Anda di halaman 1dari 23

Makalah

Audit Sampling For Tests Of Controls And Substantive Tests Of Transactions

Pengauditan 2

Dosen Pengampu : Prof. Drs. H. Tarmizi Achmad, MBA. Ph.D,


Akt.,CA,CPA,CFE,CFrA.

Disusun oleh

Kelompok 2 :

1. Nursyabrina 12030117100170
2. Vivilia Amartha 120301171
3. Dinda Permata 120301171

Kelas A

PROGRAM STUDI S1 – AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN
SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

A. SAMPEL REPRESENTATIF

Ketika memilih sampel auditor harus memilih sampel yang representatif. Sampel
representatif adalah sampel yang karakteristiknya hampir sama yang dimiliki populasi
lain. Item-item yang dijadikan sampel serupa dengan item-item yang tidak dijadikan
sampel. Ketika auditor mempunya sebanyak 100 salinan penjualan dan menemukan 3
lampiran dokumen pengiriman yang hilang, sampel ini dianggap representatif. Jika tidak
ada sampel yang hilang sampel tersebut dianggap tidak representatif. Auditor
menegetahui sebuah sampel representatif atau tidak dengan cara audit lebih lanjut.
Auditor juga dapat meningkatkan tingkat representatif dengan cara ketika merancang
proses sampling, pemilihan sampel dan evaluasi hasil sampel. Kesalahan sampling dapat
terjadi yang mengakibatkan kesalahan kesimpulan. Jenis kesalahan ini disebut risiko
sampling.
Risiko sampling adalah risiko bahwa auditor menapai kesimpulan yang salah
karena sampel populasi tidak representatif. Risiko sampling adalah bagian sampling yang
melekat akibat menguji lebih sedikit dari populasi secara keseluruhan.
Auditor memiliki dua cara untuk mengendalikan risiko sampling:
1. Menyesuaikan ukuran sampel
2. Menggunakan metode penilaian item sampel yang tepat dari populasi
Meningkatkan ukuran sampel dapat mengurangi risiko sampling dan sebaliknya.
Penggunaan metode sampling yang sesuai dengan meningkatkan kemungkinan
keterwakilan sampel. Hal ini tidak menghilangkan atau bahkan menguragi risiko
sampling, tetapi kemungkinan auditor untuk mengukur risiko yang berkaitan dengan
ukuran sampel tertentu jika metode pemilihan sampel dan evaluasi statistik digunakan.
Risiko nonsampling (Nonsampling risk) adalah risiko bahwa pengujian audit tidak
menemukan pengecualian yang ada dalam sampel. Dua penyebab risiko nonsampling
adalah kegagalan auditor untuk mengenali pengecualian dan prosedur audit yang tidak
sesuai atau tidak efektif.
Auditor mungkin gagal mengenali pengecualian karena kelelahan, bosan, atau
tidak memahami apa yang harus dicari. Contohnya jika diasumsikan ada 3 dokumen
pengiriman tidak dilampirkan ke salinan penjualan sampel sebanyak 100 dan audit
menyimpulkan tidak ada pengecualian maka merupakan kesalahan nonsampling.
Prosedur audit tidak efektif untuk mendeteksi pengecualian yang diragukan adalah
dengan memeriksa sampel dokumen pengiriman dan menentukan apakah masing-masih
telah dilampirkan ke faktur penjualan, dan bukan memeriksa sampel salinan faktor
penjualan untuk menentukan apakah dokumen pengiriman telah dilampirkan. Dalam
contoh itu auditor telah melakukan dengan cara yang salah karena memulai dengan
dokumen pengiriman dan bukan salinan faktur penjualan. Prosedur audit yang dirancang
dengan cermat, instruksi yang tepat, pengawasan dan review merupakan cara untuk
mengendalikan risiko nonsampling.
B. SAMPLING STATISTIK VERSUS SAMPLING NONSTATISTIK DAN
PEMILIHAN SAMPEL PROBABILISTIK VERSUS NONPROBABILISTIK.

Metode sampling audit dapat dibagi menjadi dua kategori utama : sampling
statistik dan sampling nonstatistik. Kategori tersebut serupa karena melibatkan tiga tahap
yaitu :
1. Perencanaan sampel
2. Pemilihan sampel dan pelaksanaan pengujian
3. Pengevaluasian hasil
Tujuan dan perencanaan sampel adalah memastikan bahwa pengujian audit
dilakukan dengan cara yang memberikan risiko sampling yang diinginkan da
meminimalkan kemungkinan kesalahan nonsampling. Pemilihan sampel melibatkan
keputusan bagaimana sampel dipilh dari populasi. Auditor baru dapat melakukan
pengujian audit hanya setelah item sampel dipilih. Pengevaluasian hasil adalah penarik
kesimpulan berdasarkan pengujian audit.
Tindakan Langkah
1. Memutuskan bahwa ukuran sampel Perencanaan sampel
sebanyak 100 akun diperlukan
2. Memutuskan 100 item yang akan Pemilihan sampel
dipilih dari populasi Pelaksanaan
3. Melaksanakan prosedur audit untuk Pengujian
masing-masing dari 100 item dan
menentukan bahwa ada tiga pengecualian
4. Mencapai kesimpulan mengenai Pengevaluasian hasil
tingkat pengecualian yang mungkin dalam
total populasi jika tingkat pengecualian
sampel sama dengan 3 persen

Sampling statistik (statistic sampling) berbeda sari sampling non statistik dalam
hal menerapkan aturan matematika. Auditor dapat mengidentifikasi risiko sampling
dalam merencanakan sampel (langkah 1) dan dalam mengevaluasi hasil (langkah 3).
Dalam sampling nontatistik (nonstatistik sampling) auditor tidak
mengkuantifikasikan risiko sampling. Namun risiko nonstatistik yang dirancang dengan
baik dan mempertimbangkan faktor-faktor yang sama seperti pada sampel statistik yang
dirancang dengan baik dapat memberikan hasil yang efektif seperti yang diberikan
sampel statistik yang dirancang dengan baik.
Pemilihan sampel probalistik dan nonprobabilistik ada pada langkah 2. Apabila
menggunakan sampel probabilistik auditor memilih secara acar item-item, sehingga
setiap item memiliki probabilitas yang sama untuk dimasukan dalam sampel. Proses ini
memerlukan ketelitian yang tinggi dan penggunaan salah satu metode. Dalam pemilihan
sampel nonprobabilistik, auditor memilih menggunakan sampel item dengan
pertimbangan profesional dan bukan metode probabilitik.
Standar auditing memungkinkan audior menggunakan metode sampling statistik
maupun nonstatistik. Dan penerapan dua metode ini secara hati-hati. Jika sampling
statistik digunakan maka harus bersifat probabilistik. Auditor juga dapat menggunakan
evaluasi nonstatistik apabila menggunakan pemilihan probailistik tetapi jarang diterima
mengevalusia sampel probabilistik dengan menggunakan metode statistika.
Metode pemilihan sampel probabilistik termasuk berikut ini :
1. Pemilihan sampel acak sederhana
2. Pemilihan sampel sistematis
3. Pemilihan sampel probabilitas yang proposional dengan ukuran sampel.
Metode pemilihan sampel nonprobabilistik termasuk berikut ini :
1. Pemilihan sampel sembarangan
2. Pemilihan sampel blok.
Auditor sering menggunakan metode probabilistik meskipun menggunakan sampling
nonstatistik.

C. METODE PEMILIHAN SAMPEL POBABILISTIK

Dalam sampel acak sederhana, setiapkombinasi dari sistem populasi yang


mungkin memiliki kesempatan yang sama digunakan sebagai sampel. Auditor
menggunakan sampling random untuk populasi sampel apabila tidak ada kebutuhan
untuk menekankan pada beberapa populasi.
Jika auditor memperoleh sampel acak sederhana, auditor menggunakan metode
yang memastikan bahwa semua item dalam populasi memiliki kesempatan untuk dipilih.
Sebagian besar auditor seringkali menghasilkan angka acak dengan menggunakan
salah satu dari tiga teknik pemilihan sampel dengan komputer.
Menunjukan pemilihan acak faktur penjualan bagian bagi audit Hillsburg
Hardware Co. Dengan menggunakan program spreadsheet elektronik. Program tersebut
hanya memerlukan parameter input untuk menghasilkan sampel yang akan dipilih
auditor. Program tersebut juga memiliki fleksibilitas yang tinggi dan mampu
menghasilkan tanggal acak dari serangkaian nomor, serta menyediakan output dalam
urutan yang dipilih. Angka acak dapat diperoleh dengan penggantian maka sampel dalam
populasi dapat dimasukan lebih dari satu. Atau menggunakan tanpa pengganti stuatu item
atau pos hanya dapat dimasukan satu kali. Auditor jarang menggunakan teori pengganti.
Dalam pemilihan sampel sistematis yang disebut sampling sistematis, auditor
memilih suatu interval dan kemudian memilih item yang akan dijadikan sampel
berdasarkan ukuran interval. Interval ditentukan dengan pembagian ukuran populasi
dengan ukuran sampel yang diinginkan. Dalam suatu faktur penjualan yag berkisar 652
hingga 3151 dengan ukuran sampling yang diinginkan sebesar 125. Intervalnya adalah 10
[(3151-651)/125]. Pertama auditor akan memilih angka acak dari 0 hingga 19 untuk
menentukan titik awal ukuran sampel. Jika angka pertama yang dipilih 9 maka 661
(652/9). Sementara item tersisa adalah 681 (661/20), 701(681/20) dan seterusnya hingga
3141.
Keunggulan dari pemilihan sistemasis adalah lebih mudah digunakan. Sampel
sistematis dapat diambil dengan cepat dan pendekatan secara otomatis akan
menempatkan nomor dalam urutan, yaitu membuat lebih mudah.
Hal yang mungkin dalam pemilihan sistematis adalah terjadinya bias. Karena
pemilihan sistematis dipilih setalah pemilihan sampel pertama. Jika menimubulkan
masalah jika karakteristik kepentingan tidak didistibusikan secara merata.
Cara untuk memilih sampel
1. Mengambil sampel dimana proabilitas pemilihan setiap item populasi individual
bersifat proposional dengan jumlah tercatatnya metode disebut dengan sampling
probabilitas yang proposional dengan ukuran pps, dan dievaluasi dengan
menggunakan sampling nonstatistik atau sampling statistik unit moneter.
2. Membagi populasi ke dalam subpopulasi, biasanya menurut ukuran dolar dan
mengambil sampel yang lebih besar dari pada ukuran subpopulasi.

D. METODE PEMILIHAN SAMPEL NONPROBABILISTIK


Adalah metode yang tidak memenuhi persyaratan teknik bagi pemilihan sampel
probabilistik. Karena tidak didasarkan pada porbabilistik matematika dan keterwakilan
sampel sulit ditemukan.
Pemilihan sampel sembarangan adalah pemilihan item tanpa bias yang disengaja
oleh auditor. Dalam kasusu ini auditor memilih item populasi tanpa memandang ukuran,
sumber atau karakteristik lainnya yang membedakan. Kekurangan pemilihan sampel
sembarangan yang paling serius adalah menjaga agar tidak bias dalam memilih.
Dalam pemilihan sampel blok, auditor memilih pospertama dalam suatu blok dan
sisanya dipilih secara berurutan. Penggunakan sampel blok hanya dapat diterima jika
jumlah blok yang digunakan masuk akal. Jika hanya segelintir blok yang digunakan,
probabilitas memperoleh sampel nonprestatif sangatlah besar, dengan
mempertimbangkan kemungkinan perputaran karyawan, perubahan sistem akuntansi dan
sifat musiman dari sejumlah bisnis.Sampling blok juga dapat digunakan untuk
melengkapi sampel lainnya apabila ada kemungkinan salah saji yang tinggi selama
periode tertentu.
Walaupun pemilihan sampel sembarangan dan blok tampak kurang logis
ketimbang pemilihan sampel terarah pemilihan tersebut seringkali bermanfaat dalam
situasi di mana biaya pemilihan metode pemilihan sampel yang lebih kompleks melebihi
manfaat yang diperoleh dari penggunaan pendekatan tersebut.

F. APLIKASI SAMPLING AUDIT NONSTATISTIK


Dalam aplikasi sampling audit nonstatistik, auditor menggunakan 14 langkah
yang dirancang dengan baik untuk menerapkan sampling audit pada pengujian
pengendalian dan pengujian subtantif atas transaksi. Langkah-langkah tersebut dibagi
menjadi tiga tahap, dan auditor harus mengikuti langkah-langkah tersebut dengan cermat
untuk memastikan diterapkannya persyaratan audit maupun sampling dengan benar.

Berikut ini tiga tahapan yang harus dilakukan auditor dalam menerapkan
sampling audit pada pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
tersebut adalah:
a. Merencanakan Sampel
1. Menyatakan tujuan pengujian audit.
2. Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan.
3. Mendefinisikan atribut dan kondisi pengecualian.
4. Mendefinisikan populasi.
5. Mendefinisikan unit sampling.
6. Menetapkan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi.
7. Menetapkan risiko yang dapat diterima atas penilaian risiko pengendalian yang
terlalu rendah.
8. Mengestimasi tingkat pengecualian populasi.
9. Menentukan ukuran sampel awal.
b. Memilih Sampel dan Melaksanakan Prosedur Audit
10. Memilih sampel.
11. Melaksanakan prosedur audit.
c. Mengevaluasi Hasil
12. Menggeneralisasi dari sampel ke populasi
13. Menganalisis pengecualian
14. Memutuskan akseptabilitas populasi.

1. Menyatakan Tujuan Pengujian Audit


Tujuan pengujian harus dinyatakan dalam istilah siklus transaksi yang sedang
diuji. Biasanya, auditor mendefinisikan tujuan pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi sebagai: (1) Menguji keefektifan operasi pengendalian, dan (2)
Menentukan apakah transaksi mengandung salah saji moneter.

2. Memutusakan Apakah Sampling Audit Dapat Diterapkan


Sampling audit dapat diterapkan saat auditor berencana membuat kesimpulan
mengenai populasi berdasarkan suatu sampel. Auditor harus memeriksa program audit
dan memilih prosedur audit dimana sampling audit dapat diterapkan. Sebagai ilustrasi,
asumsikan sebagai program audit berikut:
1. Mereview transaksi penjualan untuk melihat jumlah yang besar dan tidak biasa (
prosedur analitis)
2. Mengamati apakah klerk piutang usaha terpisah dari tugas menangani kas
(pengujian pengendalian)
3. Memeriksa sampel salinan faktur penjualan untuk melihat
a. Persetujuan kredit oleh manajer kredit (pengujian pengendalian)
b. Keberadaan dokumen pengiriman yang dilampirkan (pengujian pengendalian)
c. Pencantuman nomor bagan akun (pengujian pengendalian)
4. Memilih sampel dokumen pengiriman dan menelusuri masing-masing ke salinan
faktur penjualan terkait (pengujian pengendalian)
5. Membandingkan kualitas yang tercantum pada setiap salinan faktur penjualan
dengan kuantitas pada dokumen pengiriman terkait (pengujian substantive atas
transaksi)
Namun sampling audit tidak dapat diterapkan pada dua prosedur dalam program
audit ini. Prosedur yang pertama adalah prosedur analitis dimana sampling tidak layak
diterapkan sedangkan yang kedua adalah prosedur observasi yang tidak memiliki
dokumentasi untuk melaksanakan sampling audit.
3. Mendefinisikan Atribut dan Kondisi Pengecualian
Jika sampling audit digunakan, auditor harus mendefinisikan dengan tepat
karakteristik (atribut) yang sedang diuji dan kondisi pengecualian. Kecuali jika telah
mendefinisikan dengan tepat untuk setiap atribut, staf yang melaksanakan prosedur audit
tidak akan memiliki pedoman untuk mengidentifikasi pengecualian. Atribut kepentingan
dan kondisi pengecualian untuk samping audit diambil langsung dari prosedur audit yang
digunakan oleh auditor.
Ketiadaan atribut pada setiap item sampel akan menimbulkan pengecualian bagi
atribut tersebut. Baik dokumen yang hilang maupun salah saji yang tidak material akan
menciptakan pengecualian kecuali auditor menyatakan secara khusus hal sebaliknya
dalam kondisi pengecualian.
4. Mendefinisikan Populasi
Populasi adalah item-item yang akan digeneralisasikan oleh auditor. Auditor harus
menguji populasi menyangkut kelengkapan dan rinciannya sebelum suatu sampel dipilih
untuk memastikan bahwa semua item populasi merupakan subjek pemilihan sampel.
Serta auditor harus mendefinisikan populasi dengan cermat terlebih dahulu, sejalan
dengan tujuan pengujian audit.

5. Mendefinisikan Unit Sampling


Auditor mendefinisikan unit sampling berdasarkan definisi populasi dan tujuan
pengujian audit. Unit sampling adalah unit fisik yang berhubungan dengan angka acak
yang dihasilkan auditor maka, auditior harus memperhatikan unit sampling sebagai titik
awal untuk melakukan pengujian audit. Untuk siklus penjualan dan penagihan, unit
sampling biasanya berupa nomor faktur penjualan atau dokumen pengiriman. Sebagai
contoh, jika auditor ingin menguji keterjadian penjualan, unit sampling yang sesuai
adalah faktur penjualan yang dicatat dalam jurnal penjualan. Jika tujuannya adalah untuk
menentukan apakah kuantitas barang yang diuraikan pada pesanan pelanggan telah
dikirimkan dan ditagih dengan benar, auditor dapat mendefinisikan unit sampling sebagai
pesanan pelanggan, dokumen pengiriman, atau salinan faktur penjualan, Karena arah
pengujian audit bukan merupakan masalah bagi prosedur audit ini.

6. Menetapkan Tingkat Pengecualian yang Dapat Ditoleransi


Penetapan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi (tolerable exception rate =
TER) untuk setiap atribut memerlukan pertimbangan profesional auditor. TER
merupakan tingkat pengecualian tertinggi yang akan diperbolehkan auditor dalam
pengendalian yang sedang diuji dan masih bersedia menyimpulkan bahwa pengendalian
telah berjalan efektif (dan/atau tingkat salah saji moneter dalam transaksi masih dapat
diterima). TER sangat sesuai untuk menguji masalah materialitas karena dipengaruhi baik
oleh definisi maupun arti penting atribut dalam rencana audit. Jika hanya satu
pengendalian internal yang digunakan untuk mendukung penilaian risiko pengendalian
yang rendah bagi suatu tujuan, TER untuk atribut akan lebih rendah daripada
menggunakan berbagai pengendalian untuk mendukung penilaian risiko pengendalian
yang rendah bagi tujuan yang sama. Dalam audit atas perusahaan publik, biasanya TER
akan jauh lebih rendah untuk pengujian pengendalian karena hasilnya menjadi dasar bagi
penyusunan laporan auditor terkait pengendalian internal laporan keuangan perusahaan.
TER dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap ukuran sampel. TER yang rendah
akan memerlukan ukuran sampel yang lebih besar daripada TER yang tinggi. Auditor
akan menentukan TER bagi setiap atribut yang sedang diuji dalam prosedur audit 12
hingga 14.

7. Menetapkan Risiko yang Dapat Diterima atas Ketergantungan yang Terlalu Tinggi
Setiap kali mengambil sampel, auditor akan menghadapi risiko saat menarik
kesimpulan yang salah mengenai populasi. Risiko yang dapat diterima atas
ketergantungan yang terlalu tinggi (acceptable risk of overreliance = ARO) mengukur
risiko yang bersedia ditanggung auditor untuk menerima suatu pengendalian yang efektif
(atau tingkat salah saji yang dapat ditoleransi) apabila tingkat pengecuallian populasi
yang sebenarnya lebih besar dari tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi (TER).
Dalam memilih ARO yang tepat untuk setiap atribut, auditor harus menggunakan
pertimbangan terbaiknya. Pertimbangan utamanya adalah sejauh mana mereka berencana
mengurangi penilaian risiko pengendalian sebagai dasar bagi luas pengujian atas rincian
saldo (test of details of balances). Auditor dapat menetapkan tingkat TER dan ARO yang
berbeda untuk atribut pengujian audit yang juga berbeda, tergantung pada arti penting
dari atribut dan pengendalian terkait. Sebagai contoh, umumnya auditor menggunakan
tingkat TER dan ARO yang lebih tinggi untuk menguji persetujuan kredit ketimbang
untuk menguji keterjadian salinan faktur penjualan dan bill of lading. Hal ini masuk akal
karena pengecualian untuk keterjadian salinan faktur penjualan dan bill of lading lebih
mungkin memiliki dampak langusng terhadap kebenaran laporan keuangan ketimbang
persetujuan kredit.

8. Mengetimasi Tingkat Pengecualian Populasi


Auditor harus membuat estimasi tingkat pengecualian populasi terlebih dahulu
untuk merencakan ukuran sampel yang sesuai. Jika estimasi tingkat pengecualian
populasi (estimated population exception rate = EPER) rendah, ukuran sampel yang
relatif kecil akan memenuhi tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi (TER) auditor,
karena hanya diperlukan lebih sedikit estimasi yang tepat.

Auditor seringkali menggunakan hasil audit tahun sebelumnya untuk


mengestimasi EPER. Jika hasil audit tahun sebelumnya tidak tersedia, atau jika dianggap
tidak dapat diandalkan, auditor dapat mengambil sampel pendahuluan yang kecil dari
populasi tahun berjalan untuk tujuan itu. Tidak perlu dipermasalahkan apakah estimasi
tersebut tepat atau tidak karena tingkat pengecualian sampel tahun berjalan akhirnya akan
tetap digunakan untuk mengestimasi karakteristik populasi. Jika digunakan sampel
pendahuluan, sampel itu dapat dimasukkan ke dalam total sampel, selama prosedur
pemilihan sampel yang sesuai diikuti.

9. Menentukan Ukuran Sampel Awal


Ada empat faktor yang menentukan ukuran sampel awal (initial sample size) bagi
sampling audit: ukuran populasi, TER, ARO, dan EPER. Ukuran populasi bukan
merupakan faktor yang signifikan dan umumnya dapat diabaikan, terutama untuk
populasi yang besar. Auditor yang menggunakan sampling nonstatistik akan menentukan
ukuran sampel dengan mengunakan pertimbangan profesionalnya dan bukan
menggunakan rumus statistik.
Setelah ketiga faktor utama yang mempengaruhi ukuran sampel ditentukan,
auditor dapat memutuskan ukuran sampel awal. Hal ini disebut sebagai ukuran sampel
awal karena pengecualian sampel aktual harus dievaluasi sebelum auditor dapat
memutuskan apakah sampel cukup besar untuk mencapai tujuan pengujian. Untuk
memahami konsep yang mendasari sampling dalam audit, auditor harus memahami
dampak sensivitas ukuran sampel terhadap perubahan faktor.

10. Memilih Sampel


Setelah menentukan ukuran sampel awal bagi aplikasi sampling audit, auditor
harus memilih item-item dalam populasi untuk memasukkan sampel. Auditor dapat
memilih sampel dengan menggunakan metode probabilistik atau nonprobabilistik. Untuk
meminimalkan kemungkinan klien mengubah item-item sampel, auditor tidak boleh
memberi tahu klien terlalu cepat item-item sampel yang dipilih. Auditor juga harus
mengendalikan sampel setelah klien menyediakan dokumen. Beberapa item sampel
tambahan dapat saja dipilih sebagai cadangan untuk mengganti setiap item yang masih
kosong dalam sampel awal.

11. Melaksanakan Prosedur Audit


Auditor melaksanakan prosedur audit dengan memeriksa setiap item dalam sampel
untuk menentukan apakah sampel tersebut konsisten dengan definisi atribut dan dengan
mempertahankan catatan mengenai semua pengecualian yang ditemukan. Jika prosedur
audit untuk aplikasi sampling telah selesai, auditor akan memiliki ukuran sampel dan
jumlah pengecualian untuk setiap atribut.

12. Menggeneralisasi dari Sampel ke Populasi


Tingkat pengecualian sampel (sample exception rate = SER) dapat dengan mudah
dihitung dari hasil sampel aktual. SER sama dengan jumlah aktual pengecualian dibagi
dengan ukuran sampel aktual. Ketika mengevaluasi sampel untuk pengujian pengendalian
dan pengujian substantive atas transaksi, auditor harus mengevaluasi risiko sampling.
Jika menggunakan metode nonstatistik, risiko sampling tidak dapat diukur secara
langsung.
Salah satu cara untuk mengevaluasi risiko adalah mengurangi tingkat pengecualian
sampel (SER) dari tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi (TER) untuk menemukan
kesalahan sampling yang dapat dihitung (TER-SER), dan mengevaluasi apakah hal
tersebut cukup besar untuk menyimpulkan bahwa tingkat pengecualian populasi yang
sebenarnya dapat diterima. Jika SER yang melampaui EPER digunakan dalam
merancang sampel, auditor akan menyimpulkan bahwa hasil sampel tidak mendukung
penilaian risiko pengendalian pendahuluan. Pertimbangan auditor mengenai apakah
kesalahan sampling cukup besar juga tergantung pada ukran sampel yang digunakan.

13. Menganalisa Pengecualian


Selain menentukan SER bagi setiap atribut dan mengevaluasi apakah tingkat
pengecualian yang sebenarnya (tetapi tidak diketahui) mungkin melampaui tingkat
pengecualian yang dapat ditoleransi (TER), auditor juga harus menganalisa pengecualian
individual untuk menentukan kelemahan pengendalian internal yang memungkinkan hal
tersebut terjadi. Pengecualian dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti kecerobohan
karyawan, salah memahami instruksi, atau kelalaian melaksanakan prosedur yang
disengaja. Sifat pengecualian dan penyebabnya memiliki dampak yang signifikan
terhadap evaluasi sistem secara kualitatif.

14. Memutuskan Akseptabilitas Populasi


Ketika menggeneralisasi dari sampel ke populasi, sebagian besar auditor yang
menggunakan sampling nonstatistik akan mengurangi SER dari TER dan mengevaluasi
apakah perbedaannya (kesalahan sampling yang dihitung) cukup besar. Jika auditor
menyimpulkan bahwa perbedaannya cukup besar, pengendalian yang sedang diuji dapat
digunakan untuk mengurangi penilaian risiko pengendalian seperti yang direncanakan,
dengan asumsi analisis yang cermat atas pengecualian tidak mengindikasikan
kemungkinan adanya masalah pengendalian internal lainnya yang signifikan.
Jika auditor menyimpulkan bahwa TER-SER terlalu kecil untuk menyimpulkan
bahwa populasi dapat diterima, atau jika SER melampaui TER, auditor harus mengikuti
salah satu dari empat tindakan:
1) Merevisi TER atau ARO
Alternatif ini harus diikuti hanya jika auditor telah menyimpulkan bahwa
spesifikasi awal terlalu konservatif. Mengurangi baik TER maupun ARO
mungkin sulit dipertahankan jika auditor akan direview oleh pengadilan atau
komisi. Auditor harus mengubah persyaratan tersebut hanya setelah pertimbangan
yang cermat diberikan.
2) Memperluas ukuran sampel
Kenaikan ukuran sampel dapat menurunkan kesalahan sampling jika tingkat
pengecualian sampel (SER) aktual tidak meningkat. Tentu saja, SER juga dapat
meningkat atau menurun jika item-item tambahan dipilih. Kenaikan ukuran
sampel dapat dibenarkan jika auditor yakin sampel awal tidak bersifat
representatif, atau jika penting untuk memperoleh bukti bahwa pengendalian telah
beroprasi secara efektif. Hal ini sah-sah saja jika auditor melaporkan
pengendalian internal, atau jika pengendalian berhubungan dengan saldo akun
yang sangat besar seperti piutang atau persediaan.
3) Merevisi Penilaian Risiko Pengendalian
Jika hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi tidak
mendukung penilaian resiko pengendalian pendahuluan, auditor harus merevisi
penilaian risiko pengendalian ke atas. Hal ini mungkin akan menyebabkan auditor
meningkatkan pengujian substantif atas transaksi dan pengujian atas rincian saldo.
Sebagai contoh, jika pengujian pengendalian atas prosedur verifikasi internal yang
memverifikasi harga, perkalian, dan kuantitas pada faktur penjualan menunjukkan
bahwa prosedur tersebut tidak diikuti, auditor harus meningkatkan pengujian
substantif atas transaksi demi menjamin keakuratan penjualan. Jika hasil
pengujian substantif atas transaksi tidak dapat diterima, auditor harus
meningkatkan pengujian atas rincian saldo piutang usaha.
Auditor harus memutuskan apakah akan meningkatkan ukuran sampel atau
merevisi penilaian risiko pengebdalian atas dasar biaya versus manfaat. Jika
sampel tidak diperluas, auditor harus merevisi penilaian risiko pengendalian ke
atas sehingga akan melakukan pengujian substantif tambahan. Biaya pengujian
pengendalian tambahan ini harus dibandingkan dengan pengujian substantif
tambahan tersebut. Jika sampel yang diperluas tetap memberikan hasil yang tidak
dapat diterima, pengujian substantif tambahan masih harus dilakukan. Untuk
perusahaan publik, auditor harus mengevaluasi defisiensi pengendalian untuk
menentukan dampaknya terhadap laporan auditor mengenai pengendalian
internal.
4) Mengkomunikasikan kepada Komite Audit atau Manajemen
Komunikasi, dikombinasikan dengan salah satu atau tiga tindakan lainnya yang
baru saja dijelaskan, memang harus dilakukan tanpa memanang sifat
pengecualian. Jika auditor menentukan bahwa pengendalian internal tidak
beroprasi secara efektif, manajemen harus segera diberi tahu. Jika pengujian
dilaksanakan sebelum akhir tahun, hal ini akan memungkinkan manajemen
memperbaiki defisiensi sebelum akhir tahun. Auditor diwajibkan untuk
mengomunikasikan secara tertulis kepada pihak-pihak yang berwenang, seperti
komite audit, hal-hal yang berkenaan dengan defisiensi yang signifikan dan
kelemahan yang material dalam pengendalian internal.

15. Dokumentasi yang Memadai


Auditor harus menyelenggarakan catatan yang memadai mengenai prosedur yang
akan dilaksanakan, metode yang akan digunakan untuk memilih sampel dan melakukan
pengujian, hasil yang ditemukan selama pengujian, dan kesimpulan yang dicapai.
Pendokumentasian ini diperlukan baik dalam sampling statistik maupun nonstatistik
untuk mengevaluasi hasil gabungan dari semua pengujian dan untuk mempertahankan
audit jika memang diperlukan.

G. SAMPLING AUDIT STATISTIK


Metode sampling statistik paling umum digunakan untuk pengujian pengendalian
dan pengujian substantive atas transaksi adalah attribute sampling. (ketika istilah
attribute sampling digunakan dalam teks ini, mengacu pada statistical attribute sampling.
Nonstatistikal sampling juga memiliki atribut, yang merupakan karakteristik yang sedang
diuji dalam populasi, tetapi atributte sampling adalah metode statistik.)
H. PERBEDAAN ANTARA ATTRIBUTE SAMPLING DAN NONSTATISTICAL
SAMPLING
Penerapan attribute sampling untuk pengujian pengendalian danpengujian
substantive atas transaksi memiliki jauh lebih banyak kemiripan dengan sampling non-
statistik daripada perbedaan. terdapat 14 langkah yang sama digunakan untuk kedua
pendekatan, dan terminology yang pada dasarnya adalah sama. Perbedaan utama adalah
(1) perhitungan ukuran sampel awal yang dikembangkan dari distribusi probabilitas
statistik menggunakan tabel atau perangkat lunak audit dan (2) perhitungan estimasi tarif
pengecualian atas menggunakan software audit atau tabel yang serupa untuk menghitung
ukuran sampel.

I. Sampling Distribution
Auditor mendasarkan kesimpulan statistiknya pada distribusi sampling. Distribusi
sampling adalah distribusi frekuensi hasil semua sampel yang berukuran khusu yang
dapat diperoleh dari populasi yang memiliki beberapa karakteristik tertentu. Distribusi
sampel memungkinkan auditor untuk membuat laporan probabilitas tentang kemungkinan
terwakilinya sampel yang ada dalam distribusi. Attribute sampling didasarkan pada
distribusi binomial, di mana setiap sampel dalam populasi memiliki satu dari dua nilai
yang mungkin, seperti ya / tidak, hitam / putih, atau deviasi pengendalian/ tidak ada
deviasi pengendalian.
Asumsikan bahwa dalam populasi faktur penjualan, 5 persen tidak memiliki
lampiran dokumen pengiriman yang dilampirkan seperti yang dharuskan oleh
pengendalian internal klien. Jika auditor mengambil sampel 50 faktur penjualan, berapa
banyak yang akan ditemukan yang tidak memiliki dokumen pengiriman? Perkalian
sederhana akan memperkirakan pengecualian sebesar 2,5 (5% dari 50), tetapi angka
Tersebut tidak mungkin karena tidak ada yang namanya setengah pengecualian. Pada
kenyataannya, sampel tidak boleh mengandung pengecualian atau bahkan lebih dari
sepuluh. Distribusi sampling berbasis binomial menyatakan bahwa probabilitas setiap
jumlah pengecualian yang mungkin terjadi. Tabel 15-7 menggambarkan distribusi
sampling untuk populasi contoh dengan sampel 50 item dari populasi yang sangat besar
dan tingkat pengecualian 5 persen. Untuk menghitung probabilitas mendapatkan sampel
dengan setidaknya satu pengecualian, kurangi probabilitas tidak ada pengecualian yang
terjadi dari 1 (100 persen). Dengan melakukan itu, kami menemukan kemungkinan
menemukan sampel dengan setidaknya satu pengecualian 1 - 0,0769, atau 92,31 persen.
Setiap tingkat pengecualian populasi dan ukuran sampel memiliki distribusi
sampling yang unik. Distribusi untuk ukuran sampel 100 dari populasi dengan tingkat
pengecualian sebesar 5 persen dari contoh sebelumnya, seperti halnya distribusi untuk
sampel 50 dari populasi dengan tingkat pengecualian 3 persen.

Tentu saja, auditor tidak mengambil sampel berulang dari populasi yang telah
diketahui. Mereka mengambil satu sampel dari populasi yang belum diketahui dan
mendapatkan jumlah pengecualian tertentu dalam sampel Tersebut. Tetapi pengetahuan
tentang distribusi sampling memungkinkan auditor untuk membuat pernyataan yang valid
secara statistik tentang populasi. Jika auditor memilih sampel 50 faktur penjualan untuk
menguji dokumen pengiriman terlampir dan menemukan satu pengecualian, auditor dapat
memeriksa tabel probabilitas pada tabel 15-7 dan mengetahui ada probabilitas 20,25
persen bahwa sampel berasal dari populasi dengan tingkat pengecualian 5 persen, dan
probabilitas 79,75 persen (1 - .2025) bahwa sampel diambil dari populasi yang memiliki
beberapa tingkat pengecualian lainnya. Berdasarkan kolom probabilitas kumulatif pada
tabel 15-7, auditor dapat memperkirakan probabilitas 27,94 persen bahwa sampel berasal
dari populasi dengan tingkat pengecualian lebih dari 5 persen dan probabilitas 72,06
persen (1 - .2794) bahwa sampel Tersebut adalah diambil dari populasi yang memiliki
tingkat pengecualian 5 persen atau kurang. Karena dimungkinkan juga untuk menghitung
distribusi probabilitas untuk tingkat pengecualian populasi lainnya, auditor menggunakan
angka Tersebut untuk menarik kesimpulan statistik tentang populasi yang tidak diketahui
yang dijadikan sampel. Distribusi sampling ini adalah dasar untuk tabel dan perangkat
lunak sampling yang digunakan oleh auditor untuk atribut sampling.

J. PENERAPAN ATTRIBUTE SAMPLING


Merencanakan sampling
1. Menyatakan tujuan pengujian audit. Sama untuk atribut sampling maupun non-
statistik sampling.
2. Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan. Sama untuk atribut sampling
maupun non-statistik sampling.
3. Mendefinisikan atribut dan kondisi pengecualian. Sama untuk atribut sampling
maupun non-statistik sampling.
4. Menentukan populasi. Sama untuk atribut sampling maupun non-statistik sampling.
5. Menentukan unit sampling. Sama untuk atribut sampling maupun non-statistik
sampling.
6. Menentukan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi. Sama untuk atribut
sampling maupun non-statistik sampling.
7. Menentukan risiko keterlambatan yang dapat diterima. Konsep penetapan risiko ini
sama baiknya untuk sampling statistik dan non-statistik, tetapi metode kuantifikasinya
berbeda. Untuk pengambilan sampling non-statistik, sebagian besar auditor
menggunakan risiko rendah, sedang, atau tinggi, sedangkan auditor yang
menggunakan atribut sampling menetapkan jumlah tertentu, seperti risiko 10 persen
atau 5 persen. Metode berbeda karena auditor perlu mengevaluasi hasil secara
statistik.
8. Mengestimasitingkat pengecualian populasi. Sama untuk atribut sampling maupun
non-statistik sampling.
9. Menentukan ukuran sampel awal. terdapat empat faktor yang menentukan ukuran
sampel awal baik untuk sampling statistik dan non statistik: ukuran populasi, TER,
ARO, dan EPER. Dalam attribute sampling, auditor menentukan ukuran sampel
menggunakan software audit dengan modul sampling atau tabel yang dikembangkan
dari rumus statistik.

Jika auditor menggunakan software audit untuk menentukan ukuran sampel, mereka
memasukkan nilai untuk ukuran populasi, TER, ARO, dan EPER lalu software
mengembalikan sampel yang sesuai ukuran berdasarkan distribusi sampling. Atau,
auditor dapat gunakan tabel seperti yang ditunjukkan pada tabel 15-8 , yang berasal dari
AICPA audit sampling audit guide. Tabel paling atas menunjukkan ukuran sampel untuk
ARO 5 persen,sedangkan yang bawah adalah untuk ARO 10 persen.

a. Menggunakan tabel. Ketika auditor menggunakan tabel untuk menentukan ukuran


sampel awal, mereka ikuti empat langkah ini:
i. Memilih tabel yang sesuai dengan ARO.
ii. Menempatkan TER di bagian atas tabel.
iii. Menempatkan EPER di kolom paling kiri.
iv. Membaca kolom TER yang sesuai sampai berpotongan dengan yang sesuai baris
EPER. Angka di perpotongan adalah ukuran sampel awal.

Dengan menggunakan contoh Hillsburg hardware co., asumsikan bahwa


auditor bersedia mengurangi risiko pengendalian yang dinilai untuk perjanjian antara
pesanan penjualan dan faktur jika jumlah pengecualian dalam populasi tidak
melampaui 7 persen (TER), dengan ARO 5 persen. Berdasarkan pengalaman masa
lalu, auditor menetapkan EPER sebesar 1 persen. Pada tabel ARO 5 persen, cari 7
persen kolom TER , dan baca kolom sampai memotong dengan baris EPER 1 persen.
Ukuran sampel awal adalah 66. Apakah 66 ukuran sampel yang cukup besar untuk
audit ini? Tidak mungkin untuk memutuskan sampai setelah tes dilakukan. Jika
tingkat pengecualian aktual dalam sampel ternyata lebih besar dari 1 persen, auditor
tidak akan yakin akan keefektifan pengendalian. Alasannya akan menjadi jelas di
bagian berikut.

b. Pengaruh ukuran populasi . Dalam diskusi sebelumnya, auditor mengabaikan


ukuran. Populasi dalam menentukan ukuran sampel awal. Teori statistik
menunjukkan bahwa dalam populasi dimana attribute sampling berlaku, ukuran
populasi menjadi pertimbangan kecil untuk menentukan ukuran sampel. Karena
kebanyakan auditor menggunakan atribut sampling untuk populasi yang besar,
pengurangan ukuran sampel untuk populasi yang lebih kecil diabaikan di sini.

Memilih sampel dan melaksanakan prosedur audit


1. Memilih sampel. Satu-satunya perbedaan dalam pemilihan sampel untuk
pengambilan sampel statistik dan non-statistik adalah persyaratan bahwa metode
probabilistik harus digunakan untuk pengambilan sampel statistik. Baik sampling
acak atau sistematis sederhana digunakan untuk attribute sampling. Software audit
atau spreadsheet dapat menghasilkan sampel menggunakan salah satu dari metode
probabilistik ini.
2. Melaksanakan prosedur audit. Sama untuk attribute sampling maupun non-statistic
sampling.

Mengevaluasi hasil
1. Menggeneralisasi dari sampel ke populasi. Untuk attribute sampling, auditor
menghitung tingkat pengecualian atas yang dihitung (CUER, juga disebut sebagai
batas atas presisi) pada ARO yang ditentukan, baik menggunakan program komputer
khusus atau table yang dikembangkan dari rumus statistik. Tabel 15-9 adalah "tabel
satu sisi," yang berarti menyajikan tingkat pengecualian atas untuk ARO yang
diberikan.
Penggunaan tabel untuk menghitung CUER melibatkan empat langkah:
i. Memilih tabel yang sesuai dengan ARO auditor. ARO ini harus menjadi sama
dengan ARO yang digunakan untuk menentukan ukuran sampel awal.
ii. Menemukan jumlah pengecualian aktual yang ditemukan dalam pengujian audit di
bagian atas tabel.
iii. Menemukan ukuran sampel aktual di kolom paling kiri.
iv. Membaca jumlah kolom pengecualian aktual yang sesuai sampai memotong
dengan baris ukuran sampel yang sesuai. Nomor di persimpangan adalah CUER.
Untuk menggunakan tabel evaluasi bagi Hillsburg hardware, asumsikan ukuran sampel
aktual 70 dan satu pengecualian dalam atribut 6. Menggunakan ARO 5 persen, CUER sama
dengan 6.6 persen. Dengan kata lain, CUER untuk atribut 6 adalah 6,6 persen pada ARO 5
persen. Apakah ini berarti bahwa jika 100 persen populasi diuji, pengecualian yang
sebenarnya rate akan menjadi 6,6 persen? Tidak, tingkat pengecualian sebenarnya masih
belum diketahui. Hasilnya berarti: jika auditor menyimpulkan bahwa tingkat pengecualian
sebenarnya tidak melebihi 6,6 persen, ada kemungkinan 95 persen bahwa kesimpulannya
benar dan kemungkinan 5 persen itu salah.
Dimungkinkan untuk memiliki ukuran sampel yang tidak sama dengan yang disediakan
dalam tabel evaluasi atribut sampling. Ketika hal ini terjadi, itu menjadi biasa bagi auditor
untuk interpolasi guna memperkirakan titik data yang jatuh di antara yang tercantum dalam
tabel.
Tabel-tabel ini mengasumsikan ukuran populasi yang sangat besar (tidak terbatas), yang
menghasilkan lebih banyak CUER konservatif daripada populasi kecil. Seperti halnya
ukuran sampel, efek dari ukuran populasi pada CUER biasanya sangat kecil, sehingga
diabaikan.

1. Analisis pengecualian. Sama untuk atribut dan pengambilan sampel non-statistik.


2. Memutuskan penerimaan dari populasi. Metodologi untuk memutuskan penerimaan
populasi adalah sama untuk atribut dan pengambilan sampel non-statistik. Karena
sampling atribut adalah pendekatan sampling statistik, itu memungkinkan auditor untuk
mengukur penyisihan risiko pengambilan sampel dan tingkat pengecualian atas. Untuk
pengambilan sampel atribut, auditor membandingkan CUER dengan TER untuk setiap
atribut. Sebelum populasi dapat dianggap dapat diterima, CUER ditentukan
berdasarkan dari hasil sampel aktual harus kurang dari atau sama dengan TER ketika
keduanya didasarkan di ARO yang sama. Dalam contoh kami, ketika auditor
menentukan TER sebesar 7 persen pada ARO 5 persen dan CUER adalah 6,6 persen,
persyaratan sampel telah bertemu. Dalam hal ini, pengendalian yang diuji dapat
digunakan untuk mengurangi penilaian risiko pengendalian seperti yang direncanakan,
memberikan analisis yang cermat tentang penyebab pengecualian tidak menunjukkan
kemungkinan masalah yang signifikan dalam aspek pengendalian tidak
dipertimbangkan sebelumnya. Ingatlah bahwa dengan pengambilan sampel non-
statistik, auditor tidak bisa menghitung CUER tetapi membandingkan TER dengan
sampel exception rate (ser) dan menggunakan penilaiannya untuk memutuskan apakah
perbedaannya cukup besar.
Ketika CUER lebih besar dari TER, perlu untuk mengambil tindakan TERtentu. Empat
tindakan yang dibahas untuk pengambilan sampel non-statistik sama-sama berlaku
untuk atribut sampel

Gambar 15-8 menggambarkan dokumentasi pengambilan sampel yang


diselesaikan untuk pengujian atribut 1 hingga 9 pada tabel 15-3 untuk Hillsburg
hardware co. Menggunakan atribut sampling. Perhatikan bahwa banyak informasi
dalam gambar 15-8 konsisten dengan informasi yang disajikan dalam contoh sampling
nonstatistics diilustrasikan dalam gambar 15-4. Perbedaan utama antara gambar 15-4
dan 15-8 adalah penilaian auditor tentang ARO dan ukuran sampel awal ditentukan saat
merencanakan audit, dan perhitungan CUER menggunakan hasil tes yang sebenarnya.
Perhatikan bahwa ARO penilaian bersifat numerik (5 persen) dalam aplikasi
pengambilan sampel atribut (gambar 15-8). Penilaian numerik tentang ARO
dipertimbangkan bersama dengan penilaian EPER dan TER untuk menentukan ukuran
sampel awal untuk setiap atribut menggunakan tabel 15-8. CUER pada gambar 15-8
ditentukan menggunakan tabel 15-9 (hal. 509) berdasarkan pengecualian sampel
diidentifikasi dan ukuran sampel aktual diuji.

c. Diperlu Untuk Pertimbangan Profesional


Kritik yang terkadang dilontarkan terhadap sampling statistik adalah bahwa hal
Tersebut mengurangi penggunaan pertimbangan profesional oleh auditor.
Perbandingan antara 14 langkah yang dibahas dalam bab ini untuk sampling non-
statistik dan attribute sampling menunjukkan bahwa kritik ini tidak beralasan. Untuk
penerapan yang tepat, pengambilan sampel atribut mengharuskan auditor
menggunakan pertimbangan profesional dalam sebagian besar langkah. Untuk
memilih ukuran sampel awal, auditor bergantung terutama pada TER dan ARO, yang
membutuhkan pertimbangan profesional tingkat tinggi, serta EPER, yang
membutuhkan estimasi yang cermat. Demikian pula evaluasi akhir dari kecukupan
seluruh aplikasi sampling atribut, termasuk kecukupan ukuran sampel, juga harus
didasarkan pada penilaian profesional tingkat tinggi.

Anda mungkin juga menyukai