tersebut diperoleh setelah tanggal pelaporan
2.6 UTANG DIVIDEN
Utang dividen diakui pada saat pengumuman dividen dalam Rapat Umum Pemegang
Saham. Utang dividen yang diakui hanyalah dividen tunai atau dividen yang
diberikan dalam bentuk asset. Dividen saham tidak dicatat oleh penerima dan tidak
ada pengakuan utang. Dividen saham akan dicatat dengan mereklasifikasikan saldo
laba ke modal /agio saham

3. PROVISI DAN PENGUNGKAPAN KONTIJENSI


Istilah umum yang digunakan untuk sesuatu yang memiliki ketidakpastian dari
sisi keajadian dan jumlah adalah kontinjensi. Dalam akuntansi, kontinjensi dapat muncul
sebagai liabilitas kontinjensi atau aset kontinjensi. Liabilitas kontinjensi lebih sering
dijumpai dibandingkan dengan aset kontinjensi. Prinsip konservatisme dan kehati-hatian
menyebabkan aset kontinjensi tidak akan pernah diakui sampai aset tersebut diperoleh.
Aset kontinjensi jika potensi terjadinya tinggi dan nilainya dapat diestimasi dengan andal,
hanya boleh diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. PSAK 57 (revisi 2009)
mengatur penyajian dan pengungkapan untuk provisi dan kontinjensi.
Istilah Provisi dibedakan dari kontinjensi untuk menjelaskan terminologi yang
berbeda. Dalam PSAK 57 (revisi 2004), provisi disebut sebagai kewajiban diestimasi.
Liabilitas kontinjensi hanya diungkapkan dalam laporan keuangan. Istilah provisi dapat
juga diartikan sebagai pencadangan suatu penurunan yang merupakan akun lawan aset
seperti penurunan nilai, depresiasi. Provisi diakui dalam laporan keuangan,
pengukurannya dengan cara melakukan estimasi. Perbedaan provisi dan liabilitas lain,
terletak pada kepastian dari sisi jumlah dan waktu. Namun provisi telah memenuhi
definisi umumliabilitas yaitu merupakanA kewajiban kini, timbul dari peristiwa masa lalu
dan mengakibatkan keluarnya sumber daya entitas.
Liabilitas Kontinjensi menurut PSAK 57 (revisi 2009) adalah :
1. Liabilitas Potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya
menjadi pastivdengan terjadi atau tidak terjadinya stau peristiwa atau lebih pada masa
datang yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas.
2. Liabilitas Kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi tidak diakui
karena:
a. Tidak terdapat kemungkinan besar (probable) entitas mengeluarkan sumber daya
untuk menyelesaikan liabilitasnya.
b. Jumlah liabilitas tersebut tidak dapat diukur secara andal.
Liabilitas kontinjensi terdiri dari dua kelompok, kewajiban potensial dan kewajiban kini
yang tidak diakui karena tidak terdapat kemungkinan pengeluaran sumber daya atau tidak
dapat diukur dengan andal. Dikatakan kewajiban potensial karena baru berbentuk
kemungkinan, namun jika terjadi akan menyebabkan pengeluaran sumber daya.
Kewajiban potensial dengan berlalunya waktu dapat berubah menjadi “kemungkinan
besar terjadi” sehingga diakui sebagai liabilitas kini. Ketika liabilitas kontinjensi dapat
diukur dengan andal, liabilitas ini akan diakui sebagai liabilitas kini. Kondisi sebaliknya
dapat terjadi, liabilitas kontinjensi semakin kecil kemungkinan terjadi dan semakin tidak
dapat diukur dengan andal, sehingga tidak perlu diungkapkan dalam laporan keuangan.

3.1 PENGAKUAN DAN PENGUKURAN


Provisi diakui jika memenuhi tiga syarat, yaitu :
1. Entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum, konstruktif) sebagai
akibat peristiwa masa lalu.
2. Kemungkinan besar (probable) penyelesaian liabilitas tersebut mengakibatkan
arus keluar sumber daya.
4. Estimasi yang andal mengenai jumlah liabilitas nilainya dapat diukur dengan
andal dapat dibuat.
5. Dalam menentukan estimasi terbaik suatu provisi, entitas mempertimbangkan
berbagai risiko dan ketidakpastian. Keuntungan rencana pelepasan aset terkait
dengan peristiwa yang menyebabkan timbulnya provisi tidak diperhitungkan
dalam menghitung provisi. Sebaliknya, entitas mengakui keuntungan rencana
pelepasan aset tersebut pada saat yang ditentukan dalam PSAK tentang aset yang
bersangkutan.
Provisi diakui jika:
 entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat konstruktif)
sebagai akibat peristiwa masa lalu;
 kemungkinan besar penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan arus keluar sumber
daya yang mengandung manfaat ekonomi; dan
 estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban ter sebut dapat dibuat.
 Jika kondisi di atas tidak terpenuhi, maka provisi tidak diakui.

Dalam kasus kewajiban kini tidak dapat ditentukan secara jelas:


A. setelah mempertimbangkan semua bukti tersedia,
B. terdapat kemungkinan lebih besar terjadi daripada tidak terjadi bahwa
 kewajiban kini telah ada,
 pada akhir periode pelaporan.
Pertimbangan bukti-bukti yang tersedia:
 besar kemungkinannya bahwa kewajiban kini telah ada pada akhir periode pelaporan,
entitas mengakui provisi (jika kriteria pengakuan terpenuhi); dan
 jika besar kemungkinan bahwa kewajiban kini belum ada pada akhir periode pelaporan,
entitas mengungkapkan kewajiban kontinjensi.
 Pengungkapan tidak diperlukan jika kemungkinan arus keluar sumber daya kecil.
Provisi diakui hanya bagi kewajiban yang timbul dari peristiwa masa lalu, yang terpisah dari
tindakan entitas pada masa datang (yaitu penyelenggaraan entitas pada masa datang).
“Independent of future actions”
Contoh:
 denda atau biaya pemulihan pencemaran lingkungan, yang mengakibatkan arus keluar
sumber daya untuk menyelesaikan kewajiban itu tanpa memandang tindakan entitas
pada masa datang.
 biaya kegiatan purna-operasi (decommissioning) instalasi minyak atau instalasi nuklir
sebatas jumlah yang harus ditanggung entitas untuk memperbaiki kerusakan yang
telah ditimbulkan.

 ketika terjadi kerusakan lingkungan, entitas tidak terikat untuk menanggulanginya.


Akan tetapi, perbuatan yang mengakibatkan kerusakan tersebut akan menjadi
peristiwa yang mengikat pada saat terbit peraturan perundang-undangan baru yang
mengharuskan kerusakan itu untuk ditanggulangi atau pada saat entitas
mengumumkan secara terbuka untuk menanggulangi kerusakan tersebut sehingga
menimbulkan kewajiban konstruktif.
 Jika terdapat sejumlah kewajiban serupa (misalnya garansi atau jaminan produk, atau
kontrak-kontrak serupa),
kemungkinan arus keluar sumber daya untuk menyelesaikan kewajiban tersebut
ditentukan dengan mempertimbangkan keseluruhannya sebagai suatu kelompok
kewajiban.

Aset kontinjensi adalah aset potensial yang timbul dari peristiwa


masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu
peristiwa atau lebih pada masa depan yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali
entitas.

Perubahan dan Penggunaan Provisi


 Provisi ditelaah pada setiap akhir periode pelaporan  estimasi terbaik yang
paling kini. Jika arus keluar sumber daya kemungkinan besar tidak terjadi, maka
provisi tersebut dibatalkan. (PSAK 57 par 59)
 Jika kewajiban diestimasi didiskonto, maka nilai tercatatnya akan meningkat pada
setiap periode untuk mencerminkan berlalunya waktu. Peningkatan ini diakui
sebagai biaya pinjaman (PSAK 57 par 60)  unwinding of the discount
 Provisi hanya dapat digunakan untuk pengeluaran yang berhubungan langsung
dengan tujuan pembentukan provisi tersebut. (PSAK 57 par 61)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Liabilitas jangka pendek dapat berbentuk utang bank atau utang kepada pihak lain yang
akan dibayarkan dalam waktu kurang dari dua belas. Untuk utang bentuk ini sering kali ada
bunga, sehingga bunga yang telah terjadi dan belum dibayarkan harus diakui sebagai liabilitas
juga. Liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan, akan
disajikan sebagai liabilitas jangka pendek.
Utang berbunga jangka pendek yang umum dijumpai adalah utang bank dan wesel bayar
(promissory note). Utang bank lebih sering dijumpai dalam laporan keuangan entitas
dibandingkan dengan wesel bayar. Utang bank jangka pendek adalah utang suatu entitas kepada
bank dengan jangka waktu satu tahun atau kurang. Utang bank jangka pendek biasanya
berbunga. Utang bank jangka pendek ditarik oleh entitas untu memenuhi kebutuhan operasional
perusahaan. Pemenuhan kebutuhan modal kerja permanen, tetap akan dipenuhi dengan
liabilitas jangka panjang.

3.2. Saran
Penulis Menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan yang ada pada makalah ini. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik serta saran mengenai pembahasan pada makalah demi
kesempurnaan makalah.
DAFTAR PUSTAKA

Martani Dwi, Farahmita Aria, Siregar Sylvia Veronica, Tanujaya Edward,


Wardhani Ratna, Hidayat Taufik
Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK,
Jakarta,Salemba Empat 20019

Anda mungkin juga menyukai