Anda di halaman 1dari 10

MENGULAS BUKU ECOLOGY ECONOMY EQUITY

SEBUAH UPAYA PENYEIMBANGAN EKOLOGI DAN EKONOMI

( Rita Parmawati )
Nama : Putri Wuri Andari

NIM : 215030801111024

I. KESEIMBANGAN DALAM EKONOMI EKOLOGI

1.1. Definisi Ekologi, Ekonomi, Equity.

Ekologi merupakan bidang interdisipliner yang mencakup biologi, geografi, dan ilmu
bumi. Ekologi memiliki beberapa aplikasi praktis dalam biologi konservasi, pengelolaan
lahan basah, pengelolaan sumber daya alam (agroekologi, pertanian, kehutanan,
wanatani, dan perikanan), perencanaan kota (ekologi perkotaan), kesehatan masyarakat,
ekonomi, penelitian dasar dan terapan, dan interaksi sosial manusia (ekologi manusia).

Ekonomi digambarkan sebagai domain sosial yang terdiri dari perilaku lapangan,
bahasa, dan materi pelajaran yang berkaitan dengan penciptaan, penggunaan, dan
pengelolaan sumber daya (Paul, 2015).

Secara umum, kesetaraan berarti persyaratan untuk keadilan dalam keuntungan dan
kerugian yang dihadapi sebagai akibat dari kemajuan Kesetaraan merupakan elemen
penting dalam pembangunan berkelanjutan karena ketiadaannya dapat menyebabkan
kerusakan lingkungan.

1.2. Konsep Ekonomi, Ekologi, dan Equity

Pertumbuhan ekonomi, kelestarian lingkungan, dan kesetaraan sosial merupakan tiga


faktor politik dan sosial jangka panjang yang akan membantu mewujudkan pembangunan
berkelanjutan (pemerataan). Oleh karena itu, ketiga faktor ini dikenal sebagai The Three
E's of Sustainability. Tidak seperti definisi keberlanjutan tradisional yang hanya
berhubungan dengan lingkungan dan berkonsentrasi pada sektor ekologi. The Three E's
of Sustainability memiliki pendekatan yang saling terkait. Tidak akan ada keberlanjutan
lingkungan tanpa kesetaraan atau keadilan. Tanpa ekologi, tidak akan ada keberlanjutan
ekonomi.
1.3. Masalah karena Pertumbuhan Ekonomi yang Berlebihan dan Hubungannya
dengan Lingkungan

Ekspansi ekonomi telah membawa banyak manfaat, termasuk standar hidup yang
lebih tinggi dan kualitas hidup yang lebih baik di seluruh dunia, tetapi juga
mengakibatkan penipisan sumber daya alam dan kerusakan ekosistem. Terdapat
ketidaksepakatan yang substansial mengenai apakah ekspansi ekonomi dapat dicapai
tanpa menyebabkan kerusakan lingkungan atau tidak berkelanjutan. Selain itu, ada
pengakuan yang berkembang bahwa ekspansi ekonomi, seiring dengan laju penipisan dan
kerusakan aset lingkungan yang ada, tidak dapat dipertahankan tanpa batas waktu.

II. EKONOMI ALAM

2.1 Ekonomi Sumberdaya Alam

Ekonomi sumber daya alam berkaitan dengan ketersediaan, permintaan, dan


distribusi sumber daya alam bumi. Tujuan utama ekonomi sumber daya alam adalah
untuk lebih memahami fungsi sumber daya dalam perekonomian sehingga strategi
pengelolaan sumber daya yang lebih berkelanjutan dapat dirancang untuk mengamankan
ketersediaannya bagi generasi mendatang. Para ekonom sumber daya alam meneliti
interaksi sistem ekonomi alam untuk menciptakan ekonomi yang lebih efisien dan
berkelanjutan. Ilmu ini diklasifikasikan sebagai bidang akademis transdisipliner. Ilmu ini
bersifat lintas disiplin.

2.2 Klasifikasi dan Karakteristik Sumberdaya Alam

Secara umum, ada dua jenis sumber daya di alam yaitu sumber daya terbarukan
dan sumber daya tidak terbarukan. Sumber daya terbarukan adalah sumber daya alam
yang dapat dimodifikasi seiring berjalannya waktu. Sumber daya tak terbarukan adalah
sumber daya yang tidak dapat didaur ulang.

2.3 Pendekatan Ekonomi untuk Manajemen Sumberdaya

Sebagian besar elemen tantangan sumber daya alam dan lingkungan dapat
dipelajari dengan menggunakan perspektif ekonomi. Indikator ekonomi keberlanjutan
dikembangkan dari definisi keberlanjutan yang cukup mendasar, yang menetapkan bahwa
modal harus dipertahankan.

III. Eco-Analysis dan Green Growth

3.1 Analisis Ekonomi

Pasti ada pengaruh positif dan negatif dalam pelaksanaan kegiatan, dari sisi
ekonomi, dampak positifnya dapat dilihat dengan adanya investasi yang lebih berpusat
pada pemerintah secara umum dan masyarakat secara khusus (Kasmir, 2008).
Keuntungan ekonomi dan sosial dapat diketahui dalam suatu proyek yang menggunakan
analisis ekonomi. Perhitungan investasi, modal, maupun efek dari usaha yang dilakukan
tidak lepas dari aspek aspek ekonomi.

3.2 Green Growth

Green Growth menurut Bank Dunia (2012) dan OECD (2013), sangat dibutuhkan
dan sangat efisien secara ekonomi, karena sangat penting bagi negara-negara berkembang
untuk mencapai keuntungan ekonomi dan sosial yang besar. Secara umum, kebijakan
Green Growth mencakup masalah lingkungan dalam keputusan ekonomi, seperti efisiensi
sumber daya, memodifikasi sistem energi, menilai modal alam dalam aritmatika
ekonomi, dan menilai eksternalitas lingkungan (Jouvet et al, 2013).

3.3 Green Growth dan Green Economy

Pertumbuhan Ekonomi Hijau dan Ekonomi Hijau pada dasarnya berkaitan dengan
fakta bahwa keduanya ditawarkan sebagai langkah untuk mengatasi krisis keuangan dan
ekonomi. Pendekatan-pendekatan ini berusaha untuk merevitalisasi ekonomi global
dengan mengarahkan investasi pada pasar produk dan jasa lingkungan, serta
pengembangan infrastruktur "alami", seperti hutan, badan air, dan keanekaragaman
hayati (Lane, 2010).
IV. Sejarah Pengelolaan dan Perkembangan Lingkungan

Pengelolaan dan Perkembangan adalah bidang yang menuntut pandangan


multidisipliner dan memungkinkan integritas dari berbagai disiplin ilmu, agama, kelas,
kelompok etnis, pandangan politik, dan jenis kelamin untuk bersama-sama mencari
pendekatan yang terbaik untuk menyelesaikan masalah penting. Selama PELITA III,
gagasan tentang manajemen pembangunan lingkungan hidup muncul di Indonesia.
Namun demikian, terlepas dari kenyataan bahwa waktu merupakan hal yang sangat
penting, Indonesia telah melakukan beberapa upaya untuk memulai pengelolaan
lingkungan yang memadai.

Hasilnya, kesadaran masyarakat akan pengelolaan lingkungan mulai meningkat.


Sebagai contoh, masyarakat mulai terlibat dalam berbagai kegiatan pengelolaan, seperti
melakukan berbagai inisiatif nyata untuk mengatasi masalah lingkungan dan pencemaran
di wilayah mereka. Hal ini sangat berbeda dengan 20 tahun sebelumnya, ketika istilah
"lingkungan" tidak pernah terdengar.

V. Sejarah Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan digambarkan sebagai proses pembangunan yang


dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masa kini dengan menjaga stabilitas untuk
memenuhi kebutuhan masa depan. Pembangunan berkelanjutan terdiri dari tiga
komponen utama yaitu pembangunan ekonomi, pembangunan sosial, dan pembangunan
lingkungan. Ketiga hal tersebut saling berkaitan sehingga tidak dapat dipisahkan.
Hubungan sebab-akibat antara ketiga elemen tersebut dapat menyebabkan perubahan
pada salah satu elemen dan berdampak pada elemen lainnya. Interaksi antara faktor
pertumbuhan ekonomi dan sosial menciptakan hubungan yang adil/seimbang. Hubungan
antara kemajuan sosial dan pelestarian lingkungan harus terus dipertahankan. Tujuan dari
hubungan antara pelestarian lingkungan dan pertumbuhan ekonomi adalah untuk
membuatnya berkelanjutan dan layak. Jika ketiga faktor tersebut dijalankan secara
seimbang, maka tidak menutup kemungkinan akan tercipta keadaan yang berkelanjutan.
VI. Pendekatan Ekonomi Ekologi

Ekonomi ekologi merupakan tindakan penyeimbang yang akan memainkan peran


dalam upaya berkelanjutan untuk mengintegrasikan teori dan kebijakan ekonomi dengan
informasi dari berbagai bidang penelitian. Isu-isu konseptual utama yang muncul dalam
berbagai literatur ekonomi ekologi adalah nilai monisme, model aktor rasional, analisis
marjinal, perlakuan terhadap ketidakpastian, peran efisiensi dalam kebijakan ekonomi,
dan produksi sebagai bentuk sosial dan fisik. Kesulitan konseptual utama yang muncul
dalam berbagai literatur tentang ekonomi ekologi meliputi monisme nilai, model aktor
rasional, analisis marjinal, perlakuan terhadap ketidakpastian, peran efisiensi dalam
kebijakan ekonomi, dan produksi sebagai suatu bentuk kebijakan ekonomi. Efisiensi
kebijakan ekonomi, serta produksi sebagai bentuk sosial dan fisik. Baik secara sosial
maupun fisik. Tantangan-tantangan ini sangat penting bagi kelangsungan hidup teori
neoklasik serta penyelesaian masalah lingkungan dan sosial di dalam ekonomi.

VII. Keberlanjutan dalam Ekonomi Ekologi

Ekologi dan ekonomi adalah disiplin ilmu yang sangat penting bagi kelangsungan
hidup suatu negara. Ekologi adalah ilmu yang menganalisis interaksi hewan dan
tumbuhan dengan lingkungan organik dan anorganiknya. Sedangkan ekonomi adalah
ilmu yang mempelajari bagaimana manusia hidup dan bagaimana mereka memenuhi
kebutuhannya. Karena kegiatan ekonomi manusia telah menjadi lebih internasional,
jumlah interaksi dari masuknya produk limbah ke dalam lingkungan telah meningkat,
mempengaruhi kinerja dan stabilitas ekosistem. Perubahan kualitas lingkungan akan
berdampak pada kemampuannya untuk menawarkan sumber daya atau jasa bagi kegiatan
ekonomi manusia. Lingkungan dan ekonomi saling terkait. Apa yang terjadi dalam
ekonomi berdampak pada lingkungan, dan sebaliknya. Menurut Brown (2001), ekonomi
ekologi berpendapat bahwa agar ekologi dapat berhasil, maka ekologi harus berfokus
pada pemenuhan kebutuhan saat ini tanpa membahayakan masa depan. Pendekatan ini
tidak menekankan ekologi/lingkungan di atas ekonomi, karena untuk menciptakan
ekonomi yang berkelanjutan diperlukan kemitraan ekonomi dan ekologi untuk
mendorong pembangunan.
VIII. Keberlanjutan dan Pembangunan Keberlanjutan

Pertumbuhan tidak sama dengan pembangunan, terutama dalam hal ekonomi.


Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses yang menghasilkan suatu perluasan dalam
perekonomian suatu wilayah sehingga dapat memenuhi permintaan masyarakat, yang
memberikan pengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi akan
terjadi jika output dari proses produksi dapat tersebar dan berkembang dengan cepat
dibandingkan dengan jumlah penduduk. Peningkatan taraf kesehatan dan taraf hidup
masyarakat merupakan bukti adanya pertumbuhan ekonomi.

Pembangunan berkelanjutan adalah strategi untuk menyeimbangkan,


mengintegrasikan, dan menggeneralisasi faktor sosial, budaya, ekonomi, dan lingkungan.
Aspek-aspek sosial, budaya, ekonomi, dan lingkungan yang penting. Keberlanjutan
adalah proses untuk memastikan bahwa sistem ekonomi dan lingkungan dapat terus
memenuhi kebutuhan mereka. Sistem ekonomi dan lingkungan harus ditingkatkan agar
dapat memenuhi kebutuhan di masa depan.

IX. Pertumbuhan Ekonomi dan Lingkungan Hidup

Pertumbuhan ekonomi biasanya didefinisikan sebagai peningkatan jumlah total


barang dan jasa yang diproduksi, yang diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB).
Meskipun PDB dan metode penghitungan lain yang sebanding mewakili nilai produk dan
layanan yang dipasok melalui pasar, ada banyak pencilan tambahan yang belum
berkontribusi pada kekayaan secara keseluruhan. OECD mendefinisikan modal alam
sebagai aset alam yang berperan dalam menyediakan input sumber daya alam dan jasa
lingkungan dalam proses produksi ekonomi. Hal ini mencakup udara bersih, air, dan
tanah yang kita gunakan untuk menanam tanaman kita, serta mineral dan benih yang kita
ambil dari bumi.

X. Instrumen Kebijakan Lingkungan

Ekonomi yang berkelanjutan secara ekologis adalah manfaat yang dirasakan oleh semua
pemangku kepentingan dari generasi ke generasi. Karena banyak kritik yang mengatakan
bahwa ekonomi saat ini masih belum ramah lingkungan. Bahkan proses pembuatannya
pun telah berkontribusi terhadap kerusakan alam. Hal ini dikarenakan, pada awalnya,
ekonomi tidak memperhatikan masalah lingkungan karena lingkungan dianggap sebagai
komponen eksternal dan barang bebas. Oleh karena itu, diperlukan organisasi dan
mekanisme yang dapat memaksimalkan penggunaan sumber daya alam dalam proses
ekonomi tanpa merusak atau menurunkan kualitasnya untuk generasi mendatang. Dengan
demikian, kemakmuran akan terwujud bagi bangsa secara khusus dan dunia secara umum
(Sessions, 1995). Tipe tipe instrumen ekonomi yaitu biaya emisi atau pajak(biaya
pembuangan air, limbah, polusi udara, kebisingan), biaya penggunaan, biaya produk,
biaya administrasi, perdagangan emisi, sistem pembelian dana, subsidi. Keuntungan
instrumen ekonomi yakni penyesuaian yang otomatis, efektivitas biaya, insentif,
fleksibilitas, peningkatan pendapatan, konservasi sumber daya dan transmisi.

XI. Perdagangan Internasional dan Lingkungan

Perdagangan internasional memberikan dampak yang cukup berat bagi negara


berkembang atau negara dengan tingkat perekonomian yang masih rendah, khususnya
terbentuknya utang luar negeri sebagai akibat dari proses ekspor dan impor. Karena
adanya utang ini, negara tersebut terpaksa harus terus mengeksploitasi sumber daya yang
dimilikinya agar dapat melunasi utang luar negerinya. sumber daya untuk dapat
membayar utang luar negeri negara yang ada. Namun demikian, banyak negara industri
yang masih ragu untuk memberikan bantuan teknologi di bidang teknologi ramah
industri. Perbedaan situasi ekonomi antara negara maju dan negara berkembang
mengharuskan adanya kewajiban moral dari negara maju untuk menawarkan bantuan
kepada negara berkembang; salah satu jenis bantuan yang sering diterima adalah bantuan
keuangan. bantuan keuangan. Perdagangan luar negeri juga merupakan salah satu cara
bagi negara berkembang untuk meningkatkan perekonomian mereka. Karena terciptanya
gagasan keadilan distributif, perdagangan internasional secara tidak langsung saling
menguntungkan. Perdagangan internasional digambarkan lebih dari sekadar pertukaran
sumber daya; perdagangan internasional juga digunakan untuk menciptakan hubungan
antara pengguna dan mekanisme untuk menciptakan kemitraan antara perusahaan dengan
negara tertentu, yang kemudian melakukan kegiatan yang saling menguntungkan (prinsip
timbal balik).

XII. Equity

Ekuitas berkaitan dengan keadilan. Gagasan tentang kesetaraan berasal dari konsep
keadilan sosial. Ini adalah gagasan bahwa ada beberapa hal yang harus dimiliki oleh
setiap orang, bahwa persyaratan mendasar harus dipenuhi, bahwa tanggungan dan
pendapatan tidak boleh terlalu beragam di seluruh masyarakat, dan bahwa hukum harus
ditujukan pada favoritisme, kejujuran, dan keadilan, bukannya favoritisme, kejujuran, dan
keadilan. Secara khusus, jika ada masyarakat yang berpenghasilan rendah, kualitas
lingkungan tetap dapat menopang gaya hidup mereka di masa depan. Masyarakat harus
memiliki akses yang sama terhadap sumber daya, yang menyiratkan bahwa tidak ada
seorang atau sekelompok orang yang harus menghadapi beban lingkungan yang lebih
berat. diminta untuk memikul biaya lingkungan yang lebih besar daripada masyarakat
lainnya.

XIII. Isu dalam Ekonomi Ekologi dan Pembangunan Berkelanjutan

Dunia sedang berubah. Jika sebelumnya dunia masih seimbang antara sumber daya
alam dan kebutuhan manusia, masih banyak zona konservasi dan situs yang menyimpan
banyak sumber daya alam. Namun, situs-situs ini sekarang telah berubah menjadi zona
penggunaan manusia. Kawasan-kawasan tersebut seharusnya digunakan untuk
kepentingan manusia. Selain itu, pola pemikiran manusia belum dapat bergeser dari
ekonomi kosong ke ekonomi global saat ini. Modal buatan manusia menjadi semakin
berlimpah, sementara modal alam menjadi semakin terbatas. Karena orang percaya
bahwa modal buatan manusia dapat menggantikan modal alam, maka modal alam
menjadi langka. Tentu saja, jika modal buatan manusia dapat digunakan untuk
menggantikan modal alam, modal alam juga harus digunakan untuk menggantikan
modal buatan manusia. Indonesia yang memiliki strategi lingkungan yang kuat, terus
melakukan kegiatan pembangunan ekonomi untuk kepentingan masyarakatnya, namun
hal ini memberikan pengaruh terhadap kerusakan sumber daya alam yang ada. Hal ini
disebabkan oleh kegagalan dalam memprioritaskan konservasi dan pelestarian
lingkungan. Jika kecenderungan ini terus berlanjut, maka akan memberikan pengaruh
terhadap pencemaran udara, pencemaran air, degradasi tanah, alih fungsi lahan
pertanian, kerusakan hutan, perubahan iklim, kebakaran, dan isu-isu lainnya. Lebih jauh
lagi, hal ini dapat mendorong terbentuknya kemiskinan pada masyarakat yang
mengandalkan sumber daya alam yang ada untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Banyak konsep dan upaya untuk mengatasi hal ini, namun kerusakan yang disebabkan
oleh faktor aktor tidak dapat dihindari dari waktu ke waktu. Tidak merusak lingkungan
dan masalah sumber daya merupakan variabel yang saling berhubungan satu sama lain.
Sebagai contoh, kepadatan penduduk yang tinggi di suatu wilayah akan mengakibatkan
pembangunan infrastruktur yang pesat, sehingga mendorong terjadinya konversi lahan
pertanian menjadi lahan non pertanian. Konversi lahan yang terus menerus tanpa
memperhatikan masalah lingkungan akan mengakibatkan banjir dan terbentuknya
kawasan kumuh. Menurut Laporan Indeks dan Dasbor SDG 2018, negara dengan
tingkat kinerja SDG terbesar adalah Swedia, diikuti oleh Denmark dan Norwegia. Ini
adalah tiga negara dengan indeks keberhasilan SDG tertinggi. Di kawasan Asia, Jepang
menduduki peringkat ke-15 dari 156 negara yang dinilai. Di antara negara-negara lain,
Indonesia berada di peringkat ke-99. Namun, peringkat ini tidak serta-merta
menunjukkan bahwa negara tersebut telah mencapai SDGs. Sebagai contoh, meskipun
Swedia memiliki tingkat kinerja SDG yang tinggi, masih ada beberapa masalah SDG
yang harus ditangani, seperti halnya negara-negara lain.

Anda mungkin juga menyukai