NIM: 215030801111019
I. Keseimbangan dalam Ekonomi Ekologi
Definisi Ekologi merupakan studi ilmiah serta studi interaksi antara organisme
dan lingkungannya. Sedangkan definisi ekonomi menurut [Paul, 2015] ekonomi berperan
sebagai domain sosial yang meliputi konteks praktik di lapangan, wacana, dan pokok
bahasannya terkait dengan produksi. Menurut [Fauzi, 2004] ilmu ekonomi bisa diartikan
sebagai ilmu yang mampu mempelajari hal pengalokasian sumberdaya, yang memiliki
berbagai alternatif penggunaan, untuk memenuhi keinginan manusia yang tidak terbatas.
Definisi equity atau ekuitas merupakan sebuah pokok utama dalam pembangunan
berkelanjutan, jika tidak adanya equity maka dikhawatirkan nantinya mampu
menimbulkan degradasi lingkungan. Pada dasarnya ekuitas menunjukan bahwa penting
adanya keadilan antara keuntungan dan kerugian yang dijalani akibat adanya
pembangunan, dikarenakan ekuitas ini menerapkan tentang keadilan yang harus dimiliki
dalam diri manusia guna untuk dibawa dalam kehidupan bermasyarakat.
Hubungan antara prinsip ekologi dan ekonomi dapat disebut dengan ekonomi
ekologi. Manusia pasti melakukan interkasi dengan alam setiap melakukan aktivitas.
Termasuk aktivitas ekonomi, manusia terkadang terlibat dengan pertukaran barang dan
energi dengan lingkungannya dan manusia tidak mungkin sanggup memenuhi segala
kebutuhan hidupnya tanpa harus berinterksi dengan alam.
Sebagian besar litelatur ekonomi yang membahas analisis interaksi antara produksi dan
konsumsi serta arus dari tiap-tiap bidang tersebut terdapat dua macam konsentrasi
ekonomi, yaitu makroekonomi dan mikroekonomi. Makroekonomi berfokus di setiap
perilaku aktivitas ekonomi dan tidak peduli seberapa kecilnya dan berfokus pada tingkat
harga total, tingkat pengangguran dan lain-lain.
III. Eco-Analysis dan Green Growth
Dalam aspek ekonomi ketika melaksanakan kegiatan tentunya terdapat dampak
positif dan negatif, dalam dampak positif tentunya muncul adanya investasi yang
memfokuskan kepada pemerintah secara umum dan kepada masyarakat secara khusus,
menurut [Kasmir, 2008]. Dan tentunya dalam perhitungan investasi, modal, ataupun efek
dari usaha yang bisa dilakukan itu juga tidak luput dari aspek-aspek ekonomi. Dalam
membangun suatu proyek pasti membutuhkan dana untuk keperluan dalam membangun
suatu proyek seperti pengadaan tanah, pelatan, gedung dan lain-lain, dan dalam keperluan
dana ini masuk kedalam investor proyek.
Setelah itu jika adanya suatu kegiatan perlu adanya beberapa langkah untuk
meninjau kelayakan pada sebuah kegiatan tersebut dengan sebutan uji kelayakan atau
valuasi ekonomi sumberdaya alam dan setelah itu uji kelayakan tersebut lolos dalam
kelayakan atau tidak akan tetapi itu tergantung pada aspek yang meliputi aspek hukum,
pasar dan pemasaran, aspek operasional, manajemen organisasi, ekonomi, sosial dan
aspek yang berkaitan dengan dampak lingkungan. Aspek lingkungan digunakan untuk
menilai seberapa besar dampak lingkungan yang dikeluarkan dari kegiatan pembangunan
tersebut.
Jika pembangunan proyek tersebut sudah dikatakan layak maka langkah
selnajutnya melakukan penilian pada aspek-aspek ekonomi. Dalam mengevaluasi sasaran
dan kebijakan untuk lingkungan terdiri dari beberapa alat agar bisa mengevaluasi yaitu
menanalisis efektivitas biaya dan analisis biaya, dan analisis biaya manfaat. Dalam
mengatasi tantangan dalam pembangunan ekonomi perlu dibutuhkannya Green Growth,
menurut World Bank (2012) green growth memang sangat dibutuhkan dan dinilai sangat
efesien secara ekonomi, green growth juga dibutuhkan bagi negara berkembang karena
mampu membantu meningkatkan keuntungan ekonomi serta sosial yang baik.
Tidak hanya itu saja Green Growth juga dihubungkan dengan Green Economy
dikarenakan bahwa faktanya kedua konsep ini juga dikenal sebagai alat untuk mengatasi
krisis keuangan dan ekonomi, namun pada dasarnya kedua konsep ini memiliki sejarah
yang berbeda akan tetapi untuk sekarang masih digunakan secara bergantian.
IV. Sejarah Pengelolaan dan Perkembangan Lingkungan
Sebelum tahun 1960 pengelolaan dan perkembangan lingkungan masih memiliki
tingkat teratas dan masih menginginkan adanya keikutsertaan masyarakat agar bisa bekerja
sama demi mewujudkan kecocokan dalam lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.
Dan pada 40 tahun terakhir ini, pengelolaan dan perkembangan lingkungan diminta untuk
bisa mengatasi masalah global dan pembangunan berkelanjutan dikarenakan pada tahun
1972 [Meadows et al., 1972] membahas tentang The Limits to Growth dengan memiliki
pandangan “overshoot” yang mengatakan bahwa kebutuhan manusia bisa saja melampaui
batas secara global dan memiliki konsekuensi.
Namun konsekuensi tersebut dapat dicegah dengan melakukan pengelolaan
lingkungan dan pembangunan yang berhasil. Dan pengelolaan serta perkembangan
lingkungan hidup di Indonesia dapat dijelaskan menjadi tiga masa, Masa Arus Global
(1972), Masa adanya Komitmen Internasional, dan masa Komitmen Nasional dalam
pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia dan pasca Reformasi, dan terjadi pada saat
adanya PELITA III, dan pada waktu ini Indonesia mampu melakukan kegiatan untuk bisa
memulai pengelolaan lingkungan hidup yang sesuai dan sangat berarti.
Dan pada tahun 1982, pemerintah membuat peraturan perundang-undangan
tentang pengelolaan lingkungan hidup dengan nama Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1982 tentang UUPPLH (Ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup). Dengan
ketentuan Undang-Undang tersebut tentunya terdapat dasar yang mampu untuk dijalani
yaitu “Ecodevelopment” yang dimana dalam dasar ini merupakan perpaduan antara
pembangunan dan lingkungan. Diharapkan dengan adanya Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1982 tentang ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup mampu membawa
pembauran dari adanya usaha pembangunan berkelanjutan.
Lalu pada aspek-aspek kelembangan lingkungan hidup di Indonesia sendiri
menunjukan dalam Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun 2002 menyatakan bahwa tugas
sekaligus wewenang BAPEDAL (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan) dipindahkan
kepada Kementrian Negara Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Karena pada dasarnya
dalam proses pembangunan suatu negara perlu adanya peran dari kelembangaan seperti
Instansi pemerintahan, perangkat hukum, LSM, serta peraturan Undang-Undang dan
rencana kegiatan yang dikemukakan pada pemerintah serta inisiatif dari masyarakat.
V. Sejarah Pembangunan Berkelanjutan
Pada tahun 1798 para ahli ekonomi seperti Malthus memikirkan ketersedian
lahan yang mulai berkurang karena semakin banyaknya muncul penduduk dan tidak bisa
terkontrol, padahal dalam pertumbuhan di sektor ekonomi akan sangat mempengaruhi
dan dapat untuk dibatasi dengan ketersediaan sumberdaya alam pada suatu wilayah,
dengan sumberdaya alam yang jumlahnya sesuai. Pemikiran ini muncul karena melihat
kurangnya ketersediaan lahan di negara Inggris, dan dalam pembangunan berkelanjutan
juga masih ada kaitannya dengan pemikiran yang disimpulkan oleh Malthus.
Walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa pemikiran Malthus tersebut memang
merupakan hal yang cocok untuk mendukung pembangunan berkelanjutan untuk saat ini,
namun dari sektor pemerintahlah yang merupakan hal penting. Pengembangan
berkelanjutan sendiri dapat diartikan sebagai proses pembangunan yang dijalankan
dengan mengawasi dari berbagai aspek, seperti aspek ekologi, ekonomi, sosial dan
budayanya dengan memiliki tujuan agar mampu memenuhi kebutuhan manusia serta
meningkatkan kualitas hidup menjadi lebih baik lagi.
Kemudian di tahun 1972 PBB melakukan konferensi dengan tema konferensi
lingkungan dan manusia, yang dikabarkan sebagai penyebab adanya pembangunan
berkelanjutan, pada konferensi ini banyak negara berkembang dan maju yang
berdatangan. Dan dalam konferensi ini menurut Todoror dan Marinova (2011) akan
banyak konferensi-konferensi lain yang sama membahas pembangunan berkelanjutan,
contohnya kofenrensi di Rio de Janeiro tahun 1992, dalam pembahasan konferensi ini
semua negara ikut bekerja sama dalam menciptakan pembangunan berkelanjutan menjadi
realita.
Dan selanjutnya adanya konferensi Yohanesburg (2002), dalam pembahasan
disini ialah konferensi tersebut memiliki tujuan untuk menyurvei tentang komitmen
negara-negara di dunia yang sudah menerapkan pelaksanaan dari pembangunan
berkelanjutan. Di Indonesia sendiri dalam pembangunan berkelanjutan dapat diartikan
sebagai kenaikan dalam pendapatan nasional bruto, beberapa langkah yang sudah
dilakukan oleh Indonesia sendiri diantaranya : Melakukan pemetaan terhadap data serta
indicator kepada targer pembangunan berkelanjutan dan Mengatur definisi operasional
untuk setiap langkah dalam pembangunan berkelanjutan. Menyusun peraturan
pemerintah yang berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan.
VI. Pendekatan Ekonomi Ekologi
Definisi ekologi merupakan suatu peran yang memiliki proporsi dalam usaha
berkelanjutan dengan tujuan untuk menyatukan dari teori ekonomi dan kebijakan dengan
pengetahuan dari berbagai macam bidang ilmu. Dan dalam teori ekonomi neoklasik dapat
mengatasi dari semua kebijakan ekonomi yang ada di seluruh dunia, akan tetapi sangat di
sayangkan bahwa teori ini mengalami krisis yang disebabkan berupa pembongkaran pada
dua tiang utamanya yaitu : adanya teori perilaku manusia yang terbentuk dalam pilihan
konsumen dan teori mengenai produksi yang sudah terwujud dalam kompetisi sempurna.
Namun, karena langkah tersebut sudah dilakukan untuk memperluas lingkup dari
teori ekonomi di luar konsep-konsep ini, maka konsep tersbut masilah menjadi sebuah
tiang untuk ekonomi kesejahteraan neoklasik dan efiensi pareto. Lalu ada nilai monisme
yang dimana nilai monisme mengungkapkan bahwa secara tidak langsung bahwa semua
entitas guna memiliki berbagai macam karakteristik yang umum yang kemungkinan dapat
selalu dibandingkan. Sedangkan nilai monisme ini berada di bawah analisis biaya manfaat
atau cost benefit analysis (CBA) yang memakai berbagai pilihan kebijakan publik.
Akan tetapi ekonomi ekologis yang timbul pada konsep Cost Benefit Analysis ini
dan nilai monisme memiliki cara pengganti seperti dapat membantu pada keputusan multi
kriteria atau multi criteria decision aide (MCDA) yang dimana MCDA ini merupakan
metode untuk menganalisis kebijakan serta mampu mempertimbangkan berbagai
informasi yang signifikan. Dan tentunya dalam penilian mampu didasarkan pada berbagai
macam patokan contoh seperti efiensi, keberlanjutan atau keadilan, dengan begitu hal ini
sangat memungkinkan dapat memberikan penilaian yang lebih baik, masuk akal, subsitusi
dan saling melengkapi antara kriteria tadi.
Selanjutnya ada penemuan the rational actor model yang dimana ini sebagai titik
awal menganalisis ekonomi dalam membuat keputusan yang rasional tanpa mencangkup
konteks social atau bahkan lingkungan. Di penuan ini dapat memperlihatkan bahwa
preferensi bersifat endogen, yang artinya mereka bisa bergantung pada konteks social,
sejarah individu, menurut (Albert dan Hahnel, 1990, Bowles, 1998). Namun pada hasil
penemuan yang memperlihatkan arti lain bahwa model actor rasional ini masih belum
mampu menjadi instrument yang bisa mempredeksi sikap manusia secara menyeluruh.
VII. Keberlanjutan dalam Ekonomi Ekologi
Ekonomi ekologi merupakan suatu ilmu yang memiliki pusat yang penting guna
untuk kehidupan suatu negara nantinya, atau bisa juga diartikan dengan studi yang bisa
memberikan pelajaran tentang interaksi-interaksi yang bisa terjadi pada sistem ekonomi
dan sistem ekologi. Dan menurut beberapa ahli dari ekologi mengatakan bahwa dalam
pemahaman ekonomi ekologi ini sangatlah penting bagi para praktisi ekonomi. Namun
pada sekitar tiga dekade pada abad ke 20 para peneliti mulai menyadari bahwasannya
aktifitas ekonomi mulai terlihat dengan mendorong untuk kerusakan lingkungan.
Dan ini sangat berdampak secara lansung bagi perekonomian dari generasi yang
akan datang. Lalu dengan interaksi antara eokonomi dan ekologi disini ialah dalam hidup
manusia pastinya membutuhkan barang-barang yang layak dan barang yang dimaksud
tersebut ialah berasal dari alam sendiri, contohnya mungkin minyak,besi, temabaga dll,
artinya ketika manusia menyiapkan kebutuhan manusia itu sendiri jika tidak adanya
interaksi dengan alam maka akan sangat mustahil, apalagi sekarang manusia memiliki
jumlah kehidupan yang banyak sekali beda dengan masa lalu yang masih jumlah
manusianya masih sedikit.
Sehingga jika adanya interaksi pun tidak berpengaruh besar bagi fungsi dari
lingkungan, kecuali secara lokal, dan aktivitas ekonomi manusia juga sekarang sudah
masuk ke skala global jadi secara tidak langsung tingkat interaksi akan semakin tinggi.
Tidak hanya dengan interkasi saja tentunya ekonomi dan ekologi juga memiliki tingkat
keberlanjutan juga, seperti yang dilakukan oleh ahli peneliti Darwanto pada tahun 2007
mengatakan bahwa pasti semua bangsa memiliki tujuan dalam meningkatkan
kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakatnya. Dan dalam menjalankan keberlanjutan
ini hanya bisa apabila dalam langkah-langkahnya dapat memperhatikan prinsip ekologi.
Namun ternyata ada kaitan keberlanjutan dalam suatu negara di masa yang akan
datang yaitu dengan pembangunan dan degradasi lingkungan. Contohnya seperti jika
wisata alam mampu menyuguhkan keindahan panorama alam yang bisa dinikmati oleh
masyarakat sehingga sumberdaya ini memiliki kecukupan yang luas karena mempunyai
nilai khusus didalamnya, akan tetapi jika terjadi adanya penurunan fungsi sumberdaya
maka dapat dilihat berarti lingkungan tersebut mulai terdegradasi.
Contoh dari degradasi lingkungan seperti adanya lahan kritis, populasi udara, dan
menurunnya keanekaragaman hayati.
VIII. Keberlanjutan dan Pembangunan Berkelanjutan
Keberlanjutan dan pembangunan berkelanjutan tentunya memiliki definisi
masing-masing yang berbeda, pertumbuhan berbeda dengan pembangunan termasuk ke
dalam konteks ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan perekonomian yang
meningkat di suatu wilayah karena adanya proses di dalamnya yang dimana dengan
meningkatnya perekonomian tersebut mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dan
berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Sedangkan pembangunan ekonomi
merupakan suatu hal yang berjalan dengan baik karena tingkat populasi yang semakin
meningkat sejajar dengan perkembangan teknologi yang cepat juga.
Pembangunan berkelanjutan juga memiliki konsep yang bersifat sesuai atau
sepantasnya dengan nilai-nilai. Adapun beberapa prinsip pembangunan berkelanjutan
antara lain: ekonomi, social-budaya, serta lingkungan. Pembangunan berkelanjutan tidak
hanya memiliki konsep, prinsip saja, akan tetapi pembangunan berkelanjutan memiliki
beberapa aspek yang pertama ada aspek dari sudut pandang ekonomi, sudut pandang
ekologi, sudut pandang social, sudut pandang secara keseluruhan yang meliputi populasi,
pertania, energi, industri, dan sistem budaya terbaruka. Dan keberlanjutan juga memiliki
karaketristik yang dimana karakteristik disini bisa mengurangi kebingungan dalam
perbedaan dalam terminology, serta data yang berlaku .
Dan tentunya pembangunan berkelanjutan juga tidak luput dari tantangan yang
ada, banyak masalah yang menjadi hambatan dalam kemajuan menuju keberlanjutan dan
pembangunan keberlanjutan. Ada berbagai macam tantangan dalam keberlanjutan
pembangunan seperti:
1. Penerapan standar perlindungan lingkungan yang masih minim
2. Kurangnya adanya Kerjasama antar pemangku kepentingan seperti
pemerintah dan masyarakat sipil
3. Pembangunan pendekatan yang holistik
4. Kurangnya kesadaran penduduk
5. Susahnya membratas kemiskinan
6. Kurangnya peningkatan Pendidikan
Dalam pertumbuhan ekonomi biasanya mengarah pada tingkat jumlah barang dan
jasa yang semakin naik untuk dihasilkan, pada perhitungan dalam PDB (Produk Domestik
Bruto) dapat dilihat bahwa nilai barang dan layanan yang diberikan dengan melihat pasar
tersebut banyak pengecualian yang masih banyak tidak dilalui pada pasar akan tetapi
kesejateraan yang didapat masih ikut berkontribusi secara keseluruhan. Ada yang
mengatakan bahwa kenaikan PDB pada negara-negara yang memiliki penghasilan tinggi
tidak sama meningkatkan tingkat kebahagian lainnya.
1. Penyediaan layananan
2. Pengaturan layananan
3. Layanan budaya
4. Layanan pendukung
Lalu tidak hanya kategori-kategori tersebut saja, lingkungan hidup juga membedakan
beberapa yang masih bersangkutan dengan input lingkungan hidup seperti:
Dalam isu-sisu yang menjadi tantangan dalam ekonomi ekologi ialah terdapat tiga
masalah ekonomi yang pertama ada masalah alokasi, distribusi, dan skala. Alokasi pada
sumberdaya yang baik adalah ketika penggunaan alternatif termasuk dalam masalah
ekonomi yang sering dibahas, sehingga banyak yang berfikir bahwa masalah alokasi ini
merupakan yang paling penting. Namun dalam menyelesaikan masalah alokasi disini ada
sebuah susunan pasar. Dan untuk masalah distribusi, terdapat kebijakan pendapatan dan
kesejahteraan yang dipisah.
Dan terdapat negara-negara di dunia yang sudah berusaha menerapkan E3, Ecolgy,
Economy, dan Equity. Terdapat ada lima negara yang berhasil dalam mencapai SDG
tertinggi, SDG sendiri merupakan kepanjangan dari Sustainable Development Goal
merupakan suatu kegiatan yang universal dari pemerintah dunia yang bisa
memerintahkan suatu negara untuk melakukan strategi secara keseluruhan dengan
mencampurkan antara pertumbuhan, ekonomi, sosial, serta keberlanjutan dari
lingkungan.
1. Swedia
2. Denmark
3.Finlandia
4.German
5.Prancis