Anda di halaman 1dari 7

PENGAUDITAN II

SAMPLING AUDIT: PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN


SUBSTANSI TRANSAKSI

Dosen Pengampu :
Made Yenni Latrini, S.E., M.Si.

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2
A. A. Sri Pramita 2007531077
Sharon Anastasya Mongkar 2007531088
Pande Gede Bagus Armana Putra 2007531090

SARJANA AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
Sampling Audit: Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substansi Transaksi

2.1. Sampel representatif


Sampel representatif adalah sampel yang memiliki karakteristik yang hamper sama
dengan karakteristik populasi. Hal tersebut berarti unsur sampel serupa dengan unsur
yang tidak diikutsertakan dalam sampel. Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah
suatu sampel dikatakan representatif adalah dengan melakukan audit terhadap
keseluruhan populasi. Suatu hasil sampel bisa menjadi tidak representatif karena
kesalahan non-sampling dan kesalahan sampling. Risiko dari terjadinya dua jenis
kesalahan ini disebut risiko non-sampling dan risiko sampling. Risiko non-sampling
adalah risiko bahwa suatu pengaudit tidak dapat mengungkap adanya penyimpangan
dalam sampel. Sedangkan risiko sampling adalah risiko auditor mencapai suatu
kesimpulan yang keliru karena sampel tidak mencerminkan populasi. Auditor punya dua
cara untuk mengontrol risiko sampling yaitu mengubah ukuran sampel dan menggunakan
metode yang tepat untuk memilih unsur sampel dan populasi.
2.2. Sampling statistik dan non statistik serta pemilihan sampel probabilistik dan non
probabilistik
Metode sampling audit dapat dibagi menjadi dua golongan besar yakni sampling
statistik dan sampling non statistik. Kedua kategori ini serupa karena keduanya terdiri
dari tiga tahapan yaitu merencanakan sampel, memilih sampel dan melakukan pengujian,
serta mengevaluasi hasil. Tujuan perencanaan sampel adalah untuk mengetahui bahwa
pengujian audit dilaksanakan sedemikian rupa sehingga menghasilkan risiko sampling
yang diinginkan dan meminimumkan kemungkinan terjadinya kesalahan non-sampling
Dalam metode sampling statistik, dengan menerapkan aturan matematika, auditor dapat
mengkuantifikasi (mengukur) risiko sampling dalam perencanaan sampel dan dalam
mengevaluasi hasil. Dalam sampling non statistik, auditor tidak dapat mengkuantifikasi
risiko sampling. Penggunaan sampling non-statistik sering disebut judgement sampling.
Ketika menggunakan pemilihan sampel probabilistik, auditor memilih unsur- unsur
secara acak (random) yang setiap unsur populasinya memiliki probabilitas yang
diketahui untuk dimasukan dalam sampel. Dalam pemilihan sampel non-probabilistik,
auditor memilih unsur sampel dengan menggunakan pertimbangan profesionalnya.
2.3. Metode pemilihan sampel non probabilistik
Metode pemilihan non probabilistik adalah metode yang tidak memenuhi
persyaratan teknis untuk pemilihan sampel probabilistik karena metode tersebut tidak
didasari pada probabilitas matematika sehingga keterwakilan sampel menjadi sulit untuk
ditentukan. Dalam pemilihan sampel langsung, auditor sengaja untuk memilih setiap
unsur di dalam sampel berdasarkan kriteria menurut pertimbangannya sendiri dan tidak
memilihnya secara acak yang terdiri dari :
‒ Unsur yang paling mungkin berisi kesalahan penyajian
‒ Unsur yang berisi karakteristik populasi tertentu
‒ Unsur yang bemilai rupiah besar
Dalam pemilihan sampel blok, auditor memilih unsur pertama dalam suatu blok
selanjutnya dipilih secara berurutan. Penggunaan sampel blok biasanya dapat diterima
apabila blok yang digunakan cukup banyak. Apabila hanya sedikit blok yang digunakan,
maka probabilitas untuk mendapatkan satu sampel yang representatif akan terlalu besar.
Dan pemilihan sampel sembarang adalah pemilihan unsur-unsur tanpa suatu bias yang
disadari auditor. Dalam hal ini, auditor memilih unsur populasinya tanpa
mempertimbangkan ukuran, sumber ataupun karakteristik pembeda lainnya. Kelemahan
paling serius dari pemilihan sampel ini adalah sulitnya memegang teguh untuk
sepenuhnya tidak bias dalam pemilihan.
2.4. Metode pemilihan sampel probabilistic
Sampling statistik mengharuskan sampel probabilistik mengukur risiko sampling,
untuk sampel probabilistik auditor tidak menggunakan pertimbangan mengenai unsur
sampel yang akan dipilih, kecuali dalam memilih metode yang akan digunakan.
1. Pemilihan Sampel Acak Sederhana
Dalam sampel acak sederhana, setiap kombinasi unsur populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Auditor menggunakan acak
sederhana untuk populais sampel apabila tidak ada kebutuhan untuk
menekankan satu atau lebih tipe unsur populasi. Nomor-nomor acak adalah
serangkaian angka yang memiliki probabilitas yang sama untuk muncul dalam
jangka panjang dan tidak memiliki pola tertentu. Auditor sering menghasilkan
nomor-nomor acak dengan menggunakan salah satu dari tiga Teknik pemilihan
sampel berbantuan komputer, yaitu electric spreedsheets, random number
gerators, dan generalized audit software.
2. Pemilihan Sampel Sistematis
Auditor menghitung suatu interval yang kemudian memilih suatu item yang
akan dijadikan sampel berdasarkan ukuran interval tersebut. Interval dapat
ditentukan dengan membagi ukuran populasi dengan ukuran sampel yang
diinginkan. Dalam sebagian besar populasi sampe sistematis dapat diambil
dengan cepat dan pendekatannya dilakukan secara otomatis akan menempatkan
nomor lain dalam urutan, sehingga lebih mudah dalam mengembangkan
dokumentasi yang sesuai, namun pemilihan sampel sistematis bisa menjadi
bias.
3. Pemilihan Sampel Probabilitas Proporsional terhadap Ukuran dan Sampel
Berjenjang
a. Mengambil sampel dimana probabilitas pemilihan setiap item populasi
individual bersifat proporsional dengan jumlah tercatatnya. Metode ini
disebut sebagai sampling dengan probabilitas yang proposional dengan
ukuran dan dievaluasi dengan menggunakan sampling nonstatistik atau
sampling statistic unit moneter.
b. Membagi populasi ke dalam subpopulasi menurut ukuran rupiah dan
mengambil sampel yang lebih besar dari subpopulasi dengan ukuran
yang lebih besar. Hal ini disebut sampling bertahap dan dievaluasi
dengan menggunakan sampling nonstatsitik ataupun sampling statistic
variabel.
2.5. Pemilihan sampel untuk tingkat penyimpangan
Auditor menggunakan sampel dalam pengujian pengendalian substantif transaksi
untuk menaksir presentase unsur-unsur dalam suatu populasi yang berisi suatu
karakteristik atau atribut, yang disebut tingkat keterjadian atau tingkat penyimpangan.
Auditor menaruh perhatian pada jenis-jenis penyimpangan dalam populasi data
akuntansi, yaitu:
‒ Penyimpangan dari pengendalian yang ditetapkan klien
‒ Kesalahan penyajian rupiah dalam populasi data transaksi
‒ Kesahalan penyajian rupiah dalam populasi detail saldo akun
Dalam penggunaan sampling audit untuk tingkat penyimpangan, auditor ingin
mengetahui tingkat penyimpangan yang paling mungkin dan bukan lebarnya interval
keyakinan. Sehingga auditor focus pada batas atas dari taksiran interval yang disebut
taksiran atau Computed Upper Exception Rate (CUER) dalam pengujian pengendalian
dan pengujian subtantif transaksi.
2.6. Penerapan pemilihan sampel audit non statistic
Auditor menggunakan 14 langkah yang telah dirancang dengan baik untuk
menerapkan sampling audit pada pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi. Auditor harus mengikuti langkah-langkah tersebut dengan cermat untuk
memastikan diterapkannya persyaratan audit maupun sampling dengan benar, yang
dimana langkah-langkah tersebut dibagi kedalam 3 tahapan, yaitu:
a. Merencanakan Sampel
‒ Tetapkan tujuan pengujian audit
‒ Tentukan apakah audit sampling bisa diterapkan
‒ Rumuskan atribut dan kondisi penyimpangan
‒ Rumuskan populasi
‒ Rumuskan unit sampling
‒ Tetapkan tingkat penyimpangan bisa ditoleransi
‒ Tetapkan risiko penetapan risiko pengendalian terlalu rendah yang
bisa diterima
‒ Taksirlah tingkat penyimpangan populasi
‒ Tentukan ukuran sampel awal
b. Memilih Sampel dan Melaksanakan Prosedur Audit
‒ Pilihlah sampel
‒ Laksanakan prosedur audit
c. Mengevaluavi Hasil
‒ Lakukan generalisasi dari sampel ke populais
‒ Lakukan analisis penyimpangan
‒ Tentukan akseptabilitas populasi
2.7. Sampling audit statistik
Metode sampling statistik yang paling umum digunakan untuk pengujian
pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi adalah sampling atribut. Sampling
non statistik juga memiliki atribut, yang merupakankarakteristik yang sedang diuji dalam
populasi, tetapi sampling atribut merupakan metode statistik. Penerapan sampling atribut
untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantive transaksi lebih banyak
persamaanya dengan sampling non-statistik dibandingkan dengan perbedaannya.
Pendekatan yang digunakan juga terdiri dari 14 tahap, dan terminologi yang digunakan
juga sama. Perbedaannya, terletak pada perhitungan ukuran sampel awal yang dilakukan
dengan menggunakan tabel yang dikembangkan dari distribusi probabilitas statistik dan
perhitungan taksiran batas atas penyimpangan dengan menggunakan tabel yang sama
seperti yang digunakan untuk menghitung ukuran sampel.
2.8. Distribusi sampling
Auditor mendasarkan pengujian statistiknya pada distribusi sampling. Distribusi
sampling adalah distribusi frekuensi hasil semua sampel berukuran khusus yang dapat
diperoleh dari populasi yang memiliki beberapa karakteristik tertentu. Distribusi
sampling memungkinkan auditor untuk membuat laporan probabilitas
mengenaikemungkinan terwakilnya setiap sampel dalam distribusi. Sampling atribut
didasarkan pada distribusi binominal, dimana setiap sampel dalam populasi memilikisatu
dari dua nilai yang mungkin atau deviasi pengendalian.
2.9. Penerapan sampling atribut
1. Merencanakan sampel
‒ Menetapkan tujuan pengujian audit
‒ Memastikan apakah sampling audit dapat diterapkan
‒ Merumuskan atribut dan kondisi pengendalian
‒ Merumuskan populasi
‒ Merumuskan unit sampling
‒ Merumuskan tingkat penyimpangan yang dapat ditoleransi
‒ Menetapakan risiko yang bisa diterima untuk penetapan risiko
pengendalian terlalu rendah.
‒ Menaksir tingkat penyimpangan populasi
‒ Menentukan ukuran sampel awal
2. Dampak Ukuran Populasi
Memilih sampel dan melaksanakan prosedur audit memilih sampel. Satu satunya
perbedaan dalam pemilihan sampel bagi sampling statistic dan nonstatistik adalah
terletak pada persyaratan bahwa metode probabilistic harus digunakan untuk
sampling statistik. Baik sampling acak sederhana maupun sampling sistematis
akan digunakan pada sampling atribut. Melaksanakan prosedur audit, sama untuk
sampling atribut maupun sampling nonstatistik
3. Mengevaluasi hasil
Menggenaralisasi dari sampel ke populasi. Untuk sampling atribut, auditor
menghitung batas kemampuan atas CUER dengan ARACR tertentu, yang sekali
lagi menggunakan program komputer khusus atau tabel yang dikembangkan dari
rimus statistic
DAFTAR PUSTAKA

Jusup, Al.H. (2014). Auditing (Pengauditan Berbasis ISA). Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi.
Scribd. SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN
SUBSTANTIF TRANSAKSI. Diakses pada 3 Agustus 2022. Pada website:
https://id.scribd.com/embeds/243488414/content?start_page=1&view_mode=scroll&ac
cess_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf

Anda mungkin juga menyukai