Anda di halaman 1dari 18

EKONOMI INDONESIA DAN GLOBALISASI

1. Perekonomian Indonesia dan Globalisasi

Kata Globalisasi di ambil dari kata global yang maknanya ialah universal atau
internasional. Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan
internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan, tetapi tidak dengan istilah
universalisasi. Namun istilah globalisasi mungkin lebih mantap untuk menunjukan berkurangnya
peran negara atau batas batas negara. Dari arti katanya sendiri dapat dikatakan bahwa globalisasi
adalah satu proses peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antar manusia dan antar bangsa
diseluruh dunia melalui aliran modal (investasi), tenaga kerja, perdagangan, dan interaksi lainya
seperti perjalanan, budaya popular, dan lain lainya sehingga batas batas satu negara menjadi
biasa. Untuk melihat kaitan globalisasi dengan perekonomian Indonesia, kita harus
memperhatikan bagaimana aliran aliran tersebut terjadi baik didalam negeri Indonesia maupun
dengan negara lain.

Aliran modal. Aliran modal dari luar negeri sudah terjadi sejak jaman penjajahan belanda
melalui penanaman modal oleh perusahaan asing Belanda di Indonesia termasuk dibidang
transportasi, perdagangan, perkebunan, perbankan dan sebagainya. Pada masa pemerintahan
Sukarno diadakan nasionalisasi terhadap perusahaan asing (terutama milik swasta asing Belanda)
dan tidak diperkenankan modal asing masuk ke Indonesia. Nasionalisasi perusahaan swasta asing
ini dilaksanakan sekitar 1957/58, namun tidak lama kemudian pemerintahan sukarno jatuh
digantikan oleh Suharto. Presiden Suharto malah mengundang UUPMA (Undang Undang
Penanaman Modal Asing) pada tahun 1971, yang berarti mengundang pengusaha asing untuk
beroperasi di Indonesia. Tidak cuma pengusaha swasta asing yang berdatangan ke
Indonesia.seperti McDonald, KFC, perusahaan perusahaan Eropa. Investasi asing langsung dan
porto folio diperlancar dengan adanya pasar modal dan pasar uang, perusahaan swasta
diperkenankan langsung mencari dana dari sumber dana luar negeri. Dana dari Bank Dunia dan
IMF mengalir ke sektor pemerintah. Sehingga dengan demikian aliran dana investasi boleh
dikatakan sudah bebas bergerak di Indonesia, malah berlebihan dan kurang pengawasan sehingga
mengakibatkan krisis moneter pada tahun 1997/98. Setelah krisis sampai sekarang, investasi
asing bukan dilarang melainkandiatur dengan lebih ketat dari sebelumnya. Jadi aliran modal
boleh dikatakan bebas bergerak di Indonesia.

Aliran tenaga kerja. Yang dimaksud aliran tenaga kerja adalah aliran manusia untuk
mencari kerja baik di dalam negeri maupun masuk dan ke luar negeri. Dalam hal aliran di dalam
negri, tenaga kerja umumnya bebas bergerak dari satu tempat ke tempat lainya. Namun karena
kepadatan penduduk dan pembangunan ekonomi antar daerah yang berbeda beberapa provinsi/
kabupaten seperti misalnya DI Jakarta dan Bali mengawasi pendatang baru dengan ketat. Bahwa
seorang harus menjadi penduduk daerah untuk dapat mencari kerja ditempat tersebut. Keadaan
yang demikian ini sama dengan aliran tenaga kerja ke dalam dan ke luar negeri yang penuh
dengan hambatan. Memang akhir-akhir ini makin banyak warga Indonesia yang bekerja di luar
negeri sebagai tenaga kerja wanita, di kapal pesiar, namun karena ketatnya aturan masih lebih
banyak lagi yang terpaksa harus menjadi tenaga kerja gelap diluar negeri seperti Malaysia.
Demikian juga hanya pekerja asing di Indonesia, tidak sedikit jumlah orang asing yang secara
resmi mendapat izin bekerja di Indonesia, namun lebih banyak lagi yang tidak resmi. Ini adalah
keadaan umum hamper di semua negara di dunia bahwa aliran masuk tenaga kerja menghadapi
berbagai kendala.

Aliran barang (perdagangan). Keadaan yang normal di masa lalu mengenai aliran
barang ke luar masuk suatu negara adalah adanya berbagai hambatan tarif dan nontarif. Hal ini
tidak terkecuali untuk perekonomian Indonesia, meskipun hambatan tersebut tampaknya sudah
berkurang karena berbgai negosiasi dagang yang diikuti oleh Indonesia. Aliran barang antar
daerah di dalam negeri untuk produksi nasional sering menghadapi berbagai pungutan, entah
pungutan itu dilaksanakan oleh pemerintah daerahnya atau oleh oknum tertentu. Hal ini
berkaitan dengan masalah korupsi, sehingga muncul istilah ekonomi biaya tinggi. Bayangkan
saja misalnya, satu barang yang dihasilkan di Bali akan dikirim ke Jakarta, beberapa pos setoran
yang resmi dari pemerintah daerah dan yang tidak resmi yang harus dilalui, sehingga harga
barang tersebut menjadi sangat mahal.

Interaksi lainya. Yang dimaksud interaksi lainya adalah aliran informasi karena
kemajuan teknologi seperti televisi radio, media cetak, internet, telepon dan sebagainya sehingga
masyarakat suatu negara dapat mengkonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru
mengenai hal hal yang melintasi beraneka ragam budaya, dan dunia menjadi satu unit yang utuh.
Interaksi internasional yang demikian ini rupanya tidak bisa dibendung meskipun bukan tanpa
hambatan/pengawasan pemerintah.

Jadi perekonomian Indonesia sejak semula telah berinteraksi dengan perekonomian dunia
dengan berbagai hambatan, ada yang lebih ringan misalnya pada interaksi lainya dan investasi
asing, ada juga hambatanya yang lebih berat seperti tenaga kerja dan perdagangan barang.
Namun dengan perkembangan ekonomi dan perdagangan dunia, Indonesia telah masuk dalam
beberapa negosiasi ekonomi dan perdagangan baik tang bersifat bilateral maupun multilateral
yang bertujuan untuk mengurangi hambatan perdagangan dan malah menjadi tuan rumah
pertemuan Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik pada tahun 1994.

Kebaikan globalisasi. Dari litelatur dapat dikatakan bahwa globalisasi


ekonomi/perdagangan mempunyai setidaknya 5 butir kebaikan, yaitu:

1) Meningkatkan produksi global. Pandangan ini sesuai dengan teori Keuntungan


Komparatif dari David Ricardo. Melalui spesialisasi dan perdagangan faktor-faktor
produksi dunia dapat digunakan dengan lebih efisien, output dunia bertambah dan
masyarakat akan memperoleh keuntungan dari spesialisasi dan perdagangan dalam
bentuk pendapatan yang meningkat, yang selanjutnya dapat meningkatkan pembelanjaan
dan tabungan.

2) Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu negara. Perdagangan yang lebih


bebas memungkinkan masyarakat dari berbagai negara mengimpor lebih banyak barang
dari luar negeri. Hal ini menyebabkan konsumen mempunyai pilhan barang yang lebih
banyak. Selain itu, konsumen juga dapat menikmati barang yang lebih baik dengan harga
yang lebih rendah.

3) Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri. Perdagangan luar negeri yang lebih bebas
memungkinkan setiap negara memperoleh pasar yang jauh lebih luas dari pasar dalam
negeri.

4) Meningkatkan akses akan modal dan teknologi yang lebih baik. Modal dapat diperoleh
dari inveatsi asing dan terutama dinikmati oleh negara negara berkembang karena
masalah kekurangan modal dan tenaga ahli serta tenaga terdidik yang berpengalaman.
5) Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan sektor
industry dan berbagai sektor lainya bukan saja dikembangkan oleh perusahaan asing,
tetapi melalui investasi yang dilakukan oleh perusahaan swasta domestik. Perusahaan
domestik ini seringkali memerlukan modal dari bank atau pasar saham.

Keburukan globalisasi. Globalisasi perdagangan juga membawa keburukan sebagai berikut :

a. Menghambat pertumbuhan sektor industry. Salah satu efek globalisasi adalah


perkembangan sistem perdagangan luar negeri yang lebih bebas. Perkembangan ini
menyebabkan negara negara berkembang tidak dapat lagi menggunakan tarif yang tinggi
untuk memberikan proteksi kepada industry yang baru berkembang. Dengan demikian ,
perdagangan luar negeri yang lebih bebas menimbulkan hambatan kepada negara
berkembang untuk memajukan sektor industri domestik yang lebih cepat. Selain itu,
ketergantungan kepada industri industri yang dimilki perusahaan multinasional semakin
meningkat.

b. Memperburuk neraca pembayaran. Globalisasi cendrung menaikan barang barang impor,


sebaliknya, apabila suatu negara tidak mampu bersaing maka ekspor tidak berkembang.
Keadaan ini dapat memperburuk kondisi neraca pembayaran. Efek buruk lain dari
globalisasi terhadap neraca pembayaran adalah pembayaran neto pendapatan faktor
produksi dari luar negeri cendrung mengalami defisit. Investasi asing yang bertambah
banyak menyebabkan aliran pembayaran keuntungan investasi ke luar negeri semakin
meningkat. Tidak berkembangnya ekspor dapat berdampak buruk pada neraca
pembayaran.

c. Sektor keuangan semakin tidak stabil. Salah satu efek penting dari globalisasi adalah
pengaliran investasi portopolio yang semakin besar investasi ini terutama meliputi
partisipasi dana luar negeri ke pasar saham, ketika pasar saham sedang meningkat, dana
ini akan mengalir masuk, neraca pembayaran bertambah baik dan nilai uang akan
bertambah baik. Sebaiknya, ketika harga harga saham di pasar menurun, dana dalam
negeri akan mengalir ke luar negeri, neraca pembayaran cendrung menjadi bertambah
buruk dan nilai mata uang domestic merosot. Ketidakstabilan di sektor keuangan ini
dapat menimbulkan efek buruk kepada kestabilan kegiatan ekonomi secara keseluruhan.
d. Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Apabila hal hal yang
dinyatakan tidak stabil. Dalam jangka panjang pertumbuhan yang seperti ini akan
mengurangi lajunya pertumbuhan ekonomi. Pendapatan nasional dan kesempatan
kerjaakan bertumbuh dengan lambat dan masalah pengangguran tidak dapat diatasi atau
malah semakin memburuk. Pada akhirnya , apabila globalisasi menimbulkan efek buruk
kepada pertumbuhan ekonomi angka panjang suatu negara, distribusi pendapatan menjadi
semakin tidak adil dan masalah sosial-ekonomi masyarakat semakin bertambah buruk.

2. GATT

Pada tahun 1944 sekitar 24 negara bertemu di Bretton Woods New Hampshire dalam satu
konferensi yang diprakarsai oleh UN Conferencee on Trade and Employment untuk memetakan
strategi pasca perang dalam membangun kembali perekonomian dunia. Dari konferensi inipada
tahun 1947 dibentuk tiga organisasi Internasiona, yakni The General Agreement on Tarrifs and
Trade (GATT), The International Bank for Reconstruction and Development (IBRD, sekarang
Bank Dunia), dan The International Monetary Fund (IMF).

Sesungguhnya salah satu gagasan yang muncul dalam konferensi tersebut adalah
membentuk satu organisasi (di samping Bank Dunia dan IMF). Yang mengatur perdagangan
sebagai bagian yang lebih luas dalam rencana membangun kembali perekonomian dunia.
Organisasi yang dimaksud adalah The International Trade Organization (ITO). Sementara
diadakan negosiasi mengenai pembentukan ITO, lima belas Negara mulai mengadakan negosiasi
parallel untuk GATT sebagai cara awal dalam pengurangan tariff. Negosiasi pendirian ITO
mengalami kegagalan pada tahun 1950, sehingga yang masih tertinggal hanyalah kesepakatan
GATT. Perlu diingat, bahwa GATT itu bukanlah organisasi, melainkan hanya berupa
kesepakatan walaupun dia menempati kantor secretariat di The Centre William Rappard,
Geneva, Switzerland. Menurut anggaran dasarnya, tujuan utama dari GATT adalah pengurangan
tarif dan segala jenis hambatan lain dalam perdagangan internasional, dan menghilangkan
preferensi dagang atas dasar timbal balik dan keuntungan bersama. Dengan berpegang pada
prinsip-prinsip tertentu tujuan tersebut dicapai melalui serangkaian kesepakatan sekitar 150
negara anggota.
Prinsip-prinsip yang mendasari kesepakatan pada GATT adalah bahwa perdagangan
seharusnya :

1) Tanpa Diskriminasi. Satu negara seharusnya tidak melakukan diskriminasi diantara


partner dagangnya. Kalau satu negara mengenakan tarif tertentu (paling murah) kepada
satu negara partner dagangnya, maka perlakuan yang demikian itu juga harus diberikan
kepada partner dagang lainnya. Prinsip ini dikenal dengan Most Favoured Nation (MFN).
Disamping itu, satu negara tidak diperkenankan mendiskriminasikan barang-barang
buatan negara partner dagangnya terhadap produk dalam negeri. Harus dilakukan
perlakuan yang sama, yang dikenal dengan istillah National Treatment.
2) Perdagangan yang lebih bebas (freerer), yakni pengurangan hambatan dagang melalui
negosiasi.
3) Perdagangan terprediksi, yang artinya bahwa pengusaha asing, investor dan pemerintah
harus mempunyai keyakinan bahwa hambatan perdagangan (termasuk tarif dan nontarif)
tidak diubah seenaknya saja; tarif dan pembukaan pasar dalam negeri terhadap partner
dagang bersifat mengikat.
4) Lebih kompetitif, yang berarti suatu negara seharusnya tidak melaksanakan praktek
dagang yang tidak jujur seperti misalnya subsidi ekspor dan melaksanakan dumping pada
harga lebih rendah dari biaya untuk merebut pasar.
5) Lebih menguntungkan negara terbelakang (least developed countries) yakni dengan
memberikan kelonggaran-kelonggaran tertentu, perlakuan khusus dan memberikan waktu
yang lebih lama untuk menyesuaikan diri.

GATT secara berkala melakukan negosiasi untuk merumuskan kesepakatan dagang baru
yang harus dipatuhi oleh semua negara anggota. Rangkaian kesepakatan tersebut dikenal dengan
istilah putaran (round). Umunya, setiap kesepakatan mengikat negara anggota untuk mengurangi
tarif tertentu. Biasanya kesepakatan baru tersebut juga menyangkut kasus-kasus tertentu untuk
produk tertentu dengan pengecualian dan modifikasinya.

GATT telah melaksanakan 8 putaran, yakni :


a. Putraran Geneva, dilaksanakan selama 7 bulan pada April 1947, diikuti oleh 23 negara.
Topik yang disepakati adalah pengurangan tarif dan menghasilkan 45.000 konsesi tarif
yang mencakup perdagangan dengan nilai sekitar $10 miliar.
b. Putaran Annecy, dilaksanakan selama 7 bulan pada tahun 1949 di Annecy, Prancis yang
diikuti oleh 26 negara. Topik utama yang disepakati adalah pengurangan tariff yang
menghasilkan sekitar 5000 konsesi tarif.
c. Putaran Torquay, dilaksanakan selama 5 bulan pada tahun 1950 di Torquay, Inggris
Eaya, diikuti oleh 38 negara. Hasilnya adalah 8.700 konsesi tarif sehingga menjadi
sekitar tiga perempat dari semua tarif yang berlaku pada tahun 1948. Penolakan Amerika
Serikat atas piagam Havana menandakan bahwa pendirian GATT sebagai badan pengatur
perdagangan dunia.
d. Putaran Geneva II, dilaksankan di Geneva selama 5 bulan dari Januari-Juni 1956,
diikuti oleh 26 negara. Hasil kesepakatan adalah penurunan tarif senilai $2,5 miliar dan
penerimaan Jepang masuk anggota.
e. Putaran Dillon, kembali dilaksanakan di Geneva dari 1960 sampai 1962. Putaran ini
diberi nama sesuai dengan nama Sekretaris Departemen Keuangan Amerika Serikat,
sebelumnya di bawah Sekretaris Negara, Douglas Dillon, yakni yang mengusulkan
putaran ini, diikuti oleh 26 negara. Sejalan dengan pembahasan mengenai pengurangan
tarif dengan nilai lebih dari $4,9 miliar, putaran ini juga membahas pendirian European
Economic Community (EEC).
f. Putaran Tokyo, dilaksanakan di Tokyo, Jepang selama 74 bulan dari September 1973
sampai 1979. Agenda utama adalah penurunan tarif dan mengeluarkan aturan baru yang
ditujukan untuk mengawasi pelaksanaan hambatan nontarif dan pembatasan ekspor
sukarela. Putaran ini diikuti oleh 102 negara dan menghasilkan konsesi tarif seharga $190
miliar.
g. Putaran Uruguay, dilaksanakan di Uruguay selama 87 bulan dari 1986 sampai 1993,
diikuti oleh 123 negara. Pada putaran ini disetujui pendirian World Trade Organization
(WTO) yang mulai operasi pada tahun 1995 menggantikan GATT. Semua aturan-aturan
GATT sejak itu dijalankan oleh WTO dan Putaran Doha. (Putaran Uruguay dan The
World Trade Organization dibicarakan lebih rinci dalam sesi selanjutnya).
h. Putaran Doha, dilaksanakan di Doha dari November 2001 sampai sekarang (belum
selesai), diikuti oleh 141 negara dan berada di bawah WTO, bukan lagi di bawah GATT.
Agendanya meliputi pengurangan hambatan tarif dan nontarif, masalah perdagangan
hasil-hasil pertanian, penentua standar tenaga kerja (buruh), masalah lingkungan,
persaingan, investasi, transparansi, dan sebagainya.

Dari pemaparan aktivitas pencapai kesepakatan dagang dalam GATT seperti di atas dapat
dikatakan bahwa sejarah GATT dapat dibagi menjadi tiga fase, yakni pertama, dari tahun
berdirinya, 1947, sampai Putaran Torquay, yang pada dasarnya mengagendakan barang-barang
mana saja yang dimasukkan dalam kesepatakan dan memberlakukan tarif yang ada. Fase kedua
mencakup tiga putaran, dari tahun 1959 sampai 1979, yang memfokuskan perhatiannya pada
kesepakatan penurunan tarif. Fase ketiga, yang hanya meliputi kesepakatan untk meliputi
masalah yang baru seperti perdagangan jasa, pergerakkan modal (investasi), ha katas kekayaan
intelektual (intelectual property right) dan masalah perdagangan hasil-hasil pertanian. WTO lahir
dalam putaran ini, 1995.

3. Putaran Uruguay dan WTO (the World Trade Organization)

Putaran Uruguay dalam GATT dimulai September 1986 sampai 1993 (selama 87 bulan).
Putaran ini adalah yang paling ambisisus dari semua putaran GATT dan diharapkan untuk
memperluas kompetensinya sehingga tidak hanya meliputi perdagangan barang saja melainkan
juga mencakup masalah penting seperti perdagangan jasa, modal atau investasi, kekayaan
intelektual, teksteil, penyelesaian sengketa dagang, dan perdagangan hasil pertanian. Pada tahun
1993, GATT telah disesuaikan (update) untuk mencakup tugas barunya di samping tugas lama.
Putaran ini diikuti oleh 123 negara.

Salah satu perubahan yang mendasar pada GATT adalah berdirinya WTO (the World
Trade Organization). 75 negara anggota GATT yang lama ditambah dengan anggota Unit Eropa
menjadi anggota pendiri WTO pada 1 Januari 1995. 52 negara anggota GATT lainnya masuk
menjadi anggota WTO dua tahun kemudian (yang terakhir adalah Kongro pada tahun 1997).
Sejak berdirinya WTO, 21 negara bukan anggota GATT masuk menjadi anggota dan 29 negara
sedang bernegosiasi akan menjadi anggota. Sampai saat ini tercatat 153 negara anggota WTO.
Pertanian umumnya dikeluarkan dari kesepakatan sebelumnya karena diberikan
perlakuan khusus mengenai kuota impor dan subsidi ekspor. Namun, ketika Putaran Uruguay,
banyak Negara berpendapatan bahwa pengecualian sektor pertanian dari kesepakatan agaknya
kurang dapat diterima dan mereka menolak untuk menandatangani kesepakatan baru tanpa
adanya sedikit kemajuan dalam bidang hasi-hasil pertanian. Empat belas Negara ini kemudain
kemudian dikenal sebagai kelompok Cairns, dan pada umumnya termasuk Negara kecil dan
menengah dalam ekspor produk pertanian seperti Australia, brazilia, kanada, Indonesia dan New
Zealand.

Kesepakatan di bidang pertanian dalam Putaran Uruguay terus merupakan kesepakatan


liberalisai perdagangan yang paling menonjol sepanjang sejarah negosiasi dagang. Tujuan dari
kesepakatan ini adalah untuk meningkatkan asset terhadap produk pertanian, mengurangi
bantuan dalam negeri terhadap sector pertanian dalam bentuk subsidi harga dan kuota,
mengurangi secara bertahap subsidi ekspor terhadap produk pertanian dan menyelaraskan sejauh
mungkin kebijaksanaan sanitasi diantara Negara anggota.

Secara de facto GATT berfungsi sebagai satu organsasi, yang telah melaksanakan
delapan putaran pembicaraan mengenai berbagai masalah perdagangan dan penyelesaian
sengketa perdagangan internasional. Putaran Uruguay yang telah selesai pada tanggal 15
Desember 1993, setelah mengadakan negosiasi selama tujuh tahun, menghasilkan kesepakatan
diantara 117 negara anggota (termasuk Amerika Serikat) untuk menurunkan (mengurangi)
hambatan perdagangan dan untuk menciptakan aturan perdagangan internasional yang lebih
komprehensif dan dapat dilaksanakan. Kesepakatan yang muncul dari putaran ini, the Final Act
Embodying the Results of the Uruguay Round of Multilateral Trade Negitiation, ditandatangani
pada April 1994. Kesepakatan tersebut disetujui dan dilaksanakan oleh Kongres Amerika Serikat
pada bulan Desember 1994, dan mulai diberlakukan pada Januari 1995. Sementara GATT
hanyalah serangkaian aturan kesepakatan yang dipatuhi oleh Negara anggota. WTO adalah
sebuah organisasi. WTO memperluas cakupan masalahnya dari perdagangan barang ke
perdagangan di sektor jasa dan hak atas kekayaan intelektual. Kesepakatan di WTO pada
umumnya bersifat multilateral seperti mekanisme pada GATT.

4. Sengketa Dagang antar Negara


Perhatikanlah sengketa dagang berikut ini. Sengketa dagang terjadi sekitar tahun 2007
antara RI-Tiongkok terkait dengan saling penolakan sejumlah produk makanan. Saat itu ramai
dimunculkan dalam media massa bahwa produk impor asal Tiongkok dan demikian pula
Tiongkok menemukan bahwa produk impor asal Indonesia tidak memenuhi syarat. Sengketa
lain terjadi tahun lalu, Amerika dan Tiongkok saling tuduh bahwa pihak lain melanggar
peraturan perdagangan dunia. Kementerian perdagangan Tiongkok sedang menyelidiki keluhan
bahwa suku cadang mobil dan daging ayam Amerika yang diekspor ke Tiongkok dijual dengan
harga murah dan merugikan industri dalam negeri. Pemerintah Tiongkok mengumumkan hal ini
hanya dua hari setelah pemerintah Amerika mengenakan tarif impor tinggi atas ban mobil yang
diimpor dari Tiongkok. Tiongkok mengatakan tarif impor ban itu melanggar peraturan
perdagangan WTO, tapi juru bicara gedung putih membantah tuduhan itu. Ia mengatakan,
keputusan Amerika tentang tarif ban impor itu justru untuk menjalankan peraturan perdagangan
yang adil dan bukan untuk memulai perang dagang. Kasus sengketa macam ini tidak hanya
terjadi antara dua negara saja seperti kasus di atas, tetapi bisa terjadi terhadap negara mana saja
yang mengadakan perjanjian dagang atau melanggar ketentuan dagang dunia sesuai aturan
GATT/WTO. Malah majalah Tempo, Alternatif mengatakan jumlah sengketa dagang
internasional meningkat setelah adanya krisis moneter pada tahun 1998.

Sifat dari mekanisme penyelesaian sengketa dalam GATT terletak pada prosedurnya.
Prosedur penyelesaian sengketa dalam GATT dapat dikelompokkan ke dalam dua macam
prosedur. Pertama, di antara tahun 1948 1978. Dalam kurun waktu ini, prosedur penyelesaian
sengketa GATT dapat dikelompokkan sebagai penyelesaian sengketa secara diplomatik,
diselesaikan antara kedua pemerintahan yang sedang dalam sengketa. Kedua, kurun waktu antara
1980 1994. Dalam kurun waktu ini prosedur penyelesaian sengketa GATT beralih dari semula
yang bersifat diplomatik menjadi penyelesaian sengketa secara hukum (judicial or juridical
settlement of disputes).

Masalah atau isu mengenai penyelesaian sengketa di dalam GATT hanya dibahas pada
pertemuan-pertemuan reguler atau tetap dan bukan secara langsung mengatur penyelesaian
sengketa. Namun demikian ada dua pasal, yakni Pasal XXII dan XXIII GATT yang dapat
dirujuk dalam hal adanya sengketa dagang. Jadi dalam GATT pada prinsipnya ada dua cara
penyelesaian sengketa dagang internasional, yakni:
1) melalui jalur diplomatik,
2) melalui jalur contracting party GATT.

a. Penyelesaian sengketa melalui jalur diplomatik.

Negara anggota peserta kesepakatan dagang pada GATT diharapkan menyelesaikan


sendiri masalah sengketa yang dialaminya melalui konsultasi secara bilateral. Hal ini sesuai
dengan bunyi Pasal XXII GATT. Mereka disyaratkan untuk memberikan pertimbangan
simpatik (sympathetic consideration) terhadap setiap sengketa mengenai segala sesuatu hal yang
menyangkut pelaksanaan GATT.

Contoh cara penyelesaian demikian ini terjadi pada kasus sengketa dagang RI Cina di
atas. Menurut Dubes RI untuk Cina di Beijing, Soedrajat, perselisihan dagang ini cukup
diselesaikan di tingkat Komisi Bersama yang sudah terbentuk selama ini. Adalah hal yang wajar
bila Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan (BPOM) melakukan pemeriksaan terhadap seluruh
produk makanan impor dari Cina, bahkan dari semua negara. Sebaliknya, Badan Umum
Pengawasan Kualitas, Inspeksi, dan Karantina (AQSIQ) Cina pun sebagai badan yang
bertanggung jawab terhadap masuknya makanan dan obat-obatan impor ke Cina pun, juga
mempunyai kewajiban memeriksa produk impor, termasuk dari Indonesia. Keberadaan Komisi
Bersama yang telah dibentuk antara Indonesia dengan Cina dapat dimanfaatkan untuk
menyelesaikan masalah itu karena memang fungsi komisi itu adalah untuk mengidentifikasi
berbagai permasalahan dan hambatan dalam upaya meningkatkan hubungan dagang kedua
negara. Jadi, masalah dagang kedua negara cukup diselesaikan di tingkat Komisi Bersama RI-
Cina yang selama ini sudah terbentuk dan tidak perlu diselesaikan oleh menteri perdagangan
kedua Negara.

b. Penyelesaian sengketa melalui jalur GATT.

Apabila cara di atas tidak memuaskan atau tidak dijalani oleh ke dua belah pihak yang
bersengketa, maka mereka dapat menyelesaikan masalah sengketa dagangnya melalui GATT.
Untuk jalur ini salah satu pihak atau kedua-duanya harus mengajukan keberatan (komplain)
dengan memberikan dasar pembenaran yang lengkap (to provide a detailed justification) kepada
GATT (yang dalam hal ini kepada badan dalam GATT yang disebut contracting party).
Selanjutnya Contracting party, sesuai dengan sifat dan beratnya sengketa dapat membentuk satu
working party (satuan tugas) atau satu panel dari beberapa negara, yang dibentuk khusus untuk
satu sengketa. Anggota dari satuan tugas berasal dari negara yang mengalami sengketa dan dari
GATT, sedangkan anggota dari satu Panel tidak hanya dari negara yang bersengketa tetapi juga
dari negara ke tiga. Tugas mereka adalah: (i) mempertimbangkan tuduhan-tuduhan yang
dialamatkan oleh negara yang bersengketa ; dan (ii) memberi rekomendasi dan putusan kepada
the contracting party. Pembentukan satu satuan tugas atau pun panel dalam menyelesaikan
sengketa dagang ini kemudian diikuti oleh sengketa-sengketa selanjutnya dan telah menjadi
praktek kebiasaan dalam GATT.

Dengan atau tanpa pembentukan satuan tugas atau panel, contracting party GATT dapat:

1) mengeluarkan rekomendasi kepada negara yang sedang bersengketa; atau


2) memberikan putusan pada satu sengketa; atau
3) memberi wewenang kepada satu negara peserta untuk menangguhkan penerapan konsesi
atau kewajibannya kepada pihak lainnya berdasarkan perjanjian GATT.

Melalui jalur mana pun sengketa dagang diputus tidak ada jaminan bahwa jaminan bahwa
putusan tersebut akan secara efektif dapat dilaksanakan.

5. Kerjasama Perdagangan & Ekonomi Antar Wilayah & Regional

Kerjasama perdagangan antar Negara bisa dilaksanakan oleh dua Negara (bilateral),
seperti misalnya Amerika Serikat Kanada, Australia - Cina, atau oleh banyak Negara
(multirateral), yang bersifat regional seperti Uni Eropa, South Asian Assocoation for Regional
Cooperation ataupun yang bersifat internasional seperti misalnya General Agreement on Tariffs
and Trade (GATT), World Trade Organization (WTO), dan United Nations World Tourism
Organization (WTO), dan United Nations Conference on Trade Development (UNCTAD),
United Nations Development Program (UNDP) dan sebagainya. Kerjasama perdagangan
(ekonomi) yang paling erat mempunyai sifat sama seperti satu halnya satu negara seperti
European Union (EU) dan Australia New Zealand Closer Economic Agreement (ANZCERTA).
Yang terakhir ini sering dikenal sebagai integrasi ekonomi.

a. Kerjasama Perdagangan

Dibawah ini adalah beberapa diantara kerja sama perdaganagn di luar naungan PBB
berdasarkan atas ke ikut sertaan dan jaraknya dari Indonesia.
1) ASEAN Free Trade Area (AFTA)

AFTA adalah satu perjanjian dagang untuk mendorong manufaktur di seluruh negara-
negara anggota ASEAN. Perjanjian ini ditandatangani tanggal 28 Januari 1992 di Singapura.
Ketika AFTA pada awalnya ditandatangani, ASEAN hanya terdiri dari enam negara, yakni
Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand. Vietnam masuk pada tahun 1995,
Laos dan Myanmar pada tahun 1997 dan Kamboja pada tahun 1999. Dewasa ini AFTA terdiri
dari sepuluh negara-negara anggota ASEAN. Keempat negara pendatang baru diminta menanda
tangani kesepakatan sehingga menjadi anggota ASEAN, tetapi diberikan kelonggaran waktu
untuk memenuhi kewajiban pengurangan tarif AFTA.
Tujuan utama dari AFTA adalah untuk meningkatkan daya saing ASEAN di pasar dunia
melalui penurunan hambatan perdagangan, tarif dan nontarif, dan menarik lebih banyak investasi
asing melalui apa yang disebut dengan Common Effective Preferential Tariff (CEPT), yakni tarif
impor 0-5 persen berlaku untuk perdagangan antar negara anggota ASEAN. Masing-masing
negara ASEAN bebas menentukan tarif untuk barang dari luar anggota. Negara anggota
diberikan tiga jenis perkecualian, yakni pengecualian sementara (untuk barang yang sementara
harus dilindungi, tetapi kemudian akan memenuhi ketentuan tarif yang berlaku), untuk barang
hasil pertanian yang sensitif seperti beras dan perkecualian umum (yang dianggap perlu dengan
alasan keamanan, moral publik, perlindungan atas kehidupan umat manusia, binatang atau
tanaman, perlindungan barang antik, bersejarah, dan bernilai arkeologi).
Semua anggota ASEAN telah sepakat untuk menerapkan tarif impor nol persen untuk
perdagangan antar anggota pada tahun 2010 kecuali untuk Kamboja, Laos, Myanmar, dan
Vietnam yang diberikan waktu sampai 2015 untuk mematuhinya.

2) Asia Pasific Economic Cooperation (APEC)

APEC adalah forum utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, kerja sama,
perdagangan dan investasi di wilayah Asia dan Pasifik dan satu satunya blok antarpemerintah di
dunia yang berdasarkan atas janji yang tidak mengikat, dialog terbuka dan kesamaan derajat dari
semua peserta.
APEC mempunyai visi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan,
serta memperkuat komunitas di Asia Pasifik melalui misinya, yakni pengurangan tariff dan
hambatan perdagangan lain di wilayah Asia Pasifik, menciptakan perekonomian dalam negeri
yang efisien dan peningkatan ekspor.

3) South Asian Association for Regional Cooperation

SAARC adalah singkatan dari South Asian Association for Regional Cooperation
(Asosiasi bagi Kerjasama Regional Asia Selatan). Asosiasi ini adalah untuk organisasi ekonomi
dan politik dari delapan negara di Asia Selatan. SAARC ini didirikan pada tanggal 8 Desember
1985 oleh India, Pakistan, Bangladesh, Sri Langka, Nepal, Maladewa, dan Bhutan. Pada bulan
April 2007, yaitu pada Pertemuan Puncak Asosiasi ke-14, negara Afganistan menjadi
anggotanya yang ke-8.
Tujuan dari asosiasi ini, antara lain, meliputi usaha bersama untuk meningkatkan
kesejahteraan penduduk di Asia selatan, percepatan pertumbuhan ekonomi, kemajuan social dan
budaya, meningkatkan percaya diri kolektif dari negara-negara di Asia selatan di forum
internasional, dan mendorong kerja sama aktif dan solidaritas di bidang ekonomi, social, budaya,
dan di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan.

4) Australia New Zealand Closer Economic Agreement (ANZCERTA)

ANZCERTA adalah perjanjian perdagangan bilateral antara Australia dan New Zealand,
yang efektif berlaku sejak 1983, dan mencakup hampir semua masalah perdagangan barang dan
jasa. Semua barang yang dapat diperdagangkan di satu negara dapat juga diperdagangkan secara
legal di negara lainnya. Aturan kepabeanan juga diadakan penyesuaian untuk kedua negara,
misalnya mengenai kebijaksanaan, prosedur administrasi, investigasi dan pencegahan dan
penyelesaian pelanggaran system pabean, termasuk masalah karantina, dan peraturan standar
perdagangan.
Prinsip dasar dari ANZCERTA adalah perlakuan nasional (national treatment), akses ke
pasar, hak untuk masuk pasar tanpa hambatan, dan perlakuan yang paling menguntungkan.

5) The North American Free Trade Agreement (NAFTA)

NAFTA adalah satu perjanjian dagang yang ditandatangani oleh Amerika Serikat,
Kanada, dan Meksiko yang menimbulkan blok dagang tiga Negara di Amerika Utara. Perjanjian
tersebut mulai efektif sejak 1 Januari 1994. Perjanjian ini menggantikan perjanjian Perdagangan
Bebas antara Amerika Serikat dan Kanada. NAFTA mempunyai dua perjanjian tambahan, yaitu
The North American Agreement on Enviromental Cooperation (NAAEC) dan The North
American Agreement on Labour Cooperation (NAALC).
Tujuan dari NAFTA adalah untuk menghilangkan hambatan perdagangan investasi di
antara Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko. NAFTA juga bertujuan untuk menghilangkan
hambatan perdagangan non tariff di antara negara anggota.

6) Uni Eropa (UE atau European Union yang disingkat EU)

Uni Eropa adalah sebuah organisasi antar pemerintah dan supranasional, yang terdiri dari
negara-negara Eropa, yang sejak 1 Januari 2007 telah memiliki 27 negara anggota. Persatuan ini
didirikan di bawah Perjanjian Uni Eropa (Perjanjian Maastricht) pada 1992.
Kebijakan UE ke dalam meliputi pemberlakuan satu unit mata uang (Euro), undang-
undang kompetisi, kontrol bantuan negara dan liberalisasi, harmonisasi hokum melalui proses
legislative sehingga hokum Uni Eropa semakin terasa hadir dalam system-sistem negara anggota,
dan negara-negara anggota bertemu sebagai Dewan Uni Eropa untuk bekerja sama dan
mengoordinasikan kebijakan-kebijakan dalam negeri mereka.
Sedangkan kebijakan UE keluar dengan membentuk sebuah pasar tunggal dan
memberlakukan tarif bea cukai bersama dengan posisi yang sama dalam perundingan-
perundingan perdagangan internasional, pendanaan untuk program-program di negara-negara
calon anggota dan negara-negara Eropa Timur lainnya, serta bantuan ke banyak negara
berkembang.

b. Integrasi Ekonomi

Menurut toeri integrasi ekonomi (economic integration) dari Bela Balasa 1961 (seperti
pada internet) ada enam tahpan kerja sama perdagangan untuk menuju ke integrase ekonomi.
Masing-masing tahapan diuraikan secara singkat berikut ini.

Tahap Pertama adalah Preferential Tranding Area (PTA)

Sering juga disebut sebagai Preferential Trade Agreement (PTA) yang merupakan
kelompok (blok) perdagangan yang memberikan preferensi (keringanan) terhadap jenis produk
tertentu kepada negara anggota, dilaksanakan dengan cara mengurangi tarif (tidak
menghapuskan tarif sampai menjadi nol). PTA dapat muncul melalui perjanjian (kesepakatan)
dagang dan kadang-kadang dicampur adukkan saja dengan FTA dimana pada umumnya PTA
mengarah ke FTA sesuai dengan General Agreement on Tariffs and Trade (GATT).
Sesungguhnya keringanan tarif impor ini tidak sesuai dengan prinsip hubungan dangan yang
normal dibawah World Trade Organization dimana negara anggota WTO dapat minta perlakuan
tarif yang sama.

Tahap Kedua adalah Free Trade Area (FTA)

Beberapa negara sepakat untuk menghilangkan tarif, kuota, dan preferensi kepada
sebagian besar (kalau tidak seluruh) barang dan jasa yang diperdagangkan di antara mereka.
Negara tersebut memilih bentuk integrasi ekonomi jenis ini jika struktur ekonomi mereka
bersifat komplementer. Namun kalau struktur perekonomian mereka bersifat kompetitif, maka
bentuk yang lebih sesuai adalah custom onion (uni daerah pabean). Berbeda halnya dengan uni
pabean, FTA tidak mempunyai tarif eksternal bersama (kebijaksanaan yang sama untuk negara
bukan anggota), yang berarti kuota dan pabean berbeda.

Untuk menghidari kecurangan melalui ekspor kembali (reexport) blok dagang ini
biasanya memerlukan sertifikat asal disebut (rule of origin), dimana ditentukan persyaratan
minimum kandungan material lokal dan transportasi lokal dalam nilai tambah dari barang yang
diberikan kebabasan tarif tersebut. Perlu dicatat bahwa hal AFTA, ketentuan ini adalah sebesar
40% kandungan lokal. Semua barang yang tidak memenuhi kandungan lokal ini tidak berhak
mendapatkan kebebasan tarif masuk. Di negara-negara industri modern biasanya tidak ada
hambatan perdagangan barang dan jasa yang berarti antar daerah mereka.

Tujuan dari FTA adalah untuk menurunkan hambatan perdangan sehingga volume
perdagangan sehingga volume perdagangan meningkat karena spesialisasi, pembagian kerja, dan
yang terpenting melalui teori keuntungan komparatif. Menurut teori ini dalam pasar bebas yang
equilibrium, setiap sumber produksi cenderung untuk berspesialisasi dalam aktivitas dimana
terjadi keunggulan komparatif (bukan keunggulan absolut).

Tahap Ketiga adalah Custom Union

Adalah satu perjanjian dagang dimana sejumlah negara memberlakukan perdagangan


bebas di antara mereka dan menerapkan serangkaian tarif bersama terhadap barang dari negara
lain. negara anggota menerapkan kebijaksanaan perdagangan luar negeri bersama, teteapi dalam
kasus tertentu menerapkan kuota impor yang berbeda. Custom union ini adalah bentuk antara
integrasi ekonomi, yakni bentuk antara perdagangan bebas diantara anggota, tetapi tidak ada
sistem tarif bersama, dengan bentuk pasar bersama (Cummon Market), yang menerapkan tarif
bersama dan memperkenankan pergerakan bebas dari pada sumber daya termasuk modal dan
tenaga kerja diantara negara anggota.

Tujuan pendirian custom union biasanya adalah untuk meningkatkan efisiensi dan
mendekatkan hubungan diplomatik (politik dan budaya) diantara negara anggota. Contoh
custom union yang dikenal adalah Zollverein, satu organisasi pada abad 19 yang dibangun
dibeberapa negara bagian jerman. European Community, yang telah melampaui tahap custom
union dalam menuju integrase ekonomi penuh, European Union, dan North American Free
Trade Agreement (NAFTA).

Tahap Keempat adalah Single Integrated Market (Common Market)

Satu pasar tunggal bersama adalah sejenis blok dagang yang merupakan gabungan dari
custom union dengan kebijaksanaan bersama terhadap produk, dan pergerakan yang bebas atas
faktor produksi (modal dan tenaga kerja) dan wirausaha. Tujuan agar terjadi pergerakan bebas
dari modal, tenaga kerja, barang dan jasa diantara negara anggota adalah agar memudahkan bagi
mereka untuk mencapai efisiensi ekonomi yang lebih tinggi.

Kadang-kadang pasar tunggal dianggap sebagai bentuk selangkah lebih maju dari
Common Market (pasar bersama). Dibandingkan dengan pasar bersama, satu pasar tunggal
membutuhkan lebih banyak usaha untuk menghilangkan hambatan fisik (diperbatasan), teknis
(standar), dan fiscal (perpajakan) diantara negara anggota. Hambatan-hambatan ini mempersulit
kebebasan gerak dari faktor produksi. Untuk menghilangkan hambatan-hambatan ini negara
anggota memerlukan kemauan politik dan mereka harus merancang kebijaksanan ekonomi
bersama.

Tahap Kelima adalah Economic and Mometary Union (Kesatuan Ekonomi dan Moneter)

Merupakan satu blok dagang seperti pasar tunggal dengan kesatuan moneter untuk semua
negara anggota. Bentuk ini harus dibedakan dari hanya menerapkan mata uang bersama seperti
yang dilakukan Latin Monetary Union pada tahun 1980an yang tidak diikuti oleh adanya pasar
tunggal. Kesatuan ekonomi dan moneter dilaksanakan melalui pakta dagang dari semua sistem
moneter yang berlaku di negara anggota. Contoh yang baik adalah Uni Eropa, ada pasar
tunggalnya dan memakai satu kesatuan moneter (Euro).

Tahap Keenam adalah Complete Economic Itegration

Ini adalah tahap akhir dari integrasi ekonomi. Pada tahap ini, tidak lagi diperlukan
kebijaksanaan pengawasan ekonomi kepada unit-unit yang bergabung; mereka telah menjadi satu
kesatuan moneter dan fiskal secara penuh atau mendekati penuh. Uni Eropa adalah satu contoh
yang baik mengenai integrasi ekonomi penuh.

Sumber :

Nehen, Ketut. 2012. Perekonomian Indonesia. Denpasar: Udayana University Press

Anda mungkin juga menyukai