Anda di halaman 1dari 9

Review Buku “Ecology Economy Equity” : Rita Parmawati

Oleh : Rangga Gilang Kusuma


NIM : 215030807111015

Program Studi Pariwisata, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya

Buku yang berjudul “ Ecology, economy, Equity ” merupakan buku yang ditulis oleh
Rita Parmawati yang merupakan salah satu dosen di universitas brawijaya, buku ini diterbitkan
dan disunting oleh Tim UB Press pada tahun 2018. Cetakan pertama pada bulan September
2018, dan cetakan kedua pada bulan Febuari 2021 yang membuat 13 bab dalam buku ini.
Bab 1 dalam buku ini menjelaskan tentang “ Keseimbangan Dalam Ekonomi ekologi ”
yang dimana dijelaskan bahwa penjelasan ekologi adalah analisis ilmiah dan studi interaksi
antara organisme dan lingkungannya. Sedangkan definisi dari ekonomi sendiri adalah sebagai
dg sosial yang cenderung berbentuk praktik di lapangan, Wacana ID pokok bahasannya terkait
dengan produksi, penggunaan dan pengelolaan sumberdaya (Paul, 2015). Tidak hanya
penjelasan dan definisi dari ekonomi dan ekologi saja, tetapi penjelasan dari equity sendiri juga
dibahas dalam bab 1 ini, dan penjelasan dari equity yang ada dalam bab ini adalah prinsip
utama pembangunan berkelanjutan karena apabila equity tidak ada maka dapat menyebabkan
degradasi lingkungan. Status sosial juga dapat menentukan bagaimana seseorang akan bersikap
ramah lingkungan atau tidak dalam setiap aktivitas mereka (Sundar, 2006).
Ekonomi, ekologi, dan equity merupakan 3 aspek yang saling berkaitan, dan hal ini
disebut dengan Tiga Pilar Keberlanjutan (The Three F's of Sustainability). Dimana ketiga pilar
ini memiliki peranan penting dalam membantu mewujudkan pembangunan berkelanjutan yaitu
pertumbuhan ekonomi, keberlanjutan lingkungan, dan kesetaraan sosial (eguity). Konsep dari
pembangunan berkelanjutan menyatakan apakah pola hidup manusia saat ini dapat diterima
dan diturunkan kepada generasi yang akan datang. Hal ini dikarenakan adanya prinsip
intergenerational eguity yang harus seimbang dengan prinsip intragenerational eguity.
Sehingga perbaikan pola konsumsi dan pendapat secara global adalah strategi yang tepat untuk
mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Kemudian dengan adanya keberlanjutan akan
menyebabkan adanya pembatasan pada jumlah populasi dan mulai mengurangi tingkat
konsumsi masyarakat. Sehingga barang yang dipilih dan teknologi yang dimiliki oleh
masyarakat Sekarang harus berorientasi pada integritas ekosistem dan diversitas spesies.
Dalam bab 2, topik pembahasan yang dijelaskan dalam buku ini adalah “ Ekonomi alam
”. Ekonomi sumberdaya alam yang diperkirakan telah ada di paruh pertama abad ke-19 dan
ekonomi lingkungan yang jauh lebih baru yang dikembangkan pada paruh kedua abad ke-20
cenderung diperlakukan sebagai disiplin ilmu ekonomi neo klasik yang terpisah dan otonom.
Kebutuhan praktis dunia global saat ini dan pengetahuan ilmiah yang berkembang berpendapat
bahwa kedua disiplin ini harus diperlakukan sebagai disiplin terpadu dan terintegrasi. Ekonomi
lingkungan fokus untuk bisa mengidentifikasi tingkat optimal dari suatu pencemaran
lingkungan dan menggunakan efisiensi ekonomi untuk melakukan perlindungan pada
lingkungan.
Didalam bab ini juga terdapat klasifikasi dan karakteristik sumber daya alam, dimana
sumber daya sendiri merupakan sumber yang memiliki nilai intrinsik mereka sendiri atau
bernilai untuk keberlanjutan jangka panjang dan digunakan oleh manusia. Terdapat beberapa
jenis dan karakteristik sumber daya alam, antara lain :
1. Sumber daya yang terbarukan
Sumberdaya yang dapat diperbarui adalah sumberdaya alam yang dapat disesuaikan
dengan berlalunya waktu, baik melalui reproduksi biologis atau proses alami lainnya
yang berulang. Sumberdaya terbarukan adalah bagian dari lingkungan alam dan
komponen-komponen ekosfer.
2. Sumber daya yang tidak terbarukan
Sumberdaya tidak terbarukan atau disebut juga sebagai sumberdaya yang terbatas
adalah sumberdaya yang tidak dapat memperbaharui dirinya pada tingkat yang
memadai untuk bisa diekstraksi untuk kepentingan ekonomi yang berkelanjutan guna
memenuhi kebutuhan manusia. Contohnya adalah bahan bakar berbasis karbon yang
berasal dari bahan organik. Bahan organik yang tertimbun dengan bantuan panas dan
tekanan, menjadi bahan bakar seperti minyak atau gas.
Dalam bab 3 topik pembahasan yang ada dalam buku ini adalah “ Eco-Analysis dan
Green Growth ”, dimana saat pelaksanaan kegiatan pasti terdapat dampak positif dan dampak
negatifnya, pada aspek ekonomi dampak positif dapat terlihat dengan adanya investasi yang
lebih ditekankan pada pemerintah secara umum dan masyarakat secara khusus (Kasmir, 2008).
Sedangkan dalam perhitungan investasi, modal, maupun efek dari usaha yang dilakukan tidak
lepas dari aspek-aspek ekonomi. Pembangunan dalam suatu proyek pasti membutuhkan adanya
dana untuk pengadaan tanah, peralatan, gedung, dan lain-lain, dana ini sering disebut sebagai
investasi proyek. Sedangkan, modal kerja adalah dana yang dibutuhkan apabila proyek yang
dilakukan telah selesai, yang terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap (Ibrahim, 2003).
Terdapat beberapa dampak aspek ekonomi dari adanya sebuah kegiatan pembangunan dan
investasi, antara lain (Kasmir, 2008):

1. Ekonomi rumah tangga di sekitar dapat meningkat


2. Dapat menggali, mengatur, dan menggunakan secara maksimal ekonomi sumberdaya alam
3. Ekonomi daerah dapat meningkat.
Analisis ekonomi memiliki berbagai peranan dalam perumusan kebijakan untuk
pembangunan dalam skala lokal maupun nasional, antara lain:
1. Fungsi pemerintah dalam perekonomian adalah untuk bisa menciptakan peluang pekerjaan
yang banyak tanpa menimbulkan inflasi pada negara, sehingga membutuhkan perpaduan
dari dua kebijakan negara yaitu kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.
2. Integrasi dari dua alat kebijakan ini berdasarkan pada analisis mikro dan makro ekonomi
untuk bisa memperkirakan besarnya dampak yang mungkin muncul setelah keputusan
dibuat.
Dalam bab ini dijelaskan juga bahwa Green Growth dinilai sangat penting untuk bisa
mengatasi tantangan dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan (Lee, 2011: World
Bank, 2012: ADB/ESCAP/UNEP, 2012, OECD, 2013). Menurut Wolrd Bank (2012) dan
OECD (2013), green growth sangat dibutuhkan dan dinilai sangat efisien secara ekonomi,
karena penting untuk negara-negara berkembang dapat meningkatkan keuntungan ekonomi
dan sosial yang signifikan. Secara umum, kebijakan Green Growth membawa faktor
lingkungan ke dalam keputusan ekonomi sehingga mulai muncul pertimbangan efisiensi
sumberdaya, mengubah sistem energi, menilai modal alami dalam kalkulus ekonomi, dan
menentukan eksternalitas lingkungan (Jouvet et al. 2013).
Dalam bab 4 topik pembahasan yang diberikan adalah “ Sejarah Pengelolaan dan
Perkembangan Lingkungan ”. Pengertian dari pengelolaan dan perkembangan lingkungan
sendiri adalah bidang yang menuntut pandangan multidisipliner dan memungkinkan integrasi
dari berbagai disiplin ilmu, agama, kelas, kelompok etnis, pandangan politik dan jenis kelamin
untuk bersama-sama mencari pendekatan yang terbaik untuk menyelesaikan masalah-masalah
penting. Pengelolaan dan perkembangan lingkungan sering berganti dari hanya sekedar
advokasi menjadi usaha yang benar-benar dilakukan untuk mencapai tujuan.
Pada umumnya lintas sejarah perkembangan pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia
dapat diuraikan menjadi tiga masa, yaitu Masa Arus Global pada tahun 1972, masa adanya
Komitmen Internasional, dan masa adanya Komitmen Nasional dalam pengelolaan lingkungan
hidup di Indonesia, serta Pasca Reformasi.
Sejak tahun 1970-an, pandangan yang semakin menarik perhatian adalah bahwa umat
manusia memiliki waktu yang terbatas untuk bisa melakukan perkembangan yang akan
menunjang kehidupan orang-orang di dunia tanpa batas waktu dengan kualitas hidup yang
memuaskan (Caldwell, 1977, Berger, 1987: Ghai & Vivian, 1992). Pengelolaan lingkungan
berusaha untuk bisa mencapai potensi dalam menjaga keseimbangan secara global, dan jika
memungkinkan, memperbaiki kesejahteraan masyarakat. Telah banyak studi yang menyatakan
bahwa akan ada sebuah krisis untuk umat manusia, dan bahwa manusia memiliki waktu yang
terbatas untuk bisa mendapatkan hak pengelolaan lingkungan sebelum Bumi yang merasa
terancam akan mengubah keadaannya menjadi tidak menguntungkan bagi manusia.
Peringatan tentang krisis tersebut didasarkan pada beberapa penyebab termasuk
pertumbuhan populasi, keserakahan, konsumerisme, 'kesalahan' etika pembangunan Barat,
ketidaktahuan, dan penggunaan teknologi yang ceroboh (Ehrlich & Ehrlich, 1990: Barkey,
2000). Namun, semua itu masih bergantung pada pembuat kebijakan baik untuk negara
berkembang maupun negara maju.

Ada berbagai reaksi terhadap masalah degradasi lingkungan:


1. Mengabaikan ancaman,
2. Melakukan advokasi untuk meninggalkan teknologi dan kembali ke cara yang
sederhana,
3. Menggunakan semua 'alat' yang tersedia, termasuk teknologi, pendidikan dan etika,
untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.

Dalam bab 5 topik pembahasannya merupakan “ Sejarah Pembangunan Berkelanjutan ”,


Pembangunan berkelanjutan dapat didefinisikan sebagai proses pembangunan yang dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan masa ini tetapi dengan tetap mempertahankan stabilitasnya untuk
memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang. Menurut Permana (2016), dapat disimpulkan
sebagai proses pembangunan yang memperhatikan aspek-aspek ekologi, ekonomi, sosial, dan
budayanya. Tujuan dari pembangunan berkelanjutan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan
manusia sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Pembahasan mengenai pembangunan berkelanjutan yang mulai dikenal oleh para ahli,
sehingga untuk lebih mengerucutkan tujuan dari pembangunan berkelanjutan, dilakukan
Konferensi Bumi oleh PBB atau United Nations' Earth Summit pada tahun 1992 di Rio de
Janerio. Menurut Todoror dan Marinova (2011), PBB menilai bahwa pembahasan
pembangunan berkelanjutan sangat penting sehingga muncul konferensi-konferensi lain yang
digagas oleh PBB untuk terus membahas pembangunan berkelanjutan seperti Millenium
Development Goals pada tahun 2000 dan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Dunia pada tahun
2002.
Pembangunan berkelanjutan sangat berkaitan dengan lingkungan yang ada, sehingga dapat
diartikan bahwa pembangunan berkelanjutan dalam setiap prosesnya harus selalu memandang
dan menggunakan lingkungan dengan bijaksana agar tetap bisa menjaga kelestariannya.
Menurut pada ahli dalam Rahmatullah (2015), terdapat beberapa kaidah dalam pembangunan
berkelanjutan antara lain :
1. Pemerataan dan keadilan (eguity and justice),
2. Keberlanjutan ekologis (ecological sustainability),
3. Keberlanjutan ekonomi (economic sustainability),
4. Keberlanjutan sosial budaya (social-culture sustainability),
5. Keberlanjutan politik (political sustainability),
6. Keberlanjutan pertahanan dan keamanan (defense ang security sustainability),
7. Pendekatan integratif, perspektif jangka panjang (long term perspective).
Dalam bab 6 di buku ini memiliki topik pembahasan yaitu “ Pendekatan Ekonomi ekologi
” . Ekonomi ekologi adalah suatu keseimbangan yang akan berperan dalam usaha berkelanjutan
untuk menyatukan antara teori ekonomi dan kebijakan dengan pengetahuan dari berbagai
bidang ilmu. Isu konseptual yang utama muncul dalam berbagai literatur untuk ekonomi
ekologi adalah nilai monisme, model aktor rasional, analisis marginal, perlakuan
ketidakpastian, peran efisiensi dalam kebijakan ekonomi, dan produksi sebagai bentuk Sosial
dan fisik. Ekonomi ekologi dimulai dengan konsep bahwa ekonomi harus berada dalam
keseimbangan material antara bahan baku yang memasuki proses dan limbah yang dihasilkan
(Ayres and Kneese, 1969, Boulding, 1966: Daly, 1977: Faber et al, 1996: Georgescu-Roegen,
1976: Mayumi, 2001). Alternatif yang dikembangkan dengan baik untuk mengetahui fungsi
produksi berdasarkan teori neoklasik adalah analisis 10.
Dengan melakukan pendekatan ekonomi ekologi, kita lebih bisa menganalisis bagaimana
cara mengefisiensikan, menstabilkan, serta memperhatikan equity nya dalam preferensi pasar
dan nilai sosial. Serta hal ini juga dapat digunakan untuk menganalisis berbagai rancangan
skenario kompleks dari perubahan ekonomi, sosial dan lingkungan yang ada di sekitarnya.
Dalam bab 7 membahas tentang “ keberlanjutan Dalam Ekonomi Ekologi ” . Ekonomi
ekologi
adalah suatu cabang studi yang mempelajari hubungan antara hubungan manusia dengan
alam. Dengan kata lain, studi yang mempelajari interaksi-interaksi yang terjadi pada sistem
ekonomi dan sistem ekologi. Para ahli dari ekonomi ekologi berpendapat bahwa pemahaman
ini sangat penting untuk para praktisi ekonomi. Ekonomi ekologi berdasarkan pada ide
mengenai bagaimana cara manusia menjalani kehidupannya dan termasuk dalam hubungan
antara manusia dan hewan pada lingkungan organik maupun anorganiknya. Terdapat dua poin
penting dalam mempelajari ekonomi ekologi, yang pertama adalah dalam hal ini banyak
melibatkan berbagai disiplin ilmu yang relevan.
Ekonomi terletak di dalam lingkungan, dan terjadi pertukaran energi dan bahan di
dalamnya. Untuk bisa mempertahankan hidupnya, manusia membutuhkan alam untuk
mengambil sumber energi. Pemenuhan kebutuhan manusia tanpa adanya interaksi dengan
alam sangat mustahil. Aktivitas ekonomi manusia sekarang sudah berskala global sehingga
semakin tinggi level dari interaksi dari pemasukan bahan-bahan limbah ke lingkungan, dan
hal tersebut mempengaruhi kinerja dan kestabilan ekosistem. Perubahan pada kualitas
lingkungan akan berpengaruh pada kemampuannya untuk bisa menyediakan bahan-bahan
atau servis untuk aktivitas ekonomi manusia. Lingkungan dan ekonomi adalah hal yang
saling ketergantungan, hal yang terjadi pada sistem ekonomi akan berpengaruh pada
lingkungan begitu pula sebaliknya.
Dalam Bab 8 topik pembahasan yang dibahas adalah “ Keberlanjutan dan
Pembangunan Berkelanjutan ”, Definisi dari pertumbuhan berbeda dengan pembangunan,
terutama dalam konteks ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah proses yang menyebabkan
adanya peningkatan perekonomian suatu wilayah sehingga bisa memenuhi kebutuhan
masyarakat yang nantinya berdampak pada kesejahteraan masyarakat tersebut. Sedangkan
Pembangunan berkelanjutan adalah langkah untuk bisa menyelaraskan, mengintegrasikan, dan
menyamaratakan aspek-aspek sosial budaya, ekonomi, dan lingkungan hidup. Keberlanjutan
adalah suatu proses untuk bisa menjaga kapasitas sistem ekonomi dan lingkungan agar mampu
terus memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia di masa yang akan datang.
Pembangunan berkelanjutan memiliki beberapa aspek sudut pandang didalamnya, antara
lain :
1. Sudut pandang ekonomi
2. Sudut pandang ekologi
3. Sudut pandang sosial
4. Sudut pandang secara keseluruhan
Banyak diskusi dan konsep yang muncul karena ada pluralitas tujuan dalam
mengkarakterisasi dan mengukur keberlanjutan. Sehingga untuk bisa mengurangi kebingungan
ini adalah dengan menerima perbedaan dalam terminologi, data dan metode yang berlaku
(Parris & Kates, 2003), dengan berbagai macam diskusi tentang ini, Pembangunan
berkelanjutan juga memiliki beberapa tantangan yang sering kali terkait dengan kriteria berikut
(Reid et al, 2010):
1. Perlunya koordinasi secara global .
2. Perlunya relevansi dengan pengambil keputusan.
3. Perlunya kerja sama untuk perkiraan kondisi lingkungan masa depan dan
konsekuensinya bagi manusia.
Bab 9 membahas tentang pertumbuhan ekonomi dan lingkungan hidup Seiring
perekonomian global yang mulai bangkit dari masa resesi, banyak pendapat yang menyatakan
bahwa harus ada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan bertahan lama. Pertumbuhan
ekonomi biasanya mengacu pada kenaikan tingkat jumlah barang dan jasa yang dihasilkan,
seperti yang terhitung dalam Produk Domestik Bruto (PDB). Sementara PDB dan model
perhitungan serupa lainnya mencerminkan nilai barang dan layanan yang diberikan dengan
melihat pasar, namun masih banyak pengecualian lain yang tidak diberikan melalui pasar
namun tetap berkontribusi terhadap kesejahteraan secara keseluruhan. Misalnya, kegiatan
sukarela dan tidak dibayar atau bekerja di dalam rumah, dan banyak jasa layanan yang
disediakan oleh lingkungan untuk memfasilitasi kegiatan ekonomi.
Terdapat hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan kualitas lingkungan, dan terdapat
hal yang mampu mendorong munculnya hal tersebut. Hal tersebut adalah sebagai berikut.
1. Kurva Lingkungan Kuznets (Environmental Kuznet's Curve)
2. Pendekatan Alternatif Hubungan Ekonomi Lingkungan
3. Penggerek Hubungan Ekonomi dan Lingkungan
Bab 10 di buku ini menjelaskan tentang instrument kebijakan lingkungan, Lingkungan
dapat dimanfaatkan oleh siapa saja karena lingkungan adalah barang publik. Namun tetap
masing-masing pribadi memiliki tanggung jawab dalam penggunaannya, sehingga perlu
adanya dukungan dari pemerintah untuk terlaksananya hal tersebut. Untuk mengatasi hal
tersebut maka instrumen yang dapat digunakan adalah instrumen perintah dan instrumen
pengawasan (command & control) serta economic incentives. Ekonomi berwawasan
lingkungan adalah hal positif yang dapat dirasakan oleh semua pihak antar generasi. Karena
selama ini banyak kritik yang menyatakan bahwa ekonomi yang ada masih belum berpihak
kepada lingkungan. Bahkan proses produksi banyak mendorong pada terdegradasinya lahan
yang ada di alam. Hal ini dikarenakan pada mulanya ekonomi tidak membicarakan masalah
lingkungan, karena lingkungan dianggap sebagai faktor luar dan sebagai barang bebas.
Terdapat beberapa jenis instrumen ekonomi yang digunakan untuk menunjang
keberlanjutan dari lingkungan. Instrumen ini biasanya dibuat oleh pemerintah dari suatu
negara, dan memiliki kemungkinan kecil untuk bisa sama dengan negara yang lainnya, karena
kondisi sumberdaya setiap negara berbeda. Berikut adalah tipe-tipe instrumen ekonomi:
1. Biaya emisi atau pajak
2. Biaya penggunaan
3. Biaya produk atau pajak yang diterapkan pada harga produk yang menciptakan
polusi saat proses produksinya,
4. Biaya administrasi atau biaya yang biasanya dirancang untuk membantu mendanai
lisensi atau sistem pemantauan lisensi.
5. Perdagangan emisi
6. Sistem pengembalian dana (deposit-refund systems)
7. Subsidi
Bab 11 dalam buku ini membahas tentang perdagangan internasional dan lingkungan.
Pada tahun 1970 masyarakat Internasional mulai mengkhawatirkan dampak dari perdagangan
Internasional dalam konteks ekonomi dalam pembangunan sosial dan masalah lingkungan
hidup. Perdagangan Internasional memiliki dampak yang cukup parah untuk negara-negara
yang sedang berkembang atau negara dengan tingkat ekonomi yang rendah, yaitu munculya
hutang luar negeri karena proses ekspor dan impor. Hutang ini memaksa negara untuk terus
melakukan eksploitasi terhadap sumberdaya alam yang ada di negaranya untuk bisa melunasi
hutang luar negerinya.
Antara negara maju dan berkembang terjadi kesenjangan dalam hal pengelolaan
lingkungan, hal ini dikarenakan perbedaan teknologi, kualitas sumberdaya manusia, dan
tingkat pendapatan masyarakat. Pada masa ini tidak boleh hanya berharap pada sektor impor
dan ekspor untuk membangun perekonomian negaranya. Seharusnya, negara berkembang yang
memiliki sumberdaya alam yang melimpah yang biasa dijadikan sebagai eksportir hasil
buminya mampu mengelola sumberdaya alamnya secara mandiri dan lebih baik.
Pada September 1986 setelah adanya deklarasi Punta del Este (Putaran Paraguay)
banyak negara di dunia mengikuti perundingan untuk menuju liberasi perdagangan dunia yang
lebih terarah dan imbang. Sistem yang mengatur hal ini adalah GATT (General Agreement on
Tariffs and Trade) yang bertujuan agar negara-negara maju mulai memberikan bantuan berupa
teknologi dan pengetahuan kepada negara-negara berkembang (Kartadjoemena, 1997).
Keikutsertaan Indonesia dalam GTT memberikan dampak yang cukup signifikan walaupun
perekonomian Indonesia telah mengalami reformasi pada tahun 1983.
Dalam perdagangan Internasional tentu terdapat prinsip hukum yang berguna untuk
mengatur dan memperlancar perdagangan internasional, Hal ini didukung oleh Aleksandar
Goldsajn, seorang guru besar dalam bidang hukum yang menyatakan bahwa prinsip-prinsip
dalam perdagangan Internasional didasarkan pada prinsip umum di dunia, sehingga seolah-
olah prinsip perdagangan Internasional dapat diterima oleh semua sistem hukum di setiap
negara di dunia. Prinsip hukum perdagangan internasional antara lain :
1. Prinsip dasar kebebasan berkontrak
2. Prinsip Dasar Pacta Sunt Servanda
3. Prinsip dasar penyelesaian sengketa dengan Arbitrase
4. Prinsip Dasar Kebebasan komunikasi.

Bab 12 dalam buku ini berisi tentang equity, Equity berbicara mengenai keadilan, Ini
adalah keyakinan bahwa ada hal-hal tertentu yang harus dimiliki setiap orang, bahwa ada
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, bahwa tanggung jawab dan upah tidak boleh terlalu
berbeda disemua lapisan masyarakat, dan bahwa politik harus dirancang untuk mendorong
keberpihakan, bukan untuk . mendukung dan menjunjung tinggi kejujuran dan keadilan. Secara
lebih khusus, hal ini menunjukkan bahwa bagi seseorang yang memiliki pendapatan yang
minim, kualitas lingkungan yang ada dapat terus mendukung kehidupannya di masa
mendatang. Dalam sebuah komunitas, misalnya, ini berarti bahwa setiap orang harus memiliki
akses yang sama terhadap sumber daya dan tidak ada individu atau kelompok orang yang harus
menanggung beban lingkungan yang lebih besar daripada komunitas lainnya. Ada kesepakatan
umum bahwa keadilan mensyaratkan keadilan dalam distribusi keuntungan dan kerugian dan
hak semua orang atas kualitas dan standar hidup yang memadai. Konsep keadilan berakar kuat
dalam hukum internasional. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa
pengakuan atas nilai dan kesetaraan yang melekat tidak dapat diambil dari manusia karena itu
adalah dasar dari kebebasan, keadilan dan perdamaian. Kesetaraan antar generasi adalah
konsep bahwa orang berbagi lingkungan alam dan budaya yang sama dengan generasi sekarang
dan generasi lain, masa lalu dan masa depan. Artinya kita mewarisi tanah dari generasi
sebelumnya dan harus kita wariskan kepada generasi mendatang dalam keadaan sehat.
Dan pada bab terakhir pada buku ini, yaitu bab 13. Topik yang dibahas pada bab ini
adalah isu dalam ekonomi ekologi dan pembangunan berkelanjutan, di bab hal-hal tentang isu
yang terjadi dalam ekonomi ekologi dan pembangunan berkelanjutan dijelaskan secara
terperimci, misalnya Konferensi yang dilakukan di Stockholm pada tahun 1972 oleh PBB
mengangkat isu dunia terhadap lingkungan hidup. Dalam bab ini dijelaskan juga bahwa
beberapa negara yang menerapkan ecology, economy, dan eguity seperti Swedia, Denmark,
Finlandia, German, dan masi banyak lagi. Konsep E3 (Ecology, Economy, dan Eguity) untuk
mewujudkan SDG atau Sustainable Development Goal. Sustainable Development Goal adalah
suatu agenda universal dari pemerintah dunia yang memerintahkan suatu negara untuk
membuat strategi yang holistik dengan mengkombinasikan antara pertumbuhan ekonomi,
sosial, dan keberlanjutan dari lingkungan. Berdasarkan dari SDG ini, nantinya akan ada
beberapa lembaga yang menilai mengenai index tercapainya SDG dari setiap negara di dunia.

Anda mungkin juga menyukai