Anda di halaman 1dari 19

RINGKASAN MATERI 2

Sampling Audit: Pengujian Pengendalian & Pengujian Substansi Transaksi

PENGAUDITAN II

Disusun Oleh:

Ketut Bintang Maharani (2007531118)

Putri Maharani (2007531142)

Putu Cindra Permata Dewi (2007531157)

Tony Natayo Susianto (2007531174)

I Putu Ananda Widvannanda (2007531192)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2022
A. SAMPEL REPRESENTATIVE
Sampel representative adalah sampel yang memiliki karaktersitik yang hampir sama
dengan karakteristik populasi. Hal ini berarti bahwa unsur sampel serupa dengan unsur yang
tidak diikutsertakan dalam sampel. Sebagai contoh, misalkan pengendalian internal
menetapkan bahwa pegawai harus melampirkan dokumen pengiriman barang pada setiap
duplikat faktur penjualan, tetapi pegawai yang bersangkutan tidak menaati ketentuan tersebut
selama 3 persen dari waktu kerjanya. Apabila auditor memilih suatu sampel yang terdiri dari
100 duplikat faktur penjualan dan menemukan 3 duplikat faktur yang tidak dilampiri
dokumen pengiriman barang, maka sampel tersebut sangat representative. Apabila dijumpai
dua atau empat unsur demikian dalam sampel, maka sampel dikatakan cukup representative.
Apabila tidak dijumpai atau ditemukan banyak unsur demikian, maka sampel disebut tidak
representative.
Cara untuk mengetahui terhadap sampel representative adalah dengan melakukan audit
terhadap keseluruhan populasi. Auditor dapat meningkatkan kemungkinan representative
dengan cara meningkatkan kecermatan dalam merancang proses sampling, pemilihan
sampel, dan mengevaluasi hasilnya. Suatu hasil sampel bisa menjadi tidak representative
karena kesalahan non-sampling dan kesalahan sampling. Risiko dari terjadinya kedua jenis
kesalahan ini disebut risiko non-sampling dan risiko sampling.
Risiko non-sampling adalah risiko bahwa suatu pengujian audit tidak dapat
mengungkapkan adanya penyimpangan dalam sampel. Sedangkan risiko sampling adalah
risiko auditor mencapai suatu kesimpulan yang keliru karena sampel tidak mencerm inkan
populasi. Auditor mempunyai dua cara untuk mengontrol risiko sampling, yaitu:
1. Mengubah ukuran sampel
2. Menggunakan metode yang tepat untuk memilih unsur sampel dari populasi

B. SAMPLING STATISTIK DAN SAMPLING NON-STATISTIK SERTA PEMILIHAN


SAMPEL PROBABILISTIK DAN NON-PROBABILISTIK
Perbedaan sampel statistik dan sampel non-statistik, dan perbedaan antara pemilihan
sampel probabilistik dan pemilihan sampel non-probabilistik.
▪ SAMPLING STATISTIK DAN SAMPLING NON-STATISTIK
Metode sampling audit dapat dibagi menajdi dua golongan besar, yakni sampling
statsitik dan sampling non-statistik. Kedua kategori ini serupa karena keduanya dari
tiga tahapan, yaitu:
a) Merencanakan sampel
b) Memilih sampel dan melakukan pengujian
c) Mengevaluasi hasil
Tujuan perencanaan sampel adalah untuk memastikan bahwa pengujian audit
dilaksanakan sedemikian rupa sehingga menghasilkan risiko sampling yang diinginkan
dan meminimumkan kemungkinan terjadinya kesalahan non-sampling. Pemilihan
sampel menyangkut keputusan tentang bagaimana suatu sampel dipilih dari populasi.
Penilaian hasil diambil dari kesimpulan berdasarkan pengujian audit.
▪ PEMILIHAN SAMPEL PROBABILISTIK DAN NON-PROBABILISTIK
Apabila menggunakan pemilihan sampel probabilistik, auditor memilih unsur-unsur
sampel secara acak yang setiap unsur populasinya memiliki probabilitas yang diketahui
untuk dimasukkan dalam sampel. Dalam pemilihan sampel non-probabilistik, auditor
memilih unsur sampel dengan menggunakan pertimbangan profesionalnya, tidak
menggunakan metode probabilistik. Auditor dapat memilih salah satu dari metode
sampel non-probabilistik.
▪ PENERAPAN SAMPLING STATISTIK DAN NON-STATISTIK DALAM
PRAKTIK SERTA METODE PEMILIHAN SAMPEL
Standar auditing memberi kebebasan kepada auditor untuk menggunakan metode
sampling statistik atau metode sampling non-statistik. Apabila digunakan sampling
statistik, sampel hendaknya yang probabilistik dan harus digunakan metode evaluasi
statistik yang tepat terhadap hasil sampel untuk menghitung besarnya risiko sampling.
Ada tiga tipe metode pemilihan sampel yang lazim yang berhubungan dengan
sampling audit non-statistik. Ketiganya adalah non-probabilistik. Ada empat tipe
metode pemilihan sampel yang berhubungan dengan sampling audit statistik. Keempat
metode tersebut adalah probabilistik.
Metode pemilihan sampel non-probabilistik (judgemental) terdiri dari:
1) Pemilihan sampel langsung (directed sample selection)
2) Pemilihan sampel blok (block sample selection)
3) Pemilihan sampel sembarang (haphazard sample selection)

Metode pemilihan sampel probabilistik terdiri dari:


1) Pemilihan sampel acak sederhana (simple random sample selection)
2) Pemilihan sampel sistematik (systematic sample selection)
3) Pemilihan sampel probabilitas proportional dengan ukuran (probability
proportional to size sample selection)
4) Pemilihan sampel berjenjang (stratified sample selection)

C. METODE PEMILIHAN SAMPEL NON-PROBABILISTIK

Metode pemilihan sampel nonprobabilistik adalah metode-metode yang tidak memenuhi


persyaratan teknis untuk pemilihan sampel probabilistik. Karena metode-metode tersebut
tidak didasarkan pada probabilitas matematika, keterwakilan sampel menjadi sulit untuk
ditentukan.

▪ PEMILIHAN SAMPEL LANGSUNG


Dalam metode pemilihan sampel langsung, auditor secara sengaja memilih setiap unsur
di dalam sampel berdasarkan kriteria menurut pertimbangannya sendiri dan tidak
memilihnya secara acak. Dewasa ini pendekatan yang digunakan terdiri dari:
- Unsur yang paling mungkin berisi kesalahan penyajian
- Unsur yang berisi karakteristik populasi tertentu
- Unsur bernilai rupiah besar
▪ PEMILIHAN SAMPEL BLOK
Dalam pemilihan sampel blok, auditor memilih unsur pertama dalam suatu blok,
dan selanjutnya dipilih secara berurutan. Penggunaan sampel blok biasanya dapat
diterima hanya apabila jumlah blok yang digunakan cukup banyak.
Apabila hanya sedikit blok yang digunakan, probabilitas untuk mendapatkan satu
sampel yang tidak representative akan terlalu besar, terutama bila terjadi pergantian
pegawai, terjadi perubahan sistem akuntansi, dan adanya sifat musiman seperti yang
sering terjadi dijumpai dalam banyak bisnis.
▪ PEMILIHAN SAMPEL SEMBARANG
Pemilihan sampel sembarang adalah pemilihan unsur-unsur tanpa suatu bias yang
disadari auditor. Dalam hal seperti ini, auditor memilih unsur populasi tanpa
mempertimbangkan ukuran, sumber, ataupun karakteristik pembeda lainnya.
Kelemahan paling serius pemilihan sampel sembarang adalah sulitnya memegang
teguh untuk sepenuhnya tidak bias dalam pemilihan, Unsur populasi tertentu
mempunyai kemungkinan untuk terpilih sebagai sampel.

D. METODE PEMILIHAN SAMPEL PROBABILISTIK

Untuk sampel probabilistik, auditor tidak menggunakan pertimbangan tentang unsur


sampel mana yang akan dipilih, kecuali dalam memilih metode seleksinya.

▪ PEMILIHAN SAMPEL ACAK SEDERHANA


Auditor menggunakan sampel acak sederhana apabila tidak ada kebutuhan untuk
menekankan pada satu atau lebih tipe unsur populasi. Sebagai contoh, auditor
bermaksud untuk menetapkan sampel dari pengeluaran kas klien dalam setahun.
Auditor bisa memilih suatu sampel secara acak yang terdiri dari 60 unsur dari jurnal
penerimaan kas, menerapkan prosedur audit terhadap 60 unsur yang terpilih, dan
menarik kesimpulan tentang seluruh transaksi pengeluaran kas yang dicatat dalam
tahun tersebut.
▪ PEMILIHAN SAMPEL SISTEMATIK
Dalam pemilihan sampel sistematik, auditor menghitung suatu interval dan
kemudian memilih unsur-unsur untuk sampel berdasarkan ukuran interval. Interval
ditentukan dengan membagi ukuran populasi dengan ukuran sampel yang dikehendaki.
Keuntungan pemilihan sistematik adalah mudah penggunaannya. Sedangkan
kelemahan pemilihan sampel sistematik ialah adanya kemungkinan terjadi bias.
▪ PEMILIHAN SAMPEL PROBABILITAS PROPORSIONAL TERHADAP
UKURAN DAN SAMPEL BERJENJANG
Dalam banyak situasi pengaduitan, biasanya akan menguntungkan untuk memilih
sampel yang menekankan pada unsur-unsur populasi yang berjumlah besar. Ada dua
cara untuk memperoleh sampel seperti itu, yaitu:
1. Mengambil sampel yang kemungkinan terpilih setiap unsur individualnya
proporsional dengan jumlah rupiah di pembukuan
2. Membagi populasi menjadi subpopulasi, biasanya dengan ukuran rupiah, dan
mengambil sampel yang lebih besar dari subpopulasi dengan ukuran yang
lebih besar.

E. PEMILIHAN SAMPEL UNTUK TINGKAT PENYIMPANGAN

Auditor menggunakan sampel dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif


transaksi untuk menaksir persentase unsur-unsur dalam suatu populasi yang berisi suatu
karakteristik atau atribut. Persentase ini disebut tingkat keterjadian atau tingkat
penyimpangan.

Auditor menaruh perhatian pada jenis-jenis penyimpangan dalam populasi data


akuntansi berikut:

1. Penyimpangan dari pengendalian yang ditetapkan klien


2. Kesalahan penyajian rupiah dalam populasi data transaksi
3. Kesalahan penyajian rupiah dalam populasi detail saldo akun

Tingkat penyimpangan dalam suatu sampel digunakan untuk menaksir tingkat


penyimpangan dalam keseluruhan populasi. Ini merupakan “taksiran terbaik” auditor
mengenai tingkat penyimpangan dalam populasi. Karena tingkat penyimpangan
didasarkan pada suatu sampel, terdapat kemungkinanan signifikan bahwa tingkat
penyimpangan sampel berbeda dari tingkat penyimpangan populasi yang sesungguhnya.
Auditor fokus pada batas atas dari taksiran interval yang disebut taksiran atau computed
upper exception rate (CUER) dalam pengendalian dan pengujian substantif transaksi.
F. PENERAPAN PEMILIHAN SAMPEL AUDIT NON-STATISTIK

Tabel Terminologi yang Digunakan dalam Audit Sampling

TERMINOLOGI DEFINISI
Terminologi Berkaitan dengan - Karakteristik atau atribut yang diuji dalam aplikasi
Perencanaan - Risiko yang akan diambil auditor akibat dari
Characteristic or attribute peneriman bahwa pengendalian efektif atau tingkat
Acceptble risk of assessing control risk kesalahan penyajian rupiah yang dapat ditoleransi,
too low (ARACR) apabila tingkat penyimpangan populasi yang
sesungguhnya lebih besar daripada tingkat
penyimpangan bisa ditoleransi.
Tolerable exception rate (TER) - Tingkat penyimpangan yang diijinkan auditor
dalam populasi dan masih akan disimpulkan bahwa
pengendalian berjalan efektif dan atau jumlah
kesalahan penyajian rupiah dalam transaksi yang
dapat diterima yang ditetapkan pada perencanaan

Estimated population exception rate - Tingkat penyimpangan yang diharapkan auditor


(EPER) akan dijumpai auditor dalam populasi sebelum
pengujian dimulai
Initial sample size - Ukuran sampel yang diputuskan setelah
mempertimbangkan faktor-faktor di atas dalam
perencanaan
Terminologi Berkaitan dengan
Evaluasi Hasil
Exception - Penyimpangan dari atribut dalam suatu unsur
sampel
Sampel exception rate (SER) - Jumlah penyimpangan dalam sampel dibagi
dengan ukuran sampel
Computed upper exception rate (CUER) - Taksiran tingkat penyimpangan tertinggi dalam
populasi pada suatu ARACR tertentu
Auditor menggunakan 14 langkah untuk menerapkan audit sampling dalam pengujian
pengendalian dan pengujian substantif transaksi.

1. MENETAPKAN TUJUAN PENGUJIAN AUDIT

Tujuan pengujian ini dalam siklus penjualan dan pengumpulan piutang biasanya
adalah untuk menguji efektivitas pengendalian intern untu penjualan dan penerimaan
kas berisi kesalahan penyajian rupiah.

2. MENENTUKAN APAKAH SAMPLING AUDIT BISA DITERAPKAN

Audit sampling bisa diterapkan apabila auditor merencanakan untuk memperoleh


kesimpulan tentang populasi berdasarkan suatu sampel. Sebagai contoh, berikut ini
adalah sebagian dari program audit:

a) Review transaksi penjualan apakah ada yang berjumlah besar atau tidak biasa
b) Lakukan pengamatan (observasi) apakah tugas yang menangani piutang dan kas
terpisah
c) Periksa suatu sampel duplikat faktur penjualan
d) Pilihlah suatu sampel dokumen pengiriman barang dan telusurlah ke duplikat
faktur penjualan yang bersangkutan
e) Bandingkan kuantitas pada setiap duplikat faktur penjualan dengan kuantitas pada
dokumen pengiriman barang yang bersangkutan.
3. MERUMUSKAN ATRIBUT DAN KONDISI-KONDISI PENYIMPANGAN

Apabila atribut tidak dirumuskan di muka dengan cermat, para staf audit yang
melaksanakan prosedur audit tidak memilki pegangan untuk mengidentifikasi
penyimpangan. Atribut dan kondisi penyimpangan untuk sampling audit diambil
langsung dari prosedur audit yang ditetapkan auditor.

4. PERUMUSAN POPULASI

Populasi adalah unsur-unsur yang ingin digeneralisasi oleh auditor. Auditor bisa
merumuskan populasi untuk mengikutsertakan setiap unsur yang diinginkan, tetapi
ketika mereka menarik sampel, unsur tersebut harus terpilih dari keseluruhan populasi
sebagaimana yang telah dirumuskan.

5. PERUMUSAN UNIT SAMPLING

Unit sampling dirumuskan oleh auditor berdasarkan definisi tentang populasi dan
tujuan pengauditan. Unit sampling adalah unit fisik yang berkaitan dengan nomor-
nomor acak yang akan digeneralisasi oleh auditor. Unit sampling adalah langkah awal
dalam pelaksanaan pengujian audit.

6. MENETAPKAN TINGKAT PENYIMPANGAN BISA DITOLERANSI

Penetapan tingkat penyimpangan bisa ditoleransi atau tolerable exception rate


(TER) untuk setiap atribut membutuhkan pertimbangan professional auditor. TER
mencerminkan tingkat penyimpangan tertinggi yang bisa diterima auditor dalam suatu
pengendalian yang sedang diuji dan masih dapat disimpulkan bahwa pengendalian
berjalan efektif.

7. MERUMUSKAN RISIKO YANG BISA DITERIMA UNTUK PENETAPAN


RISIKO PENGENDALIAN TERLALU RENDAH

Unit sampling audit dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif, risiko
tersebut disebut risiko yang bisa diterima untuk penetapan risiko pengendalian terlalu
rendah atau acceptable risk of assesing control risk top low (ARACR). ARACR
mengukur risiko yang bisa diterima auditor pengendalian efektif (atau tingkat
kesalahan penyajian bisa diterima) padahal tingkat penyimpangan populasi yang
sesungguhnya lebih besar daripada TER.

8. MENAKSIR TINGKAT PENYIMPANGAN POPULASI

Auditor harus menaksir di muka tingkat penyimpangan populasi untuk


merencanakan ukuran sampel yang tepat. Apabila taksiran tingkat penyimpangan
populasi atau estimated population exception rate (EPER) rendah, maka ukuran sampel
yang relatif kecil akan memuaskan tingkat penyimpangan yang bisa ditoleransi
sebagaimana diterapkan auditor, karena hanya diperlukan suatu tingkat ketepatan
taksiran yang rendah.
9. MENENTUKAN UKURAN SAMPEL AWAL

Terdapat 4 faktor yang menentukan ukuran sampel awal untuk sampling audit,
yakni: Ukuran Populasi, TER, ARACR, dan EPER.

Ukuran populasi bukan faktor yang signifikan dan biasanya bisa diabaikan, terutama
apabila populasinya besar. Auditor menggunakan sampling non-statistik dalam
penentuan ukuran sampel apabila auditor akan menggunakan pertimbangan
profesional, tidak menggunakan formula statistik. Setelah ketiga faktor yang
mempengaruhi ukuran sampel ditentukan, maka auditor dapat memutuskan ukuran
sampel awal.

10. MEMILIH SAMPEL

Setelah menentukan ukuran sampel awal bagi aplikasi sampling audit, auditor harus
memilih item-item dalam populasi untuk memasukkan sampel. Auditor dapat memilih
sampel dengan menggunakan metode probabilistik atau non-probabilistik. Untuk
meminimalkan kemungkinan klien mengubah item-item sampel, auditor tidak boleh
memberi tahu klien terlalu cepat item-item sampel yang dipilih. Auditor juga harus
mengendalikan sampel setelah klien menyediakan dokumen. Beberapa item sampel
tambahan dapat saja dipilih sebagai cadangan untuk mengganti setiap item yang masih
kosong dalam sampel awal.

11. MELAKSANAKAN PROSEDUR AUDIT

Auditor melaksanakan prosedur audit dengan memeriksa setiap item dalam sampel
untuk menentukan apakah sampel tersebut konsisten dengan definisi atribut dan
dengan mempertahankan catatan mengenai semua penyimpangan yang ditemukan.
Jika prosedur audit untuk aplikasi sampling telah selesai, auditor akan memiliki ukuran
sampel dan jumlah penyimpangan untuk setiap atribut.

12. GENERALISASI DARI SAMPEL KE POPULASI

Tingkat penyimpangan sampel (sample exception rate = SER) dapat dengan mudah
dihitung dari hasil sampel aktual . SER sama dengan jumlah aktual penyimpangan
dibagi dengan ukuran sampel sesungguhnya. Jadi kurang tepat jika auditor
menyimpulkan bahwa tingkat penyimpangan populasi sama dengan tingkat
penyimpangan sampel, karena hanya sekilas saja mereka identik. Menurut metode non-
statistik, auditor menggunakan dua cara untuk melakuakan generalisasi dari sampel ke
populasi, yaitu:

a) Menambahkan estimasi kesalahan sampling ke SER guna mencapai tingkat


penyimpangan atas perhitungan yang dilakukan (CUER) bagi ARACR tertentu.
b) Mengurangi tingkat penyimpangan sampel (SER) dari tingkat penyimpangan yang
dapat ditoleransi (TER) untuk menemukan kesalahan sampling yang dapat
dihitung (TER-SER), dan mengevaluasi apakah hal tersebut cukup besar untuk
menyimpulkan bahwa tingkat penyimpangan populasi yang sebenarnya dapat
diterima.
13. MENGANALISIS PENYIMPANGAN

Selain menentukan SER bagi setiap atribut dan mengevaluasi apakah tingkat
penyimpangan yang sebenarnya (tetapi tidak diketahui) mungkin melampaui tingkat
penyimpangan yang dapat ditoleransi (TER), auditor juga harus menganalisa
penyimpangan individual untuk menentukan kelemahan pengendalian internal yang
memungkinkan hal tersebut terjadi. Penyimpangan dapat disebabkan oleh banyak
faktor, seperti kecerobohan karyawan, salah memahami instruksi, atau kelalaian
melaksanakan prosedur yang disengaja. Sifat penyimpangan dan penyebabnya
memiliki dampak yang signifikan terhadap evaluasi sistem secara kualitatif.

14. MEMUTUSKAN AKSEPTABILITAS POPULASI

Ketika menggeneralisasi dari sampel ke populasi, sebagian besar auditor yang


menggunakan sampling non-statistik akan mengurangi SER dari TER dan
mengevaluasi apakah perbedaannya (kesalahan sampling yang dihitung) cukup besar.
Jika auditor berpendapat bahwa TER-SER terlalu kecil untuk menyimpulkan bahwa
populasi dapat diterima, atau apabila SER lebih besar daripada TER, auditor harus
mengikuti salah satu dari empat tindakan berikut:

a) Merevisi TER atau ARACR


b) Memperbesar Ukuran Sampel
c) Merevisi Penetapan Risiko Pengendalian
d) Berkomunikasi dengan Komite Audit atau Manajemen
15. PENDOKUMENTASIAN YANG MEMADAI

Auditor harus menyimpan catatan yang memadai tentang prosedur-prosedur yang


telah dilakukan, metode yang telah digunakan dalam pemilihan sampel, dan
kesimpulan yang dicapai. Dokumentasi diperlukan baik untuk sampling statistik
maupun non-statistik untuk mengevaluasi hasil dari semua pengujian dan untuk
mempertanggungjawabkan pelaksanaan audit jika diperlukan.

G. PENERAPAN SAMPLING AUDIT


• Merencanakan Sampel
1. Menetapkan tujuan pengujian audit. Sama, baik untuk sampling atribut maupun
sampling non-statistik.
2. Memastikan apakah sampling audit bisa diterapkan. Sama, baik untuk sampling atribut
maupun sampling non-statistik.
3. Merumuskan atribut dan kondisi penyimpangan. Sama, baik untuk sampling atribut
maupun sampling non-statistik.
4. Merumuskan populasi. Sama, baik untuk sampling atribut maupun sampling non-
statistik.
5. Merumuskan unit sampling. Sama, baik untuk sampling atribut maupun sampling non-
statistik.
6. Merumuskan tingkat penyimpangan bisa ditoleransi. Sama, baik untuk sampling
atribut maupun sampling non-statistik.
7. Menetapkan risiko bisa diterima untuk penetapan risiko pengendalian terlalu rendah.
Konsep untuk perumusan risiko sama, baik untuk sampling statistik maupun non-
statistik, tetap metode untuk mengkuantifikasi biasanya berbeda. Untuk sampling non-
statistik, auditor biasanya menggunakan risiko bisa diterima yang rendah, medium,
atau tinggi. Dalam metode sampling atribut, auditor biasanya menetapkan suatu jumlah
tertentu, seperti misalnya risiko 10% atau 5%. Metode ini berbeda karena auditor perlu
mengevaluasi hasil secara statistik.
8. Menaksir tingkat penyimpangan populasi. Sama, baik untuk sampling atribut maupun
sampling non-statistik.
9. Menentukan ukuran sampel awal. Ada empat faktor yang menentukan ukuran sampel
awal, baik untuk sampling statistik maupun non-statistik, yaitu: ukuran populasi, TER,
ARACR, dan EPER. Dalam sampling atribut, auditor menentukan ukuran sampel
dengan menggunakan program komputer atau tabel yang dikembangkan dari formula
statistik.
• Penggunaan Tabel

Apabila auditor akan menggunakan tabel untuk menentukan ukuran sampel awal, harus
diikuti empat tahap berikut ini:

a) Pilih tabel yang cocok dengan ARACR


b) Tentukan lokasi TER pada bagian atas tabel.
c) Tentukan lokasi EPER pada kolom paling kiri.
d) Baca kolom TER yang sesuai ke bawah hingga memotong baris EPER yang sesuai.
Angka yang tertulis dalam titik perpotongan itu menunjukkan ukuran sampel awal.
• Pengaruh dari Ukuran Populasi

Kebanyakan auditor menggunakan sampling atribut untuk populasi yang besar.

Memilih sampel dan Melaksanakan Prosedur Audit

10. Memilih sampel. Berbeda dengan metode non-statistik, pemilihan sampel pada
metode statistika harus menggunakan metode probabilistik. Untuk sampling atribut
bisa digunakan metode sampling acak sederhana atau metode sistematis.
11. Melaksanakan prosedur Audit. Sama, baik untuk sampling atribut maupun untuk
sampling nonstatistik.
Menilai Hasil
12. Generalisasi dari sampel ke populasi. Untuk sampling atribut, auditor menghitung
batas presisi atas (CUER) pada suatu ARACR tertentu dengan menggunakan program
komputer khusus atau menggunakan tabel yang dibangun dari formula statistika.

Menggunakan Tabel
Penggunaan tabel untuk menghitung CUER terdiri dari empat tahapan, yakni:

a) Memilih tabel yang sesuai dengan ARACR yang ditetapkan auditor. ARACR ini
harus sama dengan ARACR yang digunakan untuk menentukan ukuran sampel
awal.
b) Menentukan lokasi jumlah penyimpangan sesungguhnya yang ditemukan dalam
pengujian audit pada bagian atas tabel.
c) Menentukan lokasi ukuran sampel sesungauhnva pada kolom paling kiri.
d) Baca kolom jumlah penyimpangan sesungguhnya yang sesuai ke bawah sampai
memotong baris ukuran sampel yang sesuai angka yang tercantum pada titik
perpotongan adalah CUER.
• Kebutuhan Akan Pertimbangan Profesional

Sampling atribut menuntut auditor untuk menggunakan pertimbangan profesional pada


berbagai tahapan. Untuk memilih ukuran sampel awal, auditor terutama akan
menggantungkan pada TER dan ARACR yang membutuhkan pertimbangan profesional
tingkat tinggi, demikian pula untuk EPER diperlukan penaksiran yang cermat. Hal yang
sama juga terjadi dalam penilaian akhir tentang kecukupan penerapan sampling atribut
keseluruhan, termasuk kecukupan ukuran sampel, juga harus didasarkan pada
pertimbangan profesional tingkat tinggi.
STANDAR AUDIT 530 “SAMPLING AUDIT”

RUANG LINGKUP
Menjelaskan dan mengatur penggunaan sampling audit dalam pelaksanaan prosedur audit. Hal
ini berkaitan dengan penggunaan sampling statistik maupun non-statistik ketika perancangan
dan pemilihan sampel audit, pelaksanaan pengujian pengendalian, dan pengujian rinci, serta
pengevaluasian hasil sampel tersebut.

DEFINISI
Sampling audit menurut SA 530 adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari 100%
unsur dalam suatu populasi audit yang relevan sedemikian rupa sehingga semua unit sampling
memiliki peluang yang sama untuk dipilih untuk memberikan basis memadai bagi auditor untuk
menarik kesimpulan tentang populasi secara keseluruhan.

Alasan menggunakan sampling audit:

1. Waktu (keterbatasan waktu dalam perikatan)


2. Biaya

TUJUAN SAMPLING

Untuk membantu auditor dalam memperoleh dasar yang kuat untuk menarik kesimpulan atas
populasi

• Populasi adalah sekumplan data-data yang akan dijadikan sampel


• Risiko sampling adalah risiko bahwa kesimpulan auditor yang didasarkan pada suatu
sampel dapat berbeda dengan kesimpulan jika prosedur audit yang sama diterapkan
keseluruh populasi
• Risiko non-sampling adalah risiko bahwa auditor mencapai suatu kesimpulan yang
salah dengan alasan apapun yang tidak terkait dengan risiko sampling

LANGKAH-LANGKAH SAMPLING AUDIT

1. Perencanaan sampel
Auditor berkonsultasi dengan rekan-rekan dalam menentukan berapa ukuran sampel yang
akan diambil, saldo-saldo akun apa yang akan diperiksa

2. Seleksi sampel
Auditor mengambil sampel bisa secara random dan tidak
3. Melaksanakan pengujian
Melakukan pengambilan data di klien dan melaksanakan pengujian
4. Evaluasi hasil sampel
UKURAN SAMPEL
1. Menggunakan rumus statistik
2. Auditor judgement (berdasarkan pengalaman dan diskusi)
METODE SAMPLING
1. Sampling statistik
a. Pemilihan unsur-unsur dilakukan secara random
b. Menggunakan teori probabilitas untuk menilai hasil sampel, termasuk untuk mengukur
risiko sampling
2. Metode non-statistik
Metode ini umumnya berfokus pada pengalaman dan profesional judgement auditor dalam
memilih item-item populasi dan mengevaluasi hasilnya
JENIS JENIS METODE SAMPLING
1. Pemilihan acak
Pemilihan menggunakan random nomor generator (software) atau random number table
2. Pemilihan secara sistematis
Jumlah unit sampling ditentukan dengan ukuran sampel yang membentuk interval
sampling
3. Sampling audit moneter
Sampling statistik sederhada dimana memberikan hasil statistik yang diekspresikan
dalam satuan moneter
4. Pemilihan sembarang
Jumlah sampel ditentukan tanpa menggunakan suatu teknik yang terstruktur. Auditor
tidak boleh keberpihakan pada suatu sampel, jadi auditor harus netral agar sampel tidak
bias.
5. Pemilihan secara blocking
Pemilihan blok yang tersusun atas unsur-unsur yang letaknya dalam populasi
EVALUASI HASIL SAMPLING
Jika auditor yakin dengan samplingnya maka auditor dapat melanjutkan ke prosedur audit
selanjutnya
Jika auditor tidak yakin dengan samplingnya maka auditor dapat:
1. Meminta penjelasan terhadap manajemen
2. Menyesuaikan sifat, keadaan, dan luas prosedur audit tambahan
CONTOH FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UKURAN SAMPEL
UNTUK PENGUJIAN PENGENDALIAN
Faktor-fakor ini yang harus dipertimbangkan secara bersamaan, menganggap bahwa auditor
tidak memodifikasi sifat atau waktu pengujian pengendalian atau dengan cara lain mengubah
pendekatan pengujian pengendalian menjadi prosedur substantif untuk merespons risiko yang
telah dimulai.
FAKTOR PENGARUH TERHADAP
UKURAN SAMPEL
1. Adanya peningkatan Naik Semakin tinggi tingkat asurans yang
penilaian resiko auditor hendak diperoleh oleh auditor atas
yang telah efektivitas operasi pengendalian,
memperhitungkan semakin rendah risiko kesalahan
pengendalian yang penyajian material yang dinilai oleh
relevan auditor, dan semakin besar ukuran
sampel yang diperlukan
2. Suatu peningkatan Turun Semakin rendah tingkat penyimpangan
dalam penyimpangan yang dapat diterima, semakin besar
yang dapat diterima ukuran sampel yang diperlukan
3. Suatu kenaikan dalam Naik Semakin tinggi tingkat penyimpangan
tingkat penyimpangan yang diperkirakan terjadi, semakin
yang diperkirakan besar ukuran sampel yang diperlukan
terjadi dalam populasi sehingga auditor dapat membuat
yang akan diuji
estimasi yang wajar tentang tingkat
penyimpangan yang sesungguhnya.
4. Suatu kenaikan dalam Naik Semakin tinggi tingkat asurans yang
tingkat asurans yang auditor harapkan bahwa hasil sampel
auditor harapkan bahwa benar-benar mencerminkan
tingkat penyimpangan penyimpangan yang terjadi dalam
yang dapat diterima populasi, maka semakin besar ukuran
tidak melebihi tingkat sampel yang diperlukan.
penyimpangan yang
sesungguhnya dalam
populasi
5. Suatu kenaikan dalam Dampak yang dapat diabaikan Untuk populasi yang besar, ukuran
jumlah unit sampling aktual populasi sedikit berdampak, jika
dalam populasi ada, terhadap ukuran sampel. Namun,
dalam populasi yang kecil, sampling
audit tidak dapat seefisien
dibandingkan dengan cara-cara
alternatif dalam pemerolehan bukti
audit yang cukup dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Jusup, Al Haryono. (2014). Auditing (Pengauditan Berbasis ISA). Yogyakarta: STIE YKPN.

Anda mungkin juga menyukai