U
S
N
Oleh:
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam
semoga tetap tercurah limpahkan kepada Rasulullah SAW. Penulis bersyukur
kepada Allah SWT, karena dengan hidayah dan taufik-Nya, penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul tentang kartu kredit
Selesainya makalah ini, tentunya tidak lepas dari bimbingan dosen, Buk. Santi
Arafah S.E.M.E serta keluarga yang selalu memberikan dukungan dan support. Untuk
itu penulis ucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan dan
kekhilafan. Oleh karena itu, kepada para pembaca, penulis ucapkan mohon maaf
apabila banyak kekurangan dalam makalah ini. Semoga makalah ini memberikan
ilmu yang bermanfaat bagi penulis khususnya, dan memberikan banyak manfaat
kepada para pembaca.
Medan 25 Oktober 2023
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 . LATAR BELAKANG......................................................................................1
1.2. MASALAH ......................................................................................................2
1.3. TUJUAN ..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 PENGERTIAN KARTU KREDIT ...................................................................3
2.2 MANFAAT KARTU KREDIT .........................................................................4
2.3 HAK DAN KEWAJIBAN NASABAH............................................................6
2.4 PIHAK PIHAK TERKAIT DALAM KARTU KREDIT ..................................7
2.5 SISTEM KERJA KARTU KREDIT .................................................................8
2.6 DASAR HUKUM KARTU KREDIT................................................................9
2.7 DASAR HUKUM KARTU KREDIT SYRIAH..............................................11
2.8 PERBEDAAN KARTU KREDIT SYARIAH DAN KONVERSIONAL.......11
BAB III PENUTUP .............................................................................................13
3.1 KESIMPULAN ...............................................................................................13
3.2 SARAN ..........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................15
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
jangka waktu tertentu Pada umumnya investasi ini dilakukan dalam bentuk
penyerahan modal secara tunai yang ditukar dengan sejumlah saham pada perusahaan
pasangan usaha ,investasi modal ventura ini.
2
BAB 11
PEMBAHASAN
3
c. Debit card
Merupakan suatu alat berbentuk kartu yang diterbitkan oleh suatu lembaga
keuangan (issuer) dan dapat digunakan sebagai alat pembayarantransaksi
pembelian barang dan jasa dengan cara mendebit ataumengurangi saldo
rekening simpanan pemilik kartu (card) serta pada saat yang sama
mengkredit saldo rekening penjual (merchant) sebesar nilai transaksi barang
dan jasa.
d. Cash card
Merupakan alat berbentuk kartu yang diterbitkan oleh suatu Lembaga
keuangan dan dapat digunakan sebagai alat penarikan uang tunai secara
manual melalui teller bank atau melalui ATM. Penjelasan tersebut
menunjukkan bahwa terdapat dua cara penarikan uang tunai dengan cas card
yaitu.
melalui petugas teller pada kantor cabang bank pengelola.
melalui ATM yang terdapat pada berbagai tempat
e. Check Giuarantee
Merupakan kartu yang digunakan sebagai jaminan dalam penarikan cek dan
dapat pula digunakan untuk menarik uang tunai.
4
2. Keuntungan bagi pemegang kartu
Kemudahan berbelanja dengan cara kredit jadi nasabah tidak perlumembawa
uang tunai untuk melakukan transaksi.
Kemudahan memperoleh uang tunai selama 24 jam dan 7 hari dalam
seminggu di berbagai tempat-tempat strategis sehingga memudah kanuntuk
memenuhi keperluan uang tunai yang mendadak.
bagi sebagian kalangan memegang kartu kredit memberikan
kesan bonafiditas sehingga memberikan kebanggaan tersendiri.
3. Keuntungan bagi pedagang (merchant)
sebagai bentuk pelayanan yang diberikan kepada para pelanggannya
sehingga pelanggan selalu kembali untuk melakukan hal yang
sama berulang-ulang.
Dapat meningkatkan omset penjualan
hal ini disebabkan adanyaminimal pembelanjaan serta akibat pemegang kart
u merasa tidak membayar tunai sehingga menggunakan sekehendaknya
maka biasanya pemegang kartu boros dalam melakukan transaksi.
4. Keuntungan bagi pengelola
Keuntungan bagi pengelola adalah penerimaan pendapatan berupa komisi atau
fee dari semua aktivitas yang dilakukan berkaitan dengan card holder.1
Disamping keuntungan bank card juga mengandung beberapa kerugian jika tidak
dilakukan secara hati-hati. Kerugian yang dimaksud antara lain:
Kerugian bagi bank dan lembaga pembiayaan
Jika terjadi kemacetan pembayaran oleh nasabah yang berbelanjaatau mengambil
uang tunai sulit untuk ditagih mengingat
persetujuan penerbitan kartu kredit biasanya tanpa jaminan benda benda berharga
sebagaimana layaknya kredit.
Kerugian bagi nasabah pemegang kartu
1
Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Yogyakarta, Bagian Penerbitan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 2005), hlm.39
5
Biasanya nasabah agak boros dalam berbelanja hal ini karena nasabah
tidak merasa tidak mengeleluarkan uang tunai untuk berbelanja sehingga kadang-
kadang ada hal-hal yang sebetulnya tidak perlu dibelikan juga. Kemudian
kerugian nasabah disebabkan karena Sebagian merchant membebankan biaya
tambahan untuk setiap kali melakukantransaksi. Kerugian lainnya adalah adanya
limit yang diberikan terkadangterlalu kecil.
6
c) Mengisi dan menandatangani formulir yang disediakan oleh bank, sesuai
dengan layanan jasa yang diinginkan oleh nasabah.
d) Melengkapi persyaratan yang telah ditentukan oleh bank.
e) Menyetor dana awal yang telah ditentukan oleh bank.
f) Menyerahkan buku cek/giro bilyet tabungan
2
Johannes Ibrahim, Kartu Kredit (Dilematis Antara Kontrak dan Kejahatan), (Bandung, PT. Refika
Aditama, 2004), hlm. 11
7
Sistem kerja kartu kredit adalah bekerjanya kartu kredit mulai dari penerbitan
kartu krdit,transaksi pembayaran atau penariak uang tunai sampai dengan transaksi
pembayaran oleh bankdengan melibatkan pihak pihak yang saling berkepentingan.
Berikut ini sistem kerja dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Nasabah mengajukan permohonan sebagai pemegang kartu dengan memenuhi
segala peraturan yang telah ditetapkan oleh bank atau perusahaan pembiayaan.
2. Bank atau perusahaan pembiayaan akan menerbitkan kartu apabila
disetujui,setelahmelalui penelitian terhadap kredibilitas (kepercayaan) dan (kapab
ilitas) calon nasabah, kemudiankartu tersebut diserahkan ke nasabha pemegang
kartu.
3. Dengan kartu yang telah disetujui pemegang kartu dapat melakukan
berbagaitransaksi pembelanjaan atau pembayaran di berbagai tempat yang mengi
kat perjanjian dengan bankatau perusahaan pembiayaan atau mengambil uang
tunai di berbagai ATM
Selanjutnya, apabila nasabah pemegang kartu melakukan transaksi, maka
sistem karja penagihannya adalah :
1. Pemegang kartu melakuakn transaksi dengan menujkukkankartu dan
menandatangani bukti belanja untuk memastikan kepemilikan kartu.
2. Pihak pedagang akan menagihkan ke bank atau lembaga pembiayaan
berdasarkan buktitransaksi berdasarkan bukti transaksi denagn nasabah denagn
pihak pedagang.
3. Bank atau lembaga pembiayaan akan membayar kembali kepada pedagang sesuai
dengan perjanjian yang telah mereka sepakati.
4. Pemegang kartu akan membayar sejumlah nominal yang tertera sampai bats
waktu yangtelah ditentuak dan apabila terjadi keterlambatan, maka nasabah akan
dikenakan dendadengan disertai suku bunga yang telah ditetapkan.
8
Dasar hukum atas pelaksanaan kegiatan kartu kredit ini di Indonesia adalah
sebagai berikut:
Perjanjian antar pihak sebagai dasar hukum
Sistem hukum di Indonesia menganut asas kebebasan berkontrak. Hal ini sesuai
dengan Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang berbunyi Semua perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang
membuatnya.
Dengan berlandaskan kepada pasal tersebut maka asalkan dibuat secara tidak
bertentangan dengan hukum ataupun kebiasaan yang berlaku, setiap perjanjian
baik itu yang berbentuk lisan maupun tulisan yang dibuat oleh para pihak yang
terlibat dalam kegiatan kartu kredit, akan berlaku sebagai Undang-Undang bagi
para pihak tersebut. Pada kenyataannya memang ada perjanjian yang dibuat oleh
mereka yang berhubungan dengan penerbitan dan pengoperasian kartu kredit
tersebut. Sebab itulah Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata dapat menjadi salah satu
dasar hukum bagi berlakunya kartu kredit. Dengan demikian tentunya pasal-pasal
tentang perikatan di dalam Buku III KUH Perdata berlaku terhadap perjanjian-
perjanjian yang berkenaan dengan kartu kredit.
Perundang-Undangan sebagai dasar hukum
Sistem hukum di Indonesia menganut asas kebebasan berkontrak. Hal ini sesuai
dengan Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang berbunyi Semua perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang
membuatnya.
Dengan berlandaskan kepada pasal tersebut maka asalkan dibuat secara tidak
bertentangan dengan hukum ataupun kebiasaan yang berlaku, setiap perjanjian
baik itu yang berbentuk lisan maupun tulisan yang dibuat oleh para pihak yang
terlibat dalam kegiatan kartu kredit, akan berlaku sebagai Undang-Undang bagi
para pihak tersebut. Pada kenyataannya memang ada perjanjian yang dibuat oleh
mereka yang berhubungan dengan penerbitan dan pengoperasian kartu kredit
9
tersebut. Sebab itulah Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata dapat menjadi salah satu
dasar hukum bagi berlakunya kartu kredit. Dengan demikian tentunya pasal-pasal
tentang perikatan di dalam Buku III KUH Perdata berlaku terhadap
perjanjianperjanjian yang berkenaan dengan kartu kredit
a. Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, yakni
Pasal 6 “menyediakan pembiayaan dan/atau melakukan kegiatan lain
berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia”, namun ketentuan itu kurang jelas sebagaimana yang
tercantum dalam Undang-Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 Tentang
Perbankan, Pasal 6 Huruf 1 menyebutkan “melakukan kegiatan anjak
piutang, usaha kartu kredit dan wali amanat”.
Dalam penjelasan pasal tersebut dikatakan bahwa “Kegiatan anjak piutang
merupakan piutang atau tagihan jangka pendek dari transaksi perdagangan
dalam dan luar negeri”. Usaha kartu kredit merupakan usaha dalam kegiatan
pemberian kredit atau pembiayaan untuk pembelian barang atau jasa yang
penarikannya dilakukan dengan kartu kredit. Secara teknis kartu kredit
berfungsi sebagai sarana pemindah bukuan dalam melakukan transaksi
pembayaran suatu transaksi.
b. Peraturan Bank Indonesia No. 7/52/PBI/2005 tentang Penyelenggaraan
Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu, yang telah diubah
dengan Peraturan Bank Indonesia No. 10/8/PBI/2008 dan terakhir diubah
dengan Peraturan Bank Indonesia No. 11/11/PBI/2009 tentang
Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu.
15 Pasal 1 ayat (4) yaitu Kartu Kredit adalah APMK yang dapat digunakan
untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu
kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan dan/atau untuk
melakukan penarikan tunai,
10
Alquran
al-Isra (17) : 26-27 tentang arangan menghambur-hamburkan harta secara boros
al-Baqarah (2) : 275 tentang larangan riba.
Al hadist
Kaidah-kaidah fikih dan pendapat ulama berkaitan denganKafalah, Qardh, dan
Ijarah
11
disandarkan pada imbalan atas jasa jah (dignity, kewibawaan) yang menurut
mazhab Syafi’i, hukumnya boleh. (Ahsan al-Kalam fi al-Fatawa wa al-Ahkam,
5/542).
(b) Tidak ada riba, bahkan akad yang diberlakukan adalah qardh al-hasan saat fitur
yang digunakan adalah cash advance. Artinya, nominal yang harus dikembalikan
hanya sebesar pinjaman dan fee penarikan uang tunai karena diberlakukan
pinjaman tanpa bunga (qardh hasan). Contohnya, jika si A meminjam Rp 10 juta,
nominal yang harus dibayarnya adalah Rp 10 juta karena perjanjian yang
disepakati adalah qardh.
(c) Saat ada keterlambatan bayar, pengguna hanya dikenakan biaya operasional
penagihan oleh bank (biaya ta’widh) merujuk pada fatwa DSN MUI Nomor
43/DSN-MUI/VIII/2004 tentang Ganti Rugi (ta’widh). Sedangkan kartu kredit
konvensional itu dikenakan bunga saat pengguna terlambat membayar.
Ketiga, kartu kredit syariah hanya digunakan untuk kebutuhan primer atau
sekunder dan tidak berlebih-lebihan. Selain sebagai bentuk edukasi kepada pengguna,
ini juga bagian dari perjanjian yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak terutama
nasabah sebagai pengguna. Saat pengguna menggunakan kartu kredit syariah ini
untuk kebutuhan pelengkap dan berlebihan, maka selain ia menyalahi tuntunan
syariah terkait dengan pola hidup juga telah menyalahi perjanjian antara pengguna
dengan penerbit. Sedangkan dalam kartu kredit konvensional tidak ada klausul dalam
perjanjian bahwa kartu kredit konvensional itu tidak boleh digunakan secara
berlebihan. Sehingga, bagi yang menggunakannnya secara berlebihan itu tidak
melanggar perjanjian. Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, kartu kredit syariah
telah didesain sebagai produk yang halal dan sesuai dengan syariah sebagaimana
fatwa DSN MUI Nomor 54/DSN-MUI/X/2006 tentang Syariah Card.
BAB 111
12
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kartu kredit syariah maupun konvensional memiliki kelemahan dan
keunggulan masing-masing. Kelemahan dan keunggulan yang dimiliki itu lah yang
menjadi bahan pertimbangan bagi nasabah untuk memilih kartu kredit yang akan
digunakan nantinya. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan penulis mengenai
penggunaan Credit Card dalam perspektif maqashid syariah dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Sistem Penggunaan Credit Card diawali dengan pengajuan aplikasi atau
permohonan penerbitan kartu kepada pihak bank, transaksi pembelanjaan sampai
dengan penagihan yang dilakukan oleh acquirer. Pemilik kartu harus memahami
tentang biaya-biaya finansial (fee) dan denda keterlambatan bagi orang yang
mampu namun lalai dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan
Bank penerbit. Selain memahami tentang biaya-biaya finansial (fee) pemilik
kartu juga harus memahami akad apa saja yang diterapkan dalam Credit Card
yang Fatwa DSN MUI No. 54/DSN-MUI/X/2006 diantaranya yaitu akad kafalah,
akad qard dan Akad ijarah.
2. Credit Card yang diterbitkan oleh BNI Syariah dapat digunakan oleh pemiliknya
untuk menambah modal usaha, transaksi via online, belanja kebutuhan harian
maupun bulanan dan lain sebagainya . Credit Card memiliki berbagai macam
manfaat yaitu untuk mempermudah pemilik kartu dalam bertransaksi, baik untuk
pembelian/pembayaran maupun penarikan uang tunai. Selain lebih praktis dan
aman pemilik kartu tidak perlu merasa khawatir lagi untuk kecurian atau
kehilangan uang tunainya. Penggunan Credit Card yang dikeluarkan Bank BNI
Syariah memberikan manfaat yang sesuai dengan maqashid syariah, yaitu
maqashid al-dharuriyah dan maqashid al-hajiyat.
3.2 Saran
13
Pihak Pemilik Kartu Diharapkan kepada nasabah yang menggunakan Credit
Card hendaknya menggunakan produk tersebut dengan sebaik mungkin. Nasabah
juga harus memahami secara mendalam tentang penggunaan kartu kredit syariah ini
sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
14
Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Yogyakarta, Bagian Penerbitan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 2005)
Johannes Ibrahim, Kartu Kredit (Dilematis Antara Kontrak dan Kejahatan), (Bandung, PT.
Refika Aditama, 2004)
Rully. (2021). Kartu Kredit Syariah, Tak Ada Bunga hingga Tak Bisa Dipakai di
Diskotik. Kompas.Com. https://money.kompas.com/read/2021/01/21
15