Anda di halaman 1dari 15

RINGKASAN MATERI KULIAH

PENGAUDITAN II

“BAB 12 Sampling Audit Untuk Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi”

Dosen Pengampu: Made Yenni Latrini, S.E.,M.Si

Oleh:

Kelompok 9

Ni Kadek Rahayu Nopiani 1707532102 / 21

Kristian Surya Wibawa 1707532103 / 22

Luh Putu Sukma Pradnyani 1707532110 / 28

I Kadek Wage Purnayasa 1707532113 / 31

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI NONREGULER

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2019
SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN

PENGUJIAN SUBSTANTIF TRANSAKSI

A. Sampel Representatif
Sampel representatif adalah sampel yang memiliki karakteristik hampir sama dengan
karakteristik populasi. Hal ini berarti bahwa unsur sampel serupa dengan unsur yang tidak
diikutsertakan dalam sampel. Dalam praktiknya, auditor tidak pernah mengetahui apakah
sampel representatif atau tidak, bahkan setelah semua pengujian selesai dikerjakan (satu-
satunya cara untuk mengetahui apakah suatu sampel representatif adalah dengan
melakukan audit terhadap keseluruhan populasi). Namun demikian, auditor dapat
meningkatkan kemungkinan sampel menjadi representatif dengan cara meningkatkan
kecermatan dalam merancang proses sampling, pemilihan sampel, dan mengevaluasi
hasil sampel. Suatu hasil sampel bisa menjadi tidak representatif karena kesalahan non-
sampling dan kesalahan sampling. Resiko dari terjadinya kedua jenis kesalahan ini
disebut resiko non-sampling dan resiko sampling. Kedua jenis ini resiko ini dapat
dikendalikan.
Risiko non-sampling adalah resiko bahwa pengujian audit tidak menemukan
pengecualian yang ada dalam sampel. Dua penyebab resiko non-sampling adalah auditor
gagal untuk mengetahui adanya penyimpangan dan tidak tepat atau tidak efektifnya
prosedur audit.
Resiko sampling adalah resiko auditor mencapai kesimpulan yang keliru karena
sampel tidak mencerminkan populasi. Resiko sampling adalah bagian inheren dari
sampling yang disebabkan karena pengujian tidak dilakukan terhadap keseluruhan
populasi. Auditor mempunyai dua acara untuk mengontrol risiko sampling, yaitu:
1. Mengubah ukuran sampel
2. Menggunakan metoda yang tepat untuk memilih unsur sampel dari populasi.

B. Sampling Statistik Dan Sampling Non Statistik Serta Pemilihan Sampel


Probabilistik Dan Non-Probabilistik.
a) Sampling Statistik Dan Sampling Non-Statistik
Metode sampling audit dapat dibagi menjadi dua golongan utama:
sampling statistik dan sampling non-statistik. Kedua kategori ini serupa karena
keduanya terdiri dari tiga tahap :
1) Merencanakan sampel,
2) Memilih sampel dan melakukan pengujian.
3) Mengevaluasi hasil.
Tujuan dari perencanaan sampel adalah memastikan bahwa pengujian audit
dilakukan dengan sedemikian rupa sehingga memberikan risiko sampling yang
diinginkan dan meminimalkan kemungkinan terjadinya kesalahan non-
sampling. Pemilihan sampel menyangkut keputusan tentang bagaimana suatu sampel
dipilih dari populasi. Auditor hanya bisa melaksanakan pengujian audit setelah unsur
sampel dipilih.
Tindakan Langkah
 Menentukan bahwa ukuran 1. Merencanakan Sampel
sampel adalah 100.
 Memutuskan 100 unsur mana 2. Memilih Sampel
yang akan dipilih dari populasi.
 Melaksanakan prosedur audit Melakukan Pengujian
pada 100 unsur yang dipilih dan
menentukan bahwa terdapat tiga
penyimpangan.
 Menarik kesimpulan tentang 3. Mengevaluasi Sampel
kemungkinan tingkat
penyimpangan dalam populasi
ketika diketahui bahwa tingkat
penyimpangan dalam sampel
adalah tiga persen.
Sampling statistik berbeda dari sampling non-statistik. Dalam metoda sampling
statistik, dengan menerapkan aturan matematika, auditor dapat mengkuantifikasi (mengukur)
risiko sampling dalam perencanaan sampel (tahap 1), dan dalam mengevaluasi (tahap 3).
Dalam sampling non-statistik, auditor tidak mengkuantifikasi risiko sampling. Auditor
memilih unsur-unsur sampel yang diyakininya akan memberi informasi yang paling
bermanfaat, dalam situasi yang dihadapi, dan mencapai kesimpulan tentang populasi
berdasarkan hasil pertimbangannya.

Pemilihan Sampel Probabilistik Dan Non-Probabilistik

Dalam pemilihan sampel probabilistik, auditor memilih unsur –unsur sampel


secara acak (random) yang setiap unsur populasinya memiliki probabilitas yang diketahui
untuk dimasukkan dalam sampel. Dalam pemilihan sampel non-probabilistik, auditor
memilih unsur sampel dengan menggunakan pertimbangan profesionalnya, tidak
menggunakan metoda probabilistik.

Penerapan Sampling Statistik Dan Non-Statistik Dalam Praktik Serta Metoda


Pemilihan Sampel

Ada tiga tipe metoda pemilihan sampel yang lazim yang berhubungan dengan
sampling audit non-statistik. Ketiganya adalah non-probabilistik. Ada empat tipe metoda
pemilihan sampel yang berhubungan dengan sampling audit statistik. Keempat metoda
tersebut adalah probabilistik. Metoda pemilihan sampel non-probabilistik (judgemental)
terdiri dari:

1) Pemilihan sampel langsung (Directed sampel selection).


2) Pemilihan sampel blok (Block sampel selection).
3) Pemilihan sampel sembarang (Haphazard sampel selection).

Metoda Pemilihan sampel probabilistik terdiri dari:

1) Pemilihan sampel acak sederhana (simple random sampel selection).


2) Pemilihan sampel sistematik (systematic sampel selection).
3) Pemilihan sampel probabilitas proportional dengan ukuran (probability
proportional to size sampel selection).
4) Pemilihan sampel berjenjang (Stratified sampel selection).

C. Metoda Pemilihan Sampel Non-Probabilistik


Metode pemilihan sampel nonrobabilistik adalah metode yang tidak
memenuhi persyaratan teknis bagi pemilihan sampel non-probabilistik. Karena
metode tersebut tidak didasarkan pada probabilitas matematika keterwakilan sampel
mungkin sulit ditentukan.
Pemilihan Sampel Langsung
Dalam metoda pemilihan sampel langsung, auditor secara sengaja memilih setiap
unsur di dalam sampel berdasarkan kriteria menurut pertimbangannya sendiri dan tidak
memilihnya secara acak. Pendekatan yang digunakan yaitu:
1) Unsur Yang Paling Mungkin Berisi Kesalahan Penyajian.
Auditor sering kali bisa mengidentifikasi unsur populasi mana yang mungkin
mengandung kesalahan penyajian. Auditor bisa dengan efisien menyelidiki jenis
unsur semacam ini dan hasilnyan bisa di terapkan kepada populasi atas dasar
pertimbangannya sendiri. Dalam mengevaluasi sampel semacam itu, auditor biasanya
beranggapan bahwa apabila dari unsur yang dipilih tidak ada yang kesalahan
penyajian, maka populasi diperkirakan tidak mengandung kesalahan penyajian secara
material.
2) Unsur Yang Berisi Karakteristik Populasi
Dengan memilih satu atau lebih unsur yang memiliki karakteristik populasi
yang berbeda, auditor mungkin bisa merancang sampel yang representatif.
3) Unsur Bernilai Rupiah Besar
Auditor kadang-kadang dapat memilih suatu sampel yang mecakup sebagaian
besar dari total rupiah populasi dan dengan cara itu dapat mengurangi risiko menarik
kesimpulan yang tidak tepat karena tidak memeriksa unsur-unsur yang kecil.
Pemilihan Sampel Blok

Dalam pemilihan sampel blok, auditor memilih unsur pertama dalam suatu blok, dan
selanjutnya dipilih secara urutan. Penggunaan sampel blok biasanya dapat diterima
hanya apabila jumlah blok yang digunakan cukup banyak. Apabila hanya sedikit blok
yang digunakan, probabilitas untuk mendapatkan satu sampel yang tidak representatif
akan terlalu besar, terutama bila terjadi pergantian pegawai, terjadi perubahan sistem
akuntansi, dan adanya sifat musiman seperti yang sering dijumpai dalam banyak bisnis.

Pemilihan Sampel Sembarang (Haphazard)

Pemilihan sampel sembarang adalah pemilihan unsu-unsur tanpa suatu bias yang
disadari auditor. Dalam hal seperti ini, auditor memilih unsur populasi tanpa
mempertimbangkan ukuran, sumber, ataupun karakteristik pembeda lainnya. Kelemahan
paling serius pemilihan sampel sembarang adalah sulitnya memegang teguh untuk
sepenuhnya tidak bias dalam pemilihan.

D. Metoda Pemilihan Sampel Probabilistik


Sampling statistik mengharuskan digunakannya sampel probabilistik untuk
menghitung risiko sampling. Untuk sampel probabilistik, auditor tidak menggunakan
pertimbangan (judgement) tentang unsur sampel mana yang akan dipilih, kecuali dalam
memilih metoda seleksinya.
Pemilihan Sampel Acak Sederhana
Dalam suatu sampel acak sederhana, setiap kombinasi unsur populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk dimasukkan dalam sampel. Auditor menggunakan
sampling acak sederhana apabila tidak ada kebutuhan untuk menekankan pada satu atau
lebih tipe unsur populasi.
Nomor-nomor acak adalah serangkaian angka yang memiliki probabilitas yang sama
untuk terjadi dalam jangka panjang dan tidak memiliki pola tertentu. Para auditor sering
menghasilkan nomor-nomor acak dengan menggunakan salah satu dari tiga teknik
pemilihan sampel berbantuan komputer yaitu: electronic spreadsheets, random number
generators, dan generalized audit software. Program komputer memberi sejumlah
keuntungan yaitu: menghemat waktu, mengurangi kemungkinan auditor salah dalam
memilih nomor, dan mendokumentasikan secara otomatis.
Pemilihan Sampel Sistematik
Dalam pemilihan sampel sistematik, auditor menghitung suatu interval dan kemudian
memilih unsur-unsur untuk sampel berdasarkan ukuran interval. Interval ditentukan
dengan membagi ukuran populasi dengan ukuran sampel yang dikhendaki. Keuntungan
pemilihan sistematik adalah mudah penggunaannya. Dalam kebanyakan populasi, sampel
sistematik dapat dengan cepat ditarik dan secara otomatis meletakkan nomor-nomor
secara berurutan sehingga memudahkan untuk membuat dokumentasi. Kelemahan
pemilihan sampel sistematik adalah adanya kemungkinan terjadi bias.
Pemilihan Sampel Probabilitas Proporsional Terhadap Ukuran Dan Sampel
Berjenjang
Dalam banyak situasi audit jauh lebih menguntungkan memilih sampel
yang menekankan item-item populasi dengan julah tercatat yang lebih besar.
Ada dua cara untuk memperoleh sampel semacam itu:
1) Mengambil sampel yang kemungkinan terpilih setiap unsur individualnya
proporsional dengan jumlah rupiah di pembukuan.
2) Membagi populasi menjadi subpopulasi, biasanya dengan ukuran rupia h,
dan mengambil sampel yang lebih besar dari subpopulasi dengan ukuran
yang lebih besar.

E. Pemilihan Sampel Untuk Tingkat Penyimpangan


Auditor menggunakan sampel dalam pengujian pengendalian dan pengujian
substantif transaksi untuk menaksir persentase unsur-unsur dalam suatu populasi yang
berisi suatu karakteristik atau atribut. Persentase ini disebut tingkat kejadian atau tingkat
penyimpangan. Auditor menaruh perhatian pada jenis-jenis penyimpangan dalam
populasi data akuntansi berikut:
1) Penyimpangan dari pengendalian yang ditetapkan klien.
2) Kesalahan penyajian rupiah dalam populasi data transaksi.
3) Kesalahan penyajian rupiah dalam populasi detil saldo akun.
Pengetahuan tentang tingkat penyimpangan terutama berguna untuk penyimpangan
tipe satu dan tipe dua yang bersangkutan dengan transaksi. Oleh karena itu auditor banyak
menggunakan audit sampling yang mengukur tingkat penyimpangan dalam melakukan
pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi. Untuk penyimpangan tipe
tiga, auditor biasanya perlu menaksir jumlah total rupiah penyimpanan karena auditor
harus menetapkan apakah kesalahan penyajian material atau tidak.

F. Penerapan Pemilihan Sampel Audit Non-Statistik


Auditor menggunakan 14 langkah untuk menerapkan audit sampling dalam pengujian
pengendalian dan pengujian substantif transaksi. Langkah-langkah tersebut terbagi dalam
tiga tahapan .
1) Merencanakan Sampel
(1) Tetapkan tujuan pengujian audit.
(2) Tentukan apakah audit sampling bisa diterapkan.
(3) Rumuskan atribut dan kondisi penyimpangan.
(4) Rumuskan populasi.
(5) Rumuskan unit sampling.
(6) Tetapkan tingkat penyimpangan bisa ditoleransi.
(7) Tetapkan risiko penetapan risiko pengendalian terlalu rendah yang bisa diterima.
(8) Taksirlah tingkat penyimpangan populasi.
(9) Tentukan ukuran sampel awal.
2) Memilih Sampel dan Melaksanakan Prosedur Audit
(10) Pilihlah Sampel.
(11) Laksanakan prosedur audit.
3) Mengevaluasi Hasil
(12) Lakukan generalisasi dari sampel ke populasi.
(13) Lakukan analisis penyimpangan
(14) Tentukan akseptabilitas populasi.
Menetapkan Tujuan Pengujian Audit

Tujuan pengujian harus ditetapkan sesuai dengan siklus transaksi yang akan diuji.
Biasanya auditor merumuskan tujuan pengujian pengendalian dan pengujian substanntif
transaksi sebagai berikut:
1) Menguji efektivitas operasi pengendalian.
2) Menentukan apakah transaksi berisi kesalahan penyajian rupiah.
Tujuan pengujian ini dalam siklus penjualan dan pengumpulan piutang biasanya
adalah untuk menguji efektivitas pengendalian intern untuk penjualan dan penerimaan
kas dan menentukan apakah transaksi penjualan dan penerimaan kas berisi kesalahan
penyajian rupiah.
Menentukan Apakah Sampling Audit Bisa Diterapkan
Audit sampling bisa diterapkan apabila auditor merencanakan untuk memperoleh
kesimpulan tentang populasi berdasarkan suatu sampel. Auditor harus melihat ke
program audit dan memilih prosedur mana yang bisa diterapkan dengan menggunakan
sampling audit.
Perumusan Populasi
Populasi adalah unsur-unsur yang ingin digeneralisasi oleh auditor. Auditor bisa
merumuskan populasi untuk mengikutsertakan setiap unsur yang diinginkan, tetapi ketika
mereka menarik sampel, unsur tersebut harus dipilih dari keseluruhan populasi
sebagaimana yang telah dirumuskan.
Perumusan Unit Sampling
Unit sampling dirumuskan oleh auditor berdasarkan definisi tentang populasi dan
tujuan pengujian audit. Unit sampling adalah langkah awal dalam melaksanakan
pengujian audit.
Menetapkan Tingkat Penyimpangan Bisa Ditoleransi
Penetapan tingkat penyimpangan bisa ditoleransi atau tolerable exception rate (TER)
untuk setiap atribut membutuhkan pertimbangan profesional auditor. TER
mencerminkan tingkat penyimpangan tertinggi yang bisa diterima auditor dalam suatu
pengendalian yang sedang diuji dan masih dapat disimpulkan bahwa pengendalian
berjalan efektif (dan atau tingkat kesalahan penyajian jumlah rupiah dalam transaksi yang
bisa diterima.
Seberapa besar TER yang dipandang memadai, berkaitan dengan materialitas dan
oleh karena itu dipengaruhi oleh perumusan atribut dan arti pentingnya atribut dalam
perencanaan audit. Apabila hanya satu pengendalian internal yang digunakan untuk
mendukung suatu penetapan risiko pengendalian yang rendah untuk suatu tujuan, TER
akan lebih rendah untuk atribut, dibandingkan dengan apabila ada sejumlah pengendalian
yang digunakan untuk mendukung suatu penetapan risiko pengendalian yang rendah
untuk tujuan yang sama. TER akan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ukuran
sampel.
Merumuskan Risiko Yang Bisa Diterima Untuk Penetapan Risiko Pengendalian
Terlalu Rendah
Untuk sampling audit dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif
transaksi, risiko tersebut disebut risiko yang bisa diterima untuk penetapan risiko
pengendalian terlalu rendah atau acceptable risk of assessing control risk too low
(ARACR). ARACR mengukur risiko yang bisa diterima auditor untuk menerima bahwa
pengendalian efektif (atau tingkat kesalahan penyajian yang bisa diterima) padahal
tingkat penyimpangan populasi yang sesungguhnya lebih besar dari TER.
Menaksir Tingkat Penyimpangan Populasi
Auditor harus menaksir di muka tingkat penyimpangan populasi untuk merencanakan
ukuran sampel yang tepat. Apabila taksiran tingkat penyimpangan populasi estimated
population exception rate (EPER) rendah, maka ukuran sampel yang relatif kecil akan
memuaskan tingkat penyimpangan yang bisa di toleransi sebagaimana ditetapkan auditor,
karena hanya diperlukann suatu tingkat ketepatan taksiran yang rendah.
Menentukan Ukuran Sampel
Ada empat faktor yang menentukan ukuran sampel awal untuk sampling audit, yaitu:
TER, ARACR, dan EPER. Ukuran populasi bukan faktor yang signifikan dan biasanya
bisa diabaikan, terutama apabila populasinya besar.
Sensitivitas Ukuran Sampel Terhadap Suatu Perubahan Dalam Faktor Penentu
Tabel brikut menunjukkan bahwa pengaruh terhadap sampel yang disebabkan oleh
kenaikan setiap faktor secara independen. Pengaruh sebaliknya akan terjadi apabila
terjadi penurunan pada suatu faktor.
Pengaruh Perubahan Faktor Penentu Terhadap Ukuran Sampel
Jenis Perubahan Pengaruh Terhadap Ukuran Sampel
Awal
Kenaikan risiko bisa diterima untuk Turun
penetapan risiko pengendalian terlalu
rendah.
Kenaikan tingkat penyimpangan bisa Turun
ditoleransi.
Kenaikan taksiran tingkat penyimpangan Naik
populasi
Kenaikan ukuran populasi Naik (pengaruhnya kecil)

Memilih Sampel
Setelah auditor menentukan ukuran sampel awal untuk penerapan sampling audit,
auditor harus memilih unsur-unsur dalam populasi yang akan diikutsertakan dalam
sampel. Auditor dapat melakukan pemilihan sampel dengan metoda probabilistik dan
non-probabilistik.
Melaksanakan Prosedur Audit
Auditor melaksanakan prosedur audit dengan memeriksa unsur-unsur dalam sampel
untuk menentukan apakah unsur tersebut konsisten dengan definisi dari atribut dan
dengan mencatat semua penyimpangan yang ditemukan.
Generalisasi Dari Sampel Ke Populasi
Tingkat penyimpangan sampel atau sampel exception rate (SER) dapat dengan
mudah dihitung dari hasil sampel sesungguhnya.
Menganalisis Penyimpangan
Sebagai tambahan atas penentuan SER untuk setiap atribut dan mengevaluasi apakah
penyimpangan sesungguhnya (yang tidak diketahui) kemungkinan lebih besar dari
tingkat penyimpangan bisa ditoleransi, auditor harus menganalisis penyimpangan
individual untuk menentukan titik lemah dalam pengendalian interen yang
memungkinkan terjadinya penyimpangan.
Memutuskan Akseptabilitas Populasi
Pada saat melakukan generalisasi dari sampel ke populasi, kebanyakan auditor yang
menggunakan sampling non-statistik mengurangkan SER dari TER dan mengevaluasi
apakah selisihnya kesalahan sampling terhitung cukup besar. Apabila auditor
berkesimpulan bahwa selisih cukup besar, maka pengendalian yang diuji dapat
digunakan untuk mengurangi penetapan risiko pengendalian sebagaimana direncanakan,
dengan asumsi analisis yang cermat tentang penyimpangan tidak menunjukkan
kemungkinan adanya masalah signifikan lain dalam pengendalian internal.
Merivisi TER atau ARACR
Alternatif ini harus diikuti hanya apabila auditor telah berkesimpulan bahwa
spesifikasi aslinya terlalu konservatif.
Memperbesar Ukuran Sampel
Peningkatan dalam ukuran sampel akan berpengaruh pada penurunan kesalahan
sampling apabila tingkat penyimpangan sampel sesungguhnya tidak meningkat.
Merivisi Penetapan Risiko Pengendalian
Apabila hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi tidak
mendukung penetapan risiko pengendalian pendahuluan, auditor harus merivisi
penetapan risiko pengendalian ke atas.
Berkomunikasi Dengan Komite Audit Atau Manajemen
Komunikasi diperlukan, bersamaan dengan salah satu dari ketiga tindakan diatas,
bagaimanapun bentuk penyimpangannya. Auditor harus melakukan komunikasi secara
tertulis kepada pihak-pihak yang berwenang.
Pendokumentasian Yang Memadai
Auditor harus menyimpan catatan yang memadai tentang prosedur-prosedur yang
telah dilakukan, metoda yang telah digunakan dalam memilih sampel dan pelaksanaan
pengujian, hasil yang diperoleh dari pengujian, dan kesimpulan yang dicapai,
Dokumentasi diperlukan baik untuk sampling statistik maupun non-statistik untuk
mengevaluasi hasil dari semua pengujian dan untuk mempertanggungjawabkan
pelaksanaan audit jika diperlukan.

G. Sampling Audit Statistik


Metoda sampling statistik yang paling umum digunakan untuk pengujian
pengendalian dan pengujian substantif transaksi adalah sampling atribut. Penerapan
sampling atribut untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi lebih
banyak persamaannya dengan sampling non-statistik dibandingkan dengan
perbedaannya.

H. Distribusi Sampling
Distribusi sampling adalah frekuensi distribusi hasil dari seluruh sampel yang
mungkin dari suatu ukuran tertentu yang bisa dicapai dari suatu populasi yang berisi
sejumlah karakteristik spesifik. Distribusi sampling memungkinkan auditor untuk
membuat pernyataan probabilitas tentang kemungkinan keterwakilan setiap sampel yang
ada dalam distribusi.

I. Penerapan Sampling Atribut


1) Merencanakan Sampel
(1) Menetapkan tujuan pengujian audit.
(2) Memastikan apakah sampling audit bisa diterapkan.
(3) Merumuskan atribut dan kondisi penyimpangan.
(4) Merumuskan populasi.
(5) Merumuskan unit sampling.
(6) Merumuskan tingkat penyimpangan bisa ditoleransi.
(7) Menetapkan risiko bisa diterima untuk penetapan risiko pengendalian terlalu
rendah.
(8) Menaksir tingkat penyimpangan populasi.
(9) Menentukan ukuran sampel awal.
2) Penggunaan Tabel
Apabila auditor akan menggunakan tabel untuk menentukan ukuran sampel awal,
harus diikuti empat tahap berikut ini:
(1) Pilih tabel yang cocok dengan ARACR.
(2) Tentukan lokasi TER pada bagian atas tabel.
(3) Tentukan lokasi EPER pada kolom paling kiri.
(4) Baca kolom TER yang sesuai kebawah hingga memotong baris EPER yang
sesuai. Angka yang tertulis dalam titik perpotongan itu menunjukkan ukuran
sampel awal.

Kebutuhan Akan Pertimbangan Profesional

Salah satu kritik terhadap pemakaian sampling statistik adalah bahwa metoda
statistik telah mengurangi penggunaan pertimbangan profesional auditor. Apabila
diterapkan dengan benar, sampling atribut menuntut auditor untuk menggunakan
pertimbangan profesional pada berbagai tahapan. Untuk memilih ukuran sampel awal,
auditor terutama akan menggantungkan pada TER dan ARACR yang membutuhkan
pertimbangan profesional tingkat tinggi, demikian pula untuk EPER diperlukan
penaksiran yang cermat. Hal ini sama juga terjadi dalam penilaian akhir tentang
kecukupan penerapan sampling atribut keseluruhan, termasuk kecukupan ukuran
sampel, juga harus didasarkan pada pertimbangan profesional tingkat tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Al Haryono Jusup. 2014. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA). Yogyakarta: Sekolah


Tinggi Ilmu Manajemen YPKN.

Anda mungkin juga menyukai