SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN
SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI
A. Sampel yang representatif Sampel representatif adalah sampel yang karakteristik sampel tersebut mendekati popilasinya. Hal ini berarti pos-pos yang dipilih sebagai sampel tersebut harus mirip dengan pos-pos yang tidak dipilih. Cara untuk mengetahui apakah suatu sampel bersifat representatif adalah dengan melakukan audit lebih lanjut. Hasil sampel dapat menyebabkan kesimpulan yang salah akibat kesalahan sampling atau kesalahan non-sampling. Resiko dari kedua jenis kesalahan tersebut adalah : Risiko sampling adalah risiko dimana seorang auditor mencapai sebuah kesimpulan yang tidak benar karena sampelnya tidak benar karena sampelnya tidak representatif terhadap populasi. Auditor memiliki dua cara untuk mengendalikan risiko sampling, diantaranya : o Menyelesaikan ukuran sampel o Menggunakan metode pemilihan item sampel yang tepat dari populasi Risiko non-sampling adalah risiko dimana pengujian audit tidak mampu mengungkap pengecualian-pengecualian yang ada dalam sampel tersebut. Dua penyebab risiko non sampel ini adalah kegagalan auditor dalam mengenali pengecualian dan prosedur audit yang tidak tepat atau tidak memadai B. Sampling statistik vs sampling non-statistik Metode sampling dapat dibagi menjadi dua bagian yang serupa karena memiliki tiga tahap yaitu: Merencanakan sample bertujuan memastikan bahwa pengujian audit meminimalkan kemungkinan kesalahan non-sampling Memilih sampel dan melakukan pengujian Mengevaluasi hasilnya adalah penarikan kesimpulan berdasarkan pengujian Sampling statistik (statistical sampling) dengan menerapkan aturan matematika, auditor dapat mengkuantifikasi (mengukur) resiko sampling dalam merencanakan sampel, dicontohkan anda mungkin ingat perhitungan hasil statistik dengan tingkat keyakinan 95% memberikan risiko sampling sebesar 5%. Sedangkan sampling non-statistik dirancang dengan baik dan dipertimbangkan faktor-faktor yang sama dengan sample statistik. Karena alasan tersebut penggunaan sampling nonstatistik sering kali disebut dengan sampling pertimbangan. C. Pemilihan sampel probabilistik vs non-probabilistik Sampel probabilistik Jika menggunakan pemilihan sampel probabilistik, auditor memilih pos sampel secara acak sehingga setiap pos populasi memiliki probabilitas yang pasti di masukkan pada sampel. Metode pemilihan sample probabilistik antara lain : o Pemilihan sampel acak sederhana o Pemilihan sampel sistematis o Pemilihan sampel probabilitas yang proporsional dengan ukuran o Pemilihan sampel yang bertahap Sampel non-probabilistik Dalam pemilihan sampel non-probabilistik, auditor memilih pos-pos sampel dengan menggunakan pertimbangan profesional daripada probabilistik. Metode pemilihan sampel non-probabilitas anatar lain : o Pemilihan sampel terarah o Pemilihan sampel blok o Sampel sembarangan D. Metode pemilihan sampel probabilistik Terdapat dua metode dalam penarikan sampel probabilitas, metode dalam pemilihan sampel probabilistik antara lain : Sampel Acak Sederhana merupakan suatu prosedur yang memungkinkan setiap elemen dalam populasi akan memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel Pemilihan sampel sistematik yaitu populasi dibagi dengan ukuran sampel yang diperlukan (n) dan sampel diperoleh dengan cara mengambil setiap subyek ke -n E. Metode pemilihan sampel non-probabilistik Terdaoat dua metode dalam penarikan sampel non-probabilitas. Metode dalam pemilihan sampel non-probabilitas antara lain : Sampel sembarang yaitu auditor memilih pos-pos popilasi tanpa mempertimbangkan ukuran, sumber, atau karakteristik. Sampel blok yaitu auditor memilih pos didalam suatu blok terlebih dahulu, kemudian blok sisanya dipilih secara berurutan
F. Sampling untuk tingkat pengecualian
Auditor menggunakan sampling pada pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk mengestimasi persentase item item dalam populasi yang memiliki karakteristik atau atribut kepentingan. Persentase ini disebut sebagai tingkat keterjadian (accurence rate) atau tingkat pengecualian (exception rate). Tingkat pengecualian dalam suatu sampel akan digunakan untuk mengestimasi tingkat pengecualian dalam populasi yang merupakan “estimasi terbaik” auditor atas tingkat pengecualian populasi. Dalam menggunakan sampling audit untuk menentukan tingkat pengecualian, auditor ingin mengetahui seberapa besar tingkat pengecualian itu, dan bukan lebar interval keyakinannya. Karena itu auditor berfokus pada batas estimasi interval, yang disebut tingkat pengecualian atas yang dihitung(computed upper exception rate = CUER) atau yang diestimasi dalam melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi. G. Aplikasi sampling audit statistik dan non-statistik Auditor menggunakan 14 langkah yang dirancang dengan baik untuk menerapkan sampling audit pada pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi. Auditor harus mengikuti langkah langkat tersebut dengan cermat untuk memastikan diterapkannya persyaratan audit maupun sampling dengan benar : Merencanakan sampel o Menyatakan tujuan pengujian audit o Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan. o Mendifinisikan atribut dan kondisi pengecualian. o Mendefinisikan populasi. o Mendefinisikan unit sampling o Menetapkan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi. o Menetapkanrisiko yang dapat diterima atas penentuan risiko penilaian yang terlalu rendah. o Mengestimasi tingkat pengecualian populasi o Menentukan ukuran sampel awal Memilih sampel o Memilih sampel o Melaksanakan prosedur audit Mengevaluasi sampel o Menggenaralisasi dari sampel ke populasi o Menganasisi pengecualian o Memutuskan aksebtabilitas populasi