Anda di halaman 1dari 13

RINGKASAN MATERI KULIAH

PENGAUDITAN II
EKA446 / B2
SAMPLING AUDIT DAN METODE PENYAMPLINGAN UNTUK
PENGUJIAN RINCI SALDO

Dosen Pengampu :

Disusun Oleh :

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2023
SAMPLING AUDIT DAN METODE PENYAMPLINGAN UNTUK
PENGUJIAN RINCI SALDO

A. SAMPEL REPRESENTATIF
Sampel representatif (representative sample) adalah sampel yang
karakteristiknya hampir sama dengan yang dimiliki oleh populasi. Cara untuk
mengetahui apakah suatu sampel reperensentatif adalah dengan melakukan audit
terhadap terhadap keseluruhan populasi. Suatu hasil sampel bisa menjadi tidak
representatif karena kesalahan non sampling dan kesalahan sampling. Risiko dari
terjadinya dua jenis kesalahan ini adalah risiko non sampling dan risiko sampling.

B. SAMPLING STATISTIK DAN SAMPLING NONSTATISTIK SERTA


PEMILIHAN SAMPEL PROBABILISTIK DAN NONPROBABILISTIK
Adapun perbedaan antara sampel statistik dan sampel non statistik, dan
perbedaan antara pemilihan sampel probabilistik dan pemilihan sampel non
probabilistik.
a. Sampling Statistik dan Sampling Non-Statistik
Metode sampling audit dapat dibagi menjadi dua kategori utama, yakni
sampling statistik dan sampling nonstatistik. Kategori tersebut serupa karena
keduanya melibatkan tiga tahap:
1. Merencanakan sampel
2. Memilih sampel dan melakukan pengujian
3. Mengevaluasi hasil
Sampling statistik (statistical sampling) berbeda dari sampling
nonstatistik dalam hal bahwa, dengan menerapkan aturan matematika, auditor
dapat mengkuantifikasi risiko sampling dalam merencanakan sampel (langkah
1) dan dalam mengevaluasi hasil (langkah 3). Sampling nonstatistik
(nonstatistical sampling) auditor tidak mengkuantifikasikan sampling.
Sebaiknya, auditor memilih item sampel yang diyakini akan memberikan
informasi yang paling bermanfaat, dalamsituasi tertentu, dan mencapai
kesimpulan mengenai populasi atas dasar pertimbangan.
b. Pemilihan Sampel Probabilistik dan Non-Probabilistik
Baik pemilihan sampel probabilistik maupun nonprabobalistik berada
pada langkah 2. Apabila menggunakan pemilihan sampel probabilistik
(probabilistic sampel selection) auditor memilih cara acak item item sehingga
setiap item populasi memiliki item probabilitas yang sama untuk dimasukkan
dalam sampel.
c. Penerapan Sampling Statistik dan Non-Statistik Dalam Praktik Serta
Metoda Pemilihan Sampel
Ada tiga jenis metode pemilihan sampel yang sering kali dikaitkan
dengan sampling audit nonstatistik. Ketiga metode itu bersifat
nonprobabilistik. Sementara itu, ada empat jenis metode pemilihan sampel
yang sering kali dikaitkan dengan sampling audit statistik, yang semuanya
bersifat probabilistik. Metode pemilihan sampel non-probabilistik
(judgemental) termasuk berikut ini:
a. Pemilihan sampel langsung (directed sample selection)
b. Pemilihan sampel blok (block sample selection)
c. Pemilihan sampe sembarangan (haphazard sample selection)
Metode pemilihan sampel probabilistik termasuk berikut ini:
1. Pemilihan sampel acak sederhana (simple random sample selection)
2. Pemilihan sampel sistematik (systematic sample selection)
3. Pemilihan sampel probabilitas proportional dengan ukuran (probability
proportional to size sample selection)
4. Pemilihan sampel berjenjang (stratified sample selection)

C. METODA PEMILIHAN SAMPEL NONPROBABILISTIK


Metode pemilihan sampel nonprobabilistik adalah metode yang tidak
memenuhi persyaratan teknis bagi pemilihan sampel nonprobabilistik. Karena
metode tersebut tidak didasarkan pada probabilitas matematika, keterwakilan
sampel mungkin sulit ditentukan.
a. Pemilihan Sampel Langsung
Dalam metoda pemilihan sampel langsung, auditor secara sengaja
memilih setiap unsur di dalam sampel berdasarkan kriteria menurut
pertimbangannya sendiri dan tidak memilihnya secara acak. Dewasa ini
pendekatan yang digunakan terdiri dari:
1. Unsur yang Paling Mungkin Berisi Kesalahan Penyajian
2. Unsur yang Berisi Karakteristik Populasi Tertentu
3. Unsur Bernilai Rupiah Besar
b. Pemilihan Sampel Blok
Dalam pemilihan sampel blok, auditor memilih unsur pertama dalam satu
blok, dan sisanya dipilih secara berurutan. Biasanya penggunaan sampel blok
hanya dapat diterima jika jumlah blok yang digunakan masuk akal.
c. Pemilihan Sampel Sembarangan (haphazard)
Pemilihan Sampel Sembarangan adalah pemilihan sampel item atau
unsur-unsur tanpa suatu bias yang disadari oleh auditor. Dalam kasus semacam
itu, auditor memilih item populasi tanpa memandang ukurannya, sumber, atau
karakteristik lainnya yang membedakan.

D. METODA PEMILIHAN SAMPEL PROBABILISTIK


Sampel statistik mengharuskan sampel probabilistik mengukur risiko
sampling. Untuk sampel probabilistik, auditor tidak menggunakan pertimbangan
mengenai item atau sampel mana yang akan dipilih, kecuali dalam memilih mana
dari empat metode pemilihan yang akan digunakan.
a. Pemilihan Sampel Acak Sederhana
Setiap kombinasi dari item populasi yang mngkin memiliki kesempatan
untuk dimasukkan dalam sampel. Auditor menggunakan sampling random atau
acak sederhana untuk populasi sampel apabila tidak ada kebutuhan untuk
menekankan satu atau lebih item populasi. Angka acak adalah serangkaian dari
digit yang memiliki probabilitas yang sama untuk muncul selama jangka
panjang dan tidak memiliki pola yang dapat diidentifikasi.
b. Pemilihan Sampel Sistematik
Pemilihan sampel sistematis yang juga disebut sampling sistematis,
auditor menghitung suatu interval dan kemudian memilih item item yang akan
dijadikan sampel berdasarkan ukuran interval tersebut. Interval ditentukan
dengan membagi ukuran populasi dengan ukuran sampel yang diinginkan.
c. Pemilihan Sampel Probabilitas Proporsional Terhadap Ukuran dan
Sampel Berjenjang
Ada dua cara untuk memperoleh sampel semacam itu:
1. Mengambil sampel dimana probabilitas pemilihan setiap item populasi
individual bersifat proporsional dengan jumlah tercatatnya.
2. Membagi populasi kedalam subpopulasi, biasanya menurut ukuran dolar, dan
mengambil sampel yang lebih besar dari subpopulasi itu dengan ukuran yang
lebih besar.

E. PEMILIHAN SAMPEL UNTUK TINGKAT PENYIMPANGAN


Auditor menggunakan sampling pada pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi untuk mengestimasi persentase item-item dalam populasi
yang memiliki karakteristik atau atribut kepentingan. Auditor sangat
memperhatikan jenis penyimpangan berikut dalam populasi data akuntansi seperti:
Penyimpangan dari pengendalian yang ditetapkan klien, Kesalahan penyajian
rupiah dalam populasi data transaksi, Kesalahan penyajian rupiah dalam popolasi
detail saldo akun.
Pengetahuan tentang tingkat penyimpangan berguna untuk penyimpangan
tipe satu dan tipe dua yang bersangkutan dengan transaksi. Maka dari itu auditor
banyak menggunakan audit sampling yang mengukur tingkat penyimpangan dalam
melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi. Untuk
penyimpangan tipe tiga, biasanya perlu menaksir jumlah total rupiah penyimpanan
karena auditor harus menetapkan apakah kesalahan penyajian material atau tidak.
Tingkat penyimpangan dalam suatu sampel digunakan untuk menaksir
tingkat penyimpangan dalam keseluruhan populasi merupakan “taksiran terbaik”
auditor mengenai tingkat penyimpangan dalam populasi karena didasarkan pada
suatu sampel, kemungkinan signifikan bahwa tingkat penyimpangan sampel
berbeda dari tingkat penyimpangan populasi yang sesungguhnya (kesalahan
sampling) dimana auditor perlu berhati-hati dengan taksiran kesalahan sampling
dan keandalan dari taksiran tersebut, yang disebut dengan risiko sampling.
F. PENERAPAN PEMILIHAN SAMPEL AUDIT NON-STATISTIK
Auditor menggunakan 14 langkah yang dirancang dengan baik untuk
menerapkan sampling audit pada pengujian pengendalian dan pengujian substantif
atas transaksi.
▪ Merencanakan sampel
1. Menyatakan tujuan pengujian audit,
2. Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan,
3. Mendifinisikan atribut dan kondisi pengecualian,
4. Mendefinisikan populasi,
5. Mendefinisikan unit sampling,
6. Menetapkan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi,
7. Menetapkan risiko yang dapat diterima atas penentuan risiko penilaian
yang terlalu rendah,
8. Mengestimasi tingkat pengecualian populasi,
9. Menentukan ukuran sampel awal.
▪ Memilih sampel dan melaksanakan prosedur audit
10. Memilih sampel,
11. Melaksanakan proseur audit
▪ Mengevaluasi hasil
12. Menggenaralisasi dari sampel ke populasi,
13. Menganalisis pengecualian,
14. Memutuskan akseptabilitas populasi.

a. Menetapkan Tujuan Pengujian Audit


Tujuan pengujian harus dinyatakan dalam istilah siklus transaksi yang sedang
diuji. Biasanya, auditor mendefinisikan tujuan pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi sebagai : Menguji keefektifan operasi pengendalian,
Menentukan apakah transaksi mengandung salah saji moneter
b. Menentukan Apakah Sampling Audit Bisa Diterapkan
Sampling audit dapat diterapkan setiap kali auditor berencana membuat suatu
kesimpulan mengenai populasi berdasarkan suatu sampel. Auditor harus
memeriksa program audit dan memilih prosedur audit dimana sampling audit
dapat diterapkan:
• Mereview transaksi penjualan untuk melihat jumlah yang besar dan tidak
biasa (prosedur analitis)
• Mengamati apakah tugas klerk piutang usaha terpisah dari tugas
menangani kas (pengujian pengendalian)
• Memeriksa sampel salinan faktur penjualan untuk melihat : Persetujuan
kredit oleh manajer kredit (pengujian pengendalian), Keberadaan
dokumen pengiriman yang dilampirkan (pengujian pengendalian),
Pencantuman nomor bagan akun (pengujian pengendalian)
• Memilih sampel dokumen pengiriman dan menelusuri masing masing ke
salinan faktur penjualan terkait (pengujian pengendalian)
• Membandingkan kuantitas yang tercantum pada setiap salinan faktur
penjualan dengan kuantitas pada dokumen pengiriman yang terkait
(pengujian substantif atas transaksi).
c. Merumuskan Atribut Dan Kondisi-Kondisi Penyimpangan
Auditor harus mendifinisikan dengan tepat karakteristik (atribut) yang sedang
diuji dan kondisi pengecualian, kecuali mereka telah mendefinisikan dengan
tepat setiap atribut, staff yang melaksanakan prosedur audit tidak akan
memiliki pedoman untuk mengidentifikasi pengecualian. Atribut kepentingan
dan kondisi pengecualian untuk sampling audit diambil langsung dari prosedur
audit yang digunakan auditor.
d. Perumusan Populasi
Populasi dalam item-item yang ingin digeneralisasikan oleh auditor. Auditor
dapat mendefinisikan populasi untuk memasukkan setiap item yang mereka
inginkan, tetapi ketika memilih sampel, sampel tersebut harus dipilih dari
sepuluh populasi seperti yang telah didefinisikan.
e. Perumusan Unit Sampling
Auditor mendefinisikan unit sampling berdasarkan definisi populasi dan tujuan
pengujian audit. Unit sampling adalah unit fisik uang berhubungan dengan
angka acak ang dihasilkan auditor dan bermanfaat pada memikirkan unit
sampling sebagai titik awal untuk melakukan pengujian audit
f. Menetapkan Tingkat Penyimpangan Bisa Ditoleransi
Penerapan tingkat penyimpangan yang dapat ditoleransi (tolerabel exeption
rate=TER) untuk setiap atribut memerlukan pertimbangan profesional auditor.
TER merupakan tingkat pengecualian tertinggi yang akan di izinkan auditor
dalam pengendalian yang sedang diuji dan masih bersedia menyimpulkan
bahwa pengendalian telah berjalan efektif (dan atau tingkat salah saji moneter
dalam transaksi masih dapat diterima).
g. Merumuskan Risiko Yang Bisa Diterima Untuk Penetapan Risiko
Pengendalian Terlalu Rendah
Untuk sampling audit dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif
atas transaksi risiko tersebut sebagai risiko pengendalian yang terlalu rendah
(acceptable risk of assessing control risk (ARACR) to low). ARACR mengukur
risiko yang bersedia ditanggung auditor untuk menerima suatu pengendalian
sebagai efektif (atau tingkat slah saji sebagai dapat ditoleransi) apabila tingkat
pengecualian populasi yang sebenarnya lebih besar daripada tingkat
pegecualian yang dapat ditoleransi (TER).
h. Menaksir Tingkat Penyimpangan Populasi
Auditor harus lebih dulu membuat estimasi tingkat pengecualian populasi
untuk merencanakan ukuran sampel yang sesuai. Jika estimasi tingkat
pengecualian populasi (estemated population exception rate = EPER) rendah,
ukuran sampel yang lebih kecil akan memenuhi tingkat pengecualian yang
dapat di toleransi (TER) auditor, karena hanya diperlukan lebih sedikit estimasi
yang tepat.
i. Menentukan Ukuran Sampel Awal
Ada empat factor yang menentukan ukuran sampel awal untuk sampling audit,
yaitu: ukuran populasi, TER, ARACR, dan EPER. Auditor menggunakan
sampling non-statistik dalam penentuan ukuran sampel apabila ia bermaksud
akan menggunakan pertimbangan professional, tidak menggunakan formula
statistik.
j. Sensitivitas Ukuran Sampel Terhadap Suatu Perubahan dalam Faktor
Penentu
Untuk memahami konsep yang melandasi sampling dalam pengauditan, anda
harus memahami pengaruh dari kenaikan atau penurunan yang terjadi pada
salah satu dari keempat faktor yang menentukan ukuran sampel, dengan asumsi
bahwa faktor lainnya adalah konstan.
k. Memilih Sampel
Auditor dapat melakukan pemilihan sampel dengan metoda probabilistik atau
non probabilistik untuk memperkecil kemungkinan klien mengubah unsur
sampel, dan tidak memberitahu klien terlalu jauh sebelumnya mengenai unsur
sampel yang akan dipilih.
l. Melaksanakan Prosedur Audit
Auditor melaksanakan prosedur audit dengan memeriksa unsur-unsur dalam
sampel untuk menentukan apakah unsur tersebut konsisten dengan definisi dari
atribut dan dengan mencatat semua penyimpangan yang ditemukan.
m. Generalisasi Dari Sampel Ke Populasi
Tingkat penyimpangan sampel atau sample exception rate (SER) dapat dengan
mudah dihitung dari hasil sampel sesungguhnya. Tidaklah tepat bagi auditor
untuk menyimpulkan bahwa tingkat penyimpangan populasi sama dengan
tingkat penyimpangan sampel, karena hanya sekilas saja mereka identik.
Pertimbangan auditor tentang apakah kesalahan sampling cukup besar juga
tergantung pada ukuran sampel yang digunakan.
n. Menganalisis Penyimpangan
Auditor harus menganalisis penyimpangan individual untuk menentukan titik
lemah dalam pengendalian intern yang memungkinkan terjadinya
penyimpangan. Penyimpangan bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti
misalnya kecerobohan pegawai, salah mengartikan instruksi, atau kesalahan
yang memang disengaja dalam melaksanakan prosedur.
o. Memutuskan Akseptabilitas Populasi
Apabila auditor berpendapat bahwa TER – SER adalah terlalu kecil untuk
menyimpulkan bahwa populasi bisa diterima, atau apabila SER lebih besar
daripada TER, auditor harus mengikuti salah satu dari empat tindakan berikut:
• Merevisi TER atau ARACR, Alternative ini harus diikuti hanya apabila
auditor telah berkesimpulan bahwa spesifikasi aslinya terlalu
konservatif.
• Memperbesar Ukuran Sampel, Peningkatan dalaam ukuran sampel akan
berpengaruh pada penurunan kesalahan sampling apabila tingkat
penyimpangan sampel sesungguhnya tidak meningkat.
• Merevisi Penetapan Resiko Pengendalian, Apabila hasil pengujian
pengendalian dan pengujian substantif transaksi tidak mendukung
penetapan resiko pengendalian pendahuluan, auditor harus merevisi
penetapan risiko pengendalian ke atas. Auditor harus memutuskan
apakah akan menaikkan ukuran sampel atau merevisi penetapan resiko
pengendalian berdasarkan pertimbangan manfaat dan biaya.
• Berkomunikasi dengan Komite Audit atau Manajemen, Apabila auditor
memutuskan bahwa pengendalian internal tidak berjalan dengan efektif,
manajemen harus diberi informasi secepatnya. Apabila pengujian
dilaksanakan sebeluk akhir tahun buku, hal tersebut dapat memberi
kesempatan bagi manajemen untuk melakukan perbaikan sebelum tahun
buku berakhir. Auditor harus melakukan komunikasi secara tertulis
kepada pihak-pihak yang berwenang.
p. Pendokumentasian Yang Memadai
Auditor harus menyimpan catatan yang memadai tentang prosedur-prosedur
yang telah dilakukan, metoda yang telah digunakan dalam memilih sampel dan
pelaksanaan pengujian, hasil yang diperoleh dari pengujian dan kesimpulan
yang dicapai. Dokumentasi diperlukan baik untuk sampling statistik maupun
non-statistik untuk mengevaluasi hasil dari semua pengujian dan untuk
mempertanggungjawabkan pelaksanaan audit jika diperlukan.

G. SAMPLING AUDIT STATISTIK


Metoda sampling statistik yang paling umum digunakan untuk pengujian
pengendalian dan pengujian substantif transaksi adalah sampling atribut. Akan
tetapi sampling nonstatistik juga memiliki atribut, tetapi istilah sampling atribut
hanya digunakan didalam sampling statistik.
Penerapan sampling atribut untuk pengujian pengendalian dan pengujian
substantif transaksi lebih banyak persamaannya dengan sampling nonstatistik
dibandingkan dengan perbedaannya. Pendekatan yang digunakan juga terdiri dari
14 tahap, dan terminologi yang digunakan juga sama. Perbedaan terletak pada
perhitungan ukuran sampel awal yang dilakukan dengan menggunakan tabel yang
dikembangkan dari distribusi probabilitas statistik dan perhitungan taksiran batas
atas penyimpanan dengan menggunakan tabel yang sama seperti yang digunakan
untuk menghitung ukuran sampel.

H. DISTRIBUSI SAMPLING
Merupakan frekuensi distribusi hasil dari seluruh sampel yang mungkin dari
suatu ukuran tertentu yang bisa dicapai dari suatu populasi yang berisi sejumlah
karakteristik spesifik. Setiap tingkat penyimpanan populasi dan ukuran sampel
memiliki distribusi sampling yang unik. Distribusi untuk suatu sampel berukuran
100 dari suatu populasi dengan tingkat penyimpangan 5% berbeda dari distribusi
suatu sampel sebesar 50 dari suatu populasi dengan tingkat penyimpangan 3%.
Sudah tentu auditor tidak akan mengambil sampel ulangan dari populasi yang telah
diketahui. Auditor mengambil suatu sampel dari populasi yang tidak diketahui dan
menjumpai sejumlah penyimpanan dalam sampel tersebut. Tetapi pengetahuan
tentang distribusi sampling memungkinkan auditor untuk secara statistik membuat
pernyataan yag valid tentang populasi.

I. PENERAPAN SAMPLING ATRIBUT


1. Merencanakan Sampel
Pertama, menetapkan tujuan pengujian audit, kemudian memastikan
apakah sampling audit bisa diterapkan, selanjutnya merumuskan atribut dan
kondisi penyimpanan, kemudian merumuskan populasi, merumuskan unit
sampling, merumuskan tingkat penyimpanan yang bisa ditoleransi,
menetapkan risiko yang bisa diterima untuk penetapan risiko pengendalian
terlalu rendah, menaksir tingkat penyimpangan populasi, dan menentukan
ukuran sampel awal.
2. Penggunaan Tabel
Apabila auditor akan menggunakan tabel untuk menentukan ukuran
sampel awal, harus diikuti empat tahap berikut ini :
i. Pilih tabel yang cocok dengan ARACR
ii. Tentukan lokasi TER pada bagian atas tabel
iii. Tentukan lokasi EPER pada kolom paling kiri
iv. Baca kolom TER yang sesuai ke bawah hingga memotong baris EPER
yang sesuai. Angka yang tertulis dalam titik perpotongan itu
menunjukkan ukuran sampel awal.

Pengaruh Dari Ukuran Populasi


Teori statistika menunjukkan bahwa pada populasi di mana diterapkan
sampling atribut, ukuran populasi hanya menjadi pertimbangan kecil dalam
penentuan ukuran sampel.
1. Memilih Sampel dan Melaksanakan Prosedur Audit
Pertama memilih sampel. Berbeda dengan metoda nonstatistik,
pemilihan sampel pada metoda statistika harus menggunakan metoda
probabilistik, kemudian barulah melaksanakan prosedur audit.
2. Menilai Hasil
Generalisasi dari sampel ke populasi. Untuk sampling atribut, auditor
menghitung batas presisi atas (CUER) pada suatu ARACR tertentu dengan
menggunakan program komputer khusus atau menggunakan tabel yang
dibangun dari formula statistika.
3. Menggunakan Tabel
Penggunaan tabel untuk menghitung CUER terdiri dari empat tahapan,
yakni meilih tabel yang sesuai dengan ARACR yang ditetapkan auditor.
Kemudian menentukan lokasi jumlah penyimpangan sesungguhnya yang
ditemukan dalam pengujian audit pada bagian atas tabel. Selanjutnya
menentukan lokai ukuran sampel sesungguhnya pada kolom paling kiri. Dan
membaca kolom penyimpangan sesungguhnya yang sesuai ke bawah sampai
memotong baris ukuran sampel yang sesuai angka yang tercantum pada titik
perpotongan adalah CUER.
DAFTAR PUSTAKA

Jusup, A. (2014). Auditing (Pengauditan Berbasis ISA). Yogyakarta: STIE YKPN.

Anda mungkin juga menyukai