Anda di halaman 1dari 8

Mengulas Buku Ecology, Economy, Equity

(Sebuah Upaya Penyeimbang Ekologi dan Ekonomi)


Oleh Rita Parmawati

Muhammad Restu Putra Laksana


NIM: 215030801111033

Tugas Ujian Tengah Semester 4


Mata Kuliah Analisis Dampak Pariwisata
Program Studi Pariwisata
Fakultas Ilmu Administrasi
Identitas Buku:
Judul Buku : Ecology, Economy, Equity (Sebuah Upaya Penyeimbangan
Ekologi dan Ekonomi)
Penulis : Rita Parmawati
Jumlah Halaman : 191
Tahun Terbit : 2018
Penerbit : UB Press

BAB 1: Keseimbangan dalam Ekonomi Ekologi


Ekologi merupakan sebuah ilmu yang menjelaskan secara ilmiah dan studi
hubungan antara organisma dan lingkungan sekitarnya. Ekonomi dijelaskan sebagai
domain sosial yang cenderung berbentuk praktik di lapangan, wacana, dan pokok
bahasannya terkait dengan produksi, penggunaan, dan pengelolaan sumberdaya
(Paul,2015). Ekuitas berbicara tentang keadilan yang harus ada dalam diri manusia untuk
dibawa dalam kehidupan bermasyarakat.

Kajian keselarasan ekonomi ekologi ini bermanfaat untuk mengetahui pentingnya


sebuah keberlanjutan. Melalui buku ini penulis menyebutkan adanya tiga pilar
keberlanjutan (The Three E’s of Sustainability) yang sangat penting untuk keberlanjutan
pembangunan dan sumber daya alam untuk generasi yang akan datang.

BAB 2: Ekonomi Alam


Ekonomi sumber daya alam secara keseluruhan menjelaskan pemanfaatan
sumber daya alam secara rasional dan ekonomis. Secara garis besar sumberdaya alam
terbagi menjadi dua yaitu terbarukan dan tidak terbarukan. Sumberdaya juga dibagi
berdasarkan awal mulanya yaitu biotik dan abiotik. Pada segi substansinya, hubungan
antara lingkungan dan ekonomi masih sangat kurang. Hanya muncul beberapa asumsi
dari para peniliti yang menyebutkan bahwa lingkungan menyediakan manusia dengan
berbagai fungsi dan layanan yang bernilai ekonomis.

Pada bab ini penulis memberikan contoh sebuah sistem ekonomi dan sumberdaya
alam yang dikemukakan oleh Tietenberg (2006). Pada contoh yang diberikan, penulis
menguraikan tentang bagaimana input dari alam yang kemudian diproses oleh sistem
ekonomi yang berada di lingkungan alam.

BAB 3: Eco-Analysis dan Green Growth


Dalam sebuah proyek yang menggunakan analisis ekonomi, aspek ekonomi dan
manfaat sosial adalah dua hal enting yang harus diperhatikan. Sebuah kegiatan akan dapat
dikatakan layak dalam pelaksanaannya apabila aspek aspek dalam uji kelayakan
terpenuhi. Terdapat juga instrumen untuk mengevaluasi sasaran dan kebijakan untuk
sasaran lingkungan yaitu Cost Effectiveness Analysis dan Cost Benefit Annalysis. Dalam
meningkatkan keuntungan ekonomi terutama bagi negara berkembang, Green Growth
sangat berperan dan dinilai sangat penting.

Bab ini menunjukan bagaimana peran green growth dalam sebuah pembangunan
dan perkembangan di sebuah negara berkembang maupun dalam skala internasional.
Penelitian milik Lockwood (1999) menunjukan macam-macam orientasi ekonomi
terhadap sumberdaya alam. Penulis memberikan contoh penelitian milik Lockwood agar
para pembaca dapat membedakan dua rentang orientasi dengan nilai yang lebih luas.

BAB 4: Sejarah Pengelolaan dan Perkembangan Lingkungan


Pengelolaan dan perkembangan lingkungan adalah bidang yang menuntut
pandangan multidisipliner dan memungkinkan integrasi dari berbagai disiplin ilmu,
agama, kelas, kelompok etnis, pandangan politik dan jenis kelamin untuk bersama-sama
mencari pendekatan yang terbaik untuk menyelasaikan masalah-masalah penting. Pada
sejarahnya di Indonesia, perkembangan dan pengelolaan lingkungan hidup terbagi dalam
tiga masa yaitu Masa Arus Global (1972), Masa Komitmen Internasional, dan Masa
Nasional. Adapun aspek-aspek kelembagaan lingkungan hidup di Indonesia meliputi
instansi pemerintah, LSM, perangkat hukum, dan peraturan perundang-undangan serta
rancangan kegiatan. Kementrian disini berperan untuk mengawasi instrumen dan
lembaga-lembaga tersebut.

Kajian ini bermanfaat untuk mengetahui tentang sejarah pengelolaan dan


perkembangan lingkungan hidup pada lingkup internasional maupun sejarahnya
perkembangannya di Indonesia. Selain itu, penulis ingin pembaca mengetahui tentang
aspek kelembagaan lingkungan hidup yang ada di Indonesia. Lebih lanjut, penulis
mengutip konsep tentang pembangunan berkelanjutan yang bermanfaat untuk mencegah
bencana di masa depan dan bermanfaat untuk memperbaiki mata pencaharian. Penulis
mengutip konsep yang dipopulerkan oleh The Brundtland Report.

BAB 5: Sejarah Pembangunan Berkelanjutan


Pembangunan berkelanjutan dapat didefinisikan sebagai proses pembangunan
yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masa ini tetapi dengan mempertahankan
stabilitasnya untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang. Permana (2016),
menyimpulkan bahwa pembangunan berkelanjutan merupakan proses pembangunan
yang memperhatikan aspek-aspek ekologi, ekonomi, sosial, dan budayanya. Dipoyuda
(1982) menyatakan ada lima komponen utama dalam perencanaan strategi untuk
menciptakan kesejahteraan melalui pembangunan berkelanjutan Interaksi yang terjadi
antara seluruh komponen tersebut akan menciptakan pembangunan yang seimbang dan
ideal.

Konsep pembangunan berkelanjutan sudah ada sejak lama yaitu sekitar tahun
1798 oleh Malthus yang saat itu khawatir dengan ketersediaan lahan di Inggris akibat dari
menigkatnya jumlah penduduk dengan pesat. Kemudian pada tahun 1987, WCED yang
dinaungi oleh PBB merilis penelitian yang berisi berbagai konsep tentang pembangunan
berkelanjutan. Selanjutnya PBB melaksanakan berbagai konferensi yang membahas
tentang pembangunan berkelanjutan seperti KTT Rio De Janeiro (1992), Protokol Kyoto
(1997), dan KTT Yohanesburg (2002).

Di Indonesia sendiri, pada tahun 1978 melalui GBHN, memasukan arah dari
kebijakan pembangunan yang memperhatikan aspek lingkungan hidup pada setiap
prosesnya. Seiring berjalannya waktu, Indonesia juga mulai memberlakukan aspek-aspek
yang memiliki tujuan pelestarian kemampuan pembaruan dalam pengelolaan sumberdaya
alam. Hingga pada 2016, Indonesia mempunyai langkah-langkah untuk nantinya
diterapkan pada pembangunan berkelanjutan.

Kajian Bab ini penulis memberikan contoh Model pembangunan berkelanjutan


yang dikemukakan oleh Miller (2017). Dimana pada model milik Miller tersebut
pembangunan berkelanjtan memiliki tiga komponen utama yaitu ekonomi, sosial, dan
lingkungan. Ketiga komponen tersebut saling berhubungan dengan satu sama lain yang
dikedepannya dapat menciptakan keseimbangan dan berkelanjutan.

BAB 6: Pendekatan Ekonomi dan Ekologi


Ekonomi ekologi adalah suatu keseimbangan yang akan berperan dalam usaha
berkelanjutan untuk menyatukan antara teori ekonomi dan kebijakan dengan pengetahuan
dari berbagai bidang ilmu. Isu konseptual yang utama muncul dalam berbagai litelatur
untuk ekonomi ekologi adalah nilai monism, model actor rasional, analisis marginal,
perlakuan ketidakpastian, peran efisiensi dalam kebijakan ekonomi, dan produksi sebagai
bentuk sosial dan fisik.

Pada Bab 6, penulis menjabarkan pilar utama dan isu-isu yang penting untuk
keberadaan teori neoklasik yang digunakan untuk mengatasi masalah lingkungan dan
sosial di dalamnya dan beberapa alternative pendekatan lainnya.

BAB 7: Keberlanjutan dalam Ekonomi Ekologi


Ekonomi ekologi adalah suatu cabang studi yang mempelajari interaksi-interaksi
yang terjadi pada sistem ekonomi dengan sistem ekologi. Secara sederhana, ekonomi
ekologi ini menjabarkan tentang bagaimana manusia dalam memenuhi kebutuhannya
selalu bergantung dan melakukan interaksi dengan alam disekitarnya. Sifat sumberdaya
alam yang bersifat terbatas ini menyebabkan manusia mau tidak mau harus memikirkan
keberlanjutan atau kelestarian lingkungan sekitarnya agar dapat dinikmati oleh generasi
penerusnya. Pembangunan berkelanjutan pada akhirnya memiliki dasar bagaimana untuk
mensejahterakan generasi masa kini dan menjamin kesejahteraan generasi mendatang.

Pembangunan berkelanjutan hanya dapat terlaksana dengan baik apabila dalam


prosesnya memperhatikan kompone-komponen lingkungan. Sebaliknya, apabila suatu
pembangunan perekonomian akan gagal apabila tidak memperhatikan komponen
lingkungan atau ekologi. Apabila tidak memperhatikan unsur lingkungan, maka bukan
tidak mungkin bahwa di masa depan, masyarakat dipertanyakan kesehjateraannya
dikarenakan sumberdaya alam atau lingkungan disekitarnya telah rusak. Padahal dengan
memperhatikan konsep dasar ekologi, maka akan timbul juga sebuah perekonomian yang
berkelanjutan.
Pada Bab 7 ini penulis menjelaskan bahwa ilmu ekonomi ekologi ini merupakan
ilmu transdisipliner yang masih relative baru. Dengan pendekatan transdisipliner dan
mengintegritaskan ilmu ekonomi dengan ekologi pada pandangan klasik, maka akan
mempermudah para peneliti untuk melihat dampak dari kegiatan ekonomi pada alam.

BAB 8: Keberlanjutan dan Pembangunan Berkelanjutan


Dalam konteks ekonomi, pertumbuhan dan pembangunan berbeda. Pada
pertumbuhan ekonomi terjadi peningkatan perekonomian di suatu wilayah sehingga
kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. Sedangkan pembangunan ekonomi adalah suatu
hal yang dimensional dan bersifat dinamis yang diakibatkan oleh pertumbuhan
masyarakat yang pesat dan diikuti oleh pertumbuhan teknologi. Tadarjo (2008)
menyebutkan bahwa terdapat tiga inti dari pembangunan yaitu pangan, penghargaan diri,
dan bebas dari perbudakan. Dalam konsepnya, pembangunan berkelanjutan adalah
langkah untuk bisa menyelaraskan, menghubungkan, dan menyamaratakan seluruh aspek
yang ada di masyarakat termasuk aspek lingkungan hidup.

Aspek dalam pembangunan berkelanjutan meliputi: melalui sudut pandang


ekonomi, sudut pandang ekologi, sudut pandang sosial, dan sudut pandang secara
keseluruhan. Karakteristik sebuah keberlajutan dapat dilaksanakan dan dievaluasi sesuai
dengan karakteristik daerah masing-masing. Mulai dari Internasional, regional, dan
nasional. Pada tingkatan yang berbeda, tentu saja sebuah keberlanjutan tidak akan sama.
Namun pada intinya keberlajutan memiliki tujuan yang sama yaitu tujuan yang berjangka
panjang.

Bab 8 ini penulis membagikan tentang konsep berkelanjutan serta hambatan atau
tantangan apa saja untuk sebuah pembangunan berkelanjutan. Penulis juga mengutip
penelitian milik Reid et al, 2010 untuk memperjelas kriteria tentang tantangan kemajuan
dalam pembangunan berkelanjutan. Penulis juga menyebutkan terbitan penting berjudul
Our Common Future oleh World Commission on Future yang menggambarkan tingkat
kemiskinan dan berbagai ancaman terhadap keberlanjutan.

BAB 9: Pertumbuhan Ekonomi dan Lingkungan Hidup


Seiring pertumbuhan ekonomi global yang mulai melaju pesat sejak masa resesi,
banyak pendapat yang menyatakan bahwa dalam prosesnya pertumbuhan ekonomi harus
memperhatikan keberlanjutan dan bertahan lama. Disini lingkungan sebagai kunci utama
dalam perekonomian karena lingkungan atau alam berperan sebagai penyedia bahan
proses produksi yang terjadi di kehidupan setiap hari manusia. Lingkungan juga berperan
penting untuk kesejahteraan manusia yaitu dengan menyediakan kesempatan untuk
rekreasi, meningkatkan taraf kesehatan dan lain sebagainya.

Pertumbuhan ekonomi mengacu pada kenaikan tingkat jumlah barang dan jasa
yang dihasilkan, seperti yang terhitung dalam Produk Domestik Bruto (PDB). Stevenson
& Wolfers (2008) mengatakan bahwa terdapat korelasi antara kenaikan PDB dengan
kenaikan kesejahteraan pada masyarakat negara maju maupun negara berkembang.
Terdapat juga hubungan pertumbuhan ekonomi dengan lingkungan.

Pada Bab ini penulis memberikan contoh hasil penelitian yaitu tentang Kurva
Lingkungan milik Kuznets yang terdapat pada Kasten (2015). Kurva ini menjelaskan
bahwa seiring kenaikan PDB perkapita, demikian pula degradasi lingkungan. Namun, di
luar titik tertentu, peningkatan PDB perkapita menyebabkan pengurangan kerusakan
lingkungan.

BAB 10: Instrumen Kebijakan Lingkungan


Instrumen kebijakan ekonomi dalam pembiayaan pengelolaan secara khusus
dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: kebijakan intensif dan subsidi, kebijakan disinsentif,
pajak, dan retribusi, serta kebijakan penentuan harga dari sumberdaya. Kebijakan
lingkungan mulai berevolusi sejak awal 1970 an di negara-negara anggota OECD. Lalu
muncul prinsip Polluter Pays Principle atau PPP. Prinsip ini didefinisikan sebagai
perusahaan atau perseorangan yang mengeluarkan limbah yang menjadi pencemar
lingkungan harus menanggung biaya untuk melaksanan tidakan pencegahan dan
pengendalian polusi.

Umumnya pada kerangka undang-undang, bahan pencemar ditentukan


dampaknya melalui peraturan tertentu yang sudah sesuai dengan empat standar yang ada.
Pada hal ini, peraturan untuk perlingdungan lingkungan memiliki keuntungan dan
kelemahan.

Kajian pada bab ini bermanfaat untuk mengtahui instrumen ekonomi beserta
kriterianya, tipe instrument ekonomi, dan keuntungan dari instrument ekonomi.

BAB 11: Perdagangan Internasional dan Lingkungan


Pada era ini perekonomian yang digunakan merupakan perekonomian yang
terbuka dimana aktivitas yan dilakukan berhubungan dengan dunia internasional.
Perdagangan internasional memiliki dampak yang cukup parah untuk negara-negara
berkembang yang dimana seringkali negara-negara berkembang ini memiliki hutang luar
negeri. Hutang ini memaksa negara untuk terus melakukan eksploitasi sumberdaya
lingkungan yang ada di negaranya untuk nantinya digunakan untuk melunasi hutang luar
negeri mereka. Pada perkembangannya, banyak negara di dunia yang telah mengikuti
perundingan untuk menuju perdagangan internasional yang lebih terarah dan imbang.

Adapun menurut Adolf (2005), prinsip dari perdagangan internasional dapat


dibagi menajdi empat yaitu, prinsip dasar kebebasan berkontrak, prinsip dasar Pacta Sunt
Servanda, prinsip dasar penyelasaian sengketa dengan Arbitrase, dan prinsip dasar
kebebasan komunikasi. Terlepas dari hukum yang berlaku, untuk dapat mencapai
perdangan internasional yang lebih baik dan tetap menjaga kelestarian lingkungan secara
global maka WTO perlu membuat sebuah pedoman dalam pelaksanaannya.

BAB 12: Equity


Equity berbicara tentang keadilan yang lahir dari konsep keadilan sosial. Hal ini
secara khusus menunjukan apabila ada yang memiliki tingkat pendapatan minimum,
namun kualitas lingkungan yang ada tetap dapat mendukung kehidupannya di masa yang
akan datang. Selanjutnya ada hubungan antara kekayaan dan kesejahteraan. Terdapat
kepercayaan bahwa orang-orang yang tidak daoat memastikan syarat dasarnya untuk bisa
bertahan hidup cenderung berada pada kondisi yang relatif tidak bahagia. Lalu keinginan
untuk meningkatkan peran pendidikan. Melalui pendidikan maka penegtahuan mengenai
kesejahteraan jangka panjang akan tersampaikan di masyarakat dengan baik sehingga
dapat mencegah bencana masa depan termasuk bencana ekologis.

Pemahaman mengenai lingkungan juga dibutuhkan oleh kesadaran konsumen


atau masyarakat. Pengetahuan lingkungan harus mencakup informasi tentang bagaimana
menjalani keberlanjutan, hal ini termasuk diskusi mengenai nilai-nilai pribadi dan sosial
yang terlibat dalam keberlanjutan.

Bab ini bermanfaat untuk mengetahu betapa pentingnya kesetaraan atau keadilan
dalam masyarakat. Tidak peduli dari masyarakat bawah atau bukan, keadilan untuk
mendapatkan kehidupan yang lebih sejahtera di masa kini maupuan di generasi
mendatang sangat penting. Terutama terkait keadilan memiliki kondisi lingkungan yang
sama di masa kini dan masa depan.
BAB 13: Isu dalam Ekonomi Ekologi dan Pembangunan Berkelanjutan.
Pada ekonomi ekologi area sumberdaya alam yang dijadikan sumber bahan
produksi makin tahun makin langka keberadaannya. Membuat terjadinya kelangkaan
pada modal alam dan masyarakat berpandangan bahawa dapat diganti dengan modal
buatan manusia sendiri. Pada pembangunan berkelanjutan, aktivitas manusia semakin
lama semakin meningkat yang tentu saja berdampak pada bertambahnya masalah-
masalah sosial dan lingkungan hidup. Apabla tidak cepat diselesaikan, maka dapat
menghambat adanya pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

Pada bab terakhir ini, penulis memberikan contoh negara-negara yang sudah
menerapkan Ecology, Economy, dan Equity. Penulis mengambil data yang ada pada Sachs
et al, (2018) yang dimana pada tabel yang tertera terlihat negara Swedia menjadi negara
dengan keberhasilan SDG atau Sustainable Development Goal tertinggi.

Anda mungkin juga menyukai