PENGAUDITAN II
Oleh:
Kelompok 9
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN
A. Sampel Representatif
Sampel representatif adalah sampel yang memiliki karakteristik hampir sama dengan
karakteristik populasi. Hal ini berarti bahwa unsur sampel serupa dengan unsur yang tidak
diikutsertakan dalam sampel. Dalam praktiknya, auditor tidak pernah mengetahui apakah
sampel representatif atau tidak, bahkan setelah semua pengujian selesai dikerjakan (satu-
satunya cara untuk mengetahui apakah suatu sampel representatif adalah dengan
melakukan audit terhadap keseluruhan populasi). Namun demikian, auditor dapat
meningkatkan kemungkinan sampel menjadi representatif dengan cara meningkatkan
kecermatan dalam merancang proses sampling, pemilihan sampel, dan mengevaluasi
hasil sampel. Suatu hasil sampel bisa menjadi tidak representatif karena kesalahan non-
sampling dan kesalahan sampling. Resiko dari terjadinya kedua jenis kesalahan ini
disebut resiko non-sampling dan resiko sampling. Kedua jenis ini resiko ini dapat
dikendalikan.
Risiko non-sampling adalah resiko bahwa pengujian audit tidak menemukan
pengecualian yang ada dalam sampel. Dua penyebab resiko non-sampling adalah auditor
gagal untuk mengetahui adanya penyimpangan dan tidak tepat atau tidak efektifnya
prosedur audit.
Resiko sampling adalah resiko auditor mencapai kesimpulan yang keliru karena
sampel tidak mencerminkan populasi. Resiko sampling adalah bagian inheren dari
sampling yang disebabkan karena pengujian tidak dilakukan terhadap keseluruhan
populasi. Auditor mempunyai dua acara untuk mengontrol risiko sampling, yaitu:
1. Mengubah ukuran sampel
2. Menggunakan metoda yang tepat untuk memilih unsur sampel dari populasi.
Ada tiga tipe metoda pemilihan sampel yang lazim yang berhubungan dengan
sampling audit non-statistik. Ketiganya adalah non-probabilistik. Ada empat tipe metoda
pemilihan sampel yang berhubungan dengan sampling audit statistik. Keempat metoda
tersebut adalah probabilistik. Metoda pemilihan sampel non-probabilistik (judgemental)
terdiri dari:
Dalam pemilihan sampel blok, auditor memilih unsur pertama dalam suatu blok, dan
selanjutnya dipilih secara urutan. Penggunaan sampel blok biasanya dapat diterima
hanya apabila jumlah blok yang digunakan cukup banyak. Apabila hanya sedikit blok
yang digunakan, probabilitas untuk mendapatkan satu sampel yang tidak representatif
akan terlalu besar, terutama bila terjadi pergantian pegawai, terjadi perubahan sistem
akuntansi, dan adanya sifat musiman seperti yang sering dijumpai dalam banyak bisnis.
Pemilihan sampel sembarang adalah pemilihan unsu-unsur tanpa suatu bias yang
disadari auditor. Dalam hal seperti ini, auditor memilih unsur populasi tanpa
mempertimbangkan ukuran, sumber, ataupun karakteristik pembeda lainnya. Kelemahan
paling serius pemilihan sampel sembarang adalah sulitnya memegang teguh untuk
sepenuhnya tidak bias dalam pemilihan.
Tujuan pengujian harus ditetapkan sesuai dengan siklus transaksi yang akan diuji.
Biasanya auditor merumuskan tujuan pengujian pengendalian dan pengujian substanntif
transaksi sebagai berikut:
1) Menguji efektivitas operasi pengendalian.
2) Menentukan apakah transaksi berisi kesalahan penyajian rupiah.
Tujuan pengujian ini dalam siklus penjualan dan pengumpulan piutang biasanya
adalah untuk menguji efektivitas pengendalian intern untuk penjualan dan penerimaan
kas dan menentukan apakah transaksi penjualan dan penerimaan kas berisi kesalahan
penyajian rupiah.
Menentukan Apakah Sampling Audit Bisa Diterapkan
Audit sampling bisa diterapkan apabila auditor merencanakan untuk memperoleh
kesimpulan tentang populasi berdasarkan suatu sampel. Auditor harus melihat ke
program audit dan memilih prosedur mana yang bisa diterapkan dengan menggunakan
sampling audit.
Perumusan Populasi
Populasi adalah unsur-unsur yang ingin digeneralisasi oleh auditor. Auditor bisa
merumuskan populasi untuk mengikutsertakan setiap unsur yang diinginkan, tetapi ketika
mereka menarik sampel, unsur tersebut harus dipilih dari keseluruhan populasi
sebagaimana yang telah dirumuskan.
Perumusan Unit Sampling
Unit sampling dirumuskan oleh auditor berdasarkan definisi tentang populasi dan
tujuan pengujian audit. Unit sampling adalah langkah awal dalam melaksanakan
pengujian audit.
Menetapkan Tingkat Penyimpangan Bisa Ditoleransi
Penetapan tingkat penyimpangan bisa ditoleransi atau tolerable exception rate (TER)
untuk setiap atribut membutuhkan pertimbangan profesional auditor. TER
mencerminkan tingkat penyimpangan tertinggi yang bisa diterima auditor dalam suatu
pengendalian yang sedang diuji dan masih dapat disimpulkan bahwa pengendalian
berjalan efektif (dan atau tingkat kesalahan penyajian jumlah rupiah dalam transaksi yang
bisa diterima.
Seberapa besar TER yang dipandang memadai, berkaitan dengan materialitas dan
oleh karena itu dipengaruhi oleh perumusan atribut dan arti pentingnya atribut dalam
perencanaan audit. Apabila hanya satu pengendalian internal yang digunakan untuk
mendukung suatu penetapan risiko pengendalian yang rendah untuk suatu tujuan, TER
akan lebih rendah untuk atribut, dibandingkan dengan apabila ada sejumlah pengendalian
yang digunakan untuk mendukung suatu penetapan risiko pengendalian yang rendah
untuk tujuan yang sama. TER akan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ukuran
sampel.
Merumuskan Risiko Yang Bisa Diterima Untuk Penetapan Risiko Pengendalian
Terlalu Rendah
Untuk sampling audit dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif
transaksi, risiko tersebut disebut risiko yang bisa diterima untuk penetapan risiko
pengendalian terlalu rendah atau acceptable risk of assessing control risk too low
(ARACR). ARACR mengukur risiko yang bisa diterima auditor untuk menerima bahwa
pengendalian efektif (atau tingkat kesalahan penyajian yang bisa diterima) padahal
tingkat penyimpangan populasi yang sesungguhnya lebih besar dari TER.
Menaksir Tingkat Penyimpangan Populasi
Auditor harus menaksir di muka tingkat penyimpangan populasi untuk merencanakan
ukuran sampel yang tepat. Apabila taksiran tingkat penyimpangan populasi estimated
population exception rate (EPER) rendah, maka ukuran sampel yang relatif kecil akan
memuaskan tingkat penyimpangan yang bisa di toleransi sebagaimana ditetapkan auditor,
karena hanya diperlukann suatu tingkat ketepatan taksiran yang rendah.
Menentukan Ukuran Sampel
Ada empat faktor yang menentukan ukuran sampel awal untuk sampling audit, yaitu:
TER, ARACR, dan EPER. Ukuran populasi bukan faktor yang signifikan dan biasanya
bisa diabaikan, terutama apabila populasinya besar.
Sensitivitas Ukuran Sampel Terhadap Suatu Perubahan Dalam Faktor Penentu
Tabel brikut menunjukkan bahwa pengaruh terhadap sampel yang disebabkan oleh
kenaikan setiap faktor secara independen. Pengaruh sebaliknya akan terjadi apabila
terjadi penurunan pada suatu faktor.
Pengaruh Perubahan Faktor Penentu Terhadap Ukuran Sampel
Jenis Perubahan Pengaruh Terhadap Ukuran Sampel
Awal
Kenaikan risiko bisa diterima untuk Turun
penetapan risiko pengendalian terlalu
rendah.
Kenaikan tingkat penyimpangan bisa Turun
ditoleransi.
Kenaikan taksiran tingkat penyimpangan Naik
populasi
Kenaikan ukuran populasi Naik (pengaruhnya kecil)
Memilih Sampel
Setelah auditor menentukan ukuran sampel awal untuk penerapan sampling audit,
auditor harus memilih unsur-unsur dalam populasi yang akan diikutsertakan dalam
sampel. Auditor dapat melakukan pemilihan sampel dengan metoda probabilistik dan
non-probabilistik.
Melaksanakan Prosedur Audit
Auditor melaksanakan prosedur audit dengan memeriksa unsur-unsur dalam sampel
untuk menentukan apakah unsur tersebut konsisten dengan definisi dari atribut dan
dengan mencatat semua penyimpangan yang ditemukan.
Generalisasi Dari Sampel Ke Populasi
Tingkat penyimpangan sampel atau sampel exception rate (SER) dapat dengan
mudah dihitung dari hasil sampel sesungguhnya.
Menganalisis Penyimpangan
Sebagai tambahan atas penentuan SER untuk setiap atribut dan mengevaluasi apakah
penyimpangan sesungguhnya (yang tidak diketahui) kemungkinan lebih besar dari
tingkat penyimpangan bisa ditoleransi, auditor harus menganalisis penyimpangan
individual untuk menentukan titik lemah dalam pengendalian interen yang
memungkinkan terjadinya penyimpangan.
Memutuskan Akseptabilitas Populasi
Pada saat melakukan generalisasi dari sampel ke populasi, kebanyakan auditor yang
menggunakan sampling non-statistik mengurangkan SER dari TER dan mengevaluasi
apakah selisihnya kesalahan sampling terhitung cukup besar. Apabila auditor
berkesimpulan bahwa selisih cukup besar, maka pengendalian yang diuji dapat
digunakan untuk mengurangi penetapan risiko pengendalian sebagaimana direncanakan,
dengan asumsi analisis yang cermat tentang penyimpangan tidak menunjukkan
kemungkinan adanya masalah signifikan lain dalam pengendalian internal.
Merivisi TER atau ARACR
Alternatif ini harus diikuti hanya apabila auditor telah berkesimpulan bahwa
spesifikasi aslinya terlalu konservatif.
Memperbesar Ukuran Sampel
Peningkatan dalam ukuran sampel akan berpengaruh pada penurunan kesalahan
sampling apabila tingkat penyimpangan sampel sesungguhnya tidak meningkat.
Merivisi Penetapan Risiko Pengendalian
Apabila hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi tidak
mendukung penetapan risiko pengendalian pendahuluan, auditor harus merivisi
penetapan risiko pengendalian ke atas.
Berkomunikasi Dengan Komite Audit Atau Manajemen
Komunikasi diperlukan, bersamaan dengan salah satu dari ketiga tindakan diatas,
bagaimanapun bentuk penyimpangannya. Auditor harus melakukan komunikasi secara
tertulis kepada pihak-pihak yang berwenang.
Pendokumentasian Yang Memadai
Auditor harus menyimpan catatan yang memadai tentang prosedur-prosedur yang
telah dilakukan, metoda yang telah digunakan dalam memilih sampel dan pelaksanaan
pengujian, hasil yang diperoleh dari pengujian, dan kesimpulan yang dicapai,
Dokumentasi diperlukan baik untuk sampling statistik maupun non-statistik untuk
mengevaluasi hasil dari semua pengujian dan untuk mempertanggungjawabkan
pelaksanaan audit jika diperlukan.
H. Distribusi Sampling
Distribusi sampling adalah frekuensi distribusi hasil dari seluruh sampel yang
mungkin dari suatu ukuran tertentu yang bisa dicapai dari suatu populasi yang berisi
sejumlah karakteristik spesifik. Distribusi sampling memungkinkan auditor untuk
membuat pernyataan probabilitas tentang kemungkinan keterwakilan setiap sampel yang
ada dalam distribusi.
Salah satu kritik terhadap pemakaian sampling statistik adalah bahwa metoda
statistik telah mengurangi penggunaan pertimbangan profesional auditor. Apabila
diterapkan dengan benar, sampling atribut menuntut auditor untuk menggunakan
pertimbangan profesional pada berbagai tahapan. Untuk memilih ukuran sampel awal,
auditor terutama akan menggantungkan pada TER dan ARACR yang membutuhkan
pertimbangan profesional tingkat tinggi, demikian pula untuk EPER diperlukan
penaksiran yang cermat. Hal ini sama juga terjadi dalam penilaian akhir tentang
kecukupan penerapan sampling atribut keseluruhan, termasuk kecukupan ukuran
sampel, juga harus didasarkan pada pertimbangan profesional tingkat tinggi.
DAFTAR PUSTAKA