Anda di halaman 1dari 42

SAMPLING AUDIT UNTUK

PENGUJIAN PENGENDALIAN
DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF
ATAS TRANSAKSI

KELOMPOK 1
HURIYAH BAYNI 11150000101
YESI MUSTIKARINI 11160000261
EKAWATI 11160000406
SAMPEL REPRESENTATIF

 Sampel Representatif ( representative sample) adalah sampel


yang karakteristiknya hamper sama dengan yang dimiliki oleh
populasi.
 Risiko Sampling (sampling risk) adalah risiko bahwa auditor
mencapai kesimpulan yang salah Karena sampel populasi tidak
representative.
 Risiko sampling adalah bagian sampling yang melekat akibat
menguji lebih sedikit dari populasi secara keseluruhan.
SAMPEL REPRESENTATIF

Auditor memiliki 2 cara untuk mengendalikan risiko sampling:


 Menyesuaikan ukuran sampel
 Menggunakan metode pemilihan item sampel yang tepat dari
populasi.
Risiko Nonsampling (nonsampling riks) adalah risiko bahwa pengujian
audit tidak menemukan pengecualian yang ada dalam sampel. Dua
penyebab risiko nonsampling adalah kegagalan auditor untuk
mengenali pengecualian dan prosedur audit yang tidak sesuai atau
tidak efektif.
SAMPLING STATISTIK VERSUS SAMPLING
NONSTATISTIK DAN PEMILIHAN SAMPEL
PROBABILITAS VERSUS NONPROBABILITASTIK

Metode sampling audit dapat dibagi menjadi 2 kategori utama: sampling


statistic dan sampling nonstatistik. Kategori tersebut serupa karena keduanya
melibatkan tiga tahap:
 Perencanaan sampel
 Pemilihan sampel dan pelaksanaan pengujian
 Pengevaluasian hasil
SAMPLING STATISTIK VERSUS SAMPLING
NONSTATISTIK DAN PEMILIHAN SAMPEL
PROBABILITAS VERSUS NONPROBABILITASTIK

 Tujuan dari perencanaan sampel adalah memastikan bahwa pengujian


audit dilakukan dengan cara yang memberikan risiko sampling yang
diinginkan dan meminimalkan kemugkinan kesalahan nonsampling.
 Pemilihan sampel melibatkan keputusan bagimana sampel dipilih dari
populasi. Auditor baru dapat melaksanakan pengujian audit hanya
setelah item sampel dipilih.
 Pengevaluasian hasil adalah penarikan kesimpulan berdasarkan
pengujian audit.
SAMPLING STATISTIK VERSUS SAMPLING
NONSTATISTIK DAN PEMILIHAN SAMPEL
PROBABILITAS VERSUS NONPROBABILITASTIK

 Memutuskan bahwa ukuran sampel sebanyak 100 1. Perencanaan


akan diperlukan sampel.
 Memutuskan 100 item mana yang akan dipilih dari 1. Pemilihan sampel
populasi pelaksanaan
 Melaksanakan prosedur audit untuk masing – masing pengujian
dari 100 item dan menentukan bahwa ada tiga
pengecualian.
 Mencapai kesimpulan mengenai tingkat 1. Pengevaluasian
pengecualian yang mungkin dalam total populasi jika hasil
tingkat pengecualian sampel sama dengan 3 persen.
SAMPLING STATISTIK VERSUS SAMPLING
NONSTATISTIK DAN PEMILIHAN SAMPEL
PROBABILITAS VERSUS NONPROBABILITASTIK

 Sampling Statistik berbeda dari sampling nonstatistik dalamhal bahwa,


dengan menerapkan aturan matematika, auditor dapat mengkuantifikasi/
mengukur risiko sampling dalam merencanakan sampel dan dalam
mengevaluasikan sampel.

 Sampling nonstatistik, auditor tidak mengkuantifikasi risiko sampling. Namun,


sampling nonstatistik yang dirancang dengan baik dan mempertimbangkan
factor-faktor yang smaa seperti pada sampel statistic yang dirancang dengan
baik dapat memberikan hasil yang efektif nseperti yang diberikan sampel
statistic yang dirancang dengan baik.
Penerapan sampling statistik dan Nonstatistik
dalam Praktik serta metode Pemilihan Sampel

Metode pemilihan sampel probabilitas termasuk berikut ini:


 Pemilihan sampel acak sederhana
 Pemilihan sampel sistematis
 Pemilihan sampel probabilitas yang proporsional dengan ukuran sampel

Metode pemilihan sampel nonprobabilitas termasuk berikut ini:


 Pemilihan sampel sembarangan
 Pemilihan sampel blok
METODE PEMILIHAN SAMPEL
PROBABILITAS

 Dalam sampel acak ( random sample ) sederhana, setiap kombinasi dari


item populasi yang mungkin memiliki kesempatan yang sama untuk
dimasukkan dalam sampel.
 Jika auditor memperoleh sampel acak sederhana, mereka harus
menggunakan metode yang akan memastikan bahwa semua item
dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Anggaplah
auditor memutuskan untuk memilih sampel dari total 12.000 transaksi
pengeluaran kas selama tahun tersebut.
METODE PEMILIHAN SAMPEL
PROBABILITAS

 Dalam Pemilihan sampel sistematis ( systematic sample selection )


yang juga disebut sampling sistematis, auditor menghitung suatu
interval dan kemudian memilih item-item yang akan dijadikan
sampel berdasarkan ukuran interval tersebut.
METODE PEMILIHAN SAMPEL
NONPROBABILISTIK

 Pemilihan sampel sembarangan (haphazard sample selection) adalah


pemilihan item atau pos tanpa bias yang disengaja oleh auditor, dalam
kasus semacam itu, auditor memilih item populasi tanpa ,memandang
ukurannya, sumber, atau karakteristik lainnya yang membedakan.
 Dalam pemilihan sampel blok ( block sample selection ), Biasanya
penggunaan sampel blok hanya dapat diterima jika jumlah blok yang
digunakan masuk akal. Jika hanya segelintir blok yang digunakan,
probabilitas memperoleh sampel nonrepresentatif sangatlah besar.
Sampling blok juga dapat digunakan untuk melengkapi sampel lainnya
apabila ada kemungkinan salah saji yang tinggi selama periode tertentu.
SAMPLING UNTUK TINGKAT
PENGECUALIAN

 Tingkat keterjadian ( occurrence rate ) atau tingkat pengecualian


(exception rate) adalah auditor mengestimasi persentasi item-item dalam
populasi yang dimiliki karakteristik atau atribut kepentingan.

Auditor sangat memperhatikan jenis pengecualian berikut dalam populasi


data akuntansi:
 Penyimpangan atau deviasi dari pengendalian yang ditetapkan klien.
 Salah saji moneter dalam populasi data transaksi
 Salah saji moneter dala populasi rincian saldo akun.
APLIKASI SAMPLING AUDIT
NONSTATISTIK

Merencanakan Sampel
1. Menyatakan tujuan pengujian audit.
2. Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan.
3. Mendefinisikan atribut dan kondisi pengecualian.
4. Mendefinisikan populasi.
5. Mendefinisikan unit sampling.
6. Menetapkan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi.
7. Menetapkan risiko yang dapat diterima atas ketergantungan yang terlalu tinggi.
8. Mengestimasi tingkat pengecualian populasi.
9. Menentukan ukuran sampel awal.
APLIKASI SAMPLING AUDIT
NONSTATISTIK

Memilih Sampel dan Melaksanakan aprosedur Audit


10. Memilih sampel
11. Melaksanakan prosedur audit.

Mengevaluasi Hasil
12. Menggeneralisasi dari simpel ke populasi.
13. Menganalisis pengecualian.
14. Memutuskan akseptabilitas populasi.
Menyatakan tujuan pengujian audit

 Tujuan pengujian harus dinyatakan dalam istilah siklus transaksi


yang sedang diuji. Biasanya, auditor mendefinisikan tujuan
pengujian pengendalian dan pengujian subtantif atas transaksi
sebagai:
 Menguji keefektifan operasi pengendalian.

 Menentukan apakah transaksi mengandung salah saji moneter.


Memutuskan Apakah Sampling Audit
Dapat Diterapkan

 Sampling audit dapat diterapkan setiap kali auditor berencana


membuat kesimpulan mengenai populasi berdasarkan suatu
sampel. Auditor harus memeriksa program audit dan memilih
prosedur audit di mana sampling audit dapat diterapkan.
Sampling audit umumnya menerapkan pengendalian manual.
Mendefinisikan atribut dan kondisi
pengecualian.

 Jika sampling audit digunakan auditor harus mendefinisikan


dengan tepat karakteristik (atribut) yang sedang diuji dan kondisi
pengecualian. Kecuali mereka telah mendefinisikan dengan tepat
setiap atribut, staf yang melaksanakan prosedur audit tidak akan
memiliki pedoman untuk mengidentifikasi pengecualian.
Mendefinisikan populasi

 Populasi adalah item-item yang ingin digeneralisasikan oleh


auditor. Auditor dapat mendefinisikan populasai untuk memasukan
setiap item yang merekan inginkan, tetapi ketika memilih sampel,
sampel tersebut harus dipilihdari seluruh populasi seperti yang telah
didefinisikan.
Mendefinisikan Unit Sampling

 Auditor mendefinisikan unit sampling berdasarkan definisi populasi


dan tujuan pengujian audit. Unit sampling adalah unit fisik yang
berhubungan dengan angka acak yang dihasilkan auditor. Jadi
sangatlah bermanfaat memikirkan unit sampling sebagai titik awal
untuk melakukan pengujian audit. Untuk siklus penjualan dan
penagihan, unit sampling biasanya berupa nomor faktur penjualan
atau dokumen pengiriman
Menetapkan Tingkat Pengecualian
yang Dapat Ditoleransi

 Tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi (torable exception


rate = TER) untuk setiap atribut memerlukan pertimbangan
profesional auditor. TER merupakan tingkat pengecualian tertinggi
yang akan diizinkan auditor dalam pengendalian yang sedang
diuji dan masih bersedia menyimpulkan bahwa pengendalian
telah berjalan efektif.
Menetapkan Risiko yang dapat diterima
atas ketergantungan yang terlalu tinggi

 Risiko auditor akan menyimpulkan bahwa pengendalian jauh


lebih efektif ketimbang yang sebenarnya merupakan risiko
ketergantungan yang terlalu tinggi (overrrliance). Risiko
ketergantungan yang terlalu rendah (underreliance) adalah
risiko auditor akan menyimpulkan secara salah bahwa
pengendalian kurang efektif dibandingkan yang sebenarnya.
 Sebaliknya, ketergantungan yang terlalu tinggi pada
pengendalian yang tidak efektif akan menyebabkan
pengurangan pengujian substantif yang tidak tepat.
Mengestimasi Tingkat Pengecualian
Populasi

 Auditor harus terlebih dahulu membuat estimasi tingkat


pengecualian populasi untuk merencanakan ukuran sampel yang
sesuai. Jika estimasi tingkat pengecualian populasi (estimated
population exception rate = EPER) rendah, ukuran sampel yang
relatif kecil akan memenuhi tingkat pengecualian yang dapat
ditoleransi (TER) auditor, karena hanya diperlukan lebih sedikit
estimasi yang tepat.
 Tabel 15-4
Menentukan ukuran Sampel Awal

 Auditor yang menggunakan sampling nonstatistik akan


menentukan ukuran sampel dengan menggunakan pertimbangan
profesionalnya dan bukan menggunakan rumus statistik. Setelah
ketiga faktor utama yang mempengaruhi ukuran sampel
ditentukan, auditor dapat memutuskan ukuran sampel awal. Hal ini
disebut sebagai ukuran sampel awal karena pengecualian sampel
aktual harus dievaluasi sebelum auditor dapat memutuskan
apakah sampel cukup besar untuk mencapai tujuan pengujian
Sensitivitas Ukuran sample terhadap
perubahan Faktor

Kombinasi dari kedua faktor itu akan memiliki dampak yang sangat besar
terhadap ukuran sample TER dikurangi EPER. Perbedaan diantara kedua
faktor adalah menyangkut ketepatan estimasi sample awal. Ketepatan yang
lebih kecil, yang di sebut sebagai estimasi yang lebih tepat, memerlukan
sample yang lebih besar.
Memilih Sampel

Setelah menentukan ukuran sampel awal bagi aplikasi


sampling audit, auditor harus memilih item-item dalam
populasi untuk memasukkan sampel
Melaksanakan Prosedur Audit

 Auditor melaksanakan prosedur audit dengan


memeriksa setiap item dalam sampel untuk
menentukan apakah sampel tersebut konsisten dengan
definisi atribut dan dengan mempertahankan catatan
mengenai semua pengecualian yang ditemukan
Menggeneralisasi dari Sampel ke
Populasi

 Tingkat pengecualian sampel (sample exception rate = SER) dapat


dengan mudah dihitung dari hasil sampel aktual. SER sama
dengan jumlah aktual pengecualian dibagi dengan ukuran
sampel aktual. Ketika mengevaluasi sampel untuk pengujian
pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi, auditor
harus mengevaluasi risiko sampling
Menganalisis Pengecualian

 Selain menentukan SER bagi setiap atribut dan mengevaluasi


apakah tingkat pengecualian yang sebenarnya (tetapi tidak
diketahui) mungkin melampaui tingkat pengecualian yang dapat
ditoleransi (TER), auditor juga harus menganalisis pengecualian
individual untuk menentukan kelemahan pengendalian internal
yang memungkinkan hal tersebut terjadi
Memutuskan Akseptabilitas Populasi

 Ketika menggeneralisasi dari sampel ke populasi, sebagian besar


auditor yang menggunakan sampling nonstatistik akan
mengurangi SER dari TER dan mengevaluasi apakah
perbedaannya (kesalahan sampling yang dihitung) cukup besar.
Jika auditor menyimpulkan bahwa populasi dapat di terima, atau jika
SER melebihi TER, auditor harus mengikuti salah satu dari empat
tindakan:
1. Merevisi TER atau ARO
2. Memperluas Ukuran Sample
3. Merevisi Penilaian Risiko Pengendalian
4. Mengkomunikasikan kepada Komite Audit atau Management.
Dokumentasi yang Memadai

 Auditor harus menyelenggarakan catatan yang memadai mengenai


prosedur yang akan dilaksanakan, metode yang akan digunakan
untuk memilih sampel dan melakukan pengujian, hasil yang
ditemukan selama pengujian, dan kesimpulan yang dicapai.
Pendokumentasian ini diperlukan baik dalam sampling statistik
maupun nonstatistik untuk mengevaluasi hasil gabungan dari semua
pengujian dan untuk mempertahankan audit jika memang diperlukan.
SAMPLING AUDIT STATISTIK

Metode sampling statistik yang paling digunakan untuk


pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi adalah sampling atribut (attribute sampling).
DISTRIBUSI SAMPLING

 Distribusi sampling adalah distribusi frekuensi hasil semua sampel berukuran


khusus yang dapat diperoleh dari populasi yang memiliki beberapa
karakteristik tertentu. Sampling atribut didasarkan pada distribusi binomial,
dimana setiap sampel dalam populasi memiliki satu dari dua nilai yang
mungkin, seperti ya/tidak, hitam/putih, atau devisiasi pengendalian/tidak
devisiasi pengendalian.
APLIKASI SAMPLING ATRIBUT

Merencanakan Sampel
1. Menyatakan tujuan pengujian audit. Sama untuk sampling atribut maupun
sampling Nonstatistik.
2. Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan. sama untuk sampling
atribut maupun sampling nonstatistik
3. Mendefinisikan atribut dan kondisi pengecualian. sama untuk sampling atribut
maupun sampling nonstatistik
4. Mendefinisikan Populasi. Sama untuk sampling atribut maupun sampling
nonstsstistik.
5. Mendefinisikan unit sampling. Sama untuk sampling atribut maupun sampling
nonstatistik
DISTRIBUSI SAMPLING

Merencanakan Sampel
8. Menetapkan tingkat pengecualin yang dapat ditoleransi (TER). Sama untuk
sampling atribut maupun sampling nonstatistik.
7. Menetapkan ARO.
8. Mengistimasi tingkat pengecualian populasi. Sama untuk sampling atribut
maupun sampling nonstatistik.
9. Menentukan ukuran sampel awal. Dalam sampling atribut, audior
menentukan ukuran sampel dengan menggunakan program komputer atau
tabel yang dikembangkan dari rumus statistik.
DISTRIBUSI SAMPLING

Menggunakan Tabel. Jika Auditor menggunakan tabel untuk menentukan


ukuran sampel awal, mereka akan mengikuti empat langkah berikut.
 Memilih tabel yang berhubungan dengan ARO
 Menempatkan TER pada bagian atas tabel.
 Menempatkan EPER pada kolom paling kiri
 Membaca ke bawah kolom TER yang sesuai hingga berpotongan dengan
baris EPER yang tepat. Angka pada perpotongan tersebut adalah ukuran
awal sampel.
DISTRIBUSI SAMPLING

Dampak Ukuran Populasi. Teori statistik menunjukkan bahwa dalam


menerapkan sampling pada populasi, ukuran populasi tidak begitu
dipertimbangkan dalam menentukan ukuran sampel. Karena sebagian besar
auditor menggunakan sampling atribut untuk populasi yang sangat besar.
Pengurangan ukuran sampel untuk populasi yang lebih kecil akan diabaikan
disini.
DISTRIBUSI SAMPLING

Memilih sampel dan melaksankan prosedur audit.


10. Memilih sampel. Satu-satunya perbedaan dalam pemilihan sampel bagi
sampling statistik dan nonstatistik terletak pada persyaratan bahwa metode
probabilistik harus digunakan untuk sampling statistik. Baik sampling acak
sederhana maupun sistematis akan digunakan pada sampling atribut.
11. Melaksanakan prosedur audit. Sama untuk sampling atribut maupun
sampling nonstatistik
DISTRIBUSI SAMPLING

Mengevaluasi Hasil
12. Menggeneralisasi dari sampel ke populasi. Untuk sampling atribut, auditor
menghitung batas ketepatan atas (CUER) dengan ARO tertentu, yang sekali
Lagi menggunakan program computer khusus atau table yang
dikembangkan dari rumus statistik.
DISTRIBUSI SAMPLING

Menggunakan tabel. Penggunaan tabel untuk menghitung CUER melibatkan


empat langkah :
 Memilih tabel yang berhubungan dengan ARO auditor. ARO ini harus
sama dengan ARO yang digunakan untuk menentukan ukuran sampel
awal.
 Mencari lokasi jumlah pengecualian aktual yang ditemukan dalam
pengujian audit pada bagian atas tabel.
 Mencari lokasi ukuran sampel aktual pada kolom paling kiri.
 Membaca kebawah kolom jumlah pengecualian aktual yang tepat
hingga berpotongan dengan baris ukuran yang tepat. Jumlah pada titik
perpotongan itulah merupakan CUER
13. Menganalisis pengecualian. Sama untuk sampling atribut dan sampling
nonstatistik.
14. Memutuskan akseptabilit Metodologi untuk akseptabilitas populasi pada
intinya sama baik untuk sampling atribut maupun sampling nonstatistik. Untuk
sampling atribut, auditor akan membandingkan CUER dengan TER bagi
setiap atribut.
Kebutuhan akan Pertimbangan
Profesional

 Kritik yang biasanya dilontarkan terhadap sampling statistik adalah


bahwa hal tersebut mengurangi penggunaan pertimbangan
profesional oleh auditor. Perbandingan di antara 14 langkah yang
dibahas dalam bab ini untuk sampling nonstatistik dan atribut
menunjukkan bahwa kritik tersebut tidak terbukti.

Anda mungkin juga menyukai