Anda di halaman 1dari 9

Review Buku “Ecology Economy Equity” : Rita Parmawati

Oleh : Denaya Naomi Simanjuntak


NIM : 215030807111019
Program Studi Pariwisata, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya

Buku Ecology, Economy, Equity (Sebuah Upaya Penyeimbangan Ekologi dan Ekonomi)
yang tulis oleh Rita Parmawati. Diterbitkan dan disunting oleh Tim UB Press pada tahun 2018.
Cetakan pertama pada bulan September 2018, dan cetakan kedua pada bulan Febuari 2021 yang
terdiri 13 bab dalam buku ini.
Ekologi adalah analisis ilmiah dan studi interaksi antara organisme dan lingkungannya. Ini
adalah bidang interdisipliner mencakup biologi, geografi, dan ilmu bumi. Ekologi mencakup studi
tentang interaksi yang dimiliki organisme satu sama lain, organisme lain, dan komponen abiotik
di lingkungan mereka. Ekosistem mendukung fungsi penunjang kehidupan dan menghasilkan
modal alami seperti produksi biomassa seperti makanan, obat-obatan, dan bahan bakar, peraturan
iklim, pengendalian erosi, dan lain-lain. Ekonomi didefinisikan sebagal domain sosial yang
cenderung berbentuk praktik di lapangan, wacana, dan pokok bahasannya terkait dengan produkst,
penggunaan, dan pengelolaan sumberdaya (Paul,2015). Oleh karena itu, pemanfaatan sumberdaya
alam sebaiknya berpedoman pada prinsip ekonomi yang mempertimbangkan jangka waktu masa
kini dan masa datang dalam setiap tindakannya, dan juga mempertimbangkan kegiatan produksi
yang berwawasan lingkungan agar sumberdaya terjaga keberlanjutannya (sustainable
development). Ekuitas adalah prinsip utama pembangunan berkelanjutan karena apabila ekuitas
tidak ada maka dapat menyebabkan degradasi lingkungan. Status sosial juga dapat menentukan
bagaimana seseorang akan bersikap ramah lingkungan atau tidak dalam setiap aktivitas mereka
(Sundar, 2006). Hubungan antara prinsip ekologi dan ekonomi disebut sebagai ekonomi ekologi.
Ekonomi ekologi adalah sebuah kajian mengenai hubungan antara manusia dan alam. Terdapat
tiga komponen yang akan membantu mewujudkan pembangunan berkelanjutan yaitu pertumbuhan
ekonomi, keberlanjutan lingkungan, dan kesetaraan sosial (equity). Sehingga dalam keberlanjutan
tiga hal tersebut disebut sebagai Tiga Pilar Keberlanjutan. Pendekatan dari Tiga Pilar
Keberlanjutan memiliki keterkaitan. Tidak ada keberlanjutan ekologis tanpa adanya persamaan
atau keadilan. Tidak ada keberlanjutan ekonomi tanpa ekologi. Keberlanjutan dari sistem
lingkungan harus mampu mempertahankan sumberdaya secara stabil, menghindari adanya
eksploitasi atau menjaga agar lingkungan tidak kehilangan fungsi utamanya, menggunakan
sumberdaya buatan untuk menggantikan sumberdaya yang tidak dapat diperbarui.5 bukti bahwa
subsistem ekonomi telah mencapai batas dari ekosistem global sebagai sumber bahan dan
penyerap limbah (Contanza et al., 1997) adalah 1.) Penggunaan biomassa oleh manusia, 2.)
Perubahan iklim, 3.) Kerusakan lapisan ozon, 4.) Degradasu lahan, 5.) Penurunan tingkat
biodiversitas.
Ekonomi sumberdaya alam berhubungan dengan penyediaan, permintaan, dan alokasi
sumberdaya alam yang ada di bumi. Tujuan utama dari ekonomi sumberdaya alam adalah untuk
lebih memahami peran sumberdaya alam dalam perekonomian sehingga dapat dikembangkan
metode pengelolaan sumberdaya yang lebih berkelanjutan untuk memastikan ketersediaannya bagi
generasi mendatang. Kejadian kelangkaan yang terus meningkat dari jasa lingkungan yang
merupakan bagian dari sumberdaya alam dan kemudian menjadi bagian ekonomi lingkungan yang
lebih umum, merupakan bagian dari ekonomi. Alasannya adalah bahwa hanya dengan
memasukkan jasa lingkungan ke dalam pembuatan keputusan ekonomi, manusia dapat
menemukan keseimbangan antara fungsi ekonomi dan lingkungan serta menerapkan salah satu
prinsip penting pembangunan berkelanjutan. Faktor produksi adalah tenaga kerja, modal dan
sumberdaya alam yang berasal dari lingkungan.
Sumber daya alam terbagi menjadi entitas yang terpisah-pisah seperti air tawar, udara, serta
organisme hidup seperti ikan, atau mungkin ada dalam bentuk alternatif yang harus diolah untuk
memperoleh sumberdaya seperti bijih logam, minyak , dan sebagian besar bentuk energi. Secara
garis besar terdapat dua macam sumber daya yang ada di alam yaitu Sumber daya yang dapat
diperbarui dan sumber daya yang tidak dapat diperbarui. Sumber daya merupakan sumber yang
memiliki nilai intrinsik mereka sendiri atau bernilai untuk berkelanjutan jangka panjang dan
digunakan oleh manusia. Sumber daya terbarukan (dapat diperbarui) merupakan sumber daya
alam yang dapat disesuaikan dengan berlalunya waktu, baik melalui reproduksi biologis atau
proses alami lainnya yang berulang, dan bagian dari lingkungan alam dan komponen-komponen
ekosfer. Sumber daya tidak dapat diperbarui merupakan sumber daya yang tidak dapat
memperbaharui dirinya pada tingkat yang memadai untuk bisa diekstraksi untuk kepentingan
ekonomi yang berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Misalnya bahan bakar yang
berasal dari bahan organic (minyak atau gas). Bahan bakar fosil seperti batubara, minyak bumi,
dan gas alam. Sumber daya diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu biotik dan abiotic, yakni :
- Sumber daya biotik merupakan sumber daya yang berasal dari hewan dan tumbuhan. Biotik
adalah komponen hidup dari sebuah komunitas seperti organisme (hewan dan tumbuhan).
- Sumber daya abiotic merupakan sumber daya yang berasal dari dunia non-hidup. Misalnya
tanah,air,dan udara. Berasal dari alam.
Instrumen kebijakan lingkungan memiliki kesamaan dalam tujuannya yaitu untuk :
1. Tercapainya perbaikan lingkungan (pengurangan emisi CO2)
2. Membuat pengeluaran biaya serendah mungkin bagi pelaku ekonomi (bisnis, rumah tangga
dan pemerintah)
3. Menghindari hal negative, dan menciptakan dampak positif di wilayah masyarakat lainnya
(pekerjaan, dan distribusi pendapatan).
Manfaat ekonomi dan manfaat sosial adalah sesuat dilihat dalam sebuah proyek yang
menggunakan analisis ekonomi. Secara lebih terperinci, penentuan nilai biaya dan manfaat dari
proyek yang dilakukan dapat dilihat dari tingkat perkembangan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat di sekitarnya. Sehingga sering disebut sebagai analisis evaluasi proyek. Fungsi
pemerintah dalam perekonomian adalah untuk bisa menciptakan peluang pekerjaan yang banyak
tanpa menimbulkan inflasi pada negara, sehingga membutuhkan perpaduan dari dua kebijakan
negara yaitu kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Apabila pengeluaran diatur maka akan terjadi
inflasi di negara, dan apabila terjadi kekurangan dalam pengeluaran maka akan terjadi deflasi.
Menurut orientasi 'antroposentris', nilai keanekaragaman hayati adalah hasil dari peran alam dalam
kesejahteraan manusia, sebagaimana manusia memahaminya (Becker, 1993). Analisis Efektivitas
Biaya dan Analisis Biaya Manfaat. Salah satu yang paling mudah digunakan adalah Analisis
Efektivitas Biaya, dimana berbagai tindakan akan dievaluasi dalam hal biaya peningkatan per
indikator atau langsung dengan banyak indikator.
Menurut Meyer & Russell (2000), cara mendukung sebagai spesies dengan biaya yang
rendah dapat dilakukan dengan lebih mengeksplorasi konsep "hotspot". Hasil studi oleh Balmford
et al, (2002), meninjau lima studi kasus dengan membandingkan nilai-nilai yang berasal dari
ekosistem dengan yang berasal dari konversi yang menjadi penggunaan lahan alternatif. Kelima
studi tersebut menemukan bahwa nilai ekonomi total lebih rendah dalam hal konversi daripada
konservasi (sekitar 50% lebih rendah). Secara umum, kebijakan Green Growth membawai
lingkungan ke dalam keputusan ekonomi sehingga mulai muncul pertimbangan efisiensi
sumberdaya, mengubah sistem energi, menilai modal alami dalam kalkulus ekonomi, dan
menentukan eksternalitas lingkungan (Jouvet et al, 2013). World Bank (2012) menunjukkan
bahwa Green Growth harus berfokus pada apa yang perlu dilakukan dalam lima sampai sepuluh
tahun mendatang untuk menghasilkan keuntungan sesegera mungkin dan menghindari terjebak
dalam jalur yang tidak berkelanjutan. Menurut Jacobs (2013) & Kosoy et al, (2012), teori
pertumbuhan hijau tidak dapat menjawab pertanyaan mengenai strategi atau jalur pertumbuhan
hijau tertentu akan mencapai target yang dinginkan. Penerapan konsep Green Growth
diidentifikasi dengan penekanan pada perlunya melanjutkan pengenalan pada pembangunan
berkelanjutan melalui fokus pada masalah utama, yaitu penghapusan kemiskinan, memastikan
keadilan intra dan antar generasi, peningkatan efektivitas ekonomi dan akses yang lebih adil
terhadap sumber daya (Caprott & Bailey,2014). Alasan dibalik kemunculan dan pengembangan
konsep Green Economy dan Green Growth adalah gerakan menuju pendekatan yang terintegrasi
dan komprehenstf untuk mengabungkan lingkungan dalam proses ekonomi. Tujuan dari Green
Economy yang jelas juga memberantas kemiskinan dan memberikan dukungan kepada negara-
negara berkembang. Untuk membandingkan, tujuan utama strategi Green Growth adalah
melanjutkan pertumbuhan ekonomi, dan sekaligus menyadari peran modal alam dalam proses
perencanaan dan neraca nasional.
Sebelum tahun 1960-an, pengelolaan dan perkembangan lingkungan adalah kegiatan yang
bersifat top-down, sekarang kegiatan ini sangat membutuhkan partisipasi masyarakat untuk bisa
bekerja sama mewujudkan keselarasan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Sejak tahun
1970-an, pandangan yang semakin menarik perhatian adalah bahwa umat manusia memiliki waktu
yang terbatas untuk bisa melakukan perkembangan yang akan menunjang kehidupan orang-orang
di dunia tanpa batas waktu dengan kualitas hidup yang memuaskan (Caldwell, 1977; Berger, 1987;
Ghai & Vivian, 1992). Pada awalnya hal yang ingin dilakukan adalah untuk mendorong adanya
'pertumbuhan nol', yang berarti menghentikan perkembangan lebih lanjut, namun hal ini membuat
cemas keadaan global. Sehingga diperlukan sebuah pemodelan yang disarankan agar pengelolaan
lingkungan dan pembangunan semakin efektif untuk bisa mencegah bencana dan memungkinkan
beberapa perbaikan mata pencaharian, kemudian lahirlah konsep pembangunan berkelanjutan dan
hal ini mendapat respons positif dari berbagai pihak. Gagasan bahwa dunia menghadapi krisis
lingkungan dapat mendorong munculnya perubahan yang signifikan tetapi juga dapat mendorong
perdebatan, solusi-solusi untuk mengatasi keadaan saat telah parah, pendekatan fokus jangka
pendek yang tidak tepat, dan aktivitas yang mengalihkan perhatian dari tugas penting lainnya.
Pada akhir 1980-an, telah terjadi perluasan literatur dan liputan media tentang isu
lingkungan dan pembangunan, pertumbuhan dan pendidikan (Adams, 1990, Gupta, 1988, Gupta
& Asher, 1998). Akibat perhatian pada lingkungan yang semakin meningkat muncul konsep
pembangunan berkelanjutan. Konsep ini telah menjadi bagian penting dari wacana lingkungan dan
pembangunan pada abad kedua puluh satu, dan berbagai pihak berwenang telah mencatat bahwa
ini adalah konsep yang sangat membantu untuk mengintegrasikan manajemen pengelolaan dan
pengelolaan lingkungan. Pada PELITA III konsep dan kebijakan-kebijakan terkait lingkungan
hidup mengalami perkembangan yang sangat berarti. Pada PELITA III konsep dan kebijakan-
kebijakan terkait lingkungan hidup mengalami perkembangan yang sangat berarti. Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang KetentuanKetentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup
mendorong munculnya hukum lingkungan. Namun, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997
masih belum bisa mengatasi masalah lingkungan yang berkaitan dengan pembangunan secara
maksimal. BAPEDAL atau disingkat Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah masih
dipertahankan struktur organisasinya seperti semula. Selain instansi dan lembaga pemerintah ada
juga lembaga- lembaga yang muncul dari inisiatif masyarakat sendiri untuk bisa mengelola
lingkungan hidup, tetapi lembaga ini masih sangat berpedoman pada hukum adat yang berbeda
untuk setiap daerah. Namun, lembaga-lembaga lokal ini terbukti mampu melaksanakan tugasnya
untuk bisa menjaga kelestarian lingkungan karena masyarakat pedesaan atau pedalaman lebih
percaya pada hukum adat daripada hukum yang berlaku secara nasional.
Menurut Permana (2016), dapat disimpulkan sebagai proses pembangunan yang
memperhatikan aspek-aspek ekologi, ekonomi, sosial, dan budayanya. Tujuan dari pembangunan
berkelanjutan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia sehingga mampu meningkatkan
kualitas hidup menjadi lebih baik dari sebelumnya. Menurut pada ahli dalam Rahmatullah (2015),
terdapat beberapa kaidah dalam pembangunan berkelanjutan antara lain :
1. Pemerataan dan keadilan (eguity and justice)
2. Keberlanjutan ekologis (ecological sustainability)
3. Keberlanjutan ekonomi (economic sustainability)
4. Keberlanjutan sosial budaya (social-culture sustainability)
5. Keberlanjutan politik (political sustainability)
6. Keberlanjutan pertahanan dan keamanan (defense ang security sustainability)
7. Pendekatan integratif, perspektif jangka panjang (long term perspective).
Pembangunan berkelanjutan dapat didefinisikan sebagai proses pembangunan untuk
memenuhi kebutuhan saat ini tetapi tetap menjaga keseimbangan alam agar generasi yang akan
datang dapat merasakan manfaatnya juga. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Rio De Janeiro
dilaksanakan pada tahun 1992 sebagai kelanjutan dari konferensi Stockholm tahun 1972. KTT ini
diberi nama United Nations Conference on Environment and Development (UNCED) di Rio de
Janeiro dengan tujuan melaksanakan bersama pembangunan berkelanjutan dalam aktivitas yang
nyata juga dikenal dengan agenda 21. Kunci dari pembangunan berkelanjutan — adalah
terpenuhinya kebutuhan saat ini tanpa mengurangi kemampuan lingkungan atau sumberdaya untuk
memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang. Dalam konteks ini, kebutuhan adalah suatu hal
yang berguna untuk kelangsungan hidup alam dan manusia.
Menurut Dipoyuda (1982), terdapat setidaknya lima komponen utama dalam perencanaan
Strategi untuk menciptakan kesejahteraan melalui pembangunan berkelanjutan, yaitu:
1. Pemenuhan segala kebutuhannya
2. Memberantas kemiskinan
3. Pembangunan dengan adanya partisipasi masyarakat
4. Adanya kekuasaan Pemerintah
5. Melakukan pembangunan lingkungan yang berimbang
Ekonomi ekologi adalah suatu keseimbangan yang akan berperan dalam usaha berkelanjutan
untuk menyatukan antara teori ekonomi dan kebijakan dengan pengetahuan dari berbagai bidang
ilmu. Teori tersebut mulai mengalami krisis dikarenakan adanya pembongkaran pada dua tiang
pokoknya yaitu (1) teori perilaku manusia yang terwujud dalam aksioma pilihan konsumen dan
(2) teori produksi yang terwujud dalam kompetisi sempurna dan produktivitas marginal dari teori
distribusi. Isu konseptual yang utama muncul dalam berbagai literatur untuk ekonomi ekologi
adalah nilai monisme, model aktor rasional, analisis marginal, perlakuan ketidakpastian, peran
efisiensi dalam kebijakan ekonomi, dan produksi sebagai bentuk sosial dan fisik. ilai Monisme
berada di belakang Analisis Biaya Manfaat atau Cost Benefit Analysis (CBA) yang menggunakan
gagasan surplus konsumen untuk menilai keinginan pilihan kebijakan publik. Efek endowment,
misalnya, adalah salah satu alasan terjadinya perbedaan antara kemauan untuk membayar atau
Willingness to Pay (WTP) yang mengukur perubahan kesejahteraan dengan hasil pengukuran
Kesediaan untuk menerima atau Willingness to Accept (WTA) yang lebih tinggi. Titik awal untuk
analisis ekonomi adalah aktor rasional yang membuat keputusan tanpa konteks sosial atau
lingkungan. Co-evolution adalah model yang sifatnya tidak dapat diprediksi atau dioperasionalkan
semudah Masalah maksimalisasi penggunaan. Co-evolution menawarkan pandangar, tentang
sistem sosial-alam-fisik yang lebih kompleks, memberikan wawasan tentang bagaimana
menyusun Pilihan individu dan masyarakat kita. Mengakui proses revolusi bersama antara sistem
Sosial dan alam dapat membantu dalam merumuskan pelajaran untuk membantu memandu proses
sosial (Erickson, 1999). Teori pertumbuhan neoklasik 'bukanlah' teori pertumbuhan, melainkan
teori tentang pertumbuhan alokasi optimal tingkat pertumbuhan input. Hal ini sesuai dengan yang
dituliskan oleh Pasinetti (1977), bahwa model teori ini jelas tidak ada hubungannya dengan
fenomena produksi yang ada. Masalah utama yang dihadapi adalah pengalokasian secara optimal,
melalui pertukaran, dari investasi tertentu dan distribusi sumberdaya.
Ekonomi ekologi adalah suatu cabang studi yang mempelajari hubungan antara hubungan
manusia dengan alam. Dengan kata lain, studi yang mempelajari interaksi-interaksi yang terjadi
pada sistem ekonomi dan sistem ekologi. Aktivitas ekonomi manusia sekarang sudah berskala
global sehingga semakin tinggi level dari interaksi dari pemasukan bahan-bahan limbah ke
lingkungan, dan hal tersebut memengaruhi kinerja dan kestabilan ekosistem. Dalam pembangunan
perekonomian negara, masalah yang sering dihadapi adalah sulitnya untuk menyeimbangkan
antara kebutuhan pembangunan dengan kelestarian lingkungan (Fauzi, 2004). Apabila
pembangunan ekonomi yang terus dilakukan tanpa melihat kelestarian lingkungan akan
berdampak jangka panjang berupa menurunnya kualitas lingkungan untuk masa depan, sehingga
dapat menyebabkan permasalahan pembangunan di kemudian hari Uaya, 2004). Penurunan fungsi
sumberdaya adalah salah satu tanda bahwa lingkungan mulai terdegradasi. Beberapa contoh dari
degradasi lingkungan adalah lahan kritis, polusi udara, dan menurunnya keanekaragaman hayati.
Hal tersbebut dapat mengancam keberlanjutan dari pembangunan ekonomi, sehingga sangat
penting untuk diperhatikan. Menurut Pearce & Turner (1990), proses produksi dan kelestarian
lingkungan dapat terganggu karena adanya pengelolaan yang gagal (management Jailure),
kebijakan yang tidak tepat (policy failure), dan distribusi hasil yang salah (distribution failure).
Pertumbuhan ekonomi adalah proses yang menyebabkan adanya peningkatan perekonomian
suatu wilayah sehingga bisa memenuhi kebutuhan masyarakat yang nantinya berdampak pada
kesejahteraan masyarakat tersebut. Pertumbuhan ekonomi akan terjadi apabila output dari proses
produksi mampu terdistribusi dan tumbuh secara cepat dibandingkan dengan populasinya.
Beberapa contoh dari pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan taraf kesehatan dan keamanan
masyarakat. Sehingga, secara sederhana dapat diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi ditandai
dengan adanya peningkatan output per kapita (Van den Berg, 2005). Menurut Cline (1992),
penggunaan tingkat diskonto 1,56 dapat digunakan untuk menyeimbangkan biaya jangka panjang
dan manfaat yang dihasilkan sebagai kegiatan untuk mengurangi perubahan iklim global.
Advokasi untuk pembangunan berkelanjutan, menjelaskan bahwa komponen sosial pembangunan
adalah bagian penting dari paradigma keberlanjutan. Secara keseluruhan, prinsip-prinsip dari
pembangunan berkelanjutan dengan jelas menyarankan adanya pedoman baru dalam proses
pembangunan. Prinsip keberlanjutan menyiratkan tujuan dan kebijakan baru, yakni :
1. Populasi: secara teoritis pembangunan berkelanjutan pada umumnya menolak konsep
pertumbuhan tak terbatas, baik dari populasi maupun produksi ekonomi. Bahkan jika daya
dukung manusia sulit untuk diketahui, masalahmasalah sumberdaya dan lingkungan pada
akhirnya akan terjadi.
2. Pertanian: Kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan pangan dari populasi yang meluas akan
lebih tinggi Tingkat konsumsi per kapita berkaitan dengan sistem tanah dan air secara
global (Harris & Kennedy, 1999: Pinstrup-Andersen & Pandya-Lorch, 1998).
3. Energi: persediaan bahan yang terbatas dan dampak lingkungan, khususnya akumulasi gas
rumah kaca, berarti perlu dilakukannya transisi dari bahan bakar fosil sebelum tahun 2050
(MacKenzie, 1996, IPCC, 2001).
4. Industri: Seiring skala produksi dari industri global yang meningkat beberapa kali lipat
dibandingkan saat ini, menunjukkan bahwa pengendalian pencemaran limbah industri
tidak memadai.
5. Sistem Sumberdaya Terbarukan: Sektor perikanan, hutan dan air secara global sangat
tertekan dan terancam. Munculnya tuntutan yang lebih besar pada semua sistem yang ada
harus diintegrasikan dengan tingkat pengelolaan institusional yang telah direformasi.
Aggeri et al, (2005) menunjukkan bahwa keterlibatan perusahaan-perusahaan besar secara masif
dalam wacana keberlanjutan menimbulkan perdebatan yang kontradiktif. Masalah utamanya
adalah di satu sisi, banyak yang menilai bahwa skala aktivitas ekonomi global saat ini mengancam
keberlanjutan: mengancam untuk mengurangi kapasitas masa depan untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginan manusia. Di sisi lain, banyak yang berpendapat bahwa perlu meningkatkan skala
kegiatan ekonomi untuk meringankan kemiskinan.
Pertumbuhan ekonomi, pada gilirannya penting bagi kesejahteraan ekonomi dan
kesejahteraan manusia, terlepas baik di negara maju maupun di negara berkembang. Hal ini
merangsang munculnya kemajuan teknologi, seperti yang dibutuhkan untuk terus mengurangi pola
konsumsi dan proses produksi yang berdampak pada lingkungan. Ini juga merupakan faktor
penting untuk mendorong kesejahteraan lainnya, seperti perbaikan kesehatan, pendidikan, dan
kualitas hidup secara keseluruhan. Stevenson & Wolfers (2008) yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang kuat antara kenaikan PDB dan kenaikan kesejahteraan baik untuk negara maju
maupun negara berkembang. Namun, masih terdapat hubungan yang tidak jelas antara PDB dan
kebahagiaan pribadi sehingga perlu adanya perhatian pada berbagai faktor yang memengaruhi
kesejahteraan. Berbagai teori ini menunjukkan bahwa hubungan antarg pertumbuhan ekonomi dan
lingkungan bersifat kompleks dan multidimensi. Hubungan dalam Kurva Lingkungan Kuznets
pada awalnya hanya diamati untuk beberapa elemen polusi udara (partikel tersuspensi dan NOx),
dan titik balik dari kenaikan PDB per kapita yang menyebabkan pengurangan emisi. Studi
selanjutnya memperkirakan bahwa titik balik secara umum akan menjadi lebih tinggi.
Mengikuti PPP berarti internalisasi ini harus tercapai pada tingkat pencemar. Dengan kata
lain, tujuan utama PPP adalah memberikan harga pada sistem ekonomi yang mencerminkan
"biaya" lingkungan: jika aktivitas ekonomi menyebabkan biaya lingkungan, ini harus
diperhitungkan (diinternalisasi) oleh pencemar. Pengaturan (“command and control (CAC)”)
adalah pendekatan kebijakan lingkungan yang paling umum digunakan meskipun pendekatan
ekonomi menjadi semakin penting. Pendekatan CAC terdiri atas perundangan, penegakan hukum
dan peraturan yang mengatur tujuan, standar dan teknologi yang harus dipatuhi oleh perusahaan
atau perseorang yang menghasilkan bahan pencemar. Contohnya adalah, Undangundang tentang
pencemaran air, udara, dan pembuangan limbah.
Perdagangan Internasional memiliki dampak yang cukup parah untuk negara-negara yang
sedang berkembang atau negara dengan tingkat ekonomi yang rendah, yaitu munculya hutang luar
negeri karena proses ekspor dan impor. Antara negara maju dan berkembang terjadi kesenjangan
dalam hal pengelolaan lingkungan, hal ini dikarenakan perbedaan teknologi, kualitas sumberdaya
manusia, dan tingkat pendapatan masyarakat. WTO adalah organisasi perdagangan Internasional
yang berusaha untuk mewujudkan adanya liberasi perdagangan dengan banyak cara, salah satunya
adalah dengan menghapuskan beberapa hambatan dalam proses perdagangan seperti tarif maupun
non-tarif dan mengurangi tindakan diskriminasi dalam proses perdagangan. Pada tahun 1994, 749
perdagangan yang dilakukan Indonesia adalah dengan negara yang telah menerapkan ekolabel.
Selain itu ditambah dengan mulai munculnya konsep Green Consumer, sehingga apabila tidak
menerapkan standardisasi lingkungan dan ekolabel maka produk ekspor negara akan diboikot oleh
negara lain. Beberapa masalah yang dianggap penting dari berlangsungnya perdagangan
Internasional dan perlindungan lingkungan hidup adalah sebagai berikut:
1. Aturan-aturan yang dibentuk dalam bidang perdagangan Internasional yang bertujuan
untuk menciptakan perdagangan bebas dianggap menyulitkan implementasi dari perjanjian
lingkungan Internasional.
2. Aturan-aturan yang ada pada perdagangan internasional dirasa menghalangi usaha
perlindungan sumberdaya alam dan lingkungan hidup pada suatu wilayah pada negara-
negara di dunia
3. Aturan dalam perdagangan multilateral dirasa dapat mencegah negara untuk bisa
menerapkan peraturan untuk melindungi lingkungan hidup suatu negara.
4. Aturan dalam perdagangan multilateral dapat menghalangi usaha untuk bisa lebih
mengadopsi standar lingkungan yang lebih tinggi dalam usahanya untuk menghasilkan
produk atau jasa dan perdagangan dengan negara lain.
Prinsip utama di balik pembangunan berkelanjutan adalah keadilan dan eguity antar sektor. Equity
berbicara tentang keadilan. Eguity berasal dari konsep keadilan sosial. The Universal Declaration
of Human Rights menyatakan bahwa pengakuan terhadap martabat yang melekat dan hak-hak
yang sama tidak dapat dicabut dari manusia karena hal itu adalah fondasi kebebasan, keadilan dan
kedamaian di dunia. Pembangunan Berkelanjutan yang diajukan oleh World Commission on
Environment and Development pada tahun 1987. Goodwin (2000) menyatakan bahwa istilah ini
kemudian diperluas dan dibuat lebih eksplisit yang membuat kita berpikir dalam hal pembangunan
Socially and Environmentally Just and Sustainable (SAEJAS). Saat ini, pertumbuhan ekonomi di
negara-negara berkembang, dan keadaan perekonomian pada banyak negara maju terkait dengan
keberhasilan ekspor. Sebagai contoh keberhasilan ekspor untuk mitra dagang Amerika sangat
terkait dengan permintaan dari Amerika, hal ini dikarenakan negara tersebut sangat bergantung
pada ekspor energi dan material.
Saat ini mulai terjadinya perubahan di dunia. Di mana awalnya keadaan dunia masih
seimbang antara sumberdaya alam dan kebutuhan manusia sehingga masih banyak area konservasi
dan lokasi yang mengandung banyak sumberdaya alam. Kemudian kesalahan ini mulai meluas
secara global yang dampaknya pada Sistem Neraca Nasional di Neraca Pembayaran Akun
(ekonomi internasional dan dalam Evaluasi Proyek. Sehingga hal ini membuat pada ahli ekonomi
ekologi untuk memperbaiki kesalahan yang telah terjadi ini. Terdapat tiga masalah ekonomi yang
utama yaitu alokasi, distribusi, dan skala. Alokasi sumberdaya yang efisien antara penggunaan
alternatif adalah masalah ekonomi yang paling banyak dibahas, sehingga banyak yang
menganggap bahwa masalah alokasi adalah yang terpenting. Konferensi yang dilakukan di
Stockholm pada tahun 1972 oleh PBB mengangkat isu dunia terhadap lingkungan hidup. Terdapat
beberapa negara di dunia yang telah mulai menerapkan konsep E3 (Ecology, Economy, dan
Eguity) untuk mewujudkan SDG atau Sustainable Development Goal. Sustainable Development
Goal adalah suatu agenda universal dari pemerintah dunia yang memerintahkan suatu negara untuk
membuat strategi yang holistik dengan mengkombinasikan antara pertumbuhan ekonomi, sosial,
dan keberlanjutan dari lingkungan. Berdasarkan SDG Index and Dashboards Report pada tahun
2018, didapatkan bahwa negara dengan tingkat keberhasilan SDG yang tertinggi adalah Swedia,
kemudian dilanjutkan oleh Denmark dan Norwegia. Ketiga negara ini adalah negara dengan indeks
keberhasilan SDG yang tinggi. Sedangkan untuk di wilayah Asia, Jepang berada pada ranking 15
diantara 156 negara yang diperhatikan. Sedangkan untuk Indonesia berada pada ranking 99
diantara negara-negara yang lainnya. Alasan mengapa Swedia menjadi negara dengan tingkat
keberhasilan SDG yang tinggi karena mulai menerapkan prinsip-prinsip Ecology, Economy, dan
Eguity. Pemerintah Swedia menganggap bahwa Agenda 2030 dan 17 tujuan pembangunan
berkelanjutan sebagai komitmen yang sangat penting dan dibutuhkan oleh Swedia. Selain dari
instansi Pemerintah Swedia, terdapat beberapa kelompok yang mendukung prinsip-prinsip dari
Ecology, Economy, dan Equity. Pada sektor ekonomi, menurut Indeks Daya Saing bertanggung
jawab akuntabilitas, Swedia menduduki peringkat sebagai negara yang untuk memajukan daya
saing bisnisnya menggunakan praktik bisnis yang bertanpgung jawab.

Anda mungkin juga menyukai