Anda di halaman 1dari 23

AKUNTANSI PERBANKAN DAN LPD (EKA329 A1)

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. I Wayan Ramantha, S.E., M.M., Ak., CPA.

RPS 2
“AKUNTANSI KLIRING DAN UNIT GIRO”

Disusun Oleh :
Kelompok 1
Ayu Made Surya Indra Dewi 1708561027
Ananda Fitria 1807511041
Angela Septiani Widya Malok 1807511083
Muhamad Wahyu Prasetyo 1807511084

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Akuntansi Unit Kliring dan
Giro”. Adapun di dalam pembuatan makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin
dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari itu, kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah di masa yang akan datang.
Semoga dengan disusunnya makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah ini dapat berguna bagi kami sendiri dan bagi orang yang
membacanya. Kami mohon maaf apabila dalam menyusun makalah ini terdapat kesalahan-
kesalahan yang tidak disengaja kami perbuat. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat.

Denpasar, 23 September 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB I (PENDAHULUAN).................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................... 1
BAB II (PEMBAHASAN)................................................................................................... 2
2.1 Ruang Lingkup Akuntansi Kliring............................................................................. 2
2.2 Ruang Lingkup Akuntansi Unit Giro......................................................................... 14
BAB III (PENUTUP)........................................................................................................... 19
3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semakin banyaknya transaksi dagang yang melibatkan pembayaran dengan bank,
mengakibatkan semakin banyaknya transaksi giral antar bank. Kelancaran pembayaran
transaksi dituntut semakin mudah dan tersusun rapi dalam menyelesaian semua transaksi
giral. Dalam menjalankan fungsinya, bank komersial menggunakan sarana kliring untuk
memudahkan penyelesaian transaksi antar bank. Bank dapat saling memperhitungkan hutang-
piutang yang terjadi akibat transaksi bisnis yang dilakukan masing-masing nasabahnya.
Transaksi antara nasabah bank tersebut menggunakan alat bayar berupa cek, bilyet giro, atau
surat dagang lainnya yang lazim diterima oleh bank.
Kliring merupakan sarana atau cara perhitungan hutang-piutang dalam bentuk surat-
surat berharga atau surat dagang dari suatu bank peserta yang diselenggarakan oleh Bank
Indonesia atau pihak lain yang ditunjuk. Kliring didefinisikan juga sebagai pertukaran warkat
atau data keuangan elektronik antarbank baik atas nama bank maupun nasabah yang hasil
perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.
Salah satu sumber dana bank dari pihak ketiga adalah simpanan giro. Simpanan giro
merupakan adalah simpanan dari nasabah yang dapat ditarik setiap saat oleh nasabah dengan
menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara
pemindahbukuan. Usaha bank untuk menghimpun dana dalam bentuk simpanan giro sangat
menentukan pertumbuhan bank, sebab volume dana yang berhasil dihimpun atau disimpan
tentunya akan menentukan pula volume dana yang dapat dikembangkan oleh bank tersebut
dalam bentuk penanaman dana yang menghasilkan bunga, sehingga dari selisih bunga
tersebut bank memperoleh keuntungan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu :
1. Bagaimanakah ruang lingkup akuntansi kliring?
2. Bagaimankah ruang lingkup akuntansi unit giro?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 RUANG LINGKUP AKUNTANSI KLIRING


2.1.1. Sistem Kliring
a. Pengertian Kliring
Menurut pasal 1 Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/5/PBI/2010, pengertian
kliring adalah pertukaran Data Keuangan Elektronik (DKE) dan/atau warkat antar
peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah yang perhitungkan
diselesaikan pada waktu tertentu.
Pengertian kliring menurut Veithzal adalah sarana perhitungan utang piutang yang
dilakukan dalam bentik surat berharga dan juga surat dagang antara bank-bank peserta
kliring yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral yang mengatur
untuk memajukan, memperluas dan memperlancar lalu lintas pembayaran giral serta
terselenggara secara mudah, cepat dan aman. (Veithzal (2013:352))
b. Dasar Hukum Penyelenggaraan Kliring
Landasan dasar hukum yang mengatur tentang penyelenggaraan dan
pelaksanaan kliring diantaranya yaitu :
 Peraturan Bank Indonesia (PBI) No 1/3/PBI/1999
 UU Bank Indonesia No.23 Tahun 1999
 Surat Edaran Bank Indonesia
c. Jenis-jenis Kliring
Ada 3 jenis kliring yaitu kliring lokal, kliring umum dan kliring antar cabang.
 Kliring lokal, adalah sarana perhitungan warkat antar bank yang proses
pelaksanaannya diawasi dan diatur oleh Bank Indonesia.
 Kliring umum, adalah sarana perhitungan warkat antar bank yang berada dalam
suatu wilayah kliring atau yang sudah ditentukan.
 Kliring antar cabang (interbanch clearing), adalah sarana perhitungan warkat
antar bank yang biasanya berada dalam satu wilayah kota. Kliring ini dilakukan
dengan mengumpulkan seluruh perhitungan dari suatu kantor cabang.
d. Sistem Kliring
Ada beberapa sistem yang dapat digunakan dalam penyelenggaraan kliring,
diantaranya :

2
 Sistem Manual
Sistem manual dalam kliring adalah penyelenggaraan kliring lokal yang
dilakukan secara manual oleh setiap peserta, baik dalam membuat bilyet saldo
kliring dan pemilihan warkat.
 Sistem Semi Otomasi
Sistem semi otomasi dalam kliring adalah sistem penyelenggaraan kliring lokal
yang dilakukan secara otomasi untuk pelaksanaan perhitungan dan pembuatan
bilyet saldo kliring dan dilakukan secara manual oleh setiap peserta dalam
pemilihan warkat.
 Sistem Otomasi
Sistem otomasi dalam kliring adalah sistem penyelenggaraan kliring lokal yang
dilakukan oleh penyelenggara secara otomasi dalam pelaksanaan perhitungan
pembuatan Bilyet Saldo Kliring dan pemilihan warkat.
 Sistem Kliring Elektronik
Sistem otomasi dalam kliring adalah sistem penyelenggaraan kliring lokal yang
dilakukan oleh penyelenggara secara otomasi dalam pelaksanaan perhitungan
pembuatan Bilyet Saldo Kliring dan pemilihan warkat.

2.1.2. Peserta Kliring


Peserta yang ikut Kliring ialah sebuah Bank, diantaranya :
 Peserta langsung adalah bank yang sudah tercatat sebagai peserta kliring ini dan
juga dapat memperhitungkan warkat atau notanya secara langsung dengan Bank
Indonesia atau melalui PT. Trans Warkat sebagai perantara.
 Peserta tidak langsung adalah bank yang belum terdaftar sebagai para peserta
kliring akan tetapi mengikuti kegiatan kliring melalui bank yang telah terdaftar.

Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu kantor bank umum agar dapat
menjadi peserta kliring, yaitu seperti berikut :
 Suatu kantor bank umum dapat diwajibkan ikut serta dalam kliring, setelah
mendapatkan persetujuan Bank Indonesia.
 Mempunyai izin suatu usaha yang sah.
 Keadaan administrasi dan kegunaan bank itu dapat memungkinkan bank untuk
memenuhi kewajibannya dalam kliring.

3
 Simpanan masyarakat dalam bentuk giro dan kelonggaran tarik kredit yang dapat
diberikan oleh kantor tersebut telah mencapai sekurang-kurangnya 20% dari
syarat modal yang disetor minimum.
 Menyetor suatu jaminan kliring sebesar 50% dari rata-rata kewajiban 20 hari
terakhir dikurangi 40% rata-rata tagihan harian 20 hari terakhir. Kewajiban ini
hanya berlaku bagi suatu kantor bank yang baru menjadi peserta kliring atau baru
direhabilitas. Jaminan kliring ini juga berlaku selam enam bulan terhitung sejak
tanggal penyetoran. Kewajiban moneter jaminan kliring ini tidak berlaku bagi
para peserta tidak langsung atau peserta yang pindah wilayah kliring.
 Bank peserta juga menunjuk minimal satu orang wakil tetap pada lembaga
kliring. Pemberitahuan mengenai wakil tetap ini dapat disampaikan secara tertulis
kepada bank Indonesia dengan dilampiri cantoh tanda tangan dan paraf dari
wakil-wakil tersebut.

2.1.3. Warkat dan Dokumen Kliring


a. Warkat
Warkat Kliring adalah alat pembayaran non tunai yang diperhitungkan atas
beban untuk rekening nasabah atau bank melalui kliring. Berikut ini bentuk-bentuk
warkat kliring, diantaranya yaitu :
 Cek
Cek sebagaimana yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD) termasuk juga cek perjalanan, cek dividen, cek cinderamata beserta cek
lain yang penggunaannya dalam kliring yang disetujui oleh Bank Indonesia.
 Bilyet Giro
Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana
untuk memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada
rekening pemegang yang disebutkan namanya, termasuk Bilyet Hiro Bank
Indonesia (BGBI).
 Wesel Bank Untuk Transfer (WBUT)
Wesel bank untuk transfer adalah wesel sebagaimana diatur dalam KUHD yang
diterbitkan oleh bank khusus untuk sarana transfer.

4
 Surat Bukti Penerimaan Transfer (SBPT)
Surat bukti penerimaan transfer adalah surat bukti penerimaan transfer yang
berasal dari luar kota yang bisa ditagihkan kepada bank peserta penerima dana
transfer yang dilakukan melalui kliring lokal.
 Nota Debet
Nota debet adalah warkat yang digunakan untuk menagihkan dana pada bank lain
untuk menagih dana pada bank lain untuk untung bank atau nasabah bank yang
menyampaikan warkat tersebut. Nota debet yang dikliringkan hendaknya telah
diperjanjikan dan dikonfirmasikan terlebih dahulu oleh bank yang menyampaikan
nota debet kepada bank yang akan menerima nota debet tersebut.
 Nota Kredit
Nota kredit adalah warkat yang digunakan untuk menyampaikan dana pada bank
lain untuk nasabah atau bank yang menerima wakat tersebut.

Proses penyelesaian warkat-warkat kliring di lembaga kliring terdiri dari:


a. Kliring keluar, adalah membawa warkat-warkat kliring ke lembaga kliring dan
menyerahkannya kepada yang berhak. Kliring keluar terdiri dari penyerahan surat-
surat debet keluar dan penyerahan Nota Kredit Keluar (LLG).
b. Kliring masuk, adalah menerima warkat di lembaga kliring dan diproses di bank
yang bersangkutan. Kliring masuk terdiri dari penerimaan surat-surat debet masuk dan
Nota Kredit masuk (LLG).
c. Pengembalian kliring (clearing retour), adalah pengembalian warkat-warkat kliring
yang tidak memenuhi syarat yang telah ditentukan.

Warkat-warkat yang dikliringkan tidak selamanya tertagih, bahkan setiap kali


transaksi kliring terdapat beberapa warkat yang ditolak pembayarannya. Dikarenakan
adanya beberapa alasan penolakan kliring pada saat penerimaan warkat-warkat kliring
dalam kliring masuk.

b. Dokumen Kliring
Dokumen kliring adalah dokumen yang berfungsi sebagai alat bantu dalam
proses perhitungan kliring di tempat penyelenggara.
Formulir kliring yang digunakan dalam proses manual perhitungan kliring
lokal meliputi :

5
 Neraca Kliring Penyerahan/Pengembalian
Formulir ini ialah suatu gabungan formulir yang disediakan oleh penyelenggaran
untuk menyusun rekapitulasi neraca kliring penyerahan ataupun pengembalian.
 Neraca Kliring Penyerahan/Pengembalian
Formulir ini ialah sebagai formulir yang disiapkan oleh peserta yang akan digunakan
oleh peserta sebagai fungsi dalam menyusun sebuah neraca kliring penyerahan atau
pengembalian atas dasar daftar warkat kliring penyerahan ataupun pengembalian.
 Bilyet Saldo Kliring
Bilyet saldo kliring ialah sebagai formulir yang ditujukan oleh peserta dan digunakan
oleh para peserta yang bertujuan untuk dapat menyusun bilyet saldo kliring yang
didasarkan pada neraca kliring penyerahan dan neraca kliring pengembalian.

2.1.4. Tata Cara Penyelenggaraan Kliring Lokal Manual


Mekanisme penyelenggaraan kliring terdiri dari 2 tahap yaitu:

1. Kliring Penyerahan

Kliring penyerahan meliputi kegiatan yang dilakukan di kantor peserta dan


yang dilakukan ditempat penyelenggara. Warkat kliring yang diserahkan oleh
masing-masing peserta:

a. Warkat Debet Keluar (WDK)


Warkat yang disetorkan oleh nasabah suatu bank untuk keuntungan rekening
nasabah tersebut.
b. Warkat Kredit Keluar (WKK)
Warkat kredit keluar adalah warkat pembebanan ke rekening nasabah yang
menyetorkan untuk keuntungan rekening nasabah lain.

2. Kliring Pengembalian

Warkat kliring yang diterima dari peserta lain:


a. Warkat Debet Masuk (WDM)
Warkat yang diserahkan oleh peserta lain atas beban nasabah bank yang
menerima warkat.
b. Warkat Kredit Masuk (WKM)

6
Warkat yang diserahkan oleh peserta lain untuk keuntungan nasabah bank yang
menerima warkat.

Dua tahap ini merupakan satu kesatuan dalam siklus kliring. Peserta
wajib mengikuti kedua aktivitas tersebut sampai kliring dinyatakan selesai oleh
penyelenggara dengan mengirimkan wakil peserta. Walaupun peserta yang
bersangkutan tidak mempunyai warkat yang akan dikliringkan pada kedua tahap
kliring tersebut.

2.1.5. Jadwal Kliting Lokal dan Pelimpahan Hasil Kliring


a. Hubungan antara Warkat Debet Keluar (WDK) dan Warkat Debet Masuk
(WDM) dapat dijelaskan dengan menggunakan ilustrasi sebagai berikut:

Gambar: hubungan antara warkat debet keluar dan warkar debet masuk

Bank yang menyerahkan warkat kliring keluar atau warkat debet keluar
(WDK), akan menikmati penambahan rekening giro pada Bank Indonesia. Sedangkan
Bank yang menerima warkatnya sendiri atau warkat debet masuk (WDM), saldo
gironya pada Bank Indonesia akan berkurang sebesar nilai nominal warkat tersebut.

7
b. Hubungan Warkat Kredit Keluar (WKK) dan Warkat Kredit Masuk (WKM)
dapat dijelaskan dengan menggunakan ilustrasi sebagai berikut:

Gambar: Hubungan antara warkat kredit keluar dan warkat kredit masuk

Bank yang menyerahkan warkat kliring keluar atau warkat kredit keluar
(WKK), akan menyebabkan pengurangan pada rekening giro pada Bank Indonesia.
Sedangkan Bank yang menerima warkat tersebut atau warkat kredit masuk (WKM),
saldo gironya pada Bank Indonesia akan bertambah sebesar nilai nominal warkat
tersebut.

c. Mekanisme kliring lokal manual secara ringkas bisa dijelaskan dengan ilustrasi
sebagai berikut:

Gambar: Mekanisme kliring lokal

Contoh Transaksi Kliring dan Pencatatannya: Darmo merupakan nasabah


Bank Lippo Bandung telah menarik cek sebesar Rp 50.000.000 untuk membayar
pembelian barang dagang kepada Agan nasabah Bank Niaga Bandung.

8
Pada contoh berikut, Bank Niaga Bandung telah menerima setoran dari Agan
berupa sebuah cek Bank Lippo sebesar Rp 50.000.000. Cek ini merupakan warkat
tagihan bagi Bank Niaga Bandung terhadap Bank Lippo Bandung sehingga perlu
dikliringkan melalui Bank Indonesia Bandung. Bank Niaga Bandung yang melakukan
penagihan terhadap Bank Lippo Bandung akan mengelompokkan warkat ini sebagai
Warkat Debet Keluar (WDK). Pada saat kliring 1 (penyerahan), Bank Niaga Bandung
harus mencatat penagihan kliring ini dalam rekening administrative (RAR kliring) dan
Bank Niaga Jakarta selaku yang menagih akan menunggu hasilnya pada kliring 2
(pengembalian).

Pada kliring 2 (pengembalian), Bank Lippo Bandung menerima warkat bank


sendiri yang ditarik oleh Darmo berupa cek dari peserta kliring (Bank Niaga
Bandung). Warkat ini merupakan Warkat Debet Masuk (WDM) karena Bank Lippo
Bandung harus mendebet rekening giro nasabah Darmo. Rekening lawannya adalah
mengkredit rekening giro Bank Indonesia.

1) Pencatatan jurnal pada masing-masing peserta kliring:

Pencatatan pada jurnal di Bank Niaga Bandung:

Transaksi Keterangan Rekening Debit Kredit


10/5 Kliring 1 Dr. RAR Kliring 50.000.000

10/5 Kliring 2 Cr. RAR Kliring 50.000.000

Dr. Giro Bank Indonesia 50.000.000


Cr. Giro Agan 50.000.000

Pencatatan pada jurnal di Bank Lippo Bandung:

Transaksi Keterangan Rekening Debit Kredit


10/5 Kliring 2 Dr. Giro Darmo 50.000.000
Cr. Giro Bank Indonesia 50.000.000

2). Neraca kliring pada masing-masing bank peserta kliring

Bank Niaga

9
Neraca Kliring

Keterangan Saldo (Rp) Keterangan Saldo (Rp)


(10/5) WDK 80.000.000
Menang Kliring 80.000.000
Jumlah 80.000.000 Jumlah 80.000.000

Bank Lippo

Neraca Kliring

Keterangan Saldo (Rp) Keterangan Saldo (Rp)


(10/5) WDM 80.000.000
Kalah Kliring 80.000.000
Jumlah 80.000.000 Jumlah 80.000.000

3). Neraca kliring yang disajikan Bank Indonesia

Bank Indonesia

Neraca Kliring

Bank Kalah Kliring Saldo (Rp) Bank Menang Kliring Saldo (Rp)
Bank Lippo 80.000.000 Bank Niaga 80.000.000

Jumlah 80.000.000 Jumlah 80.000.000

Jadwal penyelenggaraan kliring manual serta jadwal pelimpahan hasil kliring


ditetapkan oleh penyelenggara dengan persetujuan Bank Indonesia yang mewilayahi.
Jadwal kliring lokal yang ditetapkan merupakan rentang waktu bagi wakil peserta
diperkenankan untuk hadir dan mendistribusikan warkat pada proses
penyelenggaraaan kliring penyerahan/pengembalian. Sehingga setidaknya terdapat
dua kali pertemuan yang dilakukan, pertemuan pertama saat bank-bank yang terlibat
dalam transaksi kliring akan saling menyerahkan warkat, pertemuan kedua saat bank
peserta kliring akan saling mengembalikan warkat apabila terjadi penolakan.

1. Jadwal kliring I (penyerahan) ditetapkan pada pukul 10.30 s/d 14.30


(Senin – Jumat)
Jadwal kliring I (penyerahan) ditetapkan pada pukul 10.00 s/d 11.00 (Sabtu)

10
2. Jadwal kliring II (pengembalian) ditetapkan pukul 13.00 s/d 14.00 (Senin –
Jumat)
Jadwal kliring II (pengembalian) ditetapkan pukul 12.00 – 13.00 (Sabtu)

2.1.6. Sistem Kliring Warkat Luar Wilayah


Kliring warkat luar wilayah adalah penyelenggaraan kliring atas cek dan bilyet
giro yang diterbitkan oleh kantor bank yang bukan peserta di wilayah kliring dimana
cek dan bilyet giro tersbut dikliringkan. Karena adanya perkembangan teknologi yang
memungkinkan beberapa bank untuk melakukan verifikasi secara online terhadap cek
dan bilyet giro luar kota, maka Bank Indonesia mengembangkan system
penyelenggaraan kliring lokal atas cek dan bilyet giro yang bersal dari luar wilayah
kliring. Beberapa manfaat dari penerapan warkat luar wilayah seperti efektivitas dana
cek dan bilyet giro sesuai jadwal kliring lokal dimana warkat dikliringkan (same day
settlement), serta biya proses oleh Bank Indonesia sama dengan warkat lokal lainnya.
a. Mekanisme kliring warkat luar wilayah dapat di-ilustrasikan pada gambar
berikut:
Penjelasan gambar di atas:
1. X adalah nasabah Bank B di Surabaya, melakukan transaksi dengan Y yang
merupakan nasabah Bank A di Jakarta. Dalam hal ini X melakukan pembayaran
kepada Y dengan memberikan cek/BG Bank B Surabaya.
2. Y kemudian menyetorkan cek/BG tersebut ke rekeningnya di Bank A Jakarta.
3. Bank A yang ada di Jakarta, tidak perlu melakukan inkaso, melainkan dapat
langsung mengklringkan cek/BG bank tersebut melalui kliring lokal di Jakarta.
4. Kantor Bank B yang ada di Jakarta kemudian melakukan validasi cek/B tersebut.
5. Jika valid dan dana mencukupi, maka Bank B melalui penyelenggara kliring di
Jakarta akan menginformasikan efektivitas dana atas cek/BG tersebut.
6. Bank A kemudian menerima laporan mengenai efektivitas dana atas cek/BG
Bank B dari penyelenggara kliring di Jakarta.
7. Atas informasi, Bank A kemudian akan melakukan pengkreditan ke rekening
nasabah Y.
Dengan memperhatikan mekanisme di atas terlihat bahwa cek/BG yang
diterbitkan oleh Bank B di Surabaya tidak perlu dikirim atau diinkasokan ke
Surabaya. Sebab Bank B merupakan peserta kliring warkat luar wilayah dan

11
mempunyai kantor di wilayah kliring Jakarta. Dengan dikliringkan di Jakarta, maka
cek/BG tersebut akan diproses sesuai dengan jadwal Jakarta. Sehingga Bank A yang
mengkliringkan dapat memperoleh kepastian efektivitas dana yang lebih cepat atas
penagihan cek/BG tersebut, yaitu pada hari yang sama atau paling lambat keesokan
harinya sejak warkat dikliringkan.

b. Prinsip-prinsip umum dalam penyelenggaraan kliring warkat luar wilayah


adalah sebagai berikut:
• Cek dan BG yang diterbitkan oleh suatu kantor bank dapat dikliringkan di
wilayah kliring manapun sepanjang:
• Cek dan BG tersebut diterbitkan oleh bank yang sudah terdaftar sebagai peserta
kliring warkat luar wilayah.
• Di wilayah kliring di mana warkat tersebut dikliringkan terdapat kantor cabang
dari bank penerbit yang menjadi peserta kliring.
• Kepesertaan bank dalam kliring warkat luar wlayah tidak bersifat wajib,
tergantung pada kebutuhan dan kesiapan masing-masing bank
• Pencatatan untuk menjadi peserta kliring warkat luar wilayah cukup dilakukan
oleh kantor pusat bank dan berlaku bagi seluruh kantor bank yang bersangkutan
• Bank wajib menetapkan satu kantor koordinasi di setiap wilayah kliring di mana
bank tersebut menjadi peserta.
• Bank Indonesia tidak mengatur mekanisme internal bank dalam melakukan
validasi cek dan BG luar kotanya.
• Dalam penyelenggaraan kliring, proses dan perhitungan ats cek dan BG luar kota
tidak dipisahkan dari proses warkat lokal lainnya. Sehingga efektifitas dana cek
dan BG luar kota tersebut sama dengan jadwal kliring lokal di mana cek dan BG
tersebut dikliringkan.
• Perhitungan antar kantor dari bank tertarik diselesaikan secara internal oleh
masing-masing bank.
Penerapan kliring warkat luar wilayah tidak serta merta merupakan substitusi
bagi seluruh transaksi inkaso cek/BG saat ini. Namun demikian, penerapan kliring
warkat luar wilayah yang merupakan salah satu solusi bagi permasalahan transaksi
cek/BG luar kota, akan memberikan manfaat yang cukup besar, baik bagi masyarakat
maupun perbankan sendiri.

12
2.1.7. Mengenal Kliring Elektronik dan Otomasi
Saat ini kliring dapat dilakukan secara otomatisasi melalui suatu Autamated
Clearing House (ACH). Dimana semua kegiatan kliring akan dilakukan tanpa adanya
pertemuan dengan bank-bank yang terlibat dalam Lembaga kliring. Pertemuan kliring
dapat dilakukan secara online dan fisik warkatnya akan dikirimkan ke Bank Indonesia
setelah data entry dilakukan oleh peserta kliring.
• Mekanisme ACH digambarkan melalui diagram berikut:

Dalam pelaksanaan kegiatan kliring secara otomatisasi melalui ACH, bank


penarik tidak perlu bertemu langsung dengan bank tertarik. Bank peserta kliring yang
terlibat dalam transaksi kliring akan saling mengkliringkan warkat-warkatnya melalui
media elektronik computer yang online dengan ACH. Warkat secara fisik akan
dikirimkan ke Bank Indonesia untuk tujuan pengendalian dan pemantauan kegiatan
kliring ACH.
Bank penarik akan bersikap lebih agresif dalam melakukan kliring keluar atas
warkat debet keluarnya, disini bank akan mempercepat penarikan dana dari warkat
kliring karena harus memperhitungkan jumlah hari atau jam pengendapan dana kliring
tersebut. Dengan demikian bank penarik tidak akan membiarkan dananya menganggur
belum tertarik walau hanya sehari. Dilain pihak, bank tertarik akan bersikap pasif dan
bank tertarik tidak akan mempermasalahkan kapan bank tertarik akan melakukan
kliring. Bank Indonesia sebagai penyelenggara kliring melalui ACH, dituntut untuk

13
memiliki administrasi yang sempurna yang dapat memantau seluruh arus dana yang
masuk dan keluar dari semua peserta kliring yang terlibat.

2.2 RUANG LINGKUP AKUNTANSI UNIT GIRO


2.2.1. Definisi Giro
Dalam UU RI No 10 Tahun 1998 mendefinisikan Giro sebagai simpanan yang
dapat digunakan sebagai alat pembayaran dan penarikannya dapat dilakukan setiap
saat dengan menggunakan cek, sarana perintah lainnya atau dengan cara pemindah
bukuan. Setiap rekening Giro memperoleh number account, dimana setiap terjadi
transaksi akan dicatat oleh petugas Bank dan setiap akhir bulan akan dilaporkan
kepada nasabah Giro dalam bentuk rekening koran.

2.2.2. Sifat Rekening


Setiap kali terjadi mutasi pertambahan rekening giro nasabah akan dibukukan
di sebelah kredit dan setiap kali terjadi pengurangan rekening giro nasabah akan
dibukukan disebelah debet. Dengan demikian, saldo normal rekening giro adalah
sebelah kredit. Apabila saldo suatu rekening giro nasabah berada pada sisi debet,
maka rekening tersebut bersaldo negatif yang lazimnya dalam dunia perbankan
dikenal dengan saldo merah atau terjadinya overdraft (bersaldo negatif). Ketika terjadi
saldo negatif, maka kepada pemegang giro tidak dapat lagi menarik dananya dan
kepadanya tidak akan diberikan bunga atau jasa giro, melainkan akan dibebankan
dengan sejumlah biaya atau beban bunga yang harus dilunasi oleh nasabah yang
bersangkutan. Biaya bunga tersebut memperbesar saldo debet rekening giro yang
bersangkutan.

2.2.3. Mutasi Pada Rekening Giro


a. Mutasi Debet
Adalah mutasi yang mengakibatkan terjadi penurunan saldo rekening nasabah
yang disebabkan karena adanya penarikan dana. Sebagi contoh adalah penarikan tunai
dengan menggunakan cek, pembebanan biaya, administrasi bulanan, pembebanan
buku cek/BG.
b. Mutasi Kredit
Adalah mutasi yang mengakibatkan terjadi penambahan jumlah saldo nasabah
yang disebabkan karena adanya setoran dana. Contonya adalah setoran kliring, setoran

14
tunai dan pemberian jasa giro. Penentuan jasa giro berdasarkan pada saldo harian atau
lamanya daan mengendap, dengan berdasarkan saldo terendah dan berdasarkan pada
saldo rata – rata. Perhitungan bunga/jasa giro dapat didefinisikan secara matematis
sebagai berikut :
Saldo x Rate x Hari
Jasa Giro =
365/366
Dimana :
Jasa Giro = jasa giro yang diperhitungkan
Saldo = saldo nasabah
Rate = suku bunga/jasa giro % per tahun
Hari = jumlah hari pengendapan saldo

2.2.4. Pembukaan Transaksi Giro


Transaksi giro yang dibukukan oleh suatu bank dapat terjadi dari peristiwa
seperti setoran nasabah baik tunai maupun kliring, setoran dari transfer, pemindahan
bukuan karena kliring atau transfer, penarikan tunai atau kliring, penambahan karena
jasa atau bunga giro, pembebanan karena amanat nasabah dan lainnya.
a. Transaksi Pembukaan Rekening Giro dan Penyetoran
Setelah memenuhi segala persyaratan pembukaan rekening giro, seorang calon
nasabah diminta untuk segera menyetor sejumlah uang tertentu sebagai setoran
pertama. Sebagai contoh, apabila Mister Y membuka rekening giro pada Bank X dan
menyetor tunai sejumlah Rp 100.000.000 dan membayar tunai semua
biaya administrasi seperti penerbitan buku cek sebesar Rp 50.000, maka oleh Bank X
akan dibukukan sebagai berikut:
Debet : KAS ................................................................................. Rp. 100.050.000
Kredit : Giro – REKENING Mr Y............ ......................................... Rp. 100.000.000
Kredit : BARANG CETAKAN – BUKU CEK ..................................... Rp.
50.000

 Penyetoran Melalui Kliring


Apabila Mister Y kemudian menyerahkan sebuah cek giro Bank Z sebesar Rp.
10.000.000 untuk disetorkan ke dalam rekening gironya, maka oleh Bank X akan
dibukukan sebagai transaksi kliring. Pengkreditan ke dalam rekening Giro Mister Y

15
akan dilakukan setelah hasil kriliring tersebut dinyatakan berhasil. Untuk menampung
pengkreditan sementara, biasanya dikreditkan ke dalam rekening warkat kliring.
Warkat kliring ini dianggap sebagai debet keluar. Pembukuan untuk transaksi
penyetoran warkat kliring ini sebagai berikut :
Debet : BANK INDONESIA – GIRO........................................ Rp. 10.000.000
Kredit : Warkat Kliring............................................................... Rp. 10.000.000
Pada saat hasil kliring dinyatakan berhasil atau baik, maka akan dibukukan
dengan cara menihilkan rekening warkat kliring yang sifatya sementara, dengan jurnal
sebagai berikut :
Debet : Warkat Kliring ............................................................... Rp. 10.000.000
Kredit : Giro – REKENING Mr. Y............................................. Rp. 10.000.000
Khusus untuk pembukaan rekening giro yang dilakukan dengan menyerahkan
sebuah warkat kliring, transaksi penarikan rekening giro baru dapat dilakukan paling
cepat sehari setelah kliring diselesaikan. Seluruh transaksi penyetoran ini memiliki
kode transaksi sendiri yang akan memberikan informasi kepada manajemen bank akan
jenis penyetoran. Maksud dari kode ini adalah selain memberikan informasi juga
untuk tujuan keamanan bagi pihak bank, seperti mencegah terjadinya penyetoran
kliring dan penarikan giro pada hari yang sama.
• Penyetoran Melalui Transfer
Apabila Mister Y menerima transfer dari seorang rekannya yang merupakan
nasabah di Bank Z sebesar Rp. 5.000.000, maka oleh Bank X akan dibukukan sebagai
berikut :
Debet : BANK LAIN- GIRO ....................................................... Rp. 5.000.000
Kredit : GIRO – REKENING Mister Y ...................................... Rp. 5.000.000

b. Penarikan
Penarikan rekening giro dapat dilakukan setiap saat setelah memenuhi
persyaratan tertentu. Jenis penarikan kredit antara lain dapat berupa penarikan tunai,
penarikan dengan memberikan amanat bank, penarikan kliring, dan lainnya. Apabila
Mister Y menarik sleembar cek senilai Rp. 15.000.000 untuk dibayarkan oleh bank
secara tunai, maka oleh Bank X akan dibukukan sebagai berikut :
Debet : GIRO – Mister Y ...................................................................... Rp
15.000.000

16
Kredit : KAS RUPIAH ........................................................................... Rp
15.000.000
• Penarikan Secara Kliring
Penarikan secraa kliring dilakukan oleh nasabah dengan cara menerbitkan cek
untuk disetorkan kepada seseorang yang merupakan nasabah di bank lain.
Apabila Mister Y ingin menerbtkan cek sebesar Rp. 4.000.000 dan
memerintahkan Bank X agar menyerahkan cek tersebut kepada seorang nasabah di
Bank Z, maka Bank X akan membukukan sebagi berikut :
Debet : GIRO – REKENING MISTER Y .................................... Rp 4.000.000
Kredit : BANK INDONESIA – GIRO ......................................... Rp 4.000.000
• Penarikan Dengan Amanat
Seringkali seorang nasabah giro memberikan amanat kepada banknya untuk
memindahkan sejumlah dana atas beban rekening gironya. Pemberian amanat ini
harus tertulis dan disahkan oleh pejabat bank yang bersangkutan. Contoh yang paling
lazim adalah transfer keluar.
Apabila Mister Y memerintahkan Bank X Cabang Bali untuk mendebet
rekening gironya sebesar Rp. 2.000.000 untuk dipindah bukukan ke dalam rekening
seseorang di Bank X Cabang Malang, maka oleh Bank X Cabang Bali akan
dibukukan sebagai berikut :
Debet : GIRO – REKENING GIRO ............................................ Rp 2.000.000
Kredit : REKENING ANTAR KANTOR cabang Malang ........... Rp 2.000.000
Dalam hubungan transfer antar cabang akan tercipta hubungan antar kantor
yang akan ditampung dalam Rekening Antar Kantor (RAK). Rekening ini bersifat
reciprocal, yaitu bila satu pihak mendebet, maka pihak lainnya akan mengkredit.
Dengan demikian, rekening RAK ini akan nihil dalam laporan keuangan konsolidasi

c. Penarikan Jasa Giro Nasabah


Mister Y membuka rekening giro sebesar Rp. 75.000.000 dengan suku bunga
5% pa maka untuk jurnal transaksinya adalah sebagai berikut :
Debet : BBL Jasa Giro ................................................................ Rp 102.739,-
Kredit : PPh Jasa Giro .................................................................. Rp 20.548,-
Kredit : Rekening giro Nasabah ................................................... Rp 82.191,-

d. Pencadangan Jasa Giro

17
Pada setiap akhir Bulan, Bank melakukan pencadangan jasa giro nasabah
untuk memperkirakan hasil usaha yang akan diterima pada akhir bulan atau akhir
tahun. Bank X melakukan pencadangan jasa giro nasabah untuk periode September
2006 sebesar rp. 250.000.000,- Untuk jurnal transaksinya adalah sebagai berikut :
Debet : BBL Jasa Giro ................................................................ Rp 250.000.000,-
Kredit : KS Jasa Giro ................................................................... Rp 250.000.000,-

e. Riversing Jasa Giro Nasabah


Setiap pencadangan jasa giro nasabah yang dilakukan bank pada akhir bulan,
maka setiap bulan harus dinihilkan kembali. Hal ini karena pada setiap awal bulan
pembayaran jasa giro nasabah dilakukan secara riel. Bank X melakukan riversing jasa
giro nasabah pada awal bulan sebesar Rp. 250.000.000, maka jurnal transaksinya
adalah sebagai berikut :
Debet : KS Jasa Giro .................................................................... Rp 250.000.000,-
Kredit : BBI Jasa Giro ................................................................... Rp 250.000.000,-

f. Pembebanan Administrasi Bulanan


Setiap nasabah giro akan dikenakan biaya bulanan berupa biaya administrasi
bulanan. Setiap bank dalam membebani biaya bulanan berbeda satu dengan yang
lainnya. Seorang nasabah giro Bank X dikenakan biaya administrasi Rp. 30.000,-
untuk bulan September 2020 maka jurnal transaksinya adalah :
Debet : Rekening Giro Nasabah ................................................................ Rp
30.000,-
Kredit : Administrasi Giro .......................................................................... Rp
30.000,-

g. Penutupan Rekening Giro


Seorang nasabah giro, Mister Y menutup rekening gironya dengan saldo
Rp. 5.025.000,- biaya penutupan rekening giro adalah Rp. 25.000,- sisanya ditransfer
ke Bank X Cabang Malang, maka untuk jurnal transaksinya adalah sebagai berikut :
Debet : Rekening Giro Nasabah ............................................................ Rp
5.025.000,-
Kredit : POL Tutup Rekening Giro ............................................................ Rp
25.000,-

18
Kredit : KS Pengiriman Uang ................................................................. Rp
5.000.000,-

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kliring merupakan suatu istilah dalam dunia bank dan keuangan menunjukkan suatu
aktivitas yang berjalan sejak saat terjadinya kesepakatan untuk suatu transaksi hingga
selesainya pelaksanaan kesepakatan tersebut. Sistem kliring yang lazim dikenal, yakni
Sistem manual, Sistem Semi Otomasi, dan Sistem Otomasi. Kliring Manual adalah
penyelenggaraan kliring lokal yang dalam perhitungan, pembuatan bilyet saldo kliring serta
pemilihan warkat dilakukan secara manual oleh setiap peserta kliring. Perhitungan kliring
didasarkan pada warkat yang dikliringkan oleh peserta kliring. Sedangkan sistem Semi
Otomasi adalah kliring lokal yang perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring dilakukan
secara otomasi melalui alat bantu komputer. Namun pemilihan warkat tetap dilakukan
secara manual oleh bank peserta kliring. Sementara sistem kliring lokal yang dalam
perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring dan pemilahan warkat dilakukan secara
otomatis dengan bantuan komputer.
Jasa giro adalah pelayanan jasa keuangan yang dilakukan oleh perbankan kepada
masyarakat. Jasa giro bank adalah salah satu satu sumber pendapatan bank dan sumber dana
yang relatif murah. Setiap bank memiliki ketentuan sendiri dalam menentukan tingkat
bunga giro. ank mencatat jurnal transaksi giro sebesar nilai nominal dan disajikan sebesar
nilai kewajiban bank terhadap nasabah. Posisi normal giro adalah bersaldo kredit. Namun
demikian seringkali terjadi posisi giro yang TIDAK Normal atau bersaldo negatif. Dua
kondisi ini membutuhkan cara pencatatan jurnal giro yang agak sedikit berbeda. Namun
cara pencatatannya tetap harus sesuai dan memenuhi standar akuntansi keuangan yang
berlaku.

19
DAFTAR PUSTAKA

Taswan. 2013. Akuntansi Perbankan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.


Latumerissa, Julius R. 2017. Bank Dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Muthalib, Moch. Gunawan. 2012. Akuntansi Unit Giro.
http://unit3ekis.blogspot.com/2012/03/akuntansi-unit-giro_28.html (diakses pada tanggal
28 Maret 2012)
Majewski, Natan. Akuntansi Unit Giro. https://www.slideserve.com/natan/akuntansi-
unit-giro (diakses pada tanggal 24 September 2020)
Mekanisme Kliring. https://www.pelajaran.co.id/2020/11/kliring.html (diakses pada
tanggal 11 Januari 2020)
Guru Ekonomi. 2020. Kliring https://sarjanaekonomi.co.id/kliring/ (diakses pada 29
April 2020)
Akuntansi Kliring. (diakses pada tanggal 25 September 2020)
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132318570/pendidikan/bab-5-akuntansi-kliring.pdf
Outlook Sistem Kliring Jakarta. (diakses pada tanggal 26 September 2020)
http://sdarsono.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/32704/Kliring+Elektronik+Jakarta.p
df

20

Anda mungkin juga menyukai