Anda di halaman 1dari 21

RENCANA STRATEGIK DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN

Dosen Pengampu :

Dr. Putu Ayu Pramitha Purwanti, SE., M.Si

Kelas : EKI314 (A2)

KELOMPOK 13

Nama Anggota Kelompok:

Komang Ira Mahayani (1806511013)/29

Putri Pardede (1713521006)/30

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................2
RINGKASAN.........................................................................................................3
Pengertian Pembangunan Berkelanjutan............................................................4
Tujuan dan Faktor Penghambat Pembangunan Berkelanjutan.......................6
a. Tujuan..........................................................................................................6
b. Faktor Penghambat....................................................................................9
Kebijakan Jangka Pendek dan Jangka Panjang..............................................11
Pencegahan Polusi................................................................................................13
Kerjasama Internasional dan Pelestarian Lingkungan...................................14
Kerjasama dan Program Dalam Negeri............................................................16
KESIMPULAN.....................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

2
RINGKASAN
Pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) merupakan
pembangunan yang memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengurangi kemampuan
generasi-generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Tujuan dari
Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs)
mencakup berbagai sasaran, SDGs memiliki 5 pondasi utama yaitu manusia,
planet, kesejahteraan, perdamaian, dan kemitraan yang ingin mencapai tiga tujuan
mulia di tahun 2030 berupa mengakhiri kemiskinan, mencapai kesetaraan dan
mengatasi perubahan iklim. Kemiskinan masih menjadi isu penting dan utama,
selain dua capaian lainnya. Untuk mencapai tiga tujuan mulia tersebut, disusunlah
17 Tujuan Global Pembangunan Berkelanjutan.
Implementasi SDGs menemui beberapa hambatan besar, yakni
meningkatnya utang pemerintah di beberapa negara berkembang. Selain itu,
beberapa negara berkembang juga semakin tertinggal dari sisi pendapatan per
kapita yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti kerapuhan (fragility) dan
konflik. Melalui Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang ditetapkan
melalui Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, ditetapkan berbagai dokumen
perencanaan pembangunan baik jangka panjang, menengah, maupun pendek.
Sejalan dengan pembangunan berkelanjutan, banyak limbah dan polusi
yang juga dihasilkan maka diuraikan beberapa cara untuk mencegah terjadinya
polusi akibat pembangunan berkelanjutan. Selain melakukan pencegahan polusi,
pemerintah juga melakukan Kerjasama baik internasional maupun Kerjasama
dalam negeri guna melakukan pelestarian lingkungan. Kerjasama internasional
dilakukan dengan negara-negara lain sedangkan untuk Kerjasama dalam negeri
dilakukan dengan membuat program-program yang bekerjasama dengan instansi
tertentu maupun masyarakat.

3
Pengertian Pembangunan Berkelanjutan
Secara etimologi, pembangunan berarti bangun, bangun berarti sadar siuman,
bergerak, bangkit, dan berdiri. Dalam arti bentuk (ilmu bangun), bangun berarti
bangun persegi panjang sedangkan dalam arti kata kerja, bangun adalah membuat,
mendirikan atau membina. Apabila dilihat dari segi etimologi, konsep
pembangunan meliputi anatomik bentuk), fisiologi (kehidupan), behavioral
(perilaku). Sementara menurut pendapat beberapa ahli terkait pengertian
pembangunan, adalah sebagai berikut:
1. Pontoh dan Kustiwan mendefinisikan mengenai pembangunan adalah
suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar
dan terencana; sedangkan perkembangan adalah proses perubahan yang
terjadi secara alami sebagai dampak dari adanya pembangunan
2. Kartz mengartikan pembangunan sebagai perubahan yang lebih luas dari
masyarakat terhadap suatu keadaan kehidupan yang kurang bernilai
kepada keadaan yang lebih bernilai.
3. Tjokrowinoto menyimpulkan beberapa makna dari pembangunan sebagai
berikut:
a. Pembangunan sebagai proses perubahan sosial menuju ketatanan
kehidupan masyarakat yang lebih baik.
b. Pembangunan sebagai upaya manusia yang sadar, terencana dan
terlembaga.
c. Pembangunan sebagai proses sosial yang bebas nilai (value free).
d. Pembangunan memperoleh sifat dan konsep transedental sebagai
metadiciplinary phenomenon, bahkan memperoleh bentuk sebagai
ideologi, the ideology of developement.
e. Pembangunan sebagai konsep yang sarat nilai (value loaded)
menyangkut proses pencapaian nilai yang dianut suatu bangsa secara
makin meningkat.
f. Pembangunan menjadi culture specific, situation specific, dan time
specific.
Berdasarkan berbagai definisi pembangunan yang bervariasi di atas, maka
kita bisa menarik sebuah kesimpulan bahwa Pembangunan adalah kegiatan atau
usaha secara sadar, terencana dan berkelanjutan untuk merubah kondisi suatu

4
masyarakat menuju kondisi yang lebih baik menyangkut semua aspek kehidupan
fisik-nonfisik, material-spiritual, meliputi berbagai bidang kehidupan masyarakat.
Pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) merupakan
pembangunan yang memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengurangi kemampuan
generasi-generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Sementara
Mannion menyebutkan bahwa konsep sustainable development adalah suatu
kebutukan guna melakukan rekonsiliasi pembangunan ekonomi, kualitas
kehidupan, dan lingkungan dalam kerangka politik yang beragam yang saling
berkaitan pada tingkat internasional dan global.
Soemarwoto dalam Sutisna (2006:9), memaparkan bahwasanya terdapat
empat indikator yang dapat dijadikan tolok ukur pembangunan berkelanjutan
secara sederhana yang dapat digunakan baik untuk pemerintah pusat maupun di
daerah untuk menilai keberhasilan seorang Kepala Pemerintahan dalam
pelaksanaan proses pembangunan berkelanjutan. Adapun empat tolak ukur
tersebut meliputi:
1. Pro Ekonomi Kesejahteraan.
Penjelasan dari Pro Ekonomi Kesejahteraan adalah pertumbuhan ekonomi
ditujukan untukkesejahteraan semua anggota masyarakat, dapat dicapai
melalui teknologi inovatif yang berdampak minimum terhadap kerusakan
lingkungan.
2. Pro Lingkungan Berkelanjutan.
Penjelasan dari Pro Lingkungan Berkelanjutan adalah menyangkut tentang
etika lingkungan non antroposentris yang menjadi pedoman hidup
masyarakat, sehingga mereka selalu mengupayakan kelestarian dan
keseimbangan lingkungan, konservasi sumberdaya alam vital, dan
mengutamakan peningkatan kualitas hidup non material.
3. Pro Keadilan Sosial.
Penjelasan dari Pro Keadilan Sosial adalah keadilan dan kesetaraan akses
terhadap sumberdaya alam dan pelayanan publik, menghargai diversitas
budaya dan kesetaraan jender.
4. Pro lingkungan hidup (Pro-Environment)

5
Penjelasan dari Pro lingkungan hidup yaitu mengenai beberapa indikator
yang dapat digunakan untuk mengukurnya.
Pada proses pembangunan berkelanjutan dapat mengoptimalkan manfaat
sumber daya alam, sumber daya manusia, dan iptek dengan menserasikan ketiga
komponen tersebut, sehingga dapat berkesinambungan. Pembangunan
berkesinambungan ini dikenal dengan pembangunan berkelanjutan, yaitu:
pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan manusia melalui
pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana, efisiensi, dan memperhatikan
pemanfaatannya baik untuk generasi masa kini maupun generasi yang akan
datang. Hal ini berarti, upaya peningkatan kualitas manusia yang dilakukan pada
masa ini harus mempertimbangkan juga kualitas manusia pada masa yang akan
datang.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa makna pembangunan
berkelanjutan tidak lepas dari kelestarian lingkungan. Lingkungan yang lestari
diharapkan dapat menopang kehidupan manusia. Dengan demikian, pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan mampu meningkatkan mutu hidup
generasi masa sekarang dan masa depan.

Tujuan dan Faktor Penghambat Pembangunan Berkelanjutan


a. Tujuan
Tujuan dari Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development
Goals (SDGs) mencakup berbagai sasaran, SDGs memiliki 5 pondasi utama yaitu
manusia, planet, kesejahteraan, perdamaian, dan kemitraan yang ingin mencapai
tiga tujuan mulia di tahun 2030 berupa mengakhiri kemiskinan, mencapai
kesetaraan dan mengatasi perubahan iklim. Kemiskinan masih menjadi isu
penting dan utama, selain dua capaian lainnya. Untuk mencapai tiga tujuan mulia
tersebut, disusunlah 17 Tujuan Global Pembangunan Berkelanjutan berikut ini
1) Tanpa Kemiskinan. Tidak ada kemiskinan dalam bentuk apapun di
seluruh penjuru dunia.
2) Tanpa Kelaparan. Tidak ada lagi kelaparan, mencapai ketahanan pangan,
perbaikan nutrisi, serta mendorong budidaya pertanian yang berkelanjutan.

6
3) Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan. Menjamin kehidupan yang sehat
serta mendorong kesejahteraan hidup untuk seluruh masyarakat di segala
umur.
4) Pendidikan Berkualitas. Menjamin pemerataan pendidikan yang
berkualitas dan meningkatkan kesempatan belajar untuk semua orang,
menjamin pendidikan yang inklusif dan berkeadilan serta mendorong
kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang.
5) Kesetaraan Gender. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan
kaum ibu dan perempuan.
6) Air Bersih dan Sanitasi. Menjamin ketersediaan air bersih dan sanitasi
yang berkelanjutan untuk semua orang.
7) Energi Bersih dan Terjangkau. Menjamin akses terhadap sumber energi
yang terjangkau, terpercaya, berkelanjutan dan modern untuk semua
orang.
8) Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan yang Layak. Mendukung
perkembangan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif, lapangan kerja
yang penuh dan produktif, serta pekerjaan yang layak untuk semua orang.
9) Industri, Inovasi dan Infrastruktur. Membangun infrastruktur yang
berkualitas, mendorong peningkatan industri yang inklusif dan
berkelanjutan serta mendorong inovasi.
10) Mengurangi Kesenjangan. Mengurangi ketidaksetaraan baik di dalam
sebuah negara maupun di antara negara-negara di dunia.
11) Keberlanjutan Kota dan Komunitas. Membangun kota-kota serta
pemukiman yang inklusif, berkualitas, aman, berketahanan dan
bekelanjutan.
12) Konsumsi dan Produksi Bertanggung Jawab. Menjamin keberlangsungan
konsumsi dan pola produksi.
13) Aksi Terhadap Iklim. Bertindak cepat untuk memerangi perubahan iklim
dan dampaknya.
14) Kehidupan Bawah Laut. Melestarikan dan menjaga keberlangsungan laut
dan kehidupan sumber daya laut untuk perkembangan pembangunan yang
berkelanjutan.

7
15) Kehidupan di Darat. Melindungi, mengembalikan, dan meningkatkan
keberlangsungan pemakaian ekosistem darat, mengelola hutan secara
berkelanjutan, mengurangi tanah tandus serta tukar guling tanah,
memerangi penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi tanah,
serta menghentikan kerugian keanekaragaman hayati.
16) Institusi Peradilan yang Kuat dan Kedamaian. Meningkatkan perdamaian
termasuk masyarakat untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan
akses untuk keadilan bagi semua orang termasuk Lembaga dan
bertanggung jawab untuk seluruh kalangan, serta membangun institusi
yang efektif, akuntabel, dan inklusif di seluruh tingkatan.
17) Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. Memperkuat implementasi dan
menghidupkan kembali kemitraan global untuk pembangunan yang
berkelanjutan.
Emil Salim berpendapat bahwa pembangunan berkelanjutan bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi
manusia. Secara umum pembangunan yang berkelanjutan pada hekekatnya
dilaksanakan dalam rangka menjamin keberlangsugan hidup generasi masa akan
datang melalui pemerataan pembangunan. Sejalan dengan pemerataan
pembangunan tersebut, Sutamihardja (2004), menyatakan enam (6) tujuan
pembangunan berkelanjutan, sebagai berikut:
a) Pemerataan manfaat hasil-hasil pembangunan antar generasi
(intergenaration equity) yang berarti bahwa pemanfaatan sumberdaya
alam untuk kepentingan pertumbuhan perlu memperhatikan batasbatas
yang wajar dalam kendali ekosistem atau sistem lingkungan serta
diarahkan pada sumberdaya alam yang replaceable dan menekankan
serendah mungkin eksploitasi sumber daya alam yang unreplaceable
b) Safeguarding atau pengamanan terhadap kelestarian sumber daya alam
dan lingkungan hidup yang ada dan pencegahan terjadi gangguan
ekosistem dalam rangka menjamin kualitas kehidupan yang tetap baik bagi
generasi yang akan datang.

8
c) Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam semata untuk kepentingan
mengejar pertumbuhan ekonomi demi kepentingan pemerataan
pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan antar generasi.
d) Mempertahankan kesejahteraan rakyat (masyarakat) yang berkelanjutan
baik masa kini maupun masa yang mendatang (inter temporal).
e) Mempertahankan manfaat pembangunan ataupun pengelolaan sumberdaya
alam dan lingkungan yang mempunyai dampak manfaat jangka panjang
ataupun lestari antar generasi.
f) Menjaga mutu ataupun kualitas kehidupan manusia antar generasi sesuai
dengan habitatnya.
b. Faktor Penghambat

Kurang dari tiga tahun setelah diadopsi, implementasi SDGs kini menemui
suatu hambatan besar, yakni meningkatnya utang pemerintah di beberapa negara
berkembang. Selain itu, beberapa negara berkembang juga semakin tertinggal dari
sisi pendapatan per kapita yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti
kerapuhan (fragility) dan konflik. Berikut beberapa hambatan dalam mewujudkan
SDGs :

Penerimaan pajak rendah, dukungan internasional lemah


Satu masalah utama adalah banyak dari negara-negara berkembang tidak
mampu meningkatkan penerimaan pemerintah secara memadai. Terdapat banyak
alasan di balik hal ini basis pengenaan pajak yang sempit, ketergantungan
menerus terhadap industri ekstraktif, dan administrasi pajak yang lemah. Namun
penghindaran pajak juga merupakan bagian dari masalah tersebut. Rendahnya
penerimaan pajak di negara-negara berkembang berpendapatan rendah dimana
median pendapatan pajak hanya sekitar 13,3 persen dari PDB sebagian dapat
ditelusuri pada sifat perekonomian mereka yang informal dan penghindaran pajak.
Berkenaan dengan hal tersebut, langkah pertama dari strategi reformasi apa
pun tentunya adalah meningkatkan penerimaan di dalam negeri. Namun di dunia
dimana kegiatan bisnis semakin mengglobal, upaya-upaya domestik saja tidak
cukup. Kita juga perlu memperkuat kerja sama internasional di bidang pajak.
Cukup menggembirakan bahwa berbagai pemerintah kini sedang mengembangkan

9
standar internasional baru mengenai pertukaran informasi pajak—kita perlu
memastikan bahwa negara-negara berkembang juga dapat memperoleh manfaat
dari hal ini.
Bantuan pembangunan resmi (Official Development Assistance, ODA) juga
memiliki peran penting dalam hal ini. Berdasarkan data yang baru saja dirilis,
jumlah ODA mencapai $146.6 milyar pada tahun 2017. Namun jumlah ini masih
kurang dari setengah target yang disepakati secara internasional, yaitu 0,7 persen
dari pendapatan nasional bruto (Gross National Income). Selain itu, semakin
banyak proporsi ODA ditujukan untuk keadaan darurat, seperti biaya pengungsi
dalam negeri dan bantuan kemanusiaan. Sementara bantuan tersebut memang
genting, hal tersebut menyisakan sedikit dana yang tersedia untuk investasi publik
jangka panjang dalam pembangunan berkelanjutan. Namun Aliran masuk bantuan
pembangunan resmi ke negara-negara yang paling miskin dan paling rentan telah
mengalami stagnasi dan hanya terkonsentrasi di beberapa negara saja. Negara-
negara donor perlu meningkatkan dukungan mereka dalam bidang ini.
Investasi swasta untuk mendukung SDGs
Mengingat besarnya kebutuhan investasi, amat penting untuk dapat menarik
lebih banyak investasi swasta. Namun negara-negara yang paling kurang
berkembang masih berjuang untuk melakukannya dalam skala besar, terutama di
sektor-sektor di luar industri ekstraktif. Laporan ini menyerukan kepada negara-
negara berkembang untuk terus membangun lingkungan bisnis yang kompetitif,
termasuk dengan memperbaiki rerangka kelembagaan dan regulasi dan
mengembangkan proyek-proyek yang sedang berjalan dan proyek-proyek yang
layak investasi terutama di bidang infrastruktur.
Belakangan, para pembuat kebijakan juga fokus pada pembagian risiko
dengan investor swasta, melalui instrumen seperti penjaminan dan kemitraan
pemerintah-swasta. Jika dilakukan dengan benar, kegiatan campuran tersebut
dapat berpotensi membuka investasi SDG tambahan. Untuk saat ini, investasi-
investasi tersebut kebanyakan luput dari negara-negara di mana kebutuhan akan
investasi tersebut justru terbesar. Namun Hanya 7 persen dari keseluruhan
pembiayaan investasi swasta yang sejauh ini sudah dimobilisasi diarahkan ke
proyek-proyek di negara-negara paling tidak berkembang.

10
Terdapat pula risiko bahwa kegiatan-kegiatan tersebut juga akan menambah
beban utang, termasuk melalui utang-utang bersyarat yang dicatat di luar neraca.
Risiko-risiko ini perlu dikelola dengan hati-hati.

Risiko utang yang meningkat


Akan tetapi, pertumbuhan utang belakangan ini tidak seluruhnya merupakan
berita buruk. Akses yang lebih besar terhadap pasar keuangan internasional dan
pinjaman oleh kreditur baru seperti Tiongkok telah membuka pembiayaan yang
sangat dibutuhkan untuk investasi infrastruktur dalam beberapa tahun-tahun
terakhir. Dan investasi dalam kapasitas produktif, jika dilakukan dengan benar,
dapat menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi yang mengimbangi kewajiban
utang. Laporan tersebut merekomendasikan agar penilaian keberlanjutan utang
mempertimbangkan saluran penting ini.
Tetapi masalah muncul ketika utang sudah tinggi, saat sumber daya tidak
dibelanjakan dengan baik (termasuk ketika terdapat korupsi dan kelemahan tata
pemerintahan), atau ketika suatu negara dilanda bencana alam atau guncangan
ekonomi seperti pembalikan arus modal yang tiba-tiba. Masalah lainnya adalah
gelombang baru kredit swasta sering kali diiringi suku bunga yang lebih tinggi
dan jangka waktu yang lebih pendek. Selain itu, koordinasi di antara para kreditor
menjadi semakin sulit sehingga menciptakan masalah ketika restrukturisasi utang
perlu dilakukan. Ketika risiko krisis utang tinggi, respons cepat untuk mengurangi
tekanan keuangan yang segera (immediate financial stress) dapat menghasilkan
perbedaan besar antara pemulihan cepat dan kerusakan jangka panjang.
Kita perlu berpikir keras untuk mendapatkan solusi inovatif di sini. Sebagai
contoh, penggunaan yang lebih luas dari instrumen utang bersyarat-negara (state-
contingent debt instruments)—yang mengurangi atau menunda kewajiban utang
suatu negara selama krisis—dapat memberi keringanan dalam beberapa kasus.
Dengan mengurangi risiko kegagalan bayar dan premi risiko, instrumen semacam
ini juga memperluas ruang fiskal yang tersedia untuk investasi.
Gagasan lainnya yang menarik adalah pertukaran utang untuk iklim (debt-
for-climate swaps)—hal ini mengharuskan penyandang dana lunak
(concenssional funders) membeli kembali utang yang belum terbayar,

11
membebaskan sumber daya untuk memerangi perubahan iklim dan membantu
daerah-daerah yang terkena dampak bencana terkait iklim.

Kebijakan Jangka Pendek dan Jangka Panjang


Pemerintahan negara Indonesia, sebagaimana yang diamanatkan dalam
konsitusi, dibentuk untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Untuk mencapai
tujuan bernegara tersebut, maka pemerintah wajib melaksanakan pembangunan
yang berkeadilan dan demokratis yang dilaksanakan secara bertahap dan
berkesinambungan. Oleh karenanya pembangunan tersebut haruslah direncanakan
dengan baik dan partisipatif untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan bangsa.
Maka dari itu, melalui Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang
ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, ditetapkan berbagai
dokumen perencanaan pembangunan baik jangka panjang, menengah, maupun
pendek. Dokumen tersebut adalah sebagai berikut :
a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) yang merupakan
dokumen perencanaan untuk periode 20 (dua puluh) tahun. Pelaksanaan RPJP
Nasional 2005-2025 terbagi dalam tahap-tahap perencanaan pembangunan
dalam periodisasi perencanaan pembangunan jangka menengah nasional 5
(lima) tahunan.:
1. RPJM pertama ( 2005-2009 ) diarahkan untuk menata kembali dan
membangun Indonesia disegala bidang yang ditujukan untuk menciptakan
Indonesia yangaman dan damai,adil dan demokratis serta tingkat
kesejahteraan rakyatnyameningkat.
2. RPJM kedua (2010-2014) ditujukan untuk lebih memantapkan penataan
kembali Indonesia disegala bidang dengan menekankan pada upaya
peningkatan kualitasSDM termasuk pengembangan iptek serta penguasaan
daya saing perekonomian.
3. RPJM ketiga (2015-2019) ditujukan untuk lebih memantapkan
pembangunansecara menyeluruh diberbagai bidang dengan menekankan
pencapainan daya saing kompetitif perekonomian.” Berlandaskan

12
keunggulan SDA dan SDM berkualitas serta kemampuan yang terus
meningkat.
4. RPJM keempat (2020-2025) ditujukan untuk mewujudkan masyarakat
Indonesia yang mandiri,maju,adil dan makmur melalui percepatan
pembangunan diberbagai bidang.”hal ini dilakukan dengan menenkankan
terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh belandaskan keunggulan
kompetitif diberbagai wilayah didukung SDM berkualitas dan berdaya
saing”.
b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), yang
merupakan dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun.
c. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang merupakan dokumen Rencana
Pembangunan Tahunan Nasional untuk periode 1 (satu) tahun. RKP merupakan
rencana pembangunan tahunan nasional, yang memuat prioritas pembangunan
nasional, rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran
perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta
program kementerian/lembaga, lintas kementerian/lembaga kewilayahan dalam
bentuk kerangka regulasi dan pendanaan yang bersifat indikatif. RKP
merupakan pedoman bagi penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN).

Pencegahan Polusi
Yang dimaksud dalam tindakan pencegahan adalah: dalam pemakaian bahan,
proses, atau kegiatan lain yang mengurangi atau menghilangkan terjadinya polusi
atau limbah pada sumber. Ini meliputi usaha usaha mengurangi pemakaian bahan
berbahaya, energi, air, atau sumber lainnya, dan kegiatan yang bersifat melindungi
sumber daya alam melalui pelestarian atau pemakaian yang lebih efisien.
Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan bahwa pencegahan polusi
mengharuskan perubahan pendekatan dari apa yang dimaksud sebagai strategi
‘akhir proses’(end of pipe strategy) menjadi strategi ’pengurangan dari awal
sampai akhir’(front-end reduction strategy). Ini dapat diartikan bahwa limbah
yang dihasilkan merupakan variabel strategi dan bukan hanya merupakan tugas
yang harus dipecahkan setelah limbah itu muncul.

13
Beberapa isu dalam pembangunan berkelanjutan telah dijelaskan secara rinci
oleh Mudiyarso, yaitu:
a. Perubahan iklim global;
b. Penipisan lapisan ozon;
c. Menurunnya keanekaragaman hayati;
d. Menurunnya kualitas lingkungan;
e. Masalah kemiskinan.
Di samping isu di atas, beberapa contoh permasalahan lingkungan yang
diakibatkan oleh pembangunan, antara lain:
1. Pembangunan Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Menciptakan siklus
karbon pemanasan bumi, perubahan iklim. dan Siklus tata air terganggu (erosi,
banjir, dan kekeringan).
2. Pembangunan Industri yang menghasilkan limbah padat, limbah cair, imbah
gas, bau, dan kebisingan. Menimbulkan masalah Pencemaran sungai, Pencemaran
air sawah dan air laut , Pencemaran air dan udara yang digunakan masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, maka salah satu instrumen yang sangat penting
dilakukan pada tahap awal dalam rangka mencegah perusakan dan pencemaran
lingkungan (polusi) adalah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
AMDAL merupakan dokumen wajib bagi pelaksana pembangunan apabila
pembangunan yang dilakukan berdampakbesar dan penting bagi lingkungan.
Dokumen AMDAL berisikan tentang prosedur atau tahapan pokok yang wajib
dilalui oleh pelaksana pembangunan. Adapun yang termasuk ke dalam usaha
dan/atau kegiatan yang memungkinkan menimbulkan dampak besar dan penting
terhadap lingkungan hidup antara lain sebagai berikut:
Pengurangan di sumbernya, yang berarti setiap kegiatan yang berusaha
mengurangi jumlah bahan berbahaya yang mencemari lingkungan. Seperti
misalnya kita mengurangi penggunaan plastik yang kita tahu di mana plastik itu
sendiri karena tidak baik bagi lingkungan karena tidak mudah untuk diuraikan
oleh alam. Penggantian pemakaian bahan kimia beracun, pemakaian bahan kimia
berbahaya untuk mengganti bahan yang dianggap berbahaya bagi lingkungan dan
menjadi sumber polusi. Mengubah proses manufaktur di mana pemakaian cara

14
produksi alternatif yang diharapkan dapat menghasilkan produk yang tidak
menimbulkan efek samping berupa limbah limbah berbahaya

Kerjasama Internasional dan Pelestarian Lingkungan


Kerjasama Internasional dapat berlangsung dalam ruang lingkup yang
berbeda, baik pada skala global, inter-regional, regional, maupun bilateral. Kalau
ditinjau dari banyaknya pihak yang terlibat, dapat dilihat dari segi
penggolongannya, seperti kerjasama bilateral, trilateral, atau multilateral.
Kerjasama pada sistem internasional dapat diklasifikasikan berdasarkan isu-isu
global yang ada, seperti transformasi isu internasional, keamanan, perdagangan,
ekonomi, lingkungan hidup, serta masih banyak isu lainnya. Kerjasama
internasional berupa transaksi dan interaksi antar negara-bangsa dalam sistem
internasional yang berlangsung secara rutin untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu
sehingga dapat memuaskan dua atau lebih pihak-pihak yang berkolaborasi itu.
Kerjasama internasional dapat dilakukan sebagai upaya untuk mencari solusi
terhadap persoalan yang terjadi di dunia baik yang bersifat transnasional,
internasional, ataupun global.
Penjelasan di atas memunculkan pemahaman bahwa kerjasama
internasional dapat ditempuh sebagai salah satu upaya mencari jalan keluar
terhadap persoalan yang terjadi di lingkungan global. Kerjasama internasional
bersifat spesifik pada isu-isu tertentu, dimana tujuannya tentu saja agar
pembahasan dan solusi yang dihasilkan lebih spesifik dan terarah serta terorientasi
dengan jelas. Dengan melakukan kerjasama internasional, persoalan-persoalan
yang dihadapi dapat dipecahkan secara bersama diantara masing-masig pihak
yang bekerjasama. Semakin efektif kerjasama yang dilakukan, semakin positif
pula bagi upaya penyelesaian persoalan.
Terkait upaya pelestarian lingkungan hidup, melakukan kerjasama
internasional merupakan salah satu alternatif solusi yang efektif. Hingga saat ini
sudah terdapat beberapa bentuk kerjasama internasional terkait persoalan
lingkungan hidup. Menurut Sutrisno (2005) pada tahun 1940 sampai 1972 tercatat
hampir 60 perjanjian internasional yang berisi komponen lingkungan hidup yang
dianggap penting bagi kehidupan manusia. Organisasi internasional di bawah
PBB berperan aktif dalam mengangkat isu lingkungan seperti WHO, WMO,

15
ICAO, IAEA, FAO, UNESCO, OECD, IMO, ILO, dan lain-lain. Tahun 1968 dan
1969 PBB mengesahkan revolusi guna menyelenggarakan The United Nations
Conference of Human Environment. Konferensinya itu baru terwujud pada tahun
1972 yang diselenggarakan di Stockholm.
Pada periode 1972-1992 atau setelah konferensi Stockholm, PBB
membentuk United Nation Environment Programme (UNEP) dan Dana
Lingkungan Internasional (Environment Fund). Pada periode ini dilakukan
kerjasama internasional untuk penanganan masalah-masalah lingkungan yang
konvensional. Beberapa konvensi yang dihasilkan pada periode ini diantaranya
konvensi Vienna (1985), Protokol Montreal (1987), Konvensi Biodiversity
(1992), dan dibetuk pula Komisi Lingkungan dan Pembangunan (WCDE) yang
melakukan pendekatan integral dalam menanggapi permasalahan lingkungan
hidup yang kemudian berkembang menjadi konsep pembangunan berkelanjutan.
Pada periode 1992 hingga saat ini, terjadi berbagai kemajuan dalam
kerjasama internasional di bidang lingkungan hidup. Kesadaran-kesadaran tentang
pentingnya kesinambungan lingkungan untuk mendukung pembangunan
berkelanjutan semakin tinggi. Pada tahun 1992 berlangsung United Nation
Conference on Envinronment and Development (UNCED) yang menghasilkan
Deklarasi Rio dan Agenda 21. Pada periode ini dibentuk pula Komisi
Pembangunan Berkelanjuran di bawah ECOSOC. Pada tahun 2002 telah
diselenggarakan pula KTT Pembangunan Berkelanjutan di di Johannesburg,
Afrika Selatan. Pada tahun 1997 PBB mengadakan  Konvensi Rangka Kerja PBB
tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), UNFCCC selanjutnya menjadi kerjasama
yang penting dalam permasalahan lingkungan hidup karena menghasilkan
Protokol Kyoto yang merupakan langkah nyata perbaikan iklim dunia melalui
persetujuan pengurangan emisi oleh negara-negara industri maju di dunia. Pada
tahun 2007 UNFCCC mengadakan pertemuan di Bali. Selanjutnya pada tahun
2012 UNFCCC mengadakan pertemuan di Doha.
Melalui kerjasma internasional yang dilakukan, upaya pelestarian
lingkungan diharapkan dapat berlangsung lebih efektif dan memberikan hasil
nyata demi penyelamatan dan pelestarian lingkungan hidup di tingkat global.

16
Kerjasama dan Program Dalam Negeri
Kebijakan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan harus muncul di
dalam batas-batas negara. Persis sama halnya dengan perjanjian internasional
dimana kebijakan dalam negeri juga sangat memerlukan kerjasama walaupun
dalam bentuk yang berbeda. Pembangunan berkelanjutan dan tujuan lain seperti
pencegahan polusi mengharuskan adanya perubahan besar yang sangat diperlukan
oleh suatu perusahaan dalam pengambilan keputusan dan perencanaan
produksinya serta mendesain dan memasarkan produksinya. Untuk memantau
agar terjadi perubahan hendaknya pemerintah harus bekerjasama dengan industri
dan kelompok lingkungan untuk berbagi informasi untuk mendapatkan solusi
menuju pencapaian baik tujuan pelestarian lingkungan maupun tujuan usaha
bisnis
Kerjasama yang disponsori oleh pemerintah negara maju juga mempunyai
pengaruh terhadap lingkungan di negara lain seperti di indonesia. Kerjasama
tersebut misalnya apa yang disebut sebagai brainly program di mana suatu
rencana yang memantau kerja sama antara bisnis dan pemerintah yang bertujuan
untuk meningkatkan efisiensi pemakaian energi itu. Selain itu ada lagi program
lain yang disebut energi start program dimana adanya suatu perencanaan dalam
pemberian label pada produk yang mendorong pengusaha untuk mengembangkan
produk yang hemat energi. Kerjasama yang disponsori oleh pemerintah di
indonesia khususnya kementerian negara lingkungan hidup antara lain:
Program Eco Pesantren. Merupakan kerjasama antara kementerian negara
lingkungan hidup dengan menteri agama tentang pengembangan peran lembaga
pendidikan islam dalam pengelolaan lingkungan hidup. Arti Eco Pesantren adalah
satu institusi pendidikan islam yang mempunyai kepedulian pada aktivitas yang
tanggap terhadap lingkungan hidup, dimana salah satu tujuannya adalah
memberdayakan komunitas pesantren untuk meningkatkan kualitas lingkungan
yang islami. Bagi Indonesia, pengembangan program eco-pesantren memiliki nilai
yang sangat strategis. Sebagai Negara yang berpenduduk muslim terbesar dunia
yakni mencapai 200 juta, Indonesia memiliki peran strategis untuk mensinergikan
komunitas Islam dunia dalam upaya mengatasi permasalahan kerusakan dan
pencemaran lingkungan hidup (Muhtaram, 2014).

17
Program Adiwiyata program ini dimaksudkan untuk menciptakan kondisi
yang baik dan layak bagi sebuah sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran serta
penyadaran warga sekolah, sehingga di kemudian hari warga sekolah tersebut
dapat turut bertanggung jawab dalam melakukan upaya-upaya pengamatan
lingkungan hidup serta pembangunan berkelanjutan. Kegiatan yang paling
diutamakan dalam program adiwiyata adalah mewujudkan kelembagaan sekolah
yang peduli dan berbudaya bagi lingkungannya pada sekolah dasar serta
menengah di indonesia. Program dan kegiatan yang dikembangkan harus
berdasarkan norma-norma dasar dan kehidupan yang meliputi antara lain:
kebersamaan, keterbukaan, kejujuran, keadilan, dan kelestarian fungsi lingkungan
hidup dan sumber daya alam.
Program Adipura (Clean and Green City Program) MNLH program berupa
sebuah penghargaan bagi kota di indonesia yang berhasil dalam kebersihan serta
pengelolaan lingkungan perkotaannya. Pengertian kota dalam penilaian adipura
bukanlah kota otonom, namun bisa juga bagian dari wilayah kabupaten yang
memiliki karakteristik sebagai daerah perkotaan dalam batas-batas wilayah
tertentu. Peserta program adipura dibagi kedalam empat kategori berdasarkan
jumlah penduduk, yaitu: kota metropolitan yang berpenduduk lebih dari 1 juta
jiwa, kota besar antara 500.001-1.000.000, kota sedang 100.001-500.000 jiwa,
kota kecil di mana penduduknya kurang dari 100.000 jiwa. Dalam 5 tahun
pertama program ini difokuskan untuk mendorong kota-kota di indonesia menjadi
kota bersih dan teduh program adipura dilaksanakan setiap tahun sejak 1986
kemudian terhenti pada tahun 1998, dan kembali dicanangkan pada tanggal 5 juni
2002 dan berlanjut hingga sekarang.
Program kalpataru adalah penghargaan lingkungan hidup pada tingkat
nasional yang diberikan oleh pemerintah republik indonesia kepada perorangan
atau kelompok masyarakat yang telah menunjukkan kepeloporan nya dalam
melestarikan fungsi lingkungan. Diserahkan oleh Kepala Negara RI setiap tahun
pada peringatan hari lingkungan hidup sedunia pada 5 juni.
Terakhir, prokasih adalah program kali bersih yang dijalankan pemerintah
provinsi dengan dukungan pemerintah pusat di mana media, organisasi swadaya
masyarakat dan kelompok masyarakat diharapkan memiliki peran aktif.

18
Dikarenakan kegiatan ini bersifat sukarela maka program profesi ini memiliki
kegiatan di mana yaitu:
a. Diadakannya pencarian tim sukarela yang bersedia menjalankan program
ini
b. Menentukan target perusahaan sumber polusi utama di suatu daerah, dan
c. Meminta agar perusahaan tersebut menandatangani perjanjian
pengurangan limbah buangannya hingga 50% dari jumlah limbah yang
dikeluarkannya dalam kurun waktu yang disepakati,
d. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan perjanjian tersebut dan
yang terakhir.
e. Memberikan tekanan atau pemaksaan tertentu terhadap mereka yang tidak
mematuhi kesepakatan program prokasih.

KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas didapatkan beberapa kesimpulan mengenai
pembangunan berkelanjutan, dimana pembangunan berkelanjutan pada
hakekatnya ditujukan untuk mencari pemerataan pembangunan antar generasi
pada masa kini maupun masa mendatang dengan pola pembangunan berkelanjutan
yang memuat sekaligus tiga unsur pokok yaitu Pembangunan Ekonomi
Berkelanjutan, Pembangunan Sosial Berkelanjutan dan Pembangunan Lingkungan
Berkelanjutan.
Tujuan dari Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development
Goals mencakup berbagai sasaran yaitu bebas kemiskinan, bebas kelaparan,
kesehatan dan kemaslahatan yang baik, pendidikan yang berkualitas, kesetaraan
jender, air bersih dan sanitasi, ekonomi pengembangan industri, inovasi dan
infrastruktur, dsb.
Melalui Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang ditetapkan melalui
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, ditetapkan berbagai dokumen
perencanaan pembangunan baik di pusat maupun daerah, baik jangka Panjang
(RPJP) yang berlaku 20 tahun, menengah (RPJM) yang berlaku 5 tahun, maupun
pendek (RKP) yang berlaku 1 tahun.

19
Dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan terdapat strategi-strategi
pencegahan polusi, yakni pengurangan di sumbernya dan penggantian pemakaian
bahan kimia beracun.
Untuk melancarkan segala upaya dan usaha pemerintah dalam pembangunan
berkelanjutan diperlukan adanya Kerjasama internasional dengan negara lain.
Melalui kerjasma internasional yang dilakukan, upaya pelestarian lingkungan
diharapkan dapat berlangsung lebih efektif dan memberikan hasil nyata demi
penyelamatan dan pelestarian lingkungan hidup di tingkat global.
Selain kerjasama internasional, dalam menyukseskan pembangunan
berkelanjutan, pemerintah juga melakukan kerjasama dengan lembaga/instansi
yang sekiranya dapat membantu upaya pelestarian lingkungan dalam kaitannya
dengan pembangunan berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Aulia, R. N., Narulita, S., Firdaus, M., & Mardhiah, I. (2018). Pengelolaan
Lingkungan Berbasis Pesantren (Studi Kasus di Pondok Pesantren SPMAA
Lamongan, Jawa Timur). Jurnal Pendidikan Lingkungan Dan Pembangunan
Berkelanjutan, 19(1), 73–88.

Francisco, A. R. L. (2013). Landasan Teori Kebijakan Pembangunan. Journal of


Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Harris, E. (2018). Utang sebagai Hambatan Terhadap Tujuan Pembangunan


Berkelanjutan ( Sustainable Development Goals ), (April).

Murdiyarso,D.2003.,https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/kelola/article/view/412
8/2423

Rosana, M. (2018). Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Yang Berwawasan


Lingkungan di Indonesia. KELOLA Jurnal Ilmu Sosial, 1(1), 148–163.

Siswanto, D., Tay, R., Rusmiwari, S., Studi, P., Publik, A., Tunggadewi, U. T., &
Berkelanjutan, P. (2019). BERKELANJUTAN, 8(4), 217–222.

20
Theron, G. B. (2016). Sustainable development goals. Obstetrics and
Gynaecology Forum, 26(1), 1. https://doi.org/10.5005/jp/books/13071_5

PERAN_KAJIAN_HUBUNGAN_INTERNASIONAL_TERH. (n.d.).
https://www.academia.edu/9384566

Vol, E. G. (2009). No Title10–7 ,7 .‫ووو‬.


https://doi.org/10.15957/j.cnki.jjdl.2009.07.004

21

Anda mungkin juga menyukai