Ekuitas berbicara tentang keadilan yang harus ada dalam diri manusia untuk dibawa
dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap komunitas memiliki hak yang sama untuk
mengakses sumberdaya dan kemudian tidak akan ada individu atau kelompok yang
dimintai pertanggungjawaban lebih besar atas beban lingkungan. Ekuitas merupakan
prinsip utama pembangunan berkelanjutan karena apabila ekuitas tidak ada maka dapat
menyebabkan degradasi lingkungan. Hal tersebut karna status sosial bisa menentukan
bagaimana seseorang bersikap ramah lingkungan atau tidak dalam setiap aktivitas mereka.
Hubungan antara prinsip ekologi dan ekonomi disebut sebagai ekonomi ekologi.
Ekonomi ekologi adalah sebuah kajian mengenai hubungan antara manusia dan alam. Atau
dengan kata lain, kajian ini menjelaskan mengenai interaksi antara sistem ekonomi dan
sistem ekologi. Manusia tidak terlepas dari adanya prinsip ekonomi karena manusia adalah
hewan yang istimewa yang memiliki kemampuan untuk berinteraksi secara sosial antar
individu dan memiliki aktivitas ekonomi yang jauh berbeda dari hewan yang lainnya.
Ekonomi berasal dari Bahasa Yunani yang memiliki arti tempat memproduksi,
mendistribusikan atau pertukaran, konsumsi sedangkan pembangunan berkelanjutan sering
didefinisikan sebagai proses pembangunan yang dapat memebuhi kebutuhan saat ini tanpa
mengurangi kemampuan lingkungan untuk menyediakan kebutuhan untuk generasi yang
akan datang. Keberlanjutan dari sistem lingkungan harus mampu mempertahankan
sumberdaya secara stabil, menghindari danya eksploitasi atau menjaga agar lingkungan
tidak kehilangan fungsi utamanya, menggunakan sumberdaya buatan untuk menggantikan
sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui.
Menurut Contanza et al., (1997) terdapat lima bukti bahwa subsistem ekonomi telah
mencapai batas dari ekosistem global sebagai sumber bahan dan penyerap limbah.
Secara garis besar terdapat dua macam sumberdaya yang ada di alam yaitu
Sumberdaya yang dapat diperbaharui dan sumberdaya yang tidak dapat diperbarui.
Sumberdaya adalah sumber yang memiliki nilai intrinsik mereka sendiri atau bernilai untuk
berkelanjutan jangka panjang dan digunakan oleh manusia . salah satu masalah global yang
utama adalah tingkat pemanfaatan sumberdaya yang terus meningkatkan seiring dengan
populasi yang terus meningkat pula, sehingga menuntut adanya permintaan akan
sumberdaya yang memadai untuk memenuhi tuntuan generasi masa depan.
Sumber daya yang terbarukan merupakan sumber daya alam yang dapat disesuaikan
dengan berlalunya waktu, baik melalui reproduksi biologis atau proses alami lainnya yang
berulang. Sedangkan sumberdaya yang tidak terbarukan adalah sumberdaya yang tidak
dapat memperbaharui dirinya sendiri pada tingkat yang memadai untuk bisa diekstraksi
untuk kepentingan ekonomi yang berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Alam merupakan sumber dari adanya sumberdaya alam (sebagai input untuk proses
produksi dan konsumsi). Contohnya adalah sungai dapat berfungsi sebagai sumber air
untuk industri atau air minum, kemudian di lingkunganlah air limbah dilepaskan, kemudian
lingkungan juga digunakan untuk sarana rekreasi, untuk memancing, dan lain-lain. Dengan
meningkatnya tingkat aktivitas ekonomi dan meningkatnya jumlah spesies manusia,
ambang kapasitas asimilasi alam telah dilanggar, keempat fungsi ini menjadi kompetitif,
alam, serta ekosistemnya menjadi sumberdaya yang langka, dengan kecenderungan
kelangkaan yang semakin meningkat.
Berbagai tindakan akan dievaluasi dalam hal biaya peningkatan per indikator atau
langsung dengan banyak indikator. Hasil dari penilaiannya kemudian akan diurutkan dalam
biaya per unit dari nilai indikator yang dicapai.
Manfaat dipandang sebagai ukuran untuk meningkatkan salah satu atau banyak
indikator yang dihitung dalam bentuk uang dan dinilai berdasarkan biaya. Sehingga hal
yang dilakukan adalah dengan memperkirakan manfaat yang ada untuk diterapkan dalam
pelayanan ekosistem.
Green growth
Green growth dinilai sangat penting untuk bisa mengatasi tantangan dalam
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Menurut World Bank (2012) dan OECD
(2013), green growth sangat dibutuhkan dan dinilai dangat efisien secara ekonomi, karena
penting untuk negara-negara berkembang dapat meningkatkan keuntungan ekonomi dan
sosial yang signifikan. Kebijakan green growth membawa faktor lingkungan ke dalam
keputusan ekonomi sehingga mulai muncul pertimbangan efisiensi sumberdaya, mengubah
sistem energi, menilai modal alami dalam kalkulus ekonomi, dan menentukan eksternalitas
lingkungan.
Green growth sangat terkait dengan gagasan green economy yang berorientasi pada
peningkatan kesejahteraan sosial dan keadilan sosial secara keseluruhan, sekaligus
mengurangi risiko lingkungan dan penurunan kualitas ekosistem. Tujuan kedua konsep ini
adalah untuk mendorong kebangkitan kembali ekonomi global yang terganggu dengan
mengarahkan investasi di pasar produk dan layanan lingkungan dan pengembangan
infrastruktur “alami”, yaitu hutan, badan air atau keanekaragaman hayati.
Sejak tahun 1970-an, pandangan yang semakin menarik perhatian adalah bahwa umat
manusia memiliki waktu yang terbatas untuk bisa melakukan perkembangan yang akan
menunjang kehidupa orang-orang di dunia tanpa batas waktu dengan kualitas hidup yang
memuaskan. Untuk bisa mencapai tujuan tersebut, perlu untuk bisa menciptakan kondisi di
mana populasi yang ada tidak terlalu besar dan mengatasi kerusakan dan konflik
lingkungan yang terkait, mungkin selama beberapa dekade. Hasil oublikasi tahun 1972
tentang The Limits Growth yang memunculkan adanya pandangan “overshoot”, yang
mampu memperingatkan bahwa kebutuhan manusia dapat melampaui batasan secara global
dengan konsekuensi semakin sering terjadi bencana. Sehingga diperlukan sebuah
pemodelan yang disarankan agar pengelolaan lingkungan dan pembangunan semakin
efektif untuk bisa mencegah bencana dan memungkinkan beberapa perbaikan mata
pencaharian, kemudian lahirlah konsep pembangunan berkelanjutan dan hal ini mendapat
respons positif dari berbagai pihak. Pembangunan berkelanjutan adalah cara untuk bisa
melakukan pembangunan tanpa melebihi batas.
Antara abad ke-18 dan akhir 1940-an, sudut pandang yang berlaku di Barat adalah
bahwa alam adalah sesuatu untuk dipelajari, dicatat, dimiliki dan diekploitasi, dan bahwa
bumi hampir tidak terbatas dan tahan lama. Pada 1960-an sikap manusia mulai berubah.
Selamat empat dasawarsa terakhir, telah terjadi perkembangan ketertarikan pada isu
lingkungan oleh orang-orang di luar akademisi. Hal ini didorng oleh penyebab yang sangat
kompleks seperti polusi yang semakin nyata, hilangnya keanekaragaman hayati, penurunan
stok ikan, degradasi tanah, penggundulan hutan, sebuah kesadaran bahwa dunia ini terbatas
dan mudah rusak, perhatian pada tingkat pertumbuhan populasi manusia, dan kekhawatiran
tentang ancaman perang nuklir dan bencana teknologi yang tidak disengaja.
Pada tahun 1960-an minat masyarakat terhadap isu lingkungan telah meningkat.
Sehingga beberapa menyebut ini adalah „gerakan lingkungan‟, namun label
„environmentalisme‟ banyak digunakan untuk itu. para pengikut environmentalisme atau
pemerhati lingkungan adalah kelompok yang sangat beragam yang menganut berbagai
nilai, namun menganggap perhatian ekologis sebagai hal yang penting. Pada akhir 1980-an,
telah terjadi peluasan literatur dan liputan media tentang isu lingkungan dan pembangunan,
pertumbuhan dan pendidikan. Akibat perhatian pada lingkungan yang semakin meningkat
muncul konsep pembangunan berkelanjutan.
Diuraikan menjadi tiga masa, yaitu Masa Arus Global pada tahun 1972, masa adanya
Komitmen Internasional, dan masa adanya Komitmen Nasional dalam pengelolaan
lingkungan hidup di Indonesia, serta Pasca Reformasi.
Konsep pengelolaan dan pembangunan hidup yang terjadi di Indpensia baru dimulai
saat adanya PELITA III. Pada saat itu difokuskan untuk bisa meletakkan dasar-dasar pada
pembuatan kebijakan dengan konsep “membangun dan tidak merusak”. Pada PELITA IV,
fokus dari kegiatannya adalah untuk menciptakan keselarasan antara masyarakat dengan
lingkungan hidup. Pada PELITA V, mulai adanya integrasi antara kegiatan-kegiatan
sebelumnya yang berupa pertimbangan pada tiga unsur yaitu kependudukan, lingkungan
hidup dan pembangunan guna mewujudkan konsep pembangunan berkelanjutan.
Menurut para ahli dalam Rahmatullah (2015), terdapat beberapa kaidah dalam
pembangunan berkelanjutan antara lain:
Menurut Gladwin dan Clini et al., (2008), konsep dari pembangunan berkelanjutan
memiliki beberapa aspek penting seperti:
1. Inclusive (keseluruhan)
2. Connected (saling berhubungan)
3. Equitable (keadilan)
4. Prudent (kebijaksanaan)
5. Secure (keamanan)
Nilai Monisme
Nilai Monisme menyatakan secara tidak langsung bahwa semua objek utilitas memiliki
beberapa karakteristik yang umum yang memungkinkan untuk bisa selalu dibandingkan.
Titik awal untuk analisis ekonomi adalah aktor rasional yang membuat keputusan tanpa
konteks sosial atau lingkungan. Eksperimen teori permainan dan hasil analisis laboratorium
yang melibatkan perilaku manusia telah menyebabkan munculnya keragian pada validitas
dari aktor rasional neoklasik. Temuan ini menunjukkan bahwa preferensi bersifat endogen,
artinya mereka bergantung pada konteks sosial, sejarah individu, dan preferensi sadar
pengembangan.
Marginal Analysis
Margin dapat diartikan sebagai pandangan dalam sebuah ilmu ekonomi yang bertahap,
terus-menerus, dan progresif. Dapat dikatakan sebagai pandangan yang kurang sempurna
dari suatu proses evolusi. Apabila suatu margin berguncang secara acak dapat diartikan
sebagai motor penggerak perubahan evolusioner dalam suatu sistem ekonomi dan ekologi.
Perlakuan ketidakpastian adalah isu utama yang membagi ahli ekonomi neo-liberal dan
heterodoks. Dalam hal kebijakan, satu alternatif ekonomi ekologis untuk mengasumsikan
bahwa ketidakpastian dapat dikurangi menjadi risiko adalah prinsip kehati-hatian yang
menunjukkan bahwa membutuhkan sebuah kehati-hatian dalam menghadapi
ketidakpastian.
Pada pengertian ekonomi secara umum, ekonomi dimaknai sebagai sistem yang
tunggal dan lingkungan dimaknai sebagai satu lingkungan alami yang utuh, yaitu bumi.
Ekonomi terletak di dalam lingkungan, dan terjadi pertukaran energi dan bahan di
dalamnya. Pemenuhan kebutuhan manusia tanpa adanya interaksi dengan alam sangat
mustahil. Pada masa lalu, jumlah penduduk di dunia masih tergolong sedikit, sehingga
interaksi-interaksi yang dilakukan tidak berefek besar pada fungsi dari lingkungan, kecuali
secara lokal. Namun, pada tiga abad terakhir interaksi ini cenderung meningkat sehingga
dampaknya bisa dirasakan oleh semua manusia. Dalam sebuah sistem ekonomi, bahan-
bahan dari alam dianggap sebagai input dan setelah mengalami proses produksi akan
menjadikannya output, yang kemudian dapat menjadi sarana pemenuhan kebutuhan
manusia.
Penelitian yang dilakukan oleh Darwanto pada tahun 2007 menyatakan bahwa suatu
bangsa memiliki tujuan yaitu untuk bisa meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup
masyarakatnya. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan
produktivitas pada semua bidang yang nantinya akan mendorong meningkatnya
perekonomian bangsa.
Terdapat dua hal yang sangat berkaitan dengan keberlanjutan suatu negara di masa
yang akan datang yaitu pembangunan dan degradasi lingkungan. Penurunan fungsi
sumberdaya adalah salah satu tanda bahwa lingkungan mulai terdegradasi. Beberapa contoh
dari degradasi lingkungan adalah lahan kritis, polusi udara, dan menurunnya
keanekaragaman hayati. Hal tersebut dapat mengancam keberlanjutan dari pembangunan
ekonomi, sehingga sangat penting untuk diperhatikan. Hal in menyebabkan munculnya
pilihan antara melanjutkan pertumbuhan ekonomi atau mencegah degradasi lingkungan.
Apabila ingin melakukan salah satunya maka ada hal yang perlu dikorbankan, contohnya
jika ingin melestarikan lingkungan maka harus membatasi perhatian pada pertumbuhan
ekonomi, begitu pula sebaliknya.
OECD mendefinisikan modal alam sebagai aset dari alam yang berperan untuk
menyediakan input sumberdaya alam dan jasa lingkungan dalam proses produksi ekonomi.
Modal alam berkontribusi terhadap output ekonomi melalui dua jalur utama yaitu, secara
langsung dan secara tidak langsung. Secara langsung sebagai masukan terhadap proses
kegiatan ekonomi, sedangkan secara tidak langsung melalui pengaruhnya terhadap
produktivitas faktor produksi lainnya.
Prinsip dari perdangangan Internasional dibagi menjadi empat yaitu, prinsip dasar
kebebasan berkontrak, prinsip dasar Pacta Sunt Servanda, prinsip dasar penyelesaian
sengketa dengan arbitrase, dan prinsip dasar kebebasan komunikasi. Dan terdapat dua
masalah utama yang dikhawatirkan negara-negara berkembang yaitu, faktor lingkungan
dapat menghambat proses perdagangan internasional dan ketakutan akan adanya relokasi
industri dan arus investasi yang menguntungkan negara maju.
Indonesia yang berada pada jalur strategis lingkungan yang baik, terus melakukan
kegiata pembangunan ekonomi untuk mensejahterakan rakyatnya, namun hal ini
berdampak pada terdegradasinya sumberdaya alam yang ada. Hal ini dikarenakan aspek
perlindungan dan pelestarian lingkungan yang terabaikan. Apabila terus berlanjut akan
berdampak pada pencemaran udara, pencemaran air, kerusakan tanah, alih fungsi lahan
pertanian, kerusakan hutan, perubahan iklim, kebakaran, dan lainnya. Selain itu, dapat
mendorong munculnya kemiskinan pada masyarakat yang bergantung pada sumberdaya
alam yang ada untuk pemenuhan kebutuhannya.