Anda di halaman 1dari 7

RINGKASAN MATERI KULIAH

PENGAUDITAN 1
AUDIT SAMPLING

Akuntansi H Malam
Oleh:
Kelompok 13

1. Ni Putu Muspita Sari (05/ 1902622010394)


2. Adek Ayu Suastari Milenia (25/ 1902622010414)

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PRODI AKUNTANSI
2019
12.1. Perlunya Sampling Dalam Audit

Menurut PSA N0. 26 Sampling Audit adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang
dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan tujuan untuk
menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut. Ada alasan lain
bagi auditor untuk memeriksa kurang dari 100% unsur yang membentuk saldo akun atau
kelompok transaksi. Sebagai contoh, auditor mungkin hanya memeriksa beberapa transaksi
dari suatu saldo akun atau kelompok untuk memperoleh pemahaman atas sifat operasi entitas
atau memperjelas pemahaman atas pengendalian intern entitas. Audit sampling ini dapat
dilakukan dengan dua pendekatan umum, yaitu :

− Tidak menggunakan statistik (nonstatistik) dan


− Menggunakan statistik.

Kedua pendekatan tersebut mengharuskan auditor menggunakan pertimbangan


profesionalnya dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian sampel, serta dalam
menghubungkan bukti audit yang dihasilkan dari sampel dengan bukti audit lain dalam
penarikan kesimpulan atas saldo akun atau kelompok transaksi yang berkaitan. Kedua
pendekatan ini dapat digunakan dalam audit, karena tidak ada satu pihakpun yang dapat
menjamin bahwa salah satu di antara keduanya lebih baik dari yang lain. Sampling
dipergunakan untuk menginferensi karakteristik dari populasi. Keuntungan dari sampling itu
sendiri adalah :

− Menghemat sumber daya: biaya,waktu, tenaga


− Kecepatan mendapatkan informasi (up date)
− Ruang lingkup (cakupan) lebih luas
− Data/informasi yang diperoleh lebih teliti dan mendalam
− Pekerjaan lapangan lebih mudah disbanding cara sensus.
Rencana sampling untuk pengujian substantif dapat dirancang untuk :
− Memperoleh bukti bahwa saldo akun tidak mengandung salah saji yang material
− Membuat estimasi independen mengenai jumlah tertentu.
12.2. Jenis – Jenis Sampling
Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit yang dapat dipilih auditor untuk
memperoleh bukti audit kompeten yang memadai yaitu Sampling Statistik dan Sampling Non
Statistik.
1) Sampling Statistik Guy (1981)

Adalah penggunaan rencana sampling (sampling plan) dengan cara sedemikian rupa
sehingga hukum probabilitas digunakan untuk membuat statement tentang suatu populasi. Ada
dua syarat yang harus dipenuhi agar suatu prosedur audit bisa dikategorikan sebagai sampling
statistik. Pertama, sampel harus dipilih secara random. Random merupakan lawan arbritrari
atau judgemental. Seleksi random menawarkan kesempatan sampel tidak akan bias. Kedua,
hasil sampel harus bisa dievaluasi secara matematis. Jika salah satu syarat ini tidak terpenuhi
maka tidak bisa disebut sebagai sampling statistik. Untuk memilih sampel secara random ada
beberapa metode yang bisa digunakan :

 Simple Random Sampling

Menggunakan pemilihan random untuk memastikan bahwa tiap elemen populasi


mempunyai peluang yang sama dalam pemilihan. Tabel bilangan acak dapat dipakai untuk
mecapai kerandoman (randomness)

 Stratified Random Sampling

Membagi populasi dalam kelompokkelompok (grup/stratum) dan kemudian melakukan


pemilihan secara random untuk tiap kelompok. Kelebihan metode ini, pertama, pemilihan
sampel bisa dihubungkan dengan item kunci, serta bisa menggunakan teknik audit berbeda
untuk tiap stratum. Kedua, stratifikasi meningkatkan reliabilitas sampel dan mengurangi
besarnya sampel (sample size) yang dibutuhkan. Jika sampel yang homogen dikelompokkan
maka keefektifan dan keefisienan sampel bisa ditingkatkan

 Systematic Sampling

Menggunakan random strart point kemudian memilih tiap populasi ke n. Kelebihan utama
metode ini adalah penggunaannya mudah. Namun problem utama adalah kemungkinan masih
timbul sampel yang bias (Guy, 1981).

 Sampling Probability Proportional to Size (Dollar Unit Sampling)

Memilih sampel secara random sehingga probabilitas pilihan langsung terkait dengan nilai
(size). Dengan metode ini unit yang nilai tercatatnya besar secara proporsional akan memiliki
lebih banyak kesempatan untuk terpilih daripada unit yang nilai tercatatnya kecil.
2) Sampling Non Statistik
Merupakan pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan kriteria subyektif
berdasarkan pengalaman auditor. Guy (1981) mendefinisikan sampling yang sampelnya dipilih
secara subyektif, sehingga proses pemilihan sampel tidak random dan hasil penyampelan tidak
dievaluasi secara matematis. Ada beberapa metode pemilihan sampel yang dikategorikan
dalam sampling non statistik, sebagai berikut :
− Haphazard sampling

Auditor memilih sampel yang diharapkan representatif terhadap populasi lebih berdasar
judgement individu tanpa menggunakan perandom probabilistik (misalnya semacam tabel
bilangan random). Untuk menghindari bias, sampel dipilih tanpa memperhatikan ukuran,
sumber, atau ciri-ciri khas lainnya, Tetapi kelemahan utama metode ini adalah kesulitan untuk
benar-benar menghilangkan bias pemilihan.

− Block sampling

Menggunakan seleksi satu atau lebih kelompok elemen populasi secara berurut. Bila satu
item dalam blok terpilih maka secara berurut item-item berikutnya dalam blok akan terpilih
dengan otomatis. Metode ini secara teoritis merupakan metode pemilihan sampel yang
representatif namun jarang digunakan karena tidak efisien. Waktu dan biaya untuk memilih
sampel yang memadai agar representatif terhadap populasi sangat mahal (Guy dan Carmichael,
2001).

− Systematic sampling

Menggunakan start point yang ditentukan secara judgement kemudian memilih tiap
elemen populasi ke n. Sampel dipilih berdasarkan interval yang ditentukan dari pembagian
jumlah unit dalam populasi dengan jumlah sampel.

− Directed sampling

Menggunakan seleksi berdasarkan judgement elemen bernilai (high value) atau elemen
yang diyakini mengandung error. Auditor tidak mendasarkan pada pemilihan yang mempunyai
kesempatan sama (p robabilistik), namun lebih menitik beratkan pemilihan berdasarkan
kriteria.
12.3. Cara Melakukan Sampling
Langkah-langkah sampling dibagi dalam enam tahap:
1) Menyusun Rencana Audit
Kegiatan sampling audit diawali dengan penyusunan rencana audit. Pada tahap ini ditetapkan:
− Jenis pengujian yang akan dilakukan, karena berpengaruh pada jenis sampling yang
akan digunakan. Pada pengujian pengendalian biasanya digunakan sampling atribut,
dan pada pengujian substantif digunakan sampling variabel.
− Tujuan pengujian, pada pengujian pengendalian untuk meneliti derajat keandalan
pengendalian, sedangkan pengujian substantif tujuannya meneliti kewajaran nilai
informasi kuantitatif yang diteliti. Populasi yang akan diteliti, disesuaikan dengan
jenis dan tujuan pengujian yang akan dilakukan.
− Asumsi-asumsi yang akan digunakan dalam penelitian, terutama yang diperlukan
untuk menentukan unit sampel dan membuat simpulan hasil audit, seperti tingkat
keandalan, toleransi kesalahan, dan sebagainya.
2) Menetapkan Jumlah/Unit Sampel
Tahap berikutnya adalah menetapkan unit sampel. Jika digunakan metode sampling
statistik, unit sampel ditetapkan dengan menggunakan rumus/formula statistik sesuai dengan
jenis sampling yang dilakukan. Pada tahap ini hasilnya berupa pernyataan mengenai jumlah
unit sampel yang harus diuji pada populasi yang menjadi objek penelitian.
3) Memilih Sampel
Setelah diketahui jumlah sampel yang harus diuji, langkah selanjutnya adalah memilih
sampel dari populasi yang diteliti. Jika menggunakan sampling statistik, pemilihan sampelnya
harus dilakukan secara acak (random).
4) Menguji Sampel
Melalui tahap pemilihan sampel, peneliti mendapat sajian sampel yang harus diteliti.
Selanjutnya, auditor menerapkan prosedur audit atas sampel tersebut. Hasilnya, auditor akan
memperoleh informasi mengenai keadaan sampel tersebut.
5) Mengestimasi Keadaan Populasi
Selanjutnya, berdasarkan keadaan sampel yang telah diuji, auditor melakukan evaluasi
hasil sampling untuk membuat estimasi mengenai keadaan populasi. Misalnya berupa estimasi
tingkat penyimpangan/kesalahan, estimasi nilai interval populasi, dan sebagainya.
6) Membuat Simpulan Hasil Audit
Berdasarkan estimasi (perkiraan) keadaan populasi di atas, auditor membuat simpulan
hasil audit. Biasanya simpulan hasil audit ditetapkan dengan memperhatikan/ membandingkan
derajat kesalahan dalam populasi dengan batas kesalahan yang dapat ditolerir oleh auditor. Jika
kesalahan dalam populasi masih dalam batas toleransi, berarti populasi dapat dipercaya.
Sebaliknya, jika kesalahan dalam populasi melebihi batas toleransi, populasi tidak dapat
dipercaya.
Daftar Pustaka

Randol J. ELDER. 2011. Audit Dan Jasa Assurance Jilid 2 , Jakarta : ERLANGGA
AL. Haryono Jusup, 2014, Auditing Pengauditan Berbasisi ISA, STIE YKPN, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai