Anda di halaman 1dari 24

Akuntansi Keberlanjutan

“Pemikiran Filosofis Sustainable Development dan Conceptual Framework for


Sustainability Accounting”

OLEH: KELOMPOK 1

Putu Riska Narayani (2007531078)

Putu Amanda Wedayanti (2007531087)

Ni Komang Nirmala Putri Cahyani (2007531147)

Ni Putu Devina Brilliyanti (2007531166)

Ni Komang Pistrikayani (2007531169)

Anak Agung Ayu Daranita W (2007531197)

Ni Kadek Parissa Prawisanthi (2007531245)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2022
1. PEMIKIRAN FILOSOFI SUSTAINABLE DEVELOPMENT
A. Sustainable Development

Pembangunan berkelanjutan atau sustainable development, oleh Brundtland Report


tahun 1987 dimaknai sebagai pembangunan yang berusaha memenuhi kebutuhan sekarang
tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan
mereka (generasi yang akan datang). Deklarasi Rio de Janeiro (1992) telah melahirkan
konsep baru bagi konsep ini, yaitu pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan (Eco-sustainable development). Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu
proses pembangunan yang mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya
manusia secara berkelanjutan, dengan cara menyerasikan aktivitas manusia sesuai dengan
kemampuan sumber alam yang menopangnya dalam suatu ruang wilayah daratan, lautan,
dan udara sebagai satu kesatuan.

Empat Tema Terintegrasi: Pemikiran Filosofis Tentang Akuntansi Keberlanjutan

Studi ini mengadopsi perspektif berpikir sistem sebagai pedoman dalam


mengeksplorasi dan menginterpretasikan tema-tema yang terkandung dalam publikasi
sumber. Hasilnya, penelitian ini mengidentifikasi empat tema terintegrasi sebagai
pemikiran filosofis tentang akuntansi keberlanjutan. Pemikiran tersebut bersumber dari
semangat pembangunan berkelanjutan, antara lain:

1) Manusia dan Pembangunan


Tema pertama dikristalisasi dari skrip yang dalam taksonomi diklasifikasikan
berdasarkan teori kesadaran palsu. Dari pemikiran ini kita dapat belajar posisisentral
yang dimiliki oleh manusia dalam kegiatan pembangunan. Pusat perhatian untuk
pembangunan berkelanjutan adalah manusia. Mereka berhak atas kehidupan yang sehat
dan produktif selaras dengan alam. Ini adalah pesan yang jelas bahwa kehidupan
manusia tidak dapat dianggap terpisah dari lingkungan alam. Dua pelajaran dapat
dipelajari dari tema pertama pemikiran filosofis. Pertama, kemampuan manusia untuk
mengubah lingkungan alam, jika digunakan secara bijak, dapat membawa manfaat bagi
perkembangan dan kesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup bagi semua orang.
Namun, jika diterapkan secara salah, kekuatan yang sama dapat melakukan perusakan
besar-besaran yang merugikan manusia dan lingkungan alam. Lalu yang kedua,
kegiatan pembangunan yang dimaksudkan untuk meningkatkan kekayaan dapat
melestarikan atau merusak lingkungan.
2) Krisis yang Saling Terkait dan Degradasi Ekosistem
Tema kedua dalam pemikiran tersebut diidentifikasi dari skrip yang berisi tema
tema yang dalam taksonomi diklasifikasikan berdasarkan teori krisis. Ada dua
pelajaran penting yang bisa dikumpulkan dari tema ini. Pertama, krisis yang dihadapi
manusia sebagai dampak pembangunan ekonomi harus dianggap sebagai krisis yang
saling terkait. Kedua, korporasi dan institusi bisnis lainnya adalah pemain utama dalam
pengembangan ekonomi global, sehingga berkontribusi pada degradasi ekosistem.
Pernyataan yang dibuat oleh WCED (1987) jelas mewakili gagasan, bahwa dunia
sedang menghadapi krisis yang saling terkait. Krisis lingkungan, krisis pembangunan,
krisis energi tidak terpisah. Mereka semua adalah satu.
Akibatnya, solusi yang tepat untuk suatu krisis tidak dapat dipertimbangkan
tanpa mempertimbangkan potensinya terhadap krisis lain. Ajaran pembangunan
berkelanjutan diyakini sebagai solusi terbaik untuk mengatasi masalah tersebut.
Perusahaan telah lama dikenal sebagai penghisap utama sumber daya alam yang
menyebabkan degradasi ekosistem. Karena itu, cukup adil jika perusahaan global
dituntut memikul tanggung jawab yang lebih besar dalam mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan.
3) Pemikiran Sistem dan Kesadaran Manusia
Tema ketiga, pemikiran sistem dan kesadaran manusia, dikristalisasi dari skrip
yang berisi ide-ide yang diklasifikasikan dalam teori pendidikan. Pemahaman yang
lebih mendalam tentang tema tersebut dapat dipelajari dari tiga pelajaran penting.
Pelajaran pertama mengatakan bahwa menurut pemikiran sistem, manusia adalah
bagian dari komunitas dan, bersama dengan komunitas, adalah bagian dari ekosistem.
Pelajaran terpenting yang dapat dipelajari dari filosofi ini adalah bahwa kehidupan dan
aktivitas manusia tidak dapat dianggap terpisah dari lingkungannya. Berdasarkan
kesadaran sebagai bagian dari ekosistem, manusia dituntut untuk memanfaatkan
sumber daya alam dengan baik. Untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan,
manusia dituntut juga untuk meningkatkan keadilan lingkungan, keadilan intra-
generasi, dan keadilan antar generasi. Lalu, pelajaran ketiga menekankan pada
pentingnya transformasi dalam semangat yang mendasari agenda pembangunan
berkelanjutan.
Menurut komisioner WCED, perubahan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan pembangunan berkelanjutan tidak akan terjadi secara otomatis. Menurut GRI
(2006, 2011), salah satu tantangan utama pembangunan berkelanjutan adalah bahwa
harus menuntut pilihan dan cara berpikir yang baru dan inovatif. Pemikiran sektoral
dan terfragmentasi harus diberhentikan karena dapat dengan mudah membawa manusia
untuk mengabaikan habitat hidup mereka. Transformasi dalam semangat sangat
penting untuk keberhasilan agenda pembangunan berkelanjutan.
4) Transformasi Menuju Harmonisasi Melalui Integrasi
Tema keempat dalam pemikiran filosofis yang terkandung dalam semangat
pembangunan berkelanjutan mewakili prinsip-prinsip tindakan transformatif yang
diperlukan untuk mencapai tujuan agenda. Menurut pemikiran ini, tindakan
transformatif yang dimaksudkan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan
membutuhkan terjadinya dan adanya harmonisasi di antara pilar-pilar pembangunan
berkelanjutan melalui integrasi. Ada dua prinsip aksi transformatif yang dapat
diturunkan dari tema ini, yaitu
a) partisipasi dan aksi bersama
b) integrasi semua pilar pembangunan berkelanjutan.
Untuk mencapai keberlanjutan, program pembangunan harus mempertimbangkan
tidak hanya aspek ekonomi, tetapi juga pertimbangan sosial dan lingkungan. Suatu
pendekatan untuk program-program pembangunan yang menggunakan perhatian
sempit hanya pada pertimbangan ekonomi tidak dapat dilanjutkan. Sebagai pedoman
praktis, faktor-faktor ekonomi harus diintegrasika dengan proses sosial dan ekologis
dalam setiap upaya yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan pembangunan
berkelanjutan. Karena pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan adalah tanggung
jawab semua orang, profesi akuntansi pasti tidak dapat dikecualikan. Ketika akuntansi
terjadi di pusat sistem informasi bisnis, profesi akuntansi harus menanggapi gerakan
menuju pembangunan berkelanjutan secara serius.
B. Implikasi pada Akuntansi Keberlanjutan

Pembangunan berkelanjutan membutuhkan keterlibatan yang signifikan dari


perusahaan. Untuk itu, kegiatan bisnis dan praktik akuntansi harus dilakukan secara tepat
berdasarkan semangat yang bersumber dari pemikiran filosofis yang terkandung dalam
pembangunan berkelanjutan. Prinsip penting dalam pemikiran ini adalah bahwa
perlindungan lingkungan dan keterlibatan sosial harus merupakan bagian integral dari
proses pembangunan ekonomi dan tidak dapat dianggap terpisah darinya. Aturannya
adalah bahwa jika kebutuhan harus dipenuhi secara berkelanjutan, kapasitas berbasis
sumber daya alam dan masyarakat harus dilestarikan dan ditingkatkan. Namun, kasus
pelestarian alam dan peningkatan kapasitas masyarakat tidak hanya bertumpu pada tujuan
pembangunan, tetapi juga bagian dari kewajiban moral kita kepada makhluk hidup lain dan
generasi mendatang. Dalam kehidupan modern kita, banyak kebutuhan manusia yang
esensial hanya dapat dipenuhi melalui barang dan jasa yang disediakan oleh industri, dan
pergeseran ke pembangunan berkelanjutan harus didukung oleh aliran kekayaan yang
berkelanjutan dari industri. Perusahaan global menempati tempat kritis dalam konstelasi
ini. Karena hak mereka untuk beroperasi secara global telah sangat diperluas oleh
perjanjian internasional dan kebijakan nasional, hak-hak tersebut harus disertai dengan
tanggung jawab yang lebih besar, berdasarkan konsep dan praktik kewarganegaraan
korporat global. Menyadari akar ekonomi dari masalah lingkungan dan ketidakstabilan
sosial, pembangunan berkelanjutan berupaya mendorong sektor swasta untuk secara serius
terlibat dalam pencarian solusi.
C. Sustainable Development Goals

Sustainable development goals atau SDGs adalah sebuah rencana aksi global guna
mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan, dan melindungi lingkungan. Pada 25
September 2015, para pemimpin dunia telah menyepakati Deklarasi Agenda 2030 untuk
Pembangunan Berkelanjutan atau yang disebut sebagai SDGs. Presiden Jokowi telah
menandatangani Peraturan Presiden SDGs Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan
Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan sebagai wujud dari komitmen politik
pemerintah untuk melaksanakan SDGs.

a. Sasaran Pelaksanaan Social Development Goals


Pelaksanaan agenda SDGs meyasar pada 5P, yaitu people, planet, prosperty, peace,
dan partnership.

1) People, yaitu dengan mengakhiri segala bentuk kemiskinan dan kelaparan


serta menjamin martabat dan kesetaraan masyarakat.
2) Planet, yaitu dengan melindungi planet dan sumber daya alamnya untuk
generasi selanjutnya.
3) Prosperty, yaitu dengan memastikan kehidupan yang sejahtera dan selaras
dengan alam.
4) Peace, yaitu dengan mendorong masyarakat yang damai, adil, dan inklusif.
5) Partnership, yaitu dengan mengimplementasikan agenda melalui kerja
sama masyarakat global.
b. Prinsip Social Development Goals
Pelaksanaan agenda SDGs memilki tiga prinsip yang terdiri dari Universal,
Integration, dan No One Left Behind.

1) Universal, yaitu SDGs dilaksanakan oleh seluruh masyarakat di dunia


dengan tujuan dan sasaran yang transformatif, berpusat pada manusia,
komprehensif, dan berjangka panjang.
2) Integration, yaitu SDGs dilaksanakan secara terintegrasi pada semua
dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan yang saling berkaitan.
3) No One Left Behind, yaitu SDGs dilaksanakan dengan melibatkan seluruh
pemangku kepentingan serta memberi manfaat bagi semua terutama yang
rentan.
c. Tujuan Sustainable Development Goals
Sustainable Development Goals berisi 17 Tujuan yang terdiri dari hal berikut ini:
1) Menghapus Kemiskinan
Menghapus kemiskinan ekstrim, mengurangi setidaknya separuh
dari jumlah penduduk miskin, mengimplementasikan sistem dan ukuran
perlindungan sosial yang tepat bagi semua level masyarakat di tingkat
nasional dan pada tahun 2030 berhasil memberikan perlindungan yang
substansial bagi kelompok miskin dan rentan, memastikan semua penduduk
terutama penduduk miskin dan rentan mendapat hak setara mengakses
sumber ekonomi, kepemilikan dan akses pada lahan, serta memastikan
mereka memperoleh akses teknologi. Selain itu juga membangun yang
dibutuhkan dan layanan keuangan termasuk keuangan mikro, daya tahan
dan kesiapan masyarakat miskin dan kelompok rentan menghadapi
perubahan iklim, krisis lingkungan, ekonomi, sosial, dan bencana.

2) Mengakhiri Kelaparan
Mengakhiri kelaparan dan memastikan adanya akses bagi seluruh
rakyat pada tahun 2030, khususnya mereka yang miskin dan berada dalam
situasi rentan, termasuk bayi, terhadap pangan yang aman, bernutrisi dan
berkecukupan sepanjang tahun. Selain itu juga mengakhiri segala macam
bentuk malnutrisi, termasuk pada tahun 2025 mencapai target-target yang
sudah disepakati secara internasional tentang gizi buruk dan penelantaran
pada anak balita, dan mengatasi kebutuhan nutrisi untuk para remaja putri,
ibu hamil dan menyusui dan manula. Pada tahun 2030 nantinya dapat
menggandakan produktivitas agrikultur dan pendapatan dari produsen
makanan berskala kecil, khususnya perempuan, masyarakat adat, pertanian
keluarga, peternak dan nelayan, termasuk melalui akses yang aman dan
setara terhadap tanah, sumber-sumber produksi lainnya dan juga input,
pengetahuan, layanan finansial, pasar dan kesempatan untuk mendapatkan
nilai tambah dan lapangan kerja bukan pertanian, juga memastikan sistem
produksi pangan yang berkelanjutan dan mengimplemantasikan paktek-
praktek agrikultur yang tahan lama yang dapat menaikkan produktivitas dan
produksi, yang dapat membantu menjaga ekosistem, yang dapat
menguatkan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim, cuaca ekstrim,
kekeringan, banjir, dan bencana lainnya, serta secara progresif memperbaiki
kualitas lahan dan tanah, serta diharapkan dapat memelihara
keanekaragaman genetika benih, mengolahtanaman dan persawahan serta
melestarikan hewan jinak dan spesies liar yang terkait, termasuk melalui
bank benih dan tumbuhan yang dipelihara dengan baik keragamannya pada
level nasional, regional dan internasional, dan mendukung akses terhadap
pembagian keuntungan yang adil dan setara yang berasal dari pemanfaatan
sumber-sumber genetik dan pengetahuan tradisional, seperti yang telah
disepakati secara internasional.

3) Kesehatan dan Kesejahteraan yang Baik


Memastikan kehidupan yang sehat dan mendukung kesejahteraan
bagi semua untuk semua usia, yaitu dengan mengurangi rasio angka
kematian ibu menjadi kurang dari 70 per 100.000 kelahiran, mengakhiri
kematian yang dapat dicegah pada bayi baru lahir dan balita, serta
mengakhiri epidemi AIDS, tuberculosis, malaria, dan penyakit tropis
lainnya dan memerangi hepatitis, penyakit yang ditularkan lewat air dan
penyakit menular lainnya. Selain itu juga mengurangi sepertiga dari
kematian dini yang disebabkan oleh penyakit tidak menular, melalui
tindakan pencegahan dan pengobatan serta menaikkan kesehatan mental
dan kesejahteraan, memperkuat encegahan dan pengobatan dari
penyalahgunaan zat berbahaya, termasuk penyalahgunaan narkotika dan
penggunaan yang berbahaya dari alkohol, juga secara global mengurangi
setengah dari angka kematian dan cedera akibat kecelakaan lalu lintas. Pada
tahun 2030 juga memastikan akses universal terhadap layanan kesehatan
sexual dan reproduksi, termasuk untuk perencanaan, informasi, dan
pendidikan keluarga, dan mengintegrasikan kesehatan reproduksi kedalam
strategi dan program nasional. Diharapkan juga dapat mencapai cakupan
layanan kesehatan universal, termasuk lindungan resiko finansial, akses
terhadap layanan kesehatan dasar yang berkualitas dan akses terhadap
obatobatan dan vaksin yang aman, efektif, berkualitas dan terjangkau bagi
semua, juga secara substansial mengurangi angka kematian dan penyakit
yang disebabkan oleh bahan kimia berbahaya dan juga polusi dan
kontaminasi udara, air, dan tanah.

4) Pendidikan Bermutu
Memastikan pendidikan yang inklusif dan berkualitas setara, juga
mendukung kesempatan belajar seumur hidup bagi semua dengan
membangun dan meningkatkan mutu fasilitas pendidikan yang sensitif
terhadap gender, anak dan disabilitas dan menyediakan lingkungan belajar
yang aman, tanpa kekerasan, inklusif dan efektif bagi semua. Selain itu juga
secara substansial memperbanyak jumlah beasiswa yang tersedia untuk
negara-negara berkembang, khususnya negara kurang berkembang, negara
berkemabng kepulauan kecil dan negara-negara Afrika, untuk masuk ke
pendidikan tinggi, termasuk pelatihan kejuruan dan teknologi informasi dan
komunikasi, teknik, program teknik dan sains, di negara-negara maju dan
negara berkembang lainnya dan meningkatkan penyediaan guru-guru yang
berkualitas, termasuk melalui kerjasama internasional untuk pelatihan guru
di negaranegara berkembang, khususnya negara kurang berkembang dan
negara berkembang kepulauan kecil.

5) Kesetaraan Gender
Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua
perempuan dan anak perempuan, yaitu dengan mengakhiri segala bentuk
diskriminasi terhadap semua perempuan dan anak perempuan di mana saja,
mengeleminasi segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak
perempuan pada ruang publik dan privat, termasuk perdagangan
(trafficking) dan seksual dan bentuk eksploitasi lainnya, serta
menghapuskan segala praktek-praktek yang membahayakan, seperti
perkawinan anak. Melakukan reformasi untuk memberikan hak yang sama
bagi perempuan terhadap sumber-sumber ekonomi dan juga akses terhadap
kepemilikan dan kontrol terhadap tanah dan bentuk property lainnya
pelayanan finansial, warisan dan sumber daya alam, sesuai dengan hukum
nasional, memperbanyak penggunaan teknologi terapan, khususnya
teknologi informasi dan komunikasi, untuk mendukung pemberdayaan
perempuan, serta mengadopsi dan menguatkan kebijakan yang jelas dan
penegakkan perundang-undangan untuk mendorong kesetaraan gender dan
pemberdayaan semua perempuan dan anak perempuan pada semua level.
6) Akses Air Bersih dan Sanitasi yang Baik
Memastikan ketersediaan dan manajemen air bersih yang
berkelanjutan dan sanitasi bagi seluruh masyarakat, yaitu dengan
melakukan kerja sama internasional untuk mendapatkan dukungan
pengembangan kapasitas kepada negara-negara berkembang dalam
aktivitas dan program terkait air serta sanitasi yang mencakup water
harvesting, desalinasi, efisiensi air, pengolahan air limbah, teknologi daur
ulang, dan penggunaan ulang, juga mendukung dan menguatkan partisipasi
masyarakat lokal dalam membenahi pengelolaan air dan sanitasi.

7) Energi Bersih dan Terjangkau


Memastikan akses terhadap energi yang terjangkau, dapat
diandalkan, berkelanjutan dan modern bagi semua, yaitu dengan melakukan
kerja sama internasional guna memfasilitasi akses terhadap riset dan
teknologi energi bersih, ermasuk energi terbarukan, efisiensi energi dan
teknologi bahan bakar fosil yang lebih maju dan bersih, dan mendorong
investasi dalam infrastruktur energi dan teknologi energi bersih, serta dapat
menambah infrastruktur dan meningkatkan mutu teknologi untuk supply
pelayanan energi modern dan berkelanjutan untuk semua negara
berkembang, khususnya di negara-negara kurang berkembang, negara
berkembang kepulauan kecil, dan negara berkembang terkungkung daratan,
sesuai dengan bantuan program masing-masing.

8) Pekerjaan yang Layak dan Pertumbuhan Ekonomi


Mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,
tenaga kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak bagi semua,
yaitu dengan meningkatkan bantuan untuk perdagangan bagi negara-negara
berkembang, khususnya negara kurang berkembang, juga mengembangkan
dan mengoperasionalkan strategi global bagi angkatan kerja muda dan
mengimplementasikan Pakta Kerja Global milik Organisasi Buruh
Internasional.
9) Infrastruktur, Industri, dan Inovasi
Membangun infrastruktur yang dapat digunakan secara jangka
panjang, mendukung industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan, serta
membantu perkembangan inovasi, yaitu dengan memberikan fasilitas
pembangunan melalui dukungan finansial, teknologi, dan teknis untuk
negara-negara kurang berkembang, negara berkembang terkungkung
daratan, dan negara berkembang kepulauan kecil. Selain itu juga
mendukung pengembangan teknologi domestik, riset dan inovasi di negara-
negara berkembang, termasuk dengan memastikan kondisi kebijakan yang
kondusif untuk, diantaranya, diversifikasi industri dan penambahan nilai
komoditi, serta secara signifikan meningkatkan akses terhadap teknologi
informasi dan komunikasi dan berupaya untuk menyediakan akses yang
universal dan terjangkau terhadap internet di negara-negara kurang
berkembang.

10) Mengurangi Ketimpangan


Mengurangi ketimpangan di dalam dan antar negara, yaitu dengan
mengimplementasikan prinsip perlakuan khusus dan diferensial untuk
negara-negara berkembang, terutama negara kurang berkembang, selain itu
juga mendorong bantuan pembangunan resmi dan aliran finansial, termasuk
investasi asing langsung untuk negara-negara paling membutuhkan, serta
dapat mengurangi sampai dengan kurang dari 3% dari biaya transaksi
pengiriman migran dan menghilangkan koridor pengiriman yang berbiaya
lebih dari 5%.

11) Kota dan Komunitas yang Berkelanjutan


Membangun kota dan pemukiman inklusif, aman, tahan lama dan
berkelanjutan, yaitu dengan menguatkan perencanaan pembangunan
nasional dan regional, dan secacra substantif meningkatkan jumlah kota dan
pemukiman yang mengadopsi dan mengimplementasikan kebijakan dan
rencana yang terintegrasi menuju inklusif, efisiensi sumber daya, mitigasi,
dan adaptasi terhadap perubahan iklim, tahan terhadap bencana. Selain itu
juga turut serta mendukung negara-negara kurang berkembang melalui
bantuan finansial dan teknis, dalam membangun bangunan yang
berkelanjutan dan tahan lama dengan memanfaatkan bahan material lokal.

12) Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung jawab


Memastikan pola konsumsi dan Produksi yang berkelanjutan, yaitu
dengan mendukung negara berkembang untuk menguatkan kapasitas ilmiah
dan teknologi agar dapat bergerak menuju pola-pola konsumsi dan produksi
yang berkelanjutan, selain itu juga diharapkan dapat mengembangkan dan
engimplementasikan alat untuk memonitor dampak pembangunan
berkelanjutan untuk pariwisata yang berkelanjutan yang dapat menciptakan
lapangan kerja dan mendukung budaya dan produk lokal, serta dapat
merasionalkan subsidi bahan bakar fosil yang tidak efisien yang justru
mendorong konsumsi berlebih dengan cara menghilangkan penyimpangan
pasar, sesuai dengan situasi nasional, termasuk dengan merestrukturisasi
pajak dan secara bertahap mengurangi subsidi yang berbahaya, dimana
adanya, untuk merefleksikan dampaknya terhadap lingkungan, dengan
melihat pada kebutuhan spesifik dan kondisi dari negara-negara
berkembang dan meminimalisir dampak buruk terhadap pembangunan
negara-negara tersebut dengan cara yang melindungi kaum miskin dan
masyarakat terkena dampak.

13) Penanganan Perubahan Iklim


Mengambil aksi segera untuk memerangi perubahan iklim dan
dampaknya, yaitu dengan menguatkan daya tahan dan kapasitas adaptasi
terhadap bahaya hal-hal yang berkaitan dengan iklim dan bencana alam di
semua negara, mengintegrasikan ukuran-ukuran perubahan iklim kedalam
kebijakan, strategi dan perencanaan nasional, serta memperbaiki
pendidikan, penyadaran dan juga kapasitas baik manusia maupun institusi
terhadap mitigasi perubahan iklim, adaptasi, pengurangan dampak dan
peringatan dini.
14) Menjaga Ekosistem Laut
Mengkonservasi dan memanfaatkan secara berkelanjutan sumber
daya laut, samudra dan maritim untuk pembangunan yang berkelanjutan,
yaitu dengan meningkatkan pengetahuan ilmiah, mengembangkan
kapasitas riset dan transfer teknologi kelautan agar dapat meningkatkan
kesehatan laut dan memperbanyak kontribusi keaneka ragaman hayati laut
terhadap pembangunan negara-negara berkembang, khususnya negara
berkembang kepulauan kecil dan negara kurang berkembang, menyediakan
akses terhadap sumber daya kelautan dan pasar bagi nelayan kecil, serta
memperbanyak konservasi dan penggunaan yang berkelanjutan terhadap
laut dan sumber dayanya.

15) Menjaga Ekosistem Darat


Melindungi, memulihkan dan mendukung penggunaan yang
berkelanjutan terhadap ekosistem daratan, mengelola hutan secara
berkelanjutan, memerangi desertifikasi (penggurunan), menghambat dan
membalikkan degradasi tanah, serta menghambat hilangnya
keanekaragaman hayati, yaitu dengan memastikan bahwa konservasi,
restorasi dan penggunaan yang berkelanjutan dari ekosistem terrestrial dan
air daratan dan pelayanannya, khususnya hutan, rawa, pegunungan dan
daratan, sejalan dengan kewajiban dibawah perjanjian internasional, selain
itu juga endukung pengimplementasian manajemen yang berkelanjutan
untuk semua tipe hutan, menghambat deforestasi, merestorasi hutan
terdegradasi dan secara substansial meningkatkan aforestasi dan reforestasi
secara global. Pada tahun 2030 juga memerangi desertifikasi, merestorasi
lahan dan tanah terdegradasi, termasuk lahan yang kena dampak
desertifikasi, kekeringan, kebanjiran, dan berupaya unutk mencapai dunia
yang terdegradasi secara netral, serta memastikan konservasi ekosistem
pegunungan, termasuk keaneka ragaman hayati, agar dapat meningkatkan
kapasitasnya untuk memberikan manfaat yang esensial bagi pembangunan
berkelanjutan.
16) Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Kuat
Mendukung masyarakat yang damai dan inklusif untuk
pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses terhadap keadilan bagi
semua dan membangun institusi-institusi yang efektif, akuntabel dan
inklusif di semua level, yaitu dengan memperkuat institusi nasional yang
terkait, melalui kerja sama internasional guna pengembangan kapasistas
pada semua level terutama pada negara berkembang untuk mencegah
kekerasan dan memerangi terorisme serta kejahatan. Selain itu juga turut
mendukung dan mendorong hukum serta kebijakan nondiskriminatif untuk
pembangunan berkelanjutan.

17) Kemitraan untuk Mencapai Tujuan


Menguatkan ukuran implementasi dan merevitalisasi kemitraan
global untuk pembangunan yang berkelanjutan dengan target keuangan,
teknologi, pengembangan kapasitas, perdagangan, Isu-isu koherensi
kebijakan dan institusional, serta datam monitoring, dan akuntabilitas.

2. CONCEPTUAL FRAMEWORK FOR SUSTAINABILITY ACCOUNTING


A. Definisi dan Sejarah Singkat Sustainability Accounting

Akuntansi Keberlanjutan (Sustainibility Accounting) atau juga dikenal sebagai


social accounting, social and environmental accounting, corporate social reporting,
corporate social responsibility reporting, atau non-financial reporting adalah subkategori
akuntansi keuangan yang berfokus pada pengungkapan informasi kinerja non-keuangan
organisasi kepada para pemangku kepentingan. Kinerja tersebut mencakup kegiatan-
kegiatan yang memiliki dampak langsung kepada masyarakat, lingkungan hidup, dan
ekonomi. Akuntansi keberlanjutan telah menerima perhatian keberlanjutan dalam literatur
akuntansi akademik dimulai dengan karya Gray pada awal tahun 1990-an, hingga dirilisnya
sebuah Pedoman Akuntansi Keberlanjutan pada Dunia tentang Pembangunan
Berkelanjutan di Johannesburg pada Agustus tahun 2002. Tulisan tersebut mengulas dan
mengkonsolidasikan penelitian ke dalam kerangka akuntansi keberlanjutan yang
merangkap luas dan kompleksitas bentuk akuntansi baru. Kerangka kerja/konseptual
mengacu pada sebuah model akuntansi keuangan tradisional untuk strukturnya.

Gray dikaitkan dengan banyak perkembangan konseptual akuntansi keberlanjutan.


Gray (1993) mengidentifikasi 3 (tiga) metode akuntansi keberlanjutan yang berbeda, yaitu:
(1) Biaya Keberlanjutan, (2) Akuntansi Persediaan Modal Alam, serta (3) Analisis Input-
Output. Ketiga metode tersebut sama-sama dengan akuntansi biaya penuh dan Triple
Bottom Line (TBL). Elington (1999) menjelaskan suatu bentuk akuntansi keberlanjutan
yang disebut sebagai Triple Bottom Line (TBL) yang bertujuan untuk melaporkan dampak
ekonomi, sosial dan lingkungan organisasi.

1) Biaya Keberlanjutan dan Akuntansi Biaya Penuh (Full Costing)


Biaya Keberlanjutan adalah biaya untuk memulihkan alam ke keadaan semula
sebelum dampak organisasi. Biaya yang dimaksudkan disini adalah jumlah uang yang
harus dikeluarkan organisasi pada akhir periode akuntansi untuk menempatkan biosfer
kembali ke posisi semula pada awal periode akuntansi. Gray mengacu pada konsep
akuntansi pemeliharaan modal dan menerapkannnya ke biosfer, mengakui kebutuhan
untuk memelihara stok modal alam untuk generasi mendatang (Gray, 1994). Biaya
berkelanjutan dikurangkan dari laba akuntansi untuk mencapai tingkat nasional yang
berkelanjutan untung atau rugi. Laba akuntansi dihitung dengan menggunakan prinsip
akuntansi yang diterima secara umum. Biaya berkelanjutan yang melebihi laba
akuntansi tingkat tidak berkelanjutan diukur dalam istilah moneter. Proses berkerja dan
upaya untuk memperkirakan biaya yang berkelanjutan dapat terbukti lebih berharga
daripada data keuangan yang dihasilkan. Tidak heran jika kerusakan ekologis dan
ketidakadilan sosial lebih banyak berkaitan dengan dasar-dasar etis konsumen kita dan
budaya yang terobsesi dengan kekayaan daripada kurangnya informasi yang didapat.
Kesimpulan yang ditarik oleh Bebbington dan Gray (2001) adalah bahwa
proses bekerja dengan suatu organisasi dan upaya untuk memperkirakan biaya yang
berkelanjutan dapat terbukti lebih berharga daripada data keuangan yang dihasilkan.
Kesimpulan serupa telah ditarik mengenai proses mempersiapkan analisis siklus hidup
(Ayres, 1995; Christiansen, 1997) yang mungkin mengindikasikan kita perlu
menghabiskan lebih banyak energi untuk menerapkan akuntansi keberlanjutan
menggunakan pekerjaan lapangan dan metode penelitian berorientasi kasus. Biaya
yang berkelanjutan dan akuntansi biaya penuh (Full Cost Accounting) tidak selalu
merupakan bentuk akuntansi yang setara (Atkinson, 2002), meskipun kedua metode
tersebut berupaya untuk menangkap biaya lingkungan dari luar yang dilakukan
bersama-sama dengan biaya-biaya internal, menyediakan lebih banyak gambaran
lengkap dari total biaya.
2) Akuntansi Persediaan Modal Alam
Akuntansi Persediaan Modal Alam melibatkan pencatatan stok modal alam dari
waktu ke waktu, dengan perubahan tingkat stok digunakan sebagai indikator kualitas
lingkungan alam. Berbagai jenis cadangan modal alam yang dibedakan memungkinkan
pencatatan, pemantauan dan pelaporan deplesi atau peningkatan dalam kategori yang
berbeda (Gray, 1994). Gray menyarankan empat kategori modal alam, yaitu:
a. Kritis: lapisan ozon, kayu keras tropis, keanekaragaman hayati.
b. Tidak dapat diperbarui/tidak dapat disubstitusikan: minyak, minyak bumi dan
produk mineral.
c. Tidak terbarukan/tersubstitusi: pembuangan limbah, penggunaan energi.
d. Terbarukan: kayu perkebunan, perikanan.
3) Analisis Input-Output
Analisis Input-Output menjelaskan aliran fisik material dan input energi serta
output produk dan limbah dalam unit fisik. Ini bertujuan untuk mengukur semua input
bahan ke dalam proses, dan output barang jadi, emisi, bahan daur ulang dan limbah
untuk dibuang (Jorgensen, 1993). Aliran sumber daya dipertanggungjawabkan
menggunakan satuan volume, meskipun satuan keuangan akuntansi dianggap layak
(Gray, 1994). Analisis input-output menggunakan teknik penyeimbang yang lazim bagi
akuntan, menerapkan prinsip apa yang masuk harus keluar, memberikan pendekatan
disiplin untuk penyediaan informasi lingkungan. Kelebihan yang dilaporkan dari
analisis ini adalah populasi potensi sumber daya dan penghematan energi, seringkali
merupakan langkah pertama dalam proses audit lingkungan, dan dapat memfasilitasi
inovasi produk dan strategi pencegahan polusi, terutama ketika itu merupakan bagian
dari suatu produk dan/atau proses analisis siklus hidup (Jasch, 1993).
4) Akuntansi Triple Bottom Line dan Global Reporting Initiative (GRI)
Elkington (1999) menggambarkan suatu bentuk akuntansi keberlanjutan yang
disebut sebagai Triple Bottom Line (TBL) yang memiliki tujuan untuk melaporkan
dampak ekonomi, sosial dan lingkungan organisasi. Adapun yang mendasari akuntansi
TBL adalah definisi tiga dimensi yang berkembang dari pembangunan berkelanjutan
(Van den Bergh, 1996; WCED, 1987; Westing, 1996). Beberapa versi TBL mencoba
menggunakan satuan moneter dalam mengukur kinerja ekonomi, sosial dan
lingkungan, sedangkan versi lain seperti yang digunakan dalam Pedoman Akuntansi
Keberlanjutan GRI menggunakan beragam indikator untuk mengukur kinerja menuju
tujuan keberlanjutan.
5) Tema Umum untuk Akuntansi Keberlanjutan
Meskipun beberapa bentuk akuntansi lingkungan bergantung pada unit moneter
untuk mengukur dampak lingkungan dan sosial, tren yang meningkat yang terbukti
dalam Pedoman GRI adalah penggunaan beberapa unit pengukuran untuk menilai
kinerja menuju tiga dimensi keberlanjutan. Unit pengukuran keuangan yang lebih
disukai untuk mengukur kinerja ekonomi, belum tentu sesuai untuk menangkap
dampak sosial dan ekologi yang membutuhkan serangkaian alat pengukuran untuk
menangkap keragaman alam (Cooper, 1992) dan dimensi keadilan sosial dari
keberlanjutan. Alat kualitatif, seperti narasi untuk menggambarkan dampak sosial dan
lingkungan organisasi merupakan bagian penting dari akuntansi keberlanjutan
(Lehman, 1999).
B. Komponen Model Akuntansi Keuangan

Model akuntansi keuangan telah berkembang untuk memberikan informasi yang


relevan dengan asumsi tujuan keuangan utama pengusaha. Dalam akuntansi keberlanjutan,
tujuan yang diberikan kepada akuntan adalah tujuan keberlanjutan (atau pembangunan
berkelanjutan). Menggunakan pendekatan deduktif (Martin, 1994) model akuntansi
keberlanjutan dapat dirancang untuk memberikan informasi yang memungkinkan kinerja
mencapai tujuan tersebut untuk dievaluasi. Informasi yang disediakan untuk pelaporan
keuangan tujuan umum harus memiliki atribut kualitatif yang diidentifikasi dalam laporan
akuntansi SAC 3 (2002). Demikian pula, Pedoman GRI memberikan satu set komprehensif
atribut kualitatif informasi akuntansi keberlanjutan, yang dimasukkan kemudian dalam
makalah ini sebagai bagian dari kerangka akuntansi keberlanjutan.

 Kerangka kerja Sustainability Accounting

Gambar tersebut menampilkan lima komponen akuntansi keberlanjutan yang diambil dari
diskusi sebelumnya tentang model akuntansi keuangan yang diperluas menjadi kerangka
komprehensif. Asumsi yang mendasari spesifikasi kerangka ini adalah bahwa isu-isu
tersebut, merupakan isu penting yang perlu ditangani selama fase pengembangan untuk
menambah ketelitian dan struktur pelaporan informasi akuntansi keberlanjutan. Lima
komponen isu tersebut yaitu:
1. Tujuan kerangka akuntansi keberlanjutan
2. Prinsip-prinsip yang mendasari penerapan kerangka kerja
3. Alat pengambilan data. catatan akuntansi, dan teknik pengukuran
4. Laporan yang digunakan untuk menyajikan info
5. Atribut kualitatif informasi
C. Kerangka Teoritis Untuk Sustainability Accounting
 Tujuan kerangka kerja
Tujuan utama dari kerangka akuntansi keberlanjutan adalah untuk
mengukur kinerja menuju keberlanjutan. Inti dari ini adalah perdebatan mengenai
apakah keberlanjutan adalah tujuan yang relevan di tingkat organisasi, dan apakah
itu dapat diukur pada tingkat ini. Konsep pembangunan berkelanjutan secara luas
diakui sebagai konsep multi-level di mana level-levelnya sangat saling bergantung.
Informasi akuntansi keberlanjutan harus menunjukkan atribut kualitatif
transparansi dan komparabilitas dalam cara yang relevan dalam konteks
keberlanjutan untuk memungkinkan pemangku kepentingan menilai dampak
lingkungan dan sosial dari organisasi. Masyarakat membutuhkan informasi yang
memberikan dampak dari organisasi operasi transparan sehingga kontribusinya
terhadap tujuan keberlanjutan dapat dinilai. Sebuah aspek penting dari akuntansi
keberlanjutan adalah menetapkan target keberlanjutan yang terukur untuk
memungkinkan pemangku kepentingan menilai tingkat ketidakberlanjutan
organisasi.
Penyediaan informasi akuntansi keberlanjutan untuk pengguna internal
akan fokus pada: penyediaan informasi yang relevan dan berguna untuk keputusan
bagi manajemen. Misalnya, serangkaian indikator kinerja dan data siklus hidup
dibandingkan dengan target keberlanjutan yang relevan akan membantu
manajemen internal organisasi menuju multidimensi tujuan keberlanjutan.
 Prinsip yang mendasari

Tujuan utama kerangka akuntansi keberlanjutan bersama dengan definisi


keberlanjutan yang dipilih menentukan prinsip-prinsip yang memandu pencatatan
dan pelaporan informasi akuntansi. Mengingat sifat sistematik dari dampak
manusia pada lingkungan alam, batas-batas sistem akuntansi keberlanjutan perlu
didefinisikan dengan jelas untuk membatasi ruang lingkup pada latihan yang dapat
dikelola. Dampak lingkungan tingkat pertama mengacu pada dampak langsung
terhadap lingkungan. Dampak lingkungan tingkat kedua adalah dampak yang
disebabkan oleh pemasok input. Dampak tingkat ketiga terkait dengan penyediaan
input. Dalam penelitian sebelumnya, batasan telah dibuat untuk memasukkan
dampak lingkungan tingkat pertama dan kedua, tetapi untuk mengecualikan
dampak tingkat ketiga (Bebbington & Tan, 1997).

Prinsip akuntansi pemeliharaan modal diterapkan pada akuntansi


keberlanjutan dalam biaya berkelanjutan yang disarankan Gray dan pendekatan
persediaan modal alam (Gray, 1993). Mendefinisikan pembangunan berkelanjutan
dalam konteks prinsip pemeliharaan modal menyiratkan mempertahankan stok
modal ekologi, sosial dan ekonomi, dan mengarah pada isu perdebatan tentang
substitusi antara kategori stok, dan perbedaan antara versi keberlanjutan yang
lemah dan yang kuat (Costanza & Daly, 1992).

Konsep materialitas akuntansi keuangan juga relevan dengan kerangka


akuntansi keberlanjutan. Mengingat keterkaitan yang melekat pada lingkungan
alam, tidak mungkin untuk mencatat dan melaporkan semua dampak lingkungan
yang disebabkan oleh manusia. Dampak perlu diprioritaskan tergantung pada
signifikansinya sebagai ancaman potensial bagi umat manusia atau lingkungan
alam dan relevansinya dengan pemangku kepentingan. Ancaman yang lebih kecil
yang tidak akan mempengaruhi pengguna dapat dikeluarkan dari laporan
keberlanjutan berdasarkan prinsip materialitas.

Prinsip materialitas perlu dipertimbangkan bersama-sama dengan prinsip


ekologis kehati-hatian prinsip, dimana tindakan untuk mengurangi dampak
lingkungan tidak tertunda karena ketidakpastian ilmiah (Chiras, 1992). Dampak
yang mungkin tidak terukur secara tepat mampu, atau di mana risikonya rendah
mungkin masih memerlukan pelaporan kepada pengguna. Contohnya adalah risiko
tinggi-probabilitas rendah (Rubenstein, 1994) yang perlu dipertimbangkan
mengingat potensinya untuk mempengaruhi pengguna mengenai potensi kerusakan
ekologi, sosial dan ekonomi.

 Teknik Pengambilan dan Pengumpulan Data

Penggunaan beragam indikator untuk mengukur kinerja menuju


keberlanjutan direkomendasikan dalam Pedoman GRI (Global Reporting
Initiative). Penelitian akuntansi lingkungan telah memusatkan perhatian yang
cukup besar pada penilaian aset lingkungan, kewajiban dan biaya, dalam upaya
untuk memperhitungkan lingkungan menggunakan prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Milne (1991) mengulas berbagai teknik estimasi untuk memudahkan proses
evaluasi. Lehman (1996) memperingatkan bahwa menghargai aset lingkungan
berpotensi merusak, dan menyarankan akuntansi keberlanjutan lebih banyak
tentang memberikan narasi mengenai dampak sosial dan lingkungan dari
perusahaan kegiatan.
Analisis siklus hidup (LCA) memberikan tantangan yang sangat besar
karena kompleks dan detailnya pengukuran dampak lingkungan. Sebagai teknik
evaluasi, secara inheren itu pada dasarnya tidak tepat (Ayres, 1995) dan versi non-
kuantitatif yang disederhanakan mendorong transisi untuk berpikir bahwa siklus
hidup mungkin lebih hemat biaya. Dalam banyak kasus, metode pengambilan
sampel adalah satu-satunya metode yang hemat biaya pengambilan karena biaya
yang berlebihan digunakan untuk mengukur semua emisi dan sumber daya alam.

Kualitas data yang buruk yang diperlukan untuk menghitung indikator


kinerja lingkungan dan untuk melakukan analisis siklus hidup didokumentasikan.
Metode dan sumber yang digunakan untuk menangkap data sangat luas, bervariasi
dan berpotensi tidak dapat diandalkan, karena praktik akuntansi lingkungan berada
pada tahap awal dalam penerapannya. Catatan utama yang membentuk bagian dari
sistem akuntansi berkelanjutan mencakup inventaris polusi dan inventaris
konsumsi sumber daya.

 Format pelaporan

Komponen keempat dari kerangka akuntansi keberlanjutan yang


digambarkan pada menyangkut penyebaran informasi kepada pengguna dan
melibatkan dua pertanyaan kunci:

1. Apa format laporan akuntansi keberlanjutan yang tepat?


2. Seberapa sering informasi akuntansi keberlanjutan harus disebarluaskan
kepada pengguna?

Contoh format pelaporan yang digunakan untuk menyajikan informasi akuntansi


keberlanjutan yaitu:

a. Tabel indikator kinerja yang mengukur nilai aktual setiap indikator untuk
periode akuntansi tertentu. (Kegunaan informasi meningkat dimana nilai
aktual yang dibandingkan dengan target keberlanjutan yang relevan.
b. Pemisahan menjadi beberapa kategori persediaan stok modal.
c. Perkiraan biaya dari alternatif berkelanjutan untuk bisnis saat ini.
d. Analisis input-output.
e. Analisis siklus hidup.
f. Daftar ketidakpatuhan dengan insiden perundang-undangan yang relevan
g. Narasi tentang dampak lingkungan dan sosial.

Laporan-laporan ini dapat disiapkan secara berkala, atau dalam kasus LCA (Life
Cycle Assessment) /Penilaian siklus hidup, sebagaimana diperlukan selama masa
manfaat produk atau proses, dan sebaiknya sebelum keputusan perencanaan
diambil. Beberapa jenis informasi akuntansi keberlanjutan dapat disebarluaskan
menggunakan situs web saat tersedia, daripada menyesuaikan dengan jadwal
pelaporan tetap. Hal ini merupakan tanggung jawab pengguna untuk memeriksa
situs web secara teratur untuk pembaruan.

 Atribut Kualitatif

Pedoman memberikan daftar lengkap atribut yang dirajut bersama menjadi


kerangka yang kohesif. Atribut ini disebut sebagai prinsip pelaporan. Atribut ini,
diambil terutama dari akuntansi keuangan dirancang untuk menginformasikan
pengguna tentang bagaimana laporan telah disiapkan oleh organisasi pelapor.
Atribut utama yang ditentukan dalam pedoman adalah:

1. Transparansi yang membutuhkan pengungkapan penuh atas proses,


prosedur, dan asumsi dalam penyusunan laporan (GRI, 2002, hlm. 24).
2. Inklusivitas yang membutuhkan organisasi pelapor untuk secara sistematis
melibatkan pemangku kepentingannya untuk membantu fokus dan terus
meningkatkan kualitas laporannya (GRI, 2002, hlm. 24).
3. Auditabilitas yang membutuhkan data dan informasi yang dilaporkan harus
dicatat, disusun, dianalisis, dan diungkapkan dengan cara yang
memungkinkan auditor internal atau penyedia jaminan eksternal untuk
membuktikan keandalannya (GRI, 2002, hlm. 25).

Delapan atribut kualitatif yang tersisa dirancang untuk memastikan kualitas,


keandalan dan aksesibilitas informasi yang dilaporkan yang relevan dengan tujuan
keberlanjutan organisasi. Sebagaimana dinyatakan dalam SAC 3 Karakteristik
Kualitatif Informasi Keuangan, informasi akuntansi keberlanjutan harus memiliki
atribut kualitatif ini untuk memungkinkan penyusun laporan untuk melepaskan
akuntabilitas mereka kepada pengguna.
DAFTAR PUSTAKA

Cup, Sol. (2 Juli 2010). Pengertian dan Ruang Lingkup Pembangunan Berkelanjutan. Diakses pada
https://newberkeley.wordpress.com/2010/07/02/pengertian-dan-ruang-lingkup-
pembangunan-berkelanjutan/ (Tanggal 8 September 2022).

Sudana, I Putu., Eko Ganis Sukoharsono, Unti Ludigdo and Gugus Irianto. (2014). A Philosophical
Thought on Sustainability Accounting. Research Journal of Finance and
Accounting. 5 (9).1—10

Indonesian Climate Change Trust Fund. (2015). Tentang SGDs. Diakses pada
https://www.icctf.or.id/sdgs/#:~:text=5P%20dalam%20TPB%2FSDGs,saling%20
terkait%20satu%20sama%20lain (Tanggal 8 September 2022).

International NGO Forum on Indonesian Development. (2017). Sustainable Development Goals.


Diakses pada https://www.sdg2030indonesia.org/ (Tanggal 8 September 2022).

Lamberton, Geoff. (2005). Sustainability Accounting – A Brief History and Conceptual


Framework. Accounting Forum 29, pp.7-26.

Anda mungkin juga menyukai