Anda di halaman 1dari 13

Kautsar Febi Miranda

215030801111039
UTS Analisis Dampak Pariwisata

MENGULAS BUKU : ECOLOGY ECONOMY EQUITY (SEBUAH UPAYA


PENYEIMBANGAN EKOLOGI DAN EKONOMI)

RITA PARMAWATI

Keseimbangan dalam Ekonomi Ekologi

Ekologi merupakan studi interaksi antara organisme dan lingkungannya. Dalam


Ekologi mencakup biologi, geografi, dan ilmu bumi. Bisa disebut bahwa Ekologi
merupakan kegiatan interaksi satu sama lain pada organisme di lingkungan. Ekologi tidak
dapat terpisah dengan kehidupan manusia. Karena manusia termasuk dalam sumber daya
yang dapat menyusun ekosistem dan mempertahankan mekanisme timbal balik yang
dapat memproses komponen hidup di bumi.
Ekonomi berasal dari Bahasa Yunani yang berarti tempat memproduksi,
mendistribusikan atau pertukaran, konsumsi, dan penyediaan jasa layanan. Ilmu ekonomi
dapat di definisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang pengalokasian sumberdaya,
yang mempunyai alternatif – alternative penggunaan, dalam memenuhi keinginan atau
kebutuhan manusia yang tidak terbatas (Fauzi, 2004).

Makna Ekuitas adalah tentang keadilan yang harus ada dalam diri manusia untuk
dibawa dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap orang berhak mendapatkan kualitas dan
standar hidup yang sama. Dengan dilakukannya ekuitas menjadikan alas an untuk
pembangunan berkelanjutan karena kalua tidak didasari dengan ekuitas maka dapat
menyebabkan degradasi lingkungan.

Hubungan anatra prinsip ekologi dan ekonomi disebut sebagai ekonomi ekologi.
Ekonomi ekologi adalah sebuah kajian mengenai hubungan antara manusia dan alam.
Kajian ini menjelaskan mengenai interaksi antara sistem ekonomi dan sistem ekologi.
Aktivitas ekonomi manusia selalu terlibat dengan pertukaran barang dan energi dengan
lingkungannya. Tidak mungkin manusia mampu memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa
berinteraksi dengan alam.

Ekonomi berarti tempat memproduksi, mendistribusikan atau pertukaran,


konsumsi. Keberlanjutan adalah sebuah kapasitas yang digunakan untuk
mempertahankan keadaan, sehingga sangat potensial untauk digunakan dalam
mempertahankan keadaan ekonomi, ekologi, politik, dan dmensi sosial jangka Panjang.
Keberlanjutan sistem ekonomi harus bisa memproduksi barang dan jasa yang memenuhi
kebutuhan dasar. Keberlanjutan dari sistem lingkungan harus mampu mempertahankan
sumberdaya secara stabil, menghindari adanya eksploitasi atau menjaga agar lingkungan
tidak kehilangan fungsi utamanya. Keberlanjutan dari sistem sosial harus bisa dicapai
dengan adanya kesetaraan.

Pertumbuhan ekonomi yang berlebihan menimbulkan banyak masalah


pembangunan yang nanti akan berdampak pada lingkungan baik dalam skala waktu
jangka pendek maupun jangka Panjang. Hal ini dapat berdampak pada terganggunya
kesejahteraan manusia. Menurut Contanza et al., (1997), terdapat lima bukti bahwa
subsistem ekonomi telah mencapai atau melampaui batas dari ekosistem global sebagai
sumber bahan dan penyerap limbah. Bukti bukti yang ada antara lain ialah penggunaan
biomasa oleh manusia, perubahan iklim, kerusakan lapisan ozon, degradasi lahan,
penurunan tingkat biodiversitas.

Ekonomi Alam

Ekonomi sumber daya alam berhubungan dengan penyediaan, permintaan, dan


alokasi sumber daya alam yang ada di bumi. Tujuan utama dari ekonomi sumber daya
alam adalah untuk lebih memahami peran sumber daya alam dalam perekonomian.
Ekonomi lingkungan fokus untuk bisa mengidentifikasi tingkat optimal dari suatu
pencemaran lingkungan dan menggunakan efisiensi ekonomi untuk melakukan
perlindungan pada lingkungan.

Sumber daya adalah sumber yang memiliki nilai intrinsk mereka sendiri atau
bernilai untuk keberlanjutan jangka Panjang dan digunakan oleh manusia. Secara garis
besar terdapat dua macam sumber daya yang ada di alam yaitu sumber daya yang dapat
diperbarui dan sumber daya yang tidak dapat diperbarui. Sumber daya yang dapat
diperbarui adalah sumber daya alam yang dapat disesuaikan dengan berlalunya waktu,
baik melalui reproduksi biologis atau proses alami lainnya yang berulang. Sumber daya
tidak dapat diperbarui adlaah sumber daya yang tidak dapat memeperbarui dirinya pada
tingkat yang memadai untuk bisa diekstraksi untuk kepentingan ekonomi yang
berkelanjutan.

Instrument kebijakan lingkungan memiliki kesamaan dalam tujuannya yakni


untuk tercapainya perbaikan lingkungan, membuat pengeluaran biaya serendah mungkin
bagi pelaku ekonomi, menghindari hal negative, dan menciptakan dampak positif di
wilayah masyarakat lainnya. Setiap perilaku ekonomi berkaitan dengan proses produksi
dan konsumsi dari barang dan jasa.

Eco-analysis dan Green Growth

Dampak positif dalam aspek ekonomi dapat terlihat dengan adanya investasi yang
lebih ditekankan pada pemerintah secara umum dam masyarakat secara khusu (Kasmir,
2008) manfaat ekonomi dan manfaat sosial adalah sesuatu yang dilihat dalam sebuah
proyek yang menggunakan analisis ekonomi. Aspek ekonomi dan sosial digunakan untuk
menilai seberapa besar manfaat dari kegiatan yang dilakukan untuk masyarakat luas.
Ahli ekonomi menghargai sumber daya alam karena penilaian yang diberikan
akan menunjukkan perbandingan langsung dengan pilihan nilai alternative dan fasilitas.
Menurut Ehrenfeld (1998) & Lockwood (1999), banyak orang tidak mengakui nilai
ekonomi pada keanekaragaman hayati. Organisme hiduptidak mampu melindungi diri
mereka dari Tindakan manusia. Oleh karena itu, konservasi organisme hidup layak
mendapatkan simpati dari manusia.

• Green Growth
Green Growth merupakan hal yang sangat penting dalam mengatasi resiko atau tantangan
sebuah pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Menurut World Bank (2012) dan
OECD (2013), Pertumbuhan hijau sangat dibutuhkan dan dianggap sangat efisien secara
ekonomi, yang penting bagi negara berkembang untuk menambah manfaat ekonomi dan
sosial yang signifikan.

• Green growth dan Green Economy


Pertumbuhan hijau terkait erat dengan gagasan ekonomi hijau, yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial secara keseluruhan dan keadilan sosial sekaligus
mengurangi risiko lingkungan dan kualitas ekosistem (UNEP, 2011). Ekonomi hijau
ditandai dengan peningkatan investasi yang signifikan di sektor ekonomi untuk
menciptakan dan meningkatkan modal alam planet ini, atau untuk membantu mengurangi
kekurangan ekologis dan ancaman lingkungan. Tujuan eksplisit ekonomi hijau juga untuk
memberantas kemiskinan dan mendukung negara-negara berkembang. Pada dasarnya,
konsep pertumbuhan hijau dan ekonomi hijau terkait karena diperkenalkan sebagai alat
untuk mengatasi krisis keuangan dan ekonomi. Tujuan dari kedua konsep tersebut adalah
untuk mendorong kebangkitan ekonomi global yang terganggu dengan mengarahkan
investasi di pasar barang dan jasa lingkungan dan pembangunan infrastruktur.

Sejarah Pengelolaan dan Perkembangan Lingkungan

Pengelolaan dan pembangunan lingkungan sulit untuk didefinisikan. Seringkali


definisi kedua bidang ini tumpang tindih. Penatagunaan lingkungan berusaha untuk
memenuhi potensinya dalam menjaga keseimbangan global dan, jika memungkinkan,
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ada berbagai tanggapan terhadap masalah
degradasi lingkungan, yaitu:
1. Abaikan ancamannya
2. Anjurkan meninggalkan teknologi dan kembali ke kesederhanaan
3. Memanfaatkan semua “alat” yang tersedia, termasuk teknologi, pendidikan dan
etika, untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.
Akibat perhatian pada lingkungan yang semakin meningkat muncul
konsep pembangunan berkelanjutan. Konsep ini telah menjadi bagian penting dari
wacana lingkungan dan pembangunan pada abad kedua puluh satu, dan berbagai pihak
berwenang telah mencatat bahwa ini adalah konsep yang sangat membantu untuk
mengintegrasikan manajemen pengelolaan dan pengelolaan lingkungan. Perhatian sangat
dibutuhkan dalam bidang ini karena keberlanjutan dan pembangunan berkelanjutan tidak
sama, namun sering digunakan seolah-olah sama. Keberlanjutan adalah fungsi
berkelanjutan dari ekosistem atau penggunaan sumberdaya, dan menyiratkan tuntutan
yang mantap. Pembangunan berkelanjutan adalah penir kesejahteraan dan gaya hidup saat
ini dan di masa yang akan datang.

• Aspek aspek kelembagaan lingkungan hidup di Indonesia


Proses pembangunan suatu negara tidak terlepas dari peran lembaga pemerintah, lembaga
swadaya masyarakat, perangkat hukum, peraturan perundang-undangan, dan rencana
kegiatan pemerintah. Selain kantor dan lembaga pemerintahan, terdapat lembaga yang
diprakarsai oleh masyarakat untuk mengelola lingkungan, namun sebagian besar masih
berpedoman pada hukum adat yang berbeda-beda di setiap daerah. Namun, badan lokal
ini telah terbukti mampu memenuhi mandatnya untuk melindungi lingkungan, karena
masyarakat pedesaan atau pedalaman lebih mempercayai hukum adat daripada hukum
yang berlaku secara nasional.

Sejarah Pembangunan Berkelanjutan


Tujuan pembangunan berkelanjutan adalah untuk memenuhi kebutuhan
manusia agar kualitas hidupnya lebih baik dari sebelumnya. Keberlanjutan memiliki
dampak yang signifikan terhadap lingkungan yang ada, dan dapat dipahami bahwa
pembangunan berkelanjutan harus selalu mengontrol dan memanfaatkan lingkungan
secara bijak dalam setiap prosesnya agar tetap terjaga kelestariannya. Menurut Dipoyuda
(1982), terdapat setidaknya lima komponen utama dalam perencanaan strategi untuk
menciptakan kesejahteraan melalui pembangunan berkelanjutan, yaitu:
1. Pemenuhan segala kebutuhannya,
2. Memberantas kemiskinan,
3. Pembangunan dengan adanya partisipasi masyarakat,
4. Adanya kekuasaan Pemerintah,
5. Melakukan pembangunan lingkungan yang berimbang.
Jika kelima komponen ini berinteraksi, maka pembangunan yang seimbang dan
diinginkan dapat tercipta dan, khususnya tingkat kemiskinan suatu daerah dapat
dikurangi. Hal ini karena tingkat kemiskinan merupakan masalah yang sangat penting
yang harus segera diatasi. Masalah ini membutuhkan pemantauan rutin membawa
manfaat yang besar bagi masyarakat dalam setiap proses pembangunan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan hingga hasil.

Pembekalan Ekonomi dan Ekologi

Ekonomi ekologi didefinisikan sebagai suatu keseimbangan yang akan berperan


dalam usaha berkelanjutan yang tujuannya adalah untuk menyatukan antara teori
ekonomi dengan kebijakan beserta pengetahuan dari berbagai bidang ilmu. Pada ekomoni
ekologi, isu konseptual utama yang muncul antara lain mengenai nilai monisme, model
aktor rasional, analisis marginal, perlakuan ketidakpastian, peran efisiensi dalam
kebijakan ekonomi, serta produksi sebagai bentuk sosial dan fisik. Nilai monisme secara
tidak langsung menyatakan bahwa semua objek utilitas memiliki beberapa karakteristik
yang umum yang dapat dibandingkan. Nilai monisme berada di belakang analisis biaya
manfaat yang menggunakan gagasan surplus konsumen untuk menilai keinginan pilihan
kebijakan publik. Aktor rasional membuat keputusan tanpa konteks sosial atau
lingkungan merupakan titik awal untuk melakukan analisis ekonomi. Individu akan
menggunakan rasa keadilan Ketika mengambil keputusan jika dilihat dari bukti empiris
yang berkembang. Teori margin merupakan gagasan yang memunculakn adanya asumsi
untuk dasar dari ekonomi neoklasik yang mencakup nilai monisme, biaya peluang, serta
ekuilibrium. Margin juga dapat diartikan sebagai suatu pandangan dalam sebuah ilmu
ekonomi yang bertahap, terus-menerus, dan progresif.

Perlakuan ketidakpastian merupakan isu utama yang membagi ahli ekonomi neo-
liberal dengan heterodoks. Dalam hal kebijakan, satu alternatif ekonomi ekologisuntuk
mengasumsikan bahwa ketidakpastian dapat dikurangi menjadi risiko merupakan prinsip
kehati-hatian yang menunjukkan bahwa kehati-hatian dibutuhkan untuk menghadapi
ketidakpastian. Kebijakan neo-klasik berkaitan secara eksklusif dengan efisiensi dalam
alokasi biaya yang akan digunakan. Agar efisiensi produksi setara dengan
memaksimalkan kesejahteraan sosial, faktor produksi dipisahkan dari konsumsi.
Mengarahkan kebijakan ekonomi kepada efisiensi membawa pada mekanisme pasar yang
mengaruskan adanya dorongan untuk membuat berbagai pilihan dengan nilai sosial.
Ekonomi neo-klasik memiliki sebuah teori terhadap produksi, namun setelah dilakukan
pendalaman terhadap teori tersebut ternyata bukanlah teori produksi, melainkan teori
mengenai alokasi jumlah tetap dan distribusi input produksi yang diberikan. Ekonomi
ekologi dimukai dengan konsep bahwa ekonomi harus berada dalam keseimbangan antara
bahan baku yang diproses dengan limbah yang dihasilkan.

Keberlanjutan dalam Ekonomi Ekologi

Terdapat dua poin penting ketika mempelajari ekonomi ekologi. Pertama, dalam
mempelajari ekonomi ekologi akan melibatkan banyak ilmu yang relevan. Kedua,
fenomena dan masalah yang berkaitan dengan ekonomi dan ekosistem dapat diselesaikan
dengan pendekatan klasik. Aktivitas ekonomi manusia saat ini sudah berskala global
sehingga level dari interaksi pemasukan bahan-bahan limbah ke lingkungan semakin
tinggi, dan hal tersebut memengaruhi kinerja serta kestabilan ekosistem. Dalam proses
pembangunan perekonomian suatu negara, masalah yang sering dihadapi adalah sulitnya
menyeimbangkan antara kebutuhan dengan kelestarian lingkungan (Fauzi, 2004).
Perekonomian suatu negara dapat dikatakan produktif apabila upah pegawai tinggi,
dimana keuntungan yang didapat dari investasi cenderung besar. Mengutamakan prinsip
ekonomi tidak menjamin sebuah pembangunan yang berkelanjutan, maka dari itu
diperlukan adanya perhatian yang lebih antara interaksi ekonomi dan ekologi. Terdapat
dua hal yang sangat berkaitan dengan keberlanjutan suatu negara di masa mendatang
mengenai pambangunan dan degradasi lingkungan. Suatu negara akan mampu
menerapkan pembangunan berkelanjutan apabila bisa mengatasi masalah degradasi
lingkungannya. Salah satu tanda dari degradasi lingkungan adalah terjadinya penurunan
fungsi sumberdaya, contohnya adalh lahan kritis, polusi udara, berkurangnya
keanekaragaman hayati.

Keberlanjutan dan Pembangunan Berkelanjutan

Definisi dari pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses yang memberikan


peningkatan perekonomian suatu wilayah dan hal tersebut dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat yang nantinya akan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat tersebut.
Lalu, definisi dari pembangunan ekonomi adalah sebuah hal yang dimensional dan
bersifat dinamis karena adanya suatu proses integrasi yang terjadi karena populasi
penduduk yang semakin meningkat dan diikuti dengan perkembangan teknologi yang
pesat yang menyebabkan adanya terobosan besar dalam bidang perbaikan struktur
ekonomi, perubahan tatanan sosial, mampu mengurangi ketimpangan dan pengangguran
(Suryana, 2000; Todaro, 2008). Pembangunan berkelanjutan merupakan langkah untuk
dapat menyelaraskan, mengintegrasikan dan menyamaratakan aspek-aspek sosial budaya,
ekonomi, dan lingkungan hidup. Keberlanjutan tidak hanya pembatasan terhadap
populasi atau pembatasan pola konsumsi, meskipun hal tersebut penting. Sehingga barang
dan teknologi yang ada pada saat ini harus berorientasi untuk menunjang adanya
integritas ekosistem serta keragaman spesies serta tujuan sosial.

Berdasarkan sudut pandang teori ekonomi neo-klasik, keberlanjutan dapat


didefinisikan sebagai hal yang memaksimalkan kesejahteraan dari waktu ke waktu,
dengan asumsi bahwa kesejahteraan manusia dan non-manusia akan muncul Ketika
manusia mulai mempertimbangkan keberlanjutan dalam perspektif ekologis. Menurut
teori ekonomi formal, alokasi sumberdaya yang efisien harus memiliki efek
memaksimalkan utilitas dari konsumsi. Dalam pandangan neoklasik, tidak ada alas an
khusus untuk melestarikan modal alam. Sedangkan dalam pandangan keberlanjutan,
ekologi harus melibatkan adanya batasan pada tingkat populasi dan konsumsi, batasan ini
berlaku untuk semua sistem biologis. Bagi para ahli ekologi, keberlanjutan harus
didefinisikan dalam hal pemeliharaan ketahanan dari ekosistem.

Isu kelestarian lingkungan saling terkait dengan kemiskinan dan ketidakadilan,


hubungan kausatif dua arah yaitu meningkatnya kemiskinan dan hilangnya mata
pencaharian pedesaan mempercepat degradasi lingkungan karena mereka yang
kehilangan tempat tinggal memberi tekanan yang besar pada hutan, perikanan, dan lahan
marginal. Lembaga-lembaga yang ada dari semua bidang, termasuk perusahaan,
pemerintahan lokal, dan nasional serta organisasi transnasional, harus menyesuaikan diri
dengan persyaratan pembangunan berkelanjutan. Hal yang dibutuhkan saat ini adalah
jenis partumbuhan ekonomi baru yang memiliki dampak terhadap lingkungan yang jauh
lebih sedikit serta tidak mengancam keberlanjutan dan justru membawa kepada
peningkatan kapasitas system ekonomi bersama untuk memberikan kepuasan manusia.

Pertumbuhan Ekonomi dan Lingkungan Hidup

Seiring dengan bangkitnya perekonomian global dari masa resesi, banyak


pendapat yang menyatakan bahwa harus ada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
dan bertahan lama. Pertumbuhan ekonomi biasanya mengacu pada kenaikan tingkat
jumlah barang dan jasa yang dihasilkan, seperti yang terhitung dalam Produk Domestik
Bruto (PDB). Sangat penting untuk melakukan perbaikan berkelanjutan dalam standar
hidup, kesehatan, harapan hidup, pendidikan dan kesempatan ekonomi, untuk membantu
pemerintah mewujudkan berbagai tujuan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Pertumbuhan
juga dihasilkan oleh industri dimana output-nya adalah lingkungan alami yang masih
bersih dan sehat, contohnya adalah pengelolaan dari asset alam untuk mengurangi
dampak lingkungan dari kegiatan ekonomi yang berlangsung. Lingkungan juga
berkontibusi terhadap modal manusia dengan cara lain. Misalnya, adanya ruangan hijau
sebagai kebutuhan untuk kesejahteraan fisik dan psikologis bagi manusia.

Seiring dengan naiknya PDB per kapita, demikian pula dengan degradasi
lingkungan. Namun, di titik luar tertentu, kenaikan PDB per kapita menyebabkan
pengurangan kerusakan lingkungan. Menurut Arrow et al., (1996), risiko perubahan kecil
yang menyebabkan kerusakan akibat bencana alam yang terjadi membuat adanya fokus
pada pertumbuhan ekonomi untuk memberikan hasil lingkungan yang menjadi kontra
produktif. Peran kebijakan lingkungan adalah untuk menciptakan pengelolaan,
penyediaan, dan penggunaan sumberdaya lingkungan dengan cara mendukung
peningkatan kesejahteraan yang berkelanjutan untuk generasi yang sekarang dan generasi
yang akan datang.
Instrumen Kebijakan Lingkungan

Ekonomi berwawasan lingkungan adalah hal positif yang dapat dirasakan oleh
semua pihak antar generasi. Karena selama ini banyak kritik yang menyatakan bahwa
ekonomi yang ada masih belum berpihak kepada lingkungan. Bahkan proses produksi
banyak mendorong pada terdegradasinya laham yang ada dialam. Hal ini karena pada
mulanya ekonomi tidak membicarakan masalah lingkungan, karena lingkungan dianggap
sebagai faktor luar dan sebagai barang bebas. Sehingga dalam prosesnya membutuhkan
sebuah institusi yang dapat memaksimalkan pemanfaatan sumberdaya alam dalam proses
ekonomi tanpa merusak dan mengurangi kualitasnya untuk generasi yang akan datang
Lingkungan dapat dimanfaatkan oleh siapa saja karena lingkungan adalah barang public.
Namun tetap masing masing pribadi memiliki tanggung jawab dalam penggunaannya,
sehingga perlu adanya dari pemerintah untuk terlaksana hal tersebut.

Melihat efektivitasnya pada lingkungan adalah hal pertama yang harus


diperhatikan. Kebijakan yang optimal tidak akan menjadi instrumen yang tunggal, tidak
peduli seberapa kuatnya. Beberapa instrument akan bekerja lebih baik seiring dengan
instrument lainnya berjalan, oleh karena itu perlu adanya kombinasi dan urutan harus
dipertimbangkan secara cermat sebelu melakukan implementasi.
Kebijakan pengurangan Gas Rumah Kaca harus efesien secara ekonomi dan jika
memungkinkan memiliki peluang untuk mengurangi biaya yang akan digunakan.
Bergantung pada bagaimana cara mengatur instrument dan kebijakan yang ada. Disis lain,
pajak lingkungan, perdagangan dll juga bisa membuat timbulnya distorsi. Bila diterapkan
secara beragam di seluruh sector industry disuatu negara

Perdagangan Internasional dan Lingkungan

Pada tahun 1970 masyarakat Internasional mulai mengkhawatirkan dampak dari


perdagangan internasional dalam konteks ekonomi pembangunan social dan masalah
lingkungan hidup. Perdagangan Internasional memiliki dampak yang cukup parah untuk
negara negara yang sedang berkembang atau negara dengan tingkat ekonomi yang
rendah, yaitu munculnya hutang luar negeri karena proses ekspor dan impor. Hutang ini
memaksa negara untuk terus melakukan eksploitasi terhadap sumberdaya alam yang ada
dinegaranya untuk bisa melunasi hutang luar negerinya. Selain itu, masih banyak negara
maju yang enggan memberikan bantua teknologi dalam bidang industry ramah
lingkungan untuk negara berkembang, sehinggal negara berkembang semakin sulit untuk
meningkatkan perekonomiannya.

Negara pada masa ini tidak boleh hanya berharap pada sector impor dan ekspor
untuk membangun perekonomian negaranya. Seharusnya, negara berkembang yang
memiliki sumberdaya alam yang melimpah yang biasa dijadikan sebagai eksportir hasil
buminya mampu mengelola sumberdaya alamnya secara mandiri dan lebih baik. Namun,
pada kenyataannya negara berkembang belum mampu memaksimalkan sumber daya
alam yang ada dinegaranya sehingga negara negara maju mulai mendikte dan menekan
masalah sumberdaya alam yang berkaitan dengan perdagangan Internasional. Hal ini
sangat berbeda dengan negara maju yang sudah banyak menggunakan teknologi dari
industry ramah lingkungan untuk menunjang perekonomian dari industry ramah
lingkungan untuk menunjang perekonomian negara. Sehingga banyak negara
berkembang kesulitan untuk menaikkan tingkat ekspornya karena adanya tekanan dari
berbagai sisi (Salvatore, 2007).
Menurut Anugerah (2003) dan Kariyasa (2003), perdaganngan Internasional yang
semakin terbuka dan terintegrasi dengan negara negara lain dipengaruhi oleh beberapa
faktor internal negara dan faktor eksternal. Faktor eksternal tersebut antara lain ratifikasi
perjanjian perdagangan yang terjadi antar negara, wilaya atau secara menyeluruh (global).
WTO mulai menyadari mengenai isu isu lingkungan dalam perdagangan Internasional
mulai membuat aturan terkait hal tersebut. Hal ini memberikan ancaman pada negara
negara berkembang, karena diperkirakan dapat menghambat perdagangan Intenasional
dari produk hasil negara berkembang. Negara maju sebagai negara yang memiliki
pengaruh besar, berperan penting dalam pembuatan aturan, kebijakan dan mekanisme
perdagangan Internasional.
Permasalahan lingkungan selalu menjadi hal yang sangat dipertimbangkan dalam
perdagangan Internasional ini, sehingga muncul rencana untuk membuat sebuah
standarisai dengan menggunakan ecolabel. Dibeberapa negara maju seperti Amerika
Serikat, Jepang, Jerman penerapan ecolabel sudah sangat berkembang, hal ini didukung
dengan kepedulian masyarakat yang tinggi mengenai kehidupan yang “go green”.
Konsumen yang memiliki pendapatn yang tinggi rela mengeluarkan banyak uang untuk
membeli produk berlogo ecolabel. Namun hal ini berdampak pada negara negara
berkembang seperti India dan Indonesia yang menjadi negara dengan penyumbang emisi
karbon terbesar didunia untuk melaksanakan progam ecolabel. Pada tahun 1994
perdagangan yang dilakukan Indonesia adalah dengan negara yang telah menerapkan
ecolabel. Selain itu muncul konsep Green Consumer, sehinggal apabila tidak merapkan
standarisasi lingkungan dan ecolabel maka produk ekspor negara akan diboikot oleh
negara lain. Namun penerapan ecolabel di Indonesia masih bersifat sukarela, karena pusat
produk hasil hutan belum mewajibkan untuk produk produknya.

Equity

Equity berbicara mengenai keadilan. Secara umum disepakati bahwa equity


menyiratkan mengenai perlunya keadilan dalam distribusi keuntungan dan kerugian, dan
hak setiap orang terhadap kualitas dan standar hidup yang dapat diterima. Karena
distribusi sumberdaya ekonomi telah menjadi semakin tidak merata dalam beberapa
dekade terakhir, beberapa ahli ekonomi memiliki beragam spekulasi mengenai adanya
ketidakadilan ekonomi yang signifikan akan berdampak secara sosial. Pertumbuhan
aliran barang dan jasa yang muncul dari pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu
penyebab utama kerusakan lingkungan. Pertumbuhan ekonomi memiliki banyak
kontribusi saat populasi hidup dibawah tingkat kepuasan dengan kebutuhan dasar, namun
bagi populasi yang relatif raya, pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dan
peningkatan konsumsi dapat memiliki dampak positif bahkan negatif terhadap
kesejahteraan. Satu – satunya cara untuk menemukan solusi ekonomi saat ini dan tidak
menyebabkan bencana ekologis dimasa depan adalah dengan menyesuaikan solusi
ekonomi dengan pemahaman jangka panjang tentang kesejahteraan individu, kelompok,
nasional, dan global. Pengurangan dari ketidaksetaraan adalah tujuan dari equity, terlepas
dari dampak lingkungannya, namun berbagai norma sosial mengenai masalah ini sangat
bervariasi, dari satu tempat ketempat lainnya dan dari waktu ke waktu.

Isu dalam Ekonomi Ekologi dan Pembangunan Berkelanjutan

Saat ini mulai terjadinya perubahan di dunia. Di mana awalnya keadaan dunia masih
seimbang antara sumberdaya alam dan kebutuhan manusia sehingga masih banyak area
konservasi dan lokasi yang mengandung banyak sumberdaya alam. Namun, sekarang
area-area tersebut sudah dikonversi menjadi area pemanfaatan untuk kepentingan
manusia. Selain itu pemikiran manusia yang belum bisa berubah dari perekonomi kosong
menjadi perekonomian dunia saat ini. Modal buatan manusia menjadi semakin relatif
banyak, dan modal-modal alam menjadi semakin langka. Hal ini membuat terjadi
kelangkaan modal alam karena masyarakat memiliki pandangan bahwa modal alam dapat
diganti dengan modal buatan manusia. Tentu saja, jika modal buatan merupakan
pengganti yang baik untuk modal alam maka modal alam juga harus menjadi pengganti
modal buatan manusia yang baik. Kemudian akan muncul pertanyaan mengenai alasan di
balik masalah sulitnya untuk mengumpulkan modal buatan manusia jika pada awalnya
ada sebuah pengganti yang bagus (modal alam). Kemudian muncul pernyataan bahwa
modal buatan dan alam adalah modal-modal yang saling melengkapi bukan saling
mengganti (kecuali terjadi margin yang sangat kecil). Bila faktor-faktor tersebut adalah
sesuatu yang disebut melengkapi maka apabila ada kekurangan pada satu faktornya maka
dapat dipastikan bahwa pasokannya menjadi terbatas.

Anda mungkin juga menyukai