Anda di halaman 1dari 13

Mengulas Buku: Ecology, Economy, Equity

(Sebuah Upaya Penyeimbangan Ekologi dan Ekonomi)

Penulis: Rita Parmawati

Diulas oleh: Bintang Pranindia Istiqomah

Program Studi Pariwisata

Fakultas Ilmu Administrasi

Universitas Brawijaya

2023
Informasi Umum:

• Judul Buku: Ecology, Economy, Equity: Sebuah Upaya Penyeimbangan Ekologi


dan Ekonomi
• Penulis: Rita Parmawati
• Penerbit: UB Press
• Cetakan I: September 2018
• Cetakan II: Februari 2021
• Tebal: 191 halaman
• Ukuran: 15,5 cm x 23,5 cm

Buku Ecology, Ecology, Economy, Equity (Sebuah Upaya Penyeimbangan Ekologi dan
Ekonomi) terdiri dari 13 bab yang menjelaskan tentang konsep dasar dari tiga pilar
pembangunan, pembangunan berkelanjutan, dan isu-isu dari pembangunan yang ada di
Indonesia, bahkan di dunia. Secara singkatnya, dengan adanya integrasi dari ketiga pilar
tersebut dapat menjadi langkah utama suatu negara untuk menuju pembangunan yang
berkelanjutan.

Bab I mengenai Keseimbangan dalam Ekonomi Ekologi

Ekologi merupakan studi analisis ilmiah antara organisme dan lingkungan.


Interaksi ini antara organisme satu sama lain, komponen biotik lainnya, dan komponen
abiotik di lingkungannya. Ekologi tidak dapat terpisah dari kehidupan manusia. Semua
organisme dan sumber daya akan berinteraksi untuk mengatur proses bekerja antara
komponen biotik dan abiotik di bumi.

Ekonomi merupakan pengalokasian sumber daya yang memiliki alternatif


penggunaan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia yang tidak terbatas.
Maka dari itu, sumber daya yang semakin terbatas harus dimanfaatkan dengan sebaik-
baiknya untuk mempertimbangkan jangka waktu panjang dan kegiatan produksi yang
berwawasan lingkungan secara berkelanjutan.

Equity merupakan suatu prinsip utama dalam pembangunan berkelanjutan guna


terbentuknya keadilan antara keuntungan dan kerugian akibat pembangunan. Apabila
tidak adanya ekuitas, maka dapat menyebabkan degradasi lingkungan. Setiap manusia
berhak mendapatkan standar hidup dan kualitas yang sama. Apabila ada kesenjangan
sosial di kehidupan masyarakat, maka akan menimbulkan kecemburuan sosial. Hal ini
dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.

Hubungan ekonomi dan ekologi dapat disebut sebagai interaksi antara manusia
dan alam. Ekonomi sebagai sebuah sistem tunggal dan ekologi sebagai keseluruhan alam
(bumi). Perekonomian terletak di lingkungan dan terjadi pertukaran energi dan barang di
dalamnya. Tidak mungkin jika manusia dapat memenuhi kebutuhan hidup tanpa
berhubungan dengan alam. Manusia akan menghasilkan barang berguna yang berasal dari
alam untuk memenuhi kebutuhan ekonominya.

Keberlanjutan merupakan suatu kapasitas untuk mempertahankan keadaan yang


berpotensi dalam ekonomi, ekologi, politik, dan sosial jangka panjang. Dalam sistem
keberlanjutan terdapat tiga pilar Sustainable Development. Keberlanjutan sistem
ekonomi harus dapat memproduksi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Keberlanjutan sistem ekologi harus mampu mempertahankan dan memanfaatkan sumber
daya secara optimal, serta menghindari eksploitasi sumber daya alam yang terbatas.
Keberlanjutan sistem equity harus dapat mencapai kesetaraan sosial, baik dalam bidang
kesehatan, pendidikan, gender, politik, maupun partisipasi sosial. Strategi pembangunan
berkelanjutan yang tepat adalah dengan memperbaiki pola konsumsi dan pendapatan
secara global, membatasi jumlah populasi, serta mengurangi tingkat konsumsi
masyarakat supaya pola hidup manusia saat ini dapat diterima dan diturunkan kepada
generasi masa depan.

Bab II mengenai Ekonomi Alam

Ekonomi sumber daya alam berhubungan dengan penyediaan, permintaan, dan


pengalokasian sumber daya alam yang ada di bumi. Secara keseluruhan, ekonomi sumber
daya alam secara sistematis menggambarkan penggunaan sumber daya alam secara
ekonomis dan rasional yang dilihat dari sudut pandang pengguna.

Sumber daya yang terbarukan merupakan sumber daya yang dapat memperbarui
dirinya pada tingkat yang memadai untuk dapat diekstraksi untuk kepentingan ekonomi
yang berkelanjutan dalam memenuhi kebutuhan manusia. Contohnya, sumber daya
berupa air, energi (cahaya, ombak, angin), biologi (hutan, hewan, tumbuhan, dan
sebagainya), serta fisik (struktur tanah, akuifer, asimilasi, dan sebagainya). Sumber daya
terbarukan dapat bersifat permanen saat sumber daya dapat mempertahankan tingkat
pembaruan yang nilainya positif sehingga mengurangi polusi udara, degradasi lahan,
perusakan habitat, dan kontaminasi tanah.

Sumber daya yang tidak terbarukan merupakan sumber daya yang tidak dapat
memperbarui dirinya pada tingkat yang memadai untuk dapat diekstraksi untuk
kepentingan ekonomi yang berkelanjutan dalam memenuhi kebutuhan manusia.
Contohnya, bahan bakar organik (minyak dan gas), bahan bakar fosil (batu bara, minyak
bumi, gas alam), serta lapisan akuifer tertentu.

Secara garis besar, alam akan diproses oleh sistem ekonomi yang berada di dalam
lingkungan. Alam sebagai sumber utama dari adanya sumber daya alam, alam sebagai
tempat limbah untuk dikeluarkan dan diendapkan, alam sebagai sumber lanskap dan
barang yang mampu memenuhi kehidupan manusia, serta alam sebagai penyedia fungsi
dan layanan pendukung kehidupan. Apabila terjadi peningkatan kegiatan manusia dan
peningkatan jumlah spesies manusia, maka keempat fungsi alam tersebut menjadi
kompetitif. Akan tetapi, kecenderungan terjadi peningkatan kelangkaan.

Bab III mengenai Eco-Analysis and Green Growth

Dalam suatu kegiatan pasti terdapat dampak positif dan negatif. Dampak positif
akan bermanfaat bagi kegiatan ekonomi dan sosial. Pelaksanaan kegiatan tersebut juga
pasti dilakukan uji kelayakan (valuasi ekonomi sumber daya alam) terhadap aspek
ekonomi, ekologi, dan sosial. Aspek ekonomi dan sosial digunakan untuk menilai
seberapa besar manfaat untuk masyarakat luas. Sedangkan aspek ekologi digunakan
untuk menilai seberapa besar dampak lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan
tersebut. Instrumen untuk mengevaluasi sasaran dan kebijakan untuk lingkungan terbagi
menjadi dua, yaitu Cost Effectiveness Analysis dan Cost Benefit Analysis. Cost
Effectiveness Analysis tentang evaluasi berbagai tindakan dalam hal biaya peningkatan
per indikator atau langsung dengan banyak indikator. Hasil dari evaluasi atau
penilaiannya akan diurutkan dalam biaya per unit dari nilai indikator yang dicapai.
Sedangkan Cost Benefit Analysis tentang manfaat dipandang sebagai ukuran untuk
meningkatkan salah satu atau banyak indikator yang dihitung dalam bentuk uang dan
dinilai berdasarkan biaya.
Pendekatan Green Growth ditekankan untuk melakukan hubungan antara
pembangunan sosial dan kelestarian lingkungan. Sedangkan pendekatan Green Economy
ditekankan untuk memberantas kemiskinan dan meningkatkan investasi ekonomi. Green
Growth selalu tumpang tindih dengan Green Economy. Keduanya mempunyai hubungan
yaitu suatu gerakan yang berkaitan dengan pendekatan komprehensif dan terintegrasi
untuk menyatukan lingkungan dalam proses ekonomi. Tujuannya adalah untuk mengatasi
krisis keuangan dan ekonomi dengan membangkitkan kembali ekonomi global yang
terganggu.

Bab IV mengenai Sejarah Pengelolaan dan Perkembangan Lingkungan

Di Indonesia, sejarah pengelolaan dan perkembangan lingkungan terbagi menjadi


beberapa masa, yaitu Masa Arus Global (1972), Masa Komitmen Internasional, Masa
Komitmen Nasional, dan Masa Pasca Reformasi. Konsep pengelolaan dan pembangunan
lingkungan hidup yang terjadi di Indonesia dimulai saat munculnya PELITA III. Pada
PELITA III berfokus dalam konsep membangun dan tidak merusak. Pada PELITA IV
berfokus dalam konsep penyelarasan antara masyarakat dengan lingkungan hidup. Pada
PELITA V berfokus dalam konsep integrasi pembangunan berkelanjutan dengan
mempertimbangkan kependudukan, pembangunan, dan lingkungan hidup. Pada tahun
1982, pemerintah Indonesia menciptakan peraturan perundang-undangan tentang
pengelolaan lingkungan hidup yaitu UU No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH). Namun, UU ini masih banyak kasus
lingkungan yang terbengkalai sehingga kualitas hidup di Indonesia kurang baik.

Pada tahun 1992, UU. No. 4 Tahun 1982 direvisi atau diubah menjadi UU No. 23
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Peraturan ini lebih baik dari
sebelumnya, tetapi untuk mengatasi masalah pembangunan lingkungan masih belum
maksimal. Oleh karena itu, UU No. 23 Tahun 1997 direvisi kembali menjadi UU No. 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Di Indonesia untuk melakukan proses pembangunan akan berinteraksi dengan


kelembagaan, seperti pemerintah, LSM, perangkat hukum, dan peraturan perundang-
undangan. Kelembagaan lingkungan hidup tersebut harus dilakukan pengawasan yang
membutuhkan peran dari kementerian, seperti Kementerian Negara Lingkungan Hidup
dan Kehutanan.
Bab V mengenai Sejarah Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu proses pembangunan untuk


memenuhi kebutuhan sekarang dengan tetap mempertahankan stabilitasnya untuk
memenuhi kebutuhan masa depan. Aspek penting dalam pembangunan berkelanjutan
adalah aspek keseluruhan, saling berhubungan atau berinteraksi, keadilan, kebijaksanaan,
dan keamanan. Kelima aspek tersebut juga akan didukung oleh prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan, seperti adanya kekuasaan pemerintah, pembangunan yang
berimbang, pemberantas kemiskinan, pemenuhan semua kebutuhan, dan adanya
partisipasi masyarakat. Apabila aspek dan prinsip tersebut dapat terjalin dengan baik,
maka dapat menciptakan pembangunan yang ideal dan seimbang.

Pada tahun 1992, pembangunan berkelanjutan mulai fokus dilakukan saat adanya
Konferensi Bumi oleh PBB. Contohnya, KTT Rio De Janeiro 1992, Protokol Kyoto 1997,
dan KTT Yohanesburg 2002. Kunci sukses dari pembangunan berkelanjutan adalah
terpenuhinya kebutuhan saat ini tanpa adanya pengurangan sumber daya dan kemampuan
lingkungan di masa datang. Pemerintah Indonesia membentuk Sekretariat Nasional
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan guna melakukan koordinasi antar kegiatan
pembangunan berkelanjutan dengan lembaga pemerintah, LSM, pengusaha, dan
pemangku kepentingan lainnya.

Bab VI mengenai Pendekatan Ekonomi Ekologi

Nilai monisme adalah suatu perbandingan dalam semua objek utilitas dengan
karakteristik yang umum. Nilai monisme berada di belakang Cost Benefit Analysis untuk
menilai keinginan pilihan kebijakan publik dengan menggunakan gagasan surplus
konsumen. Cost Benefit Analysis dan Nilai Monisme sebagai alat bantu keputusan Multi-
Criteria Decision Aide untuk mempertimbangkan informasi yang relevan dan
menganalisis kebijakan.

Model Aktor Rasional masih belum maksimal untuk memprediksi keseluruhan


perilaku manusia. Hal ini dikarenakan perilaku sosial manusia lebih kompleks dan
keinginan manusia yang kontingen. Model Aktor Rasional juga akan berkaitan dengan
kontroversi efeknya di masa depan. Salah satu alternatif ekonomi ekologi dalam
perlakuan ketidakpastian adalah perlu membutuhkan sebuah kehati-hatian untuk
menghadapi ketidakpastian tersebut. Hal ini perlu melakukan percobaan jangka pendek
dan memantau proses evolusi yang terjadi, melakukan percobaan dengan didukung
komitmen jangka panjang yang harus dihindari, menghargai perkembangan keragaman,
serta menekankan proses evolusi daripada perbaikan mekanis. Analisis marginal
menciptakan adanya asumsi nilai monisme, substitusi, biaya peluang, dan ekuilibrium.
Analisis marginal juga melakukan penggunaan model input-output.

Mekanisme pasar harus mendorong berbagai pilihan yang bernilai sosial. Pada
kenyataanya, pilihan nilai sosial tidak cocok dengan mekanisme pasar. Preferensi akan
terbatas untuk pilihan konsumen sehingga penilaian digunakan sebagai konsep untuk
mengatur norma dasar masyarakat dan memodifikasi hambatan atau kendala yang ada.
Transisi ekonomi, ekologi, dan sosial berada pada Analisis Input-Output, Social
Accounting Matrix, dan National Risk Assessment. Tujuannya untuk menganalisis
berbagai rancangan kompleks dari perubahan ekonomi, sosial, dan ekologi yang ada
disekitarnya.

Bab VII mengenai Keberlanjutan dalam Ekonomi Ekologi

Konsep ekonomi yang berbasis pada ekologi dapat memenuhi kebutuhan saat ini
tanpa merugikan masa depan. Ekonomi dan ekologi harus berjalan seiringan (sama-sama
penting) dan berkolaborasi untuk membangun dan menstimulasi pembangunan
berkelanjutan. Suatu negara dapat menerapkan pembangunan berkelanjutan jika mampu
mengatasi masalah degradasi lingkungannya yang didukung oleh partisipasi dari
masyarakat. Apabila kegiatan ekonomi masyarakat menyebabkan degradasi lahan dan
pencemaran air, udara, maupun tanah, maka akan muncul limbah yang ditampung oleh
lingkungan. Namun, lingkungan saja mempunyai kapasitas terbatas sehingga
menyebabkan kelangkaan sumber daya alam.

Bab VIII mengenai Keberlanjutan dan Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan ekonomi merupakan suatu hal dimensional yang bersifat dinamis


karena adanya integrasi (populasi penduduk yang semakin meningkat dan teknologi yang
semakin berkembang pesat) sehingga menyebabkan perubahan tatanan sosial dan
perbaikan struktur ekonomi guna mengurangi ketimpangan dan pengangguran. Konsep
pembangunan berkelanjutan bersifat normatif sehingga sulit untuk dijabarkan secara
analitis. Karakteristik dari keberlanjutan tergantung dengan tingkatannya (global,
regional, dan lokal). Suatu hal keberlanjutan di tingkat regional belum tentu berkelanjutan
di tingkat global. Masalah utamanya adalah skala kegiatan ekonomi global saat ini
mengancam keberlanjutan untuk mengurangi kapasitas masa depan guna memenuhi
kebutuhan dan keinginan manusia.

Bab IX mengenai Pertumbuhan Ekonomi dan Lingkungan Hidup

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan peningkatan


ekonomi suatu wilayah yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan
ekonomi mengacu pada kenaikan tingkat jumlah barang dan jasa yang dihasilkan seperti
yang terhitung dalam PDB sehingga tetap berkontribusi terhadap kesejahteraan. Namun,
masih terdapat interaksi yang tidak jelas dengan PDB sehingga perlu adanya perhatian
pada faktor pengaruh dari kesejahteraan, seperti standar hidup, kesehatan, pendidikan,
politik, pekerjaan, hubungan sosial, keamanan, dan lingkungan.

Modal alami sebagai input langsung terhadap peningkatan kekayaan


dimaksudkan bahwa lingkungan menyediakan bahan baku (sumber daya terbarukan dan
sumber daya tidak terbarukan) untuk proses produksi ekonomi barang dan jasa yang
kemudian didistribusikan ke konsumen. Sedangkan modal alami sebagai input tidak
langsung terhadap peningkatan kekayaan dimaksudkan bahwa input tidak langsung yang
diberikan oleh ekosistem untuk meminimalisir kerugian efek lingkungan dari kegiatan
ekonomi, antara lain fungsi pendukung kehidupan global, pengaturan air, penyaringan
polusi, ketentuan tanah, siklus hara, limbah, dan penguraian limbah. Tantangan yang
harus dihadapi dalam lingkungan sebagai output yaitu menciptakan lingkungan yang
bersih dan sehat, menciptakan lapangan pekerjaan, serta mengurangi dampak lingkungan
yang merugikan dan mengembalikan aset alam ke situasi awal.

Peran kebijakan lingkungan digunakan untuk menciptakan pengelolaan,


penyediaan, dan penggunaan sumber daya lingkungan dengan meningkatkan
kesejahteraan berkelanjutan guna generasi sekarang dan masa depan. Instrumen
kebijakan yang tersedia berbasis pasar yaitu perubahan iklim, kebijakan tentang limbah,
dan tujuan lingkungan yang lebih luas.

Bab X mengenai Instrumen Kebijakan Lingkungan


Instrumen kebijakan ekonomi dalam pembiayaan pengelolaan dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu kebijakan insentif dan subsidi, kebijakan disintensif, pajak, dan
retribusi, serta kebijakan penentuan harga dari sumber daya. Fungsi dari instrumen
tersebut untuk mendorong penggunaan dan pengelolaan sumber daya alam yang lebih
efisien, serta menerapkan prinsip Polluter Pays Principle (PPP) sehingga limbah buangan
dapat dibatasi.

Keuntungan dari adanya regulasi adalah pengalaman yang cukup lama dalam K3,
tenaga kerja, dan bidan kepedulian publik lainnya, memberikan cara yang efektif untuk
mencegah efek berbahaya yang memerlukan pengontrolan konkret, serta memberikan
jaminan dalam pencapaian. Kelemahan dari adanya regulasi adalah penegakan hukum
yang terbukti sulit, kemudahan negosiasi dengan otoritas publik dan swasta tentang
lingkungan, peraturan yang bersifat statis, serta peraturan dan standarisasi yang terlalu
mahal. Secara umum, bahan pencemar dan dampaknya melalui peraturan tertentu sudah
sesuai dengan standar yang ada, seperti standar kualitas lingkungan, standar emisi,
standar proses produksi, dan standar produk.

Instrumen ekonomi memberikan kebebasan memilih agen-agen ekonomi untuk


dapat memilih solusi yang paling menguntungkan. Jenis-jenis instrumen ekonomi, antara
lain biaya emisi atau pajak, biaya penggunaan, biaya produk, biaya administrasi,
perdagangan emisi, sistem pengembalian dana, dan subsidi. Kriteria dari instrumen
ekonomi ialah dengan adanya efektivitas lingkungan dan efisiensi ekonomi. Oleh karena
itu, instrumen ekonomi harus digunakan agar mendapatkan keuntungan, seperti
penyesuaian yang otomatis, efektivitas biaya, insentif, fleksibel, peningkatan biaya, serta
konservasi sumber daya dan transmisi.

Bab XI mengenai Perdagangan Internasional dan Lingkungan

Perdagangan internasional memiliki prinsip-prinsip hukum, yaitu prinsip dasar


kebebasan berkontrak, prinsip dasar Pacta Sunt Servanda, prinsip dasar penyelesaian
sengketa dengan arbitrase, dan prinsip dasar kebebasan komunikasi. Selain itu, terdapat
prinsip perdagangan internasional non-diskriminatif menurut WTO yang berperan dalam
keadilan distribusi. Perdagangan internasional mempunyai dampak yang cukup untuk
negara-negara dengan tingkat ekonomi rendah dan negara yang sedang berkembang yaitu
dengan munculnya hutang luar negeri karena proses ekspor dan impor. Hubungan pada
perdagangan dan lingkungan mencakup proses produksi (awal) hingga barang tersebut
terdistribusi (akhir). Perbedaan teknologi, kualitas sumber daya manusia, dan tingkat
pendapatan masyarakat menyebabkan kesenjangan antara negara maju dan berkembang.
Seharusnya, negara berkembang yang mempunyai sumber daya alam melimpah harus
mampu mengelola sumber daya alamnya secara mandiri dan bisa lebih baik. Namun, pada
kenyataannya negara berkembang masih belum mampu sehingga negara maju mulai
menekankan masalah sumber daya alam yang berhubungan dengan perdagangan
internasional.

Setelah adanya deklarasi Punta del Este pada tahun 1986, banyak negara di dunia
yang mengikuti perundingan menuju liberasi perdagangan dunia yang lebih seimbang dan
terarah. Sistem yang mengatur hal tersebut adalah GATT. Tujuannya supaya negara maju
memberikan bantuan teknologi dan pengetahuan kepada negara berkembang. Namun,
pada kenyataannya masih terdapat beberapa negara maju yang belum berkomitmen untuk
memenuhi sistem GATT.

Perdagangan internasional semakin terbuka dan terintegrasi dengan negara-


negara lain yang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal
yang sangat berpengaruh adalah ratifikasi perjanjian perdagangan yang terjadi antar
negara, wilayah, dan global, serta liberasi pasar yang didukung dengan terbentuknya
AFTA, APEC, dan WTO. Perlindungan lingkungan dan kesehatan suatu negara sangat
dipengaruhi oleh perdagangan internasional. Salah satu aturan WTO guna meminimalisir
kerusakan lingkungan akibat dari perdagangan internasional adalah menerapkan PPMs.
Production Process Methods (PPMs) terbagi menjadi dua jenis yaitu PPMs product
related dan PPMs non-product related. Terlepas dari hukum yang berlaku, WTO perlu
membuat pedoman untuk mewujudkan perdagangan internasional yang lebih baik dan
tetap menjaga kelestarian lingkungan secara global. Nantinya, negara berkembang dapat
menerapkan aturan tersebut dan negara maju dapat lebih transparan pada aturan yang
sudah dibuat.

Bab XII mengenai Equity

Intergeneration Equity merupakan konsep yang menyatakan bahwa manusia


memiliki lingkungan alam dan budaya yang sama, baik dengan generasi masa lalu,
sekarang, dan masa depan. Sebuah teori pengembangan Socially and Environmentallu
Just and Sustainable (SAEJAS) memberikan perhatian yang signifikan terhadap tujuan
untuk terciptanya efisiensi yang sesuai dengan kesejahteraan material manusia dan
kesejahteraan ekosistem global dan lokal. Namun, teori ekonomi yang menganggap
pembangunan SAEJAS juga harus memperhatikan dalam hal keadilan. Berdasarkan
pengalaman tersebut, mulai muncul gagasan lain yang berpotensi besar untuk melakukan
keseimbangan dan efisiensi yaitu konsep eksternalitas. Eksternalitas adalah perbedaan
antara biaya sosial dan biaya pribadi. Eksternalisasi bersifat negatif terjadi saat salah satu
biaya eksternal menimbulkan polusi. Cara untuk mengontrol polusi yang dihasilkan yaitu
dengan memasukkan biaya eksternal dalam biaya internalisasi. Eksternalitas bersifat
positif terjadi saat kegiatan ekonomi membawa manfaat bagi orang lain yang tidak terlibat
langsung dalam transaksi.

Dalam menuju perubahan teknologi dan persediaan modal terdapat beberapa


langkah. Pertama, untuk melakukan pengurangan proses produksi yang terus menerus
dan mengalir melalui sistem ekonomi yang sudah dilakukan. Kedua, untuk mengubah
komposisi konsumsi agar berdampak pada produksi. Ketiga, untuk mengurangi,
menghentikan, dan membalikkan pertumbuhan dari output agregat.

Banyaknya jumlah materi yang ada di dunia tidak berkorelasi sempurna dengan
kebahagiaan. Pertumbuhan ekonomi memiliki banyak kontribusi saat populasi tersebut
hidup di bawah tingkat kepuasan dengan kebutuhan dasar, tetapi bagi populasi yang
relatif kaya, pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dan peningkatan konsumsi dapat
memiliki dampak positif maupun negatif terhadap kesejahteraan. Potensi dampak negatif
tersebut perlu adanya umpan balik lingkungan.

Cara untuk menemukan solusi ekonomi saat ini dan tidak menyebabkan bencana
ekologis di masa depan adalah dengan menyesuaikan solusi ekonomi. Untuk itu, langkah
terbaik adalah dengan melakukan peningkatan tingkat dan kualitas pendidikan
masyarakat yang luas. Masyarakat di seluruh dunia mengakui pendidikan memiliki nilai
yang sangat penting. Oleh karena itu, kesetaraan ekonomi yang lebih besar diharapkan
dapat berkorelasi kuat dengan peningkatan permintaan yang efektif untuk mencapai
pendidikan yang lebih baik.

Pengetahuan mengenai ekologi harus memberikan informasi dan bisa memulai


adanya diskusi mengenai norma dan tujuan yang diharapkan. Beberapa orang takut bahwa
diskusi akan berisiko untuk melampaui batas budaya dan memaksa nilai-nilai budaya
asing. Namun, secara umum keadilan dan kelangsungan hidup secara universal
memegang nilai-nilai kemanusiaan.

Bab XIII mengenai Isu dalam Ekonomi Ekologi dan Pembangunan Berkelanjutan

Permasalahan ekonomi yang utama yaitu alokasi, distribusi, dan skala. Masalah
yang terpenting ialah alokasi. Sistem penentuan harga pasar yang terdesentralisasi
memberikan solusi untuk bisa memecahkan masalah ini dengan sangat baik dalam
kondisi tertentu. Sistem harga pasar ini tidak memecahkan masalah untuk bisa
menyediakan sebuah kondisi yang dibutuhkan pasar seperti informasi sempurna,
persaingan, dan tidak ada eksternalitas. Kedua masalah lainnya berkaitan dengan nilai
diskonto dari distribusi antargenerasi dan skala. Skala akan tumpang tindih dengan isu
distribusi yang adil dalam aspek intergenerational equity. Tingkat diskonto adalah harga
yang ditentukan berdasarkan distribusi pendapatan tertentu pada skala makroekonomi
tertentu. Distribusi yang berbeda dari kepemilikan sumber daya dari generasi ke generasi
dan skala makroekonomi yang berbeda akan menghasilkan harga yang berbeda pula,
termasuk tingkat suku bunga yang berbeda. Dengan begitu, ahli ekonomi ekologi
mencoba untuk meluruskan hubungan antara alokasi, distribusi, dan skala, serta
hubungannya dengan tingkat diskonto.

Aktivitas masyarakat semakin lama semakin meningkat jumlahnya sehingga


berimplikasi penambahan masalah-masalah sosial dan lingkungan hidup. Apabila
masalah lingkungan tidak secepatnya diselesaikan, maka dapat menghambat adanya
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Masalah-masalah ini akan
semakin terlihat jika efek negatif dari aktivitas ekonomi tidak diantisipasi terlebih dahulu.

Beberapa negara di dunia sudah menerapkan konsep E3 demi terwujudnya


Sustainable Development Goal (SDG). Berdasarkan SDG Index and Dashboards Report
(2018) bahwa ada lima negara dengan tingkat keberhasilan SDG yang tertinggi adalah
Swedia dengan nilai 85, Denmark dengan nilai 84,6, Finlandia dengan nilai 83, German
dengan nilai 82,3, dan Perancis dengan nilai 81,2.

Buku ini mempunyai tampilan cover yang menarik. Hal ini didukung dengan informasi
yang sangat lengkap bagi pembaca (para mahasiswa atau masyarakat umum) sehingga
para pembaca mendapatkan pengetahuan baru dan menjadi media pembelajaran yang
tepat guna memahami upaya dalam menyeimbangkan Ecology, Economy, Equity, dan
konsep dari pembangunan berkelanjutan. Hanya saja terdapat pengulangan pembahasan
materi di beberapa sub bab. Selain itu, terdapat beberapa kesalahan penulisan kata dan
tidak sesuai dengan KBBI.

Anda mungkin juga menyukai