NIM: 215030801111012
Buku "Ecology, Economy, Equity" karangan Rita Parmawati merupakan sebuah
upaya untuk menyeimbangkan tiga aspek penting dalam pembangunan, yaitu ekologi,
ekonomi, dan kesetaraan (equity). Dalam buku ini, dibahas bagaimana ketiga aspek
tersebut saling terkait dan harus diperhatikan dalam setiap kebijakan pembangunan yang
diambil.
Ekologi merupakan analisis ilmiah dan studi interaksi antara organisme dan
lingkungannya. Ekologi mencakup studi tentang interaksi yang dimiliki organisme satu
sama lain, organisme lain, dan komponen abiotic di lingkungan mereka. Definisi ekonomi
sendiri adalah domain sosial yang cenderung berbentuk praktik di lapangan, wacana, dan
pokok bahasannya terkait dengan produksi, penggunaan, dan pengelolaan sumber daya
(Paul, 2015). Agen ekonomi sendiri dapat berupa individu, bisnis, organisasi, maupun
pemerintah. Sedangkan equity berbicara mengenai keadilan yang harus ada dalam diri
manusia untuk dibawa dalam kehidupan bermasyarakat. Secara umum, ekuitas
menyiratkan perlunya keadilan antara keuntungan dan kerugian yang dialami akibat
adanya pembangunan. Ekuitas adalah prinsip utama pembangunan berkelanjutan karena
apabila ekuitas tidak ada maka dapat menyebabkan degradasi lingkungan.
Hubungan antara prinsip ekologi dan ekonomi dapat disebut sebagai ekonomi
ekologi yang merupakan sebuah kajian mengenai hubungan antara manusia dan alam.
Manusia tidak terlepas dari adanya prinsip ekonomi karena manusia adalah hewan yang
istimewa yang memiliki kemampuan untuk berinteraksi secara sosial antar individu dan
memiliki aktivitas ekonomi yang berbeda jauh dari hewan yang lainnya. Ekonomi dapat
dikatakan sebagai sistem tunggal sedangkan alam atau lingkungan adalah keseluruhan
alam yaitu planet bumi. Ilmu ini menjelaskan mengenai interaksi antara sistem ekonomi
dan sistem ekologi. Ekonomi dan ekologi adalah disiplin yang subjeknya saling tumpang
tindih sehingga menyebabkan kedua bagian tersebut bertemu dan menyatu.
Ekonomi Alam
Secara besar terdapat dua macam sumberdaya yang ada di alam yaitu sumberdaya
yang dapat diperbarui dan sumberdaya yang tidak dapat diperbarui. Sumberdaya yang
dapat diperbarui adalah sumberdaya alam yang dapat disesuaikan dengan berlalunya
waktu, baik melalui reproduksi biologis atau proses alami lainnya yang berulang.
Sedangkan sumberdaya yang tidak dapat diperbarui merupakan sumberdaya yang tidak
dapat memperbarui dirinya pada tingkat yang memadai untuk bisa diekstraksi untuk
kepentingan ekonomi yang berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Setiap
pelaku ekonomi berkaitan dengan proses produksi dan konsumsi dari barang dan jasa.
Produksi adalah proses yang dilakukan perusahaan sedangkan konsumsi biasanya berada
di skala rumah tangga.
Green Growth dinilai sangat penting untuk bisa mengatasi tantangan dalam
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan terutama pada negara negara berkembang
dapat meningkatkan keuntungan ekonomi dan sosial yang signifikan. Secara umum,
kebijakan Green Growth membawa faktor lingkungan ke dalam keputusan ekonomi
sehingga mulai muncul pertimbangan efisiensi sumberdaya, mengubah sistem energi,
menilai modal alami dalam kalkulus ekonomi, dan menentukan eksternalitas lingkungan.
Green Growth sangat terkaut dengan gagasan Green Economy yang berorientasi
pada peningkatan kesejahteraan sosial dan keadilan sosial secara keseluruhan, sekaligus
mengurangi resiko lingkungan dan penurunan kualitas ekosistem (UNEP, 2011). Green
Economy ditandai dengan adanya peningkatan investasi yang cukup besar di sektor
ekonomi untuk menciptakan dan memperkuat modal alam dari bumi atau berkontribusi
terhadap penurunan defisiensi ekologi dan ancaman lingkungan. Tujuan dari Green
Economy yang jelas juga memberantas kemiskinan dan memberikan dukungan kepada
negara negara berkembang.
Proses pembangunan suatu negara tidak terlepas dari peran kelembagaan oyang
berupa instansi pemerintah, LSM, perangkat hukum, dan peraturan perundang undangan
serta rencana kegiatan yang diajukan oleh pemerintah. Dalam Keputusan Presiden Nomor
2 tahun 2002 menyatakan bahwa tugas dan wewenang BAPEDAL atau Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan dialihkan ke Kementrian Negara Lingkungan Hidup
dan Kehutanan.
Apabila terjadi interaksi antara lima komponen tersebut maka dapat menciptakan
suatu pembangunan yang seimbang dan ideal, terutama untuk mengurangi tingkat
kemiskinan dalam suatu wilayah.
Ekonomi ekologi adalah suatu keseimbangan yang akan berperan dalam usaha
berkelanjutan untuk menyatukan antara teori ekonomi dan kebijakan dengan pengetahuan
dari berbagai bidang ilmu. Isu konseptual yang utama muncul dalam berbagai literatur
untuk ekonomi ekologi adalah nilai monisme, model aktor rasional, analisis marginal,
perlakuan ketidakpastian, peran efisiensi dalam kebijakan ekonomi, dan produksi sebagai
bentuk sosial dan fisik.
Nilai monisme menyatakan secara tidak langsung bahwa semua objek utilitas
memiliki beberapa karakteristik yang umum yang memungkinkan untuk bisa selalu
dibandingkan. Hingga abad ke 20 terjadi perdebatan oleh para ahli ekonomi mengenai
variasi nilai, yang didalamnya termasuk penggunaan dengan nilai tukar, teori energi
tenaga kerja, dan lainnya. Titik awal dari analisis ekonomi adalah aktor rasional yang
membuat keputusan tanpa konteks sosial atau lingkungan. Eksperimen teori permainan
dan hasil analisis laboratorium yang melibatkan perilaku manusia telah menyebabkan
munculnya keraguan pada validitas dari aktor rasional neoklasik. Temuan ini menunjukan
bahwa preferensi bersifat endogen, artinya mereka bergantung pada konteks sosial,
sejarah individu, dan preferensi sadar pengembangan (Albert dan Hahnel, 1990, Bowles,
1998).
Kebijakan neoklasik sangat terkait secara eksklusif dengan efisiensi dalam alokasi
biaya yang akan digunakan. Faktor produksi dipisahkan dari konsumsi sehingga efisiensi
produksi setara dengan memaksimalkan kesejahteraan sosial. Mempersempit pilihan
kebijakan ekonomi ke ranah efisiensi mengarahkan pada kesimpulan bahwa mekanisme
pasar harus mendorong adanya berbagai pilihan bernilai sosial. Namun pada
kenyataannya pasar tidak cocok untuk membuat pilihan sosial.
Ekonomi ekologi adalah bidang ilmu transdisipliner yang relative baru. Pada
tahun 1989, The International Society For Ecological Economics yang dibantu oleh
beberapa ilmuwan dan ahli dari berbagai disiplin ilmu menyatakan bahwa untuk
memperlajari hubungan dan dampak dari kegiatan ekonomi pada alam membutuhkan
pendekatan yang transdisipliner, dengan mengintegrasikan dengan ilmu ekonomi dan
ekologi dalam pandangan yang klasik. Terdapat dua poin penting dalam mempelajari
ekonomi ekologi, yang pertama adalah dalam hal ini banyak melibatkan berbagai disiplin
ilmu yang relevan. Kedua, terdapat banyak fenomena dan masalah yang berkaitan dengan
ekonomi dan ekosistem yang dapat diselesaikan dengan pendekatan klasik.
OECD mendefinisikan modal alam sebagai asset dari alam yang berperan untuk
menyediakan input sumberdaya alam dan jasa lingkungan dalam proses produksi
ekonomi. Hal ini termasuk udara bersih, air, dan tanah yang kita gunakan untuk menanam
tanaman dan mineral serta biji yang diekstrak dari bumi. Modal alam berkontribusi
terhadap output ekonomi melalui dua jalur utama yaitu:
a. Efektivitas Lingkungan
b. Efisiensi Ekonomi
c. Dampak yang Terbatas terhadap Daya Saing
Prinsip dari perdangan internasional dapat dibagi menjadi empat menurut Adolf
(2005), yaitu:
Menurut Bram (2009) dalam Endra et al., (2017), aktivitas dari perdagangan
internasional dapat membawa dampak negatif pada usaha usaha untuk perlindungan
lingkungan hidup. Beberapa masalah yang dianggap penting dari berlangsungnya
perdagangan internasional dan perlindungan lingkungan hidup adalah sebagai berikut.
Equity
Equity berbicara tentang keadilan. Equity berasal dari konsep keadilan sosial. Ini
merupakan kepercayaan bahwa ada beberapa hal yang harus dimiliki oleh setiap oreng,
bahwa ada kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, bahwa tanggungan dan upah seharusnya
tidak terlalu berbeda pada seluruh lapisan masyarakat, dan kebijakan tersebut harus
diarahkan untuk tidak mendukung adanya keberpihakan, dan mendukung pada kejujuran
dan keadilan. Secara umum disepakati bahwa equity menyiratkan mengenai perlunya
keadilan dalam distribusi keuntungan dan kerugian, dan hak setiap orang terhadap
kualitas dan standar hidup yang dapat diterima.
Pengurangan dari ketidaksetaraan adalah tujuan dari equity yang sejati, terlepas
dari dampak lingkungannya, namun berbagai norma sosial mengenai masalah ini sangat
bervariasi, dari satu tempat ke tempat lain dan dari waktu ke waktu. Kecenderungan pada
norma dan nilai sosial, dan kecenderungan dalam pemikiran akademis, saling
memengaruhi pihak lain. Seiring munculnya ilmu ekonomi ekologi yang mencakup
gagasan keberlanjutan yang semakin luas dan mengakui bahwa equity memiliki tempat
yang penting dalam sebuah pemikiran teoritis dan tidak dapat dipungkiri bahwa nilai
tersebut tercermin di dunia.
Terdapat tiga masalah ekonomi yang utama yaitu alokasi, distribusi, dan skala.
Alokasi sumberdaya yang efisien antara penggunaan alternatif adalah masalah ekonomi
yang paling banyak dibahas, sehingga banyak yang menganggap bahwa masalah alokasi
adalah yang terpenting. Untuk bisa menyelesaikan masalah alokasi, ada sebuah
mekanisme pasar. Untuk masalah distribusi, terdapat kebijakan pendapatan dan
kesejahteraan yang terpisah. Untuk skala, mulai untuk membuat tujuan yang jelas
mengenai hal ini, sehingga makin banyak yang peduli mengenai skala dari modal alam
dan modal buatan manusia.
Konferensi yang dilakukan di Stockholm pada tahun 1972 oleh PBB mengangkat
isu dunia terhadap lingkungan hidup. Namun masih banyak masalah masalah yang
dihadapi oleh masyarakat secara global berkaitan dengan lingkungan yaitu
mensejahterakan masyarakat dan pelestarian fungsi lingkungan hidup yang bertujuan
untuk menopang kehidupan manusia. Indonesia yang berada pada jalur strategis
lingkungan yang baik, terus melakukan kegiatan pembangunan ekonomi untuk
mensejahterakan rakyatnya, namun hal ini berdampak pada terdegrasinya sumberdaya
alam yang ada. Hal ini dikarenakan aspek perlindungan dan pelestarian lingkungan yang
terabaikan.