Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PANDANGAN ORIENTALISME TERHADAP NABI MUHAMMAD


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kajian Orientalis Al Qur’an

Dosen Pengampu:
Ust, Dr. Mukhrij Shidqy, MA

Disusun oleh:

Muhammad Fahmi Aminlillah


Eizza Dinillah

PRODI ILMU AL QURAN DAN TAFSIR


SEKOLAH TINGGI ILMU AL QURAN BAITUL QUR’AN DEPOK
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang
hingga saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, atas rahmat dan
ridha-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan penulisan makalah ini, yang mana
membahas tentang “Pandangan Orientalisme Terhadap Nabi Muhammad”. Guna
untuk memenuhi tugas, mata kuliah Kajian Orientalis Al Qur’an.
Tak lupa kami juga mengucapkan jazakumullah khairan kepada semua pihak
yang telah memberikan dukungan, masukan, arahan dan bimbingannya serta
membantu kami selama proses penulisan makalah ini hingga selesai. Untuk itu kami
mengucapan terima kasih kepada:
1. Ustadz. Dr Mukhrij Shidqy,MA. selaku dosen mata kuliah Kajian Orientalis Al
Qur’an atas bimbingan dan tugas yang diberikan.
2. Seluruh pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini, terutama kepada
teman-teman mahasiswa serta seluruh civitas academia STIQ Baitul Qur’an yang
sudah memberi semangat dan dukungan baik moril maupun materil.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna serta kesalahan yang kami yakini diluar batas kemampuan penulis. Maka
dari itu kami dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca agar kedepannya kami bisa memperbaiki makalah ini dengan lebih baik.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk kita semua.

Depok, 13 Februari 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1

A...Latar Belakang.......................................................................................................1
B...Rumusan Masalah..................................................................................................2
C...Tujuan Masalah..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 3

A...Pandangan Orientalisme Terhadap Nabi Muhammad ..........................................3


B...Pandangan Negatif Orientalis Terhadap Nabi Muhammad ..................................4
C...Pandangan Netral/Positif Orientalis Terhadap Nabi Muhamad............................ 5

BAB III PENUTUP......................................................................................................... 8

A...KESIMPULAN..................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 9

ii
BAB I

A. LATAR BELAKANG

Kenabian nabi Muhammad SAW dan sejarahnya, adalah dua hal yang
tidak bisa dipisahkan. Oleh karena itu, mempelajari sejarah kenabian
Muhammad SAW adalah sebuah hal yang urgen, khususnya bagi umat Islam.
Namun demikian, sumber-sumber informasi mengenai sejarah kenabian
umumnya hanya diakses dari kitab-kitab sejarah yang biasa disebut dengan
kitab sīrah nabawiyyah. Sīrah Ibn Isḥāq umumnya dianggap sebagai literatur
paling awal yang berbicara tentang sīrah nabawiyyah. Kitab ini diterbitkan
sekitar seratus tahun setelah Nabi Muhammad SAW wafat, sehingga sebagian
kalangan orientalis meragukan validitasnya, sebab sebuah dokumen sejarah
yang ideal seharusnya tidak berjarak terlalu jauh dari masa terjadinya sejarah
tersebut.

John Wansbrough adalah salah satu tokoh orientalis yang melontarkan


kritikanyg pedas dan tajam. John Edward Wansbrough adalah salah satu tokoh
orientalis kontemporer yang mempunyai perhatian lebih kepada kajian Islam,
khususnya tentang al-Qur’ān, ia adalah seorang pemikir yang produktif, hal itu
di buktikan dengan banyaknya literatur dan karya ilmiah yang ditulisnya.

Secara umum karya John Wansbrough memberikan kritik yang tajam dan
pedas atas kenabian (nubuwwah) Muhammad dan al-Qur’ān. Kenabian
Muhammad dipercayai sebagai imitasi (tiruan) dari kenabian Nabi Musa a.s
yang dikembangkan secara teologis untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Arab. Ia juga beranggapan bahwa Nabi Muhammad tidak bisa disamakan
dengan nabi-nabi lainnya. Menurutnya, dibandingkan dengan nabi-nabi lainnya,
terutama nabi-nabi dalam tradisi biblical, wahyu atau ucapan Muhammad
sendiri sangat rendah derajatnya. Meskipun al-Qur’ān menyebutnya sebagai
Nabi, namun al-Qur’ān juga menyebutkan kelebihan nabi lain yang tidak
dipunyai oleh Nabi Muhammad.

1
B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Pandangan Orientalis Terhadap Nabi Muhammad?

2. Bagaimana Pandangan Negatif Orientalis Terhadap Nabi Muhammad?

3. Bagaimana Pandangan Netral/Positif Orientalis Terhadpa Nabi Muhammad?

C. TUJUAN MASALAH

1. Untuk mengetahui Pandangan Orientalis Terhadap Nabi Muhammad

2. Untuk mengetahui Pandangan Negatif Orientalis Terhadap Nabi Muhammad

3. Untuk mengetahui Pandangan Netral/Positif Orientalis Terhadap Nabi


Muhammad

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pandangan Orientalis Terhadap Nabi Muhammad


Ketika umat Islam membicarakan sosok Nabi Muhammad Saw, maka
hampir bisa dipastikan beliau dinilai sebagai sosok yang mulia, maksum, dan
contoh terbaik bagi ummat manusia. Beliau juga dinilai sebagai manusia
pilihan dan Nabi terbaik sepanjang sejarah. Begitu banyak buku-buku yang
telah terbit menceritakan kesempurnaan sosok beliau.
Akan tetapi, hal itu tidak selalu berlaku bagi para orientalis, yaitu orang-
orang (sarjana-sarjana) Barat yang mendalami dunia Timur. Lantas, seperti
apakah sosok beliau dalam pandangan para orientalis tersebut? Dan,
bagaimana kah sikap yang seharusnya kita ambil?
Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak para orientalis memandang sinis
atas Rasulullah Saw. Bahkan, tidak jarang kata-kata pelecehan dan penghinaan
keluar dari lisan mereka.
Adalah John of Damascus (m.750 M) misalnya, berpendapat bahwa Nabi
Muhammad adalah seorang penipu terhadap orang Arab yang bodoh. Nabi
Muhammad, katanya, dengan cara yang licik mampu mengawini Khadijah
sehingga mendapat kekayaan dan kesenangan. Dengan cara yang cerdas Nabi
Muhammad juga berhasil menyembunyikan penyakit epilepsinya ketika
menerima wahyu dari Jibril. Selain itu, Muhammad memilki hobi perang
karena nafsu seksnya tidak tersalurkan.1
Senada dengan John of Damascus, Pastor Bede (673-735 M) berpendapat
bahwa Nabi Muhammad adalah seorang manusia padang pasir yang liar (a
wild man of desert). Ia menggambarkan Nabi Muhammad memiliki pribadi
kasar, cinta perang dan biadab, buta huruf, berstatus sosial rendah, bodoh
tentang dogma Kristen, dan tamak kuasa, sehingga ia menjadi penguasa dan
mengklaim dirinya sebagai nabi.
Penghinaan terhadap beliau juga dilakukan oleh Martin Luther yang
hidup pada zaman kelahiran kembali (Renaissance) dan zaman Reformasi

1
(Daniel J Sahas, John of Damascus on Islam: “The Heresy of the Ishmaelites”, Leiden: E.J.Brill,
1972,hlm.67-95).

3
(Reformation) Barat. Ia menganggap Nabi Muhammad sebagai orang jahat dan
mengutuknya sebagai anak setan. Adapun Voltaire yang hidup di zaman yang
sama menganggap Nabi Muhammad sebagai seorang yang fanatik, ekstremis,
dan pendusta yang paling canggih.
Sementara itu, Snouck Hurgronje yang pura-pura masuk Islam dan
sempat tinggal di Aceh, Indonesia mengatakan; “Pada zaman skeptik ini,
sangat sedikit sekali yang di atas kritik, dan suatu hari nanti kita mungkin
mengarapkan untuk mendengar bahwa Muhammad tidak pernah ada”.
Harapan Hurgronje ini selanjutnya terealisasikan dalam pemikiran Klimovich.
Ia menulis sebuah artikel pada tahun 1930 dengan judul “Did Muhammad
Exist”? Dalam tulisannya tersebut Klimovich menyimpulkan semua informasi
tentang kehidupan Nabi Muhammad hanyalah karangan manusia dan dibuat-
buat. Menurutnya, Nabi Muhammad adalah “fiksi yang wajib” karena selalu
ada asumsi “setiap agama harus mempunyai pendiri

B. Pandangan Negatif Orientalis Terhadap Nabi Muhammad


Sudah terjadi sejak awal persinggungan Islam–Kristen terjadi. Peter,
seorang pendeta dari Maimuna menyebut Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi
palsu. John of Damascus (m. 750 M) menyatakan bahwa Muhammad
mengajarkan anti-Kristus, penipu, licik, memiliki hobi perang dan nafsu
seksual tak tersalurkan
Lalu Pastur Bede dari Inggris (m. 735 M) menyebut Muhammad sebagai
a wild man of desert, kasar, suka perang, biadab, buta huruf, miskin, dan tamak
kekuasaan. Nabi Muhammad disebut dengan Mahound, atau Mahon, Mahomet,
atau Machamet yang dalam bahasa Prancis berarti berhala (Ahmad
Muhammad Jamal, Membuka Tabir Upaya Orientalis Memalsukan Islam,
1991).
Komentar tidak sedap terhadap Nabi Muhammad SAW terus dilontarkan
tokoh-tokoh Barat abad pertengahan. Ketika memasuki era renaisans,
pandangan negatif terhadap Nabi Muhammad SAW makin kasar. Sebut saja
Marlowes Tamburline yang menuduh Alquran sebagai karya setan. Martin
Luther menanggap Muhammad sebagai orang jahat dan mengutuknya sebagai
anak setan. Voltaire mengatakan Muhammad adalah ekstrimis dan pendusta
yang hebat. Dalam karyanya Essai Surles Moers dan Mahomet Voltaire
4
menganggap keberhasilan Muhammad karena didorong faktor ambisi, bukan
faktor agama. Pandangan negatif orientalis Barat selalu berkisar pada masalah
pribadi Nabi Muhammad SAW seperti nafsu seks, haus perang dan kekuasaan,
penyontekan Alquran dari tradisi Yahudi dan Nasrani, penyakit epilepsi, ahli
syair dan tukang sihir. Komentarnya ada yang ilmiah, dalam arti didukung
dengan sumber rujukan yang “dipelintir” dan ada pula yang tidak ilmiah yang
hanya sekedar mencaci maki. Di antara pandangan negatif yang dikategorikan
ilmiah menurut Buaben adalah Sir William Muir dalam karyanya The Life of
Muhammad from Original Source dan David Samuel Margoliouth terutama
dalam bukunya Muhammad and the Rise of Islam. Dengan menggunakan
kritik hadis yang diambil dari sumber klasik, Muir berpendapat bahwa semua
cerita yang menggambarkan kejelekan Muhammad adalah benar dan yang
menunjukkan kebaikannya adalah salah. Buaben menilai Muir terlalu
berlebihan dalam menekankan kepalsuan kenabian Muhammad, pemalsuan
wahyu untuk membenarkan perbuatan bejat, kekejaman seksualitas dan
tindakan tidak bermoral lainnya (Jabal Muhammad Buaben, Image of The
Prophet Muhammad in West, 1997). Sedangkan Margoliouth dengan
menggunakan sumber-sumber klasik seperti at-Thabari, Ahmad bin Hanbal
dan Ibn Hajar mengangkat masalah Muhammad yang terkena penyakit epilepsi,
Alquran adalah ciptaan Muhammad, Muhammad seorang penipu yang cerdik
memanipulasi pengikutnya sampai pada tingkat berzina dan penindasan
terhadap Yahudi dan Nasrani. Muir dan Margoliouth serta kebanyakan
orientalis abad ke-20 seperti Canon Edwar Sell, Michael Cook, Henri
Lammenes, Richard Bell, dan Patricia Crone menganalisis sosok Muhammad
dengan pendekatan abad pertengahan yang cenderung negative image

C. Pandangan Netral/Positf Orientalis Terhadap Nabi Muhammad


Tidak semua orientalis secara terang-terangan mencaci maki Nabi
Muhammad sebagaimana tokoh-tokoh orientalis yang disebutkan di atas.
Tidak sedikit orientalis yang bersikap simpatik terhadap beliau.
George Bernard Shaw, salah satu pengarang Inggris terkenal misalnya
mengakui bahwa ajaran-ajaran Nabi Muhammad Saw telah memuliakan
kedudukan wanita. Ia menyatakan bahwa beliau tidak membiarkan anak-anak

5
perempuan mati kedinginan dan kelaparan. Selain itu, beliau juga
menganjurkan berbuat baik kepada hewan.
Adapun Edward Gibbon, sejarawan Barat yang terkenal menyatakan:
“Hal yang baik dari Muhammad ialah membuang jauh kecongkakan seorang
raja. Beliau itu melakukan kerja kasar di rumah; menyalakan api, menyapu
lantai, memerah susu sapi, dan memperbaiki sendiri sepatu dan baju-baju wol
beliau.
Berbeda dengan Bernard dan Edward, Thomas Carlyle menyatakan
bahwa Nabi Muhammad adalah seorang yang jujur dan setia. Jujur dengan apa
yang beliau ucapkan, dan dalam hal apa yang belia pikirkan.
Sementara itu, beberapa orientalis seperti Maxime Rodinson, Norman
Daniel dan Montgomery Watt berusaha melepaskan diri dari prasangka
pendahulunya dalam menganalisis sirah Muhammad. Watt mengkritik
pendekatan propaganda perang abad pertengahan. Watt mengganti metode
konfrontasi dengan dialog. Watt ingin mencoba lebih “bersahabat” dan
berempati, setidaknya dibanding Muir dan Margoliouth. Namun Buaben masih
mengkritik Watt bahwa seperti halnya Muir dan Margoliouth, Watt pun masih
loyal terhadap pendahulunya di abad pertengahan (Muhidin Mulalic, Cara
Barat Memandang Muhammad, Islamia Vol. III/No. 2).
Pandangan netral orientalis yang mencoba “membela” Nabi Muhammad
SAW dilakukan di antaranya oleh Will Durant, Thomas Carlyle, Loria Valeri,
Edward Gibbon, Stanly Lane-Pole, Thomas W. Arnold dan lainnya. Will
Durant memuji-muji Nabi Muhammad SAW dalam buku The Story of
Civilization, “Jika kita mengukur kebesaran dengan pengaruh, dia seorang
raksasa sejarah. Dia berjuang meningkatkan tahap ruhaniah dan moral suatu
bangsa yang tenggelam dalam kebiadaban karena panas dan kegersangan
gurun. Dia berhasil lebih sempurna dari pembaharu manapun, belum pernah
ada orang yang begitu berhasil dalam mewujudkan mimpi-mimpinya seperti
dia.” Thomas Carlyle dalam On Heroes and Hero Worship menulis, “Dia
datang seperti sepercik sinar dari langit, jatuh ke padang pasar yang tandus,
kemudian meledakkan butir-butir debu menjadi mesiu yang membakar
angkasa sejak Delhi hingga Granada." Bahkan Michael H. Hart menempatkan
Muhammad sebagai urutan pertama orang yang paling berpengaruh dalam
sejarah. Katanya, “My choice of Muhammad to lead the lis of the world’s most
6
influential persons may surprise some reader and maybe questioned by others.
But he has only man in history who was supremely successful on both religion
and secular levels.” (Jatuhnya pilihan saya pada Nabi Muhammad untuk
memimpin di tempat teratas dalam daftar pribadi-pribadi yang paling
berpengaruh di dunia ini mungkin mengejutkan beberapa pembaca dan
mungkin pula dipertanyakan oleh yang lainnya. Namun dia memang satu-
satunya orang dalam sejarah yang telah berhasil secara unggul dan agung, baik
dalam bidang keagamaan maupun bidang keduniawian) (Michael H. Hart, The
100: A Ranking of The Most Influential person in History, 1918). Bisa jadi
umat Islam bangga nabinya menempati urutan No. 1. Namun tanpa disadari,
kita juga mengakui sahabat-sahabat Nabi, tokoh dan ilmuwan Islam yang hebat
itu tidak ada yang masuk dalam daftar, kecuali Umar bin Khattab di urutan ke-
50, persis di bawah Rene Descartes. Sungguh tidak salah firman Allah SWT,
wa lan tardha ankal yahuudu wa lan nashara hatta tattabi’a millatahum. Tidak
akan rela Yahudi dan Nasrani kepadamu hingga kalian mengikuti ajaran
mereka. (QS al-Baqarah:182).
Adapun mengenai ketokohan Nabi Muhammad yang berpengaruh
terhadap peradaban Islam dan dunia, mendorong orientalis mengkaji lebih
dalam tentang sosok Nabi Muhammad SAW. Perlu diketahui, orientalis adalah
cendekiawan Barat yang mengkaji secara komprehensif mengenai budaya
Timur. Baik itu sosiolog, antropolog, ahli Bahasa, atau sejenisnya yang
berfokus pada budaya Timur sebagai objek penelitiannya. Orientalisme Barat
dipandang negatif oleh sebagian orang Islam. Tak heran karena tidak sedikit
tokoh orientalis yang menyayat hati orang-orang muslim karena pandangannya
yang sentimen terhadap orang-orang Islam dan penelitiannya terkesan
subjektif. Hal itu dikarenakan ada motif yang beragam tentang penelitiannya.
Mulai dari motif dominasii politik, ekonomi maupu militer2

2
https://www.kuliahalislam.com/2021/11/nabi-muhammad-dalam-pandangan-orientalis-barat.html

7
BAB III
Kesimpulan

Sebagaimana pernyataan diatas maka dapat diberikan kesimpulan yaitu


ada 2 pandangan orientalis terhadap Nabi Muhammad yakni orientalis yang
berpandangan negatif dan orientalis yang berpandangan netral/positif yang
didalamnya ada beberapa tokoh yang saling mengomentari tentang Nabi
Muhammad. Adapun sikap yang bisa kita ambil dari tindakan para orientalis
tersebut adalah hendaknya celaan dan hinaan atas Nabi yang dilakukan oleh
para orientalis tersebut tidak menyurutkan kadar keimanan kita. Apalagi kalau
kita melihat bahwasanya sebagian orientalis justru banyak memberikan
penghargaan kepada beliau melalui kejujuran dan sikap objektif mereka.
Justru hal ini membuka mata kita agar berhati-hati terhadap pandangan
orientalis.

Kita hendaknya tetap mencintai beliau, menyayangi beliau, serta terus


bershalawat dan mencontoh tindak-tanduk beliau. Bahkan jika memungkinkan,
hendaknya kita semakin giat untuk mengembangkan wawasan keagamaan,
sehingga kita bisa meng-counter apa-apa yang diwacanakan oleh para
orientalis yang telah menebar benih kebencian terhadap Nabi.

8
DAFTAR PUSTAKA

(Daniel J Sahas, John of Damascus on Islam: “The Heresy of the Ishmaelites”, Leiden:
E.J.Brill, 1972)
https://www.kompasiana.com/luqman1990/550adfbfa33311991e2e3ab7/nabi-
muhammad-di-mata-orientalis
https://www.kuliahalislam.com/2021/11/nabi-muhammad-dalam-pandangan-orientalis-
barat.html

Anda mungkin juga menyukai