Anda di halaman 1dari 15

Sampul

Judul Buku : Ecology Economy Equity


Buku
Penulis : Rita Parmawati
Penerbit : UB Press
Penerjemah :-
Tebal : i-xvii + 191 halaman, 15.5 cm x 23.5 cm
Tahun Terbit : 2018
ISBN : 978-602-432-567-1

“ECOLOGY ECONOMY EQUITY” BOOK REVIEW (ESSAY)

Nabila Oktavia Eka Putri


Kelas: Analisis Dampak Pariwisata (A)
Program Studi Pariwisata, Jurusan Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya
E-mail: nabilaoktv@student.ub.ac.id

Secara umum, konsep Pembangunan Berkelanjutan harus diterapkan di semua negara,


terutama yang memiliki sumber daya alam yang melimpah dan budaya yang beragam, termasuk
di Indonesia. Berbagai integrasi antara aspek ada di sebuah negara untuk mewujudkan
Pembangunan Berkelanjutan. Aspek-aspek ini secara umum adalah Ekologi, Ekonomi, dan
Ekuitas. Ketiga aspek tersebut dikenal sebagai Tiga Pilar Pembangunan Berkelanjutan (hal-hal
yang mempengaruhinya), serta isu-isu pembangunan berkelanjutan yang ada di dunia pada
umumnya dan di Indonesia pada khususnya.

Keseimbangan dalam Ekonomi Ekologi


Ekologi merupakan analisis ilmiah dan kajian interaksi yang terjadi antara organisme
dan lingkungannya, yang merupakan sebuah bidang yang melibatkan berbagai disiplin ilmu
seperti biologi, geografi, dan ilmu bumi. Ekologi mencakup penelitian tentang interaksi
yang dimiliki oleh organisme dengan organisme lain dan juga dengan komponen non-hidup
yang terdapat di lingkungan mereka.
Definisi ekonomi adalah sebagai sebuah domain sosial yang sering dilakukan dalam
bentuk praktik di lapangan, wacana, dan pembahasannya terkait dengan produksi,
penggunaan, dan pengelolaan sumber daya. Agen ekonomi bisa berupa individu, bisnis,
organisasi, atau pemerintah. Transaksi ekonomi terjadi ketika dua pihak setuju pada nilai
atau harga barang atau jasa yang diperdagangkan, biasanya diungkapkan dalam mata uang
tertentu. Namun, transaksi moneter hanya merupakan bagian kecil dari domain ekonomi.
Setiap orang berhak mendapatkan standar hidup yang sama. Keadilan sangat penting
dalam pembangunan berkelanjutan karena jika tidak ada ekuitas, dapat menyebabkan
degradasi lingkungan. Menurut Sundar (2006), selain itu, status sosial juga dapat
mempengaruhi perilaku individu terhadap lingkungan dalam setiap aktivitas yang dilakukan.
Ekonomi ekologi adalah studi tentang hubungan antara prinsip ekologi dan ekonomi.
Studi tentang hubungan antara manusia dan alam dikenal sebagai ekonomi ekologi. Dengan
kata lain, penelitian ini menjelaskan interaksi sistem ekonomi dan ekologi. Pertukaran
barang dan energi dengan lingkungan selalu menjadi bagian dari aktivitas ekonomi manusia.
Ekonomi dan lingkungan saling tergantung; apa yang terjadi dalam ekonomi mempengaruhi
lingkungan, yang pada gilirannya mempengaruhi ekonomi. Akibatnya, ekonomi dan
lingkungan dapat dianggap sebagai sistem terintegrasi.
Pertumbuhan ekonomi, kelestarian lingkungan, dan kesetaraan sosial adalah tiga
komponen yang akan membantu mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Akibatnya,
ketiga pilar ini dikenal sebagai Tiga Pilar Kelestarian. Tidak seperti konsep keberlanjutan
tradisional, yang hanya menghubungkan antara lingkungan dan fokus semata-mata pada
sektor ekologi. Pendekatan Tiga Pilar Kelestarian terkait. Tidak ada kelestarian lingkungan
tanpa kesetaraan atau keadilan. Tanpa ekologi, tidak ada kelestarian ekonomi. Kemampuan
untuk menghasilkan barang dan jasa yang memenuhi kebutuhan dasar diperlukan agar
sistem ekonomi berkelanjutan. Kelestarian sistem lingkungan harus dapat mempertahankan
sumber daya secara terus menerus, menghindari eksploitasi, atau menjaga lingkungan dari
kehilangan fungsi utamanya dengan menggunakan sumber daya buatan untuk menggantikan
sumber daya yang tidak dapat diperbaharui. Kelangsungan sistem sosial harus dicapai
melalui equity atau kesetaraan.
Ada banyak masalah pembangunan yang akan berdampak pada lingkungan baik
dalam skala waktu pendek maupun jangka panjang. Munculnya penggunaan teknologi yang
ditandai oleh revolusi industri di Eropa adalah salah satu kekuatan pendorong dalam
aktivitas manusia yang merugikan ekosistem.
Contanza et al. (1997) mengidentifikasi lima indikator bahwa subsistem ekonomi
telah mencapai atau melampaui batas mereka, serta ekosistem global sebagai sumber bahan
limbah dan penyerap.
1. Penggunaan biomassa pada manusia
2. Perubahan iklim.
3. Penipisan lapisan ozon.
4. Degradasi tanah
5. Penurunan keanekaragaman hayati

Ekonomi Alam (Mencerminkan bagian bab dalam buku)


Ekonomi sumber daya alam berkaitan dengan pasokan, permintaan, dan alokasi sumber
daya alam bumi. Tujuan utama ekonomi sumber daya alam adalah untuk lebih memahami peran
sumber daya alam dalam ekonomi sehingga metode manajemen sumber daya yang lebih
berkelanjutan dapat dikembangkan untuk menjamin ketersediaannya bagi generasi mendatang.
Alam memiliki dua jenis sumber daya: sumber daya yang dapat diperbaharui dan
sumber daya yang tidak dapat diperbaharui.

Sumber daya terbarukan adalah komponen lingkungan alam dan ekosfer. Sumber daya
non-renewable, juga dikenal sebagai sumber daya terbatas, adalah sumber daya yang tidak
dapat diisi ulang pada tingkat yang cukup untuk memberikan manfaat ekonomi berkelanjutan
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Misalnya, minyak atau gas. Sumber daya juga dapat
diklasifikasikan berdasarkan asal usulnya yaitu biotik dan abiotik. Sumber daya biotik meliputi
hewan dan tumbuhan. Sumber daya abiotik.berasal dari dunia non-hidup.
Ekonomi menyediakan kerangka kerja komprehensif untuk menganalisis sebagian besar
sumber daya alam dan masalah lingkungan yang muncul. Semua instrumen kebijakan
lingkungan memiliki satu kesamaan tujuan;
1. Mendatangkan perbaikan lingkungan (misalnya pengurangan emisi CO 2)
2. Mengurangi pengeluaran biaya aktor ekonomi sebanyak mungkin (bisnis, rumah tangga
dan pemerintah).
3. Hindari pengaruh negatif dan membuat perbedaan positif di bidang masyarakat lainnya
(misalnya, pekerjaan, distribusi pendapatan).
Sebagian besar literatur meneliti interaksi produksi dan konsumsi, serta aliran dari
masing-masing bidang ini. Konsentrasi ekonomi diklasifikasikan menjadi dua jenis:
makroekonomi dan mikroekonomi. Ekonomi makro adalah studi tentang tingkat harga
keseluruhan, tingkat pengangguran, dan sebagainya. Ekonomi mikro berkaitan dengan
pengorganisasian kegiatan produksi dan konsumsi. Banyak studi saat ini didasarkan pada
asumsi bahwa lingkungan menyediakan manusia dengan berbagai fungsi dan layanan yang
bernilai ekonomi (Turner et al., 1994) Beberapa asumsi adalah sebagai berikut:
1. Dasar dari sumber daya alam (sumber daya yang dapat diperbaharui dan tidak dapat
diperbaharui).
2. Kapasitas kemampuan asimilasi limbah
3. Pengelompokan sumber daya alam (kemudahan dan kemudahan sumber daya).
4. Sistem pendukung kehidupan
Dengan meningkatnya aktivitas ekonomi dan spesies manusia, ambang batas kapasitas
asimilasi alam telah dilanggar, dan keempat fungsi ini telah menjadi sumber daya yang
kompetitif, alami, dan langka, dengan meningkatnya kecenderungan kelangkaan.

Eco-Analysis dan Green Growth


Tingkat pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat sekitar dapat digunakan
untuk menentukan nilai biaya dan manfaat dari sebuah proyek. Akibatnya, sering disebut
sebagai analisis evaluasi proyek. Ada beberapa implikasi ekonomi terhadap kegiatan
pembangunan dan investasi, termasuk (Kasmir, 2000):
1. Ekonomi rumah tangga di dekatnya bisa tumbuh.
2. Mampu menggali, mengelola, dan memanfaatkan ekonomi alam sepenuhnya
3. Ekonomi daerah berpotensi meningkat.
Analisis ekonomi memainkan beberapa peran dalam pengembangan kebijakan
pembangunan lokal dan nasional, termasuk:
 Peran pemerintah dalam ekonomi adalah untuk menciptakan banyak peluang kerja
sekaligus menghindari inflasi di negara tersebut, yang membutuhkan kombinasi dari
dua kebijakan Negara, yaitu kebijakan fiskal dan moneter.
 Integrasi kedua alat kebijakan ini didasarkan pada analisis ekonomi mikro dan makro
untuk memperkirakan besarnya dampak yang mungkin dihasilkan dari keputusan.
Menurut sudut pandang antroposentris, nilai keanekaragaman hayati berasal dari peran
alam dalam kesejahteraan manusia seperti yang dilihat manusia (Becker, 1993).
Analisis elastisitas biaya, di mana berbagai tindakan dievaluasi dalam hal heys
inkremental per indikator atau langsung dengan sejumlah besar indikator. Hasil penilaian
kemudian akan diurutkan berdasarkan biaya per unit dari nilai indikator yang dicapai. Analisis
Biaya Manfaat, di mana manfaat dipandang sebagai ukuran untuk meningkatkan satu atau lebih
indikator yang dihitung dalam istilah moneter dan biaya. Sejauh ini, manfaat yang akan
diterapkan dalam layanan ekosistem telah diperkirakan.
Green Growth dianggap penting untuk mengatasi tantangan dalam pembangunan
ekonomi jangka panjang (Lee. 2011, World Bank, 2012; ADB/ESCAP/UNEP, 2012). Secara
umum, kebijakan Green Growth memasukkan pertimbangan lingkungan ke dalam keputusan
ekonomi, menghasilkan kekhawatiran efisiensi sumber daya dan transformasi sistem energi.
Green Growth telah diusulkan sebagai sarana bagi negara berkembang seperti Brasil, Cina,
India, dan Indonesia untuk berkembang pesat (untuk mengatasi emisi rumah kaca dan degradasi
lingkungan yang telah memperlambat pertumbuhannya) (Jupesta et al. 2006).
Green Growth berkaitan erat dengan tujuan ekonomi hijau secara keseluruhan untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial dan keadilan sosial. sementara menurunkan risiko
lingkungan dan kualitas ekosistem (UNEP, 2011).

Sejarah Pengelolaan dan Perkembangan Lingkungan


Manajemen lingkungan dan pengembangan adalah bidang yang membutuhkan
pendekatan multidisiplin dan memungkinkan integrasi berbagai disiplin ilmu, agama, kelas,
kelompok etnis, perspektif politik dan gender untuk menemukan solusi terbaik untuk masalah
mendesak. Manajemen lingkungan bertujuan untuk mencapai potensi keseimbangan global
dan, jika memungkinkan, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Minat publik
terhadap isu lingkungan telah berkembang pada 1960-an. Pembangunan berkelanjutan telah
muncul sebagai hasil dari peningkatan kesadaran lingkungan. Pembangunan berkelanjutan
adalah peningkatan kesejahteraan dan gaya hidup masa kini dan masa depan.
Secara umum, sejarah lintas manajemen lingkungan di Indonesia dapat dibagi menjadi
tiga periode: Periode Arus Global pada tahun 1972, Periode Komitmen Internasional, Periode
Komitmen Nasional, dan Periode Pasca Reformasi. Selama keberadaan PELTA III, konsep
manajemen lingkungan dan pembangunan dimulai di Indonesia Barat. PELITA III difokuskan
untuk meletakkan dasar pembuatan kebijakan melalui konsep "bangunan dan non-destruktif,"
yang memisahkan lingkungan dan pembangunan sehingga tidak membandingkan. Tujuan
utama kegiatan PELITA IV adalah untuk mendorong keharmonisan sosial dan lingkungan.
PELITA V mulai mengintegrasikan kegiatan-kegiatan sebelumnya dalam bentuk pertimbangan
tiga elemen, yaitu populasi, lingkungan, dan pembangunan, untuk mewujudkan konsep
pembangunan berkelanjutan.
Peran lembaga dalam bentuk lembaga pemerintah, LSM, perangkat hukum, legislasi,
dan rencana kegiatan yang diajukan pemerintah tidak dapat dipisahkan dari proses
pembangunan suatu negara. Berdasarkan SK Presiden Nomor 2 Tahun 2002, tugas dan
kewenangan BAPEDAL atau Badan Pengendalian Dampak Lingkungan diserahkan ke
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Sejarah Pembangunan Berkelanjutan


Menurut Permana (2016), pembangunan berkelanjutan dapat diartikan sebagai proses
pembangunan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masa kini sekaligus menjaga
stabilitasnya untuk memenuhi kebutuhan masa depan. Proses pembangunan berkaitan dengan
aspek ekologi, ekonomi, sosial, dan sosial. Dan cara hidupnya. Tujuan pembangunan
berkelanjutan adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia guna meningkatkan kualitas hidup
lebih dari sebelumnya. Menurut para ahli Rahmatullah (2015). Beberapa aturan mengatur
pembangunan berkelanjutan, termasuk:
1. Pemerataan dan keadilan (equity and justice).
2. Keberlanjutan ekologis (ecological sustainability).
3. Keberlanjutan ekonomi (economic sustainability).
4. Keberlanjutan sosial budaya (social-culture sustainability).
5. Keberlanjutan politik (political-sustainability).
6. Keberlanjutan pertahanan dan keamanan (defense and security sustainability).
7. Pendekatan integratif, perspektif jangka panjang (long term perspective)
Menurut Gladwin dalam Clini et al. (2008), konsep pembangunan berkelanjutan
memiliki beberapa aspek penting, antara lain Inclusive (keseluruhan), Connected (saling
berhubungan), Equitable (keadilan), Prudent (kebijaksanaan), serta Secure (keamanan).
Dipoyuda (1982) mengidentifikasi setidaknya lima komponen utama dalam
perencanaan strategi untuk menciptakan kesejahteraan melalui pembangunan berkelanjutan:

1. Pemenuhan segala kebutuhannya,


2. Memberantas kemiskinan,
3. Pembangunan dengan adanya partisipasi masyarakat,
4. Adanya kekuasaan Pemerintah,
5. Melakukan pembangunan lingkungan yang berimbang.
Ada dua komponen utama untuk model populasi Malthus dan pertumbuhan ekonomi.
Pertama, ada efek positif dari standar hidup terhadap laju pertumbuhan penduduk, yang dapat
dikaitkan dengan faktor biologis seperti angka kelahiran dan kematian, atau reaksi terhadap
perilaku orang tua yang berpotensi mengubah situasi ekonomi mereka. Kedua, karena ada
beberapa sumber daya tetap, seperti tanah, ada umpan balik negatif dari ukuran populasi ke
standar hidup. Kombinasi kedua komponen ini menghasilkan beberapa prediksi. Model
Malthusian berhasil untuk waktu yang lama, mencakup sebagian besar sejarah manusia di
sebagian besar bagian dunia sampai awal revolusi industri (Weil & Joshua, 2010).
Kunci untuk pembangunan berkelanjutan adalah memenuhi kebutuhan saat ini tanpa
mengorbankan lingkungan atau kapasitas sumber daya untuk memenuhi tuntutan di masa
depan. Pada tahun 2016, Indonesia mengambil langkah-langkah untuk menerapkan
pembangunan berkelanjutan:

1. Implementasi pemetaan dalam rangka menyelaraskan tujuan dan sasaran pembangunan


berkelanjutan untuk pelaksanaan pembangunan nasional.
2. Pemetaan data dan indikator tujuan pembangunan jangka panjang.
3. Membuat definisi operasional untuk setiap langkah dalam proses pembangunan
berkelanjutan.
4. Menetapkan peraturan pemerintah terkait pembangunan berkelanjutan sangat
mengetahui perencanaan, pelaksanaan, dan sasaran.
5. Menyusun rencana aksi nasional dan regional untuk menjamin keberhasilan
pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di Indonesia.

Pendekatan Ekonomi Ekologi


Ekonomi ekologi adalah tindakan penyeimbang yang akan berkontribusi pada upaya
berkelanjutan untuk mengintegrasikan teori ekonomi dan kebijakan dengan pengetahuan dari
berbagai bidang ilmiah. Teori ekonomi neoklasik mendominasi hampir semua kebijakan
ekonomi di seluruh dunia. Namun, penerapan teori ini saat ini dalam bahaya karena
pembongkaran dua pilar utamanya: (1) teori perilaku manusia yang diwujudkan dalam aksioma
pilihan konsumen dan (2) teori produksi yang diwujudkan dalam persaingan sempurna dan
produktivitas marginal teori distribusi.
Nilai Monisme menyiratkan bahwa semua objek utilitas memiliki beberapa karakteristik
yang memungkinkan mereka untuk dibandingkan setiap saat. Konsep surplus konsumen
digunakan dalam Cost Benefit Analysis (CBA) untuk menilai keinginan pilihan kebijakan
publik. Multi-kriteria atau Multi-Kriteria Decision Aide (MCDA) adalah alternatif untuk
ekonomi ekologi yang muncul dari konsep CBA dan nilai Monisme secara umum. Metode ini,
seperti namanya, menganalisis kebijakan dan mempertimbangkan berbagai informasi yang
relevan. Multi-Criteria Decision Aide (MCDA) memungkinkan pemilihan beberapa dimensi
yang berbeda dalam banyak masalah pengambilan keputusan, yang kemudian dievaluasi dan
ditimbang.
Analisis ekonomi dimulai dengan aktor rasional yang membuat keputusan tanpa
memperhatikan konteks sosial atau lingkungan. Hasil eksperimen teori permainan dan analisis
laboratorium yang melibatkan perilaku manusia meragukan keabsahan aktor rasional neoklasik.
Temuan ini menyiratkan bahwa preferensi bersifat endogen, yang berarti bahwa mereka
dipengaruhi oleh konteks sosial, sejarah individu, dan preferensi sadar perkembangan (Albert
dan Hahnel, 1990, Bowles, 1998). Model Aktor Rasional juga dikaitkan dengan perdebatan
mengenai efek jangka panjangnya. Banyak orang berdebat tentang keterbatasan penggunaan
tingkat diskon pasar untuk menghargai keuntungan dan kerugian sosial dan lingkungan di masa
depan (Georgescu-Roegen, 1976; Price, 1993).
Margin dapat dimaknakan sebagai sudut pandang dalam ilmu ekonomi yang bertahap,
kontinu, dan progresif. Analisis sistem adaptif kompleks adalah salah satu alternatif untuk
ekonomi ekologi untuk Analisis Marginal (Gunderson et al., 1995; Holling et al., 2000; Scheffer
et al., 2001). Teori ini diringkas dalam laporan akhir dari proyek ketahanan berdasarkan temuan
dari dua studi biokompleksitas sosio-ekologis umum. Pertama, kebijakan pembangunan saat ini
mungkin berhasil dalam jangka pendek dalam mengatasi masalah dan krisis, tetapi mereka
menyebabkan kekakuan jangka panjang dari waktu ke waktu. Kedua, kompleksitas, keragaman,
dan peluang dalam sistem regional yang kompleks adalah hasil dari sejumlah kecil variabel
kritis dan proses yang beroperasi pada skala waktu dan ruang yang berbeda.
Dalam hal kebijakan, prinsip kehati-hatian, yang menyatakan bahwa perlu berhati-hati
dalam menghadapi ketidakpastian, adalah salah satu alternatif ekonomi ekologi untuk
mengasumsikan bahwa ketidakpastian dapat dikurangi menjadi risiko. Co-evolusi adalah model
yang sesederhana untuk memprediksi dan beroperasi sebagai masalah maksimalisasi
penggunaan. Co-evolusi memberikan wawasan tentang bagaimana membuat keputusan untuk
individu dan masyarakat kita dengan memberikan pandangan yang lebih kompleks sistem
sosial-alami-fisik. Menurut Erickson (1999), mengenali proses co-evolusioner sistem sosial dan
alam dapat membantu dalam pengembangan pelajaran untuk membimbing proses sosial.
Faktor produksi dipisahkan dari konsumsi sehingga efisiensi produksi sama dengan
memaksimalkan kesejahteraan sosial. Tujuan. Upaya pemotongan biaya perusahaan telah
berkembang hingga mencakup tujuan makroekonomi dan masyarakat secara keseluruhan.
Menurut Bromley (1990), tujuan ini tidak bersifat ideologis atau ilmiah, yaitu ketika menilai
nilai dari analisis ekonomi berwarna nilai.
Ekonomi ekologi dimulai dengan gagasan bahwa ekonomi harus seimbang antara bahan
baku yang digunakan dalam pengolahan dan limbah yang dihasilkan (Ayres dan Kneese, 1969,
Rockesing, 1966: Daly, 1977; Faberetal, 1996, Georgescu-Roegen, 1976; Mayumi 2001).
Analisis IO (Input-Output) adalah alternatif yang dikembangkan dengan baik untuk mengetahui
fungsi produksi berdasarkan teori neoklasik.

Keberlanjutan dalam Ekonomi Ekologi


Ekonomi ekologi adalah studi tentang interaksi antara sistem ekonomi dan ekologi. Poin
pertama yang perlu diperhatikan dalam mempelajari ekonomi ekologi adalah melibatkan
berbagai disiplin ilmu yang relevan. Kedua, banyak fenomena ekonomi dan ekologi dan
masalah dapat diselesaikan dengan pendekatan tradisional.
Pembangunan berkelanjutan hanya dapat dicapai dengan memasukkan prinsip ekologi
ke dalam proses desain. Namun, jika prinsip dasar ekologi tidak diikuti, pembangunan ekonomi
akan gagal. Pembangunan dan degradasi lingkungan adalah dua faktor yang akan menentukan
kelangsungan hidup jangka panjang suatu negara. Jika suatu negara dapat mengatasi masalah
degradasi lingkungan, maka negara akan mampu menerapkan pembangunan berkelanjutan.

Keberlanjutan dan Pembangunan Berkelanjutan


Pertumbuhan ekonomi akan terjadi jika output dari proses manufaktur dapat
didistribusikan dan tumbuh dengan cepat dibandingkan dengan populasi. Peningkatan
kesehatan dan keselamatan masyarakat adalah dua contoh pertumbuhan ekonomi. Menurut
Todaro (2008), tujuan masyarakat dapat dijelaskan oleh setidaknya tiga inti pembangunan:
makanan, penghargaan diri, dan kebebasan dari perbudakan. Akibatnya, pembangunan
digunakan untuk mempertahankan dan memenuhi kebutuhan dasar manusia sekaligus
memperluas pilihan yang tersedia di sektor sosial dan ekonomi.
Pembangunan berkelanjutan adalah langkah untuk menyeimbangkan,
mengintegrasikan, dan menyembunyikan faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan. Dengan kata
lain, seperti yang dinyatakan dalam laporan Brudtland (WCED, 1987) "masa depan kita
bersama," terminologi pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat saat ini sambil mempertimbangkan kemampuan generasi mendatang
untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Pembangunan berkelanjutan didasarkan pada tiga
prinsip: sosial budaya, ekonomi, dan lingkungan.
Menurut teori ekonomi neoklasik, keberlanjutan dapat didefinisikan sebagai
memaksimalkan kesejahteraan dari waktu ke waktu. Kelestarian lingkungan terkait erat dengan
kemiskinan dan ketidakadilan. Hubungan sebab-akibat bekerja dua arah, meningkatkan
kemiskinan dan hilangnya mata pencaharian pedesaan sekaligus mempercepat degradasi
lingkungan karena orang-orang yang telah kehilangan rumah mereka lebih menekan hutan,
perikanan, dan tanah marginal. Kelestarian menyiratkan tujuan dan kebijakan baru di semua
bidang utama pembangunan ekonomi, seperti populasi, pertanian, energi, industri, dan sistem
sumber daya terbarukan. Komponen keberlanjutan sosial tidak hanya memiliki tujuan yang
ideal tetapi juga upaya untuk memenuhi kebutuhan untuk mencapai keseimbangan ekonomi
dan ekologi.
Secara umum, keberlanjutan sosial menunjukkan bahwa memenuhi kebutuhan tidak
hanya bergantung pada data objektif dan bukti untuk mendorong pergeseran persepsi manusia
tentang masalah lingkungan.
Banyak isu menghambat kemajuan menuju keberlanjutan dan pembangunan. Menurut
Reid et al (2010), kriteria berikut sering dikaitkan dengan tantangan:
a. Persyaratan koordinasi global
b. Persyaratan untuk relevansi dengan pengambil keputusan
c. Persyaratan untuk bekerja sama dalam memperkirakan kondisi lingkungan masa
depan dan konsekuensinya bagi manusia.

Pertumbuhan Ekonomi dan Lingkungan Hidup


Lingkungan penting bagi ekonomi manusia karena menyediakan bahan yang kemudian
digunakan dalam proses pembuatan, serta melalui banyak layanan yang disediakan. Hal ini juga
bermanfaat bagi kesejahteraan manusia dengan menyediakan kesempatan untuk rekreasi,
meningkatkan kesehatan, dan manfaat lainnya. Pertumbuhan ekonomi, pada gilirannya, penting
bagi kesejahteraan ekonomi dan manusia, terlepas dari apakah negara itu berkembang atau
berkembang.
Kesejahteraan manusia adalah konsep kompleks dan multifaset yang ditentukan oleh
berbagai faktor seperti tingkat pendapatan (secara mutlak dan relatif), status kesehatan, tingkat
pendidikan, kondisi lingkungan rumah, dan kualitas lingkungan. Komisi Pengukuran Kinerja
Ekonomi dan Kemajuan Sosial melakukan studi yang mengidentifikasi sejumlah dimensi
terkait kesejahteraan, termasuk standar hidup, kesehatan, pendidikan, kegiatan pribadi seperti
pekerjaan, suara politik dan pemerintahan, hubungan sosial, lingkungan (baik sekarang maupun
masa depan), dan keamanan (ekonomi maupun fisik). Meskipun kesejahteraan adalah konsep
multi dimensi, pertumbuhan ekonomi tetap menjadi faktor penting yang dapat mendorong atau
memungkinkan perbaikan dalam berbagai dimensi.
Modal alami berkontribusi pada hasil ekonomi dengan dua cara, yaitu langsung sebagai
masukan ke dalam proses kegiatan ekonomi, dan secara tidak langsung melalui efeknya pada
produktivitas faktor produksi lainnya. Input tidak langsung ekosistem memfasilitasi proses
produksi dan membantu mengurangi dampak negatif dari aktivitas ekonomi. Fungsi pendukung
kehidupan global, regulasi air, penyerapan polusi, limbah, ketentuan terkait lahan, siklus alam,
dan pengurangan limbah adalah contohnya.
Ada hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan kualitas lingkungan, dan ada faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi hal ini. Ini adalah sebagai berikut:
1) Kurva Kuznet Lingkungan (Kurva Kuznet Lingkungan)
2) Pendekatan yang berbeda untuk hubungan lingkungan dan ekonomi
3) Memotivasi interaksi ekonomi dan lingkungan
Peran kebijakan lingkungan adalah untuk menciptakan manajemen sumber daya
lingkungan, penyediaan, dan penggunaan dengan mempromosikan peningkatan kesejahteraan
jangka panjang untuk generasi saat ini dan masa depan.

Instrumen Kebijakan Lingkungan


Karena lingkungan adalah kebaikan publik, itu dapat digunakan oleh siapa saja. Namun,
karena setiap individu bertanggung jawab atas penggunaannya, pemerintah harus memberikan
dukungan agar hal ini dapat dilaksanakan. Untuk mengatasinya, instrumen komando dan
pengawasan (command & control) dan insentif ekonomi dapat digunakan. Karena kemampuan
pemerintah juga terbatas, kedua jenis instrumen ini bertujuan untuk mendorong masyarakat
untuk mulai berpartisipasi dalam pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan. Instrumen
kebijakan ekonomi dalam pembiayaan manajemen diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kebijakan insentif dan subsidi
2. Kebijakan disinsentif, pajak dan retribusi
3. Kebijakan penentuan harga dari sumberdaya.
Dengan demikian, jika dikombinasikan dengan tujuan pengelolaan lingkungan yang
berkelanjutan, fungsi instrumen ini adalah untuk mendorong penggunaan dan pengelolaan
sumber daya alam yang lebih efisien, serta menggunakan Polluter Pays Principle untuk
membatasi pembuangan limbah yang disebabkan oleh tindakan atau perusahaan terhadap
kelompok masyarakat lain.
Polluter Pays Principle (PPP) didefinisikan sebagai prinsip bahwa perusahaan atau
individu membuang limbah yang menjadi pencemar lingkungan harus menanggung biaya
implementasi langkah pencegahan dan pengendalian polusi yang kemudian akan dinilai dapat
diterima oleh otoritas publik. PPP ini memiliki dua karakteristik: prinsip biaya internalisasi dan
prinsip biaya internasional.
Command and Control (CAC) adalah pendekatan yang paling umum digunakan untuk
kebijakan lingkungan, meskipun pendekatan ekonomi menjadi semakin penting, pendekatan
CAC terdiri dari undang-undang, penegakan hukum, dan peraturan yang mengatur tujuan CAC.
standar dan teknologi yang harus dipatuhi oleh perusahaan atau individu yang memproduksi
pencemar. Ada empat kategori standar: standar kualitas lingkungan, standar emisi, standar
proses produksi, dan standar produksi. Namun, seringkali ternyata penegakan hukum yang
buruk adalah salah satu rantai regulasi yang lemah itu sendiri. Di sisi lain, peraturan memiliki
sejumlah kekurangan, sebagai berikut:
1. Penegakan hukum yang terbukti sulit atau lemah, terutama karena banyaknya kontrol,
persyaratan administrasi, personel (inspektor, Korps Insinyur, pengacara, dan
sebagainya), dan prosedur hukum jika terjadi ketidakpatuhan.
2. Kerugian lain dari peraturan adalah kemudahan bagi otoritas publik dan sektor swasta
untuk menegosiasikan masalah lingkungan, dengan konsekuensi yang signifikan
terhadap korupsi.
3. Keterbatasan peraturan utama adalah sifat statis mereka, yang selalu memberikan
sedikit dorongan untuk perbaikan teknis.
4. Regulasi dan standarisasi dianggap terlalu mahal, tidak hanya dalam hal penegakan
hukum tetapi juga dalam hal efisiensi ekonomi.
Economic Instruments (IE) akan memberikan sinyal dari pasar dalam bentuk harga
relatif (misalnya, label pada produk tertentu) dan/atau transfer keuangan (pembayaran tagihan).
Economic Instruments (IE) memungkinkan agen ekonomi untuk memilih solusi yang paling
menguntungkan. Misalnya, jika terjadi polusi, pilihannya adalah membayar biaya atau
berinvestasi dalam pengendalian polusi.
Ada berbagai jenis instrumen ekonomi yang digunakan untuk mendukung kelestarian
lingkungan. Instrumen ekonomi diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Biaya emisi
2. Biaya penggunaan
3. Biaya produk
4. Biaya administrasi
5. Perdagangan emisi
6. Sistem pengembalian dana (deposit-refund system)
7. Subsidi
Ketika instrumen ekonomi digunakan, mereka memiliki enam keuntungan, yaitu
sebagai berikut:
1. Penyesuaian yang otomatis
2. Efektivitas biaya
3. Insentif
4. Fleksibilitas
5. Peningkatan pendapat
6. Konservasi sumber daya dan transmisi

Perdagangan Internasional dan Lingkungan


Perdagangan internasional memiliki dampak signifikan pada negara berkembang atau
berpenghasilan rendah, yaitu munculnya utang luar negeri akibat proses ekspor dan impor.
Karena utang ini, negara dipaksa untuk terus mengeksploitasi sumber daya alamnya untuk
membayar utang luar negerinya. Manajemen lingkungan berbeda antara negara maju dan
negara berkembang karena perbedaan teknologi, kualitas sumber daya manusia, dan tingkat
pendapatan masyarakat.
Menurut Adolf (2005), prinsip perdagangan internasional dibagi menjadi empat
kategori:
1. Prinsip dasar kebebasan kontrak
2. Prinsip dasar Pacta Sunt Servanda
3. Prinsip dasar arbitrase untuk penyelesaian sengketa
4. Prinsip dasar kebebasan berkomunikasi
Menurut Anugerah dan Kariyasa (2003), perdagangan internasional yang semakin
terbuka dan terintegrasi dengan negara lain dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan
eksternal. Ratifikasi perjanjian perdagangan antara negara, daerah, atau global merupakan salah
satu faktor eksternal. Selain itu, pembentukan organisasi berbasis ekonomi skala internasional
merupakan faktor eksternal yang mendukung pembebasan pasar. Standarisasi lingkungan baru
dimulai pada tahun 1960-an. Kemudian pada 1990-an, banyak individu dan organisasi
internasional, termasuk International Organization for Standardization (ISO), memelopori
gerakan untuk manajemen lingkungan dan standarisasi.
International Organization for Standardization (ISO) mengembangkan serangkaian
ISO 14000 standar manajemen lingkungan internasional untuk membantu organisasi di seluruh
dunia dalam meningkatkan efektivitas kegiatan manajemen lingkungan. Di Indonesia, standar
manajemen lingkungan seri ISO 14000 diadopsi ke dalam seri Standar Nasional Indonesia
(SNI) 14000. Standar ini diharapkan dapat meningkatkan profitabilitas penjualan dan
memastikan perusahaan memiliki komitmen pengelolaan lingkungan yang baik, sehingga dapat
menarik investor untuk meningkatkan modal.
Todaro (1999) menyatakan dalam Anna YH (2007), ada tiga cara mendasar di mana
negara maju dapat membantu negara berkembang dalam memperbaiki kondisi lingkungan
mereka:
1. Untuk mewujudkan liberalisme perdagangan, disediakan akses terbuka untuk
perdagangan dengan negara berkembang.
2. Peningkatan utang luar negeri melalui implementasi program pertukaran utang untuk
modal lingkungan (utang untuk swap alam),
3. Berikan kontribusi keuangan dan teknologi.
Metode Proses Produksi (PPMs) mencakup semua jenis kegiatan manufaktur, dari
manufaktur produk sampai produksi siap untuk pasar (Paul Cook, 2013 dalam Sri Wartini dan
Risky EN, 2015). PPMs ini diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu PPMs product related dan
PPMs non-product related.

Equity
Secara luas diterima bahwa ekuitas memerlukan pengakuan akan kebutuhan keadilan
dalam distribusi keuntungan dan kerugian, serta hak setiap orang untuk mendapatkan standar
hidup yang dapat diterima.
Hubungan antara ketimpangan ekonomi dan degradasi lingkungan juga menjadi
perhatian. Hal ini menghasilkan Teori Socially and Environmentally Just and Sustainable
(SAEJAS). Teori pengembangan SAEJAS akan terus menekankan tujuan peningkatan
efisiensi. Efisiensi adalah nilai yang berkorelasi erat dengan kesejahteraan material manusia
dan kesehatan ekosistem global dan lokal, yang konsisten dengan tujuan SAEJAS. Kemudian,
sebagai hasil dari pengalaman sebelumnya, ide lain mulai muncul yang memiliki potensi besar
untuk membantu tugas keseimbangan kembali dan efisiensi, yaitu konsep eksternalitas.
Eksternalitas adalah perbedaan antara biaya sosial dan biaya pribadi. Polusi diproduksi selama
produksi barang konsumsi seperti kemeja dan televisi.
Salah satu penyebab utama kerusakan lingkungan adalah meningkatnya arus barang
dan jasa akibat pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini, solusi untuk masalah ekuitas dapat
membantu dalam kelestarian lingkungan. Distribusi daya beli global yang lebih merata akan
menghasilkan permintaan baru. Peningkatan daya beli masyarakat miskin akan menggeser
permintaan mereka terhadap produk ramah lingkungan (Durning, 1992).
Ketika populasi hidup di bawah tingkat kepuasan terhadap kebutuhan dasar,
pertumbuhan ekonomi berkontribusi signifikan; namun, bagi populasi yang relatif kaya,
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dan peningkatan konsumsi dapat berdampak positif
atau bahkan negatif pada kesejahteraan. Salah satu rancangan kebijakan yang muncul adalah
agar pemerintah lebih fokus pada kesejahteraan, yang dapat dicapai melalui investasi sosial
(Diener 1995; Diener 1995; Frank, 1999).
Setelah kebutuhan dasar terpenuhi, prioritas tertinggi bagi kebanyakan keluarga
miskin, dan bagi banyak orang, adalah mendapatkan setidaknya satu anggota keluarga
pendidikan. Akibatnya, kesetaraan ekonomi yang lebih besar diharapkan sangat terkait dengan
peningkatan permintaan efektif untuk pendidikan yang lebih baik.

Isu dalam Ekonomi Ekologi dan Pembangunan Berkelanjutan


Logika ekonomi berusaha untuk fokus pada faktor pembatasan yang ada untuk
menyelamatkan modal alami dan buatan dalam jangka pendek sementara berinvestasi dalam
pertumbuhan jangka panjang. Ada tiga masalah ekonomi utama yang harus dipertimbangkan:
alokasi, distribusi, dan skala.
Jumlah kegiatan masyarakat semakin banyak, yang akan berdampak pada
pertumbuhan masalah sosial dan lingkungan. Jika dampak negatif dari kegiatan ekonomi tidak
diantisipasi terlebih dahulu, problem - problem ini akan semakin nyata. Misalnya, kebakaran
hutan di satu daerah mungkin berdampak negatif terhadap kualitas lingkungan di daerah lain.
Penduduk di daerah ini akan terpengaruh oleh efek eksternal kualitas udara yang buruk, suhu
udara yang tinggi, dan jarak pandang yang terbatas.
Swedia adalah salah satu dari beberapa negara yang telah mulai menerapkan konsep
E3 (Ekologi, Ekonomi, dan Ekuitas) untuk mencapai SDG atau Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan. Pemerintah Swedia menganggap Pembangunan Berkelanjutan sebagai
seperangkat pedoman dan prinsip yang harus diikuti. Untuk menerapkan Agenda 2030 dan
memperkuat nilai-nilai dan kohesi Swedia, semua pemangku kepentingan harus bekerja sama
erat. Selain lembaga pemerintah Swedia, ada sejumlah organisasi yang mendukung prinsip
ekologi, ekonomi, dan ekuitas. CSR ada di sektor ekonomi (Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan). Kelompok Kepentingan Sosial Uni di sektor Ekuitas meliputi
Landsorganizationen I Sverige (LO), Tjnsnstemnsnns Central Organization (TCO), dan
Konfederasi Asosiasi Profesional Swedia (SACO). Pada sektor Ecology atau lingkungan,
Swedia memiliki beberapa kelompok kepentingan lingkungan yaitu World Wide Fund for
Nature (WWF) dan Naturskyddsförening atau Masyarakat Swedia untuk Pelestarian Alam atau
Swedish Society for Nature Conservation (SSCN).

Anda mungkin juga menyukai