ABSTRAK
PENDAHULUAN
KAJIAN TEORI
Dalam ekonomi, secara garis besar fenomena globalisasi dapat dilihat dari pertumbuhan
kegiatan ekonomi lintas negara dalam berbagai bentuk. Diantaranya, dua bentuk kegiatan
ekonomi yang secara nyata semakin mengglobal, yakni arus perdagangan dan arus modal
internasional. Oleh sebab itu, arus globalisasi dan arus perdagangan serta investasi dunia
berlangsung bersamaan.
Arus Perdagangan Internasional Pangsa dari pengeluaran konsumsi domestik terhadap
barang dan jasa yang diimpor dari negara-negara lain meningkat, dan bagian dari
produksi barang dan jasa di dalam negeri yang diekspor meningkat. Peningkatan ini
membuat volume perdagangan antarnegara di dunia meningkat, baik secara absolut
maupun relatif, yakni rasio dari perdagangan internasional (ekspor dan impor) terhadap
PDB dari masing-masing negara secara individu atau dunia.
Arus modal internasional atau arus modal antarnegara terdiri dari modal swasta dan
modal pemerintah. Arus modal swasta antarnegara bisa berbentuk investasi atau
pinjaman; sedangkan arus modal asing pemerintah pada umumnya dalam bentuk
pinjaman, misalnya pinjaman yang diterima dari pemerintah dari negara-negara yang
tergabung dalam CGI (Consultancy Group on Indonesia) atau dalam konteks bilateral
dengan pemerintah negara-negara donor secara individual.
Secara garis besar riba dikelompokan menjadi dua. Masing-masing adalah riba utang
piutang dan jual beli. Kelompok utang piutang terbagi menjadi riba qardh dan riba jahiliyyah.
Sedangkan kelompok jual beli terbagi menjadi Riba Fadhl dan Riba Nasi’ah. Penjelasan riba itu
dapat kita lihat dibawah ini:
1. Riba Fadhl
Adalah tambahan pada salah satu dua ganti kepada yang lain ketika terjadi tukar menukar
sesuatu yang sama secara tunai. Islam telah mengharamkan jenis riba ini dalam transaksi
karena khawatir pada akhirnya orang akan jatuh kepada riba yang hakiki yaitu riba an-
nasi’ah yang sudah menyebar dalam transaksi tradisi masyarakat Arab.
Karena perbuatan ini bisa mendorong seseorang untuk melakukan riba yang hakiki, maka
menjadi hikmah Allah dengan mengharamkan sebab ia bisa menjerumuskan mereka
kedalam perbuatan haram, dan siapa yang membiarkan kambingnya berada di sekitar
kawasan larangan hampir saja ia masuk ke dalamnya sebagaimana yang disabdakan oleh
Rosulullah.
Tidak ada perbedaan antara empat imam mazhab tentang haramnya riba al-fadhli,ada
yang mengatakan bahwa sebagian sahabat da yang membolehkannya diantaranya Abdullah
bin Mas’ud ra. Namun ada nukilan riwayat bahwa beliau sudah menarik pendapatnya dan
mengatakan haram.
Dalil pengharamanya adalah sabda Rosulullah SAW. Janganlah kalian menjual emas
dengan emas, perak dengan perak, tepung dengan tepung, dan gandum dengan gandum,
kurma dengan kurma, garam dengan garam, kecuali yang satu ukuran dan sama beratnya
dan jika jenisnya berbeda, maka jauhilah sesuka hati kalian dengan syarat tunai, siapa yang
menambah atau meminta tambahan sesungguhnya dia telah melakukan riba yang
mengambil dan memberi keduanya sama saja.
Adalah jual beli dengan mengakhirkan penyerangan kedua barang ganti atau salah satunya
tanpa menyebutkan waktunya.
3. Riba An Nasi’ah
Adalah jual beli dengan mengakhirkan tempo pembayaran. Riba jenis ini yang terkenal di
zaman jahiliah. Salah seorang dari mereka memberikan hartanya untuk orang lain sampai
waktu tertentu dengna syarat dia mengambil tambahan tertentu dalam setiap bulannya
sedangkan modalnya tetap dan jika sudah jatuh tampo ia akan mengambil modalnya, dan
jika dia belum sanggup membayar, maka waktu dan bunganya akan bertambah.
Riba dalam jenis transaksi ini sangat jelas dan tidak perlu diterangkan sebab semua unsure
dalam riba telah terpenuhi semua seperti tambahan dari modal, dan tempo yang
menyebabkan tambahan.
Di dalam Islam, Riba secara khusus berada dalam kelebihan baik itu kelebihan dalam bentuk
barang , maupun uang, seperti dua rupiah sebagai penukar satu rupiah. Riba berarti kelebihan
atau pertambahan dan jika dalam suatu kontrak penukaran barang yang di minta sebagai
penukaran satu barang yang sama, hingga di sebut dengan riba. Pada dasarnya, Riba adalah
pembayaran yang yang dikenakan terhadap pinjaman yang berlaku dimana modal yang berada
dalam pinjaman tersebut digunakan.
Sesungguhnya Riba dalam Bahasa Arab berarti tambahan , walau sedikit yang melibihi dari pada
modal pokok yang di pinjamkan, hingga hal tersebut disebut Riba dan bunga. Dalam
pemandangan perintah Islam tentang pengharaman riba tidak hanya dalam bentuk bunga bunga
tinggi saja tetapi melainkan untuk menghapus bentuk riba yang lain. Perintah tersebut guna
untuk membangun system baru yang bersifat bakhil dengan bersifat bermurah hati, dan
mementingkan diri sendiri guna bisa membantu orang lain tanpa mengharap kembaliin yang
diberi orang lain kepada kita.
Setelah mengetahui macam bentuk bisnis dan serta transaksi kredit, yang mengandung
Riba, pinjaman modal yang diterima oleh pemberi pinjaman yang melebihi dari modal yang di
pinjamkan sebenarnya tidak diperbolehkan dalam islam . Karena islam melarang adanya Riba,
contohnya dalam kasus minjam-meminjam, Si A meminjam uang kepada si B 200 Ribu tetapi Si
B meminta uangnya agar dikembalikan dengan adanya bunga misal 250 Ribu hal seperti ini
dalam Islam tidak diperbolehkan , akan tetapi beda jika si A mempunyai niatan membayar
hutang kepada peminjam dengan uang yang lebih tanpa si B meninta berarti diperbolahkan,
karna Si A sudah mempunyai niatan dari hati sehingga dalam Islam di perbolehkan.
Riba juga merupakan sebagian dari kegiatan Ekonomi yang telah berkembang sejak zaman
jahiliyah hingga sekarang . system pinjam-meminjam yang ada dalam Riba ini sangat
menguntungkan kaum pemilik modal karena mendapatkan keuntungan yang lebih dari yang
dipinjamkan. Sehingga Islam melarang adanya Riba karena menumbuhkan tradisi shadaqah agar
tidak ada yang teraniaya karena adanya Riba. Dalam kesamaan antara Bunga dan Riba yang di
larang dalam Al-Quraan dan hadits sulit dibantah bila pemahaman masyarakat muslim terhadap
konsep yang ada dalam Riba dan persamaannya belimlah merata sehingga masih banyak umat
Islam bergabung dalam bank konvensional yang menggunakan system bunga dalam kehidupan
maka dari itu turunlah ayat Allah yang melarang adanya Riba yang menyebabkan kerusakan dan
kemelaratan dalam kehidupan masyarakat terutama bagi masyarakat sederhana atau kurang
mampu.
Dalam pengertian Syariah, Riba memiliki dua kategori: Riba an-nasi’ah dan Riba al-fadhl
1. Riba Nasi’ah berarti menunda atau menunggu dan mengacu pada waktu yang diberikan bagi
pengutang untuk membayar kembali utang dengan memberikan tambahan, Karena itu Riba
Nasi’ah mengacu pada bunga pada utang.
2. Riba fadhl, Islam menghapus yang ada dalam instituasi bunga, tetapi semua bentuk pertukaran
yang tidak jujur dan tidal adil dalam Al-Quraan dan As-sunnah.
Saat ini betapa banyak Orang Islam yang datang ke bank untuk memohon kredit dengan rasa
optimis menjalankan usaha, Mereka tidak sadar bahwa dibebani dengan pembayaran yang
adanya bunga, karena mereka merasa cukup ringan dari keuntungan yang didaoat tanpa
memikirkan bunga yang akan dibayar, sebagai orang Muslim yang tidak mampu berpikir dan
berhitung, maka sebaiknya tidak berhubungan dengan bank, yang akan mendekatkan dia kearah
Riba karena akan menimbulkan kemudharatan bagi dia dan keluarganya. Riba yang Merupakan
pelanggaran hukum dan perbuatan yang tercela dalam pandangan syariah islam, Sehingga Riba
sangat jelas di larang oleh syariah sebagai bisnis modern dalam menumbuhkan atau
meningkatkan Riba.
Riba akan menimbulkan adanya mental pemboros yang akan menyebabkan kemalasan dalam
kerja. Dan dapat menimbulkan harta tanpa adanya kerja keras yang menunggu keuntungan yang
akan di dapat dari orang lain. Dan Riba juga akan membuat orang lain yang meminjam dengan
adanya unsure Riba akan tersiksa secara fikiran karena memikirkan keuntungan yang akan di
kembalikan kepada orang yang meminjam dengan nominal yang di pinjamkan . Karena itu Kita
sebagai umat Islam harus benar-benar menjauhkan diri dengan adanya Riba , agar tidak
menyakiti atau menzolimi orang lain.
Islam menganjurkan agar semua orang akan bekerja dengan cara yang halal tanpa adanya
kecanggungan yang berdekaant dengan adanya Riba, tetapi masyarakat masih belum sadar akan
kelakuan yang mereka lakukan dengan Riba, karena mereka lebih mementingkan keuntungan
yang di dapat dibanding akan memamhami adanya syariah islam yang sudah di tentukan. Kita
sebagai mahkluk yang bermoral dan berakhlak harus memahami dan melakukan akan adanya
larang yang sudah di tentukan oleh syariat Islam. Kesulitan dalam memahami nilai-nilai Islam
yang tidak mengenal dengan keuntungan yang di dapat . setiap upaya yang melihat larangan riba
sebagai suatu perintah agama akan menjadikan pedoman agar tidak menyakiti orang lain . Oleh
karena itu Islam mempunyai pandangan yang melarang akan adanya Riba agar umat Islam
bekerja keras tanpa menunggu adanya Riba dari pihak lai
Yang dimaksud dengan Bank sesuai undang-undang no. 7 tahun 1992tentang perbankan
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakatdalam bentuk simpanan, dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangkameningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.Orang yang menyimpan uangnya di bank diberikan keuntungan oleh bankitu yang
disebut dengan bunga bank berdasarkan persentase uang yangdisimpannya. Bank biasanya
hanya memberikan pinjaman kepada nasabah untukkeperluan produktif seperti modal
berdagang, pengembangan usaha dan lain-lain. Namun ada juga pinjaman atau kredit yang
diberikan bank unt
uk
yang tidak dibenarkan syara‟, apakah tambahan itu berjumlah sedikit maupun
Ada beberapa pendapat ulama mengenai bunga bank menurut syariah Islam:
Menurut lembaga ini, hukum tentang bunga bank dan riba dijelaskan sebagai berikut:
- Bank dengan sistem riba hukumnya haram dan bank tanpa riba hukumnya halal
- Bunga yang diberikan oleh bank-bank milik negara kepada para nasabahnya atau
sebaliknya
yang selama ini berlaku, termasuk perkara musytabihat (masih samar-samar, belum jelas
Menurut lembaga yang berfungsi dalam memberikan fatwa atas permasalahan umat ini,
hukum
bank dengan praktek bunga di dalamnya sama seperti hukum gadai. Terdapat 3 pendapat
ulama
- Halal, sebab tidak ada syarat pada waktu akad atau perjanjian kredit
- Syubhat (tidak tentu halal haramnya), sebab para ahli hukum berselisih pendapat
tentangnya.
Meskipun ada perbedaan pandangan, Lajnah memutuskan bahwa pilihan yang lebih
berhatihati ialah pendapat pertama, yakni menyebut bunga bank adalah haram
PENUTUP
DAFTAR PUSAKA
Hanafi, Ahmad. Pengantar dan Sejarah Islam, Jakarta: Bulan Bintang 1997
https://www.kompasiana.com/reniyulistian/590ea99db793737c31ce1a9a/pandangan-islam-
terhadap-riba
https://media.neliti.com/media/publications/141387-ID-globalisasi-ekonomi-dan-implikasinya-
bag.pdf