Anda di halaman 1dari 73

AKUNTANSI DI SATUAN KERJA BANK

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Akuntansi Perbankan dan Keuangan Mikro
Dosen Pengampu oleh Ibu Nur Wahyuning Sulistyowati, S.E, M.pd

Oleh Kelompok 4:
1. Dyah Fahridha S. (2202106005)
2. Adynda Surya A.K (2202106018)
3. Galuh Eko P. (2202106023)

UNIVERSITAS PGRI MADIUN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
Oktober 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul
“AKUNTANSI DI SATUAN KERJA BANK” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Akuntansi Perbankan dan Keuangan Mikro. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan bagi pembaca dan juga penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Nur Wahyuning Sulistyowati, S.E,


M.pd, selaku dosen pengampu mata kuliah Akuntansi Perbankan dan Keuangan Mikro
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
seusai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami
sebutkan semua, terimakasih atas bantuannya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
ini. Kami menyadari, bahwa tugas yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi kesempurnaan
makalah ini.

13 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................................................1
C. TUJUAN PENULISAN...............................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................................2
KAJIAN TEORI........................................................................................................................................2
A. AKUNTANSI UNIT KREDIT..........................................................................................................2
B. AKUNTANSI UNIT EKSPOR IMPOR.........................................................................................27
C. AKUNTANSI UNIT KERJA TREASURY.....................................................................................38
D. AKUNTANSI UNIT GENERAL AFFAIR......................................................................................61
BAB III.....................................................................................................................................................65
KASUS.....................................................................................................................................................65
BAB IV.....................................................................................................................................................66
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................66
BAB V.......................................................................................................................................................68
KESIMPULAN........................................................................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................69

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bila mendengar istilah akuntansi perbankan, mungkin kita bisa langsung paham bahwa
ini berhubungan dengan bank sebagai sebuah lembaga keuangan. Bahkan dalam sistem
operasional sebuah bank pun dibutuhkan adanya perhitungan akuntansi. Perhitungan
akuntansi pada bank memiliki fungsi yang hampir sama seperti dalam operasional bisnis,
yaitu untuk dijadikan sebagai sumber data laporan keuangan. Namun, aktivitas keuangan
pada sebuah bank tentunya tidak sama dengan aktivitas yang biasa dilakukan dalam bisnis.
Jika diartikan secara harfiah, akuntansi perbankan terdiri dari dua kata, yakni akuntansi
dan perbankan. Akuntansi adalah kegiatan mulai dari mencatat, mengidentifikasi,
mengklasifikasi, sampai dengan menyusun laporan yang terjadi pada proses keuangan atau
transaksi keuangan. Sementara, perbankan adalah sebuah kegiatan yang termasuk dalam jenis
industri yang berkaitan dengan penanganan uang tunai, kredit, dan berbagai jenis transaksi
keuangan lainnya. Perbankan juga bisa didefinisikan sebagai sebuah kegiatan bisnis dalam
menerima, menjaga, dan mengelola uang milik individu atau entitas lain.
Dalam proses pencatatan transaksi yang terjadi di perbankan terdapat persamaan dengan
proses pencatatan yang ada pada transaksi bisnis atau transaksi perusahaan. Di sinilah
kegunaan sistem akuntansi perbankan dibutuhkan.
Untuk itu diperlukan wawasan pengetahuan mengenai akuntansi perbankan untuk sebagai
media pembelajaran mahasiswa agar lebih paham terhadap akuntansi di satuan kerja bank.
Untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan pencatatan akuntansi di satuan kerja bank
maka dalam makalah ini diajukan pertanyaan mengenai akuntansi unit kredit, akuntansi unit
ekspor impor, akuntansi unit kerja treasury, dan akuntansi unit general affair.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu akuntansi unit kredit?
2. Apa itu akuntansi unit ekspor impor?
3. Apa itu akuntansi unit kerja treasury?
4. Apa itu akuntansi unit general affair?
C. TUJUAN PENULISAN
Dalam penyusunan makalah ini terdapat beberapa tujuan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa itu akuntansi unit kredit.
2. Untuk mengetahui apa itu akuntansi unit ekspor impor.
3. Untuk mengetahui apa itu akuntansi unit kerja treasury.
4. Untuk mengetahui apa itu akuntansi general affair.

iv
BAB II

KAJIAN TEORI

A. AKUNTANSI UNIT KREDIT


Dana yang diperoleh bank dalam simpanan disalurkan kembali dalam bentuk kredit kepada
masyarakat yang memerlukannya. Bank akan memperoleh keuntungan dari selisih bunga yang
diberikan kepada masyarakat. Kata kredit berasal dari bahasa Yunani *creedere", yang berarti
kepercayaan, diyakini dapat mengembalikannya. Orang atau badan usaha diberikan pinjaman,
diyakini dapat mengembalikannya. Orang atau badan usaha percaya bahwa dana yang diberikan
akan dikembalikan.
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam (debitur) untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu Kertentu dengan
jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Termasuk dalam pengertian kredit
yang diberikan adalah kredit dalam rangka pembiayaan bersama, kredit dalam restrukturisasi,
dan pembelian surat berharga debitur yang dilengkapi dengan note purchase agreement (NPA),
sementara itu Kredit Sindikasi (Syndication Loans) adalah kredit yang diberikan secara bersama-
sama oleh dua bank atau lebih atau perusahaan pembiayaan lainnya dengan pembagian dana,
risiko, dan pendapatan (bunga dan provisi/komisi) sesuai porsi kepesertaan masing-masing
anggota sindikasi. Kredit sindikasi disebut juga kredit dalam rangka pembiayaan bersama.
1. Penerusan Kredit
a. Penerusan Kredit (channeling loan) adalah kredit yang seluruh dananya (100%) berasal
dari pemerintah atau pihak penyedia dana lainnya dan diberikan untuk sektor usaha/debitur
tertentu yang ditetapkan oleh pihak penyedia dana. Bank hanya bertindak sebagai
pengelola administrasi kredit (channeling agen), serta tidak menanggung risiko atas kredit
yang disalurkan tersebut, dan untuk tugas tersebut, bank menerima imbalan jasa berupa
feeaiau bagian dari bunga.
b. Kredit Kelolaan adalah kredit yang seluruh/sebagian dananya berasal dari pemerintah atau
pihak penyedia dana lainnya dan sebagian lagi berasal dari bank. Dalam hal ini, bank
bertindak sebagal pengelola atas seluruh kredit tersebut. Sumber dana dan risiko kredit
yang ditanggung bank, ditetapkan berdasarkan perjanjian. Kredit yang dijamin
(pemerintah/asuransi/lainnya) adalah bagian kredit yang dananya berasal dari bank dan
risiko kredit dijamin oleh pihak lain.
1) Kredit Two Step Loans (TSL) adalah kredit yang diberikan oleh bank yang seluruh
dananya (100%) berasal dari pinjaman luar negeri yang diterima pemerintah untuk
memblayai pengembangan sektor usaha tertentu sesuai perjanjian kredit antara

v
pemerintah dan pemberi dana (lender). Bank tetap menanggung risiko atas kegagalan
pemberian kredit tersebut atau sesuai perjanjian.
2) Kartu Kredit (Credit Card) adalah fasilitas/kredit yang diberikan oleh bank yang
penarikannya dilakukan melalui pembayaran transaksi jasa dan perdagangan serta
penarikan tunai (cash advance) sampai dengan jumlah tertentu sesual dengan
batas/limit yang ditentukan oleh bank.

2. Dasar Penerusan Kredit


a. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi ulangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga (UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Pasal I
angka IT.
b. Kredit diakui pada saat pencairannya sebesar pokok kredit. Kredit dalam rangka
pembiayaan bersama diakui sebesar pokok kredit yang merupakan porsi tagihan bank
yang bersangkutan (PSAK 31 paragraf 12)
c. Kredit yang diberikan dengan perjanjian sindikasi atau penerusan kredit diakui sebesar
porsi kredit yang risikonya ditanggung bank (JPSAK 31 paragraf 14).
d. Pendapatan bunga diakui secara akrual kecuali pendapatan bunga dari kredit dan aktha
produktif lainnya yang nonperforming Pendapatan bunga dan kredit dan akha produktif
lainya yang nonperforming diakui pada saat pendapatan tersebut diterima (PSAK 31
paragraf 20).
e. Pada saat kredit diklasifikasikan sebagai nonperforming, bunga yang telah diakui tetapi
belum tertagih harus dibatalkan (PSAK 31 paragraf 22).
f. Seluruh penerimaan yang berhubungan dengan kredit diragukan dan macet diaku terlebih
dahulu sebagal pengurang pokok kredit. Kelebihan penerimaan dari pokok kredit diakui
sebagai pendapatan bunga (PSAK 31 paragraf 25).
g. Pendapatan selain bunga dan beban selain bunga yang berkaitan dengan jangka waktu
diakui selama jangka waktu tersebut (PSAK 31 paragraf 29).
h. Apabila kredit atau komitmen kredit diselesaikan sebelum jangka waktunya maka sisa
pendapatan dan beban diakui pada saat penyelesaian kredit atau komitmen tersebut
(PSAK 31 paragraf 31).
Dari dasar pengaturan di atas maka dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Kredit berdasarkan pengertiannya memiliki enam unsur sebagai berikut.
1) Persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam
2) Aktivitas peminjaman uang atau tagihan sebesar plafon yang disepakati
3) Jangka waktu tertentu.
4) Pendapatan berupa bunga atau imbalan atau pembagian keuntungan
5) Risiko, kecuali pada kredit yang seluruh dananya (100%) dibiayai oleh pemerintah
6) atau pihak penyedia dana lain atau dijamin oleh pemerintah.
7) Jaminan dan atau agunan (jika ada).
vi
b. Jenis kredit menurut penggunaannya.
1) Kredit Investasi
2) Kredit modal kerja
3) Kredit konsumsi
c. Jenis kredit menurut kualitas.
1) Kredit performing, yaitu kredit dengan kualitas lancar (L) dan kualitas dalam perhatian
khusus DPK.
2) Kredit nonperforming, yaitu kredit dengan kualitas kurang lancar (KL), kualitas
diragukan (D), dan kualitas macet (M).
d. Dalam pengertian kredit termasuk pula kredit yang berasal dari bank garanal,L/C, asu
fasilitas lainnya yang tidak dapat diselesaikan (wanprestasi) dan dialihkan menjadi kredit,
serta cerukan.
e. Jenis penerusan kredit antara lain Kredit Kemitraan, Kredit Pengentasan Kemiskinan,
Kredit Pengembangan Usaha Kecil, Penerusan Kredit yang berasal dari kredit Luar
Negeri yang diterima dalam mata uang asing atau Nilal Lawan Rupiah Valuta Asing
(NLVA) dan dari Rekening Dana Investasi (RDI) Pemerintah.
f. Plafon adalah jumlah maksimum fasilitas kredit yang disediakan untuk debitur. Dalam
plafon ini termasuk pula fasilitas bunga masa konstruksi/lenggang (interest during
construction ADC)
g. Kelonggaran tarik adalah fasilitas kredit yang masih dapat ditarik oleh debitur dari plafon
yang tersedia.
h. Pokok kredit adalah saldo kredit yang telah digunakan debitur dan belum dihunasi oleh
debitur (biasa disebut sebagai bali debit).
i. Biaya-biaya lain adalah biaya yang lazimnya dibebankan kepada debitur sehubungan
dengan fasilitas kredit yang diberikan, antara lain biaya notaris, biaya administrasi, biaya
pemasangan hak tanggungan, biaya asuransi, dan biaya penilaian agunan.
j. Cerukan (overdraft) adalah jumlah penarikan yang melebihi dana yang tersedia pada
akun giro atau penggunaan kredit yang melebihi plafon yang disetujui
k. Kewajiban debitur adalah seluruh kewajiban debitur kepada bank berupa pokok kredit
dtambah tagihan bunga (baik on balance sheet maupun off balance sheet), denda, penalti,
dan biaya lainnya sesual dengan perjanjian kredit.
l. Bunga kredit adalah imbalan yang dibayarkan oleh debitur atas kredit yang diterimanya
dan biasanya dinyatakan dalam persentase.
m. Bunga cerukan adalah imbalan yang harus dibayar oleh debitur atas penggunaan kredit
yang diterimanya dan biasanya dinyatakan dalam persentase.
n. Provisi kredit adalah biaya yang harus dibayar debitur pada saat kredit disetujui dan
biasanya dinyatakan dalam persentase.
o. Denda/penalti adalah imbalan yang harus dibayar oleh debitur atas keterlambatan
pembayaran pokok dan atau bunga atau kewajiban lainnya.
p. Commitment fee adalah biaya yang harus dibayar debitur atas bagian kredit yang belum
digunakan.
vii
q. Dalam aktivitas kredit sindikasi, bank yang terlibat dalam pemberian kredit tersebut dapat
bertindak sebagai berikut.
1) Arranger; bank yang mensponsori/memfasilitasi terbentuknya kelompok "bank
sindikasi".
2) Agent; bank yang bertindak sebagai pemimpin kelompok bank peserta sindikasi atau
disebut juga bank induk.
3) Participant; bank yang ikut serta mendanai pemberian kredit sindikasi tersebut.
Berdasarkan fungsi tersebut, maka pendapatan provisi yang diterima bank berbeda- beda
bentuknya.
a. Bank sebagai arranger akan menerima arranger fee.
b. Bank sebagai agent akan menerima agent fee dan atau management fee.
c. Bank sebagai participant akan menerima provisi kredit dari maksimum kredit dan
commitment fee dari kredit yang belum ditarik (undrawn portion) secara proporsional
dengan bank peserta lain.

3. Perlakuan Akuntansi Kredit


Pengakuan dan pengukurannya, antara lain sebagai berikut.
a. Pada saat bank menandatangani perjanjian kredit dengan debitur, bank mengaku
"kewajiban komitmen laulitas kredit yang diberikan kepada debitur" sebesar plafon kredit
yang diperjanjikan atau yang dapat ditarik sesuai jadwal penarikan/penggunaan kredit
yang disepakati bank dengan debitur, kecuali untuk penerusan kredit.
Jumlah kewajiban komitmen fasilitas kredit tersebut dapat berkurang atau bertambah
selama jangka waktu kredit sesuai jenis kreditnya, yaitu:
1) kredit modal kerja/rekening koran akan berkurang pada saat dilakukan penarikan dan
akan bertambah pada saat diterima setoran;
2) kredit investasi, KMK plafon menurun atau kredit konsumsi, akan berkurang pada
saat dilakukan penarikan dan tetap/tidak bertambah pada saat diterima setoran.
b. Provisi kredit diakui sebagai "pendapatan provisi kredit yang diterima di muka sebesar
provisi yang diterima dari debitur serta diamortisasi secara proporsional selama jangka
waktu kredit tersebut. Apabila kredit diselesaikan sebelum jangka waktunya maka sisa
provisi kredit diakui pada saat penyelesaian kredit tersebut. Berdasarkan azas materialitas
dan azas manfaat, bank dapat menetapkan jumlah provisi yang tidak diamortisasi dan
diakui sekaligus sebagai pendapatan pada periode berjalan.
c. Kredit diakui sebesar pokok kredit atau baki debit.
d. Kredit sindikasi diakui sebesar pokok kredit yang merupakan porsi tagihan bank yang
bersangkutan, baik sebagal bank induk maupun sebagai bank peserta, karena risiko yang
ditanggung oleh masing masing bank peserta adalah sebesar porsi kredit bank tersebut.
Dengan demikian apabila suatu bank menjadi bank induk sindikasi (agent) dan menerima
transfer dana dari bank peserta sindikasi (participant bank), maka atas dana tersebut tidak
dapat diakui sebagai "pinjaman yang diterima dari bank peserta", tetapi langsung
dikreditkan ke akun giro debitur di bank induk (escrow account). Demikian juga bank
viii
peserta sindikasi, tidak mencatatnya sebagai "tagihan kepada bank induk", tetapi sebagai
kredit yang diberikan kepada debitur. Penarikan penggunaan kredit sindikasi dilakukan
melalui escrow account tersebut.
e. Apabila bank memberikan kredit berdasarkan perjanjian penerusan kredit (channeling)
atau kredit kelolaan, maka bank tidak diperkenankan mengakui sebagai kredit bank, tetapi
mengungkapkannya pada catatan atas laporan keuangan. Namun, apabila bank
menanggung risiko, maka bank mengakuinya sebagai "kredit yang diberikan sebesar
risiko yang ditanggung.

f. Mengingat masalah pengakuan pendapatan dan beban bunga sangat fundamental dan
menentukan profitabilitas bank, serta pengkaitan (matching) antara pendapatan dan beban
bunga bank tidak mudah, maka dalam PSAK 1 paragral 19 ditetapkan dasar pengakuan
pendapatan dan beban adalah dasar akrual (accrual basis), bukan dasar kas (cash basis).
Selanjutnya sesual PSAK 31 paragraf 26 bank melakukan perhitungan dan pembebanan
bunga kredit sesual perjanjian kredit dengan debitur, dan mengakui sebagai berikut.
1) Kredit performing diakui secara akrual
2) Kredit nonperforming diakui secara kas, artinya bank tidak boleh mengakui sebagai
pendapatan sebelum menerima pembayaran secara tunal dari debitur. Bunga kredit
nonperforming diakui sebagal tagihan kontinjensi (pendapatan bunga kredit dalam
penyelesaian).
g. Apabila diterima setoran dari debitur untuk kredit dengan kualitas lancar, dalam perhatian
khusus dan kurang lancar, maka urutan penyelesaian kewajiban debitur kepada bank
diprioritaskan untuk;
1) biaya lain-lain,
2) membayar tunggakan bunga dan atau denda bunga, dan
3) jika masih ada sisa, untuk membayar pokok kredit.
Sedangkan untuk kredit diragukan dan macet setoran yang diterima bank didahulukan
untuk menyelesaikan pokok kredit, dan sisanya untuk membayar tunggakan bunga.
Perlakuan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kredit tersebut relatif sulit untuk dapat
ditagih/diterima seluruhnya.
h. Pada saat kredit tersebut dikdasifikasikan sebagai kredit nonperforming, bank harus
membatalkan bunga kredit yang sudah diakui sebagai pendapatan, tetapi belum dibayar
debitur. Selanjutnya, bunga yang dibatalkan tersebut diakui sebagai tagihan kontinjensi
(pendapatan bunga kredit dalam penyelesaian).
Jika perubahan kualitas kredit tersebut terjadi setelah tanggal neraca, tetapi sebelumn
pemeriksaan lapangan oleh auditor eksternal selesai dilakukan, maka pembatalan bunga
tersebut dianggap sebagai peristiwa setelah tanggal neraca yang mempengaruhi tanggal
neraca (subsequent evenf) dan diakui sebagai koreksi saldo laba Jika perubahan kualitas
kredit terjadi setelah tanggal neraca dan pemeriksaan lapangan oleh auditor eksternal
telah selesai dilakukan, maka perubahan tersebut dianggap sebagai perubahan estimasi
dan diakui sebagai koreksi dalam laporan laba rugi tahun berjalan.
ix
i. Pengambilalihan agunan yang diserahkan debitur. Agunan yang diambil alih diakul
sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi, yaitu nilai wajar agunan setelah dikurangi
estimasi biaya pelepasan. Apabila terdapat penurunan nilal permanen dari agunan yang
diambil alih, maka nilai agunan tersebut wajib disesuaikan.
Apabila telah ada kesepakatan antara bank dan debitur bahwa agunan digunakan untuk
penyelesaian seluruh kewajiban debitur, dan nilai agunan yang diambil alih lebih kecil
daripada kewajiban debitur, maka selisihnya dibebankan pada penyisihan kerugian kredit.
Apabila nilai agunan yang diambil alih lebih besar daripada kewajiban debitur maka
agunan yang diambil alih tersebut diakui maksimum sebesar kewajiban debitur yang
disepakati untuk disesuaikan. Sedangkan selisih yang merupakan hak debitur dicatat
dalam catatan administrasi bank. Dalam hal terdapat penurunan nilai permanen dari
agunan yang diambil alih maka nilai agunan harus disesuaikan sebesar penurunan nilai
permanen tersebut.
1) Restrukturisasi kredit.
2) Kredit yang dihapus buku.
3) Kredil yang dihapus tagih.
Pos kredit yang diberikan, disajikan sebagai berikut.
a. Kredit disajikan di neraca sebesar pokok kredit/baki debit.
b. Kredit sindikasi disajikan sebesar porsi kredit yang risikonya ditanggung bank.
c. Kredit yang dijamin, disajikan sebesar kredit yang disalurkan oleh bank.
d. Kredit kelolaan disajikan pada pos kredit yang diberikan sebesar risiko kredit yang
ditanggung bank.
e. Bunga kredit performing yang telah diakui sebagai pendapatan, tetapi belum diterima
pembayarannya, disajikan sebagai tagihan bunga kredit performing/pendapatan bunga
kredit yang masih belum diterima. Bunga kredit nonperforming diakui sebagai tagihan
kontinjensi (pendapatan bunga kredit dalam penyelesaian).
f. Agunan kredit yang diambil alih disajikan dalam pos aktiva lain-lain.

4. Restrukturisasi Kredit
Selanjutnya, mengenai restrukturisasi kredit diatur sebagai berikut.
a. Restrukturisasi kredit adalah upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha
perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya.
b. Nilai wajar (fair value) adalah suatu jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar
pertukaran aset atau penyelesaian kewajiban antara pihak yang paham (knowledgeable)
dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm's length transaction).
c. Harga pasar adalah jumlah yang dapat diperoleh dari penjualan suatu investasi dalam
pasar yang aktif.
d. Nilai tercatat (carrying amount) dari kredit yang direstrukturisasi adalah nilai buku, yaitu
nilai tunai penerimaan kas masa depan (present value) dari kredit tersebut setelah
dikurangi dengan penyisihan kerugian kredit yang dibentuk.

x
e. Nilai tunai penerimaan kas masa depan (present value) adalah nilai tunai perkiraan arus
kas masa depan dari total kewajiban debitur sesuai dengan perjanjian restrukturisasi kredit
berdasarkan tingkat diskonto yang wajar.
Dasar pengaturan restrukturisasi kredit sebagai berikut.
a. Pengakuan pendapatan atas tagihan bunga yang dialihkan menjadi pokok kredit dalam
rangka restrukturisasi dilakukan sesuai dengan PSAK 54 tentang Restrukturisasi Utang
Piutang Bermasalah (PSAK 31 paragraf 33).
b. Pengalihan kredit menjadi penyertaan diakui sebesar nilai wajar dari saham yang diterima
(PSAK 31 paragraf 35).
c. Penyertaan yang berasal dari restrukturisasi kredit merupakan penyertaan sementara
sehingga dinilai dengan metode biaya (cost) tanpa memperhatikan besarnya kepemilikan.
Bila terdapat penurunan permanen, maka nilai tercatat penyertaan tersebut harus
disesuaikan sebesar nilai penurunan permanen tersebut. Penyertaan ini disajikan terpisah
dari penyertaan lainnya dan tidak perlu dilakukan konsolidasi laporan keuangan karena
sifat penyertaannya sementara (PSAK 31 paragraf 36).
d. Agunan kredit yang diambil alih diakui sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi (PSAK
31 paragraf 37).
e. Selisih antara nilai agunan yang telah diambil alih dan hasil penjualannya diakui sebagai
keuntungan atau kerugian pada saat penjualan agunan (PSAK 31 paragraf 39).
f. Dalam restrukturisasi piutang bermasalah dengan modifikasi persyaratan plutang yang
tidak mengakibatkan penerimaan aset (termasuk penerimaan saham) dari debitur, bank
harus mencatat dampak restrukturisasi tersebut secara prospektif dan tidak mengubah nilai
tercatat plutang pada tanggal restrukturisasi, kecuali jika jumlahnya melebihi nilai tunal
penerimaan kas masa depan yang ditentukan dalam persyaratan baru. Dampak perubahan
jumlah atau saat jatuh tempo (atau keduanya) penerimaan kas yang diperuntukkan, baik
sebagai bunga maupun pokok plutang diakui secara prospektif dalam periode yang akan
datang (PSAK 54 paragraf 30).
g. Jika jumlah nilai tunal penerimaan kas masa depan sebagaimana yang ditentukan dalam
persyaratan baru piutang tersebut, termasuk penerimaan bunga dan pokok plutang, lebih
rendah daripada saldo plutang sebelum restrukturisasi, bank harus mengurangi saldo
piutang ke suatu jumlah yang sama dengan jumlah nilai tunal penerimaan kas masa depan
sebagaimana yang ditetapkan dalam persyaratan baru. Jumlah pengurangan tersebut harus
diakui sebagai kerugian, Setelah itu, semua penerimaan kas berdasarkan persyaratan
plutang yang telah direstrukturisasi, baik untuk bunga maupun pokok plutang, dicatat
sebagai pengembalian pokok plutang dan penghasilan bunga sesuai dengan proporsinya
(PSAK 54 paragraf 31).
h. Dalam penentuan kerugian restrukturisasi, jumlah pembayaran kontinjen dimasukkan
dalam perhitungan nilal tunai jumlah penerimaan kas masa depan yang ditetapkan sesual
persyaratan baru, hanya jika pada saat restrukturisasi jumlah kontinjen tersebut memenuhi
persyaratan untuk diakui (probable). Hal ini berarti, bank mengakui kerugian atas jumlah

xi
penerimaan kontinjensi kas masa depan pada saat restrukturisasi dilakukan (PSAK 54
paragraf 32).
a. Restrukturisasi piutang bermasalah dapat dilakukan dengan penerimaan aset (termasuk
perolehan saham dari debitur) sebagai penyelesaian sebagian piutang dan modifikasi
persyaratan terhadap sisa piutang. Bank mencatat restrukturisasi plutang tersebut dengan
mengakui aset yang diterima sebesar nilai wajarnya dikurangi estimasi biaya untuk
menjualnya dan mengurangi nilai piutang yang tercatat dengan nilai wajar asset tersebut
setelah dikurangi estimasi biaya untuk menjualnya. Kelebihan saldo piutang yang tercatat
atas jumlah nilai tunai penerimaan kas masa depan, seperti diatur dalam persyaratan baru
atas saldo plutang setelah restrukturisasi diakui sebagai kerugian restrukturisasi (PSAK 54
paragraf 33).
b. Jika restrukturisasi plutang bermasalah mencakup jumlah piutang kontinjen, atas Janlah
piutang kontinjen tersebut tidak boleh diakui penghasilan bunga dalam periode masa
depart, sebelum jumlah piutang kontinjen tersebut memenuhi persyaratan untuk dakut
sebagal plutang nyata dan penghasilan bunga diterima (PSAK 54 paragraf 35).
c. Biaya-biaya lain yang dikeluarkan oleh bank dalam restrukturisasi piutang bermasalah
dicatat sebagai biaya pada saat terjadinya (PSAK 54 paragraf 36).
d. Restrukturisasi piutang bermasalah dapat mencakup penggantian plutang oleh perusahaan
lain, Individu, atau lembaga pemerintah yang menangani piutang bermasalah atau
menambah debitur lain. Restrukturisasi seperti ini dicatat sesuai dengan substansinya,
meskipun pembayaran kepada kreditur dilakukan oleh debitur pengganti atau debitur
tambahan tersebut (PSAK 54 paragraf 37).
e. Surat Keputusan Direksi Bank Indoensia No. 31/150/KEP/DIR tanggal 12 November
1998 tentang Restrukturisasi Kredit sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan
Bank Indonesia No. 2/15/PBI/2000 tanggal 12 Juni 2000.
Dari penjelaskan di atas maka dapat dikatakan pengertian restrukturisasi dalam arti
luas mencakup perubahan struktur organisasi, manajemen, operasional, sistem dan
prosedur, keuangan, aset, utang, pemegang saham, legal, dan sebagainya. Namun,
pedoman ini hanya membahas restrukturisasi kredit bagi debitur yang tidak dapat atau
diperkirakan tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran angsuran pokok dan atau
bunga sesuai jadwal yang diperjanjikan. Restrukturisasi kredit dapat dilakukan sebelum,
pada saat atau sesudah jatuh tempo kredit. Dalam restrukturisasi kredit, berdasarkan
pertimbangan ekonomi atau hukum, bank memberikan konsesi khusus kepada debitur,
yaitu konsesi yang tidak akan diberikan apabila tidak terdapat kesulitan keuangan di pihak
debitur.
Setiap pelaksanaan restrukturisasi kredit dibuatkan perjanjian yang ditandatangani
bank dan debitur. Restrukturisasi kredit dilakukan apabila bank mempunyai keyakinan
bahwa debitur masih memiliki prospek usaha yang baik dan mampu memenuhi
kewajibannya setelah kreditnya direstrukturisasi. Restrukturisasi kredit dapat dilakukan.
antara lain melalui satu atau lebih cara sebagai berikut.
a. Modifikasi syarat-syarat kredit, yang antara lain berupa berikut ini.
xii
1) Penurunan suku bunga kredit.
2) Perpanjangan jangka waktu kredit.
3) Pengurangan tunggakan bunga kredit, baik secara absolut (tidak terdapat persyaratan
tertentu) atau secara kontinjen (terdapat persyaratan tertentu dan telah diperjanjikan
sebelumnya, misalnya pembatalan pengurangan tunggakan bunga apabila kondisi
usaha debitur membaik).
4) Pengurangan jumlah pokok kredit, baik secara absolut (tidak terdapat persyaratan
tertentu) atau secara kontinjen (terdapat persyaratan tertentu dan telah diperjanjikan
sebelumnya, misalnya pembatalan pengurangan tunggakan pokok apabila kondisi
usaha debitur membaik).
b. Penambahan fasilitas kredit, baik dilakukan dalam satu akad kredit maupun dengan
menerbitkan akad kredit baru.
c. Pengambilalihan aset/agunan debitur (debt to assets swap), berupa tanah, bangunan atau
aset lainnya untuk memenuhi sebagian kewajiban debitur kepada bank d. Konversi
kredit menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan debitur (debt to equity
swap), baik untuk sebagian atau seluruh kredit.

5. Perlakuan Akuntansi
Pengakuan dan pengukuran untuk restrukturisasi kredit, antara lain sebagai berikut.
a. Perhitungan nilai tunal penerimaan kas masa depan dan kerugian restrukturisasi kredit
untuk restrukturisasi yang dilakukan dengan mengubah/memodifikasi persyaratan
kredit adalah sebagai berikut.
1) Bila nilai tunai penerimaan kas masa depan yang ditentukan dalam persyaratan baru
sama dengan nilai tercatat kredit, maka:
a) bank mencatat dampak restrukturisasi tersebut secara prospektif, dan
b) tidak mengubah nilai tercatat kredit pada tanggal restrukturisasi karena bank
tidak mengalami kerugian restrukturisasi.
2) Bila nilai tunai penerimaan kas masa depan yang ditentukan dalam persyaratan baru
lebih kecil dari nilai tercatat kredit, maka bank mengakui kerugian restrukturisasi
sebesar selisih antara nilal tercatat kredit dengan nilal tunal penerimaan kas masa
depan yang mencakup penerimaan pokok dan bunga kredit.
3) Faktor pendiskonto yang digunakan dalam perhitungan nilai tunal penerimaan kas
masa depan atas kredit yang direstrukturisasi adalah tingkat bunga pasar, yaitu
tingkat bunga efektif dari kredit sebelum restrukturisasi. Tingkat bunga tersebut
dilakukan evaluasi secara triwulanan sesual dengan tingkat bunga pasar.
4) Dalam penentuan kerugian restrukturisasi, jumlah pembayaran kontinjen dari debitur
(misalnya peningkatan pembayaran angsuran di masa depan sesuai dengan perbaikan
usaha debitur) dapat diperhitungkan sebagai bagian dari nilai tunai penerimaan kas
masa depan, hanya jika jumlah kontinjen tersebut besar kemungkinannya untuk
dapat direalisasi (probable) dan jumlahnya dapat ditentukan secara wajar serta telah
diperjanjikan sebelumnya.
xiii
b. Untuk restrukturisasi kredit yang dilakukan dengan pengurangan pokok dan atau bunga,
maka selain penghitungan nilal tunal penerimaan kas masa depan dan kenglan
restrukturisasi kredit sebagaimana dimaksud dalam butir (a) di atas, perlu diperhatikan
pula hal-hal sebagai berikut.
1) Pengurangan pokok dan atau bunga secara absolut.
a) Pengurangan pokok kredit dibebankan ke penyisihan kerugian kredit.
b) Pengurangan bunga dilakukan dengan melakukan jurnal ballk atas lagihan
kontinjensi (pendapatan bunga kredit dalam penyelesaian) dan bank tidak
mengakui kerugian.
2) Pengurangan pokok dan atau bunga secara kontinjen/bersyarat.
a) Pengurangan pokok kredit dibebankan ke penyisihan kerugian kredit. Karena
pengurangan pokok kredit bersifat kontinjen/bersyarat, maka bank mengakui
tagihan kontinjensi pokok.
b) Pengurangan bunga dilakukan dengan melakukan jurnal balik atas tagihan
kontinjensi (pendapatan bunga kredit dalam penyelesaian) dan bank tidak mengala
kerugian. Karena, pengurangan bunga bersifat kontinjen/bersyarat maka bank
mencatat tagihan kontinjensi bunga.
c. Restrukturisasi kredit dengan kapitalisasi tunggakan bunga. Tagihan bunga
nonperforming Bagihan kontinjensi yang diperhitungkan ke dalam pokok kredit dak
sebagai pendapatan bunga yang ditangguhkan.
Pengakuan pendapatan atas pendapatan yang ditangguhkan dilakukan dengan amortisasi
secara proporsional berdasarkan persentase tagihan bunga nonperforming yang
dikapitalisasi terhadap pokok kredit baru sesuai perjanjian dikalikan dengan angsuran
pokok yang diterima.
d. Restrukturisasi kredit dengan pengambilalihan agunan/aset dan modifikasi persyaratan
kredit.
1) Agunan kredit dan atau aset lain yang diambil alih seperti tanah, bangunan dan surat
berharga diakui sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi, yaitu nilal wajar
agunan/aset setelah dikurangi estimasi blaya untuk menjual agunan/aset tersebut.
2) Sisa kredit setelah dikurangi nilai bersih agunan/aset lain yang diambil alih merupakan
kredit yang drestrukturisasi yang perlakuannya sebagaimana diatur pada angka (1) di
atas.
e. Restrukturisasi kredit dengan konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara pada
perusahaan debitur (debt to equity swap)
1) Saham yang diterima diakui sebesar nilai wajar dan dicatat dengan metode biaya (cost
method), baik konversi sebagian maupun keseluruhan. Apabila terdapat penurunan
permanen maka nilai tercatat penyertaan tersebut harus disesuaikan sebesar nilai
penurunan permanen tersebut.
2) Dalam hal debt to equity swap hanya dilakukan untuk sebagian kredit, sisa kredit
setelah dikurangi nilai wajar penyertaan merupakan kredit yang direstrukturisasi yang
perlakuannya sebagaimana diatur pada angka (1) di atas.
xiv
Sementara itu, menyangkut Pentahan Kerugian dan Penghapusbukuan Kredit dapat
diartikan sebagai berikut.
a. Penyisihan kerugian kredit adalah penyisihan yang dibentuk, baik dalam rupiah maupun
mata uang asing untuk menutup kemungkinan kerugian yang timbul sehubungan dengan
penanaman dana ke dalam kredit.
b. Penghapusbukuan kredit (hapus buku) adalah tindakan administratif bank untuk
menghapus buku kredit macet dari neraca sebesar kewajiban debitur tanpa menghapus hak
tagih bank kepada debitur.
c. Penghapusan hak tagih kredit (hapus tagih) adalah tindakan bank menghapus semua
kewajiban debitur yang tidak dapat diselesaikan.
Dasar Pengaturan Penyisihan Kerugian dan penghapusbukuan kredit adalah sebagai
berikut.
a. Penyisihan kerugian kredit dibentuk sebesar estimasi kerugian kredit yang tidak dapat
ditagih sesuai dengan mata uang denominasi yang diberikan (PSAK 31 paragraf 16).
b. Jumlah kredit yang dapat dihapusbukukan adalah sebesar bagian yang tidak dapat
tertagih Agunan yang diambil alih sehubungan dengan penyelesaian pinjaman diakui
sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi (PSAK 31 paragraf 18).
c. Penerimaan kredit yang telah dihapusbukukan diakui sebagai penyesuaian terhadap
penyisihan kerugian sebesar nilal pokok. Jika penerimaan tersebut melebihi nilai
pokoknya, maka kelebihan tersebut diakui sebagai pendapatan bunga (PSAK 31 paragraf
40).

6. Pengakuan dan Pengukuran


a. Bank wajib membentuk penyisihan kerugian kredit sebagai berikut.
1) Kredit dengan kualitas lancar atau dalam perhatian khusus sebesar persentase tarif
dikali saldo pokok kredit yang risikonya ditanggung oleh bank.
2) Kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet sebesar persentase tarif
dikali saldo pokok kredit yang risikonya ditanggung oleh bank setelah dikurangi nilai
agunan yang dapat diperhitungkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Pembentukan penyisihan dapat dilakukan setiap saat atau pada setiap tanggal laporan
keuangan.
c. Jika terjadi perubahan kualitas kredit setelah tanggal neraca, tetapi sebelum pemeriksaan
lapangan oleh auditor eksternal selesai dilakukan, maka perubahan tersebut dianggap
sebagai peristiwa setelah tanggal neraca yang mempengaruhi tanggal neraca (subsequent
event) dan diakui sebagai koreksi saldo laba Jika perubahan kualitas kredit terjadi setelah
tanggal neraca dan pemeriksaan lapangan oleh auditor eksternal telah selesai dilakukan,
maka perubahan tersebut dianggap sebagai perubahan estimasi dan diakui sebagai
koreksi dalam laporan laba rugi tahun berjalan.
d. Ganti rugi yang diterima dari perusahaan asuransi atau lembaga penjamin kredit diakui
sebagai berikut.
xv
1) Pengurang baki debit kredit apabila kredit belum dihapus buku.
2) Penyesuaian penyisihan kerugian kredit apabila kredit telah dihapus buku.
e. Jumlah kerugian yang dibebankan ke penyisihan kerugian kredit pada saat
penghapusbukuan atau penghapusan hak tagih kredit adalah sebagai berikut.
1) Untuk kredit yang tidak diasuransikan sebesar baki debit pokok kredit dikurangi nilai
agunan yang diambil alih.
2) Untuk kredit yang diasuransikan sebesar baki debit kredit dikurangi ganti rugi yang
diterima.
3) Untuk kredit yang direstrukturisasi dengan pengurangan pokok kredit, pembebanan
sebesar selisih antara baki debit kredit lama dan baki debit kredit baru.
f. Kredit serta tagihan lainnya yang dihapus buku tetap dicatat secara extracomptable, agar
kewajiban debitur dapat diketahui setiap saat dalam rangka penagihan/ pembuktian
kepada debitur.
g. Pencatatan kredit serta tagihan lainnya yang telah dihapus buku dalam extracomptable
dapat dihentikan apabila dalam jangka waktu tertentu tidak diperoleh pembayaran setelah
dilakukan usaha-usaha penagihan dan mendapat keputusan manajemen.
h. Setoran yang diterima dari debitur atas kredit yang telah dihapus buku diakui sebagai:
1) penyesuaian penyisihan kerugian kredit setinggi-tingginya sebesar baki debit kredit
pada saat penghapusbukuan apabila kredit tidak diasuransikan; atau
2) penyesuaian terhadap penyisihan kerugian kredit sebesar setoran dari debitur
dikurangi bagian perusahaan asuransi atau lembaga penjamin kredit sebagai
recoveries pelunasan kewajiban subrogasi apabila kredit diasuransikan. Kelebihan
setoran debitur atas tagihan yang telah dihapus buku diakui sebagai pendapatan
bunga.
i. Kredit yang telah dihapus buku dapat direstrukturisasi dengan terlebih dahulu
membukukan kembali kredit dan penyisihan kerugian kredit di neraca.

7. Penyajian dan Pengakuan


a. Beban pembentukan penyisihan kerugian kredit disajikan sebelum beban operasional
pada pos beban penyisihan kerugian kredit.
b. Saldo penyisihan kerugian kredit disajikan sebagai pos pengurang dari kredit.
Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain sebagai berikut.
a. Ikhtisar perubahan penyisihan kerugian dan penghapusbukuan kredit dalam tahun
bersangkutan.
1) saldo awal tahun (a),
2) selisih kurs karena penjabaran penyisihan dalam mata uang asing (b),
3) pembentukan/pembalikan penyisihan selama tahun berjalan (c).
4) penerimaan kredit yang telah dihapus buku (d).
5) penghapusbukuan kredit tahun bersangkutan (e),
6) saldo akhir tahun (a) + (b) + (c) + (d)-(e).

xvi
b. Kebijakan dan metode akuntansi penyisihan, penghapusan dan pengelolaan kredit
bermasalah.
c. Metode yang digunakan untuk menentukan penyisihan umum dan khusus.
d. Penyisihan kerugian kredit bermasalah berdasarkan sektor ekonomi.
8. Jenis-Jenis Kredit
Kredit dapat digolongkan dalam berbagai
a. Berdasarkan jangka waktu.
1) Kredit Jangka Pendek.
2) Kredit Jangka Menengah.
3) Kredit Jangka Panjang.
b. Berdasarkan sifat.
1) Revolving Kredit.
2) Nonrevolving Kredit.
c. Berdasarkan tujuan penggunaan.
1) Kredit Komersial.
2) Kredit Konsumsi.

9. Jenis-Jenis Pembebanan Bunga Kredit


Pembebanan bunga kredit secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis berikut.
a. Flate Rate. Perhitungan bunga kredit yang tetap setiap periode, sehingga jumlah
angsurannya sama setiap periode.
b. Sliding Rate. Perhitungan bunga kredit yang dilakukan dengan cara mengalikan persen
suku bunga per periode dengan sistem sisa pinjaman, sehingga jumlah bunga yang dibayar
Debitur semakin menurun untuk setiap periode, perhitungan bunga ini juga disebut
perhitungan bunga menurun.
c. Floating Rate. Perhitungan bunga kredit yang didasarkan pada tingkat suku bunga pada
bulan yang bersangkutan.
Untuk mengetahui bagaimana cara menghitungnya, berikut ini disajikan cara perhitungan
ketiga perhitungan kredit.
Diketahui: PT Mitra memperoleh fasilitas kredit dari Bank Nobel senilai Rp 180.000.000,
suku bunga 14% pa. Biaya administrasi kredit Rp 500.000, dan provisi 0,5%.
Pertanyaan:
a. Hitunglah berapa besar angsuran perbulan dengan menggunakan Flate Rate? cara
perhitungan
b. Hitunglah berapa besar angsuran selama 1 tahun dengan menggunakan sistem Sliding
Rate?
c. Hitunglah berapa besar angsuran perbulan selama 1 tahun dengan sistem Floating Rate,
dengan asumsi bulan 1-4 14% = 15%.
Penyelesaian:
a. Perhitungan bunga dengan system Flate Rate

xvii
Jumlah Pinjaman 180.000.000
1) Pokok Pinjaman = =
Jumlah Angsuran 12
= Rp 15.000.000
Jumlah angsuran ini setiap bulan seperti terlihat dalam tabel berikut ini.
Catatan: biaya administrasi dan biaya provisi dan komisi tidak termasuk angsuran
% x Pinjaman 14 % x 180.000
2) Suku Bunga = =
Jumlah Angsuran ( Tahun ) 12

= Rp 2.100.000

Tabel Perhitungan Angsuran Pinjaman PT Mitra


Dengan metode Flate Rate
(000)
Pokok
Bulan Sisa Pinjaman Bunga Angsuran
Pinjaman
1 180.000 15.000 2.100 17.100
2 165.000 15.000 2.100 17.100
3 150.000 15.000 2.100 17.100
4 135.000 15.000 2.100 17.100
5 120.000 15.000 2.100 17.100
6 105.000 15.000 2.100 17.100
7 90.000 15.000 2.100 17.100
8 75.000 15.000 2.100 17.100
9 60.000 15.000 2.100 17.100
10 45.000 15.000 2.100 17.100
11 30.000 15.000 2.100 17.100
12 15.000 15.000 2.100 17.100
Jumlah 180.000 25.200 205.200

b. Dengan metode Sliding Rate, Pokok Pinjaman (PP) tetap sama dan yang berbeda adalah
perhitungan suku bunganya sebagai berikut.

Jumlah Pinjaman Rp 18.000 .000


1) Pokok Pinjaman = =
Jumlah Angsuran 12
= Rp 15.000.000

2) Suku bunga dihitung dengan menggunakan sisa pinjaman sebagai berikut.

xviii
Bulan ke-1
14 % x Rp 180.000 .000 x 1
Bunga =
12
= Rp 2.100.000
PP = Rp 15.000.000
Jumlah angsuran bulan ke-1 = Rp 17.100.000
Bulan ke-2
14 % x Rp 165.000 .000 x 1
Bunga =
12
= Rp 1.925.000
PP = Rp 15.000.000
Jumlah angsuran bulan ke-2 = Rp 16.925.000
Bulan ke-3
14 % x Rp 150.000 .000 x 1
Bunga =
12
= Rp 1.750.000
PP = Rp 15.000.000
Jumlah angsuran bulan ke-3 = Rp 16.750.000
Bulan ke-4
14 % x Rp 135.000 .000 x 1
Bunga =
12
= Rp 1.575.000
PP = Rp 15.000.000
Jumlah angsuran bulan ke-4 = Rp 16.575.000
Bulan ke-5
14 % x Rp 120.000 .000 x 1
Bunga =
12
= Rp 1.400.000
PP = Rp 15.000.000
Jumlah angsuran bulan ke-5 = Rp 16.400.000
Bulan ke-6
14 % x Rp 105.000 .000 x 1
Bunga =
12
= Rp 1.225.000
PP = Rp 15.000.000
Jumlah angsuran bulan ke-6 = Rp 16.225.000
Bulan ke-7
14 % x Rp 90.000 .000 x 1
Bunga =
12
= Rp 1.050.000
PP = Rp 15.000.000

xix
Jumlah angsuran bulan ke-7 = Rp 16.050.000
Bulan ke-8
14 % x Rp 75.000 .000 x 1
Bunga =
12
= Rp 875.000
PP = Rp 15.000.000
Jumlah angsuran bulan ke-8 = Rp 15.875.000
Bulan ke-9
14 % x Rp 60.000 .000 x 1
Bunga =
12
= Rp 700.000
PP = Rp 15.000.000
Jumlah angsuran bulan ke-9 = Rp 15.700.000
Bulan ke-10
14 % x Rp 45.000.000 x 1
Bunga =
12
= Rp 525.000
PP = Rp 15.000.000
Jumlah angsuran bulan ke-10 = Rp 15.525.000
Bulan ke-11
14 % x Rp 18.000 .000 x 1
Bunga =
12
= Rp 350.000
PP = Rp 15.000.000
Jumlah angsuran bulan ke-11 = Rp 15.350.000
Bulan ke-12
14 % x Rp 18.000 .000 x 1
Bunga =
12
= Rp 175.000
PP = Rp 15.000.000
Jumlah angsuran bulan ke-12 = Rp 15.175.000
Tabel Perhitungan Angsuran Pinjaman PT Mitra
Dengan metode Sliding Rate
(000)
Pokok
Bulan Sisa Pinjaman Bunga Angsuran
Pinjaman
1 180.000 15.000 2.100 17.100
2 165.000 15.000 1.950 16.925
3 150.000 15.000 1.750 16.750
4 135.000 15.000 1.575 16.575
5 120.000 15.000 1.400 16.400

xx
6 105.000 15.000 1.225 16.225
7 90.000 15.000 1.050 16.050
8 75.000 15.000 875 15.875
9 60.000 15.000 700 15.700
10 45.000 15.000 525 15.525
11 30.000 15.000 350 15.350
12 15.000 15.000 175 15.175
Jumlah 180.000 13.650 193.175

c. Dengan metode Floating Rate Pokok Pinjaman (PP) tetap sama dan yang berbeda adalah
perhitungan suku bunganya sebagai berikut.

Jumlah Pinjaman
1) Pokok Pinjaman =
Jumlah angsuran
Rp 180.000 .000
=
12
= Rp 15.000.000
2) Untuk suku bunga dihitung berdasarkan pada tingkat suku bunga pada bulan
bersangkutan.

Bulan ke-1
14 % x Rp 180.000 .000 x 1
Bunga =
12

= Rp 2.100.000
PP = Rp 15.000.000
Jumlah angsuran bulan ke-1 = Rp 17.100.000

Bulan ke-2
14 % x Rp 180.000 .000 x 1
Bunga =
12

= Rp 2.100.000
PP = Rp 15.000.000
Jumlah angsuran bulan ke-2 = Rp 17.100.000

Bulan ke-3
14 % x Rp 180.000 .000 x 1
Bunga =
12

xxi
= Rp 2.100.000
PP = Rp 15.000.000
Jumlah angsuran bulan ke-3 = Rp 17.100.000

Bulan ke-4
14 % x Rp 180.000 .000 x 1
Bunga =
12

= Rp 2.100.000
PP = Rp 15.000.000
Jumlah angsuran bulan ke-4 = Rp 17.100.00
Bulan ke-5
16 % x Rp 180.000 .000 x 1
Bunga =
12

= Rp 2.400.000
PP = Rp 15.000.000
Jumlah angsuran bulan ke-5 = Rp 17.400.000

Bulan ke-6
16 % x Rp 180.000 .000 x 1
Bunga =
12

= Rp 2.400.000
PP = Rp 15.000.000
Jumlah angsuran bulan ke-6 = Rp 17.400.000

Bulan ke-7
16 % x Rp 180.000 .000 x 1
Bunga =
12

= Rp 2.400.000
PP = Rp 15.000.000
Jumlah angsuran bulan ke-7 = Rp 17.400.000

Bulan ke-8
16 % x Rp 180.000 .000 x 1
Bunga =
12

= Rp 2.400.000
PP = Rp 15.000.000

xxii
Jumlah angsuran bulan ke-8 = Rp 17.400.000

Bulan ke-9
15 % x Rp 180.000 .000 x 1
Bunga =
12

= Rp 2.250.000
PP = Rp 15.000.000
Jumlah angsuran bulan ke-9 = Rp 17.250.000

Bulan ke-10
15 % x Rp 180.000 .000 x 1
Bunga =
12

= Rp 2.250.000
PP = Rp 15.000.000
Jumlah angsuran bulan ke-10 = Rp 17.250.000

Bulan ke-11
15 % x Rp 180.000 .000 x 1
Bunga =
12

= Rp 2.250.000
PP = Rp 15.000.000
Jumlah angsuran bulan ke-11 = Rp 17.250.000

Bulan ke-12
15 % x Rp 180.000 .000 x 1
Bunga =
12

= Rp 2.250.000
PP = Rp 15.000.000
Jumlah angsuran bulan ke-12 = Rp 17.250.000

Tabel Perhitungan Angsuran Pinjaman PT Mitra


Dengan metode Floating Rate
(000)
Pokok
Bulan Sisa Pinjaman Bunga Angsuran
Pinjaman

xxiii
1 180.000 15.000 2.100 17.100
2 165.000 15.000 2.100 17.100
3 150.000 15.000 2.100 17.100
4 135.000 15.000 2.100 17.100
5 120.000 15.000 2.400 17.400
6 105.000 15.000 2.400 17.400
7 90.000 15.000 2.400 17.400
8 75.000 15.000 2.400 17.400
9 60.000 15.000 2.250 17.250
10 45.000 15.000 2.250 17.250
11 30.000 15.000 2.250 17.250
12 15.000 15.000 2.250 17.250
Jumlah 180.000 27.000 207.000

10. Akuntansi Unit Kredit (Administrasi Kredit)


Akuntansi untuk unit kredit dilakukan oleh bagian administrasi kredit, di mana seluruh
transaksi pencatatannya meliputi persetujuan pemberian kredit, penurunan plafond kredit,
pencairan/penarikan plafond kredit, pembayaran bunga kredit oleh nasabah, pelunasan pokok
pinjaman, penghapusan kredit, kredit giro debit, bank garansi, jaminan yang dikuasai.

11. Akuntansi Kredit dalam Valuta Asing


Selain pinjaman dalam rupiah, bagi bank yang telah devisa dapat memberikan kredit dalam
bentuk valuta asing. Pemberian kredit dalam valuta Asing USD, dengan tingkat bunga yang
disesuaikan dengan kondisi pasar perbankan nasional.

Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, kredit dalam valuta asing ditujukan pada perusahaan-
perusahaan yang melakukan transaksi ekspor dan impor. Suku bunga kredit dalam valuta
asing biasanya 2% di atas suku bunga SIBOR dan LIBOR. Umumnya, pada saat pencairan
kredit valas dilakukan dalam bentuk valas juga.

Untuk jelasnya, transaksi menyangkut transaksi kredit dalam valuta asing sebagai berikut
a. Pencairan Kredit Valas dalam Valuta Asing Bank Nobel memberikan pinjaman valuta asing
sebesar US 180.000 kepada PT Bakti Persada Jaya, suku bunga 4% jangka waktu 12 bulan.
Jurnal Transaksi
Db/RAV-Opening plafond Valas USD 180.000
Db/Fasilitas Kredit Valas USD 180.000

xxiv
Kr/RP Valuta USD 180.000
Db/RP Valuta USD 180.000
Analisis Transaksi:
Transaksi Perkiraan Bertambah/Berkurang Debit/Kredit
RAV-Plafond kredit Bertambah Debit
valas
Pencairan kredit Kredit yang Bertambah Debit
valas dalam valuta diberikan
asing Rek giro valas USD Bertambah Kredit
Rav-Plafond kredit Berkurang Kredit
valas

b. Penariman Pinjaman Valas dalam bentuk Valas


Penarikan kredit valas USD yang dilakukan CV Majumundur untuk membayar provisi 1% dari
nilai kredit USD 180.000.000 biaya administrasi kredit USD 50. Biaya materai 50.000 dibayar
tunai dengan valuta rupiah.
Jurnal Transaksi:
Db/Rekening Giro Valuta USD 1.850
Kr/RP Valuta USD 1.850
Db/RP Valuta USD 1.850
Kr/Provisi Kredit Valuta USD 1.800
Kr/Pendapatan Adm. Valuta USD 50
Db/Kas Rp 50.000
Kr/RRA-Pajak Materal Rp 50.000

Analisis Transaksi:
Transaksi Perkiraan Bertambah/Berkurang Debit/Kredit
Rek giro valas Berkurang Debit
Provisi kredit valas Bertambah Kredit
Penarikan pinjaman
Pendapatan adm Bertambah Debit
valas dalam valuta
valas
asing
Kas rupiah Bertambah Kredit
RRA-Pajak material Berkurang Debit

xxv
c. Penarikan Pinjaman Valas dalam Valuta Rupiah Apabila seorang Debitur kredit valas menarik
dana valas dalam valuta rupiah, maka Debitur akan memperoleh dana pinjaman setelah
dikalikan dengan kurs Bank Notes Perhitungannya dapat dilihat pada contoh berikut.

PT Jayakarta melakukan penarikan kredit valas USD 15.000. Kurs beli USD Rp 9.000. Kurs
jual ISD 9.500. Penarikan dalam valuta rupiah.

Penyelesaian:
Jumlah dana yang ditarik USD 15.000
Kurs beli USD Rp 9.000 x USD 15.000 = Rp 135.000.000

Jurnal Transaksi:
Db/fasilitas kredit valas USD 15.000
Kr/RP Valuta USD 15.000
Db/RP Valuta Rp 135.000.000
Kr/Kas Rp 135.000.000

Analisis Transaksi:

Transaksi Perkiraan Bertambah/Berkurang Debit/Kredit


Bertambah Debit
Penarikan kredit
Fasilitas kredit
valas dalam Berkurang Kredit
valas bertambah
valuta rupiah

d. Pembayaran Bunga Kredit Valas dalam Valuta Asing Pembayaran bunga kredit valas dapat
dilakukan dalam valuta asing maupun valuta rupiah. Untuk membayar bunga kredit valuta
digunakan rumus sebagai berikut.

Nominal x Rate x Day


Bunga Kredit Valas =
360

Dimana:
Nominal : Dana kredit yang digunakan debitur
Rate : Bunga pinjaman yang dikenakan ke debitur
Day : Jumlah hari dimana kredit digunakan
365 : Jumlah hari dalam 1 tahun

PT Anekaria melakukan pembayaran bunga kredit valas dengan dana berasal dari giro valas.
Jumlah bunga dibayar dari pinjaman USD 100.000. Jangka waktu 15 hari dengan suku bunga
4% pa.

xxvi
Penyelesaian:

100.000 x 4 % x 15
Bunga kredit valas = =USD 166.667
360

Jurnal Transaksi:
Db/Rekening Giro Valuta USD 166.667
Kr/RP Valuta USD 166.667
Db/RP Valuta USD 166.667
Kr/HBL-Kredit Valuta USD 166.667

Analisis Transaksi:

Transaksi Perkiraan Bertambah/Berkurang Debit/Kredit


Penarikan bunga Rek giro valas Berkurang Debit
kredit valas dengan
valuta asing HBL kredit valas Bertambah Kredit
melalui pindah
buku

e. Pembayaran Bunga Kredit Valas dalam Valuta Rupiah. PT Ramai melakukan pembayaran
bunga kredit valas sebesar USD 166.667 Kurs beli USD 9.400. Kurs Jual USD 9.500.
Pembayaran dengan membebani rekening giro niplah nasabah.

Penyelesaian:
Jumlah bungan kredit valas USD 166.667
Kurs jual USD 9.500 x 166.667 = Rp 1.583.336.500

Jurnal Transaksi:
Db/Rekening Giro Rp 1.583 336.500
Kr/RP Valuta Rp 1.583.336.500
Db/RP Valuta USD 166.667
Kr/HBL-Kredit Valuta USD 166.667
Analisis Transaksi:

Transaksi Perkiraan Bertambah/Berkurang Debit/Kredit


Pembayaran bunga Rek giro rupiah Berkurang Debit
kredit
Dengan valuta HBL kredit valas Bertambah Kredit
rupiah USD

xxvii
f. Pelunasan Kredit Valas dengan Valuta Asing CV Mulia melakukan pelunasan pokok kredit
valas USD 50.000. Pembayaran dilakukan dengan valuta asing. Pembayaran dilakukan
dengan membebani rekening giro valas USD.

Jurnal Transaksi:
Db/Rekening Giro Valuta USD 50.000
Kr/RP Valuta USD 50 000
Db/RP Valuta USD 50.000
Kr/Fasilitas Kredit Valuta USD 50.000

Analists Transaksi:

Transaksi Perkiraan Bertambah/Berkurang Debit/Kredit


Pelunasaan kredit Rekening valas Berkurang Debit
valas
Dengan valuta Kredit valas USD Berkurang Kredit
asing

g. Pelunasan Kredit Valas dengan Valuta Rupiah CV Raenisha melakukan pelunasan kredit valas
USD 100.000 pembayaran dilakukan dengan valuta rupiah dengan membebani rekening giro
rupiah nasabah. Kurs beli USD 8.900 Kurs jual USD 9.000

Jurnal Transaksi:
Db/Rekening Giro Rp 900.000.000
Kr/RP Valuta Rp 900.000.000
Db/RP Valuta USD 100.000
Kr/Fasilitas Kredit Valuta USD 100.000

Analisis Transaksi:

Transaksi Perkiraan Bertambah/Berkurang Debit/Kredit


Pembayaran bunga Rek giro rupiah Berkurang Debit
kredit valas dengan Kredit valas USD Berkurang Kredit
valuta rupiah
melalui pindah
buku
12. Akuntansi Bank Garansi
Pencatatan untuk bank garansi meliputi penerbitan dan jatuh tempo bank garansi. Dalam
pelaksanaannya, kadang bank garansi yang telah diterbitkan oleh bank juga bisa wanprestasi di
mana saat Jatuh tempo nasabah tidak mampu membayar kewajibannya. Bila ini terjadi maka
secara otomatis bank garansi dapat dialihkan menjadi pinjaman.

xxviii
Bank garansi dikenal istilah kredit nontural. Berdasarkan itu, bank garandi dikategorikan dalam
urat kredit.
Untuk mengetahui bagaimana pencatatan bank garansi dapat dilihat pada contoh berkut ini.
a. Pembukaan Garansi Bank
PT Bank Nobel menerbitkan bank garansi atas permintaan PT mitra yang ditujukan untuk
Dephub di Makassar Nilal bank garansi Rp 1.000.000.000 setoran Jaminan yang dibayarkan
kepada Bank Nobel sebesar 90% atas beban rekening gironya.
Provisi 14 dan biaya materai 50.000.

Jurnal Transaksi:
Db/RAR-Opening Bank Garansi Rp 1.000.000.000
Db/Rekening Giro Nasabah Rp 100.000.000
Db/Setoran Jaminan BG Rp 900.000.000
Kr/RAK-Cabang Makassar Rp 1.000.000.000
Db/Rekening Giro Nasabah Rp 10.050.000
Db/Setoran Jaminan BG Rp 10.000.000
Kr/RRA-Materal tempel Rp 50.000
b. Penutupan/Pencairan Bank Garansi Pencatatan untuk pencairan bank dapat ditempuh
dalam 2 cara antara lain:

1) Bank Garansi yang jatuh tempo, Barik Garansi yang asli sudah kembali.

Jurnal Transaksi:
Db/Setoran Jaminan Bank Garansi Rp 900.000.000
Kr/Rekening giro nasabah Rp 900.000.000
Kr/RAR-Riversing Bank Garansi Rp 1.000.000.000

2) Bank Garansi yang jatuh tempo, Bank Garansi yang asli belum dikembalikan.

Jurnal Transaksi:
Db/Setoran jaminan Bank Garansi Rp 900.000.000
Kr/Ka Setoran jaminan Bank Garansi Rp 900.000.000

c. Pembukaan Garansi Bank dalam Valuta Asing


xxix
Bank Nobel menerbitkan Bank Garansi atas permintaan PT Anekatama USD 50.000
Setoran jaminan sebesar 10% atas beban rekening giro rupiah. Kurs TT Jual USD 9.000
Penyelesaian:
Bank Garansi USD 50.000
Setoran Jaminan 10% x 50.000 = USD 5.000
Kurs TT jual Rp 9.000 = Rp 45.000.000
Jurnal Transakst:
Db/Rekening Giro Nasabah Rp 45.000.000
Kr/RP Valuta Rp 45.000.000
Db/RP Valuta USD 5.000
Kr/Setoran Jaminan Valuta USD 5.000
d. Pencairan Garansi Bank dalam Valuta
Db/Rekening Giro Valuta USD 45.000
Db/Setoran Jaminan Bank Garansi USD 5.000
Kr/RP Valuta USD 50.000
Db/RP Valuta USD 50.000
Kr/Beneficiary-Valuta USD 50.000

e. Jatuh Tempo Bank Garansi, di mana Bank Garansi asli sudah dikembalikan
Db/Setoran Jaminan Valuta USD 5.000
Kr/RAU (Rek. Antar Unit) USD 5.000
Db/RAU (Rek. Antar Unit) Rp 45.000.000
Kr/Rekening Giro Nasabah Rp 45.000.000

B. AKUNTANSI UNIT EKSPOR IMPOR


Perdagangan internasional suatu bentuk perdagangan yang melibatkan antara satu negara
dengan negara yang lain. Bank melalui kegiatan internasional bankingnya mengambil peran
sebagai jembatan yang menyediakan pembiayaan dalam perdagangan internasional. Bank bank
yang melakukan kegiatan internasional adalah bank-bank yang telah menjadi Bank Devisa

Bank-bank yang melakukan kegiatan Internasional bertujuan, antara lain sebagal berikut
 Untuk menghasilkan laba bagi bank.

 Memberikan alternatif yang menguntungkan bagi nasabah dalam melakukan transaksi luar
negeri (seperti trade financing, jual beli bank notes, dan sebagainya),

 Untuk memelihara posisi bank atas mata uang asing.

xxx
Kegiatan ekspor dan impor di bank lebih banyak bergerak di Letter of Credit (L/C), yaltu
alat yang dikeluarkan/diterbitkan oleh bank atas permintaan importir (applicant) dimana bank
berjanji akan melaksanakan pembayaran kepada eksportir (beneficiary) jika telah memenuhi
syarat-syarat yang diminta dalam L/C. Hal-hal yang berkaitan dengan L/C adalah seperti berikut.

a. Wesel adalah alat penarikan pembayaran yang diterbitkan oleh eksportir atas dasar suatu
L/C.
b. Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari wilayah pabean
Indonesia
c. sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
d. Impor adalah perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar daerah pabean ke
dalam wilayah pabean Indonesia sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
e. Beneficiary adalah eksportir, yaitu pihak kepada slapa L/C dibuka (penerima L/Q
f. Importir adalah pembell, yaitu pihak yang memberi amanat kepada Issuing bank untuk
membuka L/C
g. Issuing bank adalah bank penerbit L/C
h. Advising bank adalah bank yang diminta oleh Issuing bank untuk menyampaikan L/C
kepada beneficiary.
i. Paying bank adalah bank yang melakukan pembayaran sight L/C atau beferred payment
L/C
j. Confirming bank adalah bank yang ikut menjamin pembayaran L/C kepada beneficiary
atas penyerahan dokumen-dokumen yang sesuai syarat L/C dengan membubuhkan
konfirmasinya pada L/C yang bersangkutan.
k. Accepting bank adalah bank yang menjamin pembayaran wesel ekspor berjangka yang
diterbitkan atas dasar usance L/C dengan melakukan akseptasi pada wesel yang
bersangkutan.
l. Negotiating bank adalah bank yang melakukan pembayaran kepada eksportir dan
mengajukan reimbursement claim kepada issuing bank atau paying bank atau
reimbursing bank.
m. Reimbursing bank adalah bank yang telah mendapat otorisasi dari issuing bank untuk
membayar reimbursement claim dari negotiating bank.
n. Discounting bank adalah bank yang mendiskonto wesel yang ditarik berdasarkan LC
o. Revocable L/C ada\dh L/C yang dapat diubah atau dibatalkan sepihak oleh Issuing bank
tanpa perlu memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari beneficiary dan pihak-pihak
terkait lainnya.
p. Irrevocable LC adalah L/C yang tidak dapat diubah atau dibatalkan tanpa persetujuan
terlebih dahulu dari beneficiary dan pihak-pihak terkait lainnya.
q. Sight L/C adalah L/C yang pembayarannya kepada beneficiary dilakukan pada saat
dokumen-dokumen L/C diajukan kepada bank.
r. Deferred Payment L/C adalah L/C yang pembayar nya kepada benefician dilakukan pada
waktu yang ditentukan setelah tanggal pengajuan dokumen-dokume yang disyaratkan
L/C

xxxi
s. Acceptance L/C adalah L/C yang mengharuskan wesel yang ditarik oleh beneficiary
diaksep oleh accepting bank yang akseptasinya dilakukan sepanjang dokumen-dokumen
yang diajukan telah memenuhi syarat L/C
t. Negotiation adalah L/C yang pembayarannya kepada beneficiary dilakukan pad saat
pengajuan dokumen-dokumen yang disyaratkan L/C dan pembayaran tersebu terlebih
dahulu atas beban dana negotiating bank.

1. Dasar Pengaturan Transaksi Ekspor


a. Pada saat menerima L/C dari bank penerbit, bank mengadministrasikan L/C yang diterima
dan transaksi tersebut belum merupakan komitmen dan kontinjensi (PSAK 31 paragraf 54).

b. L/C atas unjuk (Sight LC). Pada saat LC dibayar oleh bank pembayar (paying bank) kepada
penerima L/C (beneficiary) sebesar nilai L/C atau nilai realisasi, bank pembayar mengakui
sebagai tagihan kepada bank penerbit (issuing bank) sebesar nilai yang sama (PSAK 31
paragraf 55).

c. Deferred Payment L/C Pada saat pembayaran L/C jatuh tempo, bank pembayar membayar
kepada penerima L/C sebesar nilai L/C atau nilai realisasi dan bank pembayar mengakui
sebagai tagihan kepada bank penerbit sebesar nilai yang sama (PSAK 31 paragraf 56).

d. Acceptance L/C. Pada saat pembayaran L/C jatuh tempo, bank pembayar membayar kepada
penerima L/C sebesar nilai L/C atau nilai realisasi dan bank pembayar (dalam hal ini
dilakukan oleh accepting bank) mengakui sebagai tagihan kepada bank penerbit sebesar nilai
yang sama (modifikasi PSAK 31 paragraf 58).

e. Negotiation LC. Bank penegosiasi membayar kepada penerima L/C dengan menggunakan
dana sendiri (sebagai uang muka kepada penerima 1./C) sebesar nilai L/C atau nilai realisasi
setelah diskonto dan mengakui sebagai tagihan kepada bank penerbit sebesar nilai yang sama
(modifikasi PSAK 31 paragraf 60).

2. Dasar Pengaturan Transaksi Impor


a. Pada saat pembukaan L/C, bank penerbit mengakui transaksi tersebut sebagai kewajiban
komitmen untuk L/C yang tidak dapat dibatalkan (irrevocable L/C) dan kewajiban
kontinjensi untuk L/C yang dapat dibatalkan (revocable L/C) sebesar nilai nominal L/C
(modifikasi PSAK 31 paragraf 62).
b. L/C atas Unjuk (Sight Payment L/C). Dalam hal L/C yang diterbitkan bank penerbit
direalisasi oleh penerima L/C maka bank penerbit memiliki kewajiban kepada penerima
L/C (beneficiary melalui bank pembayar sebesar nilai L/C atau nilai realisasi dan pada saat
yang sama diakui sebagai tagihan kepada pemohon (applicant) sebesar nilai yang sama
(modifikasi PSAK 31 paragraf 63).

xxxii
c. L/C dengan Pembayaran Kemudian (Deferred Payment L/C). Dalam hal L/C yang
diterbitkan bank penerbit direalisasi oleh penerima L/C maka bank penerbit memilikd
kewajiban kepada penerima L/C (beneficiary) melalui bank pembayar sebesar nilai L/C
atau nilai realisasi dan pada saat yang sama diakui sebagai tagihan kepada pemohon
(applicant) sebesar nilai yang sama (modifikasi PSAK 31 paragraf 64).
d. L/C dengan Akseptasi (Acceptance L/C). Dalam hal L/C yang diterbitkan bank penerbit
direalisasi oleh penerima L/C maka bank penerbit memiliki kewajiban kepada bank
pembayar (dalam hal ini dilakukan oleh accepting banks sebesar nilai L/C atau nilai
realisasi dan pada saat yang sama diakui sebagai tagihan kepada pemohon (applicant)
sebesar nilai yang sama (modifikasi PSAK 31 paragraf 68).

3. Perlakuan Akuntansi untuk Pengakuan dan Pengukuran Ekspor Impor

a. Transaksi Ekspor
a. Pada saat menerima L/C dari issuing bank, tidak diakui sebagai tagihan komitmen atau
kontinjensi. Dalam hal bank penerus L/C menambahkan konfirmasi untuk menjamin
pembayaran L/C, maka bank penerus mengakui kewajiban komitmen kepada beneficiary
dan pada saat yang sama, bank mengakui tagihan komitmen kepada issuing bank.
b. Pada saat bank meneruskan dan/atau mengkonfirmasi L/C yang diterimanya dari bank
penerbit maka bank mengakui pendapatan provisi (advising fee dan/atau confirming fee)
yang dipungut.
c. Sight L/C. Pada saat pembayaran dokumen-dokumen yang diajukan beneficiary. bank
pembayar mengakui sebagai tagihan kepada issuing bank dalam akun tagihan lainnya -
wesel ekspor atau nostro.
d. Deferred Payment L/C
1). Apabila sebelum jatuh tempo bank melakukan pendiskontoan atas tagihan deferred
payment L/C, maka bank melakukan pembayaran kepada beneficiary sebesar nilai L/C
atau nilai realisasi dikurangi diskonto dan mengaku tagihan kepada bank penerbit sebesar
nilai L/C atau nilai realisasi dalam akun tagihan lainnya-wesel ekspor serta mengakui
pendapatan yang ditangguhkan sebesar nilai diskonto dan diamortisasi selama jangka
waktu wesel

2). Apabila bank pembayar melakukan pembayaran kepada beneficiary pada saat jatuh
tempo atas tagihan deferred payment L/C, maka bank pembayar mengakui tagihan
kepada bank penerbit sebesar nilai L/C atau nilai realisasi L/C dalam akun tagihan
lainnya-wesel ekspor.

3). Apabila bank pembayar menerima pembayaran dari bank penerbit pada saat jatuh
tempo atas tagihan deferred payment L/C dan bank pembayar belum melakukan
pembayaran kepada beneficiary, maka bank pembayar mengakui kewajiban kepada
beneficiary sebesar nilai L/C atau nilai realisasi L/C sebagai akun kewajiban lain-lain.
e. Acceptance LC

xxxiii
1). Pada saat bank menerima wesel yang telah diaksep dari accepting bank, bank
mengakui tagihan kepada accepting bank sebagai akun tagihan akseptasi dan kewajiban
kepada beneficiary sebesar nilal L/C atau nilai realisasi L/C sebaga akun kewajiban
akseptasi.
1) Apabila sebekan jatuh tempo, bank melakukan diskonto wesel yang telah diaksep
maka bank pendiskonto melakukan pembayaran kepada beneficiary dengan
memperhitungkan diskonto dan mengalas pendapatan yang ditangguhkan serta
menyelesaikan akun kewajiban akseptasi sebesar nilal L/C atau nilai realisasi L/C.
2) Apabila bank melakukan pembayaran kepada beneficiary pada saat jatuh tempo atas
wesel yang telah diaksep, maka bank melakukan pembayaran kepada beneficiary
sebesar nilai L/C atau nilai realisasi L/C dan menyelesaikan akun kewajiban
akseptasi.
3) Pada saat bank menerima pembayaran dari accepting bank atas wesel yang jatuh
tempo maka bank menyelesaikan akun tagihan akseptasi.

f. Negotiation LC
1). Dalam hal negosiasi L/C dimana wesel unjuk diambil alih oleh bank penegosias (with
right of recourse) maka bank penegosiasi membayar kepada beneficiary sebesar nilai
L/C atau nilal realisasi L/C. Pada saat bersamaan, bank penegosiasi mengaku tagihan
kepada issuing bank sebagai akun tagihan lainnya-wesel elapor yang akan diselesaikan
pada saat menerima pembayaran dari issuing bank.
2).
a) Dalam hal negosiasi L/C dimana wesel berjangka yang belum diaksep, diambil
alih oleh bank penegosiasi (with right of recourse) maka bank penegosiasi
membayar kepada eksportir sebesar nilai L/C atau nilai realisasi L/C dikurang
diskonto. Diskonto atas pengambilalihan LC diakui sebagai pendapatan yang
ditangguhkan. Pada saat bersamaan bank mengakui tagihan sebelum akseptasi
kepada beneficiary dalam akun tagihan lainnya - uang muka.
b) Pada saat menerima akseptasi dari accepting bank maka
1) diakui tagihan akseptasi dan kewajiban akseptasi sebesar nilai L/C atau nilai
realisasi
2) L/C:
3) uang muka kepada beneficiary disalinghapuskan dengan kewajiban akseptasi;
4) tagihan akseptasi dialihkan menjadi akun tagihan lainnya – wesel ekspor
berjangka; dan
5) pendapatan yang ditangguhkan yang belum diamortisasi dialihkan menjadi
pendapatan yang ditangguhkan wesel ekspor berjangka (WEB).
c) pada saat menerima pembayaran dari accepting bank maka dilakukan
penyelesaian atas tagihan – wesel ekspor berjangka.

g. Untuk pembayaran di muka selain untuk L/C dengan negosiasi dapat juga dilakukan
untuk L/C dengan pembayaran kemudian (deferred payment L/C) dan L/C dengan
akseptasi (acceptance L/C). Perlakuan akuntansinya mengikuti ketentuan dalam butir (f).

xxxiv
b. Transaksi Impor
a. Pada saat membuka L/C, bank mencatat ke dalam akun :
1) kewajiban komitmen (jika Irrevocable LC) dalam mata uang asing sebesar nilai L/C;
2) kewajiban kontinjensi (jika revocable LC) dalam mata uang asing sebesar nilal L/C;
3) setoran jaminan impor (jika ada) sesuai mata uang asing dalam L/C sebesar setoran
yang diterima;
4) pendapatan provisi penerbitan L/C sebesar provisi yang diterima.
b. Pendapatan provisi penerbitan L/C yang diterima diakui sebagai pendapatan pada
saat diterima (basis kas).
c. Sight L/C
1) Pada saat penerimaan dokumen dari bank koresponden dan selama masa pemeriksaan
(maksimal 7 hari kerja perbankan setelah diterimanya dokumen) tidak dilakukan
penjurnalan (no journal entry).
2) Setelah pemeriksaan selesai dan dokumen pengapalan (ship ping documents) tidak
terdapat penyimpangan (discrepancy/les) atau terdapat penyimpangan
(discrepancy/les) tetapi diterima oleh applicant, maka bank penerbit L/C mengakui
kewajiban dan melakukan pembayaran kepada bank koresponden sebesar nilai L/C
atau nilal realisasi L/C dan pada saat yang sama mengakui
tagihan kepada applicant sebesar nilai yang sama pada akun tagihan lainnya.
3) Apabila bill of lading belum diterima dari bank koresponden dan applicant meminta
bank untuk menerbitkan shipping guarantee, maka bank penerbit L/C mengakui
kewajiban kepada bank koresponden sebesar nilai L/C atau nilai realisasi L/C pada
akun kewajiban lain-lain dan mengakui tagihan kepada applicant sebesar nilai yang
sama pada akun tagihan lainnya. Pada saat yang sama bank mengakui tagihan
kontinjensi shipping guarantee kepada applicant dan kewajiban kontinjensi kepada
maskapai pelayaran.
4) Pada saat yang sama dengan transaksi pada butir (2) dan (3), bank penerbit
melakukan reversal pencatatan komitmen/kontinjensi L/C sebesar nilai L/C atau nilai
realisasi L/C.
5) Pada saat bill of lading diterima dari bank koresponden dan pemeriksaan telah
dilakukan (untuk kondisi butir 3), maka perlakuan akuntansi mengikuti butir (2). Pada
saat yang sama me-reverse tagihan dan kewajiban kontinjensi dari penerbitan
shipping guarantee.
6) Penyelesaian tagihan bank penerbit oleh applicant dapat dilakukan sebagai berikut.
(a) Applicant menebus dokumen (menyelesaikan kewajibannya) secara tunai
setelah dikurangi dengan setoran jaminan (jika ada).
(b) Applicant menebus dokumen pengapalan (menyelesaikan kewajibannya) dengan
menggunakan fasilitas kredit atau fasilitas trust receipt dari bank penerbit setelah
dikurangi dengan setoran jaminan (jika ada).
d. L/C dengan pembayaran kemudian (deferred payment LC
1) Dalam hal bank menerima promes yang diterbitkan oleh pemohon (applicant) untuk
beneficiary sebesar nilai L/C atau nilai realisasi L/C, maka bank penerbit tidak
mengakui kewajiban kepada beneficiary atas penerbitan promes tersebut

xxxv
2) a) Dalam hal promes dijamin (aval) oleh bank penerbit maka bank penerbit sebagai
penjamin (avalis) mengakui tagihan dan kewajiban komitmen penerbitan efek sebesar
nilal promes. Pada saat yang sama jumlah kewajiban komitmen/kontinjensi L/C
Impor dikurangi sebesar nilai promes.
b) Apabila applicant (pemohon aval) wanprestasi atas penerbitan promes tersebut
maka bank penerbit sebagai penjamin (aualis) mangakui kewajiban lainnya-realisasi
aval kepada beneficiary c.q. correspondent bank sebesar nilal promes dan mengakui
tagihan lainnya kepada pemohon aval/applicant sebesar nilai yang sama. Pada saat
yang sama me reverse tagihan dan kewajiban komitmen-penerbitan efek.
3) a) Dalam hal promes dijamin (aval) oleh bukan bank penerbit maka bank penjamin
(avalis) mengakui tagihan/kewajiban komitmen penerbitan efek sebesar nilai promes.
Pada saat yang sama bank penerbit L/C mereversal kewajiban komitmen/kontinjensi L/C
impor sebesar nilai L/C atau nilai realisasi L/C
b) Apabila applicant (pemohon aval) wanprestasi atas penerbitan promes tersebut maka
bank penjamin sebagai penjamin (avail) mengakui kewajiban lainnya-realisa aval kepada
beneficiary melalui bank koresponden sebesar nilai promes dan mengakui tagihan lainnya
kepada pemohon aval/applicant sebesar nilai yang sama. Pada saat yang sama, me-
reverse tagihan dan kewajiban komitmen penerbitan efek.

e. L/C dengan akseptasi (Acceptance LC)


1) Bank pengaksep adalah bank penerbit
Pada saat bank melakukan akseptasi atas wesel berjangka yang diterbitkan
beneficiary, maka bank pengaksep mengakui kewajiban kepada beneficiary sebesar
nilai wesel yang diaksep sebagai akun kewajiban akseptasi dan mengaku tagihan
kepada applicant sebesar nilai yang sama sebagai akun tagihan akseptasi. Pada saat
yang sama jumlah kewajiban komitmen/kontinjensi L/C impor dikurang sebesar nilai
L/C atau nilai realisasi L/C.

Apabila beneficiary melakukan pendiskontoan wesel berjangka kepada bank


pendiskonto maka kewajiban bank pengaksep beralih dari kewajiban kepada
beneficiary menjadi kewajiban kepada bank pendiskonto. Bank pendiskonto dapat
melakukan pendliskontoan ulang kepada pihak lainnya sehingga kewajiban bank
pengaksep beralih kepada bonafide holder.

2) Bank pengaksep adalah bukan bank penerbit


Dalam hal bank pengaksep melakukan akseptasi atas wesel berjangka yang
diterbitkan beneficiary
1) (a) Bank pengaksep mengakui kewajiban kepada beneficiary sebesar nilai wesel
yang diaksep sebagai akun kewajiban akseptasi dan mengakui tagihan kepada
bank penerbit lissuing bank) sebesar nilai yang sama sebagai akun tagihan
akseptasi.
(b) Apabila beneficiary melakukan pendiskontoan wesel berjangka kepada bank
pendiskonto maka kewajiban bank pengaksep beralih dari kewajiban kepada

xxxvi
beneficiary menjadi kewajiban kepada bank pendiskonto. Bank pendiskonto dapat
melakukan pendiskontoan ulang kepada pihak lainnya sehingga kewajiban bank
pengaksep beralih kepada bona fide holder.
2) Bank penerbit mengakui kewajiban kepada bank pengaksep (bank pengaksep
ditunjuk oleh bank penerbit) sebesar nilai wesel yang dialuep sebagal akun
kewajiban akseptasi dan mempunyai tagihan pada applicant sebesar nilai yang sama
sebagai alkuun tagihan akseptasi. Pada saat yang sama, jumlah kewajiban
komitmen/kontinjensi L/C impor dikurangi sebesar nilai L/C atau nilai realisasi L/C.

f. L/C dengan Negosiasi (Negotiation L/C).


1) Dalam hal bank penegosiasi menegosiasi wesel unjuk (sight L/C) maka bank penerbit
mengakui kewajiban kepada bank penegosiasi sebagai akun kewajiban lainnya, dan
pada saat yang sama mengakui tagihan kepada applicant dengan nilai yang sama
sebagai akun tagihan lainnya.
2) (a) Dalam hal bank penegosiasi menegosiasi wesel berjangka yang diaksep oleh bank
lain maka bank penerbit mengakui kewajiban kepada bank pengaksep dalam akun
kewajiban akseptasi. dan pada saat yang sama mengakui tagihan kepada applicant
dalam pos tagihan akseptasi.
(b) Dalam hal bank penegosiasi menegosiasi wesel berjangka yang diaksep oleh bank
penerbit maka bank penerbit mengakui kewajiban kepada bank penegosiasi dalam
akun kewajiban akseptasi dan pada saat yang sama mengakui tagihan kepada
applicant dalam pos tagihan akseptasi.

c. Penyajian Transaksi Ekspor


a. Tagihan akseptasi kepada bank koresponden disajikan di neraca (on balance sheet) sebesar
nilai bruto tagihan bank.
b. Tagihan lainnya kepada bank koresponden disajikan di neraca (on balance sheet) sebesar
nilai bruto tagihan bank.
c. Kewajiban akseptasi kepada beneficiary disajikan di neraca (on bulunce sheet) sebesar
nilai bruto kewajiban bank.
d. Kewajiban lain-lain kepada beneficiary disajikan di neraca (on balance sheet) sebesar nilai
bruto kewajiban bank.
e. Pendapatan diskonto yang ditangguhkan uang muka/wesel ekspor berjangka disajikan
sebagai offsetting account dari tagihan lainnya - uang muka/wesel ekspor berjangka.

d. Penyajian Transaksi Impor


a. Kewajiban komitmen/kontinjensi atas penerbitan L/C diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan sebesar jumlah penerbitan L/C.
b. Kewajiban komitmen atas penjaminan penerbitan efek diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan.
c. Setoran jaminan Impor disajikan di neraca (on balance sheet) sebesar jumlah setoran
jaminan.

xxxvii
d. Tagihan akseptasi kepada applicant disajikan di neraca (on balance sheet) sebesar nilal
bruto tagihan bank.
e. Kewajiban akseptasi kepada bank koresponden disajikan di neraca (on balance sheet)
sebesar nilai bruto kewajiban bank.
f. Tagihan lainnya kepada applicant disajikan di neraca (on balance sheet) sebesar nilai bruto
tagihan bank.

Kewajiban lainnya kepada bank koresponden disajikan di neraca (on balance sheet) sebesar
nilai bruto kewajiban bank.

4. Akuntansi Ekspor Impor


a. Penerimaan L/C dari koresponden luar negri
Bank Nobel menerima penerusan L/C, untuk bank membebani komisi atas penerusan L/C
sebesar USD 35. Pembayaran dilakukan secara tunai dengan kualitas yang sama.

Jurnal Transaksi:
Db/Kas Valuta USD 35
Kr/RP V USD 35
Db/RP V USD 35
Kr/Provisi Advsing L/C USD 35

Bank Nobel menerima penerusan L/C, untuk itu bank membebani nasabah atas penerusan
L/C sebesar USD 35. Pembayaran dilakukan dengan cara membebani rekening giro
rupiah.
Kurs USD 9.000

Db/Rek. Giro Nasabah Rp 315.000


Kr/RP Valuta Rp 315.000
Db/RP Valuta USD 35
Kr/Provisi Adulsing L/C USD 35

b. Penandasan pemberitahuan ekspor barang Bank Nobel membebani CV Maju atas


pemberitahuan ekspor barang sebesar Rp 25.000, dibayar dengan membebani rekening
giro rupiah nasabah.

Jumal Transaksi:
Db/Rekening Giro Rupiah Rp 25.000
Kr/Komisi PEB Rp 25.000

c. Pemungutan pajak ekspor dan pajak ekspor tambahan


Nilai L/C sebesar USD 10.000
Harga patokan (Depdag) USD 8.000

xxxviii
Komoditi PE 10% dan PET- 0%
Kurs tengah Bl-9.000
Penyelesaian:
Pajak ekspor = 10% x 8.000 x 9.000 = 7.200.000
Nilai L/C sebesar USD 20.000 (C&F = USD 500)
Komoditi ekspor terkena PE = 10% & PET = 0%
Harga patokan 0
Kurs tengah Bl = 9.000

Penyelesaian:
Pajak Ekspor = 19.500 x 10% x 9000 = Rp 17.550.000
PT Masjaya mempunyal L/C sebesar USD 10.000 dengan harga patokan USD 8.000
komodit PE.

d. Penyerahan Dokumen dan Wesel Ekspor CV perserikatan nasabah Bank Nobel


mendiskontokan suatu wesel ekspor atas unjuk (sight wesel) sebesar USD 15.000. Kurs
USD yang berlaku Rp 9.000. Harga patokan ditiadakan. Pajak ekspor 5%. Biaya materai
Rp 6.000. Hasil ekspor nasabah dikreditkan ke rekening giro rupiahnya.

Penyelesaian:
Wesel Ekspor USD15.000
Kurs TT beli USD 9.000 x USD 15.000 = Rp 5.000.000

Potongan-potongan:
Pajak ekspor 5% x 15.000 × 9.000 = Rp 6.750.000
Biaya materal = Rp 6.000
Jumlah potongan = Rp6.756.000
Jumlah hasil ekspor yang diterima = Rp 28.244.000
Penerimaan pembayaran wesel ekspor dari KPO
Seorang nasabah menerima pembayaran wesel ekspornya sebesar USD 39.950 dari
KPO. Nasabah tersebut adalah nasabah cabang Surabaya. Pembayaran dilakukan
dalam valas.
Jurnal transaksi:
Db/RAK USD 39.950
Kr/RP USD 39.950
Db/RP Valuta USD 39.950
Kr/Komisi Ekspor USD 50
Kr/Rekening Giro Valuta USD 39.900
Nasabah Bank Nobel memperoleh L/C ekspor sebesar USD 60.000 dari Citibank Las
Vegas. Nilai L/C ekspor sebesar USD 60.000. Negoisasi wesel ekspor sebesar USD

xxxix
60.000 Provisi 0,25% atau sebesar USD 150 Biaya administrasi USD 50 Kurs TT
belio USD 8.500 Dana diambil dalam valuta asing.
Penyelesaian:
Nilai Wesel Ekspor USD 60.000
Provisi 0,25% USD 150
Nilai Wesel USD 59.850
Biaya adm. USD 50
Nilai Bersih USD 59.800
Kurs TT Beli USD Rp 508.725.000
Jurnal transaksi:
Db/Negoisasi Wesel Ekspor – Valuta USD 60.000
Kr/RP Valuta USD 60.000
Db/RP Valuta USD 60.000
Kr/Rekening Giro Valuta USD 59.800
Kr/Provisi Wesel Valuta USD 150
Kr/Pendapatan Adm Transaksi Valuta USD 50

Nasabah Bank Nobel memperoleh L/C sebesar USD 50.000. Nilai L/C sebesar
50.000. provisi 0,50%. Biaya adm USD 10. Dana diambil dalam valuta rupiah dan
langsung dikreditkan ke rekening giro rupiah nasabah. Kurs yang berlaku 8.500.
Penyelesaian:
Nilai L/C Ekspor USD 50.000
Provisi 0,50% USD 250
USD 49.750
USD 10
Biaya Adm. USD 49.740
Kurs yang Berlaku Rp 8.500 Rp 422.875.000
Jurnal transaksi:
Db/Negoisasi Wesel Ekspor USD 50.000
Kr/RP Valuta USD 50.000
Db/RP Valuta Rp 425.000.000
Kr/Provisi Wesel Valuta Rp 2.125.000
Kr/Rekening Giro Nasabah Rp 422.875.000
Contoh di atas merupakan transaksi L/C yang bersifat Sight L/C, yaitu L/C yang
permbayaran dilakukan di muka pada saat penyerahan dokumen. Sementara itu, untuk
L/C yang bersifat Usance atau L/C berjangka di mana pembayaran dilakukan sesuai
dengan jangka waktu yang telah disepakati. Untuk L/C jenis ini, dapat juga
dilakukan diskonto di mana pembayaran dilakukan di muka dengan komisi diskonto
wesel ekspor yang sudah disepakati dan menjadi ketentuan Bank Indonesia.
5. Akuntansi Tansaksi Impor

xl
Untuk perlakuan transaksi impor dibedakan dalam tata cara pembayarannya melalui Letter of
Credit (L/C) seperti berikut.
a. Sight L/C yang jumlah setoran jaminannya dapat mencapai 100%.
b. Sight L/C dengan fasilitas.
c. Usance L/C.
1) Impor dengan Sight L/C dengan setoran jaminan 100%.
2) Impor dengan cara sight L/C devu 100% adalah impor di mana pihak importir telah
menyelesaikan kewajiban seluruhnya (100%). Dengan demikian, pihak Bank tidak
memikul risiko apa-apa.
3) Impor Sight L/C dengan fasilitas (IMPAS).
Dalam pembayaran impor ini, nasabah imported tidak melakukan penyetoran
sepenuhnya atas keseluruhan kewajiban dalam transaksi impor ini kepada nasabah
diberikan untuk menangguhkan penyetoran tersebut, diberikan fasilitas untuk tidak
menyetor sepenuhnya (penyetoran kurang dari 100%).

C. AKUNTANSI UNIT KERJA TREASURY


Di Indonesia, kegiatan treasury tumbuh subur sejak dasawarsa tahun 1970-an, kegiatan ini
dirintis oleh Bank BNI. Kegiatan treasury bernaung di bawah departemen treasury yang
berfungsi sebagai urat nadi bank dan bersifat partisipatif, bukan pasif dan reaktif. Secara umum,
fungsi treasury pada suatu bank adalah sebagai berikut.
a. Mengelola Likuiditas
Treasury wajib melakukan pemantauan terhadap posisi likuiditas bank setiap saat. Kegiatan
yang dilakukan treasury dalam mengelola likuiditas sebagai berikut.
 Penempatan dana antara bank
 Pembelian sertifikat antarbank
 Pembelian SPBU antarbank
 Pembelian Bank Notes.
 Pinjaman dana antarbank (call money).
 Penjualan SPBU antarbank.
 Penjualan Bank Notes.
b. Mengelola Multi Currency Exposure Bank
Mengatur komposisi jangka panjang bank ke dalam bermacam-macam mata uang sehingga
menghasilkan hasil bersih yang maksimum dengan risiko minimum.
c. Melakukan Pekerjaan Autonomous Bank
Transaksi dealing/jual beli currency on our own (bank) account dengan memanfaatkan
pemantapan harga guna mendapatkan keuntungan,

Pencatatan pada unit treasury dibagi dalam dua kategori, yaitu pencatatan untuk transaksi
rupiah yang dikhusukan pada transaksi pasar uang dan transaksi valuta asing yang meliputi
transaksi spot, forward, swap, dan option.

xli
1. Akuntansi Transaksi Pasar Uang
Transaksi pasar yang meliputi penempatan dana pada bank lain, Sertifikat Bank
Indonesia, penempatan dari bank lain, pembelian SPBU nasabah, penjualan SPBU ke bank
lain, dan obligasi.
2. Transaksi dalam Valuta Asing

a. Mata Uang dalam Transaksi Valuta Asing


Valuta Asing (Valas) merupakan mata uang yang dimiliki oleh suatu negara atau
penduduknya, tetapi mata uang itu bukan dikeluarkan oleh negara itu sendiri. Mata uang
tersebut adalah mata uang domestik (national currency) bagi negara yang mengeluarkannya
dan merupakan alat penukar dan pembayaran yang sah di negara tersebut.
Valas ini baru akan mempunyai arti yang sebenarnya apabila suatu valuta dapat
ditukarkan terhadap valuta lainnya tanpa suatu pembatasan. Valas atau Foreign Exchange
merupakan pertukaran transaksi valuta asing yang dilakukan oleh suatu badan atau atau
perusahaan ataupun secara perorangan dengan berbagai tujuan. Dalam perdagangan valuta
asing, hanya mata uang yang tergolong “convertible currencies” yang sering diperdagangkan.
Yang termasuk ke dalam golongan mata uang yang kuat convertible currencies-nya
antara lain mata uang berikut.
USD Dollar = Dollar Amerika Serikat
FRF = France Perancis
JPN = Yen Jepang
SFR = France Swiss
AUD = Dollar Australia
CAD = Dollar Canada
DM = Deutch Mark Jerman
SGD = Dollar Singapura
HKD = Dollar Hongkong
GBP = Poundsterling Inggris
EUR = Euro Uni Eropa
Golongan kedua adalah jenis mata uang yang tergolong lemah (soft currencies). Mata
uang ini jarang diperjualbelikan. Biasanya mata uang yang lemah berasal dari negara-negara
berkembang seperti Rupee India atau Filipina, termasuk mata uang Rupiah bagi negara lain.
Dalam transaksi ini, bank menggunakan kurs jual dan kurs beli di mana penggunaan kurs
dapat dilakukan sebagai berikut.
 Kurs jual pada saat bank menjual dan nasabah membeli.
 Kurs jual pada saat bank membeli dan nasabah menjual.
Khusus untuk uang kertas asing (Bank Notes), bank menggunakan kurs Bank Notes,
sedangkan untuk valas lainnya menggunakan kurs devisa umum. Selisih antara kurs jual dan
kurs beli yang disebut spread yang merupakan keuntungan bank dan praktiknya selalu kurs
jual lebih tinggi dari kurs beli. Dalam penentuan kurs, pihak perbankan mengacu kepada kurs

xlii
jual konversi yang dikeluarkan oleh perbankan setiap hari, kemudian ditambahkan dengan
keuntungan yang diinginkan. Penentuan kurs dapat dilakukan secara Direct Rate dan Indirect
Rate. Direct Rate maksudnya adalah penentuan yang menempatkan mata uang domestik di
depan mata uang asing. Sebagai contoh penentuan kurs dengan direct rate adalah sebagai
berikut.
Rp 8.350 = USD 1
Rp 28,73 = JPN 1
Artinya setiap Rp 8.350 ditukarkan dengan 1 USD dan Rp 28,73 ditukar dengan 1 JPN.
Sedangkan perhitungan dengan Indirect Rate adalah sebaliknya, yaitu menempatkan mata
uang asing di depan mata uang domestik. Sebagai contoh seperti berikut ini.
USD. 0,000425 = Rp 1
JPY. 0,0347999 = Rp 1
Artinya, setiap 0,000425 USD ditukar dengan 1 Rupiah dan setiap 0,0347999 Yen Jepang
ditukar dengan 1 Rupiah.
b. Tujuan Melakukan Transaksi Valas
Transaksi valas baik yang dilakukan oleh bank, perusahaan lainnya ataupun individu
mengandung berbagai tujuan.
Ada beberapa tujuan dalam melakukan transaksi valas baik yang dilakukan oleh
perusahaan/badan maupun individu.
1) Untuk transaksi pembayaran.
2) Mempertahankan daya beli.
3) Pengiriman uang ke luar negeri.
4) Mencari keuntungan.
5) Pemagaran risiko.
6) Kemudahan berbelanja.
c. Kurs Valuta Asing
1) Kurs Jual (Selling Rate)
Kurs konversi yang digunakan pada saat transaksi penjualan valuta asing dalam bentuk
rupiah. Sebagai contoh:
a) Kurs jual untuk 1 US dollar adalah sebesar Rp 12.000 pada tanggal 5 September
2014.
b) Maka jika nasabah akan membeli uang kertas asing sejumlah US dollar 100, harus
dibayarkan sejumlah 100 × Rp 12.000 = Rp 1.200.000.
2) Kurs Beli (Buying Rate)
Kurs konversi yang digunakan pada saat pembelian valas dalam bentuk rupiah.
Contoh sebagai berikut.
a) Kurs beli untuk 1 US dollar adalah sebesar Rp 12.000 pada tanggal 5 September
2014.
b) Jika nasabah akan menukarkan uang kertas asing sejumlah US dollar 100, harus
dibayarkan sejumlah 100 × Rp 12.000 = Rp 1.200.000.
3) Kurs Buku (Booking Rate)
xliii
Kurs konversi yang digunakan untuk membukukan transaksi ke dalam buku besar atau
neraca keuangan. Kurs buku biasanya timbul sebagai rekening transaksi perantara antara
transaksi yang dilakukan dengan dibukukan ke dalam buku besar perkiraannya. Sebagai
contoh apabila kurs buku pada tanggal 5 September 2014 tersebut sebesar Rp 12.000,
maka untuk membukukan transaksi penjualan maupun pembelian tersebut di atas
dipergunakan kurs sebesar Rp 12.000 dan selisih yang timbul antara kurs transaksi
jual/beli dengan kurs tersebut merupakan hasil pendapatan transaksi devisa yang
dibukukan pada saat itu juga.
4) Kurs Antarkantor Jual (Inter Office Sell)
Kurs konversi yang digunakan untuk membukukan transaksi jual antar kantor pada saat
transaksi penjual valas dilakukan nasabah ke kantor cabang dan kemudian kantor cabang
tersebut menjualnya kembali ke kantor pusatnya dengan kurs antarkantor jual.
5) Kurs Antarkantor Beli (Inter Office Buy)
Kurs konversi yang digunakan untuk membukukan transaksi jual antarkantor pada saat
transaksi pembelian valas dilakukan nasabah ke kantor cabang dan kemudian kantor
cabang tersebut menjualnya kembali ke kantor pusatnya dengan kurs antarkantor beli.
6) Kurs Tengah (Middle Rate)
Kurs rata-rata antara kurs jual dan kurs beli pada saat transaksi dilakukan. Dari sini akan
diperoleh konfigurasi kurs tengah.
Contoh:
Pada tanggal 5 September 2014 diperoleh data kurs jual sebesar Rp 12.000 dan kurs beli
Rp 12.100. jadi, kurs tengahnya adalah sebesar:
12.000+12.100
=
2
= Rp 12.050
Hal ini berlaku pula untuk kurs tengah antarkantor. Kegunaan dari kurs tengah ini sebagai
sarana untuk memprediksi fluktuasi kurs dari waktu ke waktu, baik untuk konversi kurs
yang sudah berlaku maupun di masa yang akan datang.
7) Kurs Akhir Bulan (Closing Rate)
Kurs yang diterbitkan setiap akhir bulan untuk melihat laba dan rugi transaksi valuta
asing serta menihilkan posisi valas di akhir periode pelaporan.
3. Jenis Transaksi Valas
Keuntungan yang dapat diciptakan melalui transaksi dalam valas cukup besar
mempengaruhi laba usaha bank. Begitupun sebaliknya, kesalahan mengelola dana valas bisa
menyebabkan kerugian yang besar bagi bank itu sendiri. Kini sebagian besar pendapatan
bank tidak hanya ditentukan oleh pendapatan dari bunga debitur saja, melainkan sudah
berpindah perhatian pada pendapatan yang timbul dari perdagangan valas.
a. Transaksi Spot
Dalam aktivitas transaksi valas ini, bank tidak hanya berurusan dengan pasar lokal saja,
tetapi juga dengan pasar internasional. BI melakukan hubungan dengan bank di Amerika,
Singapura dan lainnya. Akibatnya, aktivitas forex berlangsung selama 24 jam. Hal tersebut

xliv
terjadi karena adanya perbedaan geografis. Walaupun begitu, pusat-pusat perdagangan
tersebut saling bekerja sama dalam pembentukan harga. Di dalam transaksi forex, terdapat
dua jenis tanggal penyerahan (delivery date) dana atas transaksi yang telah disepakati, yaitu:
1) Delivery Spot
Penyerahan dana dilakukan dua hari kerja setelah tanggal kontrak (transaksi) dibuat.
Dalam penyerahan spot ini, terdapat variasi-variasi.
 Value today, di mana penyerahan dana dilakukan pada hari yang sama dengan tanggal
kontrak.
 Value Tomorrow (Value Tom), yaitu penyerahannya dilakukan satu hari setelah
kontrak dibuat (disetujui).
2) Delivery Forward
Penyerahan dana yang dilakukan beberapa saat di masa yang akan datang setelah
transaksi disepakati, misalnya setelah 1 minggu setelah kontrak, 1 bulan setelah kontrak
dan seterusnya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dikenal berbagai istilah berikut.
 Over today, penyerahan dana dihitung saat kontrak dibuat, misalnya one week over
today, one month over today, dan lain-lain.
 Over Tom (Over Tomorrow), penyerahan dana dihitung dari mulai satu hari kerja
setelah tanggal kontrak, misalnya one week over tom, one month over tom, dan
seterusnya.
 Over Spot, penyerahan dana dihitung dimulai dari dua hari kerja setelah kontrak
(dihitung mulai dari penyerahan spot), misalnya one week over spot, one month over
spot, dan seterusnya.
Semua penyerahan dana tersebut di atas hanya dilakukan pada hari kerja masing-
masing pemilik mata uang. Hal tersebut dinamakan eligible date.
Dari perbedaan hari penyerahan tersebut maka transaksi forex juga dapat dibagi menjadi
dua yaitu:
1) Transaksi spot, yaitu transaksi uang penyerahan dananya dilakukan dua hari kerja setelah
tanggal kontrak.
2) Transaksi forward, yaitu transaksi yang penyerahan dananya dilakukan beberapa saat di
masa yang akan datang.
Di samping kedua jenis di atas, masih terdapat satu jenis transaksi lagi yang dikenal dengan
sebutan Transaksi SWAP.
 Akuntansi Transaksi Spot
Pencatatan transaksi spot (tunai) dapat dilakukan dalam valuta asing maupun dalam
valuta rupiah. Pendapatan kurs yang digunaan yaitu kurs Bank Notes.
1) Pembelian valuta asing secara tunai dengan valuta rupiah.
2) Pembelian valuta asing secara tunai dengan valuta asing.
3) Penjualan valuta asing secara tunai dengan valuta rupiah.
4) Penjualan valuta asing secara tunai dengan valuta asing.
b. Transaksi Forward

xlv
Forward Transaction (Transaksi Berjangka) adalah jual beli valuta untuk penyerahan
beberapa saat di masa yang akan datang, di mana harga untuk penyerahan di masa yang
akan datang tersebut telah ditentukan pada kontrak dibuat. Tujuan dilakukan transaksi
forward, antara lain Hedging/Covering. Hedging adalah suatu usaha untuk menghindari
risiko yang timbulnya dari fluktuasi nilai tukar valuta (Hedging Risk).
1) Menghitung Kurs Forward
Rumus untuk menghitung kurs forward adalah:

Forward = Spot ± Forward Point

Kurs spot merupakan dasar perhitungan untuk memperoleh kurs forward point
(disebut juga Swap point) adalah nilai yang dihitung dari selisih suku bunga yang
dibeli dan dijual (Interest differential), yaitu suatu jumlah dengan mana suatu kurs
spot disesuaikan untuk memperoleh kurs Forward. Forward point ini dapat berupa
discount atau premium. Bila forward point berupa premium, maka Forward Point
tersebut ditambahkan ke kurs spot untuk memperoleh kurs forwad sehingga nilai kurs
forward akan lebih besar daripada nilai spot. Bila terjadi discount, maka kurs forward
akan lebih kecil daripada nilai kurs spot karena nilai kurs forward diperoleh dari
pengurangan kurs spot dengan nilai discount-nya.
Dengan demikian, maka rumus di atas dipecah menjadi dua bagian berdasarkan
forward point-nya:

Forward = Spot + Forward Point


Forward = Spot – Forward Point

Forward Differential (Forward Point) ini berhubungan dengan masalah interaksi dari
aktivitas dengan money market, di mana hal itu melihat ketentuan berikut.
 Mata uang yang memiliki tingkat suku bunga yang lebih tinggi daripada nilai mata
uang lawannya, maka mata uang yang berbunga lebih tinggi tersebut akan di-discount
terhadap mata lawannya yang berbunga lebih rendah di dalam transaksi mata uang
yang bersangkutan. Dalam bahasa yang lebih sederhana, discount terjadi bila suku
bunga commodity currency lebih tinggi daripada term currency.
 Mata uang yang mempunyai tingkat bunga yang lebih rendah daripada tingkat bunga
mata lawannya, maka mata uang yang berbunga lebih rendah tersebut akan mendapat
premium terhadap mata uang lawannya di dalam transaksi forex. Dengan perkataan
lain, premium terjadi bila suku bunga comodity currency lebih rendah daripada term
currency.
Rumus untuk menghitung forward point adalah sebagai berikut.
Spot × Selisih Bunga × Jangka Waktu
Forward Point =
360

Dimana:

xlvi
Spot : Kurs spot pada saat kontrak dibuat
Selisih Bunga : Selisih suku bunga dan mata uang
Tenor : Jangka waktu forward transaction
2) Perhitungan Kurs Forward
Karena setiap mata uang yang diperjualbelikan (dipertukarkan) mempunyai bunga
(Interest Cost and Benefit) maka dalam transaksi forward, konsepnya adalah sama
saja dengan ilustrasi di atas. Kurs forward dihitung berdasarkan kurs spot
ditambah/dikurang faktor selisih bunga dari kedua mata uang yang dipertukarkan.
Demikian pula dengan tanggal valutanya juga dihitung dari tanggal valuta spot.
Apabila hari itu tanggal 2 Agustus valuta spot adalah tanggal 4 Agustus, forward 2
minggu (14 hari) adalah 18 Agustus.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
 Kurs spot
 Selisih suku bunga kedua mata uang yang dipertukarkan
 Jangka waktu
 Mata uang yang suku bunganya lebih rendah diberi premium
Rumus Perhitungan Discount/Premium:

Kurs Spot × Selisih Bunga × Hari


Discount =
360

Discount ataupun premium dalam transaksi forward ini juga disebut “Swap Point”.
Contoh Discount:
Kurs Spot USD/DM : 1,8750
Suku Bunga USD 6 bulan : 8%
Suku Bunga DM 6 bulan : 4%
 Berapa premium/Discount USD/DM untuk 6 bulan
 Berapa kurs berjangka USD/DM untuk 6 bulan
Jawaban:
 Suku Bunga USD lebih besar dari suku bunga DM, maka USD akan di-discount
terhadap DM.

Discount = Kurs Spot × Selisih Bunga × Jangka Waktu / 360


= 1,8750 × (8-4) × 6 / 360 = 0,0375
 Kurs Berjangka USD/DM 6 bulan = 1,8750
0,0375 –
1,8375
Atau nilai USD terhadap DM 6 bulan yang akan datang lebih murah dibandingkan
nilai USD! DM, Spot atau nilai USD turun.
Contoh premium:

xlvii
Kurs Spot USD/CAD : 2,2210
Suku Bunga USD 6 bulan : 8% pa
Suku Bunga CAD 6 bulan : 9% pa
 Berapa premium/Discount USD/CAD untuk 6 bulan?
 Berapa kurs berjangka USD/CAD untuk 6 bulan?
Jawaban:
 Suku bunga USD lebih besar dari suku bunga DM, maka USD akan di-discount
terhadap DM.
Discount = Kurs Spot × Selisih Bunga × Jangka Waktu / 360
= 2,2210 × (9-8) × 6 / 360 = 0,0111
 Kurs Berjangka USD/DM 6 bulan = 2,2210
0,0111 +
2,2321

 Akuntansi Transaksi Forward


Pencatatan transaksi forward dilakukan secara berjangka, di mana transaksinya di
muka, sementara realisasinya dilakukan di kemudian hari atau di masa yang akan
datang.
Transaksi Forward dapat dibedakan dalam dua jenis berikut.
 Transaksi Forward Beli. Transaksi kontrak berjangka pembelian valuta asing.
 Transaksi Forward Jual. Transaksi kontrak berjangka penjualan valuta asing.
Untuk memahami transaksi forward, berikut ini contohnya.
1) Transaksi Forward Beli
Bank Nobel pada tanggal 7 Agustus 2014 menutup kontrak forward beli valuta USD
40.000 dengan jangka waktu 30 hari. Kurs pada saat kontrak di laksanakan Rp 8.900.
Penyelesaian:
Nilai kontrak forward beli yang harus dibayar:
= USD 40.000 × 8.900 = Rp 356.000.000
Saat transaksi ini terjadi berarti bank mempunyai kewajiban bersyarat (Contigent
Liablity) untuk menyerahkan valuta rupiah. Sebaliknya, bank memiliki tagihan
bersyarat (Contingent Receivable) dalam bentuk valuta USD. Saat transaksi terjadi di
mana belum diserahkan valutanya, maka tidak perlu dibukukan ke saldo masing-
masing, cukup dibukukan secara administratif. Bila telah direalisasi baru dibukukan
pada rekening masing-masing.
Db/RAV – Tagihan Forward Kontrak USD 40.000
Db/RAV – Forward kontrak USD 40.000
Db/RAV – Forward kontrak Rp 356.000.000
Db/TAR– Kewajiban Forward Beli Rp 356.000.000

Jurnal transaksi:

xlviii
Saat jatuh tempo kontrak (Tanggal 7 September 2014).
Db/Antarbank Aktiva (ABA – Giro) Valuta USD 40.000
Kr/RP Valuta USD 40.000
Db/RP Valuta Rp 356.000.000
Kr/Antarbank Aktiva (Giro) Rupiah Rp 356.000.000

Riversing rekening administratifnya:


Db/RAR – Kewajiban Forward Beli Rp 356.000.000
Kr/RAR – Forward Kontrak Rp 356.000.000
Db/RAV – Kontrak Forward USD 40.000
Kr/ABA Giro – Valuta USD 40.000

Bila pada saat jatuh tempo kursnya mengalami perubahan, apakah kursnya naik atau
mengalami penurunan selisih perbedaan kurs pada saat jatuh tempo akan
diperhitungkan melalui revaluasi pada setiap akhir bulan dengan closing rate yang
berlaku.

2) Transaksi Forward Jual


Pihak bank menjual valuta asing kepada pihak lain secara kontrak. Kontrak jual
ditetapkan di muka sebelum terjadi realisasi penjualan, termasuk di dalamnya kurs
yang digunakan. Karena pada saat penutupan kontrak tidak ada transaksi yang
merubah saldo dalam buku besar, maka pencatatan dilakukan secara admistratif.

Contoh:
Bank Nobel menjual valuta asing USD secara berjangka 30 hari dengan nominal USD
50.000 transaksi terjadi tanggal 8 Agustus 2014. Kurs yang ditetapkan pada saat
penutupan kontrak forward Rp 9.000.
Penyelesaian:
Nilai forward kontrak jual yang akan diterima:
USD 50.000 × 9.000 = Rp 450.000.000

Jurnal Transaksi:
Db/RAV – Tagihan Forward Jual Rp 450.000.000
Kr/RAV – Forward Kontrak Rp 450.000.000
Db/RAV – Forward Kontrak USD 50.000
Kr/TAR – Kewajiban Forward Kontrak USD 50.000

Jurnal Transaksi:
Saat jatuh tempo kontrak forward (tanggal 8 September 2014)
Db/ABA Giro Rp 450.000.000
Kr/RP Valuta Rp 450.000.000
xlix
Db/RP Valuta USD 50.000
Kr/ABA Giro Valuta USD 50.000

Jurnal Transaksi:
Saat Riversing rekening administratif
Db/RAR – kewajiban forward kontrak USD 50.000
Kr/RAR – forward kontrak USD 50.000
Db/RAV – kontrak forward Rp 450.000.000
Kr/RAV – kontrak forward jual Rp 450.000.000

Dalam transaksi forward ini, keuntungan maupun kerugian sebaiknya dilakukan


dengan konsep Cash Basic, di mana realisasi keuntungan dan kerugian dilaksanakan
pada saat revaluasi valuta asing akhir bulan dan bukan pada saat realisasi. Hal imi
sesuai dengan azas konservatif bidang akuntansi untuk mengakui pendapatan dan
biaya transaksi secara langsung pada saat revaluasi.

c. Transaksi SWAP
Transaksi SWAP adalah pertukaran dua mata uang dalam jumlah tertentu melalui
pembelian tunai (spot buy) dengan penjualan kembali secara berjangka (forward sell)
atau penjualan tunai (spot sell) dengan pembelian kembali secara berjangka (forward
buy). Dengan kata lain, transaksi SWAP adalah sepasang transaksi spot dan forward.

Contoh transaksi SWAP:


USD/IDR = 8.900 – 9.000
Bunga 1 bulan USD 1% - 1,5 % pa
Bunga 1 bulan IDR 6% - 7% pa
Nasabah bank ingin melakukan SWAP sell/buy terhadap IRD untuk jangka waktu 30
hari. Berapa rate yang diberikan?
Penyelesaian:
 Pada Spot: nasabah menjual USD = bank membeli USD pada rate Rp 8.900
 Pada Forward: nasabah beli USD = bank jual USD

SWAP Point = (7% – 1%) × 30 × 9.000 / 360 = 45


Rate-nya = 9.000 + 45 = 9.045
Untuk mendorong pemasukan devisa dan mendorong penanaman modal asing Bank
Indonesia menyediakan fasilitas SWAP yang dikenal dengan SWAP BI. Pada SWAP ini 3
pihak terlibat, yaitu Bank Indonesia, nasabah, dan bank komersial.

Contoh kasus:

l
PT Bejo memiliki pinjaman luar negeri sebesar USD 1.000.000 bermaksud meminta
fasilitas SWAP ke BI selama 1 bulan. Premium yang ditentukan oleh BI sebesar 8% pa.
kurs spot USD/IDR = 8.797. Rate yang diberikan Bank 8,125%.

Penyelesaian:
Rate yang diberikan bank kepada nasabah
Swap Point = 8.797 × 30 × 8,1 × 8% / 360 = 58,75
Rate = 8.797 + 58,75 = 8.856
Rate yang diberikan BI kepada bank komersial
Swap Point = 8.797 × 30 × 8% / 360 = 57,84
Rate = 8.797 + 57,84 = 8.857
Dengan demikian, bank memperoleh laba:
1% × USD 1.000.000 = USD 10.000
USD 10.000 × 8.797 = Rp 87.970.000

Dalam transaksi Swap yang mengkombinasikan tunai dengan transaksi forward,


kedua belah pihak menyetujui untuk mempertukarkan dua mata uang dalam jumlah
tertentu dan mengembalikannya pada tanggal yang disepakati bersama, pada harga yang
berbeda (different rate) yang telah disetujui bersama.
Transaksi Swap dengan dua tanggal yang berbeda untuk menutup kontraknya
sehingga di dalam transaksi terdapat tanggal jual/beli valas (valuta asing) tersebut dan
tanggal penebusannya kembali (First of Sap VS Second Leg of Swap) karena transaksi
Swap merupakan pertukaran dua valuta melalui cara penjualan kembali. Transaksi yang
dipergunakan dalam transaksi Swap terdiri atas dua macam kurs, yaitu kurs pada saat
penutupan kontrak dan kurs pada saat penebusan.
Dengan demikian, untuk melaksanakan kontrak tersebut terdapat biaya yang harus
ditanggung untuk meng-cover risiko yang timbul karenanya. Biaya ini lazim disebut
dengan premi Swap yang merupakan pendapatan bank di satu sisi dan biaya bank di
pihak yang lain.
Tujuan pemungutan premi Swap ini adalah untuk menanggung risiko fluktuasi kurs
yang timbul akibat jangka waktu penutupan transaksinya. Secara operasional, transaksi
Swap terdiri atas dua jenis kategori transaksi.
 Transaksi Swap beli, yang merupakan pembelian Swap dari bank lain.
 Transaksi Swap jual, yang merupakan penjualan Swap ke bank lain.

 Swap Beli
Swap yang dilakukan oleh bank yang melakukan pembelian Swap dari bank lain
untuk dapat dijual kembali pada saat jatuh tempo. Alasan bagi bank untuk melakukan
transaksi Swap beli adalah akan diperoleh kenaikan kurs pada saat jatuh tempo. Sama
seperti konsep transaksi spot dan forward, transaksi Swap harus dibukukan secara cash

li
basis untuk memproyeksi keuntungan dan kerugian transaksi rili. Berikut adalah contoh
transaksi Swap beli.
1) Pada tanggal 5 Agustus 2014 Bank Anda membeli transaksi Swap dari Bank Lain
sebesar HKD 200.000. Kurs penutup Swap beli tersebut adalah sebesar Rp 1.850 per
satu dollar jangka waktu adalah 3 bulan dan premi Swap sebesar 0,5 per hil.
2) Jumlah yang harus dibayar sebesar HKD 200.000 × Rp 1.850 = Rp 370.00.000
3) Jurnal pembukuannya adalah:
Db/Antarbank Aktiva Valas HKD 200.000
Kr/Rekening Valas – Swap HKD 200.000
Db/Rekening Valas – Swap Rp 370.000.000
Kr/Pendapatan Diterima di muka – Swap Rp 185.000
Kr/Antarbank Aktiva Valas Rp 369.815.000
4) Besarnya pendapatan diterima di muka dari transaksi Swap tersebut dihitung =
(0,05% × HKD 200.000) × 1.850 = Rp 185.000
5) Pendapatan transaksi Swap tersebut akan diamortisasi pada setiap bulannya sebagai
premi Swap, yaitu sebagai berikut.
= Jangka waktu Swap = 3 bulan
= Premi swapper bulan = (Rp 185.000): 3
= Rp 61.617
Jurnal setiap bulan, selama 3 bulan berjalan:
Db/Pendapatan Diterima di muka Swap Rp 61.667
Kr/Pendapatan Premi Swap Rp 61.667
6) Jika pada saat jatuh tempo, kurs yang akan terjadi untuk transaksi Hong Kong Dollar
tersebut adalah sebesar Rp 1.862
Selisih keuntungan yang timbul harus dibukukan:
Selisih kurs = (Rp 1.862 – Rp 1.850) × 200.000
= Rp 2.400.000
Jurnal pembukuannya sebagai berikut
Db/Antarbank Aktiva Valas Rp 366.000.000
Db/Pendapatan Diterima di muka – Swap Rp 185.000
Kr/Pendapatan Resmi Valas – Swap Rp 185.000
Kr/Keuntungan Selisih Kurs Valas Swap Rp 2.400.000
Kr/Rekening Valas – Valas Rp 370.000.000
Db/Rekening Valas – Valas HKD 200.000
Kr/Antarbank Aktiva Valas HKD 200.000
7) Jika pada saat jatuh tempo terjadi penurunan kurs maka akan timbul kerugian
transaksi, misalnya kurs yang terjadi adalah Rp 1.830 maka kerugian yang timbul dan
jurnal pembukuannya adalah:
Kerugian = (Rp 1.830 – Rp 1850) HKD 200.000
= Rp 4.000.000
Jurnal pembukuannya:
lii
Db/Antarbank Aktiva Valas Rp 366.000.000
Db/Pendapatan Diterima di muka – Swap Rp 185.000
Kr/Biaya Selisih Kurs – Swap Rp 4.000.000
Kr/Pendapatan Premi Valas Swap Rp 185.000
Kr/Rekening Valas – Valas Rp 370.000.000
Db/Rekening Valas – Valas HKD 200.000
Kr/Antarbank Aktiva Valas HKD 200.000

 Swap Jual
Swap jual merupakan transaksi di mana bank melakukan transaksi, penjualan valuta
asing ke bank lain dengan jangka tertentu di mana pembelian ulang dilakukan pada saat
jatuh tempo. Kurs transaksi yang dipergunakan terdiri atas dua jenis kurs, yaitu kurs pada
saat penutupan transaksi dan kurs pada saat jatuh tempo yang bisa berfluktuatif, baik
apresiasi maupun depresiasi.
Swap jual diharapkan untuk memperoleh keuntungan pada saat jatuh tempo (saat
pembelian kembali) sehingga dari transaksi ini bank akan memperoleh spread dari kurs
jual dan belinya.
Swap jual dilakukan antara bank-bank di luar negeri di mana bank tersebut
mempunyai depository correspondence ataupun non-depository correspondence.
Contoh:
1) Bank Nobel melakukan Swap jual sebesar AUD 250.000 ke City Bank, AS, yang
mempunyai kantor perwakilan di Jakarta. Transaksi tersebut dapat dilakukan dengan
kurs transaksi dalam bentuk mata uang rupiah. Kurs transaksi tersebut adalah sebesar
Rp 1.819 per satuan Australian Dollar. Premi Swap sebesar 1% jangka waktu Swap
180 hari.
2) Jumlah yang akan diterima
= AUD 250.000 × Ro 1.819 = Rp 454.750.000
3) Premi Swap yang harus dibayar
= (1% × Rp 474.750.000) = Rp 4.547.500
4) Jurnal pembukuannya berarti:
Db/Bank Indonesia Rp 450.202.250
Db/Biaya yang harus dibayar premi – Swap Rp 4.547.500
Kr/Rekening Valas – Swap Rp 454.750.000
Db/Rekening Valas – Swap AUD 250.000
Kr/Antarbank Aktiva Valas AUD 250.000
5) Amortisasi biaya premi Swap untuk 180 hari (6 bulan) per bulannya adalah:
Premi Swap perbulan = (Rp 4.547.500: 6) = Rp 759.917
Jurnalnya:
Db/Biaya Premi Swap Rp 759.917
Db/Biaya yang harus dibayar premi – Swap Rp 759.917

liii
6) Pada saat jatuh tempo, misalnya kurs untuk AUD adalah sebesar Rp 1.800 maka
secara teknis transaksi bank akan mengalami keuntungan besar = (Rp 1.819 – Rp
1.800) × AUD 250.000 = Rp 4.750.000
7) Biaya yang timbul akibat premi Swap = Rp 329.750 hinggaa keuntungan bersih
sebesar:
= (Rp 4.750.000 – Rp 4.547.500)
= Rp 202.250
8) Jurnal pembukuannya adalah:
Db/Antarbank Aktiva Valas AUD 250.000
Kr/Rekening Valas – Swap AUD 250.000
Db/Rekening Valas – Swap Rp 457.750.000
Db/Biaya Valas – Swap Rp 4.547.500
Kr/Biaya yang harus dibayar Premi Swap Rp 4.547.500
Kr/Bank Indonesia Rp 450.000.000
Kr/Keuntungan Selisih Kurs Swap Rp 4.750.000
9) Apabila pada saat jatuh tempo terjadi kenaikan kurs transaksi, misalnya sebesar Rp
1.850 maka akan terjadi kerugian sebesar:
= (Rp 1.819 – Rp 1.850) × AUD 250.000
= Rp 7.750.000
10) Jumlah yang harus dibayar pada saat jatuh tempo:
= (Rp 1.850 × USD 250.000)
= Rp 462.500.000
11) Jurnal pembukuannya adalah:
Db/Antarbank Aktiva Valas AUD 250.000
Kr/Rekening Valas – Swap AUD 250.000
Db/Rekening Valas – Swap Rp 457.750.000
Db/Kerugian Selisih Kurs Swap Rp 7.750.000
Db/Biaya Premi Swap Rp 4.547.000
Kr/Biaya yang harus dibayar Premi Swap Rp 4.547.500
Kr/Bank Indonesia Rp 450.000.000

d. Swap dan Swap Ulang Bank Indonesia


Bank Indonesia melalui SK No. 19/45/KEP/Dir tanggal 25 Oktober1986 mengatur
tentang ketentuan Swap dan Swap Ulang Bank Indonesia dengan mempertimbangkan
bahwa investasi penanaman modal asing akan membawa risiko atas devisa dan neraca
pembayaran (balance of payment) yang jika tidak berimbang, akan menyebabkan defisit
transaksi berjalannya. Swap dan Swap ulang ke Bank Indonesia tersebut diatur sesuai
ketentuan berikut.
1) Perhitungan konversi US dollar dilakukan atas dasar kurs beli Bank Indonesia pada saat
transaksi dilakukan.

liv
2) Perhitungan ke nasabah juga harus dilakukan menurut kurs Bank Indonesia yang
berlaku. Demikian pula apabila Swap dilakukan dengan valuta yang berbeda, maka
valuta tersebut harus dikonversikan terlebih dahulu ke US dollar menurut BI, dan baru
kemudian dilakukan Swap ulang.
3) Premi Swap diterapkan atas dasar perkembangan suku bunga di dalam dan di luar
negeri.
4) Jika premi Swap dikenakan lebih tinggi daripada premi Swap ulang, maka besarnya
premi Swap ulang adalah sebesar premi Swap dikurangi suatu persentase tertentu.
5) Jika premi Swap lebih rendah dari premi Swap ulang maka besarnya premi Swap ulang
ditetapkan atas dasar perkembangan suku bunga di dalam negeri dan di luar negeri.
6) Premi Swap ulang dan premi Swap BI dibayarkan atas rupiah dengan nilai konversi
kurs beli dari BI pada saat transaksi dengan dasar perhitungan 360 hari.
Transaksi Swap ke BI tersebut dapat dilakukan untuk jangka waktu yang maksimum 6
(enam) bulan penyerahan kontrak. Teknis pelaksanaannya dilakukan melalui penyerahan
valuta US dollar ke rekening BI di federal fund untuk US dollar dan suku bunga rata-rata
call money di Jakarta untuk mata uang rupiah.
e. Transaksi Inkaso/Collection
Transaksi Inkaso/collection merupakan jasa penagihan warkat atau surat berharga di
mana bank tertarik atau pembayaran bukan peserta kliring lokal di daerah tersebut.
Perbedaannya dengan kliring adalah peserta kliring lokal sehingga penagihan warkat
langsung dilakukan di lembaga kliring.
Inkaso berarti pula bahwa keputusan apakah warkat tersebut dapat dibayar atau tidak
terbayar membutuhkan waktu tertentu, karena warkat inkaso dikirim (by mail) ke bank
tertarik.
a. Warkat Inkaso
Warkat atau surat berharga yang dapat diterima bank untuk diinkasokan adalah:
a) Cek
b) Giro Bilyet
c) Wesel (wesel tagih)
b. Proses Inkaso
a) Nasabah menyerahkan warkat ke bank (biasanya ke costumer service atau teller).
b) Bank memilih alternatif inkaso yang efisien dan selanjutnya mengirim warkat asli
dilengkapi surat pengantar. Dapat dikirim ke bank lain atau cabang, jika kantor
cabang ada di kota tujuan.
c) Selanjutnya, bank akan menunggu hasil pembayaran yang akan diterima melalui
lembaga kliring atau dari kantor cabang sendiri.
d) Bank kemudian membayarkan hasil inkaso secara tunai atau dipindahkan ke
rekening sesuai instruksi nasabah.
c. Jenis Inkaso

lv
a) Inkaso masuk (incoming collection), yaitu jika bank tersebut menerima warkat
inkaso dari cabang lain atau dari bank lain dan selanjutnya jika warkat tersebut
dapat dibayar, maka bank-bank melanjutkannya dengan proses transfer.
b) Inkaso keluar (outgoing collection), yaitu jika bank menerima warkat inkaso dan
meneruskannya ke bank atau cabang lain. Selanjutnya, bank ini akan menerima
transfer dari bank lain atau cabang lain, apabila warkat ini terbayar. Jika tidak
terbayar, warkat asli akan dikembalikan.
d. Manfaat Inkaso
Manfaat inkaso adalah pelayanan yang akan turut membantu peningkatan sumber dana
bank dan sebagai sumber pendapatan provisi/komisi. Pembebanan biaya inkaso
biasanya hanya dilakukan terhadap warkat inkaso keluar, tetapi ada pula bank yang
membebankan terhadap inkaso masuk.
a) Inkaso Keluar
Inkaso keluar dilakukan kepada bank penerbit. Warkat tersebut dilakukan secara
tunai maupun dengan penagihan, di mana pembayarannya harus menunggu hasil
pencairan warkat itu. Untuk itu bank penerus inkaso, wajib melakukan pencatatan
atas nominatif penagihan. Pencatatan tersebut dilakukan dalam rekening
administratif yang masih berupa transaksi off Balance Sheet. Sebagai contoh adalah
sebagai berikut.
Seorang nasabah akan mencairkan traveler’s cheque sebesar USD 400 Bank Nobel.
Kurs valuta asing US dollar pada hari itu adalah sebesar Rp 8.200.
 Apabila akan diambil alih dan dibayar tunai:
 Jumlah yang harus dibayar = (USD 400 × Rp 8.200)
= Rp 3.280.000
 Jurnal pembukuan pembayarannya:
Db/Traveler’s cheque Valuta
(USD 400 × Rp 8.200) Rp 3.820.000
Kr/Kas Rupiah Rp 3.820.000
Db/RP Rupiah Rp 1.100.000
Kr/RP Valuta Rp 1.100.000
 Jurnal pencatatan transaksi pada rekening administratifnya:
Riversing jurnal pembukuannya:
Db/Antarbank Aktiva – Valuta
(USD 400 × Rp 8.200) USD 3.280.000
Kr/Traveler’s cheque Valuta
(USD 400 × Rp 8.200) USD 3.280.000
 Reversing jurnal administratifnya:
Kr/Surat Berharga Titipan – Valuta USD 400
 Apabila bank hanya bertindak sebagai bank penebus dalam penagihannya:
 Jurnal pencatatan transaksi pada rekening administratifnya:

lvi
Db/Antarbank Aktiva – Valuta USD 400
 Pada saat pembayaran warkat oleh Bank Koresponden:
Db/Antarbank Aktiva – Valuta USD 400
Kr/Nasabah/Kas Valas/Giro Valuta USD 400
 Reversing Jurnal Administratifnya:
Kr/Surat Berharga Titipan – Valuta USD 400
 Apabila pembayaran akan dilakukan dalam bentuk rupiah maka juga harus
dilakukan:
Db/Antarbank Aktiva – Valuta
(USD 400 × Rp 8.200) Rp 3.280.000
Kr/Kas Rupiah Rp 3.280.000
Db/RP Rupiah Rp 3.280.000
Kr/RP Valuta Rp 3.280.000
 Apabila terjadi risiko UNPAID atau DEFAULT terhadap inkaso keluar
tersebut maka harus dilakukan pencatatan ulang sebagai berikut.
 Jika warkat bank tersebut sudah dinegosiasi (dibayar di muka):
Db/Nasabah/Kas/Giro Rp 3.280.000
Kr/Warkat negoisasi – Valuta Rp 3.280.000
Riversing:
Db/Valuta Rp 3.280.000
Kr/RP Valuta Rp 3.280.000
Reversing jurnal administratif:
Kr/Surat Berharga Titipan – Valuta USD 400
 Jika warkat bank tersebut hanya diinkasokan, maka harus dilakukan riversing
terhadap jurnal administratif:
Kr/Surat Berharga Titipan – Valuta USD 400
 Kepada nasabah diberitahukan alasan penolakan warkat tersebut
(misalnya: dana tidak tersedia).
b) Inkaso Masuk
Inkaso masuk merupakan kegiatan penagihan atas warkat sendiri oleh bank
koresponden (drawee bank - bank penarik) untuk nominal tertentu dari penerbitan
warkat tersebut. Dari penarikan inkaso masuk ini, bank wajib memeriksa keabsahan
warkat dan ketersediaan dana, baik dari nasabah penerbit warkat bank tersebut
maupun validitas warkatnya. Dalam inkaso masuk, harus dilakukan jurnal
pembukuan sebagai berikut.
 Jika warkat tersebut sudah dibayar tunai oleh nasabah pada saat penerbitannya,
misal untuk SGD 1.000 dengan kurs Rp 8.650 pada saat itu, maka jumlah yang
harus dibayar oleh nasabah:
= (SGD 1.000 × Rp 8.650)
= Rp 8.650.000
 Jurnal pembukuannya:
lvii
Db/Kas Rupiah
(SGD 1.000 × Rp 8.650) Rp 8.650.000
Kr/Antarbank Aktiva – Valuta
(SGD 1.000 × Rp 8.650) Rp 8.650.000
Db/RP Valuta Rp 8.650.000
Kr/RP Valuta Rp 8.650.000
 Pada saat inkaso masuk, jurnal pembukuannya:
Db/antarbank Aktiva Valuta
(SGD 1.000 × Rp 8.650) Rp 8.650.000
Kr/Antarbank Aktiva – Valuta (bank lain) Rp 8.650.000
 Jika warkat tersebut belum dibayar oleh nasabah, maka jurnal pembukuannya
pada saat inkaso masuk adalah:
Db/Kas – Rupiah Rp 8.650.000
Kr/Antarbank Aktiva – Valuta (bank lain) Rp 8.650.000
Db/RP Valuta Rp 8.650.000
Kr/RP Valuta Rp 8.650.000
Apabila nasabah tidak dapat melunasi kewajibannya, maka bank wajib
memberitahukan secara resmi alasan unpaid terhadap bank korespondennya. Risiko
unpaid mempunyai derajat kerugian yang sangat tinggi karena menyangkut
kredibilitas dan reputasi bank di dunia internasional yang secara langsung country
risk negara bersangkutan.

f. Transaksi Travellers Check (TC)


Traveller check adalah cek yang dipergunakan dalam atau untuk perjalanan. Di dalam
perjalanan, baik perjalanan dalam negeri maupun ke luar negeri, selalu diperlukan bekal.
Bekal yang mutlak tidak boleh dilupakan, antara lain adalah bekal berupa uang. Hal itu
karena sifat uang yang demikian lancar, yang dapat digunakan untuk memenuhi segala
macam kebutuhan, untuk membayar ongkos dari jasa yang diterima oleh pihak ketiga dan
lain sebagainya. Karena sifatnya yang demikian lancar, maka tidak sedikit orang yang ingin
memilikinya, baik dengan cara yang halal maupun dengan cara yang tidak halal. Dengan
memegang uang tunai yang cukup besar, timbul perasaan kurang aman, kurang tentram,
was-was dan sebagainya.
Dalam dunia perbankan untuk memberikan rasa aman kepada para nasabah (pemilik
uang) atau sekurang-kurangnya mengurangi kemungkinan terjadi kerugian akibat
memegang uang tunai dalam jumlah cukup besar. Kemudian dunia perbankan tampil
dengan sarana baru yang dapat dipergunakan sebagai bekal perjalanan ke luar negeri atau
dalam negeri dalam bentuk traveller check.
Travellers check adalah cek yang dikeluarkan oleh bank atau badan yang berwenang
dalam bentuk pecahan (jumlah) tertentu dan cek ini dapat dipindahtangankan ke orang lain
setelah diendors (ditandatangani) oleh pemiliknya. Dengan demikian, traveller check
merupakan pengganti uang tunai selama perjalanan. ada beberapa macam cara menulis
lviii
travellers check antara lain Traveller’s Cheque, Traveller’s Check, dan Traveller Check.
Ketiganya mempunyai arti yang sama, perbedaannya hanya terletak pada:
 Traveller’s Cheque – biasa digunakan di Inggris
 Traveller’s Check – biasa digunakan di Amerika
 Travellers Check – perkembangan bahasa selanjutnya, sehingga lebih praktis.
Jika diperhatikan traveller check tersebut dan dibandingkan dengan cek biasa, maka
dapat diuraikan sebagai berikut.

Check Biasa Traveller Check

1. Umumnya maksimum 70 hari. 1. Umumnya tidak dibatasi waktu atau


tergantung dari keperluan bank yang
2. Hanya dapat diuangkan pada bank, di menerbitkan.
mana dibuka rekening giro. 2. Dapat diuangkan di hotel, restoran
3. Besarnya nilai cek ditulis pada saat besar, bank, dan sebagainya yang ada
menerbitkan cek. hubungan dengan yang mengeluarkan
4. Dikenakan bea materai cek. traveller check
5. Tanda tangan dibubuhkan pada cek 3. Biasanya nilai traveller check telah
pada saat cek diterbitkan. tercetak di atasnya antar lain dengan
6. Dapat ditandatangani lebih dari bentuk pecahan 10: 10; 50: 100; dan
seorang. 500 US$.
7. Cek biasa pada hakikatnya adalah 4. Tidak dikenakan bea materai.
pencairan dana yang disimpan di bank. 5. Tanda tangan dibubuhkan dua kali,
yaitu sekali pada saat membeli
traveller check dan sekali pada saat
ingin menguangkannya. Keduanya
dilakukan di depan petugas yang
dihubungi.
6. Hanya ditandatangani oleh seorang
saja (yang berhak).
7. Travellers check pada hakikatnya
adalah berasal dari dana yang
disimpan di bank.

1) Manfaat Travellers Check


a) Manfaat Bagi Bank
 Dengan menjual traveller check bagi bank berarti ada uang masuk. Penjualan
traveller check dilakukan secara tunai. Tunai di sini dapat berarti pembayaran
dengan uang atau pemindahbukuan atas beban rekening giro yang ada di bank.

lix
Dana yang masuk pada bank akan meningkatnya besarnya operasi bank, akan
memperbesar likuiditas bank, akan menambah kemampuan bank dalam
membiayai proyek yang baik.
 Waktu terjadinya penjualan travellers check dengan penguangan traveller check
terdapat jangka waktu. Selama jangka waktu ini travellers check masih dalam
peredaran, dana yang terkumpul tersebut mengendap di bank dan dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan kegiatan operasinya.
 Penjualan travellers check adalah pelaksanaan dari salah satu tugas bank, yaitu
memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran.
 Bank dengan menjual travellers check akan mendapat imbalan jasa atau
pendapatan, yaitu berupa komisi (comission).
b) Manfaat Bagi Pemenang Travellers Check
 Pembayaran dapat dilakukan lebih mudah, cepat, praktis, dan efisien, tanpa
menghitung pecahan demi pecahan seperti halnya dilakukan pada uang tunai.
 Penukaran travellers check dengan uang tunai dapat dilakukan di hotel, bank,
travel biro, dan sebagainya yang ditunjuk oleh bank yang bersangkutan.
 Memiliki travellers check dalam perjalanan akan lebih terjamin keamanannya
jika dibandingkan dengan membawa uang tunai.
 Pemegang travellers check tanpa perlu ragu-ragu dalam menerbitkan travellers
check tanpa perlu melihat dulu apakah dananya di bank masih cukup atau tidak,
oleh karena dananya di bank pasti tersedia sesuai dengan besarnya travellers
check yang ada di tangan.
Pada saat pencairan travellers check nasabah akan diminta untuk membubuhkan
tanda tangannya pada kolom counter sign di masing-masing blangko travellers check
yang akan dicairkan tersebut.
2) Akuntansi Travellers Check
Untuk pencatatan travellers check dapat dilakukan pada saat penjualan atau pembelian
travellers check ke nasabah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh berikut ini.
a) Saat Penjualan TC ke Nasabah
Nasabah giro Bank Nobel membeli travellers check sebanyak 10 lembar untuk
pecahan USD 50, pembayaran dilakukan dengan valuta rupiah.
Kurs TT beli USD 9.100
Jurnal Transaksi:
Db/Kas Rupiah Rp 4.550.000
Kr/RP Valuta Rp 4.550.000
Db/RP Valuta USD 500
Kr/ABA – Valuta USD 500
Analisi transaksi:
Transaksi ini menyebabkan kas rupiah bertambah karena pada penjualan travellers
check dan terjadi pengurangan saldo dalam bentuk valas pada rekening ABA milik
Bank Nobel.
lx
b) Saat Pembelian Travellers Check dari Nasabah
Nasabah menjual TC dengan pecahan USD 100 sebanyak 2 lembar. Kurs TT beli
USD 8.500 kurs TT jual USD 9.000 pembayaran secara tunai.
Jurnal transaksi:
Db/Travellers Cheque Valuta USD 200
Kr/RP Valuta USD 200
Db/RP Valuta Rp 1.700.000
Kr/Kas Rupiah Rp 1.700.000
Analisi Transaksi:
Transaksi ini mengakibatkan travellers check bertambah dan terjadi pengurangan
pada kas karena dana keluar.
c) Saat penerimaan TC dari Issuing Bank, Bank bertindak sebagai Selling Agent Bank
Nobel menerima TC sebanyak 100 lembar untuk pecahan USD 100.
Jurnal Transaksi:
Kr/RAV – TC yang belum dijual
Bila nasabah datang membeli TC, maka pihak bank akan melakukan riversing
terhadap TC yang dibeli.
Jurnal transaksi:
Db/RAV – TC yang belum terjual
d) Saat dana TC telah Dibayar Bank Koresponden
Db/ABA – Valas USD 500
Kr/Travellers Cheque USD
Dalam pembayaran TC mengandung risiko, sehingga untuk itu diperlukan penilaian
terhadap bonafiditas bank penerbit TC.

g. Transaksi Options Valas


Options adalah perjanjian yang diberikan si pembeli option hak untuk membeli atau
menjual kontrak di masa yang akan datang pada harga tertentu (spesific price) dan pada
atau sebelum waktu tertentu (expitaration price). Berikut dua macam option.
1) Call Option
Sebuah perjanjian yang mana si pembeli option membayar premi untuk mendapatkan
hak (bukan kewajiban) untuk membeli (go long) kontrak pada harga tertentu dari si
penjual option.
2) Put Option
Sebuah perjanjian yang mana si pembeli option membayar premi untuk mendapatkan
hak (bukan kewajiban) untuk menjual (go long) kontrak pada harga tertentu dari si
penjual option.
Put atau call option dapat di “exercise” dilakukan pada setiap waktu sebelum jatuh
waktu (experation dater). Dalam perdagangan option, penjual harus selalu siap untuk
masuk posisi yang berkebalikan dengan posisi si pembeli pada saat option di

lxi
“exercise”. Keadaan ini dapat dijelaskan: hak-hak si pembeli vs kewajiban-kewajiban si
penjual (Buyer right vs Sellers obligation).
3) Penjual (Seller)
Call:
Penjual harus siap untuk memasuki posisi short di masa yang akan datang (short future
position) jika option di “exercise oleh pembeli”.
4) Pembeli (Buyer)
Call:
Jika pembeli memutuskan untuk “exercise” optionnya, maka ia akan memasuki long
position berdasarkan kontraknya yang telah disetujui.
Put:
Jika pembeli memutuskan untuk “exercise” optionnya, maka ia akan memasuki long
position berdasarkan kontraknya yang telah disetujui.

Keadaan akhir posisi jika option di “exercise”.

Futures
Option Contract Resulting Option in Option Market Market if
Exercise
Call Option A long call= membeli hak untuk membeli futures Long
Bought contract futures
Call Option A short call= menjual hak untuk membeli futures Short
Written contract futures
Put Option A long put= membeli hak untuk membeli futures Short
Bought contract futures
Put Option A short put= menjual hak untuk membeli futures Long
Written contract futures

Option Strategy vs Market Expectation

Pembeli Penjual

Call Mengharapkan harga pasar naik Mengharapkan harga pasar turun


Put Mengharapkan harga pasar turun Mengharapkan harga pasar naik

Kunci dari perdagangan option adalah premium. Karena premium ini bergerak
sesuai dengan harga pasar. Perlu diingat bahwa premium ditetapkan berdasarkan supply
dan demand antara pembeli dan penjual. Harga yang dapat diterima oleh kedua belah
pihak pada waktu tertentu ditentukan oleh dua faktor utama intrinsic dan value time
value (extrinsic value).

lxii
a. Intrinsic Value
Untuk sebuah call options, intrinsic value adalah premi yang menyebabkan harga
yang akan datang (future price) di atas strike price (option exercise price).
 Option yang mempunyai intrinsic value disebut in-the money”.
 Jika future price sama dengan strike price, option tersebut disebut “at-the
money”.
 Jika future price dibawah strike price, option tersebut disebut “out of-the
money”.
Sehingga jika option at-the money, maka option tersebut tidak mempunyai
intrinsic value. Demikian sebaliknya, untuk put option, dikatakan mempunyai
intrinsic value, jika future price di bawah strike price.

Premium = Intrinsic Value + Time Value

Intrinsic Value= in the money


Time Value= komponen dari premium yang lebih besar dari intrinsic value.
Sehingga dapat disimpulkan:
 Jika option out of the money, maka pada premium option tersebut, time
value + intrinsic value= 0
 Jika in the money, maka premiumnya mengandung dua komponen yaitu
intrinsic value atau time value.

IN – AT – OUT of the money


Beli Poeng Sterling Call/Put
Tanggal 1 Desember pada rate 1.6800

Call Market Price Put

In the money 1.7000 Out of the money


At the money 1.6800 At the money
Out of the money 1.6800 In the money

Contoh: pada tanggal 17 September 2014 terjadi transaksi option pada valuta
USD against rupiah jangka waktu 1 bulan dan strike price USD Rp 8.105
option fee 0,4% per bulan yang ditarik di muka. Pada saat jatuh tempo, nilai
spot rate 8.100.
Berdasarkan harga realisasi nilai spot tersebut, nasabah sebaiknya tidak
menutup options kontrak karena nilai USD lebih murah didapat di pasaran
daripada menutup nilai option.
b. Akuntansi Transaksi Options

lxiii
Dalam pencatatan akuntansi option, penulis hanya membahas untuk option valuta
asing yang merupakan bagian dari unit treasury.
Contoh:
Bank Nobel menjual SGD 1.000.000 tanggal 6 September 2014. Nilai USD 1
sebesar SGD 1.8315 atau SGD 1= SGD 0,5460. Dengan demikian, ekuivalen dalam
USD menjadi 546.000 ini tanpa memperhatikan nilai kurs spot SGD berada pada
saat jatuh tempo, tagihan-tagihan SGD akan tetap tidak berubah.
Bila kurs SGD= USD 0,5410 maka pada saat jatuh tempo forward sebagai
berikut.
Jurnal transaksi:
Db/Bank Koresponden USD 546.000
Kr/Pendapatan Premi Forward USD 541.000
Kr/RP Valuta USD 5.000
Db/RP Valuta SGD 1.000.000
Kr/Bank Koresponden SGD 1.000.000
Jurnal transaksi:
Db/Bank Koresponden USD 546.000
Kr/RP Valuta USD 546.000
Db/RP Valuta SGD 1.000.000
Kr/Bank Koresponden SGD 1.000.000

D. AKUNTANSI UNIT GENERAL AFFAIR

1. Ruang Lingkup Unit General Affair


General affair atau bagian umum merupakan suatu unit kegiatan dalam bank yang
menangani sarana dan prasarana yang berhubungan dengan aktivitas bank, mulai dari
menyediakan alat tulis kantor, formulir aplikasi untuk nasabah, dokumen berharga, mengurus
pembayaran telfon, air, listrik, tanah, bangunan, dan lain-lain. Unit general affair selain
menangani bagian umum, juga menangani bagian personalia. Unit general affair
berhubungan dengan aktiva tetap yang dimiliki oleh suatu bank.
Secara umum, dapat dikatakan bahwa unit general affair bertigas untuk mengelola harta
tetap yang dimiliki oleh bank. Harta sebuah bank yang berwujud, tahan lama, dipergunakan
di dalam operasional bank dan dimiliki bank serta tidak untuk dijual, biasa disebut aktiva
tetap dan inventaris.
Aktiva tetap dan inventaris yang dibeli oleh bank dengan berjalannya waktu maka nilai
barang tersebut akan mengalami penurunan karena telah dimakan usia dan dipergunakan.
Untuk itu diperlukan metode untuk menghitung wakru efektif dari harta miliki bank tersebut
bisa diperhitungkan melalui pendekatan metode penyusutan aktiva tetap dan inventaris di
mana kumpulan dari penyusutan aktiva tetap dan inventaris dinamakan akumulasi
penyusutan.

lxiv
2. Akuntansi Unit General Affair (Umum)
Transaksi di bidang ini meliputi transaksi-transaksi inventaris, renovasi, biaya bahan
bakar, tol, servis kendaraan, biaya akuntan, notaris, UM leasing, apraisal, keamanan, listrik,
telepon, internet, router, ATK, kebersihan, parkir, UM sewa, cleaning sercice, warkat surat
berharga, slip setoran, biaya penyusutan, pembelian ATI.
 Pembelian Aktiva Tetap
Contoh:
a. PT Bank Nobel Tbk. Membeli kendaraan Rp 150.000.000 pembayaran dilakukan
secara tunai.
Jurnal transaksi:
Db/Aktiva Tetap – Kendaraan Rp 150.000.000
Kr/Kas Rupiah Rp 150.000.000
Analisis transaksi:
Transaksi pembelian secara tunai aktiva tetap dalam bentuk kendaraan berarti unsur
harga bertambah dalam bentuk kendaraan, sementara unsur harga berkurang dalam
bentuk tunai karena ada pengeluaran.
b. Penjualan aktiva tetap
PT Bank Nobel Tbk. Menjual mobil yang harga perolehannya Rp 150.000.000 telah
dihapuskan Rp 140.000.000 dijual dengan harga Rp 15.500.000 secara tunai.
Jurnal transaksi:
Db/Kas Rp 12.500.000
Db/Akun Peny. AT Rp 140.000.000
Kr/Aktiva Tetap – Kendaraan Rp 150.000.000
Kr/POL – Penjualan Aktiva Tetap RP 2.500.000
Analisis transaksi:
Transaksi penjualan AT menyebabkan harta yang dimiliki oleh bank dalam bentuk
kendaraan berkurang, sementara ada penambahan dana tunai sebagai akibat penjualan
AT. Di samping itu, juga terdapat keuntungan yang diperoleh sebagai akibat adanya
harga patokan dengan nilai yang diterima dari hasil penjualan.
c. Pengiriman Barang Inventaris ke Cabang (RAK)
PT Bank Nobel Tbk. Melakukan pengiriman barang inventaris Rp 5.000.000 ke
cabangnya di Makassar.
Jurnal transaksi:
Db/RAK Cabang Rp 5.000.000
Kr/Inventaris Rp 5.000.000
Analisi transaksi:
Terdapat pengiriman barang/inventaris ke kantor cabang berarti RAK cabang
pengirim bertambah dan inventaris yang dimiliki berkurang karena telah dikeluarkan
atau dikirim ke cabang lain (pencatatan dilakukan di KPO).
d. Penerimaan Barang Inventaris di Kantor Cabang (RAK)

lxv
PT Bank Nobel Tbk. Cabang Makassar menerima inventaris Rp 100.000.000 yang
dikirim dari KPO.
Jurnal transaksi:
Db/Inventaris Rp 100.000.000
Kr/RAK cabang Makassar Rp 100.000.000
Analisis transaksi:
Transaksi pengiriman barang dari KPO menyebabkan inventaris kantor cabang
bertambah dan menyebabkan RAK cabang di kantor pusat berkurang (pencatatan
dilakukan di cabang Makassar).
e. Pembebanan Penyusutan Gedung Setiap Akhir Bulan
PT Bank Nobel Tbk. Melakukan penyusutan terhadap AT setiap akhir bulan Rp
4.200.000
Jurnal transaksi:
Db/Biaya Penyusutan Gedung Rp 4.200.000
Kr/Akumulasi Penyusutan Gedung Rp 4.200.000
Analisis transaksi:
Transaksi ini menyebabkan biaya air, listrik, dan telepon bertambah dan uang tunai
berkurang disebabkan adanya pengeluaran.
f. Pembelian Surat Berharga dari Cabang
PT Bank Nobel Tbk. Cabang Medan memesan surat berharga berupa cek, BG, bilyet
deposito, CN, dan CD pada kantor pusat sebesar Rp 10.000.000.
Saat pembelian di KPO:
Db/RRA – Surat Berharga Rp 10.000.000
Kr/RAK Cabang Medan Rp 10.00.000
Analisi transaksi:
Transaksi ini menyebabkan adanya penambahan surat berharga pada Bank Nobel
Tbk. Cabang Medan, di sisi lain menyebkan dananya di KPO berkurang karena ada
pembelian surat berharga.
Saat KPO mengirim ke cabang:
Db/RAK Cabang Rp 10.000.000
Kr/RRA – Surat Berharga Rp 10.000.000
Analisis transaksi:
Transaksi di KPO ini menyebakan RAK-nya bertambah karena ada pengiriman dana
masuk dari Medan, sementara ada pengurangan terhadap surat berharga yang dimiliki
karena telah dikirim ke Cabang Medan.
g. Hibah
PT Bank Noel Tbk. Mendapat hibah berupa 1 buah komputer dari Pemda, harga
komputer Rp 5.000.000.
Jurnal transaksi:
Db/Aktiva Tetatp – Komputer Rp 5.000.000
Kr/Modal Sumbangan Rp 5.000.000
lxvi
Analisis transaksi:
Transaksi ini menyebabkan harta bank bertambah dalam bentuk komputer sementara
modal bank juga bertambah karena ada sumbangan yang diterima.
3. Akuntansi untuk Unit General Affair (Personalia)
Pada bidang ini, transaksi yang telah dilakukan meliputi: pembayaran gaji pegawai,
honorium komisaris, pembayaran PPH gaji, lembur, THR, transpor, uang makan, insetif,
kesehatan, seragam olahraga rekreasi, dan tunjangan lainnya.
a. Pembayaran Gaji Karyawan
PT Bank Nobel Tbk. Melakukan pembayaran gaji karyawan pada periode Agustus
2014 sebesar Rp 569.000.000 dana tersebut langsung dimasukkan ke rekening
tabungan karyawan.
Jurnal transaksi:
Db/Biaya Tenaga Kerja – Gaji Rp 569.000.000
Kr/Rekening Tabungan Rp 569.000.000
Analisis transaksi:
Transaksi ini menyebabkan biaya gaji bertambah sementara saldo rekening
karyawan pun bertambah karena ada /gaji yang diterima.
b. Pembayaran Gaji Karyawan di Cabang
PT Bank Nobel Tbk. KPO membayar gaji karyawannya di Cabang Jambi sebesar
Rp 47.000.000 pada periode September 2014.
Jurnal transaksi:
Db/BTK – Gaji Rp 47.000.000
Kr/RAK Cabang Rp 47.000.000
Cabang Jambi melakukan pembukuan:
Db/RAK Cabang Rp 47.000.000
Kr/Rekening Tabungan Karyawan Rp 47.000.000
c. Pembayaran PPh Gaji Karyawan
PT Bank Nobel Tbk. membayar PPh gaji karyawan ke KPKN sebesar Rp 3.045.000
pada periode Agustus 2014, pembayaran dilakukan melalui lintas Giro (LLG) ke BI.
Jurnal transaksi:
Db/BTK – PPh Gaji Karyawan Rp 3.045.000
Kr/BI – Giro Rp 3.045.000
Analisis transaksi:
Transaksi ini menyebabkan PPh gaji karyawan bertambah, sementara saldo bank di
BI berkurang karena ada pembayaran PPh melalui pemotongan saldo bank di BI.
d. Pembayaran Uang Seragam, Uang Makan, Kesehatan, Tunjangan, Teller, THR, dan
Lembur.
PT Bank Nobel Tbk. mengeluarkan biaya-biaya untuk pembayaran:
– Biaya Seragam Rp 35.000.000
– Uang Makan Rp 3.000.000
– Uang Kesehatan Rp 49.000.000
lxvii
– Tunjangan Teller Rp 450.000
– Biaya Lembur Rp 6.000.000
Pembayaran dilakukan secara tunai.
Jurnal transaksi:
Db/BTK – Seragam Rp 35.000.000
Db/BTK – Uang Makan Rp 3.000.000
Db/BTK – Kesehatan Rp 49.000.000
Db/BTK – Lembur Rp 6.000.000
Db/BTK – Tunjangan Teller Rp 450.000
Kr/Kas Rp 93.450.000
Analisis transaksi:
Transaksi ini menyebabkan bertambah biaya-biaya, antara lain seragam, uang
makan, lembur, tunjangan teller, kesehatan, dan terjadi pengurangan secara tunai.

BAB III

KASUS

PT Jaya melakukan transaksi Swap ke Bank Nobel sebesar USD 200.000 dengan jangka
waktu 3 bulan dan premi Swap = 9¾% per tahun. Kurs yang disepakati pada tanggal 5 Agustus
2014 adalah USD = Rp 8.100 (lihat tabel kurs valas). Pada saat itu juga Bank Anda melakukan
Swap ulang ke BI dengan premi Swap 1 ½% per tahun dan kurs BI = Rp 8.904

lxviii
BAB IV

PEMBAHASAN

Prosedur yang dilakukan untuk menyelesaikan kasus di bab 3 adalah sebagai berikut.
1) Bank dengan Nasabah
a. Jumlah yang harus dibayar oleh nasabah ke Bank Anda
= (USD 200.000 × Rp 8.100) = Rp 1.620.000.000
b. Premi Swap yang harus dibayar untuk 3 bulan:
= (9 ¾% / 4 × USD 200.000 × Rp 8.100)
= Rp 39.487.500
c. Total jumlah kontrak yang harus dibayar
= Rp 1.620.000.000 + Rp 39.487.500
= Rp 1.659.487.500
d. Jurnal pembukuannya adalah (antara bank dengan nasabah):
 Pada saat spot beli:
Db/Giro Nasabah – Valas USD 200.000
Kr/Rekening Valas – Valas USD 200.000
Db/Rekening Valuta – Kontra Swap Rp 1.620.000.000
Kr/Giro Nasabah – Rupiah Rp 1.620.000.000
 Forward jualnya:

Db/Rekening Administratif Valas –


Forward Kontrak USD 200.000

Kr/Rekening Administratif Valas –


Kewajiban Forward Kontrak USD 200.000
Db/Rekening Administratif Rupiah –
Tagihan Forward jual Rp 1.620.000.000
Kr/Rekening Administratif Rupiah –
Forward Kontrak Rp 1.620.000.000
 Pada saat penebusan kembali (jatuh tempo 3 bulan):
Db/Giro Nasabah Rupiah Rp 1.659.487.500
Kr/Pendapatan Premi Swap Rp 39.487.500
Db/Rekening Valuta – Kontrak Swap Rp 1.620.000.000
Db/Rekening Valas Swap USD 200.000
Kr/Antarbank Aktiva Valas USD 200.000
 Reversing Rekening Administratif:
Db/Rekening Administratif Valas –
Kewajiban Forward Kontrak USD 200.000
Kr/Rekening Administratif Valas –
Forward Kontrak USD 200.000

69
Db/Rekening Administratif Rupiah –
Forward Jual Rp 1.620.000.000
Kr/Rekening Administratif Rupiah –
Tagihan Forward Kontrak Rp 1.620.000.000
2) Bank Anda dengan Bank Indonesia
a. Jumlah yang harus dibayar oleh Bank Nobel ke BI
= (USD 200.000 × Rp 8.094)
= Rp 1.618.800.000
b. Premi Swap yang harus dibayar 3 bulan:
= (9 ½% / 4 × USD 200.000 × Rp 8.094)
= Rp 38.466.500
c. Total jumlah kontrak yang harus dibayar:
= Rp 1.618.800.000 + Rp 38.466.500
= Rp 1.657.246.500
d. Jurnal pembukuannya adalah (antara bank dengan nasabah):
 Pada saat spot beli:
Db/Bank Indonesia Rp 1.657.246.500
Kr/Rekening Valuta Swap Rp 1.657.246.500
Db/Rekening Valas Swap USD 200.000
Kr/Antarbank Aktiva Valas USD 200.000
 Forward Belinya:
Db/Rekening Administratif Valas –
Tagihan Forward Kontrak USD 200.000
Kr/Rekening Administratif Valas –
Forward Kontrak USD 200.000
Db/Rekening Administratif Rupiah –
Forward Jual Rp 1.657.246.500
Kr/Rekening Administratif Rupiah –
Kewajiban Forward Kontrak Rp 1.657.246.500
 Pada saat jatuh penebusan kembali (jatuh tempo 3 bulan):
Db/Antarbank Aktiva Valas USD 200.000
Kr/Rekening Valas Swap USD 200.000
Db/Rekening Valuta Kontrak Swap Rp 1.618.800.000
Db/Biaya Premi Swap Rp 38.466.500
Kr/Bank Indonesia Rp 1.657.246.500
 Reversing Rekening Administratifnya:
Db/Rekening Administratif Valas –
Forward Kontrak USD 200.000
Kr/Rekening Administratif Valas –
Tagihan Forward Kontrak USD 200.000
Db/Rekening Administratif Rupiah –
Forward Jual Rp 1.618.800.000
Kr/Rekening Administratif Rupiah –

70
Forward Kontrak Rp 1.618.800.00

71
BAB V

KESIMPULAN

Demikian pembahasan mengenai akuntansi di satuan kerja bank mulai dari akuntansi unit
kredit, akuntansi unit ekspor impor, akuntansi unit kerja treasury, dan akuntansi unit general
affair.
Akuntansi perbankan adalah kegiatan pencatatan, analisis, dan penyusunan laporan yang
berkaitan dengan transaksi perbankan. Akuntansi perbankan adalah cabang akuntansi yang
melibatkan proses akuntansi yang berhubungan dengan bank dan institusi keuangan lainnya.
Ini adalah cabang akuntansi yang berfokus pada produk keuangan dan layanan yang
ditawarkan oleh bank.
Akuntansi memang merupakan hal yang sangat penting, baik dalam bisnis maupun
perbankan. Pencatatan keuangan yang rapi akan berpengaruh pada banyak hal. Mulai dari
informasi keuangan, laporan keuangan, sampai dengan analisis dan evaluasi keuangan pada
masing-masing periodenya.

72
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Siti Nur, Wibowo, Hardiyanto, dan Ira Hapsari. 2020. Teori dan Aplikasi AKUNTANSI
PERBANKAN, https://e-lib.unmul.ac.id/index.php?
p=show_detail&id=58659&keywords= (diakses 10 Oktober 2023).
Faud, Ramli. 2015. AKUNTANSI PERBANKAN: Pendekatan Sisi Praktik. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Rizeki, Dini N. 2022. Memahami Sistem dan Manfaat Akuntansi Perbankan,
https://majoo.id/solusi/detail/akuntansi-perbankan#:~:text=Pengertian%20akuntansi
%20perbankan%20adalah%20proses,keuangan%20yang%20ada%20di%20perbankan
(diakses 10 Oktober 2023).

73

Anda mungkin juga menyukai