Disusun Oleh :
Assalamualaikum wr.wb
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa yang
telah memberikan izin dan kekuatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Pembangunan Berkelanjutan Melalui Pendekatan Ekonomi
Lingkungan” ini tepat pada waktunya.
Tugas ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Aset Daerah dan juga
kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Fuadi, MM. selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Aset Daerah.
2. Semua pihak yang tidak sempat kami sebutkan satu persatu yang turut membantu
kelancaran dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik
dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan
wawasan kami. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
meyempurnakan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Wassalamualaikum wr.wb
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Dari titik pandang ekonomi yang sempit, lingkungan merupakan sumber bahan baku
alam dan energi. Pada saat penduduk dunia dan skala kegiatan ekonomi masih relatif kecil
dibanding melimpahnya sumber daya alam maka masih dapat memberikan jaminan
ketersediaan. Dengan perkembangan kemajuan yang modern maka ketegangan dan stres
lingkungan yang berupa pencemaran lingkungan kota, perairan dan udara, degradasi hutan
dan sumber daya alam lainnya yang menyebabkan terjadinya berbagai bencana alam seperti
banjir, longsor, kekeringan dan kelangkaan air, karhutla, sampai pada kekurangan bahan
makanan, gangguan kesehatan dan penyakit serta kemiskinan yang sudah menjadi fenomena
yang tampak di seluruh sistem ekonomi dan seluruh kehidupan baik terjadi pada masyarakat
miskin maupun kaya.
Ketidakpastian selalu terjadi, yang ditimbulkan oleh sifat interdependensi global yaitu
antara kecenderungan pertumbuhan ekonomi dan dukungan sistem lingkungan. Berbagai
konsekuensi yang akan dihadapi ialah masih sulit memperkirakan resiko yang akan dihadapi
manusia sebagai akibat fenomena lingkungan. Penggunaan sumber daya dan mekanisme
lingkungan yang sewenang-wenang untuk mengasimilasi limbah merupakan ancaman yang
serius untuk keberlanjutan kehidupan peradaban di muka bumi. Meningkatnya kelangkaan
sumber daya dan semakin hilangnya kesenangan lingkungan yang diperlukan akan
mengurangi kualitas hidup (Randall, 1981).
Berbagai jalan keluar masalah lingkungan dan sumber daya yaitu ditemukannya
deposito serta teknik eksploitasi yang efisien yang membawa tingkat deposito ke dalam
produksi yang lebih rendah bagi sumber daya yang tidak dapat diperbarui.
4
b. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan diatas maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
c. Tujuan
Adapun beberapa tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :
5
BAB II
PEMBAHASAN
Ekonomi lingkungan atau ilmu ekonomi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari perilaku atau
kegiatan manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Dalam ekonomi
lingkungan, sumber daya alam dan lingkungan dipelajari dan dipertahankan serta ditingkatkan
penggunaannya dengan tujuan pemakaian jangka panjang atau berkelanjutan. Dari sudut pandang
ekonomi, masalah lingkungan timbul, karena biaya lingkungan tidak dimasukkan ke dalam biaya
produksi, sehingga menyebabkan kerugian bagi orang lain atau pasar. Dalam hal ini, masalah
lingkungan menyebabkan inefisiensi alokasi sumber daya alam dan lingkungan dalam proses
produksi. Dalam konteks tersebut, sumber daya alam dan lingkungan menjadi penyedia bahan baku,
penyedia fasilitas dan wadah untuk limbah
ruang lingkup Ekonomi Lingkungan, yakni berupa persoalan lingkungan yang disebabkan oleh
aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Artinya, persoalan lingkungan yang muncul
tetapi bokan
karena aktivitas ekonomi, atau di luar ruang lingkup Ilmu Ekonomi, maka dengan sendirinya
persoalan tersebut berada di huar lingkup Ekonomi Lingkungan. Contohnya seperti bancana alarm,
sosial politik dan lain-lain. Ada 3 hal yang menjadi konsep dalam Ekonomi Lingkungan, yakni (1)
konsep keseimbangan materi (material balance), (2) konsep analisis biaya dan manfaat (cost and
benefit analyze) dan (3) konsep perlindungan lingkungan (environment protection).
Pembangunan Berkelanjutan
6
Pembangunan berkelanjutan dilaksanakan dengan prinsip kesejahteraan ekonomi, keadilan
sosial, dan pelestarian lingkungan. Pendekatan yang digunakan dalam pembangunan
berkelanjutan merupakan pendekatan yang menyeluruh. Pembangunan berkelanjutan sangat
memperhatikan dampak dari setiap tindakan sosial dan ekonomi terhadap lingkungan hidup.
Dampak buruk terhadap lingkungan hidup harus dihindari dari setiap kegiatan sosial dan
ekonomi sehingga kelestarian lingkungan tetap terjaga pada masa sekarang dan pada masa
mendatang.
1. Kesejahteraan ekonomi
7
berkelanjutan tetap memperhitungkan keadilan bagi masyarakat pada masa sekarang dan
masa depan. Selain itu, pembangunan berkelanjutan juga memperhatikan aspek sosial dan
lingkungan. Setiap keputusan dalam pembangunan harus mempertimbangkan aktivitas
manusia yang dipandang sebagai penyebab perubahan lingkungan.
2. Pemberdayaan masyarakat
8
masyarakat dan negara secara berkelanjutan dan bertanggung jawab. Sumber daya alam yang
digunakan dalam kegiatan pembangunan harus dapat dipulihkan kembali secara
berkelanjutan setelah dimanfaatkan.
Masalah Lingkungan
Lingkungan kita terus berubah dan tidak ada yang menyangkal fakta tersebut.
Masalah lingkungan adalah aspek negatif dari aktivitas manusia terhadap lingkungan biofisik.
Masalah lingkungan terus bermunculan, begitu pula kita yang semakin sadar untuk
menyelesaikannya. Perubahan iklim dan pemanasan global menjadi realita tak terbantahkan.
Bumi semakin memanas dan suka tidak suka manusia adalah bagian dari masalahnya. Orang-
orang di seluruh dunia menghadapi banyak masalah lingkungan baru. Beberapa di antaranya
hanya masalah kecil yang memengaruhi sebagian ekosistem. Namun, ada juga masalah
lingkungan yang secara drastis mengubah lansekap keseluruhan, tak terkecuali kita di
Indonesia. Berikut adalah lima masalah lingkungan terbesar di Indonesia yang kita hadapi
saat ini :
1. Polusi Udara
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi
di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan
tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara
dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi
gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi
udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung
dan lokal, regional, maupun global.
Kita ambil contoh Jakarta. Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mendata sepanjang
2012-2020 secara umum kondisi pencemaran udara di ibu kota berstatus sedang dan tidak
sehat. Pada tahun-tahun tertentu, kondisi pencemaran udara di Jakarta sangat tidak sehat.
Sumber utama pencemaran udara di Jakarta berasal dari sektor transportasi. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) mencatat polusi udara setiap tahunnya menyebabkan tujuh juta
kematian dini.
9
penggunaan pestisida di sektor pertanian, penggunaan produk-produk kimia dan sintetis,
pembakaran sampah, dan pertambangan.
2. Deforestasi
Deforestasi adalah kegiatan menebang hutan atau tegakan pohon sehingga lahannya
dapat dialihgunakan untuk penggunaan nonhutan, seperti pertanian dan perkebunan,
peternakan, atau permukiman.
Data KLHK menunjukkan deforestasi periode 2017-2018 mencapai 439,4 ribu ha,
kemudian 2016-2017 mencapai 480 ribu ha. Sepanjang 2015-2016 Indonesia mencatat angka
deforestasi tertinggi dalam enam tahun terakhir, yaitu 629,2 ribu ha. Global Forest
Watch menyatakan Indonesia masih masuk ke dalam daftar 10 negara dengan laju deforestasi
terbesar di dunia. Indonesia menempati urutan keempat setelah Bolivia. Posisi pertama masih
ditempati Brasil.
3. Kepunahan spesies
Kepunahan dalam biologi berarti hilangnya keberadaan dari sebuah spesies atau
sekelompok takson. Waktu kepunahan sebuah spesies ditandai dengan matinya individu
terakhir spesies tersebut, walaupun kemampuan untuk berkembang biak tidak ada lagi
sebelumnya.
Suatu spesies dinamakan punah bila anggota terlahir dari spesies tersebut mati.
Kepunahan terjadi bila tidak ada lagi makhluk hidup dari spesies tersebut yang dapat
berkembang biak dan membentuk generasi. Suatu spesies juga disebut punah secara
fungsional, bila beberapa anggotanya masih hidup tetapi tidak mampu berkembang biak,
misalnya karena sudah tua, atau hanya ada satu jenis kelamin.
10
Indonesia salah satu negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia. Namun,
ancaman kepunahan spesies di negara ini juga tergolong tinggi. Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) mencatat 437 spesies tumbuhan terancam punah (endangered), bahkan
mencapai lebih dari 600 spesies jika digabung dengan kategori hampir terancam punah (near
threatened). Status tersebut mengacu pada ketetapan International Union for Conservation of
Nature (IUCN). Sejumlah satwa di Indonesia yang terancam punah, antara lain orangutan,
komodo, harimau sumatra, badak jawa, dan gajah sumatra.
Spesies laut kita juga banyak yang terancam punah. Kementerian Kelautan dan
Perikanan dalam Rencana Aksi Nasional (RAN) untuk Konservasi Keanekaragaman Hayati
Laut 2015-2019 mencatat sejumlah spesies laut terancam punah, di antaranya ikan
arwana super red dan arwana irian, pari manta dan pari gergaji, hiu paus dan hiu martil, paus
biru dan paus bongkok, dugong, semua spesies penyu, kima, karang hias, dan bambu laut.
4. Degradasi tanah
Degradasi lahan adalah proses dimana kondisi lingkungan biofisik berubah akibat
aktivitas manusia terhadap suatu lahan. Perubahan kondisi lingkungan tersebut cenderung
merusak dan tidak diinginkan. Bencana alam tidak termasuk faktor yang mempengaruhi
degradasi lahan, tetapi beberapa bencana alam seperti banjir, longsor, dan kebakaran hutan
merupakan hasil secara tidak langsung dari aktivitas manusia sehingga dampaknya bisa
disebut sebagai degradasi lahan.
Dengan kata lain degradasi lahan adalah proses penurunan produktivitas lahan, baik
bersifat sementara atau tetap. Lahan terdegradasi artinya lahan tidak produktif, lahan kritis,
atau lahan tidur yang dibiarkan terlantar, tidak digarap, dan umumnya ditumbuhi semak
belukar.
KLHK mencatat Indonesia memiliki 14 juta ha lahan kritis akibat degradasi lahan.
Lahan tersebut kurang efektif ditanami karena berbagai faktor, mulai dari berkurangnya lahan
basah di sekitarnya, perluasan lahan pertanian subsisten, dan perluasan lahan industri yang
tidak ramah lingkungan. Sebanyak 1,8 juta ha dari 3,4 juta ha lahan mangrove Indonesia
berada dalam kondisi kritis. Padahal kemampuan rehabilitasi lahan mangrove hanya 1.000 ha
per tahun. Tak heran degradasi lahan yang begitu luas memicu Indonesia mengalami kemarau
panjang atau kekeringan, minimnya tingkat penyerapan air tanah, dan kekurangan sumber
daya air bersih.
11
5. Overpopulasi
Overpopulation terjadi ketika populasi dari suatu species melebihi kapasitas tempat
yang menjadi ruang dimana species itu tinggal. Overpopulation dikaitkan dengan
perbandingan antara jumlah penduduk dengan sumber daya terkait seperti ketersediaan air,
bahan pangan, tempat tinggal dan sebagainya.
Di sisi lain masyarakat kita belum sepenuhnya teredukasi dengan baik tentang
kesadaran melestarikan lingkungan. Ini menyebabkan terjadi ketidakseimbangan antara
sumber daya alam dengan kebutuhan manusia.
12
Tujuan dari Peraturan Pemerintah tentang Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup,
sebagaimana tertulis dalam Peraturan Pemerintah ini, adalah untuk :
13
Disinsentif adalah pengenaan beban atau ancaman secara moneter dan/atau non
moneter kepada Setiap Orang maupun Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah agar
mengurangi kegiatan yang berdampak negatif pada cadangan sumber daya alam dan
kualitas fungsi lingkungan hidup.
Istilah aset dapat berarti kekayaan (harta kekayaan) atau aktiva atau properti. Dalam
terminologi akuntansi, aset adalah sumber daya yang dimiliki dan dikuasai oleh suatu badan
usaha atau pemerintah secara historis dan manfaat manfaat ekonomi dan/atau sosial dimasa
depan diharapkan dapat diperoleh, serta dapat diukur dalam satuan uang. Menurut KBBI,
properti adalah harta berupa tanah, bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak
terpisahkan dari tanah hak milik atau bangunan yang dimaksud.
Properti adalah konsep hukum yang menyangkut kepentingan, hak dan keuntungan
yang berkaitan dengan suatu kepemilikan. Properti terdiri atas hak kepemilikan, yang
memberikan hak kepada pemilik untuk suatu kepentingan tertentu atau sejumlah kepentingan
atas apa yang dimilikinya. Berdasarkan konsep hukum tersebut, properti dapat disebut
sebagai benda, meliputi benda bergerak dan benda tidak bergerak, baik yang berwujud
(tangible) maupun yang tidak berwujud (intangible), yang memiliki nilai tukar atau dapat
membentuk kekayaan.
Istilah-istilah lain yang berkaitan dengan pengertian aset atau properti adalah real
estate, real properti dan personal personal properti.
Real Estat menurut SPI 2007 (Standar Penilaian Indonesia) dirumuskan sebagai tanah
secara fisik dan benda yang dibangun dibangun oleh manusia manusia yang menjadi
menjadi satu kesatuan kesatuan dengan tanahnya. Pengertian real estat disini berarti
aset berwujud (tangible asset).
Real Properti merupakan penguasaan yuridis atas tanah yang mencakup semua hak
atas tanah (hubungan hukum dengan bidang tanah tertentu), semua kepentingan
(interest ) dan manfaat (benefit ) yang berkaitan dengan kepemilikian real estat. Real
properti biasanya dibuktikan dengan bukti kepemilikan (sertifikat atau surat-surat
lain) yang terpisah dari fisik real estat. Real property adalah konsep non fisik (konsep
hukum).
14
Personal Property meliputi kepemilikan pada suatu benda berwujud berwujud atau
tida berwujud berwujud yang bukan merupakan merupakan real estat. Benda-benda
Benda-benda ini tidak secara permanen menjadi satu kesatuan dengan real estat dan
secara umum memiliki sifat dapat dipindahkan.
Sebuah konsep berkelanjutan dapat dikatakan sebagai konsep apabila dari konsep
tersebut dapat memenuhi kebutuhan penggunanya pada masa sekarang, tanpa membahayakan
kemampuan generasi masa yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. dimensi
ekonomi, social, dan lingkungan guna berkelanjutan hidup generasi yang akan datang.
15
1. Aset properti diadakan untuk mendukung pemberian pelayanan terhadap
masyarakat.
2. Lembaga dan badan-badan pemerintah wajib mengelola asset properti secara tepat
dan konsisten.
3. Sistem pengelolaan asset property seharusnya terintegrasi dalam perencanaan
strategis lembaga pemerintah dan perencanaan organisasi swasta yang
bersangkutan.
4. Keputusan-keputusan yang bersangkutan dengan pengelolaan asset property
seharusnya mengambil pertimbangan yang sifatnya berkelanjutan.
5. Struktur tata cara kelola seharusnya menjelaskan secara transparan responsibilitas
para pengelola asset properti untuk memastikan kerja fungsional suatu asset dan
akuntabilitas dalam pengadaan layanan.
Menurut para arsitek konsep berkelanjutan adalah yang tanggap terhadap lingkungan
dan masalah yang ada namun desain tersebut harus tetap fungsional. Selain itu harus merujuk
kepada masalah social dan ekonomi. Factor yang perlu dipertimbangkan dalam desain
property berkelanjutan ialah :
1. Iklim
2. Air bersih
3. Sumber energi
4. Sanitasi
5. Lahan
6. Desain
7. Pemanfaatan ruang
8. Kenyamanan pengguna
9. Kearifan local
10. Penggunaan material
11. Biaya pembangunan
12. Pemeliharaan
16
disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah pusat dan daerah. Kepariwisataan adalah
keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multi
disiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara
wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan
pengusaha.
17
desa dapat memberikan tempat pembelajaran banyak hal khususnya tentang konservasi
lingkungan dan budaya.
Konsumen ekowisata adalah mereka yang menginginkan liburan dengan sensasi alam
dan interaksi budaya. Mereka bersedia meluangkan waktu, tenaga dan biaya untuk
memuaskan keinginannya. Karenanya, pengelola jasa ekowisata perlu menyediakan
akomodasi dan sajian wisata yang baik, aman dan memuaskan. Kedisiplinan dan standar
pelayanan tersebut juga bagian dari upaya-upaya melindungi ekosistem jasa ekowisata
(Coles, 2006).
Tujuan Ekowisata
18
Pengembangan ekowisata di luar wilayah taman nasional banyak dikembangkan oleh
organisasi masyarakat atau perorangan yang memiliki kompetensi dalam ekowisata. Mereka
ini biasanya memiliki pengetahuan ekowisata, informasi pasar, modal dan potensi wilayah
tujuan ekowisata. Mereka kemudian mendapat sambutan positif dari penduduk lokal melalui
manfaat sosial, ekonomi dan lingkungan, sehingga seluruh stakeholder ekowisata bersama-
sama bertanggungjawab memastikan keberlanjutan sumberdaya ekowisata.
19
digunakan untuk merumuskan peraturan perundangan, dan mekanisme pengelolaan
atau pengembangan taman-taman nasional di Indonesia.
c. Bantuan teknis dan finansial untuk memotivasi pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan kesejahteraan. Anggaran diperlukan untuk pendidikan dan pelatihan
SDM, pemasaran atau promosi wisata, pengembangan infrastruktur jalan, jembatan,
telekomunikasi, listrik dan air bersih. Pemerintah mengambil peran penting dalam
rehabilitasi kerusakan lingkungan, penanggulangan kemiskinan di sekitar wilayah
ekowisata serta pemberian kompensasi kerugian.
Pembangunan pariwisata memiliki peran signifikan dalam aspek ekonomi, sosial dan
lingkungan. Dalam aspek ekonomi, sektor pariwisata berkontribusi dalam devisa, aktivitas
ekonomi domestik atau wilayah. Dalam aspek sosial, pariwisata berperan dalam penyerapan
tenaga kerja, apresiasi seni, tradisi dan budaya bangsa, dan peningkatan jati diri bangsa.
Dalam aspek lingkungan, pariwisata dapat mengangkat produk dan jasa wisata seperti
kekayaan dan keunikan alam dan laut, dan alat yang efektif bagi pelestarian lingkungan alam
dan seni budaya tradisional.
20
berkomitmen mencapai visi tersebut melalui berbagai kegiatan dalam model
pengelolaan yang disepakati kedua pihak. Visi tersebut diinformasikan ke semua
pihak didukung perangkat peraturan
b. Pada tingkat ekosistem, pengembangan wilayah akan berkembang optimal oleh
sinergi dari wilayah fungsional lainnya, misalnya pertanian, kehutanan atau
perikanan. Interaksi antar sektor secara harmoni menghasilkan pertumbuhan ekonomi
dan kesejahteraan dalam wilayah-wilayah tersebut secara keseluruhan.
c. Pengembangan wilayah ekowisata yang terintegrasi mencakup jalur penjelajahan
(trekking), batas wilayah ekosistem atau DAS untuk kepentingan konservasi habitat
dan budaya. Penetapan batas wilayah ekowisata dimaksudkan agar dapat dicegah
kebocoran cost atau benefit (externality) yang mengalir kepada yang tidak berhak
menerima. Jalur penjelajahan didisain secara hati-hati berdasar kesepakatan
stakeholder, dengan memperhatikan titik kritis jalur wisata, dan melindungi situssitus
yang mengalami kepunahan.
3. Tingkat lokal.
Sasaran perencanaan tingkat lokal adalah wilayah dan komunitas lokal. Pengertian
komunitas lokal meliputi penduduk perseorangan atau kelompok yang memiliki kepentingan
yang sama perihal ekowisata. Batasannya adalah aktivitas penduduk lokal dan kegiatan
ekonomi. Batasan geografi dapat berupa di dalam wilayah yang diijinkan oleh pengelola
taman nasional, wilayah administrasi atau tradisi, desa atau desa adat, atau adat setempat.
Beberapa isuu penting kebijakan tingkat lokal meliputi:
a. Identifikasi komunitas lokal dan partisipasi. Tahapan ini sangat penting untuk
penetapan batasan stakeholder penduduk dan sejauh mana partisipasi dan implikasi
perolehan kesejahteraan. Nilai-nilai lokal perlu diapresiasi sebagai bahan pengalaman
yang masuk dalam pengembangan jasa ekowisata.
b. Mendorong dan memberdayakan ekonomi lokal untuk menciptakan multiplier effect.
Partisipasi dan peran penduduk lokal adalah sasaran utama dalam pengembangan
ekonomi jasa ekowisata. Makin tinggi peran tersebut, semakin banyaknya share local
dan insentif dalam konservasi lingkungan.
c. Mengembangkan ruang dan wilayah tujuan ekowisata. Batasan kegiatan dan
karekteristik usaha, lokasi, serta lingkungan jalur perjalanan/petualangan adalah
bagian penting perencanaan pengelolaan. Spesifikasi ruang atau lokasi ini menjadi
motivasi bagi operator dalam penyediaan dan keunikan jasa ekowisata.
21
d. Mengembangkan produk dan jasa-jasa ekowisata yang mendukung konservasi.
Penduduk lokal perlu dilatih perihal entrepreneurship, berkreasi dan berinovasi.
Kreativitas akan mengurangi ketergantungan pada bahan mentah sumberdaya alam
dan melahirkan nilai tambah yang tinggi. Hal ini akan memberi insentif bagi upaya
konservasi lingkungan.
22
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam memanfaatkan sumber daya alam harus
diarahkan pada upaya peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat, pencapaian
pertumbuhan ekonomi dan mengembalikan fungsi lingkungan. Sehingga hubungan
keterkaitan antara upaya pencapaian dan peningkatan target pertumbuhan ekonomi,
pengentasan masyarakat dari kemiskinan melalui peningkatan kesejahteraan sosial-ekonomi
dan upaya untuk melestarikan Lingkungan merupakan tujuan yang saling mendukung untuk
jangka panjang.
SARAN
23
Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan dalam pembuatannya, baik tulisan maupun bahasan yang kami sajikan. Oleh
karena itu, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua Dan diharapkan Konsep ekonomi
dalam pembangunan yang berkelanjutan ini dapat memfasilitasi persoalan lingkungan yang
terjadi. Pembangunan berkelanjutan (Sustainable development) merupakan paradigma
pembangunan yang berkaitan langsung dengan keseimbangan alam atau lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia. ( 29 Juni 2022). Pembangunan Berkelanjutan. Diakses pada tanggal 23 Oktober
2022, dari https://id.wikipedia.org/wiki/Pembangunan_berkelanjutan.
Askar Jaya. KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (Sustainable Development).
Tugas Individu Semester Ganjil. Diakses Pada tanggal 23 Oktober 2022.
https://diplkeu.usu.ac.id/images/modul/
MODUL_MANAJEMEN_ASET_PENGADAAN.pdf. Diakses pada tanggal 23 Oktober
2022
Nugroho, I. 2010. Pengembangan Ekowisata dalam Pembangunan Daerah. Jurnal
Pembangunan Daerah. Kementerian Dalam Negeri RI, Jakarta. Edisi 01 tahun 2010. 65-76.
Nugroho, I. dan P. D. Negara. 2015. Pengembangan Desa Melalui Ekowisata. Era Adicitra
Intermedia, Solo. 281p
24