PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejalan dengan sangat diperlukannya laporan keuangan dalam suatu bank
berdasarkan pengelolaan data transaksi baik yang permanen maupun yang bersifat
sementara. Dalam menghasilkan laporan keuangan yang sesuai dengan standar
akuntansi keuangan, diperlukanlah ketelitian atau pemahaman dalam menyusun,
mengikhtisarkan serta pengklasifikasian akun sesuai dengan kelompok akun masing.
Dalam pembahasan ini memuat tentang pengklasifikasian akun sumber dana dalam
perusahaan perbankan. Adapun yang akan dimuat dalam pembahasan ini yaitu beberapa
akun yang merupakan sumber dana atau modal di Bank seperti dana setoran haji, surat
berharga yang diterbitkan, pinjaman yang diterima, dan lain sebagainya.
Bank adalah lembaga keuangan utama yang menyalurkan dana dari unit surplus ke unit
defisit. Di dalam dunia perbankan, setiap bank harus memelihara catatan-catatan guna
menyediakan data bagi keperluan laporan tentang kondisi bank, laporan tentang
pendapatan dan biaya, serta untuk perhitungan pajak.
BAB II
PEMBAHASAN
Secara berkala jumlah setoran ini dipindahbukukan kedalam rekening CV. Arafat
dengan jurnal :
Dengan demikian hanya terjadi perpindahan dana dari tabungan kedalam rekening giro
yang semuanya merupakan dana murah bagi bank.
B. SURAT BERHARGA YANG DITERBITKAN
Salah satu sumber dana yang dimiliki oleh bank adalah dengan menjual surat pengakuan
hutang yang telah diterbitkan dan di tanda tangani oleh nasabahnya yang belum mampu
melunasi hutangnya. Surat pengakuan hutang ini diberikan kepada Bank sebagai
jaminan atas pelunasan hutang nasabah yang bersangkutan.
Surat pengakuan hutang dari nasabah ini dianggap sebagai aktiva oleh Bank yang
menerimanya dan demikian dapat diperjual belikan. Oleh Bank yang menerima surat
pengakuan tersebut dapat saja dijual ke Bank Indonesia untuk mendapatkan alat likuid
yang diperlukan oleh bank yang bersangkutan. Penjualan surat berharga ini disebut
dengan Surat Berharga Pasar Uang ( SBPU ) yang akan dikenakan sejumlah biaya
bunga oleh si pembeli.
1. Prosedur Penerbitan Surat Berharga
Secara skematis dapat dijabarkan prosedur penerbitan surat berharga sebagai berikut :
Bank penerbit SBPU harus menjamin penjualan surat berharga ini kepada Bank Pembeli
SBPU. Maksud dari jaminan ini adalah apabila SBPU yang telah dijualnya tidak dapat
tertagih, maka bank yang menjualnya berkewajiban mengembalikan pembayarannya.
Dengan demikian sifat penjualan surat berharga ini sama halnya dengan penjualan
wesel tagih, yang dikenal sebagai Notes Receivable Discounted. Selama wesel ini
outstanding, maka bank penjual SBPU tetap memiliki kewajiban ( hutang ).
2. Akuntansi Untuk Penerbitan SBPU
Akuntansi untuk penerbitan SBPU dapat dibedakan antara penerbitan, penjualan, dan
pelunasan SBPU. Rekening Surat Berharga yang Diterbitkan (SBPU )ini adalah
rekening hutang atau dana bank yang selalu akan bersaldo kredit sepanjang surat
berharga masih outstanding.
Penerbitan.
Contoh, apabila seorang nasabah Bank Omega membuat surat pengakuan tentang
hutang atas pinjaman yang telah diterima sebesar Rp 80.000.000,00 beserta bunga Rp
20.000.000,00 atau keseluruhan sebesar Rp 100.000.000,00 dengan suku bunga 14%
pertahun jangka waktu 6 bulan, kemudian pada hari yang sama dijual oleh Bank Omega
kepada Bank Indonesia dan dibebankan diskonto 13,5% setahun. Hasil penjualan
tersebut dibukukan untuk rekening Giro Bank Omega di Bank Indonesia. Pada Bank
Omega dicatat sebagai berikut:
Surat berharga ............................................. Rp 100.000.000,00
Debitur .......................................................................... Rp 80.000.000,00
Pendapatan bunga debitur yang diterima dimukan ..... Rp 20.000.000,00
Surat berharga yang diterima dari nasabah sebagai pelunasan debitur dapat dijual ke
salah satu bank untuk mendapatkan alat likuid bagi bank yang sedang memilikinya.
Sebagai contoh, surat berharga tersebut akan diterbitkan dan dijual ke BI, oleh Bank
Indonesia dikenakan diskonto. Proses ini dibuat dengan rediskonto ke BI. Pada waktu
rediskonto ke BI akan terjadi hutang atau kewajiban Bank Omega kepada BI atas surat
berharga yang telah dijual tersebut. Kewajiban ini dicatat dalam rekening SBPU.
SBPU dijual ke BI diskonto 13.5%/tahun: (Penjualan)
BI Giro ...................................................... Rp 93.250.000,00
Diskonto SBPU yang belum diamortisasi ...... Rp 6.750.000,00
Surat berharga SBPU ............................................ Rp 100.000.000,00
Diskonto SBPU tersebut akan dialokasikan setiap bulannya kedalam rekening biaya
dengan jurnal sbb:
Biaya diskonto SBPU................................... Rp 1.250.000,00
Diskonto SBPU Yang belum diamortisasi ................... Rp 1.250.000,00
Pelunasan:
Pada saat jatuh tempo setelah amortisasi diskonto bulan terakhir dan SBPU dilunasi
oleh Bank Omega dan oleh nasabah yang menerbitkan surat pengakuan hutang
tersebut , oleh Bank Omega dicatat sbb:
Surat berharga SBPU .................................. Rp 100.000.000,00
Kas/Giro Nasabah ......................................... Rp 100.000.000,00
Surat berharga ......................................................... Rp 100.000.000,00
BI-Giro ....................................................................... Rp 100.000.000,00
Pinjaman yang diterima dari suatu lembaga di luar negri yang di salurkan melalui
pemerintah sebelum diterima oleh bank pelaksana lazimnya dikenal dengan nama Two
Step Loan.
Dana yang diterima berasal dari penerbitan obligasi yang sifatnya jangka panjang juga
akan dicatat dalam hutang jangka panjang dan sebagian hutang dari obligasi ini akan
menjadi hutang jangka pendek pada saat akan jatuh waktu dalam setahun.
Pinjaman yang diterima dalam rangka pembiayaan suatu atau beberapa proyek lazimnya
digolongkan sebagai hutang jangka panjang sebelum proyek tersebut selesai
pembangunannya.
Pembayaran bunga pinjaman akan dikurangi langsung dari Giro Bank Gunadarma di
Bank DKI senilai bunga yang harus dibayar oleh pihak Bank Gunadarma
Biaya bunga (Pinj-bank) Rp. 45.000.000,00
Bank Lain Giro (Aktiva) Rp. 45.000.000,00
c. Obligasi
Bank Gunadarma menerbitkan 100 lembar obligasi dengan @ Rp. 1.000.000,- suku
bunga 12%pa.
Kas Rp. 100.000.000,00
Hutang obligasi Rp. 100.000.000,00
Setiap tanggal jatuh bunga tiap bulan, Bank Gunadarma harus menyisihkan bunga
sebesar 1% atau 1 juta dan ditempatkan pada rekening titipan sampai pemegang obligasi
menjual kembali kepada bank.
Biaya Bunga Obligasi Rp. 1.000.000,00
D. KEWAJIBAN LAIN-LAIN
Pos kewajiban lain-lain ini merupakan pos untuk menampung kewajiban-kewajiban
Bank yang tidak dapat digolongkan ke dalam salah satu pos dana dan tidak cukup
materai untuk disajikan dalam pos tersendiri.
Jenis kewajiban lain-lain antara lain adalah pendapatan yang diterima dimuka, biayabiaya listrik, telepon dan lain sebagainya yang belum dibayar.
Pendapatan yang diterima dimuka akan di bukukan sebagai kewajiban Bank pada sisi
passiva. Pendapatan yang diterima dimuka ini akan dialokasikan secara berangsurangsur selama umur dari pos tersebut.
Pendapatan yang diterima dimuka, yang meliputi jumlah uang atau aktiva lain yang
diperoleh tetapi belum diakui sebagai pendapatan untuk periode yang bersangkutan,
seperti pendapatan sewa jangka panjang yang diterima dimuka, uang muka kontrak
pemberian jasa jangka panjang dan lain sebagainya. Penyajian pendapatan yang
ditangguhkan atau diterima dimuka ini akandisajikan kedalam hutang lancar.
Contoh, Bank Gunadarma menempatkan dananya pada Bank Permata dalam bentuk
sertifikat berjangka yang bunganya diterima dimuka sebesar Rp 200 juta, suku bunga
14,4% pa dengan jangka waktu 6 bulan.
Bank Permata Sertifikat Berjangka Rp 200.000.000,00
BSB yang Diterima Dimuka Rp 14.400.000,00
Bank Indonesia Rp 185.600.000,00
Setiap bulannya Bank Gunadarma mencatat alokasi pendapatan bunga yang diterima
dimuka tersebut.
Bunga Sertifikat Berjangka YDD Rp 2.400.000,00
Pendapatan Bunga Sertifikat Berjangka Rp 2.400.000,00
bahwa laba sebesar Rp 34. 000.000,00. Dengan demikian, terhadap utang pajak
penghasilan harus dikoreksi sebagai berikut :
Hutang pajak semula Rp 42.000.000,00
Pajak sebenarnya Rp 34.000.000,00
Koreksi kelebihan pajak Rp 8.000.000,00
Ayat jurnal dalam mencatat koreksi pajak ini adalah :
Hutang pajak penghasilan Rp 8.000.000,00
Biaya pajak penghasilan Rp 8.000.000,00
E. PINJAMAN SUBORDINASI
Pinjaman Subordinasi adalah pinjaman yang diperoleh berdasarkan suatu perjanjian
antara bank dengan pihak lain yang hanya dapat dilunasi apabila bank telah memenuhi
persyaratan tertentu. Pelunasan atas kewajiban ini baru dapat dikakukan apabila seluruh
dana atau simpanan yang ada dalam bank dalam hal terjadi likuidasi telah dilunasi saldo
dari pinjaman subordinasi yang belum dilunasi ini disajikan dalam neraca.
F. MODAL PINJAMAN
Modal pinjaman adalah pinjaman yang didukung dengan menggunakan instrumen yang
disebut capital notes , loan stock atau warkat lain yang dipersamakan dengan itu, dan
mempunyai sifat modal sendiri.
1. Ciri-Ciri Modal Pinjaman
Modal pinjaman memiliki ciri antara lain sebagi berikut :
a. Tidak dijamin oleh bank penerbit ( issuer ) dan sifatnya dipersamakan dengan modal (
subordinated ) serta telah dibayar penuh.
b. Tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiatif pemilik ( pemegang capital notes ).
c. Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah kerugian bank
melebihi laba ditahan dan cadangan-cadangan yang termasuk modal inti, meskipun
bank belum di likuidasi.
d. Pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila bank dalam kaadaan rugi atau labanya
tidak mencukupi untuk membayar bunga tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sumber dana atau modal dalam suatu Bank antara lain :
1. Dana setoran haji, yaitu dana yang disimpan oleh nasabah di suatu bank yang
tujuannya sebagai biaya khusus untuk naik haji oleh nasabah kemudian diteruskan ke
pihak yang menangani.
2. Surat berharga yang diterbitkan, yaitu surat berharga yang dikeluarkan oleh bank dan
ditanda tangani oleh nasabah sebagai pengakuan ketidakmampuan dalam melunasi
hutangnya.
3. Pinjaman yang diterima.
Jenis pinjaman yang diterima oleh suatu bank dapat terdiri dari beberapa ragam
pinjaman : Antara lain pinjaman jangka panjang dari bank lain, pinjaman dari luar negri
yang disalurkan kepada pemerintah untuk kemudian diteruskan kepada bank pelaksana,
obligasi, maupun pinjaman dalam rangka pembiayaan bersama satu atau beberapa
proyek.
4. Kewajiban lain-lain
Jenis kewajiban lain-lain antara lain adalah pendapatan yang diterima dimuka, biayabiaya listrik, telepon dan lain sebagainya yang belum dibayar.
5. Pinjaman Subordinasi, yaitu pinjaman yang diperoleh berdasarkan suatu perjanjian
antara bank dengan pihak lain yang hanya dapat dilunasi apabila bank telah memenuhi
persyaratan tertentu.
6. Modal pinjaman, yaitu pinjaman yang didukung dengan menggunakan instrumen
yang disebut capital notes , loan stock atau warkat lain yang dipersamakan dengan itu,
dan mempunyai sifat modal sendiri.
7. Modal Bank
Modal bank merupakan hak pemilik bank kepada bank yang bersangkutan. Modal bank
ini juga merupakan hutang bank kepada para pemiliknya, oleh sebab itu disajikan
sebagai salah satu komponen passiva disebelah kanan neraca.
DAFTAR PUSTAKA
http://alisahbaniharahap.blogspot.co.id/2012/01/akuntansi-sumber-dana
http://vinakurniadi.blogspot.co.id/2010/05/akuntansi-sumber-dana-perbankan