Pada bab ini penulis memberikan contoh sebuah sistem ekonomi dan sumberdaya
alam yang dikemukakan oleh Tietenberg (2006). Pada contoh yang diberikan, penulis
menguraikan tentang bagaimana input dari alam yang kemudian diproses oleh sistem
ekonomi yang berada di lingkungan alam.
Bab ini menunjukan bagaimana peran green growth dalam sebuah pembangunan
dan perkembangan di sebuah negara berkembang maupun dalam skala internasional.
Penelitian milik Lockwood (1999) menunjukan macam-macam orientasi ekonomi
terhadap sumberdaya alam. Penulis memberikan contoh penelitian milik Lockwood agar
para pembaca dapat membedakan dua rentang orientasi dengan nilai yang lebih luas.
Konsep pembangunan berkelanjutan sudah ada sejak lama yaitu sekitar tahun
1798 oleh Malthus yang saat itu khawatir dengan ketersediaan lahan di Inggris akibat dari
menigkatnya jumlah penduduk dengan pesat. Kemudian pada tahun 1987, WCED yang
dinaungi oleh PBB merilis penelitian yang berisi berbagai konsep tentang pembangunan
berkelanjutan. Selanjutnya PBB melaksanakan berbagai konferensi yang membahas
tentang pembangunan berkelanjutan seperti KTT Rio De Janeiro (1992), Protokol Kyoto
(1997), dan KTT Yohanesburg (2002).
Di Indonesia sendiri, pada tahun 1978 melalui GBHN, memasukan arah dari
kebijakan pembangunan yang memperhatikan aspek lingkungan hidup pada setiap
prosesnya. Seiring berjalannya waktu, Indonesia juga mulai memberlakukan aspek-aspek
yang memiliki tujuan pelestarian kemampuan pembaruan dalam pengelolaan sumberdaya
alam. Hingga pada 2016, Indonesia mempunyai langkah-langkah untuk nantinya
diterapkan pada pembangunan berkelanjutan.
Pada Bab 6, penulis menjabarkan pilar utama dan isu-isu yang penting untuk
keberadaan teori neoklasik yang digunakan untuk mengatasi masalah lingkungan dan
sosial di dalamnya dan beberapa alternative pendekatan lainnya.
Bab 8 ini penulis membagikan tentang konsep berkelanjutan serta hambatan atau
tantangan apa saja untuk sebuah pembangunan berkelanjutan. Penulis juga mengutip
penelitian milik Reid et al, 2010 untuk memperjelas kriteria tentang tantangan kemajuan
dalam pembangunan berkelanjutan. Penulis juga menyebutkan terbitan penting berjudul
Our Common Future oleh World Commission on Future yang menggambarkan tingkat
kemiskinan dan berbagai ancaman terhadap keberlanjutan.
Pertumbuhan ekonomi mengacu pada kenaikan tingkat jumlah barang dan jasa
yang dihasilkan, seperti yang terhitung dalam Produk Domestik Bruto (PDB). Stevenson
& Wolfers (2008) mengatakan bahwa terdapat korelasi antara kenaikan PDB dengan
kenaikan kesejahteraan pada masyarakat negara maju maupun negara berkembang.
Terdapat juga hubungan pertumbuhan ekonomi dengan lingkungan.
Pada Bab ini penulis memberikan contoh hasil penelitian yaitu tentang Kurva
Lingkungan milik Kuznets yang terdapat pada Kasten (2015). Kurva ini menjelaskan
bahwa seiring kenaikan PDB perkapita, demikian pula degradasi lingkungan. Namun, di
luar titik tertentu, peningkatan PDB perkapita menyebabkan pengurangan kerusakan
lingkungan.
Kajian pada bab ini bermanfaat untuk mengtahui instrumen ekonomi beserta
kriterianya, tipe instrument ekonomi, dan keuntungan dari instrument ekonomi.
Bab ini bermanfaat untuk mengetahu betapa pentingnya kesetaraan atau keadilan
dalam masyarakat. Tidak peduli dari masyarakat bawah atau bukan, keadilan untuk
mendapatkan kehidupan yang lebih sejahtera di masa kini maupuan di generasi
mendatang sangat penting. Terutama terkait keadilan memiliki kondisi lingkungan yang
sama di masa kini dan masa depan.
BAB 13: Isu dalam Ekonomi Ekologi dan Pembangunan Berkelanjutan.
Pada ekonomi ekologi area sumberdaya alam yang dijadikan sumber bahan
produksi makin tahun makin langka keberadaannya. Membuat terjadinya kelangkaan
pada modal alam dan masyarakat berpandangan bahawa dapat diganti dengan modal
buatan manusia sendiri. Pada pembangunan berkelanjutan, aktivitas manusia semakin
lama semakin meningkat yang tentu saja berdampak pada bertambahnya masalah-
masalah sosial dan lingkungan hidup. Apabla tidak cepat diselesaikan, maka dapat
menghambat adanya pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Pada bab terakhir ini, penulis memberikan contoh negara-negara yang sudah
menerapkan Ecology, Economy, dan Equity. Penulis mengambil data yang ada pada Sachs
et al, (2018) yang dimana pada tabel yang tertera terlihat negara Swedia menjadi negara
dengan keberhasilan SDG atau Sustainable Development Goal tertinggi.