Anda di halaman 1dari 8

GLOBALISASI DAN PERMASALAHAN RIBA

Wiwit Tri Atmojo (2021231)


Muhammad Farhan Assidqi (2021228)
Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama Kebumen

ABSTRAK

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Zaman Globalisasi merupakan suatu zaman yang dimana setidaknya mendorong


kehidupan kepada perubahan kultural yang membawa pengaruh sangat besar bagi semua
aspek kehidupan. Termasuk aspek ekonomi, politik, sosial, budaya, komunikasi dan
hukum. namun dari beberapa aspek tersebut aspek ekonomi adalah salah satu aspek yang
sangat terpengaruh oleh adanya globalisasi yang semakin nyata sekarang. Dalam
implementasinya dapat dikatakan kesulitan ekonomi yang menimpa masyarakat dunia
saat ini jika dicermati secara dimensi sosio kultural adalah dikarenakan sistem globalisasi
yang super bebas hanya berpihak pada negara maju saja tanpa sama sekali melirik
negara-negara yang sedang terbelenggu oleh keadaan ekonomi yang masih berkembang
akibatnya terjadinya monopoli perekonomian oleh kaum kaum kapitalis.

KAJIAN TEORI

1. Pengertian Globalisasi Ekonomi

Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan


keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia
melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi
yang lain.
Secara sederhana globalisasi ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses dimana
semakin banyak negara yang terlibat dalam kegiatan ekonomi dunia. Proses globalisasi
dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan di dalam perekonomian dunia yang bersifat
mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam laju yang semakin pesat
mengikuti kemajuan teknologi yang juga prosesnya semakin cepat. Perkembangan ini
telah meningkatkan kadar hubungan saling ketergantungan dan juga mempertajam
persaingan antarnegara, tidak hanya dalam perdagangan internasional tetapi juga dalam
kegiatan investasi, finansial dan produksi.
Globalisasi ekonomi ditandai dengan semakin menipisnya batas-batas kegiatan ekonomi
atau pasar secara nasional atau regional, tetapi semakin mengglobal menjadi satu proses
yang melibatkan banyak negara. Dalam tingkat globalisasi yang optimal arus produk dan
faktor-faktor produksi lintas negara atau regional akan selancar lintas kota di suatu negara
atau desa di dalam suatu kecamatan.
2. Ruang Lingkup Globalisasi

Dalam ekonomi, secara garis besar fenomena globalisasi dapat dilihat dari pertumbuhan
kegiatan ekonomi lintas negara dalam berbagai bentuk. Diantaranya, dua bentuk kegiatan
ekonomi yang secara nyata semakin mengglobal, yakni arus perdagangan dan arus modal
internasional. Oleh sebab itu, arus globalisasi dan arus perdagangan serta investasi dunia
berlangsung bersamaan.
Arus Perdagangan Internasional Pangsa dari pengeluaran konsumsi domestik terhadap
barang dan jasa yang diimpor dari negara-negara lain meningkat, dan bagian dari
produksi barang dan jasa di dalam negeri yang diekspor meningkat. Peningkatan ini
membuat volume perdagangan antarnegara di dunia meningkat, baik secara absolut
maupun relatif, yakni rasio dari perdagangan internasional (ekspor dan impor) terhadap
PDB dari masing-masing negara secara individu atau dunia.
Arus modal internasional atau arus modal antarnegara terdiri dari modal swasta dan
modal pemerintah. Arus modal swasta antarnegara bisa berbentuk investasi atau
pinjaman; sedangkan arus modal asing pemerintah pada umumnya dalam bentuk
pinjaman, misalnya pinjaman yang diterima dari pemerintah dari negara-negara yang
tergabung dalam CGI (Consultancy Group on Indonesia) atau dalam konteks bilateral
dengan pemerintah negara-negara donor secara individual.

3. Implikasi Globalisasi Ekonomi

Menurut teori perdagangan internasional, perdagangan antar Negara yang tanpa


hambatan berpeluang memberi manfaat bagi masing-masing Negara melalui spesialisasi
produksi komoditas yang diunggulkan oleh masing-masing Negara itu. Namun dalam
kenyataannya tidaklah serta merta teori itu menciptakan kemakmuran bagi Negara-negara
yang terlibat. Dampak dari globalisasi ekonomi terhadap perekonomian suatu negara bisa
positif atau negatif, tergantung pada kesiapan negara tersebut dalam menghadapi
peluang-peluang maupun tantangantantangan yang muncul dari proses tersebut.
Secara umum, ada empat (4) wilayah yang pasti akan terpengaruh, yakni :
Ekspor. Dampak positifnya adalah ekspor atau pangsa pasar dunia dari suatu negara
meningkat; sedangkan efek negatifnya adalah kebalikannya: suatu negara kehilangan
pangsa pasar dunianya yang selanjutnya berdampak negatif terhadap volume produksi
dalam negeri dan pertumbuhan PDB serta meningkatkan jumlah pengangguran dan
tingkat kemiskinan.
Impor. Dampak negatifnya adalah peningkatan impor yang apabila tidak dapat dibendung
karena daya saing yang rendah dari produk-produk serupa buatan dalam negeri, maka
tidak mustahil pada suatu saat pasar domestik sepenuhnya akan dikuasai oleh
produkproduk dari luar negeri.
Investasi. Liberalisasi pasar uang dunia yang membuat bebasnya arus modal antar negara
juga sangat berpengaruh terhadap arus investasi neto ke Indonesia. Jika daya saing
investasi Indonesia rendah, dalam arti iklim berinvestasi di dalam negeri tidak kondusif
dibandingkan di negara-negara lain, maka bukan saja arus modal ke dalam negeri akan
berkurang tetapi juga modal investasi domestik akan lari dari Indonesia yang pada
aknirnya membuat saldo neraca modal di dalam neraca pembayaran Indonesia negatif.
Pada gilirannya, kurangnya investasi juga berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan
produksi dalam negeri dan ekspor.
Tenaga kerja. Dampak negatifnya adalah membanjirnya tenaga ahli dari luar, dan kalau
kualitas SDM dalam negeri tidak segera ditingkatkan untuk dapat menyaingi kualitas
SDM dari negara-negara lain, tidak mustahil pada suatu ketika pasar tenaga kerja atau
peluang kesempatan kerja di dalam negeri sepenuhnya dikuasai oleh orang asing.
Sementara itu, tenaga kerja Indonesia (TKI) semakin kalah bersaing dengan tenaga kerja
dari negara-negara lain di luar negeri. Juga tidak mustahil pada suatu ketika TKI tidak
lagi diterima di Malaysia, Singapura atau Taiwan dan digantikan oleh tenaga kerja dari
negaranegara lain seperti Filipina, India dan Vietnam yang memiliki keahlian lebih tinggi
dan tingkat kedisiplinan serta etos kerja yang lebih baik dibandingkan TKI.
Keempat implikasi tersebut secara bersamaan akan menciptakan suatu efek yang sangat
besar dari globalisasi ekonomi dunia terhadap perekonomian dan kehidupan sosial di
setiap negara yang ikut berpartisipasi di dalam prosesnya, termasuk Indonesia. Lebih
banyak pihak yang berpendapat bahwa globalisasi ekonomi akan lebih merugikan
daripada menguntungkan.

1.Masalah dan Jenis-Jenis Riba

Secara garis besar riba dikelompokan menjadi dua. Masing-masing adalah riba utang
piutang dan jual beli. Kelompok utang piutang terbagi menjadi riba qardh dan riba jahiliyyah.
Sedangkan kelompok jual beli terbagi menjadi Riba Fadhl dan Riba Nasi’ah. Penjelasan riba itu
dapat kita lihat dibawah ini:

1. Riba Fadhl

Adalah tambahan pada salah satu dua ganti kepada yang lain ketika terjadi tukar menukar
sesuatu yang sama secara tunai. Islam telah mengharamkan jenis riba ini dalam transaksi
karena khawatir pada akhirnya orang akan jatuh kepada riba yang hakiki yaitu riba an-
nasi’ah yang sudah menyebar dalam transaksi tradisi masyarakat Arab.

Karena perbuatan ini bisa mendorong seseorang untuk melakukan riba yang hakiki, maka
menjadi hikmah Allah dengan mengharamkan sebab ia bisa menjerumuskan mereka
kedalam perbuatan haram, dan siapa yang membiarkan kambingnya berada di sekitar
kawasan larangan hampir saja ia masuk ke dalamnya sebagaimana yang disabdakan oleh
Rosulullah.

Hukum Riba Al-Fadhl

Tidak ada perbedaan antara empat imam mazhab tentang haramnya riba al-fadhli,ada
yang mengatakan bahwa sebagian sahabat da yang membolehkannya diantaranya Abdullah
bin Mas’ud ra. Namun ada nukilan riwayat bahwa beliau sudah menarik pendapatnya dan
mengatakan haram.
Dalil pengharamanya adalah sabda Rosulullah SAW. Janganlah kalian menjual emas
dengan emas, perak dengan perak, tepung dengan tepung, dan gandum dengan gandum,
kurma dengan kurma, garam dengan garam, kecuali yang satu ukuran dan sama beratnya
dan jika jenisnya berbeda, maka jauhilah sesuka hati kalian dengan syarat tunai, siapa yang
menambah atau meminta tambahan sesungguhnya dia telah melakukan riba yang
mengambil dan memberi keduanya sama saja.

2. Riba Al-Yadd (tangan)

Adalah jual beli dengan mengakhirkan penyerangan kedua barang ganti atau salah satunya
tanpa menyebutkan waktunya.

3. Riba An Nasi’ah

Adalah jual beli dengan mengakhirkan tempo pembayaran. Riba jenis ini yang terkenal di
zaman jahiliah. Salah seorang dari mereka memberikan hartanya untuk orang lain sampai
waktu tertentu dengna syarat dia mengambil tambahan tertentu dalam setiap bulannya
sedangkan modalnya tetap dan jika sudah jatuh tampo ia akan mengambil modalnya, dan
jika dia belum sanggup membayar, maka waktu dan bunganya akan bertambah.

Riba dalam jenis transaksi ini sangat jelas dan tidak perlu diterangkan sebab semua unsure
dalam riba telah terpenuhi semua seperti tambahan dari modal, dan tempo yang
menyebabkan tambahan.

2. Kebalauan Pandangan Tentang Riba

Di dalam Islam, Riba secara khusus berada dalam kelebihan baik itu kelebihan dalam bentuk
barang , maupun uang, seperti dua rupiah sebagai penukar satu rupiah. Riba berarti kelebihan
atau pertambahan dan jika dalam suatu kontrak penukaran barang yang di minta sebagai
penukaran satu barang yang sama, hingga di sebut dengan riba. Pada dasarnya, Riba adalah
pembayaran yang yang dikenakan terhadap pinjaman yang berlaku dimana modal yang berada
dalam pinjaman tersebut digunakan.

Sesungguhnya Riba dalam Bahasa Arab berarti tambahan , walau sedikit yang melibihi dari pada
modal pokok yang di pinjamkan, hingga hal tersebut disebut Riba dan bunga. Dalam
pemandangan perintah Islam tentang pengharaman riba tidak hanya dalam bentuk bunga bunga
tinggi saja tetapi melainkan untuk menghapus bentuk riba yang lain. Perintah tersebut guna
untuk membangun system baru yang bersifat bakhil dengan bersifat bermurah hati, dan
mementingkan diri sendiri guna bisa membantu orang lain tanpa mengharap kembaliin yang
diberi orang lain kepada kita.

Setelah mengetahui macam bentuk bisnis dan serta transaksi kredit, yang mengandung
Riba, pinjaman modal yang diterima oleh pemberi pinjaman yang melebihi dari modal yang di
pinjamkan sebenarnya tidak diperbolehkan dalam islam . Karena islam melarang adanya Riba,
contohnya dalam kasus minjam-meminjam, Si A meminjam uang kepada si B 200 Ribu tetapi Si
B meminta uangnya agar dikembalikan dengan adanya bunga misal 250 Ribu hal seperti ini
dalam Islam tidak diperbolehkan , akan tetapi beda jika si A mempunyai niatan membayar
hutang kepada peminjam dengan uang yang lebih tanpa si B meninta berarti diperbolahkan,
karna Si A sudah mempunyai niatan dari hati sehingga dalam Islam di perbolehkan.

Riba juga merupakan sebagian dari kegiatan Ekonomi yang telah berkembang sejak zaman
jahiliyah hingga sekarang . system pinjam-meminjam yang ada dalam Riba ini sangat
menguntungkan kaum pemilik modal karena mendapatkan keuntungan yang lebih dari yang
dipinjamkan. Sehingga Islam melarang adanya Riba karena menumbuhkan tradisi shadaqah agar
tidak ada yang teraniaya karena adanya Riba. Dalam kesamaan antara Bunga dan Riba yang  di
larang dalam Al-Quraan dan hadits sulit dibantah bila pemahaman masyarakat muslim terhadap
konsep yang ada dalam Riba dan persamaannya belimlah merata sehingga masih banyak umat
Islam bergabung dalam bank konvensional yang menggunakan system bunga dalam kehidupan
maka dari itu turunlah ayat Allah yang melarang adanya Riba yang menyebabkan kerusakan dan
kemelaratan dalam kehidupan masyarakat terutama bagi masyarakat sederhana atau kurang
mampu.

  Dalam pengertian Syariah, Riba memiliki dua kategori: Riba an-nasi’ah dan Riba al-fadhl

1. Riba Nasi’ah  berarti menunda atau menunggu dan mengacu pada waktu yang diberikan bagi
pengutang untuk membayar kembali utang dengan memberikan tambahan, Karena itu Riba
Nasi’ah mengacu pada bunga pada utang.

2. Riba fadhl, Islam menghapus yang ada dalam instituasi bunga, tetapi semua bentuk pertukaran
yang tidak jujur dan tidal adil dalam Al-Quraan dan As-sunnah.

Saat ini betapa banyak Orang Islam yang datang ke bank untuk memohon kredit dengan rasa
optimis menjalankan usaha, Mereka tidak sadar bahwa dibebani dengan pembayaran yang
adanya bunga, karena mereka merasa cukup   ringan dari keuntungan yang didaoat tanpa
memikirkan bunga yang akan dibayar, sebagai orang Muslim yang tidak mampu berpikir dan
berhitung, maka sebaiknya tidak berhubungan dengan bank, yang akan mendekatkan  dia kearah
Riba karena akan menimbulkan kemudharatan bagi dia dan keluarganya. Riba yang  Merupakan
pelanggaran hukum dan perbuatan yang tercela dalam pandangan syariah islam, Sehingga Riba
sangat jelas di larang oleh syariah sebagai bisnis modern dalam menumbuhkan atau
meningkatkan Riba.

Riba akan menimbulkan  adanya mental pemboros yang akan menyebabkan kemalasan dalam
kerja.  Dan dapat menimbulkan  harta tanpa adanya kerja keras yang menunggu keuntungan yang
akan di dapat dari orang lain. Dan Riba juga akan membuat orang lain yang meminjam dengan
adanya unsure Riba akan tersiksa secara fikiran karena memikirkan keuntungan yang akan di
kembalikan kepada orang yang meminjam dengan nominal yang di pinjamkan .  Karena itu Kita
sebagai umat Islam harus benar-benar menjauhkan diri dengan adanya Riba , agar tidak
menyakiti atau menzolimi orang lain.

Islam menganjurkan agar semua  orang akan bekerja dengan cara yang halal tanpa adanya
kecanggungan yang berdekaant dengan adanya Riba, tetapi masyarakat masih belum sadar akan
kelakuan yang mereka lakukan dengan Riba, karena mereka lebih mementingkan keuntungan
yang di dapat dibanding akan memamhami adanya syariah islam yang sudah di tentukan. Kita
sebagai mahkluk yang bermoral dan berakhlak harus memahami dan melakukan akan adanya
larang yang sudah di tentukan oleh syariat Islam. Kesulitan dalam memahami nilai-nilai Islam
yang tidak mengenal dengan keuntungan yang di dapat . setiap upaya yang melihat larangan riba
sebagai suatu perintah agama akan menjadikan  pedoman agar tidak menyakiti orang lain . Oleh
karena  itu Islam mempunyai pandangan yang melarang akan adanya Riba agar umat Islam
bekerja keras tanpa menunggu adanya Riba dari pihak lai

PANDANGAN ISLAM ATAS BUNGA BANK KONVENSIONALDAN TRANSAKSI


BERBASIS BUNGA

Yang dimaksud dengan Bank sesuai undang-undang no. 7 tahun 1992tentang perbankan
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakatdalam bentuk simpanan, dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangkameningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.Orang yang menyimpan uangnya di bank diberikan keuntungan oleh bankitu yang
disebut dengan bunga bank berdasarkan persentase uang yangdisimpannya. Bank biasanya
hanya memberikan pinjaman kepada nasabah untukkeperluan produktif seperti modal
berdagang, pengembangan usaha dan lain-lain. Namun ada juga pinjaman atau kredit yang
diberikan bank unt

uk

keperluankonsumtif seperti kredit Pemilikan Rumah (KPR). Uang simpanan nasabah


didalam suatu bank tidak akan didiamkan begitu saja tetapi uang itu akan dijalankanuntuk
melancarkan perekonomian atau melaksanakan pembangunan. Darikeuntungan bank inilah
sebagian diberikan kepada nasabah sebagai bunga bank.Prinsip perbankan Islam adalah
menjauhkan riba dan menerapkan sistem bagi hasil dan jual beli. Ditinjau dari bahasa
Arab, riba bermakna: tambahan,tumbuh, dan menjadi tinggi. Menurut ensiklopedi Islam
Indonesia, Ar-Ribamakna asalnya ialah tambah, tumbuh, dan subur. Adapun pengertian
tambahdalam konteks riba ialah tambahan uang atas modal yang diperoleh dengan cara

yang tidak dibenarkan syara‟, apakah tambahan itu berjumlah sedikit maupun

berjumlah banyak, seperti yang diisyaratkan dalam Al-Qur‟an.


Tentang permasalahan bunga bank ini para ahli berbeda pendapat. Secaragaris besar
terdapat tiga pendapat yang berbeda yaitu: Haram, halal dan syubhat(belum jelas halal dan
haramnya). Kita tidak perlu mempermasalahkan perbedaantersebut, karena masalah bunga
bank itu ada dalam tataran hukum fiqih. Artinyamasalah ini merupakan masalah
khilafiyyah, seperti halnya mengenai jumlah13rakaat dalam sholat tarawih, ada yang
berpendapat 8 rakaat, 20 rakaat, bahkan adayang lebih dari itu. Perbedaan tersebut
seyogyanya kita sikapi dengan lapang dadadan jangan sampai menjadikan perpecahan
diantara kita ummat Islam. Karenasesungguhnya perbedaan itu merupakan rahmat
(keni‟matan) buat kita

Ada beberapa pendapat ulama mengenai bunga bank menurut syariah Islam:

1. Majelis Tarjih Muhammadiyah

Menurut lembaga ini, hukum tentang bunga bank dan riba dijelaskan sebagai berikut:

- Riba hukumnya haram dengan nash sharih Al-Qur’an dan As-Sunnah,

- Bank dengan sistem riba hukumnya haram dan bank tanpa riba hukumnya halal

- Bunga yang diberikan oleh bank-bank milik negara kepada para nasabahnya atau
sebaliknya

yang selama ini berlaku, termasuk perkara musytabihat (masih samar-samar, belum jelas

hukumnya sehingga butuh penelitian lebih lanjut)

2. Lajnah Bahsul Masa’il Nahdhatul Ulama

Menurut lembaga yang berfungsi dalam memberikan fatwa atas permasalahan umat ini,
hukum

bank dengan praktek bunga di dalamnya sama seperti hukum gadai. Terdapat 3 pendapat
ulama

sehubungan dengan masalah ini yaitu:

- Haram, sebab termasuk utang yang dipungut rentenir,

- Halal, sebab tidak ada syarat pada waktu akad atau perjanjian kredit

- Syubhat (tidak tentu halal haramnya), sebab para ahli hukum berselisih pendapat
tentangnya.

Meskipun ada perbedaan pandangan, Lajnah memutuskan bahwa pilihan yang lebih
berhatihati ialah pendapat pertama, yakni menyebut bunga bank adalah haram
PENUTUP

DAFTAR PUSAKA

Hanafi, Ahmad. Pengantar dan Sejarah Islam, Jakarta: Bulan Bintang 1997

Haris Gusnam dkk. Sejarah Kebudayaan Islam, Yogyakarta: UIN Press

https://www.kompasiana.com/reniyulistian/590ea99db793737c31ce1a9a/pandangan-islam-
terhadap-riba

https://media.neliti.com/media/publications/141387-ID-globalisasi-ekonomi-dan-implikasinya-
bag.pdf

Anda mungkin juga menyukai