215030801111039
UTS Analisis Dampak Pariwisata
RITA PARMAWATI
Makna Ekuitas adalah tentang keadilan yang harus ada dalam diri manusia untuk
dibawa dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap orang berhak mendapatkan kualitas dan
standar hidup yang sama. Dengan dilakukannya ekuitas menjadikan alas an untuk
pembangunan berkelanjutan karena kalua tidak didasari dengan ekuitas maka dapat
menyebabkan degradasi lingkungan.
Hubungan anatra prinsip ekologi dan ekonomi disebut sebagai ekonomi ekologi.
Ekonomi ekologi adalah sebuah kajian mengenai hubungan antara manusia dan alam.
Kajian ini menjelaskan mengenai interaksi antara sistem ekonomi dan sistem ekologi.
Aktivitas ekonomi manusia selalu terlibat dengan pertukaran barang dan energi dengan
lingkungannya. Tidak mungkin manusia mampu memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa
berinteraksi dengan alam.
Ekonomi Alam
Sumber daya adalah sumber yang memiliki nilai intrinsk mereka sendiri atau
bernilai untuk keberlanjutan jangka Panjang dan digunakan oleh manusia. Secara garis
besar terdapat dua macam sumber daya yang ada di alam yaitu sumber daya yang dapat
diperbarui dan sumber daya yang tidak dapat diperbarui. Sumber daya yang dapat
diperbarui adalah sumber daya alam yang dapat disesuaikan dengan berlalunya waktu,
baik melalui reproduksi biologis atau proses alami lainnya yang berulang. Sumber daya
tidak dapat diperbarui adlaah sumber daya yang tidak dapat memeperbarui dirinya pada
tingkat yang memadai untuk bisa diekstraksi untuk kepentingan ekonomi yang
berkelanjutan.
Dampak positif dalam aspek ekonomi dapat terlihat dengan adanya investasi yang
lebih ditekankan pada pemerintah secara umum dam masyarakat secara khusu (Kasmir,
2008) manfaat ekonomi dan manfaat sosial adalah sesuatu yang dilihat dalam sebuah
proyek yang menggunakan analisis ekonomi. Aspek ekonomi dan sosial digunakan untuk
menilai seberapa besar manfaat dari kegiatan yang dilakukan untuk masyarakat luas.
Ahli ekonomi menghargai sumber daya alam karena penilaian yang diberikan
akan menunjukkan perbandingan langsung dengan pilihan nilai alternative dan fasilitas.
Menurut Ehrenfeld (1998) & Lockwood (1999), banyak orang tidak mengakui nilai
ekonomi pada keanekaragaman hayati. Organisme hiduptidak mampu melindungi diri
mereka dari Tindakan manusia. Oleh karena itu, konservasi organisme hidup layak
mendapatkan simpati dari manusia.
• Green Growth
Green Growth merupakan hal yang sangat penting dalam mengatasi resiko atau tantangan
sebuah pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Menurut World Bank (2012) dan
OECD (2013), Pertumbuhan hijau sangat dibutuhkan dan dianggap sangat efisien secara
ekonomi, yang penting bagi negara berkembang untuk menambah manfaat ekonomi dan
sosial yang signifikan.
Perlakuan ketidakpastian merupakan isu utama yang membagi ahli ekonomi neo-
liberal dengan heterodoks. Dalam hal kebijakan, satu alternatif ekonomi ekologisuntuk
mengasumsikan bahwa ketidakpastian dapat dikurangi menjadi risiko merupakan prinsip
kehati-hatian yang menunjukkan bahwa kehati-hatian dibutuhkan untuk menghadapi
ketidakpastian. Kebijakan neo-klasik berkaitan secara eksklusif dengan efisiensi dalam
alokasi biaya yang akan digunakan. Agar efisiensi produksi setara dengan
memaksimalkan kesejahteraan sosial, faktor produksi dipisahkan dari konsumsi.
Mengarahkan kebijakan ekonomi kepada efisiensi membawa pada mekanisme pasar yang
mengaruskan adanya dorongan untuk membuat berbagai pilihan dengan nilai sosial.
Ekonomi neo-klasik memiliki sebuah teori terhadap produksi, namun setelah dilakukan
pendalaman terhadap teori tersebut ternyata bukanlah teori produksi, melainkan teori
mengenai alokasi jumlah tetap dan distribusi input produksi yang diberikan. Ekonomi
ekologi dimukai dengan konsep bahwa ekonomi harus berada dalam keseimbangan antara
bahan baku yang diproses dengan limbah yang dihasilkan.
Terdapat dua poin penting ketika mempelajari ekonomi ekologi. Pertama, dalam
mempelajari ekonomi ekologi akan melibatkan banyak ilmu yang relevan. Kedua,
fenomena dan masalah yang berkaitan dengan ekonomi dan ekosistem dapat diselesaikan
dengan pendekatan klasik. Aktivitas ekonomi manusia saat ini sudah berskala global
sehingga level dari interaksi pemasukan bahan-bahan limbah ke lingkungan semakin
tinggi, dan hal tersebut memengaruhi kinerja serta kestabilan ekosistem. Dalam proses
pembangunan perekonomian suatu negara, masalah yang sering dihadapi adalah sulitnya
menyeimbangkan antara kebutuhan dengan kelestarian lingkungan (Fauzi, 2004).
Perekonomian suatu negara dapat dikatakan produktif apabila upah pegawai tinggi,
dimana keuntungan yang didapat dari investasi cenderung besar. Mengutamakan prinsip
ekonomi tidak menjamin sebuah pembangunan yang berkelanjutan, maka dari itu
diperlukan adanya perhatian yang lebih antara interaksi ekonomi dan ekologi. Terdapat
dua hal yang sangat berkaitan dengan keberlanjutan suatu negara di masa mendatang
mengenai pambangunan dan degradasi lingkungan. Suatu negara akan mampu
menerapkan pembangunan berkelanjutan apabila bisa mengatasi masalah degradasi
lingkungannya. Salah satu tanda dari degradasi lingkungan adalah terjadinya penurunan
fungsi sumberdaya, contohnya adalh lahan kritis, polusi udara, berkurangnya
keanekaragaman hayati.
Seiring dengan naiknya PDB per kapita, demikian pula dengan degradasi
lingkungan. Namun, di titik luar tertentu, kenaikan PDB per kapita menyebabkan
pengurangan kerusakan lingkungan. Menurut Arrow et al., (1996), risiko perubahan kecil
yang menyebabkan kerusakan akibat bencana alam yang terjadi membuat adanya fokus
pada pertumbuhan ekonomi untuk memberikan hasil lingkungan yang menjadi kontra
produktif. Peran kebijakan lingkungan adalah untuk menciptakan pengelolaan,
penyediaan, dan penggunaan sumberdaya lingkungan dengan cara mendukung
peningkatan kesejahteraan yang berkelanjutan untuk generasi yang sekarang dan generasi
yang akan datang.
Instrumen Kebijakan Lingkungan
Ekonomi berwawasan lingkungan adalah hal positif yang dapat dirasakan oleh
semua pihak antar generasi. Karena selama ini banyak kritik yang menyatakan bahwa
ekonomi yang ada masih belum berpihak kepada lingkungan. Bahkan proses produksi
banyak mendorong pada terdegradasinya laham yang ada dialam. Hal ini karena pada
mulanya ekonomi tidak membicarakan masalah lingkungan, karena lingkungan dianggap
sebagai faktor luar dan sebagai barang bebas. Sehingga dalam prosesnya membutuhkan
sebuah institusi yang dapat memaksimalkan pemanfaatan sumberdaya alam dalam proses
ekonomi tanpa merusak dan mengurangi kualitasnya untuk generasi yang akan datang
Lingkungan dapat dimanfaatkan oleh siapa saja karena lingkungan adalah barang public.
Namun tetap masing masing pribadi memiliki tanggung jawab dalam penggunaannya,
sehingga perlu adanya dari pemerintah untuk terlaksana hal tersebut.
Negara pada masa ini tidak boleh hanya berharap pada sector impor dan ekspor
untuk membangun perekonomian negaranya. Seharusnya, negara berkembang yang
memiliki sumberdaya alam yang melimpah yang biasa dijadikan sebagai eksportir hasil
buminya mampu mengelola sumberdaya alamnya secara mandiri dan lebih baik. Namun,
pada kenyataannya negara berkembang belum mampu memaksimalkan sumber daya
alam yang ada dinegaranya sehingga negara negara maju mulai mendikte dan menekan
masalah sumberdaya alam yang berkaitan dengan perdagangan Internasional. Hal ini
sangat berbeda dengan negara maju yang sudah banyak menggunakan teknologi dari
industry ramah lingkungan untuk menunjang perekonomian dari industry ramah
lingkungan untuk menunjang perekonomian negara. Sehingga banyak negara
berkembang kesulitan untuk menaikkan tingkat ekspornya karena adanya tekanan dari
berbagai sisi (Salvatore, 2007).
Menurut Anugerah (2003) dan Kariyasa (2003), perdaganngan Internasional yang
semakin terbuka dan terintegrasi dengan negara negara lain dipengaruhi oleh beberapa
faktor internal negara dan faktor eksternal. Faktor eksternal tersebut antara lain ratifikasi
perjanjian perdagangan yang terjadi antar negara, wilaya atau secara menyeluruh (global).
WTO mulai menyadari mengenai isu isu lingkungan dalam perdagangan Internasional
mulai membuat aturan terkait hal tersebut. Hal ini memberikan ancaman pada negara
negara berkembang, karena diperkirakan dapat menghambat perdagangan Intenasional
dari produk hasil negara berkembang. Negara maju sebagai negara yang memiliki
pengaruh besar, berperan penting dalam pembuatan aturan, kebijakan dan mekanisme
perdagangan Internasional.
Permasalahan lingkungan selalu menjadi hal yang sangat dipertimbangkan dalam
perdagangan Internasional ini, sehingga muncul rencana untuk membuat sebuah
standarisai dengan menggunakan ecolabel. Dibeberapa negara maju seperti Amerika
Serikat, Jepang, Jerman penerapan ecolabel sudah sangat berkembang, hal ini didukung
dengan kepedulian masyarakat yang tinggi mengenai kehidupan yang “go green”.
Konsumen yang memiliki pendapatn yang tinggi rela mengeluarkan banyak uang untuk
membeli produk berlogo ecolabel. Namun hal ini berdampak pada negara negara
berkembang seperti India dan Indonesia yang menjadi negara dengan penyumbang emisi
karbon terbesar didunia untuk melaksanakan progam ecolabel. Pada tahun 1994
perdagangan yang dilakukan Indonesia adalah dengan negara yang telah menerapkan
ecolabel. Selain itu muncul konsep Green Consumer, sehinggal apabila tidak merapkan
standarisasi lingkungan dan ecolabel maka produk ekspor negara akan diboikot oleh
negara lain. Namun penerapan ecolabel di Indonesia masih bersifat sukarela, karena pusat
produk hasil hutan belum mewajibkan untuk produk produknya.
Equity
Saat ini mulai terjadinya perubahan di dunia. Di mana awalnya keadaan dunia masih
seimbang antara sumberdaya alam dan kebutuhan manusia sehingga masih banyak area
konservasi dan lokasi yang mengandung banyak sumberdaya alam. Namun, sekarang
area-area tersebut sudah dikonversi menjadi area pemanfaatan untuk kepentingan
manusia. Selain itu pemikiran manusia yang belum bisa berubah dari perekonomi kosong
menjadi perekonomian dunia saat ini. Modal buatan manusia menjadi semakin relatif
banyak, dan modal-modal alam menjadi semakin langka. Hal ini membuat terjadi
kelangkaan modal alam karena masyarakat memiliki pandangan bahwa modal alam dapat
diganti dengan modal buatan manusia. Tentu saja, jika modal buatan merupakan
pengganti yang baik untuk modal alam maka modal alam juga harus menjadi pengganti
modal buatan manusia yang baik. Kemudian akan muncul pertanyaan mengenai alasan di
balik masalah sulitnya untuk mengumpulkan modal buatan manusia jika pada awalnya
ada sebuah pengganti yang bagus (modal alam). Kemudian muncul pernyataan bahwa
modal buatan dan alam adalah modal-modal yang saling melengkapi bukan saling
mengganti (kecuali terjadi margin yang sangat kecil). Bila faktor-faktor tersebut adalah
sesuatu yang disebut melengkapi maka apabila ada kekurangan pada satu faktornya maka
dapat dipastikan bahwa pasokannya menjadi terbatas.