215030807111048
UTS Analisis Dampak Pariwisata (D)
BAB 1
Keseimbangan dalam Ekonomi dan Ekologi
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara makhluk hidup dan
lingkungannya. Ilmu ini mencakup studi tentang hubungan antara makhluk hidup dan
komponen lingkungan lainnya seperti tanah, air, udara dan faktor abiotik lainnya.
Ekonomi melibatkan analisis dan pengambilan keputusan tentang produksi, distribusi,
dan konsumsi barang dan jasa, dan bagaimana harga dan nilai ditentukan oleh penawaran
dan permintaan di pasar. Maka dari itu, adanya pemanfaatan sumberdaya alam sebaiknya
berpedoman pada prinsip ekonomi yang mempertimbangkan jangka waktu masa kini dan
masa datang dalam setiap tindakannya, dan juga mempertimbangkan kegiatan produksi
yang berwawasan lingkungan agar sumberdaya terjaga keberlanjutan. Maka dari itu,
adanya pemanfaatan sumber daya alam harus berpedoman pada prinsip ekonomi, dengan
memperhatikan kerangka waktu saat ini dan yang akan datang dalam setiap tindakan,
serta mempertimbangkan kegiatan produksi yang berwawasan lingkungan guna menjaga
sumber daya secara lestari (sustainable development). Ekuitas (equity) merujuk pada
kesetaraan atau keadilan dalam membagi sumber daya atau hak-hak di antara individu
atau kelompok yang berbeda. Dalam konteks ekonomi, ekuitas sering kali dihubungkan
dengan distribusi pendapatan dan kekayaan yang adil di antara masyarakat. Pada
dasarnya, konsep ekuitas menekankan pada prinsip bahwa setiap individu harus
diperlakukan secara sama dan adil, tanpa diskriminasi atau perlakuan yang tidak adil.
Ekuitas juga memperhatikan kesejahteraan sosial dan lingkungan, serta hak-hak individu
dan masyarakat. Hubungan prinsip ekologi dan ekonomi bisa dikatakan sebagai ekonomi
ekologi.
Konsep ekonomi dan ekologi merupakan pendekatan dalam memandang sistem
ekonomi yang berkelanjutan, yang mengakui bahwa keberhasilan ekonomi tidak dapat
dicapai tanpa mempertimbangkan lingkungan alam yang mendukungnya. Sehingga
ekonomi dan ekologi selalu akan berkaitan satu sama lain. Hal ini ekonomi manusia akan
terus berikatan dengan pertukaran barang, energi dengan lingkungannya. Karena Manusia
tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhannya tanpa berinteraksi dengan alam. Ekonomi
dan lingkungan saling bergantung, dan apa yang terjadi dalam ekonomi, yang pada
akhirnya akan mempengaruhi lingkungan. Maka dapat dikatakan bahwa ekonomi dan
lingkungan merupakan suatu sistem yang terintegrasi. Keberlanjutan ialah kemampuan
mempertahankan kondisi, sehingga berpotensi untuk mempertahankan kondisi ekonomi,
ekologi dan politik jangka panjang serta dimensi sosial. Keberlanjutan sistem lingkungan
hidup harus mampu mempertahankan sumber daya secara stabil, meminimalisir
eksploitasi atau membuat lingkungan hidup tidak kehilangan fungsi utamanya.
Keberlanjutan sistem sosial harus dicapai dengan cara yang adil atau merata (equity).
Maka dengan adanya sustainability akan menyebabkan pembatasan jumlah manusia dan
mulai menurunkan tingkat konsumsi masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi memang banyak mendapatkan manfaat yang baik yakni
diantaranya dapat mensejahterakan lingkungan sekitar, tetapi akan mengakibatkan
kurangnya sumberdaya alam dan degradasi ekosistem. Banyak sekali kontrovensi
mengenai pertumbuhan ekonomi tanpa merusak lingkungan dan tidak sustainability.
Terdapat banyak masalah mengenai pertumbuhan ekonomi dan lingkungan dapat terus
berlanjut tanpa jangka waktu yang ditentukan.
BAB 2
Ekonomi Alam
BAB 3
Eco-Analysis dan Green Growth
BAB 4
Sejarah Pengelolaan dan Perkembangan Lingkungan
BAB 5
Sejarah Pembangunan Berkelanjutan
BAB 6
Pendekatan Ekonomi dan Ekologi
Ekonomi ekologi adalah suatu keseimbangan yang akan berperan dalam usaha
berkelanjutan untuk menyatukan antara teori ekonomi dan kebijakan dengan pengetahuan
dari berbagai bidang ilmu. Isu konseptual yang utama muncul dalam berbagai literatur
untuk ekonomi ekologi adalah nilai monism, model actor rasional, analisis marginal,
perlakuan ketidakpastian, peran efisiensi dalam kebijakan ekonomi dan produksi sebagai
bentuk social dan fisik.
Nilai Monisme, menyatakan secara tidak langsung bahwa semua objek utilitas memiliki
beberapa karakteristik yang memungkinkan untuk bisa selalu dibandingkan.
The rational actor model, titik awal untuk analisis ekonomi adalah actor rasional yang
membuat keputusan tanpa konteks social atau lingkungan.
Marginal Analysis, margin dapat diartikan sebagai pandangan dalam sebuah ilmu
ekonomi yang bertahap, terus-menerus, dan progresif.
The Treatment of Uncertainty, perilaku kepastian adalah isu utama yang membagi Ali
ekonomi Neo liberal dan heterodoks.
• Efisiensi, Stabilitas dan Equity : Preferensi Pasar dan Nilai Sosial
Faktor produksi dipisahkan dari konsumsi sehingga efisiensi produksi setara dengan
memaksimalkan Kesejahteraan Sosial titik mempersempit pilihan kebijakan ekonomi
karena efisiensi mengarahkan pada kesimpulan bahwa mekanisme pasar harus
mendorong adanya berbagai pilihan peninda sosial. namun, pada kenyataannya pasar
tidak cocok untuk membuat pilihan sosial, hasil pasar hanya mencerminkan keputusan
konsumsi dari jutaan individu yang mandiri bukan pilihan manusia sebagai fenomena
sosial.
BAB 7
Keberlanjutan dalam Ekonomi ekologi
Ekonomi dan ekologi merupakan cabang ilmu yang penting bagi kehidupan suatu
bangsa. Ekologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antara
tumbuhan dan hewan serta lingkungan organik dan anorganiknya. Sedangkan ilmu
ekonomi adalah ilmu yang mempelajari manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Ada
dua hal penting dalam kajian ekonomi ekologi, yang pertama melibatkan banyak disiplin
ilmu yang terkait. Secara umum, ekonomi ekologis merupakan muatan utama untuk
memulai pembangunan berkelanjutan suatu wilayah. Kedua, banyak fenomena dan
permasalahan yang berkaitan dengan ekonomi dan ekosistem yang dapat diatasi dengan
menggunakan metode klasik.
Ada dua hal yang berkaitan erat dengan pembangunan berkelanjutan masa depan
suatu negara, pembangunan dan degradasi lingkungan. Suatu negara dapat mencapai
pembangunan berkelanjutan jika dapat mengatasi masalah degradasi lingkungan.
Namun, keterlibatan masyarakat diperlukan dalam hal ini, karena tampaknya tidak
mungkin pemerintah mampu menjaga lingkungan.
BAB 8
Keberlanjutan dan Pembangunan Berkelanjutan
BAB 9
Pertumbuhan Ekonomi dan Lingkungan Hidup
Dalam konteks ini, terdapat beberapa tantangan seperti mencegah perubahan iklim yang
berbahaya dalam menjadi bukti bahwa menusia telah mendekati atau melampaui Batasan
lingkungan yang ada dan harus mulai memusatkan perhatian pada lingkungan, khusunya
dalam beberapa hal sebagai berikut :
1. Memastikan asset lingkungan selalu tersedia untuk bisa meningkatkan
kesejahteraan dan untuk bisa memfasilitasi pertumbuhan ekonomi di masa depan
2. Mengelola risiko pertumbuhan dari kegiatan merugikan lingkungan.
Lingkungan merupakan peran penting dalam perekonomian manusia, sebagai
penyedoa bahan yang kemudian masuk kedalam proses produksi dan melalui banyak
layanan yang diberikan. Hal ini merangsang munculnya kemajuan teknologi, seperti yang
dibutuhkan untuk terus mengurangi pola konsumsi dan proses produksi yang berdampak
pada lingkungan. Pertumbuhan ekonomi biasanya mengacu pada kenaikan tingkay
jumlah barang dan jasa yang dihasilkan, seperti yang terhitung dalam Produk Domestik
Bruto (PDB). Namun, meski kesejahteraan adalah konsep yang bersifat multi dimensi,
pertumbuhan ekonomi tetap menjadi faktor penting yang dapat mendorong atau
memungkinkan perbaikan dalam berbagai dimensi. Sehingga sangat penting untuk
melakukan perbaikan berkelanjutan dalam standart hidup, Kesehatan, harapn hidup,
Pendidikan, dan kesempatan ekonomi dan untuk membantu pemerintah mewujudkan
berbagai tujuan ekonomi, social dan lingkungan.
OECD mendefinisikan modal alam sebagi asset dari alam yang berperan untuk
menyediakan input sumberdaya alam dan jasa lingkungan dalam proses produksi
ekonomi. Hal ini termasuk udara bersih, air, dan tanah yang kita gunakan untuk menanam
tanaman dan mineral serta biji yang diekstrak dari bumi. Kerangka kerja ekosistem yang
disediakan oleh Millennium Ecosystem Assessment (2005) menunjukan bahwa asset dan
layanan yang disediakan oleh lingkungan alam dapat digabungkan ke dalam dua kategori
besar :
1. Penyedian layanan produk yang diperoleh dari ekosistem, termasuk air tawar,
makanan, serat, sumberdaya genetic, biokimia, obat obatan alami dll.
2. Pengaturan layanan manfaat yang diperoleh dari regulasi proses alam, termasuk
kualitas air, penyakit dan pengendalian hama, penyerbukan, penyangga polusi.
Dalam konteks ini, terdapat beberapa tantangan seperti mencegah keinginan untuk
menciptakan lingkungan hidup yang bersih dab sehat memberi kesempatan untuk
menciptakan lapangan kerja misalnya pertanian organic dan industry yang
bertanggung jawab mengelola dan melindungi sumberdaya alam. Industri lainnya
bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan dari kegiatan ekonomi. Hal ini bisa
dilakukan dengan menghasilkan energi terbarukan, melalui Teknik pengelolaan
limbah dan melalui produk dan teknologi yang mengurangi polusi udara dan
kebisingan dari proses produksi.
BAB 10
Instrumen Kebijakan Lingkungan
Ekonomi berwawasan lingkungan adalah hal positif yang dapat dirasakan oleh
semua pihak antar generasi. Karena selama ini banyak kritik yang menyatakan bahwa
ekonomi yang ada masih belum berpihak kepada lingkungan. Bahkan proses produksi
banyak mendorong pada terdegradasinya laham yang ada dialam. Hal ini karena pada
mulanya ekonomi tidak membicarakan masalah lingkungan, karena lingkungan dianggap
sebagai faktor luar dan sebagai barang bebas. Sehingga dalam prosesnya membutuhkan
sebuah institusi yang dapat memaksimalkan pemanfaatan sumberdaya alam dalam proses
ekonomi tanpa merusak dan mengurangi kualitasnya untuk generasi yang akan datang
Lingkungan dapat dimanfaatkan oleh siapa saja karena lingkungan adalah barang public.
Namun tetap masing masing pribadi memiliki tanggung jawab dalam penggunaannya,
sehingga perlu adanya dari pemerintah untuk terlaksana hal tersebut.
Melihat efektivitasnya pada lingkungan adalah hal pertama yang harus
diperhatikan. Kebijakan yang optimal tidak akan menjadi instrumen yang tunggal, tidak
peduli seberapa kuatnya. Beberapa instrument akan bekerja lebih baik seiring dengan
instrument lainnya berjalan, oleh karena itu perlu adanya kombinasi dan urutan harus
dipertimbangkan secara cermat sebelu melakukan implementasi.
Kebijakan pengurangan Gas Rumah Kaca harus efesien secara ekonomi dan jika
memungkinkan memiliki peluang untuk mengurangi biaya yang akan digunakan.
Bergantung pada bagaimana cara mengatur instrument dan kebijakan yang ada. Disis lain,
pajak lingkungan, perdagangan dll juga bisa membuat timbulnya distorsi. Bila diterapkan
secara beragam di seluruh sector industry disuatu negara.
BAB 11
Perdagangan Internasional dan Lingkungan
Pada tahun 1970 masyarakat Internasional mulai mengkhawatirkan dampak dari
perdagangan internasional dalam konteks ekonomi pembangunan social dan masalah
lingkungan hidup. Perdagangan Internasional memiliki dampak yang cukup parah untuk
negara negara yang sedang berkembang atau negara dengan tingkat ekonomi yang
rendah, yaitu munculnya hutang luar negeri karena proses ekspor dan impor. Hutang ini
memaksa negara untuk terus melakukan eksploitasi terhadap sumberdaya alam yang ada
dinegaranya untuk bisa melunasi hutang luar negerinya. Selain itu, masih banyak negara
maju yang enggan memberikan bantua teknologi dalam bidang industry ramah
lingkungan untuk negara berkembang, sehinggal negara berkembang semakin sulit untuk
meningkatkan perekonomiannya.
Negara pada masa ini tidak boleh hanya berharap pada sector impor dan ekspor
untuk membangun perekonomian negaranya. Seharusnya, negara berkembang yang
memiliki sumberdaya alam yang melimpah yang biasa dijadikan sebagai eksportir hasil
buminya mampu mengelola sumberdaya alamnya secara mandiri dan lebih baik. Namun,
pada kenyataannya negara berkembang belum mampu memaksimalkan sumber daya
alam yang ada dinegaranya sehingga negara negara maju mulai mendikte dan menekan
masalah sumberdaya alam yang berkaitan dengan perdagangan Internasional. Hal ini
sangat berbeda dengan negara maju yang sudah banyak menggunakan teknologi dari
industry ramah lingkungan untuk menunjang perekonomian dari industry ramah
lingkungan untuk menunjang perekonomian negara. Sehingga banyak negara
berkembang kesulitan untuk menaikkan tingkat ekspornya karena adanya tekanan dari
berbagai sisi (Salvatore, 2007).
Menurut Anugerah (2003) dan Kariyasa (2003), perdaganngan Internasional yang
semakin terbuka dan terintegrasi dengan negara negara lain dipengaruhi oleh beberapa
faktor internal negara dan faktor eksternal. Faktor eksternal tersebut antara lain ratifikasi
perjanjian perdagangan yang terjadi antar negara, wilaya atau secara menyeluruh (global).
WTO mulai menyadari mengenai isu isu lingkungan dalam perdagangan Internasional
mulai membuat aturan terkait hal tersebut. Hal ini memberikan ancaman pada negara
negara berkembang, karena diperkirakan dapat menghambat perdagangan Intenasional
dari produk hasil negara berkembang. Negara maju sebagai negara yang memiliki
pengaruh besar, berperan penting dalam pembuatan aturan, kebijakan dan mekanisme
perdagangan Internasional.
Permasalahan lingkungan selalu menjadi hal yang sangat dipertimbangkan dalam
perdagangan Internasional ini, sehingga muncul rencana untuk membuat sebuah
standarisai dengan menggunakan ecolabel. Dibeberapa negara maju seperti Amerika
Serikat, Jepang, Jerman penerapan ecolabel sudah sangat berkembang, hal ini didukung
dengan kepedulian masyarakat yang tinggi mengenai kehidupan yang “go green”.
Konsumen yang memiliki pendapatn yang tinggi rela mengeluarkan banyak uang untuk
membeli produk berlogo ecolabel. Namun hal ini berdampak pada negara negara
berkembang seperti India dan Indonesia yang menjadi negara dengan penyumbang emisi
karbon terbesar didunia untuk melaksanakan progam ecolabel. Pada tahun 1994
perdagangan yang dilakukan Indonesia adalah dengan negara yang telah menerapkan
ecolabel. Selain itu muncul konsep Green Consumer, sehinggal apabila tidak merapkan
standarisasi lingkungan dan ecolabel maka produk ekspor negara akan diboikot oleh
negara lain. Namun penerapan ecolabel di Indonesia masih bersifat sukarela, karena pusat
produk hasil hutan belum mewajibkan untuk produk produknya.
BAB 12
Equity
Equity berbicara tentang keadilan. Equity berasal dari konsep keadilan social. Ini
merupakan kepercayaan bahwa ada beberapa hal yang harus dimiliki oleh setiap orang,
bahwa ada kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, bahwa tanggungan dan upah seharusnya
tidak terlalu berbeda pada seluruh lapisan masyarakat, dan kebijakan harus diarahkan
untuk tidak mendukung adanya keberpihakan, dan mendukung pada kejujuran dan
keadilan. Secara umum disepakati bahwa equity menyiratkan mengenai perlunya
keadilan dan distribusi keuntungan dan kerugian, dan hak setiap orang terhadap kualitas
dan standart hidup yang dapat diterima. Konsep keadilan berakar kuat dalam hukum
Internasional. The Universal Declaration of Human Right menyatakan bahwa pengakuan
terhadap martabat yang melekat dan hak hak yang sana tidak dapat dicabut dari manusia
karena hal itu adalah fondasi kebebasan, keadilan dan kedamaian di dunia.
Berdasarkan Kahneman et al, (1999), terdapat kepercayaan bahwa orang-orang yang
tidak dapat memastikan syarat dasarnya untuk bisa bertahan hidup cenderung berada pada
kondisi yang relatif tidak bahagia. Namun, bagi orang-orang yang terbiasa hidup di atas
garis kemiskinan, terdapat pengaruh dari kekayaan atau tingkat konsumsi terhadap
kebahagiaan yang masih tetapi jelas bahwa kebahagiaan muncul dari saat orang tersebut.
Namun, menurut psikologi hedonis, bahwa orang menyesuaikan diri dengan cukup cepat
untuk bisa mengubah keadaan, beberapa tahun setelah mencapai keadaan hidup yang
lebih baik atau lebih buruk cenderung kembali ke kondisi kebahagiaan dasar yang sama
ketika sebelum mencapai kenaikan atau penurunan. Semakin banyak jumlah materi yang
ada di dunia tidak berkorelasi sempurna dengan kebahagiaan. Pertumbuhan ekonomi
memiliki banyak kontribusi saat populasi tersebut hidup di bawah tingkat kepuasan
dengan kebutuhan dasar, namun bagipopulasi yang relatif kaya, pertumbuhan ekonomi
secara keseluruhan dan peningkatan konsumsi dapat memiliki dampak positif atau bahkan
negatif terhadap kesejahteraan. Dengan potensi dampak negatif yang lebih besar melalui
adanya umpan balik lingkungan. Bagian lain dari persamaan kebahagiaan ini adalah
persepsi masyarakat tentang kesetaraan dan keadilan, yang mungkin memiliki efek
kesejahteraan positif (Veenhoven, 1993; Diener dan Oishi, 2000). Salah satu rancangan
kebijakan yang berkembang dari hal ini adalah bahwa pemerintah harus lebih fokus pada
kesejahteraan yang dapat dicapai melalui investasi sosial (Diener 1995; Diener 1995;
Frank, 1999). Rancangan ini telah berhasil diikuti oleh sejumlah negara Eropa dan
Amerika. Pergeseran penekanan dari pengeluaran individu ke pengeluaran public dilawan
oleh adanya sistem ekonomi dan budaya yang mendorong tingkat konsumsi yang tinggi
untuk mendapatkan lebih banyak daripada yang dapat semestinya.
BAB 13
Isu dalam Ekonomi Ekologi dan Pembangunan Berkelanjutan
Saat ini mulai terjadinya perubahan di dunia. Di mana awalnya keadaan dunia masih
seimbang antara sumberdaya alam dan kebutuhan manusia sehingga masih banyak area
konservasi dan lokasi yang mengandung banyak sumberdaya alam. Namun, sekarang
area-area tersebut sudah dikonversi menjadi area pemanfaatan untuk kepentingan
manusia. Selain itu pemikiran manusia yang belum bisa berubah dari perekonomi kosong
menjadi perekonomian dunia saat ini. Modal buatan manusia menjadi semakin relatif
banyak, dan modal-modal alam menjadi semakin langka. Hal ini membuat terjadi
kelangkaan modal alam karena masyarakat memiliki pandangan bahwa modal alam dapat
diganti dengan modal buatan manusia. Tentu saja, jika modal buatan merupakan
pengganti yang baik untuk modal alam maka modal alam juga harus menjadi pengganti
modal buatan manusia yang baik. Kemudian akan muncul pertanyaan mengenai alasan di
balik masalah sulitnya untuk mengumpulkan modal buatan manusia jika pada awalnya
ada sebuah pengganti yang bagus (modal alam). Kemudian muncul pernyataan bahwa
modal buatan dan alam adalah modal-modal yang saling melengkapi bukan saling
mengganti (kecuali terjadi margin yang sangat kecil). Bila faktor-faktor tersebut adalah
sesuatu yang disebut melengkapi maka apabila ada kekurangan pada satu faktornya maka
dapat dipastikan bahwa pasokannya menjadi terbatas.