Anda di halaman 1dari 15

RINGKASASAN MATERI KULIAH

“Sampling Audit Dan Metode Penyamplingan untuk Pengujian Rinci Saldo”

Dosen Pengampu : Dr. I Ketut Budiartha, S.E., M.Si., Ak., CPA

Oleh

KELOMPOK 10

Ni Wayan Sri Adhiningsih (1907531231)


Ni Luh Putu Rima Susanti (1907531250)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2021
SAMPLING AUDIT
2.1 Sampel Representative

Sampel representatif (representative sample) adalah sampel yang karakteristiknya


hampir sama dengan yang dimiliki oleh populasi, yang berarti item-item yang dijadikan
sampel populasi serupa dengan item item yang tidak dijadikan sampel. Jika tidak ada atau
ditemukan banyak item yang hilang, sampel tersebut dianggap nonrepresentatif.

Salah satu cara untuk mengetahui apakah suatu sampel bersifat representatif adalah
dengan melakukan audit lebih lanjut atas populasi secara keseluruhan. Akan tetapi,
auditor dapat meningkatkan kemungkinan sampel dianggap representatif dengan
menggunakannya secara cermat ketika merancang proses sampling, pemilihan sampel,
dan evaluasi sampel. Hasil sampel dapat menjadi nonrepresentatif akibat kesalahan
nonsampling atau kesalahan sampling. Risiko dari dua jenis kesalahan yang terjadi
tersebut disebut sebagai risiko nonsampling dan risiko sampling.

Risiko nonsampling (nonsampling risk) adalah risiko bahwa pengujian audit tidak
menemukan pengecualian yang ada dalam sampel. Kegagalan auditor untuk mengenali
pengecualian dan prosedur audit yang tidak sesuai atau tidak efektif adalah penyebab
risiko nonsampling.

Prosedur audit yang tidak efektif untuk mendeteksi pengecualian yang diragukan
adalah dengan memeriksa sampel dokumen pengiriman dan menentukan apakah masing-
masing telah dilampirkan ke faktur penjualan, dan bukan memeriksa sampel salinan
faktur penjualan untuk menentukan apakah dokumen pengiriman telah dilampirkan. Cara
untuk mengendalikan risiko nonsampling bisa dilakukam dengan merancang prosedur
audit dengan cermat, instruksi yang tepat, pengawasan dan melakukan review.

Risiko sampling (sampling risk) adalah risiko bahwa auditor mencapai kesimpulan
yang salah karna sampel populasi yang tidak representatif. Risiko sampling adalah bagian
sampling yang melekat akibat pengujian lebih sedikit dari populasi secara keseluruhan.

Auditor memiliki dua cara untuk mengendalikan risiko sampling:

 Menyesuaikan ukuran sampel


 Menggunakan metode pemilihan item sampel yang tepat dari populasi.

2.2 Sampling Statistic dan Non Statistic serta Pemilihan Sampel Probabilistic dan Non
Probabilistic

Metode sampling audit dapat dibagi menjadi dua kategori utama : sampling statistic
dan sampling nonstatistik. Kategori tersebut serupa karena keduanya melibatkan tiga
tahap:

 Perencanaan sampel.
 Pemilihan sampel dan melakukan pengujian.
 Pengevaluasian hasil.

Tujuan dari perencanaan sampel adalah memastikan bahwa pengujian audit dilakukan
dengan cara yang memberikan risiko sampling yang diinginkan dan meminimalkan
kemungkinan kesalahan nonsampling. Pemilihan sampel melibatkan keputusan
bagaimana sampel dipilih dari populasi.

Sampling statistik (statistical sampling) menerapkan aturan matematika, auditor dapat


mengkuantifikasi (mengukur) risiko sampling dalam merencanakan sampel dan dalam
mengevaluasi hasil.

Dalam sampling nonstatistik (statistical sampling) auditor tidak menggunakan


kuantifikasi resiko sampling. Auditor memilih item sampling yang diyakini akan
memberikan informasi yang paling bermanfaat. Dalam situasi tertentu, dan mencapai
kesimpulan mengenai populasiatas dasar pertimbangan.

Pemilihan sampel probabilistik (probabilistic sample selection) auditor memilih


secara acak item-item sehingga setiap item populasi memiliki probabilitas yang sama
untuk dimasukkan dalam sampel. Proses ini memerlukan ketelitian yang tinggi dan
penggunaan salah satu dari beberapa metode. Dalam pemilihan sampel nonprobabilistik,
auditor memilih item sampel dengan menggunakan pertimbangan professional dan bukan
metode probabilistik. Auditor dapat menggunakan salah satu dari beberapa metode
pemilihan sampel nonprobabilistik
Jika sampling statistik digunakan, sampel harus bersifat probabilistik dan metode
evaluasi statistik yang tepat harus digunakan dengan hasil sampel untuk melakukan
perhitungan resiko. Sampling dan auditor juga dapat melakukan evaluasi nonstatistik.
Tetapi jarang dapat diterima mengevaluasi sampel nonprobabilistik dengan menggunakan
metode statistik.

Ada tiga jenis metode pemilihan sampel yang sering kali dikaitkan dengan sampling
audit nonstatistik. Ketiga metode itu bersifat nonprobabilistik. Sementara itu ada empat
jenis metode pemilihan sampel yang sering kali dikaitkan dengan sampling audit statistik,
yang semuanya bersifat probabilistik. Metode pemilihan sampel nonprobabilistik
(pertimbangan).

1. Pemilihan sampel terarah.


2. Pemilihan sampel blok.
3. Pemilihan sampel sembarangan.

Metode pemilihan sampel probabilistik

1. Pemilihan sampel acak sederhana.


2. Pemilihan sampel sistematis.
3. Pemilihan sampel probabilistik yang proporsional dengan ukuran.
4. Pemilihan sampel bertahap.

2.3 Metode Pemilihan Sampel Non Probabilistic

Metode pemilihan sampel non probabilistic adalah pengambilan sampel dengan


syarat teknis yang berbeda dengan metode pemilihan sampel probabilistic. Karena
metode yang digunakan dalam pengambilan sampel non probabilistic tidak didasarkan
kepada probabilistic matematik, tingkat representatif sampel berdasarkan pemilihan
sampel non probabilistic mungkin sulit untuk ditentukan.

2.3.1 Pemilihan Sampel Terarah (Directed Sample Selection)


Dalam pemilihan sampel terarah auditor secara sengaja memilih setiap pos dalam
sampel berdasarkan pada pertimbangan profesional mereka sendiri daripada
menggunakan pemilihan sampel secara acak.pendekatan yang umumnya digunakan
mencakup hal-hal berikut :

a. Pos-pos yang paling mungkin berisi salah saji.


Auditor sering kali mampu mengendtifikasi pos populasi mana yang
paling mungkin terjadi salah saji. Contohnya adalah piutang dagang
yang belum dilunasi untuk periode yang lama, pembelian dari dan
penjualan pada karyawan dan perusahaan terafiliasi, serta transaksi
yang sangat besar dan tidak biasa. Auditor dapat secara efisien
menyelidiki pos-pos sejenis ini dan hasilnya dapat diterapkan pada
populasi. Dalam mengevaluasi sampel sejenis itu, auditor biasanya
beralasan bahwa jika tidak ada pos-pos dari sampel yang dipilih ini
yang mengalami salah saji, kecil kemungkinan bahwa populasinya
mengalami salah saji material.
b. Pos -pos yang berisi karakteristik populasi yang dipilih.
Dengan memilih satu atau lebih pos-pos dengan karakteristik populasi
yang berbeda, auditor dapat merancang sampel agar menjadi
representatif. Sebagai contoh, auditor dapat memilih sebuah sampel
penerimaan kas yang berisi beberapa sampel dari setiap bulannya,dari
setiap akun bank atau lokasi, dan jenis utama akuisisi.

c. Cakupan nilai rupiah yang besar.


Auditor terkadang dapat memilih sebuah sampel yang mencakup suatu
porsi terbesar dari total rupiah populasi, sehingga dapat mengurangi
risiko pengambilan kesimpulan yang tidak tepat dengan tidak
memeriksa pos-pos yang nilai rupiahnya kecil, di mana hanya sedikit
pos yang membentuk proporsi besar dari total nilai populasi. Beberapa
metode pengambilan sampel statistik juga di rancang untuk mencapai
pengaruh sama.
2.3.2 Pemilihan Sampel Blok (Block Sample Selection)
Dalam pemilihan sampel blok auditor memilih pos,di dalam suatu blok terlebih
dahulu, kemudian blok sisanya dipilih secara berurutan,sebagai contoh,anggaplah
sampel blok adalah 100 transaksi penjualan yang berurutan dari jurnal penjualan di
minggu ke tiga bulan maret. Auditor dapat memilih total sampel sebesar 100 dengan
mengambil 5 blok yang berisi 20 pos, 10 blok yang berisi 10 pos, 50 blok yang berisi
2 pos atau 1 blok berisi 100 pos.

Biasanya merupakan praktik yang dapat diterima untuk menggunakan sampel


blok hanya jika suatu jumlah blok yang masuk digunakan, probabilistic mendapatkan
sebuah sampel yang representatif akuntansi, sifat musiman dari banyak bisnis.
Sebagai contoh, dalam contoh sebelumnya, pengambilan sampel 10 blok yang berisi
10 pos dari minggu ketiga bulan maret sangat kurang tepat di bandingkan dengan
memilih 10 blok yang berisi 10 pos dari 10 bulan yang berbeda. Pengambilan sampel
blok juga dapat digunakan untuk menambah sampel lainnya ketika terdapat
kemungkinan salah saji yang besar untuk suatu periode tertentu. Sebagai
contoh,auditor dapat memilih 100 penerimaan kas dari minggu ketiga bulan Mei jika
pada saat itu petugas pembukuan sedang berlibur dan pegawai pengganti yang tidak
berpengalaman memproses transaksi peneriamaan kas.

2.3.3 Pengambilan Sampel Sembarang (Haphazard Sample Selection)

Pemilihan sampel sembarang adalah pemilihan pos sampel tanpa bias yang
disengaja oleh auditor. Pada beberapa kasus, auditor memilih pos populasi tanpa
mempertimbangkan ukuran, sumber, atau karakteristik khusus lainnya. Kekurangan
yang paling utama dari pengambilan sampel sembarang adalah kesulitan dalam
menentukan sisa yang pasti tidak bias dalam pemilihan sampel. Beberapa pos
populasi lebihh mungkin lebih mungkin dimasukkan ke dalam sampel di bandingkan
dengan pos lainnya karena keterampilan auditor dan bias yang tidak disengaja.

Meskipun pemilihan sampel acak dan blok nampaknya kurang logis dibandingkan
dengan pemilihan sampel terarah, keduanya sering kali digunakan ketika biaya
pemilihan sampel yang lebih rumit daripada manfaat yang didapatkan dari
penggunaan kedua pendekatan ini. Sebagai contoh, anggaplah auditor ingin
menelusuri sisi kredit pada arsip utama piutang dagang kejurnal penerimaan kas dan
bukti-bukti sah lainnya sebagai pengujian penghapusan utang fiktif pada arsif utama.
Dalam situasi itu,banyak auditor yang mnggunakan pendekatan sembarang atau
dalam situasi itu banyak auditor yang menggunakan pendekatan sembarang atau blok,
karena lebih mudah dan lebih murah di bandingkan dengan metodepemilihan
lainnya.namum demikian, untuk banyak penerapan metode pengambilan sampel
statistik yang melibatkan pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi,
auditor lebih cenderung menggunakan metode pemilihan sampel probabilistik untuk
meningkatkan kemungkinan pemilihan sampel yang representatif.

2.4 Metode Pemilihan Sampel Probabilistic

Metode pengambilan sampel statistik memerlukan atau mensyaratkan sampel


probabilistic untuk mengukur risiko pengambilan sampel. Untuk sampel probabilistic,
auditor tidak menggunakan penilaian (no judgement) tentang item sampel yang mana
untuk dipilih, kecuali dalam memilih yang mana dari salah satu dari empat metode
pemilihan sampel probabilistic.

2.4.1 Pemilihan Sampel Acak Sederhana

Dalam pemilihan sampel acak sederhana, setiap kombinasi yang mugkin dari
pos populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dimasukkan dalam sampel.
Auditor menggunakan pengambilan acak sederhana untuk sampel populasi ketika
tidak terdapat kebutuhan untuk menekankan satu atau lebih jenis pos-pos
populasi.

a) Tabel Nomor Acak


Nomor-nomor acak merupakan serangkaian digit nomor yang memiliki
probabilistic yang sama untuk terjadi dalam jangka panjang dan tidak
memiliki pola yang bisa diidentifikasi. Tabel nomor acak memilki digit angka
acak dalam tabel yang memilki kolom dan baris yang sudah diberi nomor.
Auditor memilih sampel acak dengan menentukan hubungan antara nomor
dokumen klien yang akan dipilih dan digit nomor dalam tabel nomor acak
terlebih dahulu, kemudian mencari nomor acak pertama yang jatuh dalam
urutan nomor dokumen yang akan diuji. Proses ini berlangsung terus sampai
sampel terakhir dipilih.
b) Nomor Acak Yang Dihasilkan Oleh Komputer
Sebagian besar sampel acak yang digunakan auditor dihasilkan oleh komputer
dengan menggunakan salah satu dari tiga jenis program yaitu kertas kerja
elektronik, penghasil nomor acak, dan peranti lunak audit umum. Program
komputer menawarkan beberapa keunggulan. Keunggulan itu antara lain
adalah hemat waktu, mengurangi kemungkinan kesalahan yang dilakukan
oleh auditor dalam memilih nomor dan dokumentasi yang otomatis. Karena
sebagian besar auditor memilki akses terhadap komputer dan kertas kerja
elektronik atau program penghasil nomor acak, biasanya auditor cenderung
menggunakan nomor acak yang dihasilkan oleh komputer dibandingkan
dengan metode pemilihan sampel probabilistik lainnya. Nomor acak dapat
diperoleh dengan atau tanpa penggantian. Dengan penggantian berarti sebuah
elemen dalam populasi dapat dimasukkan ke dalam sampel lebih dari sekali.
Dalam pemilihan sampel tanpa penggantian, sebuah pos dapat dimasukkan
dalam sampel hanya sekali. Meskipun kedua pendekatan pemilihan sampel ini
konsisten dengan teori statistic, auditor jarang menggunakan pengambilan
sampel dengan penggantian.
2.4.2 Pemilihan Sampel secara Sistematik

Pada pemilihan sampel secara sistematik (juga disebut sebagai systematic


sampling), auditor menghitung suatu interval dan kemudian memilih item untuk
sampel berdasarkan pada ukuran interval. Interval ditentukan dengan membagi
ukuran populasi dengan ukuran sampel yang diinginkan. Misal, auditor
menentukan anggota sampel dari populasi faktur penjualan mulai dari 652 hingga
3.151, dengan ukuran sampel yang diinginkan 125, intervalnya adalah 20 =
[(3.151 - 651) / 125]. Auditor pertama-tama memilih nomor atau angka acak
antara 0 – 19 (ukuran interval) untuk memulai titik awal sampel. Jika nomor
yang dipilih secara acak adalah 9, item pertama dalam sampel akan menjadi
faktur nomor 661 = (652 + 9), 124 item yang tersisa akan menjadi 681 = (661 +
20), 701 = (681 + 20), 721 = (701 + 20), 741 = (721 + 20) dan seterusnya
sampai melalui item 3.141.

Keunggulan pemilihan sampel secara sistematik adalah mudah untuk


digunakan. Pada hampir semua populasi, sampel sistematik dapat ditarik atau
diambil dengan sangat cepat, dan pendekatan otomatis menempatkan angka dalam
urutan, membuatnya mudah untuk membuat dokumentasi yang sesuai.
Kekhawatiran terhadap sistem pengambilan sampel dengan sistematic sampling
adalah kemungkinan bias (bias adalah sebuah penyajian bahan yang dipenuhi
kecendrungan dan prasangka. Hal tersebut juga berarti kesalahan yang konsisten
dalam memperkirakan sebuah nilai.). Karena cara pemilihan sampel sistematis
dilakukan, setelah item pertama dalam sampel dipilih, semua item lainnya dipilih
secara otomatis. Hal tersebut tidak menimbulkan masalah jika untuk kepentingan
karakteristik tertentu sampel, seperti kemungkinan penyimpangan pengendalian
internal, didistribusikan secara acak ke seluruh populasi, yang mungkin tidak
selalu demikian. Misalnya, jika penyimpangan pengendalian internal terjadi pada
waktu tertentu dalam sebulan atau hanya dengan jenis dokumen tertentu, sampel
audit dengan pengambilan sistematis dapat memiliki kemungkinan lebih besar
untuk gagal menjadi sampel representatif dibandingkan dengan sampel acak
sederhana. Karena itu, ketika auditor menggunakan metode sampling sistematis,
mereka harus mempertimbangkan kemungkinan pola dalam data populasi yang
dapat menyebabkan bias pada sampel.

2.5 Pemilihan Sampel untuk Tingkat Penyimpangan

Auditor menggunakan pengambilan sampel pengujian pengendalian dan pengujian


substantive transaksi untuk memperkirakan persentase pos-pos dalam populasi yang
memuat karekteristik atau atribut yang penting. Persentase ini dinamakan dengan tingkat
keterjadian (occurrence rate) atau tingkat pengecualian (exception rate). Auditor
memperhatikan dengan beberapa jenis pengecualian berikut dalam populasi data
akuntansi.

a) Deviasi dari pengendalian yang diterapkan klien


b) Salah saji moneter dalam populasi data transaksi
c) Salah saji moneter dalam populasi perincian saldo akun
Mengetahui tingkat pengecualian sangat berguna, khususnya untuk dua jenis
pengecualian pertama, yang melibatkan transaksi-transaksi. Oleh karena itu, auditor
melakukan pengambilan sampel audit yang ekstensif sehingga mampu mengukur tingkat
pengecualian dalam melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantive
transaksi. Auditor biasanya menggunakan tingkat pengecualian tersebut karena auditor
harus menentukan apakah salah sajinya material atau tidak. Ketika auditor ingin
mengetahui total jumlah salah saji, auditor menggunakan metode yang mengukur nilai
rupiahnya, bukan tingkat pengecualiannya.
Tingkat pengecualian dalam sebuah sampel digunakan untuk memperkirakan tingkat
pengecualian pada seluruh populasi. Hal ini berarti merupakan estimasi terbaik auditor
atas tingkat pengecualian populasi. Istilah pengecualian harus dipahami merujuk pada
baik deviasi dari prosedur pengendalian klien maupun jumlah moneter yang tidak benar,
apakah disebabkan oleh kesalahan akuntansi yang tidak disengaja atau pun penyebab
lainnya. Istilah deviasi khususnya merujuk pada penyimpangan dari pengendalian yang
ditetapkan. Misalnya, auditor menginginkan untuk menentukan persentasi salinan faktur
penjualan yang tidak memilki lampiran dokumen pengiriman. Auditor mendapatkan
sampel dari salinan faktur penjualan dan menentukan persentase faktur penjualan yang
tidak lengkapi dengan dokumen pengiriman. Auditor kemudian menyimpulkan bahwa
tingkat pengecualian sampel merupakan estimasi terbaik atas tingkat pengecualian
populasi.
Karena tingkat pengecualian berdasarkan pada suatu sampel, terdapat kemungkinan
yang signifikan bahwa tingkat pengecualian sampel berbeda dengan tingkat pengecualian
actual populasinya. Perbedaan ini dinamakan kesalahan pengambilan sampel (sampling
error). Auditor harus memperhatikan estimasi kesalahan sampel dan keandalan
estimasinya, yang diistilahkan dengan risiko pengambilan sampel (sampling risk).

2.6 Penerapan Pemilihan Sampel Audit Non Statistic

Auditor menggunakan 14 langkah berikut dalam menerapkan pengambilan sampel


audit untuk pengujian pengendalian dan pengujuan substansif transaksi.langkah-langkah
di bagi dalam tiga fase sebagaimana telah disajika sebelumnya.auditor harus mengikuti
langka-langkah ini dengan seksama untuk meyakinkan agar dilakukan penerapan
pengauditan maupun ketentuan pengambilan sampel yang tepat. Contohnya audit pada
PT Perkakas prima untuk menggambarkan langkah-langkah ini kedalam pembahasan
berikut

a) Merencanakan sampel
 Menerapkan tujuan darp pengujian audit.
 Menentukan apakah pengambilan sampel audit akan ditetapkan.
 Mendevenisikan atribut dan kondisi pengecualian.
 Mendevenisikan populasi.
 Mendevenisikan pos sampel.
 Menentukan tingkat pengecualian yang dapat diterima.
 Menentukan resiko yang dapat diteriam akibat risiko pengendalian yang di
nilai terlalu rendah.
 Mengestimasikan tingkat pengecualian populasi.
 Menentukan ukuran sampel awal.
b) Memilin sampel dan menjalankan prosedur audit
c) Evaluasi hasil
 Menggeneralisasikan sampel ke populasi
 Menganalisis penyimpangan-penyimpangan
 Menentukan akseptabilitas populasi

2.7 Sampling Audit Statistic

Metode pengambilan sampel statistik yang paling banyak digunakan dalam pengujian
pengendalian dan pengujian subtantif transaksi adalah pengambilan sampel
atribut (attributes sampling). Ketika istilah pengambilan sampel atribut digunakan pada
buku teks ini, hal ini mengacu pada pengambilan sampel atributstatistik. Penerapan
pengambilan sampel atribut untuk menguji pengendalian dan pengujian subtantif
transaksi memiliki banyak kemiripan dengan pengambilan sampel non-statistik
dibandingkan dengan perbedaanya.14 langkah yang sama digunakan untuk kedua
pendekatan tersebut, dan istilah-istilah yang digunakan juga pada dasarnya sama.
Perbedaan utama adalah dalam perhitungan ukuran sampel awal dengan menggunakan
table yang dikembangkan dari distribusi probabilistic statistatistik dan perhitungan
estimasi batas atas tingkat pengecualian dengan menggunakan table yang mirip dengan
table yang digunakan untuk menghitung ukuran sampel.

Distribusi Pemilihan Sampel

Auditor mendasasri kesimpulan statistiknya pada distribusi sampel merupakan


distribusi prekuensi hasil yang mungkin dari semua sampel dengan ukuran tertentu yang
didapatkan dari suatu populasi yang memiliki beberapa krakteristik khusus. Distribusi
smpel memungkinkan audit untuk membuat pertanyaan probabilistic mengenai
kemungkinan sifat representative dari setiap sampel yang didistribusikan. Pengambilan
sampel atribut berdasarkan pada distribusi binomial,yang mana setiap sampelyang
mungkin dalam populasi memiliki kemungkinan satu atau dua nilai, seperti misalnya ya/
tidak, hitam/putih atau ada deviasi pengendalian atau tidak ada deviasi pengendalian.

Asumsikan bahwa dalam suatu populasi faktur penjualan, 5 persennya tidak


dilengkapi dengan dokumen pengiriman barang sebagaimana diharuskan dalam
pengendalian internal klien. Jika auditor mengambil sampel 50 faktur penjualan ,berapa
banyak yang akan ditemukan tidak dilengkapi dengan dokumen pengiriman? Perkalian
yang sederhana akan mengestimasikan 2,5 pengecualian (5% dari 50), namun angka
tersebut tidak mungkin karena tidak ada pengecualian 2,5. Dalam kenyataannya
pengecualian. Distribusi sampel binomial menyatakan pada kita bahwa probabilistic dari
setiap nomor pengecualian yang mungkin terjadi.

Setiap tingkat pengecualian populasi dan ukuran sampel memiliki distribusi populasi
dan ukuran sampel memiliki distribusi sampel yang unik. Distribusi untuk suatu sampel
yang berukuran 100 dari suatu populasi yang memiliki tingkat pengecualian 50%
berbedah dengan contoh sebelumnya. Demikian pula dengan distribusi untuk suatu
sampel yang berukuran 50 dari suatu populasi yang memiliki tingkat pengecualian 3%.

Tentu saja, auditor tidak mengambil sampel berulang-ulang dari suatu populasi yang
diketahui. Mereka mengambil satu sampel dari populasi yang tidak diketahui dan atas
distribusi memungkinkan auditor untuk membuat pertanyaan statistic yang valid atas
populasi tersebut. Jika auditor mengambil suatu sampel yang berisi 50 faktur penjualan
untuk diuji , apakah sudah dilampiri oleh dokumen pengiriman barang dan tidak
menemukan suatu pun pengecualian, auditor dapat memeriksa tabel probabilistic.

2.8 Distribusi Sampling

Distribusi sampling adalah distribusi frekuensi hasil semua sampel berukuran khusus
yang dapat diperoleh dari populasi yang memiliki beberapa karakteristik tertentu. Auditor
mendasarkan kesimpulan statistiknya pada distribusi sampling. Distribusi sampling
memungkinkan auditor untuk membuat laporan probabilitas mengenai kemungkinan
terwakilinya setiap sampel dalam distribusi. Sampling atribut didasarkan pada distribusi
binomial, di mana setiap sampel dalam populasi memiliki satu dari dua nilai yang
mungkin, seperti ya/tidak, hitam/putih, atau deviasi pengendalian/tidak ada deviasi
pengendalian.

2.9 Penerapan Sampling Atribut

Sampling atribut digunakan untuk memperkirakan bagian populasi yang memiliki


karakteristik tertentu. Penggunaan sampling atribut yang paling umum adalah untuk
pengujian pengendalian. Dalam hal ini, auditor ingin menentukan tingkat deviasi untuk
pengendalian yang diterapkan dalam sistem akuntansi klien. Misalnya, auditor mungkin
ingin mengumpulkan bukti bahwa pemeriksaan kredit dilakukan terhadap pesanan
pelanggan sebelum dikirim. Pengukuran tingkat deviasi memberikan bukti tentang
apakah pengendalian beroperasi secara efektif untuk memproses transaksi akuntansi
dengan benar dan karena itu memberikan dukungan terhadap tingkat risiko pengendalian
yang ditetapkan oleh auditor. Pengambilan sampel atribut juga dapat digunakan dengan
uji substantif pada transaksi ketika pengujian semacam itu dilakukan dengan pengujian
pengendalian sebagai uji coba ganda.

Adapun langkah-langkah penerapan sampling atribut antara lain yaitu :

Merencanakan Sampel

1. Menerapkan tujuan pengujian audit


2. Memastikan apakah sampling audit dapat ditetapkan
3. Merumuskan atribut dan kondisi penyimpanan
4. Merumuskan populasi
5. Merumuskan unit sampling
6. Merumuskan tingkat penyimpanan bisa ditoleransi
7. Menetapkan risiko bisa diterima untuk penetapan risiko pengendalian terlalu
rendah
8. Menaksir tingkat penyimpanan populasi
9. Menentukan ukuran sampel awal. Terdapat 4 indikator yang menentukan ukuran
sampel awal, yaitu ukuran populasi, TER, ARACR, dan EPER. Dalam sampling
atribut, auditor menentukan ukuran sampel dengan menggunakan program
computer atau tabel yang dikembangkan dari formula statistik

Penggunaan Tabel

Apabila auditor akan menggunakan tabel untuk menentukan ukuran sampel awal
harus diikuti dengan 4 tahapan berikut :

1. Pilih tabel yang cocok dengan ARACR


2. Tentukan lokasi TER pada bagian atas tabel
3. Tentukan lokasi EPER pada kolom paling kiri
4. Baca kolom TER yang sesuai ke bawah hingga memotong baris EPER yang
sesuai. Angka yang tertulis dalam titik perpotongan itu menunjukkan ukuran
sampel awal.

Pengaruh dari Ukuran Populasi

Dalam pembahasan sebelumnya, auditor mengabaikan ukuran populasi dalam


penentuan ukuran sampel awal. Teori statistika menunjukkan bahwa pada populasi
dimana diterapkan sampling atribut, ukuran populasi hanya menjadi pertimbangan
kecil dalam penentuan ukuran sampel. Karena bahwa kebanyakan auditor
menggunakan sampling atribut untuk populasi yang lebih kecil.
DAFTAR PUSTAKA

Ari. 2021. Sampel Representatif. Tersedia pada

https://www.academia.edu/31549165/A_SAMPEL_REPRESENTATIF. Diakses pada


tanggal 17 September 2021.

Elder. landar J, Beasly. Mark S, Arens. Alfin A, Jusuf. Amir abadi. 2011. Jasa audit dan
assurance. Jakarta: Salemba Empat.

IAPI. SA 530. Tersedia pada http://spap.iapi.or.id/1/files/SA%20500/SA%20530.pdf Diakses


pada tanggal 17 September 2021.

Mizzle. 2013. Pemilihan Sampel Audit. Tersedia pada http://buzz-


mizzle.blogspot.com/2013/12/makalah-akuntansi-pemilihan-sampel-audit.html.
Diakses pada tanggal 16 September 2021.

Rahman, Sopian. Sampling Audit Statistik. Tersedia pada


https://www.academia.edu/36591488/SAMPLING_AUDIT_STATISTIK#:~:text=Dist
ribusi%20sampling%20adalah%20distribusi%20frekuensi,terwakilinya%20setiap%20
sampel%20dalam%20distribusi. Diakses pada tanggal 16 September 2021.

Anda mungkin juga menyukai