Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH AKUNTANSI PERBANKAN

“komitmen dan kontijensi ”

OLEH :

KELOMPOK 1

1. ADRI ANGGAHARAHAP :(7213342011)


2. Dimas Fahruzi : 7211142008
3. Naisyadia Safira Hendri Hakim : 7213342015
4. Putri Ramadhani Sitorus : 7213342008
5. Mutiara Addina : 7213342016

KELAS : B

DOSEN PENGAMPU :

SONDANG AIDA SILALAHI, SE, M.Si

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

TP: 2022/2023
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia yang dilimpahkan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas
ini. Adapun yang menjadi tugas kami adalah membuat “Komitmen dan Kontijensi Bank”.
Tujuan kami membuat makalah ini ialah untuk memenuhi tugas rutin dalam mata kuliah
“Akuntansi Perbankan”.

Jika dalam penulisan makalah penulis terdapat berbagai kesalahan dan kekurangan
dalam penulisannya, maka kepada para pembaca, kami memohon maaf sebesar-besarnya
atas koreksi-koreksi yang telah dilakukan. Hal tersebut semata-mata agar menjadi suatu
evaluasi dalam pembuatan makalah ini. Mudah-mudahan dengan adanya pembuatan tugas
ini dapat memberikan manfaat berupa ilmu pengetahuan yang baik bagi penulis maupun bagi
para pembaca.

Medan, April 2023

Kelompok 1

2|Page
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................................. 2

DAFTAR ISI ................................................................................................................ 3

BAB I............................................................................................................................ 4

PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4

1. Latar Belakang ................................................................................................... 4

2. Rumusan Masalah.............................................................................................. 4

3. Tujuan ................................................................................................................ 4

BAB II .......................................................................................................................... 5

PEMBAHASAN........................................................................................................... 5

A. Komitmen .......................................................................................................... 5

B. Pencatatan Transaksi Komitmen ....................................................................... 5

C. Kontijensi......................................................................................................... 12

D. Pencatatan Transaksi Kontijensi ...................................................................... 21

BAB III ....................................................................................................................... 22

PENUTUP .................................................................................................................. 22

Kesimpulan ............................................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 23

3|Page
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Karena adanya komitmen yang diterima ataupun komitmen yang diberikan suatu
bank atas ikatan atau kontrak berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak,
dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi. Maka
bank sebagai lembaga keuangan memiliki kewajiban untuk melaporkan seluruh
komitmen yang telah dilakukan tersebut dalam laporan komitmen yang berupa besarnya
tagihan atau kewajiban bersih atas komitmen yang telah di sepakati. Sehingga bank yang
bersangkutan dapat mengelola aktiva dan kewajibannya, yang termaauk didalamnya
adalah pengelolaan alat likuid untuk memenuhi kewajiban yang diperkirakan
akan terjadi beberapa hari atau bulan yang akan datang yang akan dikaitkan dengan
tagihan yang akan diterima.

Transaksi yang termasuk ke dalam Laporan Komitmen dan Kontinjensi disebut sebagai
transaksi yang bersifat Off-Balance Sheet Items. Transaksi-transaksi tersebut disajikan
dengan sedemikian rupa, karena keterkaitannya dengan pos-pos aktiva dan pasiva yang
terdapat pada Neraca. Dengan adanya Laporan Komitmen dan Kontinjensi ini maka posisi
dari pos-pos aktiva dan pasiva yang terdapat pada Neraca menggambarkan posisi keuangan
bank secara wajar.

2. Rumusan Masalah
1) Apa itu komitmen dan kontijensi dalam bank?
2) Bagaimana pelaporan komitmen?
3) Bagaimana cara mencatat transaksi komitmen dan kontijensi?

3. Tujuan
1) Dapat memahami apa itu komitmen dan kontijensi dalam bank
2) Dapat mengetahui laporan komitmen
3) Dapat mengetahui cara mencatat transaksi komitmen dan kontijensi

4|Page
BAB II

PEMBAHASAN

A. Komitmen

Komitmen dan kontinjensi merupakan transaksi yang banyak dijumpai dalam bank.
Transasksi ini mempengaruhi neraca dan laporan laba-rugi. Komitmen dan kontinjensi akan
dicatat dalam rekening administratif untuk memberikan informasi kepada manajemen akan
adanya tagihan atau kewajiban yang muncul dari komitmen dan kontinjensi. Komitmen
adalah suatu ikatan atau kontrak berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara
sepihak, dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi.

Jenis-Jenis Komitmen

1. Komitmen Tagihan, yaitu komitmen yang akan diterima oleh suatu bank dari
pihak lainnya.
2. Komitmen Kewajiban, yaitu komitmen yang diberikan oleh suatu bank kepada
nasabah atau pihak lain.

Pencatatan Komitmen Dalam Laporan Keuangan

Transaksi komitmen belum mempengaruhi posisi di neraca maupun pendapatan dan


biaya, oleh sebab itu transaksi komitmen harus dicatat oleh bank diluar pos-pos
neraca. Tempat pencatatan transaksi seperti ini adalah rekening administratif. Pos
administratif komitmen ini pada tanggal jatuh waktunya akan berubah menjadi transaksi
yang akan merubah neraca dan pos pendapatan dan biaya.

Standar Keuangan Akuntansi Perbankan Indonesia (SKAPI) mewajibkan bank untuk


mencatat transaksi komitmen ini secara single entry, tujuan dari pencatatan single entry
untuk mengetahui sisa kewajiban atau tagihan suatu bank kepada nasabahnya. Maka, pada
tanggal laporan keuangan harus terlihat jelas komitmen bersih dari suatu bank.

Jenis Komitmen

Dari kedua jenis yang ada dapat diperinci menurut jenis transaksi komitmen antara lain
dijabarkan berikut ini :

5|Page
1. Fasilitas Pinjaman Yang Diterima

Merupakan fasilitas pinjaman yang akan diterima oleh bank dari bank lain dan
atau pihak lain dan belum dipergunakan pada tanggal penyusunan laporan
keuangan. Nilai komitmen yang disajikan adalah sejumlah nilai nominal
penarikan atau pelunasan atas fasilitas tersebut, sesuai dengan kesepakatan yang
tertuang dalam perjanjian pemberian fasilitas kredit tersebut.

Apabila realisasi pinjaman secara berkala, tidak sekaligus misal Rp. 300 milyar.
Maka, fasilitas pinjaman yang disajikan sebesar sisa fasilitas yang dapat ditarik pada
tanggal laporan keuangan.

Contoh, Apabila Bank Permata menyetujui perjanjian pinjaman yang akan


diterima dari Bank Mandiri sebesar Rp. 300 milyar, oleh Bank Permata transaksi ini
harus dicatat pada sisi rekening administratif dengan jurnal sebagai berikut :

D : RAR – Fasilitas Pinjaman Yang Diterima………...Rp. 300.000.000.000,-

Rekening ini akan tetap outstanding hingga tanggal realisasi pinjaman, dimana
akan berubah menjadi aktiva dan pasiva.

Apabila pada tanggal jatuh tempo diterima pinjaman sebesar Rp. 175 milyar dari
Bank Mandiri, dan dimasukkan ke rekening giro Bank Permata pada Bank
Mandiri, maka Bank Permata akan dibukukan dengan jurnal sebagai berikut :

D : Giro – Bank ABC Rp. 175.000.000.000,-

K : Pinjaman yang diterima Rp. 175.000.000.000,-

Dengan demikian jurnal single entry diperlukan untuk menghapus rekening


administratif seperti dibawah ini :

K : RAR.–Fasilitas Pinjaman Yang Diterima………...Rp. 175.000.000.000,-

Sisa fasilitas pinjaman menjadi Rp. 125 milyar yang tersedia untuk ditarik kembali
oleh Bank Permata. Jadi, setiap penarikan pinjaman yang diterima akan dibukukan
pada rekening efektif, yaitu rekening yang mengubah posisi di neraca maupun
rekening administratif.

2. Fasilitas Kredit Yang Diberikan

6|Page
Merupakan fasilitas kredit yang telah disetujui oleh bank untuk diberikan kepada
nasabah dan masih berlaku untuk digunakan nasabah. Fasilitas kredit yang diberikan
disajikan sebesar komitmen yang belum ditarik. Jenis transaksi ini banyak ditemukan
dalam kegiatan operasional bank sehari-hari.

Penarikan atas fasilitas kredit yang telah diberikan tersebut terkadang dilakukan
beberapa hari atau bulan setelah kredit disetujui sehingga terjadi tenggang waktu
antar persetujuan dengan realisasi atau penarikan kredit. Selama tenggang waktu ini,
bank harus mengetahui berapa besar kewajibannya untuk memenuhi tuntutan
nasabah dalam penarikan kredit. Kewajiban ini harus dicatat dengan nilai yang tepat
sebagai dasar untuk pengelolaan dana dan likuiditas yang harus disediakan kepada
nasabah apabila nasabah menarik kredit.

Sifatnya yang masih menunngu, transaksi persetujuan kredit belum mengubah posisi
dalam laporan keuangan. Sehingga transaksi ini harus dicatat dalam rekening
administratif tanpa nilai lawan. Pencatatan nilai fasilitas kredit yang diberikan bank
kepada nasabahnya adalah sebesar jumlah fasilitas yang telah diberikan dikurangi
dengan penarikan-penarikan yang dilakukan oleh nasabah bersangkutan dan dapat
ditambah dengan pelunasan atas penggunaan fasilitas sesuai dengan persetujuan
kredit tersebut. Dengan demikian penyajiannya dalam rekening administratif adalah
sebesar komitmen kredit yang belum ditarik pada tanggal laporan.

Contoh, Apabila seorang nasabah telah disetujui untuk menerima fasilitas kredit
sebesar Rp.120 juta maka, transaksi akan dicatat sebagai komitmen kewajiban
dengan ayat jurnal sebagai berikut :

K : RAR – Fasilitas Kredit Yang diberikan …… Rp.120.000.000,-

Penarikan yang dilakukan oleh nasabah yang bersangkutan akan mengurangi saldo
rekening administratif tersebut. Misal nasabah tersebut melakukan penarikan cek
sebesar Rp. 35 juta dan disetorkan ke nasabah Bank Mandiri melalui kliring, akan
dibukukan sebagai berikut :

D : Debitur ………………………………………Rp.35.000.000,-

K : Bank Indonesia-Giro ……………….......……….Rp.35.000.000,-

Ayat jurnal (komitmen), single entry rekening administrasinya sebagai berikut :

7|Page
D : Rekening Administratif Rupiah …………...Rp.35.000.000,-

Sisa kredit yang masih dapat ditarik oleh nasabah menjadi sebesar Rp. 85 juta yang
terlihat dari sisa rekening administratif. Setiap penarikan akan mengurangi rekening
administratif ini hingga saldonya kosong yang berarti pagu kredit telah dipergunakan
seluruhnya.

3. Kewajiban Pembelian Kembali Aktiva Bank Yang Dijual Dengan Syarat Repo

Adalah kewajiban bank untuk membeli kembali aktiva bank pada waktu tertentu yang
sesuai dengan perjanjian. Transaksi ini merupakan komitmen kewajiban bank kepada
nasabah dan harus disajikan sebesar harga pembelian yang disepakati bank dengan
nasabahnya. Kesepakatan harga ditentukan pada saat penjualan aktiva yang harus disetujui
kedua belah pihak, yakni nasabah dan pihak bank sendiri. Kesepakatan ini akan dicatat
dalam rekening administratif sebagai kewajiban sebesar harga pembelian kembali yang telah
disepakati. Contoh transaksi ini bisa dijumpai pada transaksi valuta asing seperti Swap.

4. Letter of Credit Yang Tidak Dapat Dibatalkan Yang Masih Berjalan

Letter of credit yang tidak dapat dibatalkan dan masih berjalan merupakan suatu jaminan
keuangan yang diberikan oleh bank kepada nasabahnya dalam rangka lalu lintas
perdagangan baik dalam impor maupun ekspor. Maksud dari komitmen L/C yang tidak dapat
dibatalkan yakni L/C berdokumen yang dibuka dengan syarat tidak dapat dibatalkan.
Komitmen ini merupakan kewajiban bank kepada nasabahnya karena telah menerbitkan L/C
yang tidak dapat dibatalkan. Maka, perlu pencatatan dalam rekening administratif dalam
bentuk single entry.

Contoh, Bank Permata menerbitkan L/C irrevocable senilai Rp.300 juta untuk
nasabahnya, PT Cahya yang setoran jaminannya sebesar 30 %, maka jurnalnya
adalah :

K : RAR – Irrevocable L/C Dalam Negeri Repo …. Rp.300.000.000,-

5. Akseptasi Wesel Impor Atas Dasar L/C Berjangka

Adalah komitmen bank untuk melakukan pembayaran kepada pihak terkait, yang
diberikan dalam bentuk penandatanganan terhadap wesel-wesel import yang ditarik atas
dasar L/C berjangka yang diterbitkan bank. Semua wesel yang diterbitkan oleh suatu bank

8|Page
koresponden harus mendapatkan akseptasi terlebih dahulu oleh bank penerbit L/C
berjangka. Akseptasi merupakan transaksi komitmen bagi bank penerbit L/C berjangka yang
tertera dalam L/C berjangka.

Akseptasi wesel impor atas dasar L/C berjangka dicatat dan disajikan sebesar nilai
wesel yang diaksep tersebut. Akseptasi wesel impor merupakan pemberian perintah
kepada bank koresponden untuk mengaksep wesel atas nama bank sepanjang semua
dokumen yang dipersyaratkan L/C berjangka yang bersangkutan dipenuhi dan bank
telah mendapatkan konfirmasi pelaksanaannya dari bank koresponden yang
melaksanakan perintah tersebut.

Contoh, Apabila bank koresponden Bank Mandiri yang merupakan bank pembayar
atas L/C DN yang telah diterbitkan Bank Permata cabang Jakarta menerbitkan wesel
berjangka senilai Rp.400 juta dan meminta agar Bank Permata mengaksepnya, maka
oleh Bank Permata cabang Jakarta akan diaksep dengan jurnal sebagai berikut :

K : RAR – Wesel Berjangka Usance L/C DN yang diaksep ………Rp.400.000.000,-

6. Transakasi Valuta Asing Tunai (SPOT) Yang Belum Diselesaikan

Adalah komitmen bank yang bersifat tagihan atau kewajiban yang timbul karena
transaksi valas tunai (SPOT). Transaksi spot yang belum diselesaikan harus dicatat
dalam rekening adminstratif rupiah dengan menerapkan kurs spot yang dipergunakan
pada saat menutup transaksi.

Kelaziman dalam perdagangan valuta asing internasional penyelesaiannya


membutuhkan waktu selambat-lambatnya 2 hari kerja setelah tanggal transaksi.
Penyelesaian tersebut meliputi kegiatan administrasi transaksi dan penyerahan valuta
yang bersangkutan kepada masing-masing pihak. Hal ini bisa terjadi tenggang waktu
antara tanggal transaksi dengan penyelesaian transaksi spot tersebut. Transaksi spot
ini akan menimbulkan kewajiban atau tagihan bank untuk menerima sejumlah valuta
asing dan rupiah.

Contoh, Bank Permata menjual valuta US$ 20.000 kepada seorang nasabah giro
rupiah dengan kurs Rp.2.050,-. Penjualan valas (bank note) ini akan menciptakan
kewajiban dalam valuta asing yang dijual (US$) dan tagihan dalam valuta rupiah

9|Page
sebesar nilai lawannya, maka jurnal yang dibuat oleh Bank Permata sebagai berikut
:

D: RAR – Transaksi Penjualan Valas Tunai (SPOT) Yang Belum Diselesaikan….


Rp.41.000.000,-

Ketika valuta asing sebesar US$ 20.000 diserahkan kepada nasabah yang
bersangkutan, transaksi tersebut akan menghapus rekening administratif di atas dan
akan dibukukan dalam rekening efektif.

Misal Bank Permata membeli valas sebesar DM 10.000 dari Bank Mandiri dengan
kurs Rp. 1.290,- per DM. Pada waktu menutup transaksi tersebut dan belum ada
penyerahan valuta, oleh Bank Permata akan dianggap sebagai komitmen tagihan
dalam valuta asing dan komitmen kewajiban dalam Rupiah, maka jurnal yang dibuat
oleh Bank Permata :

K : RAR – Transaksi Penjualan Valas Tunai (SPOT) Yang Belum Diselesaikan ….


Rp.12.900.000,-

Pada saat terjadi penyerahan valuta asing, transkasi tersebut akan menghapus
rekening administratif di atas.

7. Transakasi Berjangka Valuta Asing (Forward/Future) Yang Masih Berjalan

Dalam transaksi suatu bank devisa banyak dijumpai transaksi pembelian dan
penjualan berjangka yang melibatkan beberapa valuta asing. Transaksi pembelian
dan penjualan secara berjangka ini akan dibukukan sebagai kewajiban dan tagihan
dalam valuta rupiah yang harus dibukukan dalam rekening administratif. Tagihan
atau kewajiban yang timbul dari transaksi berjangka valas dicatat dan disajikan
sebesar tagihan atau kewajiban bank. Saldo tagihan atau kewajiban berjangka dalam
valas dijabarkan ke dalam Rupiah menggunakan kurs tengah tanggal laporan.

Contoh, Bank Permata menutup kontrak pembelian berjangka dengan Bank Mandiri
untuk membeli valas US$ 20.000 dengan kurs Rp.2.070 per US$ yang akan
direalisasikan sebulan kemudian. Pada saat menutup kontrak ini akan dibukukan
sebagai komitmen tagihan dalam tagihan valas dan kewajiban dalam valuta rupiah,

10 | P a g e
maka ayat jurnal dalam valuta rupiah yang menyangkut rekening administrative akan
dibukukan sebagai berikut :

K: RAR – Transaksi Pembelian Forward Valas Yang Belum Direalisir ….


Rp.41.400.000,-

Ayat jurnal ini akan tetap outstanding hingga tanggal kontrak pembelian tersebut
jatuh waktu tempo sebulan kemudian. Dalam hal kontrak akan tercipta komitmen
kewajiban dalam valuta asing untuk menyerahkan sejumlah valuta yang dijualnya
dan komitmen tagihan dalam rupiah sebesar nilai lawannya.

Apabila Bank Permata menutup transaksi penjualan sebesar US$ 15.000 kepada
Bank Mandiri dengan kurs Rp.2.075,- per US$ yang akan jatuh tempo sebulan
kemudian, maka akan dicatat oleh Bank Permata sebagai berikut :

D : RAR – Transaksi Penjualan Forward Valas Yang Belum Direalisir ….


Rp.31.125.000,-

Rekening ini akan menjadi kosong pada saat terjadi penyerahan valuta pada jatuh
waktu dan akan tercipta perubahandalam pos-pos neraca.

Laporan Komitmen

Untuk mencatat berbagai jenis transaksi komitmen maupun kontinjensi, bank diwajibkan
untuk menyusun sebuah laporan. Laporan komitmen wajib ditampilkan pada laporan
publikasi setiap triwulan.

Laporan Komitmen adalah laporan suatu kewajiban bagi bank untuk melaporkan
besarnya tagihan atau kewajiban bersih atas seluruh transaksi komitmen yang telah
dilakukan. Tujuannya sebagai alat kontrol bagi bank yang bersangkutan dalam
mengelola aktiva dan kewajibannya termasuk di dalamnya pengelolaan alat likuid
untuk memenuhi kewajiban yang diperkirakan akan terjadi beberapa hari atau bulan
yang akan datang yang akan dikaitkan dengan tagihan yang akan diterima.

Laporan komitmen dibuat setiap tanggal laporan bersamaan dengan pembuatan neraca
dan laporan laba rugi. Memerinci seluruh kewajiban dan tagihan komitmen yang
dimiliki oleh suatu bank. Melalui laporan ini dapat diketahui apakah bank memiliki
suatu kewajiban atau tagihan bersih dari sejumlah komitmen yang telah ada.

11 | P a g e
Komitmen ini akan mempengaruhi perhitungan aktiva tertimbang menurut resiko
(ATMR) dalam rangka perhitungan rasio kecukupan modal (CAR).

LAPORAN KOMITMEN

Per 31 Januari 20XX

(dalam Jutaan Rupiah)

TAGIHAN KEWAJIBAN
1. Fasilitas Pinjaman Yang Diterima ........Rp. 1.Fasilitas Kredit Yang Diberikan…….Rp.
125.000,- 85,-
2. Penjualan Spot Valas…….................. Rp. 2.Irrevocable L/C DN Repo …...........Rp. 300,-
41,-
3. Penjualan Forward Valas…................Rp. 3.Wesel Berjangka Yang Diaksep ......Rp. 400,-
31,125,-
4. Pembelian Spot Valas…………...…Rp.
12,9,-
5.Pembelian Forward Valas……….....Rp.
41,4,-
Jumlah Tagihan……….............…Rp. Jumlah Kewajiban…..................……….Rp.
125.072,125 839,3

Jumlah Tagihan Bersih Rp. 124.232,825 Juta

Dengan demikian, Bank Permata masih akan mendapatkan dana sebesar Rp. 124.23 milyar
yang berarti akan ada pertumbuhan dalam jumlah aktiva.

B. KONTINJENSI

Kontinjensi atau lebih dikenal dengan peristiwa atau transaksi yang mengandung
syarat merupakan transaksi yang paling banyak ditemukan dalam kegiatan bank sehari-
hari. Kontinjensi yang dimiliki oleh suatu bank dapat berakibat tagihan atau kewajiban
bagi bank yang bersangkutan. Istilah kewajiban bersyarat digunakan untuk menyatakan
kewajiban yang kemungkinan timbulnya tergantung pada terjadi atau tidaknya satu

12 | P a g e
peristiwa di masa yang akan datang, dan dengan demikian pada tanggal neraca belum
terdapat kepastian mengenai ada tidaknya kewajiban tersebut.

Kontinjensi adalah suatu keadaan yang masih diliputi ketidakpastian mengenai


kemungkinan diperolehnya laba atau rugi oleh suatu perusahaan, yang baru akan
terselesaikan dengan terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa yang
akan datang.

Penyajian Dalam Laporan Keuangan

Transaksi kontinjensi belum mepengaruhi posisi dalam neraca dan laba-rugi perusahaan.
Kontinjensi harus disajikan sedemikian rupa sehingga bila dikaitkan dengan pos-pos
aktiva dan pasiva dapat menggambarkan posisi keuangan bank secara wajar. Kontinjensi
merupakan transaksi yang belum mengubah posisi aktiva dan pasiva bank pada tanggal
laporan, tetapi hasrus dilaksanakan oleh bank apabila persyaratan yang disepakati dengan
nasabah terpenuhi. Kontinjensi tersebut dapat bersifat tagihan atau kewajiban baik dalam
Rupiah maupun Valas.

Sistematika penyajian laporan komitmen dan kontinjensi disusun berdasarkan urutan


tingkat kemungkinan pengaruhnya terhadap posisi keuangan dan hasil usaha bank.
Selanjutnya, komitmen dan kontinjensi, baik yang bersifat sebagai tagihan maupun
kewajiban, masing-masing disajikan secara tersendiri tanpa pos lawan, sehingga
pengungkapan dalam laporan dilakukan single entry melalui rekening administratif yang
merupakan pos di luar neraca (off balance-sheet).

Azas Konservatif Dalam Kontinjensi

Pengungkapan data transaksi konitnjensi dalam laporan keuangan dikatikan dengan


penerapan konsep atau azas konservatif atau berhati-hati dalam prinsip akuntansi.
Penyisihan suatu rugi kontijensi dapat dilakukan pada perhitungan rugi-laba bila kedua
kondisi berikut dipenuhi :

1. Terdapat petunjuk kuat bahwa telah terjadi penurunan nilai suatu aktiva atau telah
timbul kewajiban pada tanggal neraca
2. Jumlah kerugian yang dapat ditaksir secara wajar.

Sedangkan terhadap laba kontinjensi tidak dicantumkan dalam perhitungan laba-rugi


tetapi, perlu diungkapkan dalam laporan keuangan.

13 | P a g e
Jenis Transaksi Kontinjensi

Dalam transaksi bank dapat ditemukan jenis transaksi kontinjensi seperti garansi bank,
letter of credit yang dapat dibatalkan (revocable) yang masih berjalan, transaksi opsi
valuta asing, dan pendapatan bunga dalam penyelesaian. Transaksi tersebut wajib
dilaporkan dalam laporan keuangan melalui rekening administratif, yang dapat berupa
tagihan maupun kewajiban.

1. Garansi Bank

Adalah semua bentuk garansi atau jaminan yang diterima atau diberikan oleh bank
yang mengakibatkan pembayaran kepada pihak yang menerima jaminan apabila
pihak yang dijamin bank wanprestasi atau cedera janji. Diterbitkan dengan maksud
memberikan bantuan fasilitas kepada nasabah yang bersangkutan agar dapat
memperlancar transaksi ayng sedang dijalankannya.

Jenis Garansi bank dapat berupa, penerimaan atau penerbitan jaminan dalam bentuk
bank garansi baik dalam rangka pemberian kredit, risk sharing, standby L/C maupun
dalam rangka pelakasaan proyek seperti bid bonds, performance bonds dan advanced
payment bonds, bisa juga berupa akseptasi atau endosemen surat berharga yaitu
pemberian jaminan atau garansi dalam bentuk penandatangan kedua dan seterusnya
atas wesel dan promes atau aksep.

Garansi bank yang diterima maupun diterbitkan sendiri dicatat sebesar jumlah
garansi yang diberikan oleh bank kepada nasabah. Garansi bank yang masih berlaku
pada tanggal laporan baik yang diterima atau yang diterbitkan oleh bank, disajikan
sebesar jumlah nominal jaminan garansi bank yang bersangkutan. Untuk garansi
bank yang diterbitkan secara sindikasi disajikan sebesar pangsa jaminan yang
diberikan bank bersangkutan.

Kegunaan Garansi Bank

Ditinjau dari segi kegunaannya, garansi bank dapat dipergunakan untuk transaksi-
transaksi sebagai berikut :

1. Tender Dalam Negeri. Garansi bank diberikan untuk kontraktor atau leveransier
di dalam negeri.

14 | P a g e
2. Perdagangan. Garansi bank diberikan kepada pihak pabrikan (produsen) untuk
kepentingan agen atau penyalur produk-produk hasil dari pabrik tersebut.
3. Tender Luar Negeri. Garansi bank diberikan untuk memberikan jaminan untuk
dapat turut serta tender di luar negeri.
4. Uang Muka Kerja. Garansi bank diberikan untuk ikut ambil bagian dalam suatu
kontrak yang diberikan oleh pemilik bangunan.
5. Penanggungan Bea Masuk. Garansi bank diterbitkan untuk memberikan
jaminan kepada bea cukai atas pembayaran bea masuk suatu barang.
6. Cukai Rokok. Garansi bank diterbitkan sebagai jaminan untuk penangguhan
pembayaran cukai dalam peredaran.
7. Pelaksanaan Pembelian Aktiva Tetap. Garansi bank diterbitkan untuk
memberikan jaminan angsuran pembelian suatu aktiva tetap.

Dasar Hukum Garansi Bank

Garansi bank yang diterbitkan mempunyai tanggal jatuh waktu dimana kepada
nasabah yang diberikan fasilitas garansi bank berkewajiban memenuhi suluruh
kewajibannya dan pihak bank diwajibkan untuk memenuhi kewajibannya untuk
membayar kepada nasabah yang diberikan jaminan. Batas waktu berlakunya hanya
untuk satu kali saja sesuai dengan klausal yang tercantum dalam surat garansi bank.
Dalam hal ini bukan berarti garansi bank tidak dapat diperpanjang. Garansi bank
dapat diperpanjang bila ada persetujuan tertulis dari si pemegang garansi bank.

Menurut undang-undang Pokok Perbankan Nomor 14 tahun 1967 dalam pasal 23,
menyatakan bahwa Bank Umum memberikan jaminan bank (garansi bank) dengan
tanggungan yang cukup. Bila dikaitkan dengan KUH Perdata pasal 1820
“Penanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana pihak ketiga, guna kepentingan
berpiutang mengingatkan diri untuk memenuhinya.” Selanjutnya, dalam pasal 1821
KUH Perdata menyatakan bahwa “Tiada penanggungan jika tidak ada suatu
perikatan pokok yang sah dan seterusnya ..”

Dengan demikian garansi bank merupakan perjanjian accessoir(ikutan) yaitu adanya


garansi bank tergantung pada adanya suatu perjanjian pokok, sehingga garansi bank
akan berakhir karena berakhirnya perjanjian pokok, atau berakhirnya garansi bank
sebagaimana ditetapkan dalam garansi bank yang bersangkutan. Sebagai suatu

15 | P a g e
perjanjian accessoir, maka bank tidak dapat mengikat diri untuk lebih atau dengan
syarat-syarat yang lebih daripada perikatan pokoknya. Pengajuan klaim dalam
garansi bank biasanya sekitar dua minggu semenjak tanggal berakhirnya atau tanggal
jatuh tempo garansi bank (untuk garansi bank tertentu lebih dari dua minggu). Dalam
batas waktu ini bank berkewajiban memenuhi seluruh kewajibannya yang melekat
pada garansi bank. Apabila sudah lewat waktu yang telah ditentukan baru ada
pengajuan klaim, maka pihak bank dapat menolak untuk memenuhi kewajibannya.

Akuntasi Untuk Garansi Bank

Akuntansi untuk bank garansi meliputi saat penerbitan dan jatuh waktu. Dalam jatuh
waktu bank dihadapkan pada dua situasi yakni apabila nasabah mampu melunasi sisa
kewajibannya dan apabila nasabah wanprestasi.

Contoh nasabah mampu melunasi sisa kewajibannya, apabila Bank Permata cabang
Jakarta menerbitkan Garansi Bank atas permintaan PT. Sedayu yang ditujukan
kepada PT. Cahya di Surabaya senilai Rp. 500 juta. Setoran jaminan dibayarkan oleh
PT. Sedayu sebesar 60% atas beban rekening gironya, maka ayat jurnalnya :

D : Giro – PT. Sedayu ……....… Rp. 300.000.000,-

K : Setoran Jaminan Garansi Bank … Rp. 300.000.000,-

Ayat jurnal untuk mencatat kontinjensi Garansi Bank adalah sebesar kewajiban
penuh atau 100 % sebagai berikut :

K : RAR – Garansi Bank Yang Belum Jatuh Waktu ...................... Rp.


500.000.000,-

Rekening administratif rupiah di atas akan tetap outstanding dalam laporan keuangan
hingga tanggal jatuh waktu.

Pada saat jatuh waktu, nasabah pembuka garansi bank harus menyetor kekurangan
setoran jaminannya. apabila PT. Sedayu melunasi seluruh sisa kewajibannya atas
beban rekening giro, pada saat itu pula bank Permata cabang Jakarta akan mengkredit
rekening antar kantor cabang Surabaya dengan memerintahkan untuk membayar
kepada PT. Cahya, maka ayat jurnalnya adalah sebagai berikut :

16 | P a g e
D : Giro – PT. Sedayu …………………………………… Rp.
200.000.000,-

D : Setoran Jaminan Garansi Bank …………………….......... Rp.


300.000.000,-

K : RAK-Cabang Surabaya …………………………...…. Rp.


500.000.000,

Oleh cabang Surabaya akan dibukukan dengan ayat jurnal sebagai berikut :

D : RAK – cabang Jakarta …………………………...………Rp. 500.000.000,-

K : Giro – PT. Cahya ..……....…………………………. Rp. 500.000.000,-

Untuk menghapus pos kontinjensi garansi bank dan mencatat penerimaan


kekurangan setoran jaminan adalah sebagai berikut :

D : RAR – Garansi Bank Yang Belum Jatuh Waktu …...............Rp. 500.000.000,-

Dengan dibukukannya ayat jurnal ini, seluruh transaksi kontinjensi sudah selesai dan
Bank Permata cabang Jakarta hanya berhutang pada cabang Surabaya sebesar nilai
bank garansi yang telah diterbitkan tersebut.

Adakalanya nasabah yang telah diberikan fasilitas garansi bank tidak dapat
memenuhi sisa kewajibannya pada saat garansi bank jatuh waktu. Dalam hal ini
terjadi wanprestasi dari pihak nasabah. Wanprestasi akan mengakibatkan bank
penerbit garansi bank harus mengkonversi menjadi debitur umum dengan
membebankan nasabah sejumlah biaya tertentu.

Contoh nasabah wanprestasi, apabila PT. Dull membuka garansi bank pada Bank
Permata cabang Jakarta senilai Rp. 350 juta dengan setoran jaminan sebesar 60 %
yang dibayar atas beban rekening gironya. Garansi bank ditujukan kepada nasabah
cabang Bandung PT. Dull, maka jurnalnya :

D : Giro – PT. Dull …………………………………….Rp. 210.000.000,-

K : Setoran Jaminan Garansi Bank ..……………………..……..Rp. 210.000.000,-

Ayat jurnal administratif atas penerbitan garansi bank adalah sebagai berikut :
17 | P a g e
K : RAR – Garansi Bank Yang Belum Jatuh Waktu .......... Rp.
350.000.000,-

Pada saat jatuh waktu nasabah PT. Dull belum datang untuk melunasi sisa
kewajibannya, bank Permata cabang Jakarta terlebih dahulu membukukan rekening
administratif atas garansi bank yang belum jatuh tempo dan menggantinya dengan
garansi bank yang telah jatuh tempo, dengan ayat jurnalnya :

D : RAR – Garansi Bank Yang Belum Jatuh Waktu …… Rp. 350.000.000,-

K : RAR – Garansi Bank Yang Sudah Jatuh Waktu …… Rp. 350.000.000,-

Rekening administratif atas garansi bank yang sudah jatuh tempo ini akan tetap
outstanding hingga nasabah datang melunasi sisa kewajibannya. Apabila paling
lambat dalam waktu 2 minggu nasabah tidak sanggup melunasi sisa kewajibannya,
maka Bank Permata cabang Jakarta harus segera mengonversi garansi bank tersebut
ke dalam debitur. Hal ini dilakukan untuk segera meperhtungkan opportunity cost
atas dana yang telah dibayarkan kepada nasabah PT. Dull di Bandung. Bila nasabah
PT. Dull akan dibebankan kepada nasabah tesebut biaya provisi kredit sebesar Rp.
350.000,- dengan ayat jurnalnya :

D : Debitur …………………………………… Rp. 140.350.000,-

D : Setoran Jaminan Garansi Bank…………………………. Rp.


210.000.000,-

K : RAK – cabang Bandung.………………………………… Rp.


350.000.000,-

K : Pendapatan Provisi Kredit ………………………………. Rp.


350.000,-

Pada saat rekening administratif atas garansi bank yang sudah jatuh waktu akan
dihapus dengan ayat jurnalnya sebagai berikut :

D : RAR – Garansi Bank Yang Sudah Jatuh Waktu ………… Rp.


350.000.000,-

2. Letter Of Credit Yang Dapat Dibatalkan (Revocable) Yang Masih Berjalan

18 | P a g e
Adalah jaminan dalam bentuk L/C yang dapat dibatalkan dalam rangka impor dan
ekspor atau lalu lintas perdagangan dan disajikan sebesar sisa jumlah L/C yang
belum direalisasi. Akuntansi untuk transaksi ini meliputi saat penerbitan dan saat
jatuh waktu L/C yang bersangkutan.

Contoh, apabila Bank Permata cabang Jakarta menerbitkan L/C Dalam Negeri
revocable atas permintaan PT.Dull sebesar Rp.300 juta dan ditujukan kepada seorang
nasabah di cabang Surabaya. Setoran jaminan dilakukan sebesar 40 % dan
dibayarkan oleh PT.Dull atas beban rekening gironya, maka jurnal pada saat
penerbitan :

D : Giro – PT.Dull ………………………………………Rp. 120.000.000,-

K : Setoran Jaminan L/C Dalam Negeri Revocable …………. Rp. 120.000.000,-

Ayat jurnal administratif untuk mencatat transaksi kontinjensi ini adalah sebagai
berikut :

K : RAR - L/C Dalam Negeri Revocable Yang Diterbitkan …........Rp.


300.000.000,-

Apabila terjadi pembatalan L/C DN Revocable atas permintaan nasabah PT.Dull,


maka Bank Permata akan mencatat jurnal :

D : Setoran Jaminan L/C Dalam Negeri Revocable ……....…. Rp. 120.000.000,-

K : Giro – PT.Dull …………..…………………….......………Rp.


120.000.000,-

Dengan jurnal rekening administratifnya :

K : RAR - L/C Dalam Negeri Revocable Yang Diterbitkan …Rp. 300.000.000,-

Dengan demikian seluruh kewajiban Bank Permata dan nasabah selesai. Keuntungan
dari pembatalan ini adalah pengendapan dana setoran jaminan dalam bank.

3. Transaksi Opsi Valuta Asing

Transaksi Opsi Valuta Asing adalah transaksi yang melibatkan pembelian (call
option) dan penjualan (put option) atas opsi yang telah diterbitkan oleh bank. Opsi
(option) adalah perjanjian memberikan hak opsi (pilihan) kepada pembeli opsi untuk

19 | P a g e
merealisasikan kontrak jual beli valas, yang tidak diikuti pergerakan dana dan
dilakukan pada atau sebelum waktu yang ditentukan dalam kontrak, dengan kurs opsi
yang dijanjikan. Pembeli opsi tidak berkewajiban untuk melaksanakan haknya
apabila yang bersangkutan merasa pengunaan hak tersebut tidak bermanfaat.

4. Pendapatan Bunga Dalam Penyelesaian

Adalah perhitungan bunga dari aktiva produktif non-performing (kurang lancar)


yang belum dapat diakui sebagai pendapatan bunga dalam periode berjalan. Yang
dimaksud dengan aktiva produktif non-performing loan adalah aktiva yang
digolongkan kurang lancar, diragukan dan macet menurut kriteria Bank Indonesia.
Pendapatan bunga yang dihitung dari saldo aktiva produktif ini digolongkan sebagai
bunga dalam penyelesaian. Bunga ini dicatat sebesar jumlah perhitungan bunga sejak
saat bank menetapkan kredit atau aktiva tersebut menjadi non-performing dan
dilakukan perubahan metode pengakuan bunga sampai dengan saat tanggal laporan.
Jumlah pendapatan bunga dalam penyelesaian ini akan dikelompokkan sebagai
tunggakan bunga sejak perhitungan bunga atas kredit atau aktiva produktif non-
performing dilakukan sampai dengan tanggal laporan.

Dengan demikian, karena sifatnya yang masih menunggu kepastian dari nasabah, dan
bunga ini merupakan hak atau pendapatan bank yang harus diterima, maka akan
disajikan dalam laporan keuangan sebagai rekening administratif. Bunga ini tidak
dapat disajikan dalam rekening neraca karena belum diterima. Apabila disajikan
sebagai salah satu pos aktiva hanya akan memperbesar jumlah aktiva yang
sebenarnya merupakan praktek dari window dressing.

Contoh, apabila semenjak tanggal 1 Juli 20XX nasabah debitur Bank Permata cabang
Jakarta, PT. Cahya, yang bersaldo Rp. 400 juta dan suku bunga 18%, tidak sanggup
membayar bunga semenjak bulan Mei 20XX, dan oleh Bank Permata digolongkan
sebagai debitur yang kurang lancar. Pada pembuatan laporan keuangan tanggal 31
Juli 20XX diadakan perhitungan tunggakan bunga sebagai berikut :

Tunggakan bunga = 3 bulan (Mei-Juli)

Besarnya Bunga = 3/12 * 18% * Rp.400.000.000,- = Rp. 18.000.000,-

20 | P a g e
Oleh Bank Permata cabang Jakarta peristiwa ini akan dicatat dengan ayat jurnal
sebagai berikut :

D : RAR – Tunggakan Bunga ………………Rp 18.000.000,-

Peristiwa kontinjen ini merupakan kontinjen tagihan, karena hak dari Bank Permata
untuk membukukan sebagai pendapatan tertunda oleh kondisi nasabah.

Laporan Kontinjensi

Dibuat setiap tanggal laporan yang akan mejabarkan posisi kontinjen bank, apakah terjadi
short atau long position. Dimana posisi short ketika kewajiban lebih besar daripada
tagihan sedangkan posisi long tagihan lebih besar dibanding kewajiban. Dengan
mengambil contoh transaksi di atas dan mengasumsikan bahwa terhadap seluruh transaksi
kontinjen belum diselesaikan oleh nasabah, maka laporan kontinjen Bank Permata
sebagai berikut :

BANK PERMATA

LAPORAN KONTINJENSI

Per 31 Desember 20XX

(dalam Jutaan Rupiah)

TAGIHAN KEWAJIBAN
1. Tunggakan Bunga ...............................Rp. 1.Bank Garansi Yang Belum Jatuh Waktu …..Rp.
18,- 500,-
2. Bank Garansi Yang Sudah Jatuh Waktu ....Rp.
350,-
3. L/C DN Revocable .....................................Rp.
300,-

Jumlah Tagihan………......................…Rp. Jumlah Kewajiban…..................……….Rp.


18,- 1.150

Saldo kewajiban Bersih Kontijensi Rp. 1.132 Juta

21 | P a g e
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa Transaksi komitmen dan kontijensi belum mempengaruhi


posisi di neraca maupun pendapatan dan biaya, oleh sebab itu transaksi komitmen dan
kontijensi harus dicatat oleh sebab itu transaksi komitmen dan kontijensi harus dicatat
oleh bank di luar pos-pos neraca.

Sistematika penyajian laporan komitmen dan kontijen disusun berdasarkan urutan


tingkat kemungkinan pengaruhnya terhadap posisi keuangan dan hasil usaha
bank. Selanjutnya, komitmen dan kontijen, baik yang bersifat sebagai tagihan
maupun kewajiban, masing5masing disajikan secara tersendiri tanpa pos lawan,
sehingga pengungkapan dalam laporan dilakukan single entry melalui rekening
administrati yang merupakan pos diluar neraca (off balancesheet).

Standar Keuangan Akuntansi Perbankan Indonesia (SKAPI) mewajibkan bank untuk


mencatat transaksi komitmen ini secara single entry, tujuan dari pencatatan single entry
untuk mengetahui sisa kewajiban atau tagihan suatu bank kepada nasabahnya. Maka, pada
tanggal laporan keuangan harus terlihat jelas komitmen bersih dari suatu bank

Transaksi kontinjensi belum mepengaruhi posisi dalam neraca dan laba-rugi perusahaan.
Kontinjensi harus disajikan sedemikian rupa sehingga bila dikaitkan dengan pos-pos aktiva
dan pasiva dapat menggambarkan posisi keuangan bank secara wajar.

22 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

• Lapoliwa, N. DaDaniel S. Kuswadi. (2000). Akuntansi Perbankan. Jakarta:


institute Bankir Indonesia.
• Latumeirissa, J.R. (2011). Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba
Empat. Taswan. (2008). Akuntansi Perbankan. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN
• Diakses Pada Laman (https://manajemenkeuangan.net/komitmen-dan-kontinjensi/)
• Diakses Pada Laman (http://bprtumpangprimaartorejo.com/laporan-komitmen-dan-
kontinjensi-2020/)

23 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai