Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berakhirnya kekuasaan khalifah Ali bin Abi Thalib mengakibatkan lahirnya
kekuasan yang berpola Dinasti atau kerajaan. Pola kepemimpinan sebelumnya (Khalifah
Ali) yang masih menerapkan pola keteladanan Nabi Muhammad, yaitu pemilihan
Khalifah dengan proses musyawarah akan terasa berbeda ketika memasuki pola
kepemimpinan dinasti-dinasti yang berkembang sesudahnya.
Bentuk pemerintahan dinasti atau kerajaan yang cenderung bersifat kekuasaan
foedal dan turun temurun, hanya untuk mempertahankan kekuasaan, adanya unsur
otoriter, kekuasaan mutlak, kekerasan, diplomasi yang dibumbui dengan tipu daya, dan
hilangnya keteladanan Nabi untuk musyawarah dalam menentukan pemimpin merupakan
gambaran umum tentang kekuasaan dinasti sesudah Khulafaurrasyidin.
Dekatnya masa dinasti Umayyah dengan jahiliah, banyaknya peperangan yang
mereka lakukan, baik perang sipil maupun peperangan yang melawan musuh asing, dan
kondisi sosial ekonomi yang belum stabil di dunia islam, beberapa faktor penentu
lambatnya perkemnbangan intelektual pada masa ekspansi Islam. Namun benih telah
disebarkan, dan pohong pengetahuan yang tumbuh pada masa awal dinasti Abbasiyah di
Baghdad jelas telah berakar kuat pada masa sebelumnya

B. Rumusan Masalah
Menganalisis sebab-sebab dukungan kaum mawali dan syiah terhadap bani abbas
dalam menggulingkan pemerintahan bani ummayah.
BAB II
PEMBAHASAN

Salah satu penyebab runtuhnya Dinasti Umayyah adalah perpecahan antar suku, dan
konflik antara anggota keluarga kerajaan, faktor lain yang menjadi penyebab utama jatuhnya
kekhalifahan Umayyah adalah munculnya berbagai kelompok yang memberontak dan
merongrong kekuasaan mereka. Kelompok syiah, yang tidak pernah menyetujui
pemerintahan Dinasti Umayyah, “perebut kekuasaan”, dan tidak pernah memaafkan
kesalahan mereka terhadap Ali dan al—husain, kini semakin aktif dibanding masa-masa
sebelumnya. Pengabdian dan ketaatan mereka terhadap keturunan Nabi berhasil menarik
simpati publik. Di sekeliling mereka berkumpul orang-orang yang merasa tidak puas, baik
politik, ekonomi, maupun sosial, terhadap pemerintahan dinasti Bani Umayyah. Di kalangan
kelompok sunni sekalipun, orang yang paling saleh di antara mereka yang mengecam para
khalifah karena terlalu mementingkan kehidupan duniawi dan mengabaikan hukum-hukum
Al-qur’an dan hadis, di mana-mana telah siaga penuh untuk menjatuhkan sanksi keagamaan
terhadap segala bentuk penentangan yang mungkin muncul.
Selain dua kelompok di atas, kekuatan destruktif lainnya mulai bergerak aktif.
Keluarga Abbas, para keturunan paman Nabi, al-Abbas ibn Abd al-Muththolib ibn Hansim,
mulai menegaskan tuntutan mereka untuk menduduki pemerintahan. Dengan cerdik, mereka
bergabung dengan pendukung Ali, dengan menekankan hak keluarga Hasyim. Kaum syiah
menganggap bahwa sebagian besar keluarga Hasyim merupakan keturunan Ali, tapi keluarga
Abbas sendiri mengklaim bahwa anggota keluarga mereka sebagai keluarga Hasyim, cabang
dari suku Quraisy,sehingga lebih dekat kepad Nabi daripada keluarga Umayyah.
Dengan memanfaatkan kekecewaan publik dan menampilkan diri sebagai pembela
sejati agama Islam, para keturunan Abbas menjadi pemimpin gerakan anti Umayyah. Sebagai
markas dan pusat propaganda, mereka memilih sebuah Desa kecil di sebelah selatan laut
mati, al-Mumaymah, yang kelihatannya dan jauh dari keramaian dunia, tapi kenyataannya
merupakan daerah startegis yang berdekatan dengan jalur kafilah, dan terletak di satu
persimpangan rute para jamaah haji. Di sinilah berdiri panggung sejarah pertama dan paling
nyata gerakan propaganda Islam politik.
Kejatuhan Dinasti Umayyah semakin dekat ketika terbentuk koalisi antara kekuatan
Syiah, Khurasan, dan Abbasiyah, yang dimanfaatkan oleh kelompk terakhir untuk
kepentinngan mereka sendiri. Koalisi ini dipimpin oleh Abu Abbas, cicit al-Abbas, paman
Nabi. Di bawah kepemimpinannya, Islam revolusioner bangkit menentang tatanan yang ada
dengan menawarkan gagasan teokrasidan janji untuk kembali kepada tatanan ortodoksi. Pada
9 juni 747 M, pemberontakan dimulai ketika seorang pendukung Abbasiyah, Abu Muslim,
seorang budak persia yang telah dimerdekakan, mengibarkan bendera hitam, yang pada
awalnya merupakan warna bendera Muhammad, tapi kini menjadi lambang Abbasiyah.
Orang Abbasiyah kini berencana memusnahkan keluarga Dinsti Umayyah. Bahkan
jenderal mereka, ‘Abdullah, tidak ragu-ragu menghabisi orang-orang dekat keluarga istana.
Pada 25 juni 750 M, ia mengundang 80 orang diantara mereka ke subuah undangan makan di
Abu Futhrus, sebuah kuil kuno di Sungai ‘Awla dekat Jaffa, kemudian menghabisi mereka
ketika jamuan makan sedang berlangsung. Setelah menutupi jasad-jasad yang sudah
meninggal dan sekarat, ia dan para komandannya melanjutkan jamuan makan itu, sambil
diiringi dengan rintihan manusia yang sedang meregang nyawa. Para agen dan mata-mata
disebar ke seluruh dunia Islam untuk memburuh dan membunuh keturunan keluarga Bani
Umayyah yang melarikan diri, yang beberapa di antara mereka bahkan bersembunyi di perut
bumi. Pelarian dramatis Abd Rahman Ibn Muawiyah Ibn Hanyim ke Spanyol.
Dengan jatuhnya dinsti Umayyah, kejayaan dan hegemoni Suriah berakhir. Orang
Suriah sudah jauh terlambat untuk menyadari bahwa pusat gravitasi Islam telah lepas dari
tangan mereka, dan berpindah ke Timur, meskipun mereka berusaha melakukan perlawanan
militer untuk meraih kembal kekuasaan, semua uapaya mereka sia-sia. Akhrnya mereka
mengharapkan kedatangan Sufyani, semacam juru selamat yang ditunggu-tunggu menindas
mereka. Hingga saat ini, kita bisa mendengar orang Islam di suriah yang menhklaim sebagai
keteurunan Muawiyah. Namun, kejatuhan dinasti Ban Umayyah mengundang arti lebih dari
itu. Periode Arab murni dalam sejarah Islam telah berakhir, dan era kerjaan murni kini sedang
bergerak menuju titik akhir. Dinasti Abbasiyah menyebut diri mereka sebagai dawlah,
menandai sebuah era baru dan memang benar-benar menjadi era baru. Orang Irak telah
terbebas dari kendali Suriah. Dendam orang Syiah dianggap telah terbalaskan.
Para maula juga telah terbebas. Kufah, diperbatasan Suriah dijadikan sebagai ibukota
pemerintahan yang baru. Orang Khurusan pasukan pengawal Khalifah, dan orang persia
menduduki posisi penting dalam pemerintahan tersebut. Aristokrasi arab murni telah
tergantikan dengan hirarki pejabat pejabat yang diambil dari beragam bangsa di dalam
wilayah kekuasaan khlifah. Orang Islam Arab dan para pemeluk Islam baru mulai melakukan
koalisi dan saling melindungi. Arabisme telah runtuh , namun kekuasaan Islam terus
berlanjut, dan di bawah bendera Islam Internasional,dan Iranisme mualai melangkah penuh
dengan kemenangan.
Meskipun kejayaan telah diraih pleh Bani Umayyah ternyata tidak bertahan lebih
lama, dikarenakan kelemahan-kelemahan internal dan semkin kuatnya tekanan dari pihak
luar.
Menurut Dr. Badri Yatim, ada beberapa faktor yang menyebabkan dinasti Bani
Umayyah lemah dan membawanya kepada kehancuran, yaitu sebagai berikut :
1. Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru bagi
tradisi Arab, yang lebih menentukan aspek senioritas, pengaturannya yang tidak jelas.
Ketidakjelasan sistem pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan
tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana.
2. Latar belakang terbentuknya dinasti Umayyah tidak dapat dipisahkan dari bebagai
konflik politik yang terjadi di masa Ali. Sisa-sisa Syiah (para pengikut Ali) dan
khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka seperti di masa awal dan
akhir maupun secara tersembunyi seperti di masa pertengahan kekuasaan Bani
Uamyyah. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan inibanyak menyedot kekuatan
pemerintah.
3. Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabiyah Utara
(Bani Qais) dan Arab Selatan (Bani KAlb) yang sudah ada sejak zaman sebelum
Islam semakin runcing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah
mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Di samping itu,
sebagian besar golangan timur merasa tidak puas karna status Mawali itu
menggambarkan suatu inferioritas, ditambah dengan keangkuhan Bangsa Arab yang
diperhatikan pada masa Bani Umayyah.
4. Lemahnya pemerintahan daulah Bani Uamayyah juga disebabkan oleh sikap hidup
mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul
beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Di samping itu, sebagian
besar golongan awam kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan
agama sangat kurang.
5. Penyebab langsung runtuhnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah adalah munculnya
kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al-Abbas bin Abbas Al-muthalib.
Gerakan ini mendpat dukungan penuh dadri Bani Hasyim dan golongan Syiah. Dan
kaum Mawali yang merasa dikelasduakan oleh pemerintah Bani Umayyah.
Beberapa penyebab muncul dan menumpuk menjadi satu, sehngga akhirnya
mengakibatkan keruntuhan Bani Umayyah, disusul dengan berdirinya dinasti Bani Abbasiyah
yang mengejar-ngejar dan membunuh setiap orang dari Bani Umayyah yang dijumpainya.
Demikianlah, dinasti Umayyah pasca wafatnya Umar bin Abdul Aziz yang berangsur-
angsur melemah. Kehalifahan sesudahnya dipengaruhi oleh pengaruh-pengaruh yang
melemahkan dan akhirnya hancur. Dinasti Bani Umayyah diruntuhkan oleh dinasti Bani
Abbasiyah pada masa khalifah Marwan bin Muahammad (Marwan II) pada tahun 127 H/744
M.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Berdirinya bani abbasiyah dikarenakan pada masa pemerintahan Bani Umaiyyah pada
khalifah Hisyam ibn abdi al-Malik muncullah kekuatan baru yang menjadi tantangan berat
bagi pemerintahan bani umayyah. Kekuatan itu berasal dari kalangan bani hasyim yang
dipelopori keturunan al-Abbas ibn abd al-muthalib. Gerakan ini menghimpun
a. Bani alawiyah pemimpinnya Abu Salamah
b. Bani Abbasiyah pemimpinnya Ibrahim al-Aiman
c. Keturunan bangsa Persia pemimpinnya Abu Muslim Al-Khurasany, mereka
memusatkan kegiatannya di khurasan.

Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari golongan syiah dan kaum mawali yang
merasa di kelas duakan oleh pemerintahan bani umayyah. Pada waktu itu ada beberapa factor
yang menyebabkan dinasti umayyah lemah dan membawanya kepada kehancuran, akhirnya
pada tahun 132 H (750 M) tumbanglah daulah umayyah dengan terbunuhnya khalifah
terakhir yaitu Marwan bin Muhammad dan pada tahun itu berdirilah kekuasaan dinasti bani
abbas atau khalifah abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini keturunan al-
Abbas paman Nabi Muhammad Saw., dinasti abbasiyah didirikan oleh Abdullah ibn al-
Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang dari tahun 132 H
sampai dengan 656 H. selama berkuasa pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda
sesuai dengan perubahan politik, social dan budaya.
MAKALAH
ANALISIS SEBAB-SEBAB DUKUNGAN KAUM MAWALI DAN SYIAH
TERHADAP BANI ABBAS DALAM MENGGULINGKAN PEMERINTAHAN BANI
UMAYYAH

NAMA KELOMPOK :
KETUA : RENDI ARDIANSYAH
ANGGOTA :
1. NAUTIKA ZAHWA SALSABILA
2. DINA YULIANA
3. FRANS ADAM DAULAY
4. PUTRA FARHAN
5. AGHA AZHARI
6. RISKY
7. NURUL KHOTIMAH
8. RIDHO FIRMANSYAH
9. TRIA

KELAS VIII.D

MTSN 2 KOTA EBNGKULU

Anda mungkin juga menyukai