Oleh :
Kelompok 3
Bayu secara pribadi insolven; sedangkan Aldi dan Citra secara pribadi masih
solven.
2. Aset nonkas yang dijual adalah sebagai berikut.
Para sekutu meminta rencana distribusi kas pada tanggal 1 Mei 2015, untuk
menentukan distribusi atas kas setelah tersedia selama proses likuidasi. Rencana
semacam itu selalu memberikan pembayaran kepada kreditor persekutuan sebelum
distribusi dapat dilakukan kepada para sekutu. Figur 16-6 menyajikan rencana
distribusi kas pada tanggal 1 Mei, tanggal awal proses likuidasi.
Pengamatan penting dari contoh tersebut adalah sebagai berikut.
1. Daya serap kerugian masing-masing sekutu dihitung ketika saldo modal
sebelum likuidasi dibagi dengan persentase pembagian kerugian para sekutu.
Aldi memiliki LAP tertinggi (Rp85.000.000), Citra memiliki LAP tertinggi
berikutnya (Rp70.000.000), dan Bayu memiliki LAP terendah
(Rp25.000.000). LAP masing-masing sekutu merupakan jumlah kerugian yang
sepenuhnya mengeliminasi saldo kredit modal netonya. Aldi adalah sekutu
yang paling tidak rentan terhadap kerugian, dan Bayu adalah yang paling
rentan terhadap kerugian.
2. Sekutu yang paling tidak rentan akan menjadi yang pertama untuk menerima
pembayaran tunai setelah pembayaran kepada para kreditor. Aldi akan
menjadi satu-satunya sekutu yang menerima kas hingga LAP menurun ke
tingkat sekutu tertinggi berikutnya, yaitu Citra. Untuk menurunkan LAP Aldi
sebesar Rp 15.000.000 membutuhkan pembayaran sebesar Rp6.000.000
(Rp15.000.000 x 0,40) kepada Aldi. Setelah pembayaran sebesar Rp6.000.000
kepada Aldi, daya serap kerugian yang baru akan sama dengan Citra, yang
dihitung dengan saldo modal Aldi yang tersisa sebesar Rp28.000.000 dibagi
dengan persentase pembagian kerugiannya sebesar 40% (Rp28.000.000 + 0,40
= Rp70.000.000).
3. LAP Aldi dan Citra sekarang akan sama, dan mereka akan menerima distribusi
kas hingga LAP masing-masing menurun ke tingkat tertinggi berikutnya, yaitu
sebesar Rp25.000.000 sebagaimana LAP Bayu. Mengalikan LAP
Rp45.000.000 (Rp70.000.000 - Rp25.000.000) dengan rasio pembagian
kerugian kedua sekutu menunjukkan berapa banyak kas yang tersedia
berikutnya agar dapat dibayarkan dengan aman kepada masing-masing sekutu.
Aldi dan Citra akan menerima distribusi kas sesuai dengan rasio pembagian
kerugiannya. Dengan tersedianya kas sebesar Rp27.000.000, maka yang akan
didistribusikan kepada Aldi dan Citra masing-masing adalah dengan rasio
40:60 untuk Aldi dan 20:60 untuk Citra.
4. Terakhir, saat ketiga sekutu tersebut memiliki LAP yang sama, maka sisa kas
yang tersedia akan didistribusikan menurut rasio pembagian kerugian masing-
masing sekutu.
Ringkasan rencana distribusi kas pada bagian bawah Figur 16-6 diberikan
kepada masing masing sekutu. Dari ringkasan ini, para sekutu mampu menentukan
jumlah relatif yang akan diterima masing-masing apabila telah tersedia kas pada
persekutuan.
1.3 Sekutu dan Persekutuan yang Tidak Likuid
Untuk sekutu yang tidak likuid aturan yang berlaku untuk mengklaim harta dari
sekutu yang bangkrut adalah sebagai berikut:
Jumlah terhutang kepada kreditur luar
Jumlah terhutang kepada kreditur persekutuan
Jumlah terhutang dari sekutu dari kontribusi
Kreditur persekutuan pertama kali menuntut pembayaran dari harta persekutuan, dan
kreditur dari sekutu individu harus mencri pemulihan klaim dari harta individu. Jadi,
harta individu dan persekutuan dipisahkan dalam menyusun prioritas klaim,
a) Persekutuan likuid–satu atau lebih sekutu tidak likuid
Dalam likuidasi persekutuan yang likuid, kreditur persekutuan mendapatkan
penggantian atas klaim mereka dari harta persekutuan. Persekutuan harus hati-
hati untuk tidak mendistribusikan harta persekutuan kepada sekutu yang tidak
likuid larena kreditur pribadi mereka mengklaim aktiva persekutuan atas
ketidaksanggupan sekutu membayar hutangnya. Begitu pula jika sekutu tidak
likuid memiliki saldo modal kredit dan sekutu yang likuid memiliki saldo
debit yang seimbang, maka kreditur pribadi sekutu yang tidak likuid klaim
atas harta pribadi sekutu yang likuid sejumlah saldo debitnya.
Sekutu individu yang memiliki saldo debit memiliki kewajiban terhadap
sekutu yang memiliki ekuitas dalam persekutuan sebesar saldo debitnya
meskipun persekutan dalam keadaan likuid. Tetapi bila sekutu yang memiliki
saldo modal debit secara pribadi juga tidak likuid, seluruh jumlah dari aktiva
pribadi sekutu itu diberikan kepada kreditur pribadinya, dan jumlah dimiliki
sekutu dari kontribusinya tidak akan dibagi dalam distribusi aktiva pribadi
sekutu.
b) Persekutuan tidak likuid
Ketika persekutuan tidak likuid, kas yang tersedia setelah seluruh aktiva
nonkas dikonversi menjadi kas tidak akan cukup untuk membayar kreditur
persekutuan. Kreditur persekutuan akan mendapat penggantian sebagian dari
aktiva persekutuan dan mendesak sekutu sekutu untuk menggunakan harta
pribadi untuk menutupi sisa klaim. Walaupun kreditur pribadi mempunyai
klaim lebih dulu atas harta pribadi, kreditur persekutuan dapat mencari
penggantian atas klaim mereka dari aktiva pribadi sekutu yang secar pribadi
likuid. Sekutu harus memberikan sejumlah kontribusi untuk menutupi
kewajiban persekutuan. Sekutu yang membayar lebih dari bagian
kewajibannya dalam persekutuan mempunyai klaim atas sekutu yang memiliki
saldo modal debit.
1.4 Laporan Usaha Patungan
Pada dasarnya usaha patungan atau joint venture tidak berbeda banyak dengan
persekutuan, yaitu kerja sama beberapa pihak untuk menyelenggarakan usaha
bersama dalam jangka waktu tertentu. Kerja sama tersebut akan berakhir setelah
tujuan tercapai atau pekerjaan selesai. Perbedaan yang pokok antara joint venture
dengan persekutuan adalah umurnya, dalam arti bahwa umur joint venture jauh lebih
pendek jika dibanding kan dengan umur persekutuan yang biasa.
1. Pembagian Laba Joint Venture
Seperti halnya persekutuan, maka laba joint venture juga hak para anggota.
Oleh karena itu laba joint venture akan dibagikan kepada para sekutu. Cara
(metode) pembagian labanya juga akan diatur di dalam perjanjian. Metode
pembagian laba yang dapat dipakai juga sama dengan metode pembagian laba
persekutuan, yaitu:
1) Laba dibagi sama,
2) Laba dibagi dengan ratio tertentu,
3) Laba dibagi sesuai dengan ratio modal, yaitu:
Modal mula-mula
Modal awal periode
Modal akhir periode, dan
Modal rata-rata
4) Laba dibagi dengan memperhitungkan bunga modal dan sisanya dibagi
menurut cara a, b atau c.
5) Laba dibagi dengan memperhitungkan gaji dan bonus dan sisanya
dibagi menurut cara a, b atau c.
6) Laba dibagi dengan memperhitungkan bunga modal, gaji serta bonus
dan sisanya dibagi menurut cara a, b atau c.
2. Akuntansi Joint Venture
Pada dasarnya akuntansi joint venture dapat diselenggarakan dengan 2
metode, yaitu:
1) Metode Akuntansi Terpisah
Di dalam metode ini joint venture menyelenggarakan akuntansi
secara tersendiri. Akuntansi yang diselenggarakan oleh joint venture in
pada dasarnya sama dengan akuntansi yang diselenggarakan oleh
persekutuan. Dalam hal ini joint venture akan menyelenggarakan
rekening-rekening, yaitu aktiva, utang, modal untuk masing-masing
sekutu, penghasilan dan biaya.
Dalam metode ini masing-masing sekutu hanya akan mencatat
investasi sendiri saja. Jadi para sekutu hanya akan mencatat apabila
haknya berubah. Metode ini biasanya dipakai oleh joint venture yang
umurnya lebih Panjang.
Contoh :
Dalam rangka perayaan Sekaten tahun 1991 A, B dan C sepakat untuk
mengadakan joint venture yang bergerak dalam bidang penjualan
pakaian dan mainan anak-anak selama perayaan Sekaten di alun-alun
utara Yogyakarta. Setoran modal masing-masing sekutu disepakati:
A Rp10.000.000,00
B Rp10.000.000,00
C Rp15.000.000,00
Cara pembagian laba disepakati:
a. A sebagai managing partner mendapat bonus 20% dari laba.
b. Sisa laba setelah dikurangi bonus akan dibagi:
A 30%,
B 30%, dan
C 40%
Transaksi yang terjadi selama beroperasinya joint venture tersebut
adalah:
- A menyetor modal berupa kas sebesar Rp10.000.000,00.
- Joint venture membayar biaya sewa tempat sebesar
Rp2.500.000,00.
- B menyetor kas sebesar Rp10.000.000,00 sebagai setoran
modal.
- C menyerahkan barang dagangan sebagai setoran modal. Harga
perolehan barang dagangan tersebut Rp14.000.000,00, akan
tetapi nilainya disepakati Rp15.000.000,00.
- Joint venture membeli tambahan barang dagangan seharga
Rp9.000.000,00. Pembelian ini dilakukan oleh managing
partner.
- Joint venture membayar berbagai macam biaya usaha sebesar
Rp3.500.000,00.
- Joint venture berhasil menjual semua barang dagangan seharga
Rp35.000.000,00 secara tunai.
- Rugi-laba joint venture dihitung dan dibagikan kepada para
partner.
- Joint venture dibubarkan dan semua kas dibagikan kepada para
sekutu.
Apabila joint venture menyelenggarakan akuntansi secara terpisah,
maka pencatatan baik oleh joint venture maupun oleh masing-masing
partner dapat dilihat pada Tabel 5.1 pada halaman berikut ini. Per
hitungan pembagian laba dapat dilihat pada Tabel 5.2.
DAFTAR PUSTAKA
http://fekool.blogspot.com/2017/02/disolusi-dan-likuidasi-persekutuan.html?m=1