Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PERANG SALIB DAN SERANGAN

MONGOL KE BAGHDAD

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pembimbing: Dr. Muhammad Sungaidi, M.A

Disusun Oleh Kelompok 6

Ayu Setiyoningsih 11190510000116


Fitri Ardila 11190510000109
Mutia 11190510000104
Syarifatul Alawiyah 11190510000137

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
T. A 2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah Subhanahu wa ta’ala. Rabb semesta alam
yang telah melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar kepada
kami, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah dengan judul “Perang Salib dan
Serangan Mongol ke Baghdad” ini tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada Baginda Nabi
Muhammad SAW, keluarga beliau, para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti
beliau dengan baik hingga hari pembalasan.
Kami tentu menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah
ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya
kepada dosen pengampu kami, Bapak Dr. Muhammad Sungaidi, M.A yang telah
membimbing dalam menulis makalah ini. Demikian, kami berharap semoga
makalah ini bisa bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi pembaca.
Terimakasih

Ciputat, April 2020

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 3
C. Tujuan Masalah ................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Perang Salib .................................................................... 5
B. Latar Belakang Terjadinya Perang Salib ........................................... 6
C. Periodisasi Perang Salib ................................................................... 9
D. Dampak Perang Salib ....................................................................... 12
E. Silsilah Bangsa Mongol .................................................................... 13
F. Invasi Mongol Sampai Baghdad Jatuh .............................................. 14
G. Batas Kekuasaan Mongol ................................................................. 15
H. Dampak Serangan Mongol terhadap Islam ........................................ 16
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak kekuasaan Bani Abbasiyah didominasi oleh orang-orang Turki, Buwaihi
dan Saljuk, Otoritas kekuasaanya tidak mempunyai pengaruh politik sama sekali
dan dapat dikatan hanya sebagai boneka saja. Hal ini ditandai dengan melemahnya
kepatuhan dinasti-dinasti kecil yang berada dibawah taring kekuasannya.
Perpecahan dikalangan umat islam membuka jalan bagi rezim-rezim non-muslim
seperti Mongol dan pasukan dari Negara-negara Eropa untuk menguasai Negara
Islam dan peradabannya. Perang salib menyebabkan banyak kerugian dikalangan
umat Islam terutama dalam aspek politik. Imeprium Islam dihancurkan secara
sistematik. Belum lagi kedatangan orang-orang Mongol yang membawa
malapetaka dan bencana terhadap umat Islam melalui pembantaian, sistem
perbudakan dan bebean pajak yang tinggi. Bahkan Baghdad sebagai pusat
kebudayaan dan peradaban islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu
pengetahuan takut pula dibumi hanguskan oleh Hulagu Khan dan pasukannya.

Untuk mengetahui sejauh mana proses dan dampak yang ditimbulkan dari
serangan-serangan (invasi) bangsa Mongol dan perang salib tersebut, maka kami
akan menguraikannya dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut.
1. Apa pengertian perang salib?
2. Apa yang melatarbelakangi terjadinya perang salib?
3. Bagaimana periodisasi perang salib dan apa dampak yang ditimbulkan dari
perang salib?
4. Bagaimanakah silsilah bangsa Mongol?
5. Bagaimana invasi Mongol sampai Baghdad jatuh, dan mana sajakah batas
kekuasaan Mongol?
6. Apa dampak serangan Mongol terhadap Islam?

3
C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan masalahnya sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui apa itu perang salib.
2. Untuk mengetahui apa saja faktor penyebab terjadinya perang salib.
3. Untuk mengetahui bagaimana periodisasi perang salib itu, dan dampak apa saja
yang ditimbulkan dari perang salib tersebut.
4. Mengetahui asal usul bangsa mongol.
5. Mengetahui bagaimana invasi Mongol sampai Baghdad jatuh, dan mengetahui
mana sajakah batas kekuasaan Mongol.
6. Mengetahui dampak serangan Mongol terhadap Islam

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perang Salib


Perang Salib (The Crusades) merupakan perang selama dua abad yang terjadi
sebagai reaksi kristen di Eropa terhadap umat Islam di Asia yang dianggap sebagai
pihak penyerang. Perang Salib adalah gerakan umat Kristen di Eropa yang
memerangi umat Muslim.1 Sejak tahun 632 M hingga meletusnya Perang Salib,
sejumlah kota-kota penting dan tempat suci umat Kristen telah diduduki umat islam
seperti Suriah, Asia Kecil, Spanyol, dan Sicilia.2 Perang Salib adalah gerakan umat
Kristen di Eropa yang memerangi umat Muslim di Palestina secara berulang-ulang
mulai abad ke-11 sampai abad ke-13 yang diserukan oleh Paus dengan tujuan untuk
merebut kota tempat tuhan mereka berpijak.3

Disebut Perang Salib, karena ekspedisi militer Kristen mempergunakan tanda


salib pada bahu, lencana dan panji-panji mereka sebagai simbol pemersatu untuk
menunjukkan bahwa peperangan yang mereka lakukan adalah perang suci dan
bertujuan untuk membebaskan kota suci Baitulmaqdis (Yerusalem) dari tangan
orang-orang Islam.

Bagi orang-orang Eropa, Perang salib dikaitkan dengan kebangkitan kembali


agama, dan bahkan dikaitkan dengan suatu gerakan kerohanian besar dimana dunia
Kristen Barat mengalami kesadaran identitas yang baru. Atas seruan Paus Urabanus
II, seluruh raja-raja Kristen di Eropa bersatu dan mengerahkan rakyatnya terlibat
dalam Perang Salib. Namun, bagi umat Islam pada umumnya Perang Salib tidak
lebih dari suatu insiden perbatasan, suatu kelanjutan dari pertempuran-pertempuran
yang telah berlangsung di Suriah dan Palestina selama setengah abad belakangan.4

1
Adian Husaini. Tinjauan Historis Konflik Yahudi Kristen Islam. (Bandung: Gema Insani, 2004). Hal
155
2
Maslani Ratu Suntiah. Sejarah Peradaban Islam. (Bandung: CV Insan Mandiri, 2001). Hal 133.
3
Musyrifah Sunanto. Sejarah Islam Klasik, Pengembangan Ilmu Pengetahuan Islam. (Jakarta:
Prenada Media, 2004). Hal. 181.
4
Op.Cit. Hal 133

5
Pada hakikatnya, Perang Salib bukanlah perang agama, melainkan perang
merebut kekuasaan daerah. Hal ini dibuktikan dengan adanya pertukaran ilmu
pengetahuan antara tentara salib dengan tentara muslim.

B. Latar Belakang Terjadinya Perang Salib


Menurut Phillip K. Hittin, Perang Salib adalah reaksi dunia Kristen di Eropa
terhadap dunia Islam di Asia. Penyebab langsung terjadinya perang salib ialah
permintaan kaisar Alexius Comnenus tahun 1095, kepada Paus Urbanus II. Kaisar
dari Bizantium ini meminta bantuan dari Romawi, karena daerah-daerahnya yang
tersebar sampai ke pesisir laut Marmura ditindas-binasakan oleh Bani Saljuk.
Bahkan, kota Konstantinopel pusat kekuasaan Romawi diancam direbut oleh kaum
muslimin.5 Dengan adanya permintaan ini, Paus melihat kemungkinan untuk
mempersatukan kembali (Gereja Yunani dengan Romawi yang telah terpecah tahun
1009-1054). Selain itu, terjadinya Perang Salib antara timur-Islam dengan Barat-
Kristen disebabkan oleh faktor-faktor utama yaitu agama, politik dan sosial
ekonomi.6

1. Faktor Situasi Eropa dan Timur Tengah


Asal mula ide perang salib adalah perkembangan yang terjadi di Eropa Barat
sebelumnya pada Abad Pertengahan, selain itu juga menurunnya pengaruh
Kekaisaran Byzantium di timur yang disebabkan oleh gelombang baru serangan
Muslim Turki. Pecahnya Kekaisaran Carolingian pada akhir Abad Ke-9,
dikombinasikan dengan stabilnya perbatasan Eropa sesudah peng-Kristen-an
bangsa-bangsa Viking, Slavia, dan Magyar, telah membuat kelas petarung
bersenjata yang energinya digunakan secara salah untuk bertengkar satu sama lain
dan meneror penduduk setempat. Gereja berusaha untuk menekan kekerasan yang
terjadi melalui gerakan-gerakan Pax Dei dan Treuga Dei. Usaha ini dinilai berhasil,
akan tetapi para ksatria yang berpengalaman selalu mencari tempat untuk
menyalurkan kekuatan mereka dan kesempatan untuk memperluas daerah

5
Musyrifah Sunanto. Sejarah Islam Klasik, Pengembangan Ilmu Pengetahuan Islam. (Jakarta:
Prenada Media, 2004). Hal. 182.
6
http://abloilmu.blogspot.com/2015/03/makalah-perang-salib.html

6
kekuasaan pun menjadi semakin tidak menarik. Pengecualiannya adalah saat terjadi
Reconquista di Spanyol dan Portugal, dimana pada saat itu ksatria-ksatria dari
Iberia dan pasukan lain dari beberapa tempat di Eropa bertempur melawan pasukan
Moor Islam.

Perang Salib adalah sebuah gambaran dari dorongan keagamaan yang intens
yang merebak pada akhir abad ke-11 di masyarakat. Seorang tentara Salib, sesudah
memberikan sumpah sucinya, akan menerima sebuah salib dari Paus atau wakilnya
dan sejak saat itu akan dianggap sebagai “tentara gereja. Selanjutnya, “Penebusan
Dosa” adalah faktor penentu dalam hal ini. Ini menjadi dorongan bagi setiap orang
yang merasa pernah berdosa untuk mencari cara menghindar dari kutukan abadi di
Neraka. Persoalan ini diperdebatkan dengan hangat oleh para tentara salib tentang
apa sebenarnya arti dari “penebusan dosa” itu. Kebanyakan mereka percaya bahwa
dengan merebut Yerusalem kembali, mereka akan dijamin masuk surga pada saat
mereka meninggal dunia. Keberadaan Muslim di Tanah Suci harus dilihat sejak
penaklukan bangsa Arab terhadap Palestina dari tangan Kekaisaran Bizantium pada
abad ke-7. Hal ini sebenarnya tidak terlalu memengaruhi penziarahan ke tempat-
tempat suci kaum Kristiani atau keamanan dari biara-biara dan masyarakat Kristen
di Tanah Suci Kristen ini. Sementara itu, bangsa-bangsa di Eropa Barat tidak terlalu
perduli atas dikuasainya Yerusalemyang berada jauh di Timur sampai ketika
mereka sendiri mulai menghadapi invasi dari orang-orang Islam dan bangsa-bangsa
non-Kristen lainnya seperti bangsa Viking dan Magyar. Akan tetapi, kekuatan
bersenjata kaum Muslim Turki Saljuk yang berhasil memberikan tekanan yang kuat
kepada kekuasaan Kekaisaran Byzantium yang beragama Kristen Ortodoks Timur.

Titik balik lain yang berpengaruh terhadap pandangan Barat kepada Timur
adalah ketika pada tahun 1009, kalifah Bani Fatimiyah, Al-Hakim bi-Amr Allah
memerintahkan penghancuran Gereja Makam Kudus (Church of the Holy
Sepulchre). Penerusnya memperbolehkan Kekaisaran Byzantium untuk
membangun gereja itu kembali dan memperbolehkan para peziarah untuk berziarah
di tempat itu lagi. Akan tetapi, banyak laporan yang beredar di Barat tentang
kekejaman kaum Muslim terhadap para peziarah Kristen. Laporan yang didapat dari

7
para peziarah yang pulang ini kemudian memainkan peranan penting dalam
perkembangan Perang Salib pada akhir abad itu.

2. Faktor Agama
Berbagai literatur umumnya menuliskan bahwa faktor utama dari sisi agama
ialah sejak Dinasti Seljuk merebut Baitul Maqdis dari Dinasti Fathimiyah. Ketika
itu umat Kristen merasa tidak lagi bebas untuk menunaikan ibadah ke sana. Mereka
yang pulang dari ziarah sering mendapat perlakuan jelek dari orang-orang Seljuk .
Selain itu khalifah Abdul Hakim menaikkan pajak ziarah bagi orang-orang Kristen
Eropa. Hal ini memicu kemarahan Paus Urbanus II yang mengatakan bahwa hal
tersebut merupakan perampokan dan sebuah kewajiban untuk merebut kembali
Baitul Maqdis . Selain itu, Paus juga menjanjikan kejayaan, kesejahteraan, emas,
dan tanah di Palestina, serta surga bagi para ksatria yang mau berperang.

Namun, perang salib tidak terlepas dari penyebaran agama Islam ke berbagai
daerah yang menjadi kota-kota penting dan tempat suci umat Kristen. Seperti
halnya beberapa kawasan Iran dan Syria (632), penaklukan Syria, Mesopotamia dan
Palestina (636), Mesir (637), penaklukan Cyprus dan Afrika Utara (645),
peperangan melawan Byzantium (646) kemudian terjadi peperangan di laut
melawan Byzantium (647) hingga musnahnya kerajaan Parsi pada tahun yang sama.
Tidak hanya itu, penyebaran Islam juga mengharuskan serangan atas Konstatinopel
(677) kemudian terjadi kembali pada 716, penaklukan Spanyol, Sind dan
Transoksian (711) hingga serangan atas bagian selatan Perancis (792) dan berbagai
peristiwa penaklukan lainnya dalam melakukan ekspansi serta dakwah Islam.

3. Faktor Politik
Pada periode di Clermont Perancis, Paus Urbanus II (1088-1099) memulai
inisiatif mempersatukan dunia Kristen (yang saat itu terbelah antara Romawi Barat
di Roma dan Romawi Timur atau Byzantium di Konstantinopel). Kebetulan saat itu
raja Byzantium sedang merasa terancam oleh ekspansi kekuasaan Saljuk, yakni
orang-orang Turki yang sudah memeluk Islam. Ketika terasa cukup sulit untuk
mempersatukan para pemimpin dunia Kristen dengan ego dan ambisinya masing-

8
masing, maka dicarilah suatu musuh bersama. Dan musuh itu ditemukan yaitu
ummat Islam. Sasaran jangka pendeknya pun didefinisikan: pembebasan tempat-
tempat suci Kristen di bumi Islam, termasuk Baitul Maqdis. Adapun sasaran jangka
panjangnya adalah melumat ummat Islam.

Sementara itu, umat Islam justru terpecah tidak hanya secara “pandangan”
terhadap agama, namun juga hingga politik. Mereka yang bersebarangan tidak
dapat bersatu padu dalam melawan Kristen. Hingga akhirnya Sholahudin al-Ayubi
datang dan menyatukan kembali.

4. Faktor Sosial Ekonomi


Stratifikasi sosial masyarakat Eropa ketika itu terdiri atas kaum gereja,
bangsawan serta ksatria dan rakyat jelata. Mayoritas dari mereka adalah rakyat
hjelata yang harus tunduk pada tuan tanah, terbebani pajak dan kewajiban lainnya.
Gereja memobilisir mereka untuk turut serta dalam perang salib dengan janji akan
diberi kebebasan dan kesejahteraan yang lebih baik bila dapat memenangkan
peperangan. Masyarakat Eropa memberlakukan dikriminasi terhadap rakyat jelata.
Di Eropa ketetapan hukum waris, bahwa hanya anak tertua yang berhak menerima
waris. Jika anak tertua meninggal, maka harta waris harus diserahkan kepada
gereja. Hal ini menyebabkan anak miskin meningkat; kemudian diarahkan untuk
turut berperang. Sementara, meluasnya daerah kekuasaan Islam berdampak pada
beragam pola pemahaman, budaya dan cara beragama. Sehingga nilai-nilai Islam
sebagai rahmatan lil alamin belum dapat meresapi seluruh daerah kekuasaan Islam.
Tidak sedikit perlakuan buruk yang dilakukan oleh kaum muslim terhadap orang-
orang kristen; utamanya mereka yang hendak berziarah ke Baitul Maqdis. Namun,
dengan meluasnya daerah kekuasaan, perekonomian muslim di timur tengah
mengalami kemajuan yang pesat.

C. Periodisasi Perang Salib


Philip K. Hitti menyederhanakan periodisasi Perang Salib dalam tiga periode.
Pertama masa penaklukan (1009-1144). kedua, masa timbulnya reksi umat Islam
(1144-1192). Dan yang ketiga, masa perang saudara kecil-kecilan yang berakhir
sampai 1291 M.

9
1. Periode Pertama
Disebut periode penaklukan. Jalinan kerjasama Kaisar Alwxus 1 dan Paus
Urbanus II berhasilkan membangkitkan semangat umat Kristen, terutama pada
pidato Paus Urbanus II di Clermont (Perancis selatan), 26 November 1095. Pidato
tersebut membuat orang Kristen, mendapat suntikan untuk mengunjungi kuburan
suci. Hassan Ibrahim Hassan dalam buku Tarikh AL-Islam (Sejarah Kebudayaan
Islam mennggambarkan gerakan ini sebagai gerombolan rakyat jelata yang tidak
memiliki pengalaman perang, tidak disiplin, dan tanpa persiapan. Gerakan ini di
pimpin oleh Pierre I’ermite. Sepanjang jalan menuju Konstantinopel, mereka
membuat keonaran, melakukan perampokan, dan bahkan terjadi bentrokan dengan
penduduk Hongaria dan Bizantium. Akhirnya, dengan mudah, pasukan Salib ini
dapat di kalahkan oleh pasukan Dinasti Saljuk. Pasukan Salib berikutnya di pimpin
oleh Godfrey of Bouillon. Gerakan ini lebih merupakan gerakan militer yang
terorganisasi rapi. Mereka berhasil menduduki kota suci Palestina (Yerussalem)
pada 7 juli 1099. Pasukan Godfrey ini melakukan pembantaian besar-besaran
terhadap umat Islam tanpa membedakan laki-laki dan wanita, anak-anak dan
dewasa serta tua dan muda. Mereka juga membumihanguskan bangunan-bangunan
milik umat Islam. Sebelum menduduki Baitul Makdis, pasukan ini terlebih dahulu
merebut Anatalia Seletan, Tarsus, Antiolia, Allepo, dan ar-Ruba’ (Eddesa), juga
merebut Tripoli, Syam (Suriah), dan Arce. Kemenangan pasukan salib pada periode
ini telah mengubah peta dunia Islam dan berdirinya kerajaan-kerajaan Latin-kristen
di timur seperti kerajaan Baitulmakdis (1099) di bawah pemerintahan raja Godfrey,
Edessa (1099) di bawah raja Baldwin, dan Tippoli (1099) di bawah kekuasaan raja
Reymond 13.

2. Periode Kedua
Disebut periode reaksi umat Islam (1144-1192). Jatuhnya beberapa kekuasaan
Islam ke tangan kaum Salib membangkitkan kaum Muslimin menghimpun
kekuatan untuk menghadapi mereka. Di bawah komando Imaduddin Zangi,
gubernur Mosul, kaum muslimin bergerak maju membendung serangan pasukan
Salib. Bahkan mereka berhasil merebut kembali Allepo dan Addesa (1144). Setelah

10
Imaduddin wafat tahun 1146, posisinya di gantikan oleh putranya, Nuruddin Zanki.
Ia meneruskan cita-cita ayahnya yang ingin membebaskan negara-negara islam di
timur dari cengkraman kaum Salib.Kota-kota yang berhasil di bebaskan, antara lain
Damaskus (1147), Antiolia (1149), dan Mesir (1169). Kemenangan kaum muslimin
ini ,terutama setelah munculnya Salahuddin Yusuf al-Ayyubi (Saladin) di Mesir
yang berhasil membebaskan Baitulmakdis pada 2 Oktober 1187.Keberhasilan umat
Islam ini telah membangkitkan kaum Salib untuk mengirim ekspedisi di pimpin
oleh raja-raja besar Eropa, seperti Frederick I (Barbarossa, Kaisar Jerman), Richard
I (The lion hearted Raja Inggris), dan phillif II (Augustus, Raja Prancis).7

Ekspedisi Salib ini di bagi beberapa divisi, sebagian menempuh jalan darat dan
sebagian lagi menempuh jalur laut. Frederick yang memimpin divisi darat tewas
ketika menyebrangi sungai Armenia, dekat kota Ruba’, (Eddesa). Sebagian
tentaranya kembali, kecuali beberapa orang yang terus melanjutkan perjalanannya
di bawah pimpinan putra Frederik. Dua divisi lainnya yang menempuh jalur laut
bertemu di Sisilia. Mereka berada di Sisilia hingga musim dingin berlalu. Karena
terjadi kesalah pahaman, akhirnya mereka meninggalkan Sisilia secara terpisah.
Richard menuju Chiprus dan mendudukinya, kemudian melanjutkan perjalanan ke
Suriah (syam), sedangkan Philip langsung ke Arce, dan pasukannya berhadapan
dengan pasukan Saladin, sehingga terjadi pertempuran sengit. Namun, akhirnya
pasukan Saladin memilih mundur dan mengambil langkah untuk mempertahankan
Mesir. Dalam keadaan demikian, pihak Richard dan pihak Saladin sepakat untuk
melakukan gencatan senjata dan membuat perjanjian. Inti perjanjian damai itu
adalah daerah pedalaman akan menjadi milik kaum muslimin dan umat Kristen
berziarah ke Baitulmakdis akan terjamin keamanannya. Adapun dareah Pesisir
Utara, Arce, dan Jaita berada di bawah kekuasaan tentara Salib.8

7
Dedi Supriyadi. Sejarah Peradaban Islam. (Bandung: Pustaka Setia, 2008). Hal 173.
8
Ibid. Hal 174

11
3. Periode Ketiga
Periode ketiga (1193-1291) lebih di kenal dengan periode perang saudara kecil-
kecilan atau periode kehancuran di dalam pasukan Salib. Hal ini di sebabkan oleh
ambisi politik untuk memperoleh kekuasaan dan sesuatu yang bersifat matearilistik
daripada motivasi agama. Dalam periode ini, muncul pahlawan wanita dari
kalangan kaum muslimin yang terkenal gagah berani, yaitu Syajar Ad-Durr. Ia
berhasil menghancurkan pasukan raja Louis IX dari Prancis sekaligus menangkap
raja tersebut. Bukan hanya itu, pahlawan wanita yang gagah berani ini telah mampu
menunjukkan kebesaran Islam dengan membebaskan dan mengizinkan Raja Louis
IX kembali ke Negrinya, Prancis.9

D. Dampak Perang Salib


Perang Salib menimbulkan beberapa akibat penting dalam sejarah dunia.
Perang Salib membawa Eropa ke dalam kontak langsung ke dalam dunia Muslim
dan terjalinnya hubungan antara timur dan barat. Kontak ini menimbulkan saling
tukar pikiran antara kedua belah pihak. Pengetahuan orang timur yang progresif dan
maju memberi daya dorong besar bagi intelektual Eropa Barat.Hal ini meahirkan
suatu bagian penting dalam menubuhkan Reneisans di Eropa. Keuntungan perang
Salib bagi Eropa adalah menambah lapangan perdagangan, mempelajari kesenian,
dan penemuan penting, seperti kompas pelaut, kincir angin, dan sebagainya dari
orang Islam. Mereka juga dapat mengetahui cara bertani yang maju dan
mempelajari kehidupan industri timur yang lebih berkembang .Ketika kembali ke
Eropa, mereka mendirikan sebuah pasar khusu untuk barang barang timur. Orang
barat mulai menyadari kebutuhan akan barang-barang timur, dan karena
kepentingan ini perdagangan antara timur dan barat menjadi lebih berkembang.
Kegiatan perdagangan tersebut lebih berpengaruh pada perkembangan kegiatan
maritim di Laut Tengah. Orang-orang Islam yang pernah menguasai Laut Tengah
kehilangan kekuasaan, sementara orang Eropa bebas menggunakan jalan laut
melalui Laut Tengah tersebut.10

9
Ibid.
10
Ibid. Hal 175

12
E. Silsilah Bangsa Mongol
Fakta sejarah mengungkapkan bahwa pelopor bangsa Mongol adalah Yesugay,
ayah dari Jenghis Khan. Setelah kematian Yesugay, Jenghis Khan memimpin
bangsa Mongol sehingga gelar Jenghis diberikan kepadanya oleh sidang para
kepala suku Mongol yang mengangkatnya sebagai pemimpim tertinggi bangsa itu
pada tahun 1206. yang lahir pada tahun 1154 M. Dan memproklamasikan sebagai
Khan (raja) pada tahun 1219, bangsa Mongol menaklukkan Cina seluruh bangsa
Tartar. Sejak itu, umat Islam diatur oleh beberapa dinasti baru.

Jenghis adalah seorang pandai besi yang mencuat namanya karena


memenangkan perselisihan dengan orang Khan atau Togril, seorang kepala suku
Kereyt. Bangsa yang dipimpinnya meluas ke wilayah Tibet (Cina Barat Laut), dan
Cina pada tahun 1213, serta dapat menaklukkan Beijing pada tahun 1215. Ia
menundukkan Turkistan pada tahun 1218 yang berbatasan dengan wilayah Islam,
yakni Khwarazm Syah.

Invasi Mongol ke wilayah Islam terjadi karena adanya peristiwa Utrar pada
tahun 1218, yaitu ketika Gubernur Khawarazm membunuh para utusan Jenghis
yang disertai pula oleh para saudagar muslim. Peristiwa tersebut menyebabkan
Mongol menyerbu wilayah Islam dan dapat menaklukkan Transoxania yang
merupakan wilayah Khwarazm tahun 1219-1220, padahal sebelumnya mereka
justru hidup berdampingan secara damai satu sama lain. Kota Bukhara di
Samarkand yang didalamnya terdapat makam Imam Bukhari, salah seorang perawi
hadis yang termansyur, dihancurkan. Jalaluddin, penguasa Khwarazm yang
berusaha meminta bantuan kepada Khalifah Abbasiyah di Baghdad, menghindari
diri dari serbuan Mongol. Ia diburu oleh lawannya hingga ke india pada tahun 1221,
dan akhirnya ia lari ke barat.

Wilayah kekuasaan Jenghis Khan yang luas tersebut dibagi untuk empat orang
putranya sebelum ia meninggal dunia pada tahun 624/1227. Pertama, ialah Jochi,
anaknya yang sulung mendapat wilayah Siberia bagian barat dan stepa Qipchaq
yang membentang hingga ke Rusia Selatan, di dalamnya terdapat Khwarazm.

13
Kedua, adalah Chaghatay, mendapat wilayah yang membentang ke timur, sejak
Transoxania hingga Turkistan Timur atau Turkistan Cina. Ketiga, bernama
Ogedey, adalah putra Jengis Khan yang terpilih oleh Dewan Pemimpin Mongol
untuk menggantikan ayahnya sebagai Khan Agung yang mempunyai wilayah di
Pamirs dan T’ien Syan. Keempat, ialah Toluy, si bungsu mendapat bagian wilayah
Mongolia sendiri. Anak-anaknya, yakni Mongke dan Qubilay menggantikan
Ogedey sebagai Khan Agung

F. Invasi Mongol Sampai Baghdad Jatuh


Invasi Mongol terjadi pada masa pemerintahan Iltutmish pada tahun 1221 M.
Orang-orang Mongol muncul untuk pertama kalinya di tepi Sungai Indus di bawah
pimpinan Jengis Khan. Dia menundukkan negeri-negeri Asia Tengah dan Asia
Barat dengan cepat, dan ketika dia menyerang Jalaluddin yaitu Syah Khawarizm
yang terakhir, Syah tersebut melarikan diri ke Punjab dan mencari perlindungan di
daerah jajahan Iltutmish.

Kisah jatuhnya ibukota Abbasiyah pada tahun 1258, yang didirikan oleh
khalifah kedua, Al-Mansur terjadi setelah diblokade kota “Seribu Satu Malam”,
dinding-dinding Baghdad yang kuat diserang oleh pasukan Holako Khan pada
bulan Januari 1258. Orang-orang Mongol tidak mau menerima syarat-syarat yang
diajukan oleh pihak Abbasiyah untuk menerima penyerahan kota. Bahkan, mereka
tidak dapat menerima ancaman-ancaman yang direkayasa dan dipercayai oleh
penduduk Baghdad, seperti akan hancur bagi siapa saja yang memusuhi khalifah
Abbasiyah dan bila khalifah dibunuh, kesatuan alam akan terganggu, matahari akan
bersembunyi, hujan akan terhenti turun, dan tumbuh-tumbuhan tidak akan hidup
lagi. Hulako tidak mau menerima ancaman yang berbau gaib itu karena ia sudah
dinasihati oleh para astropolognya.

Akhirnya, pasukan Mongol menyerang kota pada tanggal 10 Februari 1258.


Khalifah beserta 300 pejabat tinggi Negara menyerah tanpa syarat. Hulako
mengenakan gelar II khan dan menguasai wilayah yang lebih luas lagi sehingga ke
Siria Utara, seperti kota Aleppo, Hama, Harim.

14
Dalam tulisan Philip K. Hitti, dijelaskan bahwa pada tahun 1253, Hulagu, cucu
Jengis Khan, bergerak dari Mongol memimpin pasukan berkekuatan besar untuk
membasmi kelompok pembunuh (hasyasyin) dan menyerang kekhalifahan
Abbasiyah. Inilah gelombang serangan kedua yang dilakukan bangsa Mongol.
Pada 1256, sejumlah besar benteng Hasyasyin, termasuk “puri induk” di Alamut,
telah direbut tanpa sedikit pun kesulitan, dan kekuasaan kelompok yang ketakutan
hancur-lebur. Bahkan lebih tragis lagi, bayi-bayi disembelih dengan kejam. Pada
Januari 1258, anak buah Hulagu bergerak untuk meruntuhkan tembok ibukota.
Selanjutnya, ia ingin merebut Mesir, tetapi malang, pasukan Mamluk rupanya lebih
kuat dan lebih cerdik sehingga pasukan Mongol dapat dipukul di ‘Ain Jalut,
Palestina, pada tahun 1260. Ia pun mengurungkan niatnya melangkahi Mesir. Atas
saran Nasiruddin At-Tusi, seorang filosof muslim besar, ia membangun
observatorium di Maragha pada tahun 1259.

Pada tahun 1260, pasukan Hulagu mengancam Suriah Utara. Selain merebut
Aleppo dan Damaskus, Hulagu menebaskan pedangnya untuk membantai sekitar
50.000 penduduknya, dia juga merebut Hamah dan Harim. Sebagai pendiri
Kerajaan Mongol, Hulagu adalah raja pertama yang memangku gelar II Khan. Gelar
ini disandang oleh para penerusnya hingga penerus ke tujuh, Ghazan Mahmud,
yang di bawah kekuasaannya, Islam dengan kecenderungan Syiah menjadi agama
Negara. Di bawah rezim Il Khan atau Hulagu, Baghdad diturunkan posisinya
menjadi ibukota provinsi dengan nama Iraq Al- ‘Arabi.

G. Batas Kekuasaan Mongol


Wilayah kultur arab menjadi jajahan Mongol setelah Baghdad ditaklukkan oleh
Hulagu Khan pada tahun 1258. Ia membentuk kerajaan II Khaniyah yang berpusat
di Tabris dan Maragha. Ia dipercaya oleh saudaranya, Mongke Khan untuk
mengembalikan wilayah-wilayah Mongol di Asia Barat yang telah lepas dari
kekuasaan Mongol setelah sepeninggalnya Chinggis. Ia berangkat disertai pasukan
yang besar untuk menunaikan tugas pada tahun 1253 dari Mongolia. Atas
kepercayaan saudaranya tersebut, Hulagu dapat menguasai wilayah yang luas,
seperti Persia, Irak, Caucasus, dan Asia kecil. Sebelum menundukkan Baghdad, ia

15
telah menguasai pusat gerakan Syiah Islamiyah di Persia Utara, tahun 1256 yang
telah bersekutu dengan Mamluk, penguasa Muslim yang berpusat di Mesir.
Hubungan dinasti II Khaniyah lama-kelamaan renggang dengan saudara-
saudaranya, terutama setelah meninggalnya Qubilay Khan pada tahun 1294
perselisihan dalam tubuh II Khaniyah sendiri menyebabkan terpecahnya kerajaan
menjadi dinasti kecil yang bersifat local.

Dari sini, dapat dilihat bahwa kultur islam yang ada di kawasan budaya arab,
seperti Irak dan Siria, serta sebagian Persia sebelah barat, walaupun secara pilitis
dapat ditaklukkan oleh Mongol, akhirnya Mongol sendiri terserap kedalam budaya
Islam. Dapat disimplkan bahwa akar budaya islam dikawasan budaya arab
diperintahkan bikan hanya dinasti yang berbangsa arab saja, tetapi siapa yang kuat
akan memerintah wilayah tersebut.

H. Dampak Serangan Mongol terhadap Islam


Kemunculan bangsa Mongol dan keberhasilannya dalam memperluas wilayah
kekuasaannya dengan menaklukkan banyak banyak kawasan di dunia Islam
menimbulkan dampak negatif yang sangat menyedihkan bagi umat Islam
khususnya dan peradaban manusia pada umumnya. Meskipun dalam
perkembangannya, terdapat sebagian dari bangsa Mongol yang tertarik untuk
menganut agama Islam dan kemudian menerapkan syariat Islam dalam
pemerintahannya. Secara komparatif, dampak negatif yang diakibatkan invasi
Mongol terhadap umat Islam jauh lebih besar daripada dampak positif yang
diterima kaum muslimin. Pembantaian besar-besaran secara tidak
berperikemanusiaan dilakukan oleh pasukan Mongol kepada juaatn umat Islam,
kemudian diiringi dengan penghancuran brutal terhadap gedung-gedung indah,
bangunan-bangunan megah, masjid-masjid, sekolah-sekolah, dan perpustakaan-
perpustakaan. Pembantaian dan penghancuran secara tidak manusiawi itulah yang
meninggalkan luka memilukan dalam sejarah peradaban umat Islam.11

11
Dr. Ahmad Choirul Rofiq, M.Fil.I. Cara Mudah Memahami Sejarah Islam (Cet-1, Yogyakarta:
IRCiSoD, 2019) Hal 297

16
Ibnu al-Atsir dalam karyanya, al-Kamila fi al-Tarikh, menyatakan bahwa
kekejaman dan kebengisan yang dilakukan bangsa Mongol merupakan kejahtan
kemanusiaan yang tidak ada bandingannya sepanjang sejarah umat manusia.
Selama bertahun-tahun, Ibnu al-Atsir merasa enggan dan sangat menuturkan kisah
Mongol. Baha’uddin Juwaini ( Perdana Menteri Hulegu Khan) dan penggantinya
yang bernama Syamsuddin Muhammad ( Shahib al-Diwan atau pejabat keuangan)
beserta saudaranya, Ala’uddin Atha’ Malik Juwaini dan seluruh dihabisipada masa
pemerintahan Arghun, setelah sebelumnya menggulingkan kekuasaan Ahmad
Teguder (pemimpinMuslim pertama dalam Ilkhaniyah) dan membunuhnya pada
1284. Pejabat beragama Islam lainnya yang terbunuh yaitu Syihabuddin dan Sa’id
al-Daulah, yang dihukum mati pula pada tahun 1289. 12

Adapun kerugian terbesar umat Islam adalah penghancuran peradaban Islam di


Baghdad skiratan lima abad telah merealisasikan kemajuan ilmu pengetahuan.
Bangsa Mongol secara brutal membantai para warga, membunuh ilmuwan-
ilmuwan, menghancurkan lembaga-lembaga pendidikan, serta membakar dan
melemparkan karya-karya bernilai ilmiah tinggi ke Sungai Tigris. Dengan
kehancuran Baghdad, maka penderitaan umat Islam bertambah parah karena
sebelumnya, kekuasan kaum Muslimin di Andalusia dikalahkan orang-orang
Kristen dengan dikuasainyaCordoba pada 1236,Valencia pada 1238, Acira pada
1239, Murcia pada 1246, dan Seville pada 1248. Musibah beruntun imilah yang
mengakibatkan umat Islam mengalami kemunduran. Sebab, kehilangan ilmu
pengetahuan berarti kehilangan kunci peraadaban. Padahal, kekuatan musuh-
musuh Islam tersebut tentunya dapat ditangkal oleh umat Islam seandainya seluruh
kaum Muslimin senantiasa mengedapankan ukuwah Islamiyah dan mengutamakan
kepentingan agama Islam.

12
Ibid Hal 299

17
Selain dampak negatif yang menyedihkan, invasi Mongol juga memunculkan
dampak positif yang mengejutkan bagi penyebaran agama Islam dikalangan bangsa
Mongol. Ketika Monggo; menguasai wilayah-wilayah Islam dan mendirikan
pemerintahan, ternyata sebagian dari para pemimpinnya memeluk agam Islam
karena mereka berasimilasi dan bergaul dengan masyarakat Muslim, meskipun
pada waktu itu agama Islam bersaing dengan agama Buddha dan agama Kristen
dalam memperebutkan dukungan penguasa Mongo. Di antara para penyebar agama
Islam dan figure-figur yang berjasa melakukan Islamisasi, terdapat ulama,
pedagang, pejabat pemerintahan, dan tawanan perang.13

13
Ibid Hal 300

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perang salib merupakan peristiwa perang tentara Islam dan Kristen yang sangat
penting dan perjalanan sejarah masyarakat Muslim dan Kristen Eropa. Perang Salib
termasuk perang terlama yang memakan waktu kurang lebih dua abad (1096-1291
M). Hal ini terjadi bermula kebencian umat Kristiani terhadap masa pemerintahan
Dinasti Seljuk yang dapat menguasai kota suci mereka. Terlebih dinasti menguasai
Baitul Maqdis. Dalam peperangan ini tentara Salib memakai tanda salib di
pakaiannya sebagai tanda pemersatu umat Kristiani dan menunjukkan peperangan
suci.

Faktor utama yang menyebabkan terjadinya perang salib, ada tiga hal, yaitu
agama, politik, dan sosial ekonomi. Menurut Philip K. Hitti, sebagaimana yang
dikutip oleh banyak sejarawan, bahwa Perang Salib dibagi ke dalam tiga periode,
yaitu periode pertama disebut sebagai periode penaklukkan. Kemudian periode
kedua disebut dengan periode reaksi umat Islam dan periode ketiga disebut dengan
periode kehancuran. Kekuatan utama di balik terjadinya Perang Salib diantaranya
dari Kekaisaran Byzantium, Kerajaan Spanyol, Gerakan Salibiyah, Blokade Negara
Salibis, dan Penjajahan (Kolonialisme).

Sesungguhnya invasi pasukan Mongol terhadap negara - negara Islam adalah


tragedi besar yang tidak ada tandingannya sebelum ini dan sesudahnya. Kendati
sebelumnya di dahului oleh perang Salib, apalagi melihat peristiwa hancurnya ibu
kota Dinasti Abbasiyah yaitu Baghdad.

19
DAFTAR PUSTAKA

Husaini, Adian. 2004. Tinjauan Historis Konflik Yahudi Kristen Islam. Bandung:
Gema Insani.

Rofiq, Ahmad Choirul. 2019. Cara Mudah Memahami Sejarah Islam.


Yogyakarta: IRCiSoD.

Sunanto, Musyrifah. 2004. Sejarah Islam Klasik, Pengembangan Ilmu


Pengetahuan Islam. Prenada Media.

Suntiah, Maslani Ratu. 2001. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV Insan


Mandiri.

Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia.

http://abloilmu.blogspot.com/2015/03/makalah-perang-salib.html

20

Anda mungkin juga menyukai