Anda di halaman 1dari 12

Mengulas Buku : Ecology, Economy, & Equity

Sebuah Upaya Penyeimbangan Ekologi dan Ekonomi

Penulis Buku: Rita Parmawati

Diulas Oleh: Nurhaliza

Program Studi Pariwisata

Fakultas Ilmu Administrasi

Universitas Brawijaya

2023
I. Keseimbangan dalam Ekonomi Ekologi
Ekologi merupakan bidang interdisipliner sebuah analisis ilmiah yang mencakup studi
interaksi antara organisme dan lingkungannya. Banyak sekali aplikasi praktis ekologi
misalnya dalam biologi konservatif, pengelolaan sumberdaya alam (pertanian, kehutanan,
perikanan, agroekologi, agroforestry), pengelolaan lahan basah, perencanaan kota (ekologi
perkotaan), dan interaksi sosial manusia (ekologi manusia). Sedangkan ekonomi dalam
Bahasa Yunani merupakan tempat memproduksi, mendistribusikan/pertukaran, konsumsi, dan
penyediaan jasa layanan. Menurut Fauzi (2004), Ilmu ekonomi merupakan ilmu yang
mempelajari pengalokasian sumberdaya yang memiliki alternatif-alternatif penggunaan
dalam memenuhi keinginan maupun kebutuhan manusia yang tidak terbatas. Equity atau
yang bisa kita sebut ekuitas berkaitan dengan keadilan yang harus ada dalam diri manusia
untuk dibawa ke dalam kehidupan bermasyarakat. Ekuitas merupakan pedoman utama
pembangunan berkelanjutan jika tidak ada maka dapat menyebabkan degradasi lingkungan.
Hubungan antara konsep ekologi dan ekonomi disebut ekonomi ekologi. Ekonomi
ekologi adalah kajian yang membahas mengenai keterkaitan interaksi antara manusia dan
alam/lingkungannya. Ekonomi diperlukan sebagai sebuah sistem, dan lingkungan adalah
keseluruhan dari planet bumi. Terdapat tiga komponen yang akan membantu mewujudkan
pembangunan yang berkelanjutan yaitu pertumbuhan ekonomi, keberlanjutan lingkungan,
dan equity atau kesetaraan sosial. Sehingga disebut sebagai The Three E’s of Sustainability
(tiga pilar keberlanjutan). Keberlanjutan lingkungan harus mempertahankan sumber daya
secara stabil, menghindari adanya eksploitasi serta menjaga agar lingkungan tidak kehilangan
fungsi utamanya.
Pertumbuhan ekonomi memberikan banyak manfaat antara lain meningkatkan standar
kehidupan dan kualitas kehidupan diseluruh dunia, akan tetapi juga mengakibatkan
berkurangnya sumberdaya alam dan degradasi ekosistem. Menurut Contanza et al., (1997),
terdapat lima bukti bahwa subsistem ekonomi telah mencapai atau melampaui batas dari
ekosistem global sebagai sumber bahan dan penyerap limbah, yaitu: penggunaan biomassa
oleh manusia, perubahan iklim, kerusakan lapisan ozon, degradasi lahan, dan yang terakhir
penurunan tingkat biodiversitas.
II. Ekonomi Alam
Ekonomi sumber daya alam adalah cabang ilmu akademis multidisiplin yang
berhubungan dengan penyediaan, permintaan, serta alokasi sumberdaya alam di bumi. Tujuan
ekonomi sumberdaya alam untuk memahami peran sumberdaya alam dalam perekonomian
sehingga dapat dikembangkannya metode pengelolaan sumberdaya berkelanjutan untuk
memastikan ketersediaan untuk generasi yang akan datang. Ekonomi lingkungan fokus untuk
bisa mengidentifikasi tingkat optimal dari suatu pencemaran lingkungan dan menggunakan
efisiensi ekonomi untuk melakukan perlindungan pada lingkungan. Secara garis besar
terdapat dua macam sumberdaya yaitu sumberdaya yang dapat diperbarui dan sumberdaya
yang tidak dapat diperbarui. Sumberdaya yang terbarukan atau sumberdaya yang dapat
diperbarui adalah sumberdaya yang dapat disesuaikan dengan berlalunya waktu, baik melalui
reproduksi biologis maupun proses alami lainnya yang berulang. Sumberdaya yang tidak
terbarukan atau sumber daya yang terbatas merupakan sumberdaya yang tidak dapat
memperbaharui dirinya sendiri pada tingkat yang memadai untuk bisa diekstraksi untuk
kepentingan ekonomi berkelanjutan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia. Sumberdaya
berdasarkan asal usulnya terbagi menjadi dua yaitu, biotik dan abiotik. Sumberdaya biotik
adalah sumberdaya yang berasal dari hewan dan tumbuhan, sedangkan sumberdaya abiotik
berasal dari non-hidup seperti tanah, air, dan udara.
Seluruh instrumen kebijakan lingkungan memiliki kesamaan dalam tujuannya yaitu
untuk tercapainya perbaikan lingkungan, membuat pengeluaran biaya serendah mungkin bagi
pelaku ekonomi baik itu bisnis, rumah tangga dan pemerintah. Tujuan yang terakhir untuk
menghindari hal negatif dan terciptannya dampak positif di wilayah masyarakat lainnya.
Sebagian besar penelitian saat ini berasal dari asumsi bahwa lingkungan menyediakan
manusia dengan berbagai fungsi serta layanan bernilai ekonomis (Turner et al., 1994),
beberapa asumsi yang ada, yakni; 1.Dasar dari sumberdaya alam baik itu sumberdaya
terbarukan maupun tidak terbarukan, 2.Kapasitas dan kemampuan asimilasi limbah,
3.Sekumpulan sumberdaya alam (lanskap dan kemudahan sumberdaya), 4.Sistem pendukung
bagi kehidupan.
III. Eco-Analysis dan Green Growth
Manfaat sosial dan manfaat ekonomi merupakan sesuatu yang diperhatikan dalam
sebuah proyek yang menggunakan analisis ekonomi. Menurut Kasmir (2008), dalam
pelaksanaan kegiatan pasti terdapat dampak negatif dan dampak positif. Pada aspek ekonomi
dampak positif dapat terlihat dengan adanya investasi yang lebih ditekankan pada pemerintah
secara umum dan masyarakat secara khusus. Dampak aspek ekonomi lainnya karena adanya
kegiatan pembangunan dan investasi yakni: ekonomi rumah tangga di sekitar dapat
meningkat, dapat menggali mengatur dan menggunakan secara maksimal ekonomi
sumberdaya alam, dan ekonomi daerah dapat meningkat.
Analisis ekonomi baik skala lokal maupun nasional memiliki berbagai peranan dalam
perumusan kebijakan pembangunan, antara lain fungsi pemerintah dalam perekonomian
untuk dapat menciptakan peluang kerja yang banyak tanpa menimbulkan inflasi negara
sehingga membutuhkan perpaduan dari dua kebijakan negara yaitu kebijakan moneter dan
fiskal, integrasi dari dua alat kebijakan ini berdasarkan pada analisis mikro dan makro untuk
dapat memperkirakan besarnya dampak yang mungkin muncul setelah keputusan dibuat.
Ahli ekonomi harus memperhatikan isu sentral yang harus diselesaikan salah satunya
terkait valuasi ekonomi sumberdaya alam.Valuasi ekonomi sumberdaya alam adalah
langkah-langkah untuk bisa mempelajari kelayakan sebuah kegiatan. Alat yang bisa untuk
mengevaluasi kebijakan yang ada yaitu Analisis Efektivitas Biaya (Cost Effectiveness
Analysis) dan Analisis Biaya Manfaat (Cost Benefit Analysis). Salah satu yang paling mudah
digunakan adalah analisis efektivitas biaya dimana berbagai tindakan akan dievaluasi dalam
hal biaya peningkatan per indikator atau langsung dengan banyak indikator yang hasil dari
penilaiannya kemudian akan diurutkan dalam biaya per unit dari nilai indikator yang dicapai.
Analisis biaya manfaat memperkirakan manfaat yang ada untuk diterapkan dalam pelayanan
ekosistem atau dengan kata lain manfaat dipandang sebagai ukuran untuk meningkatkan
salah satu bahkan lebih indikator yang dihitung dalam bentuk uang dan dinilai berdasarkan
biaya.
Green Growth sangat penting dan dinilai sangat efisien secara ekonomi karena
penting bagi negara-negara berkembang untuk meningkatkan keuntungan ekonomi dan sosial
yang signifikan ( World Bank, 2012 dan OECD, 2013). Green growth dinilai sangat penting
untuk bisa mengatasi permasalahan dan tantangan dalam pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan. Kebijakan pertumbuhan hijau harus bisa bermanfaat dalam jangka pendek dan
jangka panjang dengan memaksimalkan sinergi dan mitigasi dari trade-off di seluruh ruang
dan waktu. Strategi green growth telah diusulkan sebagai cara untuk negara berkembang atau
berpenghasilan rendah yang membutuhkan adanya penguatan untuk mengatasi masalah
lingkungan dan sosial agar berkembang pesat, seperti negara Brazil, China, India dan
indonesia untuk mengatasi emisi gas rumah kaca dan degradasi lingkungan yang telah
membawa pertumbuhan semakin menurun.Green growth dapat menyebabkan dampak positif
mulai dari pengurangan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, mengurangi kerentanan terhadap
perubahan iklim dan bencana alam, keamanan energi yang lebih besar, serta penghidupan
yang lebih aman bagi mereka yang secara langsung bergantung pada penggunaan
sumberdaya alam. Green growth berhubungan atau saling terkait dengan gagasan Green
Economy yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan sosial dan keadilan sosial secara
keseluruhan.
IV. Sejarah Pengelolaan dan Perkembangan Lingkungan
40 tahun terakhir ini pengelolaan dan perkembangan lingkungan dituntut untuk dapat
mengatasi masalah global dan pembangunan berkelanjutan serta saling meninjau
kemungkinan yang mungkin terjadi sekarang dan dimasa depan untuk mewujudkan
kesejahteraan manusia yang lebih baik. Terdapat berbagai reaksi terhadap masalah degradasi
lingkungan yakni, mengabaikan ancaman, melakukan advokasi untuk meninggalkan
teknologi dan kembali ke cara yang sederhana, dan menggunakan semua alat yang tersedia
termasuk teknologi, pendidikan dan etika untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.
Antara abad ke 18 dan akhir 1940-an, sudut pandang berlaku di barat adalah berpikir
bahwa alam adalah sesuatu untuk dipelajari, dicatat, dimiliki dan dieksploitasi, dan bumi
beserta seluruh isinya hampir tidak terbatas dan tahan lama. Namun, hanya sedikit yang
memiliki kesadaran akan kompleksitas kerentanan dan keterbatasan ekosistem di bumi. Pada
tahun 1960-an minta masyarakat terhadap lingkungan telah meningkat , sehingga beberapa
menyebut sebagai gerakan lingkungan. Secara khusus Indonesia telah menyatakan bahwa
sumberdaya yang ada di Indonesia digunakan untuk kemakmuran rakyat. Pada tahun 1982
pemerintah Indonesia membuat peraturan perundang-undangan mengenai pengelolaan
lingkungan hidup yaitu Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup yang disingkat menjadi UUPPLH. Pada UUPLH
prinsip yang dianut adalah prinsip “Ecodevelopment” yang merupakan perpaduan antara
pembangunan dan lingkungan. Prinsip-prinsip tersebut adalah 1. Lingkungan hidup adalah
anugerah dari Tuhan yang harus dikembangkan dan dilestarikan untuk menciptakan
keselarasan dan keseimbangan semua aspek, 2. Sumberdaya alam harus digunakan untuk
menciptakan kesejahteraan masyarakat dan sumberdaya alam harus dilestarikan dengan
penggunaan yang bijaksana, terpadu dan menyeluruh, 3. Asas yang digunakan dalam
pengelolaan lingkungan seimbang agar dapat mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan,
4. Kehidupan yang optimal hanya dapat tercapai pada lingkungan yang seimbang dan serasi.

V. Sejarah Pembangunan Berkelanjutan


Pembangunan berkelanjutan merupakan sebuah proses pembangunan yang dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan saat ini dengan tetap mempertahankan stabilitas tanpa
mengorbankan kebutuhan dimasa yang akan datang. Tujuan pembangunan berkelanjutan
adalah tentunya memenuhi kebutuhan manusia sehingga mampu meningkatkan kualitas
hidup menjadi lebih baik dari sebelumnya. Menurut para ahli dalam Rahmatullah (2015)
terdapat beberapa kaidah dalam pembangunan berkelanjutan yaitu, Equity and Justice
(pemerataan dan keadilan), Ecology sustainability (keberlanjutan ekologis), Economic
sustainability (Keberlanjutan ekonomi), Social-culture sustainability (keberlanjutan sosial
budaya), Political sustainability (keberlanjutan politik), Defense and security sustainability
(keberlanjutan pertahanan dan keamanan), Long term perspective (pendekatan integratif,
perspektif jangka panjang).
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Rio De Janeiro 1992 menghasilkan beberapa
kesepakatan yaitu, Deklarasi Rio De Janerio mengenai lingkungan dan pembangunan yang
memiliki 27 prinsip fundamental mengenai konsep lingkungan dan pembangunan, munculnya
Agenda 21 yang merupakan kerangka kerja yang disepakati secara internasional yang
memiliki tujuan merealisasikan pembangunan berkelanjutan di awal abad ke 2, The
Framework Convention on Climate Change yang berisi kesepakatan antara negara-negara
maju untuk bisa menekan emisi gas rumah kaca dan melaporkan secara berkala dan terbuka
mengenai kemajuan proses tersebut, dan The Convention on Biological Diversity yang dapat
digunakan sebagai landasan dalam kerjasama internasional dalam bidang konservasi habitat
dan spesies yang mana di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang No 5 Tahun 19994.
Indonesia dalam penerapan pembangunan berkelanjutan telah melakukan beberapa langkah
seperti melakukan pemetaan untuk bisa menyelaraskan antara tujuan dan target pembangunan
berkelanjutan untuk pelaksanaan pembangunan nasional, melakukan pemetaan mengenai data
dan indikator pada target pembangunan berkelanjutan, menyusun definisi operasional untuk
setiap langkah dalam pembangunan berkelanjutan, menyusun peraturan pemerintah yang
berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan baik mengenai perencanaan, pelaksanaan, dan
targetnya, serta membuat rencana aksi secara nasional dan daerah untuk mensukseskan
implementasi dari pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
VI. Pendekatan Ekonomi Ekologi
Ekonomi ekologi merupakan suatu kesimbangan yang berperan dalam berkelanjutan
untuk menyatukan antara teori ekonomi dan kebijakan pengetahuan dari berbagai bidang
ilmu. Isu konseptual yang penting untuk ekonomi ekologi adalah nilai monisme, model aktor
rasional, analisis marginal, perlakuan ketidakpastian, peran efisiensi dalam kebijakan
ekonomi, dan produksi sebagai bentuk sosial dan fisik.
Nilai monisme menyatakan secara tidak langsung bahwa semua objek utilitas
memiliki beberapa karakteristik yang umum yang memungkinkan untuk bisa selalu
dibandingkan. Nilai monisme berada di belakang analisis biaya manfaat atau Cost Benefit
Analysis (CBA) yang menggunakan gagasan surplus konsumen untuk menilai keinginan
kebijakan publik. The rational actor model adalah titik awal untuk analisis ekonomi yang
membuat keputusan tanpa konteks sosial atau lingkungan. Marginal analisis adalah gagasan
mengenai teori margin atau batas memunculkan adanya asumsi untuk dasar dari ekonomi
neoklasik, hal ini termasuk substitusi, nilai monisme, biaya peluang, dan ekuilibrium. Margin
dapat diartikan sebagai pandangan dalam sebuah ilmu ekonomi yang bertahap.
terus-menerus, dan progresif. Alternatif untuk Analisis Marginal adalah penggunaan model
input-output yang diperluas untuk memeriksa pengaruh langsung dan tidak langsung dari
perubahan besar dalam struktur ekonomi. The treatment of uncertainty atau perlakuan
ketidakpastian merupakan isu utama yang membagi ahli ekonomi neo-liberal dan heterodoks.
VII. Keberlanjutan dalam Ekonomi Ekologi
Ekonomi ekologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari hubungan antara
manusia dengan alam atau lingkungannya. Ekonomi ekologi juga diartikan sebagai suatu
cabang studi yang mempelajari interaksi-interaksi yang terjadi pada sistem ekonomi dan
sistem ekologi. Ekonomi ekologi adalah bidang ilmu transdisipliner yang relatif baru ada
sekitar tiga dekade terakhir pada abad ke-20 para peneliti menyadari bahwa aktivitas ekonomi
mulai mendorong kerusakan lingkungan dan secara langsung hal tersebut tentunya
berdampak pada perekonomian dari generasi yang akan datang. Secara umum ekonomi
ekologi merupakan hal yang utama untuk mengawali pembangunan berkelanjutan pada suatu
wilayah dan juga terdapat banyak fenomena dan masalah yang berkaitan dengan ekonomi dan
ekosistem yang dapat diselesaikan dengan pendekatan klasik. Ekonomi dimaknai sebagai
sistem tunggal dan lingkungan dimaknai sebagai lingkungan alami yang utuh yaitu bumi.
Lingkungan dan ekonomi saling ketergantungan, hal yang terjadi pada sistem
ekonomi akan berpengaruh pada lingkungan dan begitu pula sebaliknya. Dalam
pembangunan perekonomian negara masalah yang sering dihadapi ialah sulitnya untuk
menyeimbangkan antara kebutuhan pembangunan dengan kelestarian lingkungan (Fauzi,
2004). Apabila lingkungan juga ikut rusak maka kesejahteraan masa depan juga memiliki
kemungkinan untuk terjadi hal yang lebih buruk lagi dari sebelumnya. Pembangunan
berkelanjutan memiliki peran dasar sebagai sarana agar dapat memenuhi kebutuhan hidup
dan mensejahterakan masyarakat untuk generasi sekarang maupun generasi yang akan datang
tanpa harus mengurangi kualitas sumberdaya alamnya. Maka dalam pelaksanaan
implementasinya wajib memperhatikan keseimbangan sumberdaya alam baik sumberdaya
alam hayati dan sumberdaya alam non hayati maupun sumber daya manusia dan buatan agar
tidak merusak alam dan tetap menjaga interaksi atau hubungan diantara keduanya agar tetap
seimbang. Sumberdaya dapat menghasilkan manfaat dan kegunaan tanpa perlu adanya proses
produksi, contohnya ialah wisata alam yang dapat menyuguhkan dan memberikan keindahan
panorama alam yang dapat dilihat oleh mata manusia.
Menurut Field & Field (2006), perekonomian akan mengalami kemajuan apabila
berpegang pada prinsip dasar ekologi, namun jika tidak berpegang teguh pada prinsip dasar
ekologi maka pembangunan perekonomian kemungkinan akan mengalami kegagalan. Suatu
negara akan dapat menerapkan pembangunan berkelanjutan apabila mampu mengatasi
masalah degradasi lingkungan. Penurunan fungsi sumberdaya merupakan salah satu tanda
bahwa lingkungan mulai terdegradasi. contoh dari degradasi lingkungan adalah lahan kritis,
polusi udara, polusi air, dan menurunnya keanekaragaman hayati, dimana hal tersebut dapat
mengancam keberlanjutan dari pembangunan ekonomi sehingga sangat penting untuk
diperhatikan.
VIII. Keberlanjutan dan Pembangunan Berkelanjutan
Menurut Todaro (2008), terdapat tiga inti dari pembangunan yang bisa digunakan
untuk menggambarkan tujuan masyarakat: a. Pangan, pemenuhan kebutuhan dasar seperti
makan, rumah, kesehatan, dan keamanan untuk kelangsungan hidup, b. Penghargaan diri,
ingin menjadi manusia secara seutuhnya dan merasa dihargai oleh orang lain, c. Bebas dari
perbudakan, memiliki pilihan dan bisa memilih tanpa adanya tekanan atau paksaan dari pihak
lain. Keberlanjutan adalah suatu proses untuk bisa menjaga kapasitas sistem ekonomi dan
lingkungan agar mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia dimasa yang akan
datang. Pembangunan berkelanjutan merupakan langkah untuk bisa menyelaraskan,
mengintegrasikan, dan menyamaratakan aspek sosial budaya, ekonomi, dan lingkungan
hidup. Menurut sudut pandang teori ekonomi neo-klasik keberlanjutan didefinisikan sebagai
hal memaksimalkan kesejahteraan dari waktu ke waktu. Bagi para ahli ekologi, keberlanjutan
harus didefinisikan dalam hal pemeliharaan ketahanan dari ekosistem. Pembangunan
berkelanjutan menjelaskan bahwa komponen sosial pembangunan merupakan bagian penting
dari paradigma keberlanjutan.
Secara keseluruhan, prinsip-prinsip dari pembangunan berkelanjutan dengan jelas
menyarankan adanya pedoman baru dalam proses pembangunan. Prinsip keberlanjutan
menyiaratkan tujuan dan kebijakan baru di semua bidang utama pembangunan ekonomi
termasuk populasi, pertanian, energi, industri, dan sistem sumberdaya terbarukan. Komponen
keberlanjutan sosial tidak hanya memiliki tujuan yang ideal, tapi juga usaha untuk bisa
memenuhi kebutuhan untuk mencapai keseimbangan ekonomi dan ekologi. Keberlanjutan
terjadi pada beberapa tingkatan yaitu tingkat global, regional, dan lokal. Tantangan yang
berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan yakni perlunya koordinasi secara global,
perlunya relevansi dengan pengambil keputusan, dan perlunya kerjasama untuk perkiraan
kondisi lingkungan masa depan dan konsekuensinya bagi manusia.
IX. Pertumbuhan Ekonomi dan Lingkungan Hidup
Lingkungan memiliki peranan penting dalam perekonomian manusia sebagai
penyedia bahan yang kemudian masuk kedalam proses produksi dan melalui banyak layanan
yang diberikannya, begitu pula dengan pertumbuhan ekonomi sangat penting bagi
kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan manusia baik di negara maju maupun negara
berkembang. Modal alam berkontribusi terhadap output ekonomi melalui dua jalur utama
yakni secara langsung sebagai masukan terhadap proses kegiatan ekonomi, dan secara tidak
langsung melalui pengaruhnya terhadap produktivitas faktor produksi lainnya. Lingkungan
menyediakan bahan baku untuk proses produksi ekonomi barang dan jasa, dimana terdapat
dua jenis bahan baku yang dapat dimanfaatkan sebagai proses produksi yang kemudian akan
didistribusikan kepada calon konsumen yakni sumberdaya yang tidak dapat terbarukan dan
sumberdaya terbarukan.
Terdapat hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan kualitas lingkungan serta
terdapat hal yang mampu mendorong munculnya pertumbuhan tersebut. Kurva Lingkungan
Kuznets sering digunakan untuk menggambarkan hubungan pertumbuhan ekonomi dan
lingkungan, hal berhubungan adalah kemajuan teknologi, perubahan perilaku, dan model
pertumbuhan lewis. Peran kebijakan lingkungan adalah untuk menciptakan pengelolaan,
penyediaan dan penggunaan sumberdaya lingkungan dengan cara mendukung peningkatan
kesejahteraan secara berkelanjutan untuk generasi sekarang dan generasi yang akan datang
atau generasi masa depan.
X. Instrumen Kebijakan Lingkungan
Diperlukan sebuah institusi dan instrumen yang dapat memaksimalkan pemanfaatan
sumberdaya alam dalam proses ekonomi tanpa merusak dan mengurangi kualitasnya untuk
generasi mendatang sehingga akan tercapai kemakmuran bangsa dan negara (Sessions, 1995).
Lingkungan dapat dimanfaatkan oleh siapa saja, namun harus tetap memiliki tanggung jawab
dalam penggunaannya, sehingga perlu adanya dukungan pemerintah untuk terlaksananya hal
tersebut. Instrumen yang dapat digunakan adalah instrumen perintah dan instrumen
pengawasan (command & control) dan economic incentives. Tujuan dari pengelolaan
lingkungan hidup berkelanjutan sesuai instrumen adalah mendorong penggunaan dan
pengelolaan sumberdaya alam yang lebih efisien, serta menerapkan prinsip Polluter pays
Principle, sehingga limbah buangan akibat tindakan seseorang maupun perusahaan terhadap
kelompok masyarakat lain dapat dibatasi.
Regulasi atau peraturan memiliki sejumlah kelemahan yakni, penegakan hukum yang
terbukti sulit atau lemah karena banyaknya kontrol, persyaratan administratif, staf, prosedur
hukum jika terjadi ketidakpatuhan dan lain-lain. Adanya kemudahan untuk melakukan
negosiasi dengan otoritas publik sektor swasta terkait dengan lingkungan dan dampak
besarnya terkena korupsi. Keterbatasan dari peraturan yang utama adalah sifatnya yang statis
dan selalu memberi sedikit dorongan untuk perbaikan teknis. Peraturan dan standarisasi
dinilai terlalu mahal, tidak hanya di tingkat penegakan tetapi terutama karena tidak efisien
dalam hal ekonomi. Instrumen ekonomi memberikan kebebasan memilih agen-agen ekonomi
seperti perusahaan atau perseorangan untuk dapat memilih solusi yang paling
menguntungkan. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi daya saing suatu negara atau
sektor baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk nilai tukar, stabilitas
politik, sumber daya manusia, kebijakan perpajakan, undang-undang lingkungan dan
non-lingkungan, tingkat penelitian dan pengembangan (OECD, 2003).
Tipe-tipe instrumen ekonomi yakni, Biaya emisi atau pajak adalah pembayaran atas
kuantitas dan kualitas polutan yang digunakan. Biaya penggunaan adalah pembayaran untuk
biaya pengumpulan kolektif dan perawatan yang biasanya digunakan oleh pemerintah daerah
untuk pengumpulan dan pengelolaan limbah padat dan cair. Biaya produksi atau pajak yang
diterapkan pada harga produk yang menciptakan polusi saat proses produksinya. Biaya
Administrasi atau biaya yang biasanya dirancang untuk membantu mendanai lisensi atau
sistem pemantauan lisensi. Perdagangan emisi yang didasarkan pada prinsip bahwa setiap
kenaikan kuantitas dari emisi harus diimbangi dengan penurunan emisi yang setara atau lebih
besar. Sistem pengembalian dana juga diterapkan secara luas di negara-negara. Subsidi
adalah instrumen ekonomi yang cukup penting dimana fungsi utama subsidi adalah untuk
membantu sektor industri dan pertanian untuk bisa berinvestasi pada pengendalian
pencemaran. Instrumen ekonomi memiliki kelebihan dari segi penyesuaian otomatis,
efektivitas biaya, insentif, fleksibilitas, peningkatan pendapatan, dan konservasi sumberdaya
dan transmisi.
XI. Perdagangan Internasional dan Lingkungan
Kegiatan ekonomi berperan dalam proses pembangunan terutama untuk negara
berkembang seperti Indonesia. Perdagangan internasional memiliki dampak yang cukup
parah untuk negara-negara yang sedang berkembang atau negara dengan tingkat ekonomi
yang rendah, yaitu munculnya utang luar negeri karena proses ekspor dan impor yang
memaksa negara terus menerus melakukan eksploitasi terhadap sumber daya alam yang ada
di negaranya untuk bisa melunasi hutang luar negerinya. Antara negara maju dan
berkembang terjadi kesenjangan dalam hal pengelolaan lingkungan hal ini dikarenakan
perbedaan teknologi, kualitas SDM, dan tingkat pendapatan masyarakat. Prinsip dari
perdagangan internasional dapat dibagi menjadi empat menurut Adolf (2005), yaitu prinsip
dasar kebebasan berkontrak, prinsip dasar pacta sunt servanda, prinsip dasar penyelesaian
sengketa dengan arbitrase, dan prinsip dasar kebebasan berkomunikasi. Perdagangan
Internasional juga menjadi salah satu sarana agar negara berkembang dapat memperbaiki
keadaan ekonominya, Perdagangan internasional secara tidak langsung bersifat saling
menguntungkan karena munculnya konsep keadilan distributif.
Masalah atau problem lingkungan yang terjadi dalam perdagangan internasional tidak
lagi menjadi bahan perhatian pakar lingkungan saja, namun sudah menjadi salah satu dari
masalah ekonomi. Ekolabel bisa menjadi salah satu instrumen untuk bisa mengukur
kemampuan suatu negara untuk mengelola sumberdaya alam secara berkelanjutan dan
mencari peluang pada pangsa pasar untuk produk-produk hasil olahan negara. Terdapat dua
masalah utama yang dikhawatirkan oleh negara-negara berkembang antara lain faktor
lingkungan dapat menghambat proses perdagangan internasional. Ketakutan akan adanya
relokasi industri dan arus investasi yang menguntungkan negara maju.
XII. Equity
Prinsip utama dibalik pembangunan berkelanjutan adalah keadilan dan equity antar
sektor. Equity berbicara tentang keadilan. Equity berbicara tentang keadilan atau konsep
keadilan sosial, merupakan kepercayaan bahwa ada beberapa hal yang harus dimiliki oleh
setiap orang bahwa ada kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, tanggungan dan upah
seharusnya tidak terlalu berbeda pada seluruh lapisan masyarakat, dan kebijakan tersebut
harus diarahkan untuk tidak mendukung adanya keberpihakan, serta mendukung pada
kejujuran dan keadilan. Intergenerational equity adalah konsep yang menyatakan bahwa
manusia memiliki lingkungan alam dan budaya yang sama baik dengan generasi sekarang
dan generasi lainnya, masa lalu dan masa depan. Artinya kita mewarisi bumi dari generasi
sebelumnya berkewajiban untuk memberikannya dalam kondisi wajar kepada generasi
mendatang.
Saat ini pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang dan keadaan ekonomi
pada banyak negara maju terkait dengan keberhasilan ekspor. Solusi equity dapat membantu
kelestarian lingkungan dan distribusi daya beli dunia yang lebih merata akan menciptakan
sumber permintaan baru. Meningkatnya daya beli masyarakat miskin yang secara seimbang
akan mengalihkan permintaan konsumen ke produk-produk yang kurang berbahaya bagi
lingkungan (Durning, 1992). Salah satu cara untuk menemukan solusi ekonomi saat ini dan
tidak menyebabkan bencana ekologis di masa depan adalah dengan menyesuaikan solusi
ekonomi dengan pemahaman jangka panjang tentang kesejahteraan individu, kelompok,
nasional, dan global. Agar hal ini menjadi mungkin, diperlukan partisipasi dan pengetahuan
masyarakat untuk bisa melihat interaksi sebab dan akibat yang panjang untuk langkah terbaik
dengan melakukan peningkatan tingkat dan kualitas pendidikan masyarakat luas (Homer
Dixon, 1999). Semakin jelas bahwa kelestarian lingkungan tidak dapat dicapai secara luas
tanpa adanya keadilan sosial. sehingga akan terlihat bahwa pengetahuan ekologi harus
memberikan informasi dan bisa memulai adanya diskusi mengenai norma dan tujuan yang
diharapkan.
XIII. Isu dalam Ekonomi Ekologi dan Pembangunan Berkelanjutan
Saat ini mulai terjadinya perubahan di dunia, dimana pada awalnya keadaan dunia
masih seimbang antara sumberdaya alam dan kebutuhan manusia sehingga banyak area
konservasi dan lokasi yang mengandung banyak sumberdaya alam. Namun sekarang area
tersebut sudah dikonversi menjadi area pemanfaatan untuk kebutuhan dan kepentingan
manusia. Ekonomi dunia saat ini harus memiliki fokus penuh dalam modal alam karena
kenyataannya ekonomi dunia kosong terus terjadi yaitu untuk mengubah modal alam menjadi
modal buatan manusia. Terdapat tiga masalah ekonomi yangutana yaitu alokasi, distribusi
dan skala. Alokasi sumberdaya yang efisien antara penggunaan alternatif adalah masalah
ekonomi yang paling banyak dibahas sehingga banyak yang menganggap bahwa masalah
alokasi adalah yang terpenting. Indonesia yang berada pada jalur strategis lingkungan yang
baik terus melakukan kegiatan pembangunan ekonomi untuk mensejahterakan rakyatnya,
akan tetapi hal ini berdampak pada terdegradasinya sumber daya alam yang ada. Aktivitas
manusia semakin lama semakin meningkat jumlahnya yang akan berimplikasi pada main
bertambahnya masalah-masalah sosial dan lingkungan hidup. Apabila semakin lama masalah
lingkungan tidak secepatnya diselesaikan maka akan menghambat pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai