Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

EKONOMI SUMBER DAYA ALAM

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA


ALAM

OLEH

OLEH KELOMPOK 1II


1. KRISTIANUS VIKTORIANUS JIU
NIM: 1606050024
2. ELISABETH WENDE
NIM: 1606050031
3. ADELIA DEWI KATUPU
NIM : 16060500

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perbincangan tentang “Pembangunan Berkelanjutan” atau “suistainable development”


sebenarnya bukanlah suatu hal yang baru baik lihat secara global maupun nasional. Namun
dalam pelaksanaannya masih belum dipahami dengan baik dan oleh karenanya masih
menunjukkan banyak kerancuan pada tingkat kebijakan dan pengaturan dan mempunyai banyak
gejala pada tatanan implementasi atau pelaksana. Sebagai sebuah konsep, pembangunan yang
berkelanjutan yang mengandung pengertian sebagai pembangunan yang “memperhatikan” dan
“mempertimbangkan” dimensi lingkungan hidup dalam pelaksanaannya sudah menjadi topik
pembicaraan dalam konferensi Stockholm (UN Conference on the Human Environment) tahun
1972 yang menganjurkan agar pembangunan dilaksanakan dengan memperhatikan faktor
lingkungan (Soerjani, 1977: 66), menurut Sundari Rangkuti Konferensi Stocholm membahas
masalah lingkungan serta jalan keluarnya, agar pembangunan dapat terlaksana dengan
memperhitungkan daya dukung lingkungan (eco-development) (Rangkuti,2000:27)

Dilaksanakannya konferensi tersebut adalah sejalan dengan keinginan dari PBB untuk
menanggulangi dan memperbaiki kerusakan lingkungan yang terjadi. Bertepatan dengan di
umumkannya “Strategi Pembangunan Internasional” bagi “Dasawarsa Pembangunan Dunia ke–
2 “(The Second UN Development Decade) yang dimulai pada tanggal 1 Juni 1970, Sidang
Umum PBB menyerukan untuk meningkatkan usaha dan tindakan nasional serta Internasional
guna menanggulangi “proses pemerosotan kualitas lingkungan hidup” agar dapat diselamatkan
keseimbangan dan keserasian ekologis, demi kelangsungan hidup manusia, secara khusus
resolusi Sidang Umum PBB No. 2657 (XXV) Tahun 1970 menugaskan kepada Panitia
Persiapan untuk mencurahkan perhatian kepada usaha “melindungi dan mengembangkan
kepentingan-kepentingan negara yang sedang berkembang” dengan menyesuaikan dan
memperpadukan secara serasi kebijakan nasional di bidang lingkungan hidup dengan rencana
Pembangunan Nasional, berikut skala prioritasnya (Hardjasoemantri, 200:7).

I.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana Konsep Triple Botton Line Dalam Substainable Development?
b. Apa Peran Sumber Daya Alam Pembangunan?
c. Bagaimana Substainable Development Dalam Pemanfaatan Sumber Daya Alam?
I.3 Tujuan
a. Untuk Mengetahui Konsep Triple Botton Line Dalam Substanaible Development
b. Untuk Mengetahui Peran Sumber Daya Alam Pembangunan
c. Untuk Mengetahui Bagaimana Substainable Development Dalam Pemanfaatan Sumber Daya
Alam
I.4 Manfaat
a. Dapat Mengetahui Konsep Triple Botton Line Dalam Substanaible Development
b. Dapat Mengetahui Peran Sumber Daya Alam Pembangunan
c. Dapat Mengetahui Bagaimana Substainable Development Dalam Pemanfaatan Sumber Daya
Alam
BAB II

PEMBAHASAN

2.I Definisi Sumber Daya Alam

Dalam UU Nomor 32/2009 tentang perlindungan dan Pengelolaan lingkungan hidup Bab
II pasal 3 poin e berbunyi “Mencapai keserasian, keselarasan dan keseimbangan lingkungan
hidup”. Namun sayangnya implementasinya belum optimal. Hal ini terbukti dengan adanya
pengelolaan lingkungan yang ada masih belum sepenuhnya mensinergikan antara
kepentingan keseimbangan ekologi dan sosial (kepentingan rakyat). Pengelolaan yang masih
didominasi oleh aspek ekonominya. Ini terbukti dengan berbagai eksploitasi sumber daya
alam yang justru merugikan masyarakat sekitar, karena terjadi kerusakan lingkungan seperti
banjir, tanah longsor.

Menurut Soerinegara segala sesuatu yang ada disekitar alam ini adalah
lingkungan.Sedangkan jika unsur-unsur lingkungan tersebut memberi manfaat pada manusia
maka itu disebut dengan sumber daya alam. Tapi tidak seluruh unsur lingkungan menjadi
sumber daya bagi manusia akan tetapi lingkungan tersebut bisa menjadi sumberdaya bagi
makhluk lain seperti hewan dan tumbuhan.4 Dalam pengertian umum sumber daya alam
didefinisikan sebagi suatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi.Dapat juga dikatakan
bahwa sumber daya alam adalah komponen dari ekosistem yang menyediakan barang dan
jasa yang bermanfaat bagi kebutuhan manusia.

Grima dan Brekes mendefinisikan sumber daya alam sebagai aset untuk pemenuhan
kepuasan utilitas manusia.Rees lebih jauh mengatakan bahwa sesuatu bisa dikatakan sebagai
sumber daya alam jika memiliki dua kriteria berikut yaitu, pertama adalah harus ada
pengetahuan, teknologi atau keterampilan (skill) untuk memanfaatkannya.Kedua adalah
harus ada permintaan (demand) terhadap sumber daya alam tersebut. Kalau kedua kriteria
tersebut tidak dimiliki, maka sesuatu itu belum bisa disebut sumber daya alam tapi sebatas
barang netral.

Secara singkat sumber daya alam bisa diartikan sebagai kekayaan alam yang dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan manusia, sumber daya alam
akan berkembang dan akan terus dibutuhkan seiring perkembangan teknologi. Pemanfaatan
sumber daya alam harus diikuti oleh pemeliharaan dan pelestariaannya karena sebagian
sumber daya alam bersifat terbatas.Maka untuk kelangsungan hidup manusia perlu diadakan
tindakan yang bijaksana dan disertai dengan kesadaran yang tinggi dalam pengelolaan
sumber daya alam agar keseimbangan ekosistem tetap terjaga.

2.2 Konsep Triple Botton Line Dalam Substainable Development

Istilah triple bottom line pertama kali dipopulerkan oleh John Elkington (1997)
dalam bukunya Cannibal with Forks: The Triple Bottom Line of 21st Century Business.
Konsep ini merumuskan bahwa keberlangsungan dan pertumbuhan perusahaan tidak
semata-mata bergantung pada laba usaha (profit), melainkan juga tindakan nyata yang
dilakukan perusahaan terhadap lingkungan (planet), dan keadilan (people). Dan
semuanya dilakukan demi terciptanya sustainable development (pembangunan
berkelanjutan). Keadaan masyarakat tergantung pada ekonomi, dan ekonomi tergantung
pada masyarakat dan lingkungan, bahkan ekosistem global. Ketiga komponen triple
bottom line ini tidaklah stabil, melainkan dinamis tergantung kondisi dan tekanan sosial,
politik, ekonomi dan lingkungan, serta kemungkinan konflik kepentingan. Berikut
penjabaran dari konsep triple bottom line :
1. Profit
Perusahaan tetap harus berorientasi untu mencari keuntungan ekonomis yang
memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang.
2. Planet
Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati.
Beberapa program CSR yang berpijak pada prinsip ini biasanya berupa penghijauan
lingkungan hidup, penyediaan sarana air bersih, perbaikan pemukiman, pengembangan
pariwisata (ekoturisme) dan lain sebagainya
3. People
Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia. beberapa
program CSR yang sering dikembangkan oleh perusahaan diantaranya: pemberian
beasiswa bagi pelajar di lingkungan sekitar perusahaan, pendirian sarana pendidikan
dan kesehatan, penguatan kapasitas ekonomi lokal dan lain sebagainya.
Keseimbangan triple bottom line merupakan suatu upaya yang sungguh-sungguh untuk
bersinergi dengan tujuan pembangunan berkelanjutan yang secara konsisten mendorong
keseimbangan ekonomi,sosial dan lingkungan. Idealnya, tentu saja perusahaan melakukan
seluruh kegiatan triple bottom line bagi para stakeholders-nya. Namun, hal yang terpenting
sebenarnya, perusahaan melakukan CSR dengan menekankan pada prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
Beberapa prinsip pembangunan berkelanjutan dari Deklarasi Rio pada tahun 1992
adalah sebagai berikut (UNCED, The Rio Declaration on Environment and Development,
1992 dalam Mitchell et al., 2003):
1. Manusia menjadi pusat perhatian dari pembangunan berkelanjutan.Mereka hidup
secara sehat dan produktif, selaras dengan alam.
2. Dalam rangka pencapaian pembangunan berkelanjutan, perlindungan lingkungan
seharusnya menjadi bagian yang integral dari proses pembangunan dan tidak dapat
dianggap sebagai bagian terpisah dari proses tersebut.
3. Penduduk asli dan setempat mempunyai peran penting dalam pengelolaan dan
pembangunan lingkungan karena pemahaman dan pengetahuan tradisional mereka.
Haris (2000) dalam Fauzi (2004) melihat bahwa konsep keberlanjutan dapat diperinci
menjadi tiga aspek pemahaman, yaitu:
1. Keberlanjutan ekonomi, yang diartikan sebagai pembangunan yang mampu
menghasilkan barang dan jasa secara kontinu untuk memelihara keberlanjutan
pemerintahan dan menghindari terjadinya ketidakseimbangan sektoral yang dapat
merusak produksi pertanian dan industri.

2. Keberlanjutan lingkungan: Sistem yang berkelanjutan secara lingkungan harus


mampu memelihara sumber daya yang stabil, menghindari eksploitasi sumber daya
alam dan fungsi penyerapan lingkungan. Konsep ini juga menyangkut pemeliharaan
keanekaragaman hayati, stabilitas ruang udara, dan fungis ekosistem lainnya yang
tidak termasuk kategori sumber-sumber ekonomi.
3. Keberlanjutan sosial: Keberlanjutan secara sosial diartikan sebagai sistem yang
mampu mencapai kesetaraan, menyediakan layanan sosial termasuk kesehatan,
pendidikan, gender, dan akuntabilitas politik.
Yuswohady dalam artikelnya yang berjudul Triple Bottom Line 2008),
mengatakan bahwa ide di balik konsep triple bottom line ini tak lain adalah adanya
pergeseran paradigma pengelolaan bisnis dari “shareholders- focused” ke
“stakeholders-focused”.
Menurutnya, Ide triple bottom line ini sekaligus mencoba menempatkan upaya
pemberdayaan masyarakat dan pelestarian lingkungan pada titik sentral dari keseluruhan
strategi perusahaan—bukan periferal, bukan tempelan, bukan kosmetik. Conventional
wisdom yang selama ini ada mengatakan: tumpuk profit sebanyak-banyaknya, lalu dari profit
yang menggunung itu sisihkan sedikit saja untuk kegiatan sosial dan pelestarian lingkungan.
Dengan triple bottom line, maka pendekatannya menjadi berbeda. Dari awal perusahaan
sudah menetapkan bahwa tiga tujuan holistik—Economic, Environmental, Social—tersebut
hendak dicapai secara seimbang, serasi, tanpa sedikitpun pilih kasih.

2.3 Peran Sumber Daya Alam Pembangunan

ada pula sumber daya alam non hayati

1. Sumber Daya Alam Bahan Tambang


Banyak pengelolaan blok-blok pertambangan di Indonesia yang dikelola oleh
asing. Barang tambang di Indonesia terdapat di darat dan di laut. Pengelolaan barang
tambang tersebut, memerlukan: modal yang banyak, tenaga ahli, dan teknologi tinggi.
Pertambangan merupakan suatu kegiatan yang perlu perencanaan secara baik dan
matang, sebab harus selaras sehingga kelestarian lingkungan hidup dapat terjaga dengan
baik.
Usaha pertambangan dan bahan galian di Indonesia, mempunyai peranan sebagai berikut:
 Menambah pendpatan Negara
 Memperluas lapangan kerja
 Memajukan bidang transportasi dan komunikasi
 Memajukan industry dalam negri
 Sebagai pemasok kebutuhan SDA barang tambang dan galian dalam negri
 Minyak bumi dan gas alam sebagai bahan bakar atau sumber energy
 Pasir atau batu sebagai bahan bangunan
 Emas, instan dan perak sebagai perhiasan
 Bahan industri dalam negeri
2. Air
Air merupakan salah-satu kebutuhan utama makluk hidup. Disamping itu bumi
yang kita tempati juga didominasi oleh wilayah perairan. Seiring dengan pertumbuhan
penduduk kebutuhan akan air, baik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun
energy terus meningkat.
3. Panas bumi
Salah satu contoh energy panas bumi adalah sinar matahari. Sinar matahari sangat
dibutuhkan bagi kehidupan manusia dan dapat dijadikan sebagai energi lternatif yaitu
dijadikan sebagai sumber daya listrik.
Pentingya peranan sumber daya alam dalam pembangunan berkelanjutan, tanpa
menghindari kepunahan dari sumber daya alam itu sendiri. Oleh karena itu perlu adanya
pengelolaan dan pengendalian melalui berbagai usaha antara lain:
a. Pengambilan sumber daya alam tidak boleh melebihi tingkat pertumbuhan.
b. Kapasitas lingkungan dalam menyerap pencemaran tidak boleh berkurang.
c. Melestarikan fungsi lingkungan baik sebagai sumber bahan mentah maupun sebagai
penampung limbah.
d. Menyatukan pemikiran ekonomi dengan ekologi.
e. Peran serta masyarakat setempat dalam pengelolaan sumber daya lingkungan
ditingkatkan melalui penyuluhan-penyuluhan.

2.4 Substainable Development Dalam Pemanfaatan Sumber Daya Alam

Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup yang kita pergunakan


disini adalah merupakan terjemahan dari “suistainable development” yang sangat populer
dipergunakan di negara-negara Barat. Istilah Pembangunan Berkelanjutan” secara resmi
dipergunakan dalam Tap MPR No. IV /MPR/1999 tentang GBHN, sedangkan istilah
Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan Lingkungan Hidup” digunakan dalam UU No. 23
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Selain itu juga dikenal ada lingkungan dan
pembangunan, 1988:12) sedang sebelumnya lebih popular digunakan sebagai istilah
“Pembangunan yang berwawasan Lingkungan” sebagai terjemah dari “Eco-development”
Menurut Sonny Keraf, sejak tahun 1980-an agenda politik lingkungan hidup mulai dipusatkan
pada paradigma pembangunan berkelanjutan.
Dalam terjemahan Laporan Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan
disebutkan “Umat memiliki kemampuan untuk menjadikan pembangunan ini berkesinambungan
(sustainable) untuk memastikan bahwa Pembangunan ini dapat memenuhi kebutuhanya”
(Santosa, 2001:161). Soerjani menterjemahkan dengan “Pembangunan yang mencukupi
kebutuhan generasi sekarang tidak boleh mengurangi kemampuan generasi-generasi mendatang
untuk memenuhi kebutuhannya sendiri” (Hardjosoemantri,2000:15). Selain itu ada pula beberapa
pakar yang memberikan rumusan untuk lebih menjelaskan makna dari pembangunan yang
berkelanjutan itu antara lain:

1) Emil Salim :
Yang dimaksud dengan pembangunan berkelanjutan atau suistainable development
adalah suatu proses pembangunan yang mengoptimalkan manfaat dari sumber daya alam sumber
daya manusia, dengan menyerasikan sumber alam dengan manusia dalam pembangunan
(yayasan SPES,1992:3)
Pada tulisannya yang lain, Emil Salim mengemukakan ada beberapa asumsi dasar serta
ide pokok yang mendasari konsep pembangunan berlanjut ini, yaitu :
- Pertama, proses pembangunan itu mesti berlangsung secara berlanjut, terus menerus di
topang oleh sumber alam, kualitas lingkungan dan manusia yang berkembang secara
berlanjut,
- Kedua, sumber alam terutama udara, air dan tanah memiliki ambang batas, diatas mana
penggunaannya akan menciutkan kualitas dan kuantitasnya. Penciutan itu berarti
berkurangnya kemampuan sumber alam tersebut untuk menopang pembangunan
secara berlanjut, sehingga menimbulkan gangguan pada keserasian sumber alam
dengan daya manusia.
- Ketiga, kualitas lingkungan berkolerasi langsung dengan kualitas hidup. Semakin baik
kualitas lingkungan, semakin posistif pengaruhnya pada kualitas hidup, yang antara
lain tercermin pada meningkatnya kualitas fisik, pada harapan usia hidup, pada
turunnya tingkat kematian dan lain sebagainya. Oleh karena itu pembangunan
berkelanjutan, supaya memberi pengaruh positif terhadap kualitas hidup.
- Keempat, pembangunan berkelanjutan mengadaikan solidaritas transgenerasi, dimana
pembangunan ini memungkinkan generasi sekarang untuk meningkatkan
kesejahteraannya, tanpa mengurangi kemungkinan bagi generasi masa depan untuk
meningkatkan kesejahteraannya.
2) Ignas Kleden :
Pembangunan berkelanjutan di sini untuk sementara di definisikan sebagai jenis
pembangunan yang di satu pihak mengacu pada pemanfaatan sumber-sumber alam
maupun sumber daya manusia secara optimal, dan di lain pihak serta pada saat yang sama
memelihara keseimbangan optimal di antara berbagai tuntutan yang saling bertentangan
terhadap sumber daya tersebut (yayasan SPES, 1992:XV).
3) Sofyan Effendi :

a. Pembangunan berkelanjutan adalah suatu proses pembangunan yang pemanfaatan


sumber dayanya, arah invesinya, orientasi pengembangan teknologinya dan perubahan
kelembagaannya dilakukan secara harmonis dan dengan amat memperhatikan potensi
pada saat ini dan masa depan dalam pemenuhan kebutuhan dan aspirasi masyarakat
(Wibawa,1991:14).

b. Secara konseptual, pembangunan berkelanjutan dapat diartikan sebagai transformasi


progresif terhadap struktur sosial, ekonomi dan politik untuk meningkatkan kepastian
masyarakat Indonesia dalam memenuhi kepentingannya pada saat ini tanpa
mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memnuhi kepentingan mereka)
(Wibawa,1991:26). Berbagai rumusan ini sedikit banyak dapat membantu pemahaman
kita tentang pembangunan berkelanjutan. Selanjutanya dalam laporan Komisi Dunia
untuk lingkungan hidup dan pembangunan tentang “Hari Depan Kita Bersama” (1988)
dikemukakan beberapa penegasan lebih lanjut tentang pembangunan berkelanjutan ini. Di
katakan konsep pembangunan yang berkesinabungan memang mengimplikasikan batas -
bukan batas absolut akan tetapi batas yang ditentukan oleh tingkat teknologi dan
organisasi sosial sekarang ini mengenai sumber daya lingkungan serta oleh kemampuan
biosfer menyerap pengaruhpengaruh kegiatan manusia, akan tetapi teknologi untuk
memberi jalan bagi era baru pertumbuhan ekonomi (hal 12). Kemudian ditambahkan pula
bahwa Pembangunan global yang berkesinambungan juga mensyaratkan mereka yang
hidup lebih mewah untuk mengambil gaya hidup dalam batas-batas kemampuan ekologi
planet ini dalam hal penggunaan energi, misalnya. Lebih lanjut penduduk yang
bertambah cepat dapat meningkatkan tekanan pada sumber daya dan penyelamatan
naiknya taraf hidup, jadi pembangunan yang berkesinambungan hanya dapat dikejar bila
besarnya populasi penduduk dan pertumbuhan selaras dengan potensi produktif yang
terus berubah dari ekosistem. Akhirnya pembangunan yang berkesinambungan bukanlah
suatu tingkat keselarasan yang tetap, akan tetapi lebih berupa suatu proses dengan
pemanfaatan sumber daya, arah investasi, orientasi pengembangan teknologi, serta
perubahan kelembagaan yang konsisten dengan kebutuhan hari depan dan kebutuhan
masa kini. Kami menyadari bahwa proses itu tidak mudah. Pilihan-pilihan yang
menyakitkan harus dibuat. Jadi dalam analisis akhirnya, pembangunan yang
berkesinambungan pasti bersandar pada kemauan politik (hal13). Dalam menanggapi
rumusan Pembangunan Berkesinambungan, Emil Salim dalam terjemahan laporan ke
dalam bahasa Indonesia mengemukakan bahwa rumusan pembangunan terlanjutkan
memuat dua konsep pokok yakni, pertama, konsep “kebutuhan”, khususnya kebutuhan
pokok kaum miskin sedunia, terhadap siapa prioritas utama perlu diberikan; dan kedua,
gagasan keterbatasan yang bersumber pada keadaan teknologi dan organisasi sosial yang
dikenakan terhadap kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan masa kini dan
masa depan. Dengan demikian keprihatinan kemiskinan dan ikhtiar menanggapi
keterbatasan akibat keadaan teknologi dan organisasi sosial menjadi latar belakang
pembahasan masalah-masalah lingkungan dan pembangunan (hal XXIV). Pada
tulisannya yang lain, Emil Salim mengemukakan ada beberapa asumsi dasar serta ide
pokok yang mendasari konsep pembangunan berlanjut ini, yaitu :

- Pertama, proses pembangunan itu mesti berlangsung secara berlanjut, terus menerus di
topang oleh sumber alam, kualitas lingkungan dan manusia yang berkembang secara
berlanjut,

- Kedua, sumber alam terutama udara, air dan tanah memiliki ambang batas, diatas mana
penggunaannya akan menciutkan kualitas dan kuantitasnya. Penciutan itu berarti
berkurangnya kemampuan sumber alam tersebut untuk menopang pembangunan
secara berlanjut, sehingga menimbulkan gangguan pada keserasian sumber alam
dengan daya manusia.
- Ketiga, kualitas lingkungan berkolerasi langsung dengan kualitas hidup. Semakin baik
kualitas lingkungan, semakin posistif pengaruhnya pada kualitas hidup, yang antara lain
tercermin pada meningkatnya kualitas fisik, pada harapan usia hidup, pada turunnya
tingkat kematian dan lain sebagainya. Oleh karena itu pembangunan berkelanjutan,
supaya memberi pengaruh positif terhadap kualitas hidup.

- Keempat, pembangunan berkelanjutan mengadaikan solidaritas transgenerasi, dimana


pembangunan ini memungkinkan generasi sekarang untuk meningkatkan
kesejahteraannya, tanpa mengurangi kemungkinan bagi generasi masa depan untuk
meningkatkan kesejahteraannya. Pandangan yang tidak jauh berbeda dikemukakan
oleh Ignas Kleden yang antara lain menyatakan bahwa ada dua hal yang dipertaruhkan
disini, yaitu daya dukung sumber-sumber daya tersebut, dan solidaritas transgenerasi;
maksudnya adalah bagaimana kita mengekang diri untuk tidak merusak sumber-
sumber daya yang ada, agar dapat bersikap adil terhadap masa depan umat manusia.
Kegagalan kita untuk memelihara daya dukung sumber-sumber daya itu akan
menyebabkan kita berdosa karena telah melakukan sesuatu (sin of commission)
sementara kegagalan untuk mewujudkan solidaritas transgenerasi itu akan
menyebabkan kita berdosa karena telah melalaikan sesuatu (sin of
commission)(yayasan SPES,1992:XV). Sebagai sebuah konsep, pembangunan
berkelanjutan tidak lepas dari berbagai interpretasi. Moeljarto Tjokrowinoto misalnya
menyebutkan ada interpretasi yang lahir dari pemikiran kaum environmentalist dan
ada pula interpretasi yang datang dari para pakar dalam donor agencies. Kedua
interpretasi pembangunan berkelanjutan tadi mempunyai implikasi administrative
tertentu. Interpretasi yang lain sustainable development menurut Moeljarto didorong
oleh adanya kenyataan tinggi morta mortality rate proyekproyek pembangunan di
negara berkembang. Alokasi input yang berkesinambungan tidak menjadikan proyek
pembangunan tadi berkembang dengan kekuatan tersendiri. Dikatakan pula bahwa
sustainable development

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
4. Secara singkat sumber daya alam bisa diartikan sebagai kekayaan alam yang dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan manusia, sumber daya alam
akan berkembang dan akan terus dibutuhkan seiring perkembangan teknologi.
Pemanfaatan sumber daya alam harus diikuti oleh pemeliharaan dan pelestariaannya
karena sebagian sumber daya alam bersifat terbatas.Maka untuk kelangsungan hidup
manusia perlu diadakan tindakan yang bijaksana dan disertai dengan kesadaran yang
tinggi dalam pengelolaan sumber daya alam agar keseimbangan ekosistem tetap terjaga.
Istilah triple bottom line pertama kali dipopulerkan oleh John Elkington (1997)
Konsep ini merumuskan bahwa keberlangsungan dan pertumbuhan perusahaan tidak
semata-mata bergantung pada laba usaha (profit), melainkan juga tindakan nyata
yang dilakukan perusahaan terhadap lingkungan (planet), dan keadilan (people). Dan
semuanya dilakukan demi terciptanya sustainable development (pembangunan
berkelanjutan). Peranan sumber daya alam dalam pembangunan yaitu Sumber Daya
Alam Bahan Tambang, air dan panas bumi.
pembangunan berkelanjutan atau suistainable development adalah suatu proses
pembangunan yang mengoptimalkan manfaat dari sumber daya alam sumber daya
manusia, dengan menyerasikan sumber alam dengan manusia dalam pembangunan
(yayasan SPES,1992:3)

DAFTAR PUSTAKA
Mohammad Basyuni, Konsep Ekonomi Lingkungan dalam Pengelolaan Sumber daya
Alam Menuju Pembangunan berkelanjutan, dalam karya ilmiah Universitas Sumatera
Utara th 2001.

Reksodiprodjo, Sukamto, Pradono , Ekologi Sumber Daya Alam dan Energi, 1968,
BPFE, Yogyakarta.

Suparmoko. M., Ekologi Sumber Daya Alam dan Lingkungan., 1994, BPFE,Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai