Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH MANAJEMEN ASET DAERAH

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN MELALUI PENDEKATAN


EKONOMI LINGKUNGAN
Dosen Pembimbing : Fuadi, MM.

Disusun Oleh :

Afriyana Nur Afiyah (41120002)


Aulia Fitriyani (41120007)
Florencia Valentina (41120058)
Rivaldi Maulana Abdullah (41120040)

JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL, POLITIK DAN HUKUM
UNIVERSITAS SERANG RAYA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa yang
telah memberikan izin dan kekuatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Pembangunan Berkelanjutan Melalui Pendekatan Ekonomi
Lingkungan” ini tepat pada waktunya.

Tugas ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Aset Daerah dan juga
kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Fuadi, MM. selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Aset Daerah.
2. Semua pihak yang tidak sempat kami sebutkan satu persatu yang turut membantu
kelancaran dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik
dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan
wawasan kami. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
meyempurnakan makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Wassalamualaikum wr.wb

Serang, 23 Oktober 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

3
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Masalah

Pengertian lingkungan menurut Undang-Undang pengelolaan Lingkungan Hidup


No.23/1997 adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup,
termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Dari titik pandang ekonomi yang sempit, lingkungan merupakan sumber bahan baku
alam dan energi. Pada saat penduduk dunia dan skala kegiatan ekonomi masih relatif kecil
dibanding melimpahnya sumber daya alam maka masih dapat memberikan jaminan
ketersediaan. Dengan perkembangan kemajuan yang modern maka ketegangan dan stres
lingkungan yang berupa pencemaran lingkungan kota, perairan dan udara, degradasi hutan
dan sumber daya alam lainnya yang menyebabkan terjadinya berbagai bencana alam seperti
banjir, longsor, kekeringan dan kelangkaan air, karhutla, sampai pada kekurangan bahan
makanan, gangguan kesehatan dan penyakit serta kemiskinan yang sudah menjadi fenomena
yang tampak di seluruh sistem ekonomi dan seluruh kehidupan baik terjadi pada masyarakat
miskin maupun kaya.

Ketidakpastian selalu terjadi, yang ditimbulkan oleh sifat interdependensi global yaitu
antara kecenderungan pertumbuhan ekonomi dan dukungan sistem lingkungan. Berbagai
konsekuensi yang akan dihadapi ialah masih sulit memperkirakan resiko yang akan dihadapi
manusia sebagai akibat fenomena lingkungan. Penggunaan sumber daya dan mekanisme
lingkungan yang sewenang-wenang untuk mengasimilasi limbah merupakan ancaman yang
serius untuk keberlanjutan kehidupan peradaban di muka bumi. Meningkatnya kelangkaan
sumber daya dan semakin hilangnya kesenangan lingkungan yang diperlukan akan
mengurangi kualitas hidup (Randall, 1981).

Berbagai jalan keluar masalah lingkungan dan sumber daya yaitu ditemukannya
deposito serta teknik eksploitasi yang efisien yang membawa tingkat deposito ke dalam
produksi yang lebih rendah bagi sumber daya yang tidak dapat diperbarui.

4
b. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan diatas maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apa itu ekonomi lingkungan dan pembangunan berkelanjutan?


2. Bagaimana kebijakan ekonomi bisa menangani masalah linkungan?
3. Bagaimana konsep berkelanjutan pada asset property?
4. Bagaimana cara pembangunan kepariwisataan melalui konsep ekowisata?

c. Tujuan
Adapun beberapa tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan menjelaskan ekonomi lingkungan dan pembangunan


berkelanjutan.
2. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi kebijakan ekonomi bisa menangani masalah
linkungan.
3. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi konsep berkelanjutan pada asset property.
4. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi cara pembangunan kepariwisataan melalui
konsep ekowisata.
5. Untuk memenuhi salah satu syarat tugas mata kuliah Manajemen Aset Daerah.

5
BAB II
PEMBAHASAN

Ekonomi lingkungan atau ilmu ekonomi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari perilaku atau
kegiatan manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Dalam ekonomi
lingkungan, sumber daya alam dan lingkungan dipelajari dan dipertahankan serta ditingkatkan
penggunaannya dengan tujuan pemakaian jangka panjang atau berkelanjutan. Dari sudut pandang
ekonomi, masalah lingkungan timbul, karena biaya lingkungan tidak dimasukkan ke dalam biaya
produksi, sehingga menyebabkan kerugian bagi orang lain atau pasar. Dalam hal ini, masalah
lingkungan menyebabkan inefisiensi alokasi sumber daya alam dan lingkungan dalam proses
produksi. Dalam konteks tersebut, sumber daya alam dan lingkungan menjadi penyedia bahan baku,
penyedia fasilitas dan wadah untuk limbah

ruang lingkup Ekonomi Lingkungan, yakni berupa persoalan lingkungan yang disebabkan oleh
aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Artinya, persoalan lingkungan yang muncul
tetapi bokan

karena aktivitas ekonomi, atau di luar ruang lingkup Ilmu Ekonomi, maka dengan sendirinya
persoalan tersebut berada di huar lingkup Ekonomi Lingkungan. Contohnya seperti bancana alarm,
sosial politik dan lain-lain. Ada 3 hal yang menjadi konsep dalam Ekonomi Lingkungan, yakni (1)
konsep keseimbangan materi (material balance), (2) konsep analisis biaya dan manfaat (cost and
benefit analyze) dan (3) konsep perlindungan lingkungan (environment protection).

1. Konsep Keseimbangan Materi (Material Balance Concept) Konsep keseimbangan materi,


sebenamya tidak hanya menjadi konsep dalam Ekonomi Lingkungan saja. Konsep
keseimbangan materi di alam merupakan konsep hampir di semua disiplin ilmu-ilmu eksakta
seperti Ilmu Fisika. Ilmu Biologi dan Ilmu Kimia. Akan tetapi, dalam Ekonomi Lingkungan
konsep keseimbangan materi ini, akan ditekankan pada gambaran fisis sumber daya alam
yang ada pada lingkungan
2. Konsep Analisis Biaya dan Manfaat (Cost and Benefit Analyze Concept)Manfaat didefinisikan
sebagai nilai harang jasa bagi konsumen. Sementara, definisi biaya adalah manfaat yang
hilang dilepas/tidak diambil (opportunity cost). Berkaitan dengan isu SDA dan lingkungan,
maka konsep ini pada prinsipnya inlatı suatu metode yang digunakan dalam menilai, apakah
perilaku atau kegiatan manusia tersebut layak (feasible) atau tidak. Kelayakan atau
ketidaklayakan itu, didasarkan pada hasil analisis.
3. Konsep Perlindungan Lingkungan (Environment Protection Concept) Konsep perlindungan
lingkungan adalah konsep dalam Ekonomi Lingkungan yang pada dasarnya bertujuan untuk
memperoleh kualitas lingkungan yang optimal Kualitas

Teori Dasar Ekonomi Lingkungan

Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan hidup


masa sekarang dengan mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan hidup generasi mendatang.
Prinsip utama dalam pembangunan berkelanjutan ialah pertahanan kualitas hidup bagi
seluruh manusia pada masa sekarang dan pada masa depan secara berkelanjutan.

6
Pembangunan berkelanjutan dilaksanakan dengan prinsip kesejahteraan ekonomi, keadilan
sosial, dan pelestarian lingkungan. Pendekatan yang digunakan dalam pembangunan
berkelanjutan merupakan pendekatan yang menyeluruh. Pembangunan berkelanjutan sangat
memperhatikan dampak dari setiap tindakan sosial dan ekonomi terhadap lingkungan hidup.
Dampak buruk terhadap lingkungan hidup harus dihindari dari setiap kegiatan sosial dan
ekonomi sehingga kelestarian lingkungan tetap terjaga pada masa sekarang dan pada masa
mendatang.

Ruang Lingkup Pembangunan berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan tidak hanya berkaitan dengan pembangunan ekonomi,


Jenis pembangunan di bidang lainnya juga diperhitungkan. Pembangunan ekonomi dijadikan
sebagai langkah awal dalam pembangunan berkelanjutan. Pembangunan bidang lainnya
diberi asumsi akan mengalami keberhasilan setelah pembangunan ekonomi berhasil
dilakukan. Pembangunan berkelanjutan tidak saja berkonsentrasi pada isu-isu lingkungan.
Lebih luas daripada itu, pembangunan berkelanjutan mencakup tiga lingkup kebijakan:
pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan. Dokumen-
dokumen PBB, terutama dokumen hasil World Summit 2005 menyebut ketiga hal dimensi
tersebut saling terkait dan merupakan pilar pendorong bagi pembangunan berkelanjutan.

Perlindungan lingkungan hidup di dalam pembangunan berkelanjutan mencakup


wilayah lokal, regional, maupun global. Lingkungan hidup harus dikelola dengan kearifan
lokal. Pihak yang mendukung kelestarian lingkungan hidup harus didukung dengan insentif,
sedangkan pajak diberlakukan bagi pengguna sumber daya alam.

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan (Emil Salim,1990) bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan


masyarakat, Pemberdayaan masyarakat dan Perlindungan Lingkungan. Pembangunan yang
berkelanjutan pada hekekatnya ditujukan untuk mencari pemerataan pemerataan
pembangunan pembangunan antar generasi generasi pada masa kini maupun masa
mendatang.

1. Kesejahteraan ekonomi

Pembangunan berkelanjutan bertujuan meningkatkan ketersediaan dan kecukupan


kebutuhan ekonomi. Dalam prosesnya, dilakukan pelestarian aset berupa pembangunan
sumber daya dengan pengelolaan yang ramah lingkungan secara tepat guna. Pembangunan

7
berkelanjutan tetap memperhitungkan keadilan bagi masyarakat pada masa sekarang dan
masa depan. Selain itu, pembangunan berkelanjutan juga memperhatikan aspek sosial dan
lingkungan. Setiap keputusan dalam pembangunan harus mempertimbangkan aktivitas
manusia yang dipandang sebagai penyebab perubahan lingkungan.

2. Pemberdayaan masyarakat

Pembangunan berkelanjutan bertujuan memberdayakan masyarakat sebagai organisasi


sosial. Manusia dipandang sebagai kunci keberhasilan pembangunan melalui perkembangan
pemberdayaan organisasi sosial kemasyarakatan. Tujuan pemberdayaan organisasi sosial
kemasyarakatan adalah memberikan motivasi terhadap pengelolaan sumber daya alam secara
berkelanjutan. Di dalam masyarakat diciptakan rasa sadar akan peningkatan kemampuan
sumber daya manusia sehingga partisipasi masyarakat dalam pembangunan menjadi
meningkat. Selain itu, pembangunan berkelanjutan juga bertujuan meningkatkan penghargaan
terhadap bentuk kelembagaan dan organisasi sosial masyarakat. Pembangunan berkelanjutan
menjadi suatu sistem pengendali terhadap proses pembangunan, pengembangan nilai-nilai
masyarakat tradisional yang berlandaskan kearifan lokal, serta peningkatan kemandirian dan
kemampuan masyarakat dengan cara berorganisasi.

3. Kelestarian lingkungan hidup

Tujuan pembangunan berkelanjutan berkaitan dengan tujuan pelestarian lingkungan.


Kondisi lingkungan yang lestari dapat mendukung keberhasilan dan keberlanjutan
pembangunan ekonomi dan sosial. Pada masyarakat yang memiliki kondisi sosial dan
ekonomi yang tidak pasti, pembangunan akan sulit terlaksana. Selain itu, degradasi alam akan
terjadi pada pembangunan ekonomi yang tidak membatasi penggunaan sumber daya alam
secara wajar. Pembangunan berkelanjutan dilakukan dengan memberikan penilaian terhadap
lingkungan. Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan dampak lingkungan yang
ditimbulkan dari setiap kegiatan pembangunan.

Prinsip Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan menerapkan prinsip keseimbangan dan keberlanjutan


dalam pembangunan. Bidang utama yang harus menerima manfaat dari pembangunan yaitu
bidang lingkungan hidup, sosial dan ekonomi. Setiap kegiatan pembangunan dilandasi oleh
tujuan untuk memberikan kesejahteraan sosial dan keadilan bagi masyarakat. Kegiatan
pembangunan juga harus mampu meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan ekonomi

8
masyarakat dan negara secara berkelanjutan dan bertanggung jawab. Sumber daya alam yang
digunakan dalam kegiatan pembangunan harus dapat dipulihkan kembali secara
berkelanjutan setelah dimanfaatkan.

Masalah Lingkungan

Lingkungan kita terus berubah dan tidak ada yang menyangkal fakta tersebut.
Masalah lingkungan adalah aspek negatif dari aktivitas manusia terhadap lingkungan biofisik.
Masalah lingkungan terus bermunculan, begitu pula kita yang semakin sadar untuk
menyelesaikannya. Perubahan iklim dan pemanasan global menjadi realita tak terbantahkan.
Bumi semakin memanas dan suka tidak suka manusia adalah bagian dari masalahnya. Orang-
orang di seluruh dunia menghadapi banyak masalah lingkungan baru. Beberapa di antaranya
hanya masalah kecil yang memengaruhi sebagian ekosistem. Namun, ada juga masalah
lingkungan yang secara drastis mengubah lansekap keseluruhan, tak terkecuali kita di
Indonesia. Berikut adalah lima masalah lingkungan terbesar di Indonesia yang kita hadapi
saat ini :

1. Polusi Udara

Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi
di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan
tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara
dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi
gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi
udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung
dan lokal, regional, maupun global.

Kita ambil contoh Jakarta. Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mendata sepanjang
2012-2020 secara umum kondisi pencemaran udara di ibu kota berstatus sedang dan tidak
sehat. Pada tahun-tahun tertentu, kondisi pencemaran udara di Jakarta sangat tidak sehat.
Sumber utama pencemaran udara di Jakarta berasal dari sektor transportasi. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) mencatat polusi udara setiap tahunnya menyebabkan tujuh juta
kematian dini.

Kementerian Kesehatan menyebutkan Indonesia menempati peringkat 18 dari 220


negara dalam Indeks Kualitas Udara (AQI). Selain sektor transportasi, polusi udara di
Indonesia disebabkan emisi industri, polusi udara dalam ruangan, kebakaran hutan,

9
penggunaan pestisida di sektor pertanian, penggunaan produk-produk kimia dan sintetis,
pembakaran sampah, dan pertambangan.

2. Deforestasi

Deforestasi adalah kegiatan menebang hutan atau tegakan pohon sehingga lahannya
dapat dialihgunakan untuk penggunaan nonhutan, seperti pertanian dan perkebunan,
peternakan, atau permukiman.

Memang benar, sepanjang 2019-2020 Indonesia berhasil menurunkan angka


deforestasi 75,03 persen atau 115,46 ribu hektare (ha). Angka ini jauh berkurang dibanding
deforestasi 2018-2019 sebesar 462,46 ribu ha, berdasarkan data Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan (KLHK). Hal yang tidak boleh kita lupakan adalah tren tersebut masih
bersifat fluktuatif. Kenaikan masih mungkin terjadi jika berbagai pihak tidak berpegang teguh
pada komitmen bersama menurunkan laju deforestasi dari waktu ke waktu. Secara total
sepanjang enam tahun terakhir Indonesia telah kehilangan 2,1 juta ha hutan.

Data KLHK menunjukkan deforestasi periode 2017-2018 mencapai 439,4 ribu ha,
kemudian 2016-2017 mencapai 480 ribu ha. Sepanjang 2015-2016 Indonesia mencatat angka
deforestasi tertinggi dalam enam tahun terakhir, yaitu 629,2 ribu ha. Global Forest
Watch menyatakan Indonesia masih masuk ke dalam daftar 10 negara dengan laju deforestasi
terbesar di dunia. Indonesia menempati urutan keempat setelah Bolivia. Posisi pertama masih
ditempati Brasil.

3. Kepunahan spesies

Kepunahan dalam biologi berarti hilangnya keberadaan dari sebuah spesies atau
sekelompok takson. Waktu kepunahan sebuah spesies ditandai dengan matinya individu
terakhir spesies tersebut, walaupun kemampuan untuk berkembang biak tidak ada lagi
sebelumnya.

Suatu spesies dinamakan punah bila anggota terlahir dari spesies tersebut mati.
Kepunahan terjadi bila tidak ada lagi makhluk hidup dari spesies tersebut yang dapat
berkembang biak dan membentuk generasi. Suatu spesies juga disebut punah secara
fungsional, bila beberapa anggotanya masih hidup tetapi tidak mampu berkembang biak,
misalnya karena sudah tua, atau hanya ada satu jenis kelamin.

10
Indonesia salah satu negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia. Namun,
ancaman kepunahan spesies di negara ini juga tergolong tinggi. Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) mencatat 437 spesies tumbuhan terancam punah (endangered), bahkan
mencapai lebih dari 600 spesies jika digabung dengan kategori hampir terancam punah (near
threatened). Status tersebut mengacu pada ketetapan International Union for Conservation of
Nature (IUCN). Sejumlah satwa di Indonesia yang terancam punah, antara lain orangutan,
komodo, harimau sumatra, badak jawa, dan gajah sumatra.

Spesies laut kita juga banyak yang terancam punah. Kementerian Kelautan dan
Perikanan dalam Rencana Aksi Nasional (RAN) untuk Konservasi Keanekaragaman Hayati
Laut 2015-2019 mencatat sejumlah spesies laut terancam punah, di antaranya ikan
arwana super red dan arwana irian, pari manta dan pari gergaji, hiu paus dan hiu martil, paus
biru dan paus bongkok, dugong, semua spesies penyu, kima, karang hias, dan bambu laut.

4. Degradasi tanah

Degradasi lahan adalah proses dimana kondisi lingkungan biofisik berubah akibat
aktivitas manusia terhadap suatu lahan. Perubahan kondisi lingkungan tersebut cenderung
merusak dan tidak diinginkan. Bencana alam tidak termasuk faktor yang mempengaruhi
degradasi lahan, tetapi beberapa bencana alam seperti banjir, longsor, dan kebakaran hutan
merupakan hasil secara tidak langsung dari aktivitas manusia sehingga dampaknya bisa
disebut sebagai degradasi lahan.

Dengan kata lain degradasi lahan adalah proses penurunan produktivitas lahan, baik
bersifat sementara atau tetap. Lahan terdegradasi artinya lahan tidak produktif, lahan kritis,
atau lahan tidur yang dibiarkan terlantar, tidak digarap, dan umumnya ditumbuhi semak
belukar.

KLHK mencatat Indonesia memiliki 14 juta ha lahan kritis akibat degradasi lahan.
Lahan tersebut kurang efektif ditanami karena berbagai faktor, mulai dari berkurangnya lahan
basah di sekitarnya, perluasan lahan pertanian subsisten, dan perluasan lahan industri yang
tidak ramah lingkungan. Sebanyak 1,8 juta ha dari 3,4 juta ha lahan mangrove Indonesia
berada dalam kondisi kritis. Padahal kemampuan rehabilitasi lahan mangrove hanya 1.000 ha
per tahun. Tak heran degradasi lahan yang begitu luas memicu Indonesia mengalami kemarau
panjang atau kekeringan, minimnya tingkat penyerapan air tanah, dan kekurangan sumber
daya air bersih.

11
5. Overpopulasi

Overpopulation terjadi ketika populasi dari suatu species melebihi kapasitas tempat
yang menjadi ruang dimana species itu tinggal. Overpopulation dikaitkan dengan
perbandingan antara jumlah penduduk dengan sumber daya terkait seperti ketersediaan air,
bahan pangan, tempat tinggal dan sebagainya.

Indonesia semakin padat penduduk, Kementerian Dalam Negeri mencatat jumlah


penduduk Indonesia pada semester kedua 2020 mencapai 271,349 juta jiwa atau naik 2,7 juta
jiwa dalam kurun waktu enam bulan. Jawa Barat menjadi provinsi dengan jumlah penduduk
terpadat di Indonesia, mencapai 47,1 juta jiwa. Posisi kedua adalah Jawa Timur dengan 41,04
juta jiwa, disusul Jawa Tengah 37,1 juta jiwa, Sumatra Utara 15,14 juta jiwa, dan Banten
11,64 juta jiwa. Jawa merupakan pulau terpadat, disusul Sumatra dan Sulawesi. Masalah
lingkungan yang kian parah bisa diakibatkan masalah kependudukan. Salah satu contohnya,
sampah rumah tangga dan krisis air bersih. Semua orang butuh air untuk minum. Peningkatan
jumlah penduduk memicu penurunan mutu air akibat limbah yang dihasilkan dari aktivitas
sehari-hari.

Di sisi lain masyarakat kita belum sepenuhnya teredukasi dengan baik tentang
kesadaran melestarikan lingkungan. Ini menyebabkan terjadi ketidakseimbangan antara
sumber daya alam dengan kebutuhan manusia.

Kebijakan Ekonomi Lingkungan

Upaya mengatasi masalah-masalah lingkungan hidup kian mendapat perhatian luas


dewasa ini. Pendekatan ekonomi melalui penerapan instrumen ekonomi adalah salah satu
jalan keluar yang diajukan untuk mengatasi persoalan-persoalan seperti pencemaran
lingkungan, kerusakan sumberdaya alam, dan perubahan iklim.

Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup adalah seperangkat kebijakan ekonomi untuk


mendorong Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, atau Setiap Orang ke arah Pelestarian
Fungsi Lingkungan Hidup. Hal ini ditegaskan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun
2017 tentang Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup. Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup
adalah rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup. Penyusunan Peraturan Pemerintah ini adalah mandat dari Undang-Undang
Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

12
Tujuan dari Peraturan Pemerintah tentang Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup,
sebagaimana tertulis dalam Peraturan Pemerintah ini, adalah untuk :

a. Menjamin akuntabilitas dan penataan hukum dalam penyelenggaraan perlindungan


dan pengelolaan lingkungan hidup;
b. Mengubah pola pikir dan perilaku pemangku kepentingan dalam pembangunan dan
kegiatan ekonomi
c. Mengupayakan pengelolaan pendanaan Lingkungan Hidup yang sistematis, teratur,
terstruktur, dan terukur
d. Membangun dan mendorong kepercayaan publik dan internasional dalam pengelolaan
Pendanaan Lingkungan Hidup.

Ketentuan Pasal 42 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa: “Dalam rangka
melestarikan fungsi lingkungan hidup, Pemerintah dan pemerintah daerah wajib
mengembangkan dan menerapkan Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup”. Instrumen
Ekonomi Lingkungan Hidup meliputi perencanaan pembangunan dan kegiatan ekonomi,
Pendanaan Lingkungan Hidup, dan Insentif dan/atau Disinsentif.

 Perencanaan pembangunan adalah sebagai suatu pengarahan penggunaan sumber-


sumber pembangunan (termasuk sumber-sumber ekonomi) yang terbatas adanya,
untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu berdasarkan keadaan sosial ekonomi yang lebih
baik secara efektif dan efisien.
 Kegiatan ekonomi adalah sebuah aktivitas yang dilakukan oleh manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Di dunia ini hampir tidak ada manusia yang bisa
melakukan segala hal seorang diri. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan
bantuan dari orang lain untuk menjalankan kegiatan ekonomi.
 Secara sederhana pendanaan lingkungan hidup adalah suatu sistem dan mekanisme
pengelolaan dana yang digunakan bagi pembiayaan upaya perlindungan dan
pengelolaan Lingkungan hidup.
 Insentif adalah upaya memberikan dorongan atau daya tarik secara moneter dan/atau
non moneter kepada Setiap Orang maupun Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
agar melakukan kegiatan yang berdampak positif pada cadangan sumber daya alam
dan kualitas fungsi lingkungan hidup.

13
 Disinsentif adalah pengenaan beban atau ancaman secara moneter dan/atau non
moneter kepada Setiap Orang maupun Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah agar
mengurangi kegiatan yang berdampak negatif pada cadangan sumber daya alam dan
kualitas fungsi lingkungan hidup.

Konsep Berkelanjutan pada Asset Properti

Istilah aset dapat berarti kekayaan (harta kekayaan) atau aktiva atau properti. Dalam
terminologi akuntansi, aset adalah sumber daya yang dimiliki dan dikuasai oleh suatu badan
usaha atau pemerintah secara historis dan manfaat manfaat ekonomi dan/atau sosial dimasa
depan diharapkan dapat diperoleh, serta dapat diukur dalam satuan uang. Menurut KBBI,
properti adalah harta berupa tanah, bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak
terpisahkan dari tanah hak milik atau bangunan yang dimaksud.

Properti adalah konsep hukum yang menyangkut kepentingan, hak dan keuntungan
yang berkaitan dengan suatu kepemilikan. Properti terdiri atas hak kepemilikan, yang
memberikan hak kepada pemilik untuk suatu kepentingan tertentu atau sejumlah kepentingan
atas apa yang dimilikinya. Berdasarkan konsep hukum tersebut, properti dapat disebut
sebagai benda, meliputi benda bergerak dan benda tidak bergerak, baik yang berwujud
(tangible) maupun yang tidak berwujud (intangible), yang memiliki nilai tukar atau dapat
membentuk kekayaan.

Istilah-istilah lain yang berkaitan dengan pengertian aset atau properti adalah real
estate, real properti dan personal personal properti.

 Real Estat menurut SPI 2007 (Standar Penilaian Indonesia) dirumuskan sebagai tanah
secara fisik dan benda yang dibangun dibangun oleh manusia manusia yang menjadi
menjadi satu kesatuan kesatuan dengan tanahnya. Pengertian real estat disini berarti
aset berwujud (tangible asset).
 Real Properti merupakan penguasaan yuridis atas tanah yang mencakup semua hak
atas tanah (hubungan hukum dengan bidang tanah tertentu), semua kepentingan
(interest ) dan manfaat (benefit ) yang berkaitan dengan kepemilikian real estat. Real
properti biasanya dibuktikan dengan bukti kepemilikan (sertifikat atau surat-surat
lain) yang terpisah dari fisik real estat. Real property adalah konsep non fisik (konsep
hukum).

14
 Personal Property  meliputi kepemilikan pada suatu  benda berwujud berwujud atau
tida berwujud berwujud yang bukan merupakan merupakan real estat. Benda-benda
Benda-benda ini tidak secara permanen menjadi satu kesatuan dengan real estat dan
secara umum memiliki sifat dapat dipindahkan.

Sebuah konsep berkelanjutan dapat dikatakan sebagai konsep apabila dari konsep
tersebut dapat memenuhi kebutuhan penggunanya pada masa sekarang, tanpa membahayakan
kemampuan generasi masa yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. dimensi
ekonomi, social, dan lingkungan guna berkelanjutan hidup generasi yang akan datang.

Konsep ini terwujud dalam pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan


dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan generasi sekarang tanpa mengabaikan kepentingan
generasi yang akan datang. Keberlanjutan sangat penting untuk menjaga kepentingan
generasi yang akan datang. Mahluk sekarang boleh menggunakan bumi, air, dan udara tetapi
harus cermat dan berpandangan ke depan, jangan sampai merusak.

Konsep properti berkelanjutan meliputi properti dengan desain yang memberikan


manfaat yang besar dan memperhatikan baik penghuninya maupun keberlangsungan hidup
lingkungan. Keberlanjutan menekankan pada keberlanjutan tempat, efisiensi air, energy dan
atmosfir, kualitas lingkungan dalam, material dan sumber daya, inovasi, serta desain. Dengan
penghuni bangunan akan merasakan peningkatan kualitas hidup. Property berkelanjutan
sangat bermanfaat bagi pemilik property tersebut, karena akan mendapatkan penghematan
biaya selama lifecycle bangunan serta biaya pemeliharaannya. Dan penghuni bangunan akan
merasakan peningkatan kualitas hidup.

Penerapan properti berkelanjutan harus memenuhi beberapa kriteria antaranya:

1. Responsif terhadap tapak tertentu dan iklim setempat


2. Memberikan lingkungan internal yang sehat dan nyaman
3. Memiliki kebutuhan energi yang rendah dimana biaya operasional rendah
4. Membangun energi yang rendah
5. Menggunakan material berklanjutan dan tahan lama
6. Mudah beradaptasi
7. Fleksibel dan design tahan lama

Prinsip-prinsip konsep berkelanjutan pada aset properti

15
1. Aset properti diadakan untuk mendukung pemberian pelayanan terhadap
masyarakat.
2. Lembaga dan badan-badan pemerintah wajib mengelola asset properti secara tepat
dan konsisten.
3. Sistem pengelolaan asset property seharusnya terintegrasi dalam perencanaan
strategis lembaga pemerintah dan perencanaan organisasi swasta yang
bersangkutan.
4. Keputusan-keputusan yang bersangkutan dengan pengelolaan asset property
seharusnya mengambil pertimbangan yang sifatnya berkelanjutan.
5. Struktur tata cara kelola seharusnya menjelaskan secara transparan responsibilitas
para pengelola asset properti untuk memastikan kerja fungsional suatu asset dan
akuntabilitas dalam pengadaan layanan.

Pandangan arsitek mengenai konsep berkelanjutan

Menurut para arsitek konsep berkelanjutan adalah yang tanggap terhadap lingkungan
dan masalah yang ada namun desain tersebut harus tetap fungsional. Selain itu harus merujuk
kepada masalah social dan ekonomi. Factor yang perlu dipertimbangkan dalam desain
property berkelanjutan ialah :

1. Iklim
2. Air bersih
3. Sumber energi
4. Sanitasi
5. Lahan
6. Desain
7. Pemanfaatan ruang
8. Kenyamanan pengguna
9. Kearifan local
10. Penggunaan material
11. Biaya pembangunan
12. Pemeliharaan

Pembangunan Kepariwisataan Melalui Konsep Ekowisata

Dalam UU 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pariwisata didefinisikan sebagai


berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang

16
disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah pusat dan daerah. Kepariwisataan adalah
keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multi
disiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara
wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan
pengusaha.

Pembangunan kepariwisataan memberikan manfaat signifikan bagi ekonomi wilayah.


Jasa pariwisata berperan mempercepat proses transformasi ekonomi termasuk di wilayah
perdesaan. Petani secara bertahap dapat belajar mengembangkan jasa-jasa lingkungan dan
sosial di wilayahnya masing-masing. Momentum tradisi, budaya dan eksotisme lingkungan
dapat dikemas sebagai produk wisata desa yang menarik bagi pengunjung dari luar wilayah.
Konsep pembangunan wisata berbasis budaya atau lingkungan di desa, akan bersinergi
dengan pembangunan pertanian dan memberikan alternatif kesejahteraan bagi petani. Usaha
wisata terbukti menunjukkan kelayakan ekonomi lebih tinggi dibanding usaha tani
(Purnomowati, Nugroho dan Negara, 2012).

Pengertian ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun, pada


hakekatnva, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab
terhadap kelestarian area yang masih alami (natural area), memberi manfaat secara ekonomi
dan mempertahankan keutuhan budava bagi masyarakat setempat. Atas dasar pengertian ini,
bentuk ekowisata pada dasarnya merupakan bentuk gerakan konservasi.

Ekowisata merupakan kegiatan perjalanan wisata yang dikemas secara profesional,


terlatih, dan memuat unsur pendidikan, sebagai suatu sektor/usaha ekonomi, yang
mempertimbangkan warisan budaya, partisipasi dan kesejahteraan penduduk lokal serta
upaya-upaya konservasi sumber daya alam dan lingkungan (Nugroho, 2011). Sebagai suatu
usaha ekonomi, efektivitas operasional jasa ekowisata sangat efisien dan ramping.
Karakteristiknya adalah jumlah rombongan pengunjung rendah, pelayanan berkualitas, dan
menghasilkan nilai tambah yang tinggi.

Mengembangkan suatu tujuan wilayah wisata, desa wisata atau ekowisata


memerlukan perencanaan yang cermat dan terintegrasi. Kehidupan desa boleh saja maju
secara ekonomi, serta menunjukkan kemajuan pembangunan desa. Namun, desa harus tetap
menunjukkan peran dan fungsi sebagai sumber inspirasi bagi konservasi lingkungan dan
budaya, dan mendukung keseimbangan kehidupan dan ekosistem. Melalui aktivitas wisata,

17
desa dapat memberikan tempat pembelajaran banyak hal khususnya tentang konservasi
lingkungan dan budaya.

Konsumen ekowisata adalah mereka yang menginginkan liburan dengan sensasi alam
dan interaksi budaya. Mereka bersedia meluangkan waktu, tenaga dan biaya untuk
memuaskan keinginannya. Karenanya, pengelola jasa ekowisata perlu menyediakan
akomodasi dan sajian wisata yang baik, aman dan memuaskan. Kedisiplinan dan standar
pelayanan tersebut juga bagian dari upaya-upaya melindungi ekosistem jasa ekowisata
(Coles, 2006).

Tujuan Ekowisata

Tujuan ekowisata ialah untuk membangun kesadaran lingkungan, mengkonservasi


lingkungan, melestarikan kehidupan serta mensejahteraan penduduk setempat. Jika
lingkungan tempat wisata sudah terbebas dari bahaya, maka dampak positif yang terjadi
adalah tempat wisata tersebut mendapatkan rasa hormat dan budaya yang tinggi dari
penduduk sekitar tempat wisata dan penunjung tempat wisata tersebut.

Konsep dan implementasi ekowisata tidak dapat dilepaskan dari pengembangan


Kawasan konservasi (protected area). Di Indonesia, kawasan konservasi terdiri dari kawasan
suaka alam (KSA), kawasan pelestarian alam (KPA) dan Taman Buru. KSA terdiri yakni
cagar alam dan suaka margasatwa; KPA terdiri dari taman nasional, taman wisata alam serta
taman hutan raya. Penetapan kawasan konservasi dilaksanakan oleh Kementerian Kehutanan,
dan telah mencapai 414 situs atau luasan 23.1 juta hektar, terdiri 18.4 juta hektar daratan dan
4.7 juta hektar pesisir dan laut (USAID Indonesia, 2004).

Pengembangan jasa ekowisata dalam tingkat pengelolaan oleh Taman nasional di


Indonesia telah berkembang. Struktur dan fungsi taman nasional memperlihatkan kompetensi
mendukung pengembangan ekowisata. Taman nasional juga ikut berperan menginisiasi,
mendampingi atau memfasilitasi pengembangan ekowisata di desa-desa sekitar wilayah
Taman Nasional. Aktivitas jasa ekowisata di luar wilayah taman nasional juga berkembang.
Wilayah tujuan ekowisata tersebut biasanya memiliki kearifan, pengalaman dan nilai-nilai
budaya yang menyatu dengan lingkungan untuk mendukung kehidupan ekonomi. Wilayah
tujuan ekowisata itu dapat menjadi bagian dari ekosistem pesisir, lautan, atau daratan; di
sekitar kawasan konservasi, desa atau wilayah yang memiliki nilai-nilai khas yang diwariskan
untuk generasi mendatang.

18
Pengembangan ekowisata di luar wilayah taman nasional banyak dikembangkan oleh
organisasi masyarakat atau perorangan yang memiliki kompetensi dalam ekowisata. Mereka
ini biasanya memiliki pengetahuan ekowisata, informasi pasar, modal dan potensi wilayah
tujuan ekowisata. Mereka kemudian mendapat sambutan positif dari penduduk lokal melalui
manfaat sosial, ekonomi dan lingkungan, sehingga seluruh stakeholder ekowisata bersama-
sama bertanggungjawab memastikan keberlanjutan sumberdaya ekowisata.

Perencanaan Pembangunan Pariwisata Melalui Konsep Ekowisata

Dalam RPJMN (2015-2019), pengembangan Pariwisata terimplementasi dalam


pengembangan wisata alam, budaya dan ciptaan, melalui program-program peningkatan
konservasi keanekaragaman hayati , pengembangan destinasi wisata (Kemenparekraf), serta
peningkatan infrastruktur (KemenPU). Kemenhut dan LH mengembangkan kawasan lindung
dan Taman Nasional untuk mendukung pemanfaatan jasa lingkungan dan ekowisata.
Kemenparekraf setiap tahun akan memfasilitasi pengembangan 16 destinasi pariwisata
nasional; dan 561 desa wisata melalui program PNPM Mandiri Pariwisata. Kebijakan
perencanaan wilayah ekowisata disusun dengan memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan
lingkungan. Weaver (2002) merumuskan kebijakan dalam hirarki sederhana sebagai berikut:

1. Tingkat makro atau nasional.

Sasaran perencanaan tingkat makro adalah terwujudnya landasan kelembagaan


nasional yang secara komprehensif memfasilitasi pengembangan ekowisata. Batasan wilayah
makro pada dasarnya adalah teritori nasional. Namun pemerintah juga perlu
mempertimbangkan perihal isu lingkungan global yang sedang berkembang. Beberapa isu
penting kebijakan tingkat makro meliputi:

a. Pengembangan kelembagaan makro atau nasional (institutional framework) untuk


mekanisme koordinasi, dengan lembaga lain di tingkat ekosistem, local maupun
internasional. Peraturan perundangan dikembangkan untuk melandasi beroperasinya
taman-taman nasional, perlindungan terhadap suku-suku terasing dan situs warisan.
Peraturan berisi substansi batasan, jumlah dan luasan, ruang wilayah, flora fauna yang
dikonservasi, pelaksanaan tugas dan tanggungjawab, mekanisme koordinasi dan
penyelesaian masalah.
b. Penelitian dan pengembangan untuk memfasilitasi perencanaan dan pengelolaan pada
tingkat lokal dan ekosistem. Landasan akademik menyajikan keterkaitan antar sistem,
manfaat dan distribusinya di tingkat lokal maupun ekosistem. Hasil penelitian

19
digunakan untuk merumuskan peraturan perundangan, dan mekanisme pengelolaan
atau pengembangan taman-taman nasional di Indonesia.
c. Bantuan teknis dan finansial untuk memotivasi pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan kesejahteraan. Anggaran diperlukan untuk pendidikan dan pelatihan
SDM, pemasaran atau promosi wisata, pengembangan infrastruktur jalan, jembatan,
telekomunikasi, listrik dan air bersih. Pemerintah mengambil peran penting dalam
rehabilitasi kerusakan lingkungan, penanggulangan kemiskinan di sekitar wilayah
ekowisata serta pemberian kompensasi kerugian.

Pembangunan pariwisata memiliki peran signifikan dalam aspek ekonomi, sosial dan
lingkungan. Dalam aspek ekonomi, sektor pariwisata berkontribusi dalam devisa, aktivitas
ekonomi domestik atau wilayah. Dalam aspek sosial, pariwisata berperan dalam penyerapan
tenaga kerja, apresiasi seni, tradisi dan budaya bangsa, dan peningkatan jati diri bangsa.
Dalam aspek lingkungan, pariwisata dapat mengangkat produk dan jasa wisata seperti
kekayaan dan keunikan alam dan laut, dan alat yang efektif bagi pelestarian lingkungan alam
dan seni budaya tradisional.

Pengembangan sektor pariwisata dan penunjangnya memiliki makna penting dalam


integrasi nasional. Berkembangnya desa wisata di daerah berfungsi mengikat geografi
wilayah. Negara seolah hadir memberikan kesejahteraan kepada warga desa. Warga yang
sejahtera cenderung bersifat integratif dan menciptakan hubungan positif mendukung
eksistensi negara (Pokja Wasantara, 2010).

2. Tingkat ekosistem (bioregion).

Sasaran perencanaan wilayah ekosistem adalah batasan wilayah ekosistem dan


wilayah fungsional lain, misalnya daerah aliran sungai (DAS), ekosistem (mangrove,
pegunungan, lembah), atau untuk kepentingan konservasi habitat dan budaya (Nugroho dan
Dahuri, 2012). Wilayah ekosistem dapat mencakup satu atau lebih komunitas lokal, yang
memiliki komponen dan interaksi komponen yang sistematik untuk mendukung kesatuan
fungsional atau siklus kehidupan. Batasan geografi dapat berupa suatu wilayah konservasi,
wilayah khusus atau taman nasional atau secara administrasi ditetapkan secara spesifik.
Beberapa isu penting kebijakan tingkat ekosistem meliputi:

a. Penetapan visi pengembangan ekowisata yang mengadopsi kepentingan lokal. Suatu


ekosistem perlu memiliki visi yang dipahami secara sama oleh stakeholder. Visi dapat
ditetapkan, misalnya konservasi terumbu karang. Penduduk lokal atau operator

20
berkomitmen mencapai visi tersebut melalui berbagai kegiatan dalam model
pengelolaan yang disepakati kedua pihak. Visi tersebut diinformasikan ke semua
pihak didukung perangkat peraturan
b. Pada tingkat ekosistem, pengembangan wilayah akan berkembang optimal oleh
sinergi dari wilayah fungsional lainnya, misalnya pertanian, kehutanan atau
perikanan. Interaksi antar sektor secara harmoni menghasilkan pertumbuhan ekonomi
dan kesejahteraan dalam wilayah-wilayah tersebut secara keseluruhan.
c. Pengembangan wilayah ekowisata yang terintegrasi mencakup jalur penjelajahan
(trekking), batas wilayah ekosistem atau DAS untuk kepentingan konservasi habitat
dan budaya. Penetapan batas wilayah ekowisata dimaksudkan agar dapat dicegah
kebocoran cost atau benefit (externality) yang mengalir kepada yang tidak berhak
menerima. Jalur penjelajahan didisain secara hati-hati berdasar kesepakatan
stakeholder, dengan memperhatikan titik kritis jalur wisata, dan melindungi situssitus
yang mengalami kepunahan.
3. Tingkat lokal.

Sasaran perencanaan tingkat lokal adalah wilayah dan komunitas lokal. Pengertian
komunitas lokal meliputi penduduk perseorangan atau kelompok yang memiliki kepentingan
yang sama perihal ekowisata. Batasannya adalah aktivitas penduduk lokal dan kegiatan
ekonomi. Batasan geografi dapat berupa di dalam wilayah yang diijinkan oleh pengelola
taman nasional, wilayah administrasi atau tradisi, desa atau desa adat, atau adat setempat.
Beberapa isuu penting kebijakan tingkat lokal meliputi:

a. Identifikasi komunitas lokal dan partisipasi. Tahapan ini sangat penting untuk
penetapan batasan stakeholder penduduk dan sejauh mana partisipasi dan implikasi
perolehan kesejahteraan. Nilai-nilai lokal perlu diapresiasi sebagai bahan pengalaman
yang masuk dalam pengembangan jasa ekowisata.
b. Mendorong dan memberdayakan ekonomi lokal untuk menciptakan multiplier effect.
Partisipasi dan peran penduduk lokal adalah sasaran utama dalam pengembangan
ekonomi jasa ekowisata. Makin tinggi peran tersebut, semakin banyaknya share local
dan insentif dalam konservasi lingkungan.
c. Mengembangkan ruang dan wilayah tujuan ekowisata. Batasan kegiatan dan
karekteristik usaha, lokasi, serta lingkungan jalur perjalanan/petualangan adalah
bagian penting perencanaan pengelolaan. Spesifikasi ruang atau lokasi ini menjadi
motivasi bagi operator dalam penyediaan dan keunikan jasa ekowisata.

21
d. Mengembangkan produk dan jasa-jasa ekowisata yang mendukung konservasi.
Penduduk lokal perlu dilatih perihal entrepreneurship, berkreasi dan berinovasi.
Kreativitas akan mengurangi ketergantungan pada bahan mentah sumberdaya alam
dan melahirkan nilai tambah yang tinggi. Hal ini akan memberi insentif bagi upaya
konservasi lingkungan.

Perencanaan tingkat lokal berhubungan dengan pengembangan potensi,


pemberdayaan dan manajemen ekowisata di desa. Potensi desa berasal dari kehidupan sosial
budaya, alam lingkungan dan aktivitas ekonomi, dapat menjadi daya tarik wisata desa.
Kehidupan sosial budaya desa dengan ragam keadaan papan (rumah dan pemukiman),
sandang (pakaian), pangan(makanan dan minuman), seni, tradisi, nilai/norma dan dinamika
kehidupannya, dapat diangkat untuk memberi nilai tambah wisata.

22
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam memanfaatkan sumber daya alam harus
diarahkan pada upaya peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat, pencapaian
pertumbuhan ekonomi dan mengembalikan fungsi lingkungan. Sehingga hubungan
keterkaitan antara upaya pencapaian dan peningkatan target pertumbuhan ekonomi,
pengentasan masyarakat dari kemiskinan melalui peningkatan kesejahteraan sosial-ekonomi
dan upaya untuk melestarikan Lingkungan merupakan tujuan yang saling mendukung untuk
jangka panjang.

Pembangunan hanya dapat berkelanjutan bila ada keharmonisan hubungan antara


ekonomi, lingkungan, dan pengelolaan sumber-sumbernya. Bahwa antara kegiatan ekonomi
dan pengelolaan lingkungan selalu berinteraksi satu sama lain. Pertumbuhan ekonomi dapat
dicapai apabila proses tersebut dapat berkelanjutan yaitu dalam memanfaatkan sumber daya
alam baik yang dapat diperbarui maupun yang tidak dapat diperbarui dengan tidak
didegradasi.

Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan harus dapat menunjukkan penggunaan


sumber daya alam yang dapat diperbarui dengan cara tidak menguranginya dan merusaknya
atau juga tidak mengurangi fungsinya untuk kemanfaatan dan kepentingan generasi masa
yang akan datang. Untuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui, pemanfaatannya
harus mempertimbangkan ambang batas yang dapat diperbolehkan supaya penipisan sumber
daya tersebut dapat diperlambat. Untuk membangun tanpa merusak lingkungan dan sistem
pengelolaan sumber daya alam yang memberikan kontribusi besar dan efektif dalam
mencapai proses pembangunan yang berkelanjutan harus diawali dengan proses analisis
dampak serta melibatkan partisipasi aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan
dalam pembangunan.

SARAN

23
Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan dalam pembuatannya, baik tulisan maupun bahasan yang kami sajikan. Oleh
karena itu, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua Dan diharapkan Konsep ekonomi
dalam pembangunan yang berkelanjutan ini dapat memfasilitasi persoalan lingkungan yang
terjadi. Pembangunan berkelanjutan (Sustainable development) merupakan paradigma
pembangunan yang berkaitan langsung dengan keseimbangan alam atau lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia. ( 29 Juni 2022). Pembangunan Berkelanjutan. Diakses pada tanggal 23 Oktober
2022, dari https://id.wikipedia.org/wiki/Pembangunan_berkelanjutan.
Askar Jaya. KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (Sustainable Development).
Tugas Individu Semester Ganjil. Diakses Pada tanggal 23 Oktober 2022.
https://diplkeu.usu.ac.id/images/modul/
MODUL_MANAJEMEN_ASET_PENGADAAN.pdf. Diakses pada tanggal 23 Oktober
2022
Nugroho, I. 2010. Pengembangan Ekowisata dalam Pembangunan Daerah. Jurnal
Pembangunan Daerah. Kementerian Dalam Negeri RI, Jakarta. Edisi 01 tahun 2010. 65-76.

Nugroho, I. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.


362p.

Nugroho, I. dan P. D. Negara. 2015. Pengembangan Desa Melalui Ekowisata. Era Adicitra
Intermedia, Solo. 281p

24

Anda mungkin juga menyukai