Anda di halaman 1dari 17

RANGKUMAN MATA KULIAH

PEREKONOMIAN INDONESIA
“Perekonomian Indonesia dan Globalisasi”

Dosen Pengampu: Dr. I Gusti Wayan Murjana Yasa, S.E., M.Si.

Oleh :

Ni Kadek Riska Santika Dewi (1907531044)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2021
1. Perekonomian Indonesia dan Globalisasi
Kata “Globalisasi” diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal atau
internasional. Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama
dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan, tetapi tidak dengan
istilah universalisasi. Dari arti katanya sendiri dapat dikatakan bahwa globalisasi adalah satu
proses peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarmanusia dan antarbangsa di seluruh
dunia melalui aliran modal (investasi), tenaga kerja, perdagangan, dan interaksi lainnya seperti
perjalanan, budaya populer dan lain-lain sehingga batas-batas satu negara menjadi bias. Untuk
melihat kaitan globalisasi dengan perekonomian Indonesia, harus diperhatikan bagaimana
aliran-aliran tersebut terjadi baik di dalam negeri Indonesia maupun dengan negara lain.
Aliran Modal
Aliran modal dari luar negeri sudah terjadi sejak jaman penjajahan Belanda melalui
penanaman modal oleh perusahaan asing Belanda di Indonesia termasuk di bidang transportasi,
perdagangan, perkebunan, perbankan dan sebagainya. Pada masa pemerintahan Sukarno,
diadakan nasionalsasi terhadap perusahaan asing (terutama milik swasta asing Belanda) dan
tidak diperkenankan modal asing masuk ke Indonesia. Nasionalisasi perusahaan swasta asing
ini dilaksanakan sekitar 1957/58, namun tidak lama kemudian pemerintahan Sukarno jatuh
digantikan oleh Suharto. Presiden Suharto malah mengundangkan UUPMA (Undang-undang
Penanaman Modal Asing) pada tahun 1971, yang berarti mengundang pengusaha asing untuk
beroperasi di Indonesia. Tidak cuma pengusaha swasta asing yang berdatangan ke Indonesia
seperti misalnya McDonald, KFC, perusahaan-perusahaan Eropa, Freeport dan Exxon dari
Amerika Serikat, Unilever dari Belanda, British Petroleum dari Inggris dan banyak lagi tetapi
juga bank asing diperkenankan beroperasi di Indonesia. Investasi asing langsung dan
portofolio diperlancar dengan adanya pasar modal dan pasar uang. Perusahaan swasta
diperkenankan langsung mencari dana dari sumber dana luar negeri. Dana dari Bank Dunia
dan IMF mengalir ke sektor pemerintah. Sehingga dengan demikian aliran dana investasi boleh
dikatakan sudah bebas bergerak di Indonesia, malah berlebihan dan kurang pengawasan
sehingga mengakibatkan krisis moneter pada tahun 1997/98. Setelah krisis sampai sekarang,
investasi asing bukan dilarang melainkan diatur dengan lebih ketat dari sebelumnya. Jadi aliran
modal boleh dikatakan bebas bergerak di Indonesia; semua daerah (pemerintah daerah)
mengundang investor dalam/luar negeri.
Aliran Tenaga Kerja
Yang dimaksud di sini adalah aliran manusia untuk mencari kerja baik di dalam negeri
maupun masuk dan ke luar negeri. Dalam hal aliran di dalam negeri, tenaga kerja umumnya
bebas bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya. Namun karena kepadatan penduduk dan
pembangunan ekonomi daerah yang berbeda beberapa provinsi/kabupaten seperti misalnya
DKI Jakarta dan Bali mengawasi pendatang baru dengan ketat. Bahwa seorang harus menjadi
penduduk daerah untuk dapat mencari kerja di tempat tersebut. Keadaan yang demikian ini
sama dengan aliran tenaga kerja ke dalam dan ke luar negeri yang penuh Indonesia dengan
hambatan. Memang akhir – akhir ini makin banyak warga Indonesia yang bekerja di luar negeri
sebagai tenaga kerja wanita, di kapal pesiar, namun karena ketatnya aturan masih lebih banyak
lagi yang terpaksa harus menjadi tenaga kerja gelap di luar negeri. Demikian juga halnya
pekerja asing di Indonesia, tidak sedikit jumlah orang asing yang secara resmi mendapat izim
bekerja di Indonesia, namun lebih banyak lagi yang tidak resmi. Ini adalah keadaan umum
hampir di semua negara di dunia bahwa aliran masuk tenaga kerja menghadapi berbagai
kendala.
Aliran Barang (Perdagangan)
Keadaan yang normal di masa lalu mengenai aliran barang keluar masuk satu negara
adalah adanya berbagai hambatan tarif dan nontarif. Hal ini tidak terkecuali untuk
perekonomian Indonesia, meskipun hambatan tersebut tampaknya sudah makin berkurang
karena berbagai negosiasi dagang yang diikuti oleh Indonesia. Aliran barang antardaerah di
dalam negeri untuk produksi nasional sering menghadapi berbagai pungutan, entah pungutan
itu dilaksanakan oleh pemerintah daerahnya atau oleh oknum tertentu. Hal ini berkaitan dengan
masalah korupsi, sehingga muncul istilah ekonomi biaya tinggi. Bayangkan saja misalnya, satu
barang yang dihasilkan di Bali akan dikirim ke Jakarta, berapa pos setoran yang resmi dari
pemerintah daerah dan yang tidak resmi yang harus di lalui, sehingga harga barang tersebut
menjadi sangat mahal. Pungutan liar ini juga terjadi untuk barang impor/ekspor, sehingga
dikatakan sebagai sarang korupsi.
Interaksi Lainnya
Yang dimaksudkan di sini adalah aliran informasi karena kemajuan teknologi seperti
televisi, radio, media cetak, internet, telepon genggam, literatur, pariwisata dan sebagainya
sehingga masyarakat satu negara dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman
baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, dan dunia menjadi satu unit
yang utuh. Interaksi internasional yang demikian ini rupanya tidak bisa lagi dibendung
meskipun bukan tanpa hambatan/pengwasan pemerintah.
Jadi perekonomian Indonesia sejak semula telah berinteraksi dengan perekonomian
dunia dengan berbagai hambatan, ada yang lebih ringan seperti misalnya pada interaksi lainnya
dan investasi asing, ada juga yang hambatannya lebih berat seperti tenaga kerja dan
perdagangan barang. Namun dengan perkembangan ekonomi dan perdagangan dunia,
Indonesia telah masuk dalam beberapa negosiasi ekonomi dan perdagangan baik yang bersifat
bilateral maupun multilateral yang bertujuan untuk mengurangi hambatan perdagangan, dan
malah menjadi tuan rumah pertemuan Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) pada tahun
1994.
Kebaikan Globalisasi
Globalisasi ekonomi/ perdagangan mempunyai setidaknya lima butir kebaikan, yakni:
1. Meningkatkan Produksi global. Pandangan ini sesuai dengan teori 'Keuntungan
Komparatif' dari David Ricardo. Melalui spesialisasi dan perdagangan faktor-taktor
produksi dunia dapat digunakan dengan lebih etisien, output dunia bertambah dan
masyarakat akan memperoleh keuntungan dari spesialisasi dan perdagangan dalam
bentuk pendapatan yang meningkat, yang selanjutnya dapat meningkatkan
pembelanjaan dan tabungan.
2. Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam satu negara.Perdagangan yang lebih
bebas memungkinkan masyarakat dari berbagai negara mengimpor lebih banyak
barang dari luar negeri. Hal ini menyebabkan konsumen mempunyai pilihan barang
yang lebih banyak. Selain itu, konsumen juga dapat menikmati barang yang lebih baik
dengan harga yang lebih rendah.
3. Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri. Perdagangan luar negeri yang lebih bebas
memungkinkan setiap negara memperoleh pasar yang jauh lebih luas dari pasar dalam
negeri.
4. Meningkatkan akses akan modal dan teknologi yang lebih baik. Modal dapat diperoleh
dari investasi asing dan terutama dinikmati oleh negara-negara berkembang karena
masalah kekurangan modal dan tenaga ahli serta tenaga terdidik yang berpengalaman
kebanyakan dihadapi oleh negara-negara berkembang.
5. Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan sektor
industri dan berbagai sektor lainnya bukan saja dikembangkan terutamanya melalui
oleh perusahaan asing, tetapi investasi yang dilakukan oleh perusahaan swasta
domestik.Perusahaandomestikiniseringkalimemerlukanmodaldaribankataupasar
saham. Dana dari luar negeri terutama dari negara-negara maju yang memasuki pasar
uang dan pasar modal di dalam negeri dapat membantu menyediakan modal yang
dibutuhkan tersebut.
Keburukan Globalisasi
Globalisasi perdagangan/ekonomi sering membawa keburukan sebagai berikut:
1. Menghambat pertumbuhan sektor industri. Salah satu efek dari globalisasi adalah
perkembangan sistem perdagangan luar negeri yang lebih bebas. Perkembangan ini
menyebabkan negara-negara berkembang tidak dapat lagi menggunakan tarif yang
tinggi untuk memberikan proteksi kepada industri yang baru berkembang (infant
industry).
2. Memperburuk neraca pembayaran. Globalisasi cenderung menaikkan barang-barang
impor. Sebaliknya, apabila satu negara tidak mampu bersaing, maka ekspor tidak
berkembang. Keadaan ini dapat memperburuk kondisi neraca pembayaran. Efek buruk
lain dari globalisasi terhadap neraca pembayaran adalah pembayaran neto pendapatan
faktor produksi dari luar negeri cenderung mengalami defisit. Investasi asing yang
bertambah banyak menyebabkan aliran pembayaran keuntungan (pendapatan)
investasi ke luar negeri semakin meningkat.
3. Sektor keuangan semakin tidak stabil. Salah satu efek penting dari globalisasi adalah
pengaliran investasi (modal) portofolio yang semakin besar. Investasi ini terutama
meliputi partisipasi dana luar negeri ke pasar saham. Ketika pasar saham sedang
meningkat, dana ini akan mengalir masuk, neraca pembayaran bertambah baik dan nilai
uang akan bertambah baik. Sebaliknya, ketika harga-harga saham di pasar saham
menurun, dana dalam negeri akan mengalir ke luar negeri, neraca pembayaran
cenderung menjadi bertambah buruk dan nilai mata uang domestik merosot.
4. Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Apabila hal-hal yang
dinyatakan di atas berlaku dalam satu negara, maka dalam jangka pendek pertumbuhan
ekonominya menjadi tidak stabil. Dalam jangka panjang pertumbuhan yang seperti ini
akan mengurangi lajunya pertumbuhan ekonomi. Pendapatan nasional dan kesempatan
kerja akan bertumbuh dengan lambat dan masalah pengangguran tidak dapat diatasi
atau malah semakin memburuk.

2. GATT dan Tindakan Antisipasi


Pada tahun 1944 di Bretton Woods, New Hampshire, Amerika Serikat, diadakan
sebuah konferensi yang diprakarsai oleh United Nations Conference on Trade and
Employment. Konferensi ini dihadiri oleh sekitar 24 negara dengan agenda memetakan strategi
pasca perang dalam membangun kembali perekonomian dunia. Dari konferensi tersebut, pada
tahun 1947 dibentuk tiga organisasi Internasional, yaitu the General Agreement on Tarriffs and
Trade (GATT), the Internasional Bank forReconstruction and Development (IBRD atau
sekarang disebut dengan Bank Dunia), dan the International Monetary Fund (IMF).
Pada mulanya, salah satu gagasan yang muncul dalam konferensi tersebut adalah
membentuk satu organisasi (di samping Bank Dunia dan IMF) yang mengatur perdagangan
sebagai bagian yang lebih luas dalam rencana membangun kembali perekonomian dunia.
Organisasi yang dimaksud adalah the International Trade Organisation (ITO). Sementara
diadakan negosiasi mengenai pembentukan ITO, 15 negara mulai mengadakan negosiasi
paralel untuk GATT sebagai cara awal dalam pengurangan tarif. Negosiasi pendirian ITO
mengalami kegagalan pada tahun 1950, sehingga yang masih tertinggal hanya kesepakatan
GATT. Walaupun GATT menempati kantor sekretariat di the Centre William Rappard,
Geneva, Switzerland akan tetapi perlu diingat bahwa GATT bukanlah organisasi, melainkan
hanya berupa kesepakatan. Menurut anggaran dasarnya, GATT memiliki tujuan utama untuk
pengurangan tarif dan segala jenis hambatan lain dalam perdagangan internasional, dan
menghilangkan preferensi dagang atas dasar timbal balik dan keuntungan bersama. Dengan
berpegangan pada prinsip-prinsip tertentu, tujuan tersebut dicapai melalui serangkaian
kesepakatakan sekitar 150 negara anggota. Prinsip-prinsip yang mendasari kesepakatan pada
GATT adalah bahwa perdagangan seharusnya:
 Tanpa diskriminasi. Satu negara seharusnya tidak melakukan diskriminasi di antara
partner dagangnya. Jika satu negara mengenakan tarif tertentu (paling murah) kepada
satu negara partner dagangnya, maka perlakuan yang demikian itu juga harus diberikan
kepada partner dagang lainnya. Prinsip ini dikenal dengan Most Favoured Nation
(MFN). Di samping itu, satu negara tidak diperkenankan mendiskriminasikan barang-
barang buatan negara partner dagangnya terhadap produk dalam negeri. Harus
dilakukan perlakuan yang sama, yang dikenal dengan istilah National Treatment.
 Perdagangan yang lebih bebas (freeer), yaitu pengurangan hambatan dagang melalui
negosiasi.
 Perdagangan terprediksi, artinya pengusaha asing, investor, dan pemerintah harus
mempunyai keyakinan bahwa hambatan perdagangan (termasuk tarif dan nontarif)
tidak diubah seenaknya saja; tarif dan pembukaan pasar dalam negeri terhadap partner
dagang bersifat meningkat.
 Lebih Kompetitif, artinya satu negara seharusnya tidak melaksanakan praktek dagang
yang tidak jujur, seperti subsidi ekspor dan melaksanakan dumping pada harga lebih
rendah dari biaya untuk merebut pasar.
 Lebih Menguntungkan Negara Terbelakang (least developed countries), yakni dengan
memberikan kelonggaran-kelonggaran tertentu, perlakuan khusus, dan memberikan
waktu yang lebih lama untuk menyesuaikan diri.
GATT secara berkala melakukan negosiasi untuk merumuskan kesepakatan dagang
baru yang harus dipatuhi oleh semua negara anggota. Rangkaian kesepakatan tersebut dikenal
dengan istilah putaran (round). GATT sudah melaksanakan 8 putaran (round),
yakni:
1. Putaran Geneva, dilaksanakan selama 7 bulan pada April 1947, diikuti oleh 23 negara.
Topik yang disepakati adalah pengurangan tarif dan menghasilkan 45.000 konsesi tarif
yang mencakup perdagangan dengan nilai sekitar $10 miliar.
2. Putaran Annecy, dilaksanakan selama 7 bulan pada tahun 1949 di Annecy, Prancis
yang diikuti oleh 26 negara. Topik utama yang disepakati adalah pengurangan tarif
yang menghasilkan sekitar 5000 konsesi tarif.
3. Putaran Toquay, dilaksanakan selama 5 bulan pada tahun 1950 di Torquay, Inggris
Raya, diikuti oleh 38 negara. Hasilnya adalah 8.700 konsesi tarif sehingga menjadi
sekitar tiga seperempat dari semua tarif yang berlaku pada tahun 1948. Penolakan
Amerika Serikat atas Piagam Havana menandakan bahwa pendirian GATT sebagai
badan pengatur perdagangan dunia.
4. Putaran Geneva II, dilaksanakan di Geneva selama 5 bulan dari Januari hingga Juni
1956, diikuti oleh 26 negara. Hasil kesepakatan adalah penurunan tarif senilai $2,5
miliar dan penerimaan Jepang masuk anggota.
5. Putaran Dillon, kembali dilaksanakan di Ganeva dari 1960 sampai 1962. Putaran ini
diberi nama sesuai dengan nama Sekretaris Departemen Keuangan Amerika Serikat,
sebelumnya di bawah Sekretaris Negara, Douglas Dillon, yakni yang mengusulkan
putaran ini diikuti oleh 26 negara. Sejalan dengan pembahasan mengenai pengurangan
tarif dengan nilai lebih dari $4,9 miliar, putaran ini juga membahas pendirian European
Economic Community (EEC).
6. Putaran Tokyo, dilaksanakan di Tokyo, Jepang selama 74 bulan dari September 1973
sampai 1979. Agenda utama adalah penurunan tarif dan mengeluarkan aturan baru
yang ditunjukkan untuk mengawasi pelaksanaan hambatan nontarif dan pembatasan
ekspor sukarela. Putaran ini diikuti oleh 102 negara dan menghasilkan konsesi tarif
seharga $190 miliar.
7. Putaran Uruguay, dilaksanakan di Uruguay selama 87 bulan dari 1986 sampai 1993,
diikuti oleh 123 negara. Pada putaran ini disetujui pendirian World Trade Organization
(WTO), yang mulai operasi pada tahun 1995 menggantikan GATT. Semua aturan-
aturan GATT sejak itu dijalankan oleh WTO dan Putaran Doha.
8. Putaran Doha, dilaksanakan di Doha dari November 2001 sampai sekarang (belum
selesai), diikuti oleh 141 negara dan berada di bawah WTO, bukan lagi di bawah
GATT. Agendanya meliputi pengurangan hambatan tarif dan nontarif, masalahnya
perdagangan hasil-hasil pertanian, penentuan standar tenaga kerja (buruh), masalah
lingkungan, persaingan, investasi, transparasi, dan sebagainya.
Berdasarkan pemaparan aktivitas pencapai kesepakatan dagang dalam GATT, GATT
dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu pertama, dari tahun berdirinya, 1947, hingga Putaran
Torquay, yang pada dasarnya mengagendakan barang-barang mana saja yang dimasukkan
dalam kesepakatan dan memberlakukan tarif yang ada. Fase kedua, mencakup tiga peraturan,
dari tahun 1959 sampai 1979, yang memfokuskan perhatiannya pada kesepakatan penurunan
tarif. Fase ketiga, yang hanya meliputi Puturan Uruguay dari 1986 sampai 1994, memperluas
cakupan kesepakatan untuk meliputi masalah yang baru seperti perdagangan jasa, pergerakan
modal (investasi), hak atas kekayaan intelektual (intelectual property right) dan masalah
perdagangan hasil-hasil pertanian. WTO (World Trade Organization) lahir dalam putaran ini,
pada tahun 1995.

3. Putaran Uruguay dan WTO


Putaran Uruguay dalam GATT dimulai September 1986 sampai 1993 (selama 87
bulan). Putaran ini adalah yang paling ambisius dari semua putaran GATT dan diharapkan
untuk memperluas kompetensinya sehingga tidak hanya meliputi perdagangan barang saja
tetapi juga mencakup masalah penting seperti perdagangan jasa, modal, atau investasi,
kekayaan intelektual, tekstil, penyelesaian sangketa dagang dan perdagangan hasil pertanian.
Salah satu perubahan yang mendasari GATT adalah berdirinya WTO (the World Trade
Organization). 75 negara anggota GATT yang lama ditambah dengan anggota Uni Eropa
menjadi anggota pendiri WTO pada tanggal 1 Januari 1995.
Pertanian umumnya dikeluarkan dari kesepakatan sebelumnya karena diberikan
perlakuan khusus mengenai kuota impor dan subsidi ekspor. Namun, ketika Putaran Uruguay
banyak Negara berpendapat bahwa pengecualian sektor pertanian dari kesepakatan kurang
dapat diterima dan mereka menolak untuk menandatangani kesepakatan baru tanpa adanya
kemajuan dalam bidang hasil-hasil pertanian. Negara yang melakukan penolakan tersebut
terdiri dari 14 negara yang kemudian dikenal dengan nama “kelompok Cairns”, dan umumnya
negara-negara tersebut merupakan negara kecil dan menengah dalam ekspor produk pertanian
seperti Australia, Brazil, Kanada, New Zealand dan Indonesia. Kesepakatan di bidang
pertanian ini menjadi kesepakatan liberalisasi perdagangan yang paling menonjol sepanjang
sejarah negosiasi dagang. Tujuan dari kesepakatan ini adalah untuk meningkatkan akses
terhadap produk pertanian, mengurangi bantuan dalam negeri terhadap sector pertanian dalam
bentuk subsidi harga dan kuota, mengurangi secara bertahap subsidi ekspor terhadap produk
pertanian, dan menyelaraskan sejauh mungkin kebijaksanaan sanitasi di antara Negara
anggota.
Secara de facto GATT berfungsi sebagai satu organisasi yang telah melaksanakan
delapan putaran pembicaraan mengenai berbagai masalah perdagangan dan penyelesaian
sangketa perdagangan internasioanal. Putaran Uruguay berakhir pada tanggal 15 Desember
1993 dan menghasilkan kesepakatan di antara 117 negara anggota (termasuk Amerika Serikat)
untuk mengurangi hambatan perdagangan dan untuk menciptakan aturan perdagangan
internasional yang lebih komprehensif dan dapat dilaksanakan. Kesepakatan ini disebut The
Final Act Embodying the Results of the Uruguay Round of Multilateral Trade Negotiations,
dan ditandatangani pada April 1994. Kesepakatan ini disetujui dan dilaksanakan oleh Kongres
amerika Serikat pada bulan Desember 1994, dan mulai diberlakukan pada Januari 1995.
Sementara GATT hanyalah serangkaian aturan kesepakatan yang dipatuhi oleh Negara
anggota, WTO adalah sebuah organisasi. WTO memperluas cakupan masalahnya dari
perdagangan barang ke perdagangan d i sector jasa dan hak atas kekayaan intelektual.
Kesepakatan di WTO pada umumya bersifat multilateral seperti mekanisme pada GATT.

4. Sengketa Dagang Antar Negara


Pada tahun 2007, terjadi sengketa dagang antara negara Indonesia dengan negara
Tiongkok terkait dengan saling penolakan sejumlah produk makanan yang dianggap tidak
memenuhi syarat. Sengketa dagang juga pernah terjadi antara Amerika dengan Tiongkok.
Kedua negara ini saling tuduh bahwa pihak lain melanggar peraturan perdagangan dunia. Suku
cadang mobil dan daging ayam Amerika yang diekspor ke Tiongkok dijual dengan harga
murah dan merugikan industry dalam negeri Tiongkok. Hal ini terjadi dua hari setelah Amerika
mengenakan tarif impor yang tinggi atas ban mobil yang diimpor dari Tiongkok. Tiongkok
mengatakan bahwa tarif impor ban itu melanggar peraturan perdagangan WTO, akan tetapi
juru bicara gedung putih membantah tuduhan tersebut dan mengatakan bahwa tarif impor
terhadap ban itu justru untuk menjalankan peraturan perdagangan yang adil dan bukan untuk
memulai perang dagang. Kasus sengketa semacam ini tidak hanya terjadi antara dua negara
saja tetapi bisa terjadi terhadap negara mana saja yang mengadakan perjanjian dagang atau
melanggar ketentuan dagang dunia sesuai aturan GATT/WTO.
Sifat dari mekanisme penyelesaian sangketa dalam GATT terletak pada prosedurnya.
Prosedur penyelesaian sangketa dalam GATT dapat dikelompokkan ke dalam dua macam
prosedur. Pertama, di antara tahun 1948-1978. Dalam kurun waktu ini, prosedur penyelesaian
sengketa GATT dapat dikelompokkan sebagai penyelesaian sangketa secara diplomatic,
diselesaikan antara kedua pemerintah yang sedang dalam sangketa. Kedua, kurun waktu antara
1980-1994. Dalam kurun waktu penyelesaian GATT secara hukum (judical or juridical
settlement of disputes). Masalah atau isu mengenai penyelesaian sengketa di dalam GATT
hanya dibahas pada pertemuan-pertemuan reguler atau tetap, namun ada dua pasal yakni Pasal
XXII dan XXIII GATT yang dapat dirujuk dalam hal adanya sengketa dagang.
1. Penyelesaian Sangketa Melalui Jalur Diplomatik
Negara anggota peserta kesepakatan dagang pada GATT diharapkan menyelesaikan
sendiri masalah sangketa yang dialaminya melalui konsultasi secara bilateral. Hal ini
sesuia denganbunyi Pasal XXII GATT. Mereka disyaratkan untuk memberikan
pertimbangan simpatik terhadap setiap sangketa mengenai segala sesuatu hal yang
menyangkut pelaksanaan GATT.
2. Penyelesaian Sengketa Melalui Jalur GATT
Apabila jalur dplomatik tidak berhasil, penyelesaian sengketa tersebut dapat dilakukan
melalui jalur GATT. Untuk jalur ini salah satu pihak atau kedua-duanya harus
mengajukan keberatan (complain) dengan memberikan dasar kebenaran yang lengkap
kepada GATT (yang dalam hal ini kepada badan dalam GATT yang disebut contracting
party). Selanjutnya, Contracting party, sesuai dengan sifat dan beratnya sengketa dapat
membentuk suatu working party (satuan tugas) atau satu panel dari beberapa negara
yang dibentuk khusus untuk satu sengketa. Anggota dari satuan tugas berasal dari
negara yang mengalami sengketa dan dari GATT, sedangkan anggota dari satu panel
tidak hanya dari negara yang bersengketa tetapi juga dari negara ke tiga. Tugas mereka
adalah: (1) mempertimbangkan tuduhan-tuduhan yang dialamatkan oleh negara yang
bersengketa; dan (2) memberi rekomendasi dan putusan kepada contracting party.
Dengan atau tanpa pembentukan satuan tugas atau panel, contracting party GATT
dapat:
a. Mengeluarkan rekomendasi kepada Negara yang sedang bersangketa, atau
b. Memberikan putusan pada satu sanggketa, atau
c. Memberi wewenang kepada satu Negara peserta untuk menangguhkan
penerapan konsesi atau kewajibannya kepada pihak lainnya berdasarkan
perjanjian GATT.
Melalui jalur manapun sangketa dagang diputus tidak ada jaminan bahwa
putusan tersebut akan secara efektif dapat dilaksanakan.
5. Kerjasama Perdagangan dan Ekonomi Antar Wilayah dan Regional
Kerjasama perdagangan antar negara bisa dilaksanakan oleh dua negara (bilateral),
seperti misalnya Amerika Serikat – Kanada, Australia - New Zealand, Indonesia – Cina,atau
oleh banyak negara (multilateral), yang bersifat regional seperti Uni Eropa, South Asian
Association for regional Cooperation ataupun yang bersifat internasional seperti misalnya
World Trade Organization (WTO). Kerjasama perdagangan (ekonomi) yang paling erat
mempunyai sifat sama seperti satu hal nya satu negara seperti European Union (EU) dan
Australia New Zealand Closer Economic Agreement (ANZCERTA). Yang terakhir ini sering
dikenal sebagai integrasi ekonomi.
5.1 Kerjasama Perdagangan
1. ASEAN Free Trade Area (AFTA)
AFTA adalah suatu perjanjian dagang untuk mendorong manufaktur di seluruh negara-
negara anggota ASEAN. Perjanjian ini ditandatangani tanggal 28 Januari 1992 di
Singapura. Dewasa ini AFTA terdiri dari sepuluh negara negara anggota ASEAN.
Tujuan utama dari AFTA adalah untuk meningkatkan daya saing ASEAN di pasar
dunia melalui penurunan hambatan perdagangan, tarif dan non tariff, dan menarik lebih
banyak investasi asing melalui apa yang disebut dengan Common Effective
Preferential Tariff (CEPT), yakni tarif impor 0-5 persen berlaku untuk perdagangan
antar negara anggota ASEAN. Masing-masing negara ASEAN bebas menentukan farif
untuk barang dari luar anggota. Negara anggota diberikan tiga jenis perkecualian, yakni
pengecualian sementara (untuk barang yang sementara harus dilindungi, tetapi
kemudian akan memenuhi ketentuan tarif yang berlaku), untuk barang hasil pertanian
yang sensitif seperti beras, dan perkecualian umum (yang dianggap perlu dengan alasan
keamanan, moral publik, perlindungan atas kehidupan umat manusia, binatang atau
tanaman, perlindungan barang antik, bersejarah, dan bernilai arkeologi).
2. Asia Pacific Economic Cooperation (APEC)
APEC adalah forum utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, kerja sama,
perdagangan daninvestasi di wilayah Asia dan Pasifik dan satu-satunya blog antar
pemerintah di dunia yang berdasarkan atas janji yang tidak mengikat, dialog terbuka
dankesamaan derajat dari semua peserta. Berbeda dengan WTO atau badan
perdagangan multilateral lainnya, APEC tidak mempunyai fakta kewajiban bagi setiap
anggota. APEC mempunyai 21 anggota yang disebut "Member Economic" yang
mencakup sekitar 40,5 persen dari penduduk dunia, sekitar 54,2 persen dari GDP dunia
dan sekitar 43,7 persen dari jumlah perdagangan dunia. APEC mempunyai visi untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan, serta memperkuat komunitas
di Asia Pasifik melalui misinya, yakni pengurangan tarif dan hambatan perdagangan
lain di wilayah. Asia Pasifik, menciptakan perekonomian dalam negeri yang efisien
dan peningkatan ekspor.
3. South Asian Assocation for Regional Cooperation (SAARC)
SAARC adalah suatu organisasi di bidang ekonomi dan politik dari delapan negara-
negara di Asia Selatan. Tujuan dari organisasi ini, antara lain, meliputi usaha bersama
untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk di Asia Selatan, percepatan pertumbuhan
ekonomi, kemajuan sosial dan budaya, meningkatkan percaya diri kolektif dari negara-
negara di Asia Selatan di forum internasional, dan mendorong kerja sama aktif dan
solidaritas di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan di bidang teknologi ilmu
pengetahuan.
4. Australia New Zealand Closer Economic Agreement (ANZCERTA)
ANZCERTA adalah perjanjian dagang bilateral antaran Australia dan New Zealand,
yang efektif berlaku sejak 1983, dan mencakup hampir semua masalah perdagangan
barang (termasuk hasil-hasil pertanian) dan jasa (termasuk investasi, penerbangan dan
jasa lainnya). Aturan kepabeanan juga diadakan penyesuaian untuk kedua negara,
misalnya mengenai kebijaksanaan, prosedur administrasi, investigasi dan pencegahan
dan penyelesaian pelanggaran sistem pabean, termasuk masalah karantina, dan
peraturan standar perdagangan. Prinsip dasar dari ANZCERTA adalah perlakuan
nasional, akses ke pasar, hak untuk masuk pasar tanpa hambatan, dan perlakuan yang
aling menguntungkan.
5. The North American Free Trade Agreement (NAFTA)
NAFTA adalah suatu perjanjian dagang yang ditandatangani oleh Amerika Serikat,
Kanada dan Meksiko yang menimbulkan blok dagang tiga negara di Amerika Utara.
Perjanjian ini menggantikan perjanjian perdagangan bebas asntara Amerika Serikat dan
Kanada. NAFTA ini mempunyai dua perjanjian tambahan, the North American
Agreement on Enviromental Cooperation (NAAEC – perjanjiankerja sama lingkungan
Amerika Utara) dan the North American Agreement on Labour Cooperation (MAALC
- perjanjian kerja sama perburuhan AmerikaUtara). NAFTA bertujuan untuk
menghilangkan hambatan perdagangan daninvestasi di antara Amerika Serikat, Kanada
dan Meksiko.
Para ahli mempunyai pandangan yang bervariasi mengenai akibat baik/buruk dari
NAFTA. Beberapa ahli mengatakan bahwa NAFIA mempunyai pengaruh positif
terhadap Meksiko, yakni tingkat kemiskinan menurun dan pendapatan riil meningkat
(dalam bentuk harga-harga yang lebih murah, khususnya harga makanan) meskipun
setelah diperhitungkan akibat krisis ekonomi 1994 - 1995. Ahli lain berpendapat bahwa
NAFTA telah menguntungkan pengusaha dan kaum elite di ketiga Negara anggota,
namun berakibat buruk terhadap petani Meksiko karena harga bahan makanan yang
jatuh sebagai akibat dari impor yang murah dari Amerika Serikat dan berpengaruh
negatif terhadap buruh Amerika Serikat di bidang manufaktur dan industri perakitan
yang kehilangan kerja mereka. Kritik juga telah dilontarkan bahwa NAFTA telah
berakibat meningkatkan ketimpangan pembagian pendapatan di Amerika Serikat dan
Meksiko. Beberapa ahli ekonomi yakin bahwa NAFTA tidak cukup cepat untuk
menyamakan tingkat penghasilan nasional atau mengurangi tingkat kemiskinan secara
berarti.
6. Uni Eropa (UE atau European Union yang disingkat EU)
Uni Eropa adalah sebuah organisasi antarpemerintahan dan supranasional, yang terdiri
dari negara-negara Eropa, yang sejak 1 Januari 2007 telah memiliki 27 negara anggota.
Bila dianggap sebagai satu kesatuan, Uni Eropa memiliki ekonomi terbesar di dunia.
Ekonomi UE diharapkan tumbuh lebih jauh dalam dekade berikutnya sejalan dengan
lebih banyak negara bergabung dalam persatuan ini dan terlebih lagi negara-negara
baru ini biasanya lebih miskin dari rata-rata UE, dan oleh karena itu diharapkan
pertumbuhan GDP yang cepat dapat membantu dinamika Uni Eropa.
Kebijakan UE ke dalam meliputi pemberlakuan satu unit mata uang (Euro), undang-
undang kompetisi, kontrol bantuan negara dan liberalisasi, harmonisasi hukum melalui
proses legislatif sehingga hukum Uni Eropa semakin terasa hadir dalam sistem-sistem
negara anggota, dan negara-negara anggota bertemu sebagai Dewan Uni Eropa untuk
bekerja sama dan mengoordinasikan kebijakan- kebijakan dalam negeri mereka. Semua
negara calon anggota harus memberlakukan undang-undang agar selaras dengan
kerangka hukum Eropa bersama. Sedangkan kebijakan UE keluar dengan membentuk
sebuah pasar tunggal dan memberlakukan tarif bea cukai bersama dengan posisi yang
sama dalam perundingan-perundingan perdagangan internasional, pendanaan untuk
program-program di negara-negara calon anggota dan negara-negara Eropa Timur
lainnya, serta bantuan ke banyak negara berkembang.
5.2 Intergrasi Ekonomi
Menurut integrasi ekonomi (economic integration) dari Bela Balasa 1961 (seperti
pada internet) ada enam tahapan kerjasama perdagangan untuk menuju ke integrasi
ekonomi. Masing-masing tahapan tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Tahap pertama adalah Preferential Trading Area (PTA). Sering juga disebut
sebagai Preferential Trade Agreetment (PTA) yang merupakan kelompok (blok)
perdagangan yang memberikan preferensi (keringanan) terhadap jenis produk
tertentu kepada negara anggota, dilaksanakan dengan cara mengurangi tarif (tidak
menghaouskan tariff menjadi nol). PTA dapat muncul melalui perjanjian
(kesepakatan) dagang dan kadang-kadang dicampuradukkan saja dengan FTA
dimana pada umumnya PTA mengarah ke FTA sesuai dengan General
Agreetmenton Traffs and Trade (GATT). Sesungguhnya keringanan tariff impor
ini tidak sesuai dengan prinsip hubungan dagang yang normal di bawah WTO di
mana anggota WTO dapat minta perlakuan tarif yang sama.
2. Tahap kedua adalah Free Trade Area (FTA). Beberapa negara sepakat untuk
menghilangkan tariff, kuota dan preferensi kepada sebagian besar barang dan jasa
yang diperdagangkan di antara mereka. Negara tersebut memilih bentuk integrasi
ekonomi jenis ini jika struktur ekonomi mereka bersifat komplementer. Namun
kalau struktur ekonomi mereka bersifat kompetitif, maka bentuk yang lebih sesuai
adalah custom union (uni daerah pebean). Tujuan dari FTA adalah untuk
menurunkan hambatan perdagangan sehingga volume perdagangan meningkat
karena spesialisasi, pembagian kerja, dan yang terpenting melalui teori keuntungan
komparatif.
3. Tahap ketiga adalah Custom Union. Adalah satu perjanjian dagang di mana
sejumlah negara memberlakukan perdagangan bebas di antara mereka dan
menerapkan serangkaian tarif bersama terhadap barang dari negara lain. Custo
munion ini adalah bentuk antara dari integrasi ekonomi, yakni bentuk dari
perdagangan bebas di antara anggota, tetapi tidak ada system tarif bersama,
dengan bentuk pasar bersama (Common Market), yang menerapkan tarif bersama
dan memperkenankan pergerakan bebas dari pada sumber daya termasuk modal
dan tenaga kerja di antara negara anggota. Tujuan penndirian custom union
biasanya adalah untuk meningkatkan efisiensi dan mendekatkan hubungan
diplomatik (politik dan budaya) di antara negara anggota.
4. Tahap keempat adalah Single Integrated Market (Common Market). Satu pasar
tunggal bersama adalah sejenis blok dagang yang merupakan gabungan dari
custom union dengan kebijaksanaan bersama terhadap produk dan pergerakan
yang bebas atas faktor produksi (modal dan tenaga kerja) dan wirausaha. Tujuan
agar terjadi pergerakan bebas dari modal, tenaga kerja, barang, dan jasa di antara
negara anggota adalah agar memudahkan bagi mereka untuk mencapai efisiensi
ekonomi yang lebih tinggi. Kadang-kadang pasar tunggal dianggap sebagai bentuk
selangkah lebih maju dari Common Market (pasar bersama).
5. Tahap kelima adalah Economic and Monetary Union (kesatuan ekonomi dan
moneter). Merupakan satu blok dagang seperti pasar tunggal dengan kesatuan
moneter untuk semua negara anggota. Bentuk ini harus dibedakan dari hanya
menerapkan mata uang bersama seperti yang dilakukan oleh Latin Monetary
Union pada tahun 1980-an yang tidak diikuti oleh adanya pasar tunggal. Kesatuan
ekonomi dan moneter dilaksanakan melalui pakta dagang dari semua sistem
moneter yang berlaku di negara anggota.
6. Tahap keenam adalah Complete Economic Itegration. Ini adalah tahap akhir dari
integrasi ekonomi. Pada tahap ini, tidak lagi diperlukan kebijaksanaan pengawasan
ekonomi kepada unit-unit yang bergabung. Mereka telah menjadi satu kesatuan
moneter dan fiskal secara penuh dan mendekati penuh. Uni Eropa adalah salah satu
contoh yang baik mengenai integrasi ekonomi penuh.
DAFTAR PUSTAKA

Nehen, Ketut. 2018. Perekonomian Indonesia. Bali: Udayana University Press

Anda mungkin juga menyukai