Anda di halaman 1dari 13

PENGAUDITAN II

SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN


SUBSTANTIF TRANSAKSI

Oleh :

Kelompok 2

I Gede Aditya Wibawa (1907531259)

I Wayan Ari Wiguna (1907531263)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2021

PEMBAHASAN
SAMPEL REPRESENTATIF

Suatu hasil sampel bisa menjadi tidak representatif karena kesalahan non-sampling dan
kesalahan sampling. Kedua risiko ini dapat dikendalikan. Risiko non-sampling adalah risiko suatu
pengujian audit tidak dapat mengungkapkan adanya penyimpangan dalam sampel. Dua penyebab
risiko non-samling yaitu auditor gagal mengetahui adanya penyimpangan dan tidak tepat atau tidak
efektifnya prosedur audit. Risiko Sampling adalah risiko auditor mencapai suatu kesimpulan yang
keliru karena sampel tidak mencerminkan populasi. Risiko sampling adalah bagian inheren dari
sampling yang disebabkan karena pengujian tidak dilakukan terhadap keseluruhan populasi. Auditor
mempunyai dua cara dalam menghadapi risiko sampling yaitu : mengubah ukuran sampel dan
menggunakan metode yang tepat untuk memilih unsur sampel dari populasi.

Auditor mempunyai dua cara untuk mengontrol risiko sampling, yaitu:

1. Mengubah ukuran sampel


2. Menggunakan metoda yang tepat untuk memilih unsur sampel dari populasi.

Menaikkan ukuran sampel akan mengurangi risiko sampling, dan sebaliknya. Penggunaan metoda
pemilihan sampel yang tepat meningkatkan kemungkinan keterwakilan. Hal ini tidak mengurangi
risiko sampling, tetapi memungkinkan auditor untuk mengukur risiko yang berkaitan dengan suatu
ukuran sampel apabila digunakan metoda statistik dalam pemilihan dan penilaian sampel.

SAMPLING STATISTIK DAN SAMPLING NON STATISTIK SERTA PEMILIHAN


SAMPEL PROBABILISTIK DAN NON PROBABILISTIK

▪ Sampling statistik dan sampling non-statistik

Kedua kategori ini serupa karena terdiri dari tiga tahapan yaitu:

1. Merencanakan sampel
2. Memilih sampel dan melakukan pengujian
3. Mengevaluasi hasil

Tujuan perencanaan sampel adalah untuk memastikan bahwa pengujian audit dilaksanakan
sedemikian rupa sehingga menghasilkan risiko sampling yang diinginkan dan meminimumkan
kemungkinan terjadinya kesalahan non-sampling.

Sampling statistik : berbeda dari sampling non-statistik. Dalam metode ini dengan
menerapkan aturan matematika, auditor dapat menguantifikasi (mengukur) risiko sampling dalam
perencanaan sampel (tahap 1), dan dalam mengevaluasi hasil (tahap 3).
Sampling non-statistik: auditor tidak menguantifikasi risiko sampling. Auditor memilih
unsur – unsur sampel yang diyakininya akan memberikan informasi yang paling bermanfaat, dalam
situasi yang dihadapi, dan menyampaikan kesimpulan tentang populasi berdasarkan hasil
pertimbangannya.

▪ Pemilihan Sampel Probabilistik dan Non-Probabilistik

Pemilihan sampel probabilistik, auditor memilih sampel – sampel secara acak yang setiap unsur
populasinya memiliki probabilitas yang diketahui untuk dimasukkan dalam sampel. Proses ini
membutuhkan ketelitian yang tinggi dan menggunakan salah satu dari berbagai metode. Pemilihan
sampel non-probabilitas, auditor mimilih unsur sampel dengan menggunakan pertimbangan
profesionalnya, tidak menggunakan metode probabilistik. Auditor dapat memilih salah satu dari
metode pemilihan sampel non-probabilistik.

▪ Penerapan Sampling Statistik dan Non-Statistik dalam Praktik Serta Metode Pemilihan
Sampel

Ada tiga metode pemilihan sampel yang lazim yang berhubungan dengan sampling audit non-
statistik. Ketiganya adalah non-probabilistik. Ada empat tipe metode pemilihan sampel yang
berhubungan dengan sampling audit statistik. Keempat metode tersebut adalah probabilistik. Metode
pemilihan sampel non-probabilistik (judgemental) terdiri dari :

1. Pemilihan sampel langsung (Directed sample selection)


2. Pemilihasn sampel blok ( Block sample selection)
3. Pemilihan sampel sembarang ( Haphazard sample selection)

Metode pemilihan sampel probabilistik terdiri dari:

1. Pemilihan sampel acak sederhana ( simple random sample)


2. Pemilihan sampel sistematik ( systematic sample selection)
3. Pemilihan sampel probabiliatas proportional dengan ukuran (probability proportional ti size
sample selection)
4. Pemilihan sampel berjenjang ( stratified sample selection)

METODE PEMILIHAN SAMPEL NONPROBABILISTIK

▪ Pemilihan Sampel Langsung,


Dalam metode ini auditor secara sengaja memilih unsur di dalam sampel berdasarkan kriteria
menurut pertimbangannya sendiri dan tidak memilih secara acak.
▪ Unsur yang Paling Mungkin Berisi Kesalahan Penyjian
Dalam mengevaluasi sampel, auditor biasanya beranggapan bahwa apabila dari unsur yang
dipilih tidak ada yang tidak mengandung kesalahan penyajian, ,maka populasi diperkirakan
tidak mengandung kesalahan penyajian secara material.
▪ Unsur yang Berisi Karakteristik Populasi Tertentu
Dengan memilih satu atau lebih unsur yang memiliki karakteristik populasi yang berbeda,
auditor mungkin bisa merancang sampel yang representatif.
▪ Unsur Bernilai Rupiah Besar
Cara ini merupakan pendekatan yang praktis, terutama pada perusahaan kecil, dimana
sejumlah kecil unsur populasi membentuk bagian besar dari nilai total populasi.
▪ Pemilihan Sampel Blok
Penggunaan sampel blok biasanya dapat diterima hanya apabila jumlah blok yang digunakan
cukup banyak. Apabila hanya sedikit blok yang digunakan, probabilitas untuk mendapatkan
satu sampel yang tidak representatif akan terlalu besar, terutama bila terjadi pergantian
pegawai, terjadi perubahan sistem akuntansi, dan adanya sifat musiman yang sering dijumpai
dalam banyak bisnis.
▪ Pemilihan Sampel Sembarang
Pemilihan sampel sembarang adalah pemilihan unsur – unsur tanpa suatu bias yang disadari
auditor. Dalam hal ini auditor memilih unsur populasi tanpa mempertimbangkan ukuran,
sumber, ataupun karakteristik pembeda lainnya.

METODE PEMILIHAN SAMPEL PROBABILISTIK

Sampling statistik mengharuskan menggunakan sampel probabilistik untuk menghitung risiko


sampling. Untuk sampel probabilistik, auditor tidak menggunakan pertimbangan tentang unsur
sampel mana yang akan dipilih, kecuali dalam memilih metode seleksinya.

• Pemilihan Sampel Acak Sederhana


Dalam suatu sampel acak sederhana, setiap kombinasi unsur populasi mempunyai kesempatan
yang sama untuk dimasukkan dalam sampel. Auditor menggunakan sampel acak sederhana
apabila tidak ada kebutuhan untuk menekankan pada satu atau lebih tipe unsuir populasi.
Nomor-nomor acak adalah serangkaian angka yang memiliki probabilitas yang sama untuk
terjadi dalam jangka panjang dan tidak memiliki pola tertentu. Para auditor sering
menghasilkan nomor-nomor acak dengan menggunakan salah satu dari tiga teknik pemilihan
sampel berbantuan komputer yaitu: electronic spreadsheets, random number generators, dan
generalized audit software.
• Pemilihan Sampel Sistematik
Keuntungan pemilihan sistematik adalah mudah penggunaannya. Dalam kebanyakan
populasi, sampel sistematik dapat dengan cepat ditarik dan secara otomatis meletakkan nomor
– nomor secara berurutan sehingga memudahkan untuk membuat dokumentasi. Sedangkan
kelemahannya adalah adanya kemungkinan terjadinya bias.
• Pemilihan Sampel Probabilitas Terhadap Ukuran dan Sampel Berjenjang
Ada dua cara untuk memperoleh sampel seperti itu:
1. Mengambil sampel yang kemungkinan terpilih setiap unsur individualnya proporsional
dengan jumlah rupiah dipembukuan. Metode ini disebut pemilihan sampel probabilitas
proporsional dengan ukuran (PPU), dan kemudian dievaluasi dengan menggunakan
sampling non-statistik atau sampling statistik unit moneter.
2. Membagi populasi menjadi subpopulasi, biasanya dengan ukuran rupiah, dan mengambil
sampel yang lebih besar dari subpopulasi dengan ukuran yang lebih besar. Hal ini disebut
pemilihan sampel berjenjang, dan dievaluasi dengan menggunakan sampling non-statistik
atau sampling statistik variabel.

PEMILIHAN SAMPEL UNTUK TINGKAT PENYIMPANGAN

Auditor menggunakan sampel dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif


transaksi untuk menaksir presentase unsur – unsur dalam suatu populasi yang berisi suatu
karakteristik atau atribut. Presentase ini disebut tingkat keterjadian,. Atau tingkat penyimpangan.
Auditor menaruh perhatian pada jenis-jenis penyimpangan dalam populasi data akuntansi berikut:

1. Penyimpangan dari pengenmdalian yang ditetapkan klien


2. Kesalahan penyajian rupiah dalam populasi data transaksi
3. Kesalahan penyajian rupiah dalam populasi detil saldo akun.

Pengetahuan tingkat penyimpangan terutama berguna untuk penyimpangan tipe satu dan tipe
dua yang bersangkutan dengan transaksi. Oleh karena itu auditor banyak menggunakan audit
sampling yang mengukur tingkat penyimpangan dalam melakukan pengujian pengendalian dan
pengujian substantif transaksi.

Auditor mengambil suatu sampel duplikat faktur penjualan dan menerapkan persentase
faktur yang tidak dilampiri dokumen pengiriman barang. Selanjutnya auditor menyimpulkan bahwa
tingkat penyimpangan sampel adalah taksiran terbaik untuk tingkat penyimpangan populasi. Karena
tingkat penyimpangan didasarkan pada suatu sampel, terdapat kemungkinan signifikan bahwa tingkat
penyimpangan sampel berbeda dari tingkat penyimpangan populasi yang sesungguhnya. Perbedaan
ini disebut kesalahan sampling. Auditor perlu berhati-hati dengan taksiran kesalahan sampling dan
keandalan dari taksiran tersebut yang disebut risiko sampling.

PENERAPAN PEMILIHAN SAMPEL AUDIT NON-STATISTIK

Auditor menggunakan 14 langkah untuk menerapkan audit sampling dalam pengujian


pengendalian dan pengujian substantif transaksi. Langkah – langkah tersebut terbagi dalam tiga
tahapan yaitu :

▪ Merencanakan sampel
a. Tetapkan tujuan pengujian audit
b. Tentukan apakah audit sampling bisa diterapkan
c. Rumuskan atribut dan kondisi penyimpangan
d. Rumuskan populasi
e. Rumuskan unit sampling
f. Tetapkan tingkat penyimpangan bisa ditoleransi
g. Tetapkan risiko penetapan risiko pengendalian terlalu rendah yang bisa diterima
h. Taksirlah tingkat penyimpangan populasi
i. Tentukan ukuran sampel awal
▪ Memilih sampel dan melaksanakan prosedur audit
a. Pilihlah sampel
b. Laksanakan prosedur audit
▪ Mengevaluasi hasil
a. Lakukan generalisasi dari sampel ke populasi
b. Lakukan analisis penyimpangan
c. Tentukan aksetabilitas populasi
1. Menetapkan tujuan pengauditan audit
Tujuan pengujian audit harus ditetapkan sesuai dengan siklus transaksi yang akan diuji.
Biasanya auditor merumuskan tujuan pengujian pengendalian dan pengujian substantif
transaksi sebsgai berikut :
- Menguji efektivitas operasi pengendalian
- Menentukan apakah transaksi berisi kesalahan penyajian rupiah.
2. Menentukan apakah sampling audit bisa diterapkan
Audit sampling bisa diterapkan apabila auditor merencanakan untuk memperoleh
kesimpulan tentang populasi berdasarkan suatu sampel. Sebagai contoh, berikut ini adalah
sebagian dari program audit:
1) Review transaksi penjualan apakah ada yang berjumlah besar atau tidak biasa
2) Lakukan pengamatan (observasi) apakah tugas yang menangani piutang dan kas terpisah
3) Periksa suatu sampel duplikat faktur penjualan
4) Pilihlah suatu sampel dokumen pengiriman barang dan telusurilah ke duplikat faktur
penjualan yang bersangkutan
5) Bandingkan kuantitas pada setiap duplikat faktur penjualan dengan kuantitas pada
dokumen pengiriman barang yang bersangkutan.
3. Merumuskan atribut dan kondisi – kondisi penyimpangan
Apabila atribut tidak dirumuskan di muka dengan cermat, para staf audit yang
melaksanakan prosedur audit tidak memiliki pegangan untuk mengidentifikasi
penyimpangan. Atribut dan kondisi penyimpangan untuk sampling audit diambil langsung
dari prosedur audit yang ditetapkan auditor.
4. Perumusan populasi
Populasi adalah unsur – unsur yang ingin digeneralisasi oleh auditor. Auditor bisa
merumuskan populasi untuk mengikutsertakan setiap unsur yang diinginkan, tetapi ketika
mereka menarik sampel, unsur tersebut harus terpilih dari keseluruhan dari populasi
sebagaimana yang telah dirumuskan.
5. Perumusan unit sampling
Unit sampling dirumuskan oleh auditor berdasarkan definisi tentang populasi dan tujuan
pengujian audit. Unit sampling adalah unit fisik yang berkaitan dengan nomor – nomor acak
yang akan digeneralisasi oleh auditor. Unit sampling adalah langkah awal dalam pelaksanaan
pengujian audit.
6. Menetapkan tingkat penyimpangan bisa ditoleransi
Penetapan tingkat penyimpangan bisa ditoleransi atau tolerable exception rate (TER)
untuk setiap atribut membutuhkan pertimbangan profesional auditor. TER akan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap ukuran sampel. Ukuran sampel yang lebih besar akan
dibutuhkan untuk TER yang rendah dibandingkan dengan untuk TER yang tinggi.
7. Merumuskan risiko yang bisa diterima untuk penetapan risiko pengendalian terlalu
rendah
Untuk sampling audit dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif, risiko
tersebut disebut risiko yang bisa diterima untuk penetapan risiko pengendalian terlalu rendah
atau acceptable risk of assesing control risk top low (ARACR). ARACR mengukur risiko
yang bisa diterima auditor untuk diterima bahwa pengendalian efektif (atau tingkat kesalahan
penyajian yang bisa diterima) padahal tingkat penyimpangan populasi yang sesungguhnya
lebih besar daripada TER.
8. Menaksir tingkat penyimpangan populasi
Apabila taksiran tingkat penyimpangan populasi atau estimated population excepation
rate (EPER) rendah, maka ukuran sampel yang relatif kecil akan memuaskan tingkat
penyimpangan yang bisa ditoleransi sebagaimana ditetapkan auditor, karena hanya diperlukan
suatu tingkat ketepatan taksiran yang rendah.
9. Menentukan ukuran sampel
Ada empat faktor yang meentukan ukuran sampel awal untuk sampling audit, yaitu :
ukuran populasi, TER, ARACR, dan EPER. Ukuran populasi bukan faktor yang signifikan
dan biasanya bisa diabaikan, terutama apabila populasinya besar.
10. Sensitivitas ukuran sampel terhadap suatu perubahan dalam faktor penentu
Untuk memahami konsep yang melandasi sampling dalam pengauditan, maka harus
memahami pengaruh dari kenaikan atau penurunan yang terjadi pada salah satu dari keempat
keempat faktor yang menentukan ukuran sampel, dengan asumsi bahwa faktor lainnya
konstan.
11. Memilih Sampel
Setelah auditor menentukan ukuran sampel awal untuk penerapan sampling audit, auditor
harus memilih unsur-unsur dalam populasi yang akan diikutsertakan dalam sampel. Auditor
dapat melakukan pemilihan sampel dengan metoda probabilistik atau non probabilistik.
12. Melaksanakan Prosedur Audit
Auditor melaksanakan prosedur audit dengan memeriksa unsur-unsur dalam sampel
untuk menentukan apakah unsur tersebut konsisten dengan definisi dari atribut dan dengan
mencatat semua penyimpangan yang ditemukan.
13. Generalisasi Dari Sampel Ke Populasi
Untuk metode non statistik auditor bisa menggunakan dua cara untuk melakukan
generalisasi dari sampel ke populasi:
a. Tambahkan suatu taksiran kesalahan sampling ke SER sehingga diperoleh tingkat batas
atas penyimpangan terhitung untuk suatu ARACR tertentu.
b. Kurangkan suatu tingkat penyimpangan sampel dari tingkat penyimpangan bisa
ditoleransi sehingga bisa diketahui kesalahan sampling.
14. Menganalisa Penyimpangan
Penyimpangan bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti misalnya kecerobohan
pegawai, salah mengartikan instruksi atau kesalahan yang memang disengaja dalam
melaksanakan prosedur. Sifat suatu penyimpangan dan penyebabnya memiliki pengaruh
signifikan terhadap penilaian kualitatif atas sistem.
15. Memutuskan Akseptabilitas Populasi
Pada saat melakukan generalisasi dari sampel ke populasi, kebanyakan auditor yang
menggunakan sampling non statistik mengurangkan SER dari TER dan mengevaluasi apakah
selisihnya cukup besar. Apabila auditor berpendapat bahwa TER-SER adalah terlalu kecil
untuk menyimpulkan bahwa populasi bisa diterima atau apabila SER lebih besar daripada
TER, auditor harus mengikuti salah satu dari empat tindakan berikut:
a. Merevisi TER atau ARACR
b. Memperbesar Ukuran Sampel
c. Merevisi Penetapan Risiko Pengendalian
d. Berkomunikasi dengan Komite Audit atau Manajemen
16. Pendokumentasian Yang Memadai
Auditor harus menyimpan catatan yang memadai tentang prosedur –prosedur yang telah
dilakukan, metode yang telah digunakan dalam memilih sampel dan pelaksanaaan pengujian,
hasil yang diperoleh dari pengujian, dan kesimpulan yang dicapai. Dokumentasi diperlukan
baik untuk sampling statistik maupun non statistik untuk mengevaluasi hasil dari semua
penguian dan untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan audit jika diperlukan.

SAMPLING AUDIT STATISTIK

Metode sampling statistik yang paling umum digunakan untuk pengujian pengendalian
dan pengujian substantif transaksi adalah sampling atribut. Sampling non statistik juga
mempunyai atribut yaitu karakteristik dalam populasi yang akan diuji, tetapi istilah sampling
atribut hanya digunakan dalam sampling statistik. Penerapan sampling atribut untuk
pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi lebih banyak persamaannya
dengan sampling non statistik dibandingkan dengan perbedaannya.

DISTRIBUSI SAMPLING

Distribusi sampling adalah frekuensi distribusi hasil dari seluruh sampel yang mungkin dari
suatu ukuran tertentu yang bisa dicapai dari suatu populasi yang berisi sejumlah karakteristik
spesifik. Distribusi sampling memungkinkan auditor untuk membuat pernyataan.

PENERAPAN SAMPLING ATRIBUT

Merencanakan Sample

1. Menerapkan tujuan pengujian audit. Baik untuk sampling atribut maupun sampling
nonstatistik.
2. Memastikan apakah sampling audit bisa ditetapkan. Baik untuk sampling atribut maupun
sampling nonstatistik.
3. Merumuskan atribut dan kondisi penyimpangan. Baik untuk sampling atribut maupun
sampling nonstatistik.
4. Merumuskan populasi. Baik untuk sampling atribut maupun sampling nonstatistik.
5. Merumuskan unit sampling. Baik untuk sampling atribut maupun sampling nonstatistik.
6. Merumuskan tingkat penyimpangan bisa ditoleransi. Baik untuk sampling atribut maupun
sampling nonstatistik.
7. Menetapkan risiko bisa diterima untuk penetapan risiko pengendalian terlalu rendah. Konsep
ini sama, Baik untuk sampling atribut maupun sampling nonstatistik, tetapi metode untuk
mengkuantifikasi biasanya berbeda. Untuk sampling nonstatistik, auditor biasanya
menggunakan risiko bisa diterima yang rendah,medium, atau tinggi. Dalam metoda sampling
atribut, auditor biasanya menetapkan suatu jumlah tertentu,misalnya risiko 10% atau 5%.
Metode ini berbeda karena auditor perlu mengevaluasi hasil secara statistik.
8. Menaksir tingkat penyimpangan populasi. Sama,baik untuk sampling atribut maupun
sampling nonstatistik.
9. Menentukan ukuran sample awal. Ada 4 indikator yang menentukan ukuran sample awal, baik
untuk sampling atribut maupun sampling nonstatistik,yaitu: ukuran populasi, TER, ARACR,
dan EPER. Dalam sampling atribut, auditor menentukan ukuran sampel dengan menggunakan
program komputer atau tabel yang dikembangkan dari formula statistik.

Penggunaan Tabel

Apabila auditor akan menggunakan tabel untuk menentukan ukuran sampel awal, harus diikuti
empat tahap berikut ini:

i. Pilih tabel yang cocok dengan ARACR.


ii. Tentukan lokasi TER pada bagian atas tabel.
iii. Tentukan lokasi EPER pada kolom paling kiri.
iv. Baca kolom TER yang sesuai ke bawah hingga memotong baris EPER yang sesuai. Angka
yang tertulis dalam titik perpotongan itu menunjukan ukuran sampel awal.

Pengaruh dari Ukuran Populasi

Dalam pembahasan sebelumnya, auditor mengabaikan ukuran populasi dalam penentuan


ukuran sample awal. Teori statistika menunjukan bahwa pada populasi dimana diterapkan sampling
atribut, ukuran populasi hanya menjadi pertimnbangan kecil dalam penentuan ukuran sampel. Karena
kebanyakan auditor menggunakan sampling atribut untuk populasi yang besar, maka pengurangan
ukuran sampel untuk populasi yang lebih kecil.
Memilih Sampel dan Melaksanakan Prosedur Audit

10. Memilih sampel. Berbeda dengan metoda nonstatistika, pemilihan sampel pada metoda
statistika harus menggunakan metoda probabilistik. Untuk sampling atribut bisa digunakan
metoda sampling acak sederhana atau metoda sistematis.
11. Melaksanakan prosedur audit. Sama, baik untuk sampling atribut maupun sampling
nonstatistik.

Menilai Hasil

12. Generalisasi dari sample ke populasi. Untuk sampling atribut, auditor menghitung batas
presisi atas (CUER) pada suatu ARACR tertentu dengan menggunakan program komputer
khusus atau menggunakan tabel yang dibangun dari formula statistika.

Menggunakan Tabel.

Penggunaan tabel untuk menghitung CUER terdiri dari empat tahapan,yakni:

i. Memilih tabel yang sesuai dengan ARACR yang ditetapkan auditor. ARACR ini harus sama
dengan ARACR yang digunakan untuk menentukan ukuran sampel awal.
ii. Menentukan lokasi jumlah penyimpangan sesungguhnya yang ditemukan dalam pengujian
audit pada bagian atas tabel.
iii. Menentukan lokasi ukuran sample sesungguhnya pada kolom paling kiri.
iv. Baca kolom jumlah penyimpangan sesungguhnya yang sesuai ke bawah sampai memotong
baris ukuran sampel yang sesuai angka yang tercantum pada titik perpotongan adalah CUER.

KEBUTUHAN AKAN PERTIMBANGAN PROFESIONAL

Salah satu kritik terhadap pemakaian sampling statistik adalah bahwa metode statistik telah
mengurangi penggunaan pertimbangan profesional audit. Perbandingan tentang 14 tahapan untuk
sampling nonstatistik dan atribut menunjukan bahwa kritik tersebut tidak sepenuhnya benar. Apabila
diterapkan dengan benar, sampling atribut menurut auditor untuk menggunakan pertimbangan
profesional pada berbagai tahapan. Untuk memilih ukuran sample awal, auditor terutama
menggantungkan pada TER dan ARACR yang membutuhkan pertimbangan profesional tingkat
tinggi, demikian pula untuk EPER diperlukan penaksiran yang cermat. Hal yang sama juga terjadi
dalam penilaian akhir tentang kecukupan penerapan sampling atribut keseluruhan, termasuk
kecukupan ukuran sampel, juga harus didasarkan pada pertimbangan profesionali tingkat tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Al. Haryono Jusup. 2014. Auditing pengauditan berbasis ISA. YKPN: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai