RANGKUMAN MATERI
“PERDAGANGAN LUAR NEGERI DAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA”
Dosen Pengampu :
Dr. I Gusti Wayan Murjana Yasa, S.E., M.Si.
Oleh :
A. A. Sri Pramita 2007531077
Perdagangan bebas (free trade) internasional sering kali dikatakan sebagai mesin
pertumbuhan (engine of growth) yang telah mampu membangun ekonomi dan memberikan
kesejahteraan kepada negara-negara yang sekarang maju seperti Eropa Barat (Jerman,
Belanda, Prancis, Belanda, Spanyol, Italia, Portugal) Inggris, dan Amerika. Perdagangan
bebas adalah kebijakan di mana pemerintah tidak melakukan diskriminasi terhadap impor
atau ekspor. Perdagangan bebas dicontohkan oleh Area Ekonomi Eropa/Uni Eropa dan
Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara, yang telah mendirikan pasar terbuka dengan
sangat sedikit pembatasan perdagangan. Sebagian besar negara-negara saat ini adalah
anggota dari perjanjian perdagangan multilateral Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Namun, sebagian besar pemerintah masih memberlakukan beberapa kebijakan proteksionis
yang dimaksudkan untuk mendukung kerja lokal, seperti penerapan tarif impor atau subsidi
untuk ekspor. Pemerintah juga dapat membatasi perdagangan bebas untuk membatasi ekspor
sumber daya alam. Hambatan lain yang dapat menghambat perdagangan termasuk kuota
impor, pajak, dan hambatan non-tarif seperti undang-undang peraturan.
Disamping perdagangan bebas internasional menyumbangkan ketersediaan bahan
baku dan tenaga kerja kasar yang murah untuk pengembangan industri, perdagangan bebas
internasional juga mengakibatkan meluasnya pasar-pasar ekspor bagi negara yang sekarang
telah maju. Meluasnya pasar-pasar ekspor secara cepat merupakan perangsang kuat bagi
tumbuhnya industri manufaktur berskala besar. Dengan didukung oleh struktur politik yang
stabil dan kelembagaan sosial yang fleksibel, maka peningkatan hasil ekspor telah
memungkinkan tersedianya dana di pasar finansial dengan bunga murah yang bisa dipinjam
oleh negara-negara berkembang (termasuk Indonesia). Akumulasi modal ini pada gilirannya
akan merangsang produksi, memungkinkan naiknya impor dan mendorong makin
bervariasinya struktur industri. Pada abad ke Sembilan belas, negara-negara Eropa dan
Amerika Utara berhasil memainkan peranan dalam pertumbuhan perdangangan
Internasional yang dinamis atas dasar asas perdagangan bebas, aliran modal yang bebas, dan
keterbukaan pintu migrasi internasional bagi tenaga kerja tidak terdidik.
Banyak para ahli keyakinan bahwa liberalisasi perdagangan Internasional melalui
penghapusan segala bentuk hambatan-hambatan perdagangan internasional merupakan
syarat penting demi terciptanya pertumbuhan ekonomi dunia dan kesejahteraan umat
manusia. Keyakinan mereka tersebut didasarkan atas pandangan bahwa perdagangan bebas
itu mengandung sejumlah keuntungan sebagai berikut.
1. Perdagangan bebas meningkatkan persaingan, memperbaiki alokasi segenap sumber
daya serta menciptakan skala ekonomis. Artinya, perdagangan bebas akan dapat
menurunkan biaya-biaya produksi pada umumnya.
2. Perdagangan bebas menimbulkan tekanan-tekanan yang mengarah pada peningkatan
efisiensi, perbaikan kualitas produk, serta penyempurnaan mutu teknologi produksi.
Dimana akan meningkatkan produktivitas faktor-faktor produksi sehingga akan
semakin menghemat biaya-biaya produksi.
3. Perdagangan bebas memacu pertumbuhan ekonomi, menaikkan nilai laba, dan
mempromosikan peningkatan tabungan serta investasi yang kemudian semakin
memacu pertumbuhan selanjutnya dimasa mendatang.
4. Perdagangan bebas akan menarik masuk modal, keahlian, dan teknologi dari luar
negeri, yang kesemuanya ini merupakan sumber-sumber daya yang sangat dibutuhkan
dalamm pembangunan ekonomi.
5. Perdagangan bebas mendatangkan devisa yang kemudian bisa digunakan untuk
keperluan impor, misalnya impor mesin dan bahan baku untuk kepentingan
pembangunan ekonomi atau malah untuk impor bahan pangan bila suatu saat negara
yang bersangkutan mengalami masa-masa paceklik akibat musim kering yang
berkepanjangan atau terjadinya bencana alam.
6. Perdagangan bebas cenderung menghapuskan etiap distorsi harga yang mahal, yang
diakibatkan oleh investasi pemerintah yang salah arah, baik itu dipasar ekspor maupun
pasar valuta asing, serta menyempurnakan alokasi pasar yang akan mengikis praktek-
praktek korupsi dan perburuan rente nonproduktif yang sering timbul sebagai akibat
dari intervensi pemerintah yang terlalu aktif.
7. Perdagangan bebas meningkatkan pemerataan untuk mendapatkan akses ke setiap
sumber daya yang langka, serta memperbaiki kualitas alokasi sumber daya secara
keseluruhan.
B. Kebijakan Dan Masalah Perdagangan Luar Negeri (Promosi Ekspor Dan Subtitusi
Impor)
Berikut hambatan atau masalah perdagangan luar negeri yang dihadapi oleh Indonesia
untuk masing-masing kebijakan di atas.
Hambatan Promosi Ekspor Hasil Pertanian. Setidaknya ada empat sektor yang
menghambat kecepatan pengembangan produk hasil pertanian di Indonesia untuk
diekspor ke pasar Eropa (pasar utama hasil-hasil perkebunan Indonesia).
mengakibatkan mengalirnya arus uang atau devisa dari dalam negeri ke luar negeri. Ini
dikenal juga sebagai transaksi negatif karena mengurangi posisi cadangan devisanegara.
Sedangkan transaksi kredit adalah transaksi yang menyebabkan mengalirnya arus uang
dari luar negeri ke dalam negeri. Transaksi ini juga dikenal dengan transaksi positif
karena mengakibatkan bertambahnya posisi cadangan devisa negara. Berikut ini tabel
transaksi – transaksi positif dan negatif dalam neraca pembayaran.
2. Tujuan Kebijakan Neraca Pembayaran
Konsep keseimbangan neraca pembayaran bagi satu negara mempunyai arti
yang berbeda-beda, tergantung pada tujuan yang dipilih para perumus kebijaksanaan.
Meskipun Pemerintah Indonesia tidak selalu mengumumkan secara jelas tujuan
kebijaksanaan neraca pembayarannya, tetapi kita dapat menduga tujuan tersebut dengan
mengamati tindakan - tindakan yang diambil di bidang ini, terutama tindakan- tindakan
yang berkaitan dengan masalah likuiditas dan solvabilitas.
Dalam jangka pendek Pemerintah Indonesia menunjukkan kepekaan yang tinggi
terhadap satu indikator mengenai posisi keseimbangan neraca pembayaran
internasionalnya, yaitu laju perubahan cadangan devisa. Menurunnya cadangan devisa
dianggap sebagai pertanda kegagalan dalam kebijaksanaan, sehingga dikhawatirkan
dapat menimbulkan pelarian modal ke luar negeri, menurunnya atau bahkan terhentinya
aliran modal jangka pendek dan jangka panjang yang masuk dari luar negeri. Pendapat
ini didasarkan atas pengalaman bertahun-tahun, meskipun tidak selalu berarti bahwa
perkembangan cadangan devisa merupakan satu-satunya indicator yangpaling baik dan
yang sesuai bagi posisi keseimbangan neraca pembayaran. Tentunya tingkat cadangan
devisa mempunyai pengaruh terhadap kepercayaan masyarakat. Tetapi dalam sistem
devisa sekarang ini kepercayaan masyarakat bukan hanya didasarkan atas perubahan
cadangan devisa, namun juga pada perkembangan kurs devisa. Alasan kedua yang
menjadikan pemerintah Indonesia menganggap penting cadangan devisa adalah
kegunaannya sebagai penyerap fluktuasi jangka pendek dalam berbagai pos neraca
pembayaran dan pemberi tenggang waktu bagi Pemerintah dalam upaya melakukan
kebijaksanaan dan penyesuaian yang diperlukan.
Dalam jangka panjang, para perumus kebijaksanaan harus mempertimbangkan
masalah yang mungkin timbul dalam neraca pembayaran sebagai usaha meningkatkan
pendapatan dan perluasan kesempatan kerja yang produktif. Penerima ekspor
merupakan pembatas kemampuan mengimpor, meskipun hal ini tidak mutlak karena
masih tergantung pada sampai berapa jauh pemerintah membolehkan (atau berusaha
memperoleh) modal luar negeri. Perkembangan neraca pembayaran dapat
mengakibatkan perubahan posisi aktiva luar negeri bersih (neto) negara tersebut. Dari
segi pendapatan nasional, perubahan neraca pembayaran menunjukkan perbedaan antara
pengeluaran nasional dan pendapatan nasional. Defisit rekening lancar (current account)
dalam neraca pembayaran memang tidak tidak selalu berarti bahwa neraca pembayaran
tidak seimbang, tetapi apabila keadaan ini berlangsung secara terus- menerus maka
berarti bahwanegara tersebut terus meningkatkan hutang luar negerinya. Pada satu
waktu utang tersebut harus dibayar kembali apabila negara tersebut ingin
mempertahankan solvabilitas internasionalnya.
3. Neraca Pembayaran Indonesia
Berdasarkan kesepakatan, sampai saat ini setiap anggota International Monetary
Fund (IMF), termasuk Indonesia, berkewajiban untuk menyusun dan menyampaikan
DAFTAR PUSTAKA