Anda di halaman 1dari 17

PENDIRIAN DINASTI BANI UMAYYAH

DAN POLA PEMERINTAHANNYA

Oleh :
Kelompok 4
Suci Febriani (3022019060)
Nina Indria (3022019076)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING DAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puja dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan seru sekalian alam,
berkat hidayah dan pertolongan-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya,
dan para yang setia hingga hari pembalasan.
Dalam melaksanakan tugas ini, tidak sedikit kendala yang penulis hadapi, namun
berkat semangat dan kerja keras penulis serta dorongan berbagai pihak, maka kesulitan
dan hambatan itu dapat diatasi dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.
Penulis yakin bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat keselahan-
kesalahan, baik secara metodologinya maupun dalam pemaparan kata-kata dan isinya.
Untuk itu, kritik yang membangun dari pembaca selalu penulis harapkan. Segala
kekeliruan dan kesalahan dalam makalah ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab
penulis. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Langsa, 24 April 2021

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................2
A. Latar Belakang Berdirinya Dinasti Umayyah.......................................................2
B. Basis Pemerintahan Umayyah................................................................................4
BAB III PENUTUP.......................................................................................................13
Kesimpulan....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Daulah Bani Umayyah berdiri pada tahun 41 H/661 M. Didirikan oleh
Mu’awiyyah bin Abi Sufyan. Ia adalah gubernur Syam pada masa pemerintahan Umar
bin Khattab dan Utsman bin Affan. Selama ia menjabat gubernur, ia telah membentuk
kekuatan militer yang dapat memperkuat posisinya di masa-masa mendatang. Ia tidak
segan-segan menghamburkan harta kekayaan untuk merekrut tentara bayaran yang
mayoritas adalah keluarganya sendiri. Bahkan pada masa Umar bin Khattab, ia
mengusulkan untuk mendirikan angkatan laut, tetapi Umar menolaknya. Dan angkatan
lautnya berhasil didirikan ketika masa pemerintahan Utsman bin Affan.
Bani Umayah adalah sebuah nama yang diadopsi dari nama salah seorang tokoh
kabilah Quraisy pada masa jahiliyyah, yaitu Umayyah ibn Abd Al-Syam ibn Abd
Manaf ibn Qusay Al-Quraisyi Al-Amawiy. Dinasti Umayyah dinisbatkan
kepadaMu’awiyah ibn Abi Sofyan ibn Harb ibn Umayyah ibn Abd Al-Syams yang
merupakan pembangun dinasti Umayyah dan juga khalifah pertama yang
memindahkan ibu kota kekuasaan Islam dari Kufah ke Damaskus.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendirian Dinasti Bani Umayyah?
2. Bagaimana pola pemerintahan Dinasti Bani Umayyah?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Berdirinya Dinasti Umayyah


Pada masa pemerintahan Khalifah Ali Bin Abi Thalib, terjadi pertempuran Ali
dengan Muawiyah di Shifin. Perang ini diakhiri dengan tahkim, tapi ternyata tidak
menyelesaikan masalah bahkan menimbulkan adanya golongan tiga yaitu Khawarij
yang keluar dari barisan Ali Umat Islam menjadi terpecah menjadi tiga golongan
politik yaitu Muawiyah, Syiah dan Khawarij. Pada tahun 660 M Ali terbunuh oleh
salah seorang anggota Khawarij.
Dengan demikian berakhirlah masa Khulafaur Rasyidin dan mulai kekuasaan Bani
Umayah dalam semangat politik Islam. Kekuasaan Bani Umayah berbentuk
pemerintahan yang bersifat demokratis berubah menjadi monarchiheridetis (kerajaan
turun temurun). Hal ini dimulai ketika Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk
menyatakan setia terhadap anaknya Yazid.
Peristiwa takhim berdasarkan sejarah yang kita pelajari ialah berlaku perebutan
kekuasaan antara Ali dan Mu’awiyah yang membawa mereka ke meja
perundingan. Perundingan antara mereka berdua telah diwakili oleh Abu Musa
al-‘Asyari bagi pihak Ali dan ‘Amr bin al-‘Ash bagi pihak Mua’wiyah. Kedua- dua
perunding telah setuju untuk memecat Ali dan Mua’wiyah. Menurut sejarah lagi, ‘Amr
bin al-‘Ash dengan kelicikannya mampu memperdayakam Abu Musa yang
digambarkan sebagai seorang yang lalai dan mudah tertipu. Akibatnya, Ali terlepas
dari jawatan khalifah.
Oleh karena peristiwa takhim sangat penting dalam sejarah politik negara Islam,
adalah perlu untuk kita menyingkap hakikat sebenarnaya pada babak- babaknya di
mana peristiwa ini telah disalahtanggapi dan telah disalahtafsirkan. Akibatnya timbul
kesan buruk yaitu menjatuhkan kedudukan dan martabat para sahabat. Peristiwa
tahkim yang tersebar itu telah menjadikan sebahagian sahabat sebagai penipu dan
orang yang mudah terpedaya dan sebahagian yang lain dituduh sebagai perakus kuasa.
Dengan meletakkan riwayat tahkim di atas neraca kajian dan penilaian, dua
perkara dapat diamati, yaitu pertama, kelemahan pada sanad dan kedua, kegoncangan
pada matan atau teks. Dari sudut sanad terdapat dua perawi yang diakui keadilannya

2
yaitu Abu Mikhnaf Lut bin Yahya dan Abu Janab al-Kalbi. Abu Mikhnaf seorang yang
dha’if. Al-Bukhari dan Abu Hatim berkata: Yahya bin al-Qattan mendha’ifkannya.
Uthman al-Darimi dan al-Nasa’i mengatakan dia dha’if. Ada tiga perkara yang
dikesani pada matannya. Pertama, berkaitan dengan perselisihan antara Ali dan
Mu’awiyah yang menjadi puncak kepada peperangan antara mereka berdua. Kedua,
persoalan jawatan Ali dan Mu’awiyah. Ketiga, kepribadian Abu Musa al-Asy’ari dan
Amr bin al-‘Ash.
Latar belakang lahirnya Dinasti Umayyah ialah dalam kondisi dan situasi di
tengah-tengah terjadinya pertentangan politik antara golongan, yaitu: golongan Syi’ah,
golongan Khawarij, golongan Jami’iyah, dan golongan Zubaer. Dari pertentangan
polotik antar golongan itu, kelompok Bani Umayyah yang
dipelopori Mu’awiyyah muncul sebagai pemenangnya yang selanjutnya berdirilah
pemerintah Daulat Bani Umayyah.
Corak politik suatu negara umumnya akan dipengaruhi oleh latar belakang
berdirinya negara yang bersangkutan dan dipengaruhi oleh situasi saat berdirinya
negara tersebut. Daulat Bani Umayyah yang lahir dikelilingi oleh musuh- musuhnya
dari berbagai golongan, maka kebijaksanaan politiknya menggunakan pendekatan
keamanan (militer) agar kekuasaannya menjadi korban dan berwibawa.
Muawiyah bin Abi Sufyan sudah terkenal sifat dan tipu muslihatnya yang licik.
Dia adalah kepala angkatan perang yang mula-mula mengatur angkatan laut, dan ia
pernah dijadikan sebagai amir “Al-Bahar”. Ia mempunyai sifat panjang akal, cerdik
cendikia lagi bijaksana, luas ilmu dan siasatnya terutama dalam urusan dunia, ia juga
pandai mengatur pekerjaan dan ahli hikmah.
Muawiyah bin Abi Sufyan dalam membengun Daulah Bani Umayyah
mengunakan politik tipu daya, meskipun pekerjaan itu bertentangan dengan ajaran
Islam. Ia tidak gentar melakukan kejahatan. Pembunuhan adalah cara biasa, asal
maksud dan tujuannya tercapai Abu Sufyan ini baru memeluk Islam dan tunduk
kepada Nabi Muhammad saat Fathu Makkah. Meskipun begitu Nabi Muhammad saw.,
tetap memerankan Abu Sufyan sebagai pemimpin Makkah. Pada saat itu ketika seluruh
penduduk Makkah merasa ketakutan, Nabi Muhammad berkata, bahwa barang siapa
yang memasuki rumah Abu Sufyan, maka ian akan selamat. Artinya bahwa
keberadaan Abu Sufyan adalah tetap pemimpin Makkah, meskipun ia tunduk kepada

3
kepemimpinan Nabi Muhammad saw. Pada masa kepemimpinan Rasulullah dan
Khulafaur Rasyidin, Bani Umayah tidak lagi sebagai pempimpin bangsa Arab. Pada
saat itu kepemimpinan Islam dan bangsa Arab, tidak memperhatikan asal-usul kabilah
dan kesukuan. Proses rekrutmen pempimpin didasarkan pada kemampuan dan
kecakapan.
Meskipun Usman bin Affan adalah dari keluarga Bani Umayyah, tetapi ia tidak
pernah mengatasnamakan diri sebagai Bani Umayyah. Begitu juga Mu’awiyah bin Abi
Sufyan diangkat oleh Umar bin Khattab sebagai gubernur Syiria adalah karena
kecakapannya. Ambisi Bani Umayyah untuk memimpin kemabali muncul ketika
mereka sudah mempunyai kekuatan besar. Dengan berbagai upaya, mereka menyusun
kekuatan dan merebut kekhalifahan umat Islam. Usaha ini akhirnya berhasil setelah
Hasan bin Ali mengundurkan diri dari jabatannya sebagai khalifah dan
menyerahkannya kepada Mu’awiyah bin Abi Sufyan, yang dikenal dengan istilah
Amul Jama’ah.

B. Basis Pemerintahan Umayyah


Keberhasilan Muawiyah mendirikanDinasti Umayyah bukan hanya akibat
darikemenangan diplomasi Siffin dan terbunuhnya Khalifah Ali, akan tetapi ia memiliki
basisrasional yang solid bagi landasan pembangunan politiknya di masa depan. Adapun
faktor keberhasilan tersebut adalah:
1) Dukungan yang kuat dari rakyat Syiria dan dari keluarga Bani Umayyah.
2) Sebagai administrator, Muawiyah mampu berbuat secara bijak dalam
menempatkan para pemban tunya pada jabatan-jabatan penting.
3) Muawiyah memiliki kemampuan yang lebih sebagai negarawan sejati, bahkan
mencapai tingkat (hilm) sifat tertinggi yang dimiliki oleh para pembesar Mekkah
zaman dahulu, yang mana seorang manusia hilm seperti Muawiyah dapat
menguasai dirisecara mutlak dan mengambil keputusan- keputusan yang
menentukan, mes kipun adatekanan dan intimidasi.
1. Kedudukan Khalifah
Walaupun Muawiyah mengubah sistem pemerintahan dari musyawarah
menjadimonarki, namun Di nasti ini tetap memakai gelar Khalifah. Namun, ia
memberikaninterpretasi baru untuk mengagungkan jabatan tersebut. Dia menyebutnya

4
‘Khalifah Allah”dalam pengertian “penguasa” yang diangkat Allah dalam memimpin
umat dengan mengaitkannya kepada al-Qur’an (Q.S. al-Baqarah/2:30). Atas dasar ini
Dinasti menyatakan bahwa keputusan-keputusan Khalifah berdasarkan atas kehendak
Allah, siapa yangmenentangnya adalah kafir(Suyuti Pulungan. J., 1997:167- 168).
Dengan kata lain pemerintahan Dinasti Bani Umayyah bercorak teokratis,
yaitupenguasa yang harus ditaati semata-mata karena iman. Seseorang selama menjadi
mukmin tidak boleh melawan khalifahnya, sekalipun ia beranggapan bahwa
Khalifahadalah seseorang yang memusuhi agama Allah dan tindakan-tindakan Khalifah
tidaksesuai dengan hukum-hukum syariat. Dengan demikian, meskipun pemimpin
Dinasti ini menyatakan sebagai Khalifah akantetapi dalam prakteknya memimpin umat
Islam sama sekali berbeda dengan Khalifah yang empat sebelumnya, setelah
Rasulullah.

2. Sistem Pergantian Kepala Negara dan Upaya Penegakan Dinasti


Dengan meninggalnya Khali fah Ali, maka bentuk pemerintahan kekhalifahan
telahberakhir, dan dilan-jutkan dengan bentuk pemerintahan kerajaan (Dinasti),
yakni kera jaan Bani Umayyah (Dinasti Umay yah). Daulah Bani Umayyah didirikan
oleh Muawiyah bin AbiSufyan. Muawiyah dapat menduduki kursi kekuasaan dengan
berbagai cara, sia- sat, politikdan tipu muslihat yang licik, bukan atas pilihan kaum
muslimin sebagaimana dilakukanoleh para Khalifah sebelumnya. Dengan demikian,
berdirinya Daulah Bani Umayyah bukan berdasar pada musyawarah atau demokrasi.
Jabatan raja menjadi turun-temurun, dan- Daulah Islam berubah sifatnya men- jadi
Daulah yang bersifat kerajaan (monarki).Muawiyah tidak mentaati isi perjanjian
yang telah dilakukannya dengan Hasan bin Aliketika ia naik tahta, y
ang menyebutkan bahwa persoalan pergantian pemimpin setelahMuawi- yah akan
diserahkan kepada pemilihan umat Islam. Hal ini terjadi ketika Muawiyah mewajibkan
seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya,Yazid. Sejak saat itu
suksesi kepemimpinan secara turun-temurun dimulai (al-Maududi, 1984:167). Dinasti
Umayyah berkuasa hampir satu abad, tepatnya selama 90 tahun, denganempat belas
Khalifah. Banyak kemajuan, perkembangan dan perluasan daerah yangdicapai, lebih-
lebih pada masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik. Dimulai oleh ke-pemimpinan
Muawiyyah bin Abi Sufyan dan diakhiri oleh kepemimpinan Marwan bin Muhammad.

5
Adapun urut-urutan Khalifah Daulah Bani Umayyah ada lah sebagai berikut:
1) Muawiyah bin Abi Sufyan (661- 681 M)
Muawiyah bin Abi Sufyan adalah pendiri Daulah Bani Umay- yah dan menjabat
sebagai Khalifah pertama. Ia memindahkan ibu kota dari Madinah al-Munawarah ke
kota Damaskus dalam wilayah Suriah. Pada masa pemerintahannya, ia melanjutkan
perluasan wilayah kekuasaan Islam yang terhenti pada masa Khalifah Usman dan
Ali. Disamping itu, ia juga mengatur ten- tara dengan cara baru dengan meniru aturan
yang ditetapkan oleh tentara di Bizantium, membangun administrasi pemerintahan dan
juga menetapkan aturan kiriman pos. Muawiyah meninggal Dunia dalam usia 80 ta-
hun dan dimakamkan di Damaskus di pemakaman Bab Al-Shagier.

2) Yazid bin Muawiyah (681-683 M)


Lahir pada tahun 22 H/643 M. Pada tahun 679 M, Muawiyah mencalonkan
anaknya,Yazid, untuk menggantikan dirinya. Yazid menjabat sebagai Khalifah dalam
usia 34 tahunpada tahun 681 M. Ketika Yazid naik tahta, sejumlah tokoh di Madinah
tidak maumenyatakan setia kepadanya. Ia kemudian mengirim surat kepada Gubernur
Madinah, memintanya untuk memaksa penduduk mengambil sumpah setia kepadanya.
Dengan caraini, semua orang terpaksa tunduk, kecuali Husein bin Ali dan Abdullah bin
Zubair. Bersamaan dengan itu, Syi’ah (pengikut Ali) melakukan konsoli- dasi
(penggabungan)kekuatan kem- bali. Perlawanan terhadap Bani Umayyah dimulai oleh
Husein bin Ali. Padatahun 680 M, ia pindah dari Mekkah ke Kufah atas permintaan
golongan Syi’ah yang ada diIrak. Umat Islam di daerah ini tidak mengakui Yazid.
Mereka mengang- kat Husein sebagai Khalifah. Dalam pertempuran yang tidak
seimbang di Karbela, sebuah daerah di dekat Kufah, tentara Husein kalah dan Husein
sendiri mati terbunuh. Kepal- anya dipenggal dandikirim ke Dam- askus, sedang
tubuhnya dikubur di Karbala(Badri Yatim, 2004: 45).
Masa pemerintahan Yazid dikenal dengan empat hal yang sangat hitam
sepanjang sejarah Islam, yaitu:
a. Pembunuhan Husein bin Abi Tha- lib, cucu Nabi Muhammad.
b. Pelaksanaan Al ibahat terhadap kota suci Madinah al - Munawarah.
c. Penggempuran terhadap baiat Allah.
d. Pertama kalinya memakai dan menggunakan orang-orang kebiri untuk

6
barisanpelayan rumah tangga khalif didalam istana.Ia Meninggal pada tahun 64
H/683 M dalam usia 38 tahun dan masapemerintahannya ialah tiga tahun dan
enam bulan.

3) Muawiyah bin Yazid (683-684 M)


Muawiyah bin Yazid men- jabat sebagai Khalifah pada tahun 683-684 M dalam
usia 23tahun. Dia seorang yang berwatak lembut. Da- lam pemerintahannya, terjadi
masa krisisdan ketidakpastian, yaitu tim- bulnya perselisihan antar suku diantara orang-
orang Arabsendiri. Ia memerintah hanya selama enam bulan.

4) Marwan bin Al-Hakam (684-685 M)


Sebelum menjabat sebagai penasihat Khalifah Usmanbin Affan, ia berhasil
memperoleh dukungan dari sebagian orang Syiria dengan cara menyuap dan
memberikan ber- bagai hak kepada masing-masing kepala suku. Untuk mengukuhkan
jabatan Khalifah yang dipegangnya maka Marwan sengaja mengawini janda Khalifah
Yazid, Ummu Kha- lid. Selama masa pemerinthannya tid- ak meninggalkan jejak yang
penting bagi perkembangan sejarah Islam. Ia wafat dalam usia 63 tahun dan masa
pemerintahannya selama 9 bulan 18 hari.

5) Abdul Malik bin Marwan (685- 705 M)


Abdul Malik bin Marwan dilantik sebagai Khalifah setelah ke- matian ayahnya,
padatahun 685 M. Dibawah kekuasaan Abdul Malik, kerajaan Umayyah mencapai
kekua- saandan kemuliaan. Ia terpandang sebagai Khalifah yang perkasa dan
negarawan yang cakapdan berhasil memulihkan kembali kesatuan Dunia Islam dari
para pemberontak, sehingga pada masa pemerintahan selanjutnya, di bawah
pemerintahan Walid bin Abdul Malik Daulah bani Umayyah dapat mencapai puncak
kejayaannya. Ia wafat pada tahun 705 M dalam usia yang ke-60 tahun. Ia
meninggalkan karya-karyaterbesar didalam sejarah Islam. Masa peme- rintahannya
berlangsung selama 21 tahun, 8 bulan. Dalam masa pemerintahannya, ia
menghadapi sengketa dengan khalifah Abdullah bin Zubair.

6) Al-Walid bin Abdul Malik (705- 715 M)

7
Masa pemerintahan Walid bin Malik adalah masa ketentraman, kemakmuran
dan ketertiban. Umat Islam merasa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya
tercatat suatu peristiwa besar, yaitu perluasan wilayah kekuasaan dari Afrika Utara
menuju wilayah Baratdaya, benua Eropa, yaitu pada tahun 711 M. Per- luasan
wilayah kekuasaan Islam juga sampai ke Andalusia (Spanyol) dibawah pimpinan
panglima Thariq bin Ziad. Perjuangan panglima Thariq bin Ziad mencapai
kemenangan, se- hingga dapat menguasai kota Kordova, Granada dan Toledo.
Selain melakukan perluasan wilayah kekuasaan Islam, Walid juga melakukan
pembangunan besar-besaran selama masa pemerintahannya un tuk kemakmuran
rakyatnya. Khalifah Walid bin Malik meninggalkan nama yang sangat harum dalam
se- jarahDaulah Bani Umayyah dan merupakan puncak kebesaran Daulah tersebut.

7) Sulaiman bin Abdul Malik (715- 717 M)


Sulaiman Bin Abdul Malik menjadi Khalifah pada usia 42 tahun. Masa
pemerintahannya berlangsung selama 2 tahun, 8 bulan. Ia tidak memiliki kepribadian
yangkuat hing ga mudah dipengaruhi penasehat- penasehat disekitar dirinya. Men-
jelang saatterakhir pemerintahannya barulah ia memanggil Gubernur wilayah Hijaz,
yaitu Umar binAbdul Aziz, yang kemudian diangkat men- jadi penasehatnya dengan
memegang jabatanwazir besar. Hasratnya untuk memperoleh nama baik dengan
penaklukan ibu kota Constantinoplegagal. Satu-satunya jasa yang dapat dikenangnya
dari masa pemerintahannya ialah menyelesaikan dan menyiapkan pembangunan Ja-
miul Umawi yang terkenal megah danagung di Damaskus.

8) Umar Bin Abdul Aziz (717-720 M)


Umar bin Abdul Aziz men- jabat sebagai Khalifah pada usia 37 tahun . Ia terkenal
adildan seder- hana. Ia ingin mengembalikan corak pemerintahan seperti pada zaman
khulafaurr rasyidin. Pemerin-tahan Umar meninggalkan semua kemega- han Dunia
yang selaluditunjukkan oleh orang Bani Umayyah.Ketika dinobatkan sebagai Khalifah,
ia menyatakan bahwa memperbaiki danmeningkatkan negeri yang berada dalam
wilayah Islam lebih baik da- ripada menambah perluasannya. (Muhammad Manshur
Amin: 104) Ini berarti bahwa prioritas utama adalah pembangunandalam negeri.
Meskipun masa pemerintahannya sangat singkat, ia berhasil men- jalinhubuingan baik

8
dengan Syi’ah. Ia juga membari kebebasan kepada penganut agama lainuntuk
beribadah sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya. Pajak diperingan. Kedudukan
mawali (orang Islam yang bukan dari Arab) disejajarkan dengan Muslim Arab.
Pemerinta- hannya membuka suatu pertanda yang membahagiakan bagi rakyat.
Ketakwaan dan keshalehannya patut menjadi teladan. Ia selalu berusaha meningkatkan
kesejahteraan rakyat- nya. Ia meninggal pada tahun 720 M dalam usia 39
tahun,dimakamkan di Deir Simon.

9) Yazid bin Abdul Malik (720-724 M)


Yazid bin Abdul Malik ada- lah seorang penguasa yang sangat gandrung
kepadakemewahan dan kurang memperhatikan kehidupan rakyat. Masyarakat yang
sebelumnya hidup dalam ketentraman dan keda- maian, pada zamannya berubah
men- jadi kacau.Dengan latar belakang dan kepentingan etnis politis, masyarakat
menyatakan kon-frontasiterhadap pemerintahan Yazid. Pemerintahan Yazid yang
singkat itu hanya mem- percepat proses kehancuranImperium Umayyah. Pada waktu
pemerintahan inilah propaganda bagi keturunan BaniAbbas mulai dilancarkan
secara aktif. Dia wafat pada usia 40 tahun. Masa pemerintahannyaberlangsung
selama 4 tahun, 1 bulan.

10) Hisyam bin Abdul Malik (724- 743 M)


Hisyam bin Abdul Malik menjabat sebagai Khalifah pada usia yang ke 35 tahun.
Iaterkenal nega- rawan yang cakap dan ahli strategi militer. Pada masa pemerinta-
hannyamuncul satu kekuatan baru yang menjadi tantangan berat bagi pemerintahan
Bani Umayyah. Kekuatan ini berasal dari kalangan Bani Hasyim yang didukung oleh
golonganmawali dan merupakan ancaman yang sangat serius. Dalam perkembangan
selanjutnya,kekuatan baru ini mampu menggulingkan Dinasti Umayyah dan
menggantikann- ya denganDinasti baru, Bani Abbas. Pemerintahan Hisyam yang lu-
nak dan jujur menyumbangkan jasa yang banyak untukpemulihan kea- manan dan
kemakmuran, tetapi semua kebajikannya tidak bisa mem- bayarkesalahan-kesalahan
para pen- dahulunya, karena gerakan oposisi terlalu kuat, sehinggaKhalifah tidak
mampu mematahkannya.Meskipun demikian, pada masa pemerintahan Khalifah
Hisyam kebudayaan dank- esusastraan Arab serta lalu lintas da- gang mengalami

9
kemajuan. Dua ta- hun sesudahpenaklukan pulau Sisily pada tahun 743 M, ia wafat
dalam usia 55 tahun. Masapemerintahannya berlangsung selama 19 tahun, 9 bu- lan.
Sepeninggal Hisyam, Khalifah- Khalifah yang tampil bukan hanya lemah tetapi juga
bermoral buruk. Hal ini makinmempercepat runtuhnya Daulah Bani Ummayyah.

11) Walid bin Yazid (743-744 M)


Daulah Abbasiyah mengala- mi kemunduran dimasa pemerinta- han Walid bin
Yazid. Iaberkelakuan buruk dan suka melanggar norma agama. Kalangan keluarga
sendiri bencipadanya. Dan ia mati ter- bunuh.Meskipun demikian, ke- bijakan yang
paling utama yang dil- akukan oleh -Walid binYazid ialah melipatkan jumlah
bantuan sosial bagi pemeliharaan orang-orang buta danorang-orang lanjut usia yang
tid- ak mempunyai famili untuk me- rawatnya. Ia menetapkananggaran khusus untuk
pembiayaan tersebut dan menyediakan perawat untuk masing-masingorang. Dia
sempat meloloskan diri dari penangkapan besar-besaran di Damaskus yang dilakukan
oleh keponakannya. Masa pemerintahannya berlangsung selama 1 tahun, 2bulan. Dia
wafat dalam usia 40 tahun.

12) Yazid bin Walid (Yazid III) (744 M)


Pemerintahan Yazid bin Walid tidak mendapat dukungan dari rakyat,
karenaperbuatannya yang suka mengurangi anggaran belanja negara. Masa
pemerintahannya penuh dengan kemelut dan pemberontakan. Masa
pemerintahannya berlangsung selama16 bulan. Dia wafat dalam usia 46 tahun.

13) Ibrahim bin Malik (744 M)


Diangkatnya Ibrahim menjadi Khalifah tidak memperoleh suara bulat didalam
lingkungan keluarga Bani Umayyah dan rakyatnya. Kare- na itu, keadaan negara
semakin kacau dengan munculnya beberapa pem- berontak. Ia menggerakkan
pasukan besarberkekuatan 80.000 orang dari Arnenia menuju Syiria. Ia dengan suka
rela mengundurkandirinya dari jabatan khilafah dan mengangkat baiat terhadap
Marwan bin Muham- mad. Dia memerintah selama 3 bulan dan wafat pada tahun
132 H.

10
14) Marwan bin Muhammad (745- 750 M)
Beliau seorang ahli negara yang bijaksana dan seorang pahla- wan. Beberapa
pemberontak dapat ditumpas, tetapi dia tidak mampu mengahadapi gerakan
BaniAbbas- iyah yang telah kuat pendukungnya. Marwan bin Muhammad melarikan
diri ke Hurah, terus ke Damaskus. NamunAbdullah bin Ali yang di- tugaskan
membunuh Marwan oleh Abbas As-Syaffah selalu mengejarn ya. Akhirnya sampailah
Marwan di Mesir. Di Bushair, daerah al Fayyun Mesir,dia mati terbunuh oleh Shalih
bin Ali, orang yang menerima penye- rahan tugas dariAbdullah. Marwan terbunuh pada
tanggal 27 Dzulhijjah 132 H\5 Agustus 750 M. Dengan- demikian tamatlah kedaulatan
Bani Umayyah, dan sebagai tindak lanjut- nya dipegang olehBani Abbasiyah.

11
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Bani Umayyah merupakan penguasa Islam yang telah merubah sistem
pemerintahan yang demokra- tis menjadi monarki (sistem pemerintahan yang berbentuk
kera- jaan). Kerajaan Bani Umayyah di- peroleh melalui kekerasan, diplomasi dan tipu
daya, tidak dengan pemili- han atau suara terbanyak sebagaima- na dilakukan oleh
pemimpin sebe- lumnya, yaitu khulafaur rasyidin. Meskipun mereka tetap
menggunakan istilah Khalifah, na- mun mereka memberikan interpretasi baru untuk
mengagungkan jabatannya. Mereka menyebutnya “Khalifah Allah” dalam pengertian
“penguasa” yang diangkat oleh Allah.
Kekuasaan Bani Umayyah berlangsung selama 90 tahun (680- 750 M). Dinasti ini
dipimpin oleh 14 Khalifah, dengan urutan raja sebagai berikut yaitu: Muawiyah, Yazid
bin Muawiyah, Muawiyah bin Yazid, Marwan bin Hakam, Abdul Malik bin Marwan,
Walid bin Abdul Malik, Sulaiman bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz, Yazid bin
Abdul Malik, Hisyam bin Abdul Malik, Walid bin Yazid, Yazid bin Walid (Yazid III),
Ibrahim bin Malik dan Marwan bin Muhammad.
Pada masa Daulah Bani Umayyah banyak kemajuan yang telah dicapai. Ekspansi
yang terhenti pada masa Khalifah Usman dan Ali dilanjutkan oleh Dinasti ini. Sehing-
ga kekuasaan Islam betul-betul sa- ngat luas. Daerah-daerah itu meliputi Spanyol,
AfrikaUtara, Syria, Palesti na, jazirah Arabia, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia,
Afganistan, dae- rah yang sekarang disebut Pakistan, Purkmenia, Uzbek dan Kirgis di
Asia Tengah. Di samping melakukan perluasan wilayah kekuasaan Islam, Bani
Umayyah juga berjasa dalam bi- dang pembangunan dan kemajuan ilmu pengetahuan,
misalnya mendirikan dinas pos, menertibkan angkatan bersenjata, mencetak mata uang.
Ilmu naqli, yaitu filsafat dan ilmu eksakta mulai dirintis. Ilmu tafsir al-Qur’an
berkembang dengan pesat, karena orang Muslim membutuhkan hukum dan undang-
undang, yang bersumber pada al-Qur’an. Apabila menemui kesulitan dalam melakukan
penafsiran, mereka men- carinya dalam al-Hadits. Karena banyaknya hadits palsu, maka
tim- bullah usaha untuk mencari riwayat dan sanad al-Hadits, yang akhirnya menjadi
ilmu hadits dengan segala cabang-cabangnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Nur, Muhammad, 2015, Pemerintahan Islam Masa Daulat Bani Umayyah


Pembentukan, Kemajuan dan Kemunduran), Jurnal Pusaka, Vol. 3, No.1, Balai
Litbang Agama Makassar.
Rahmadi P, Fuji, Januari-Juni 2018, Dinasti Umayyah (Kajian Sejarah dan
Kemajuannya) Volume III No. 2, AL-HADI, Universitas Pembangunan Panca Budi
Medan.

13

Anda mungkin juga menyukai