Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Perkembangan Peradaban Islam : Masa Daulah Umayyah”


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Wahyu Setyaningsih, M.A.

DISUSUN OLEH :
Syifa Nur Lia Anggraini 53050200002
Nurmala Rizqina Maulida 53050200006
Nabila Karimatul Ulya 53050200007
Alicia Ummayah 530502000012
Syahla Syafira Hidayat 53050200038
Miftahul ‘Izzah 53050200064

AQIDAH & FILSAFAT ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB & HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami ucapkan kepada Tuhan YME atas ridha dan rahmat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kelompok yang berjudul ” Pekembangan
Peradaban Islam : Masa Daulah Umayah”.

Tidak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Wahyu Setyaningsih, M.A.
yang telah membimbing dan membantu kami dalam proses penyusunan makalah ini. Ucapan
terima kasih juga kami sampaikan kepada teman-teman yang telah membantu baik secara
moral maupun material sehingga makalah ini dapat terwujud.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dan kesalahan dalam makalah yang
disusun. Oleh karena itu penulis mohon maaf atas kesalahan tersebut. Kritik dan saran dari
pembaca senantiasa ditunggu oleh penulis guna meningkatkan kualitas tulisan ke depannya.

Salatiga, 27 September 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... 3
BAB I ................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ........................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................. 4
C. Tujuan...................................................................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN .................................................................................................................................. 5
A. Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah.................................................................................... 5
B. Masa Kejayaan Dinasti Bani Umayyah ................................................................................. 8
C. Kemajuan yang Dicapai pada Masa Dinasti Bani Umayyah ............................................. 10
D. Kemunduran pada Masa Dinasti Umayyah ........................................................................ 12
BAB III .............................................................................................................................................. 14
PENUTUP ......................................................................................................................................... 14
A. Kesimpulan ............................................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 15

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dinasti Umayyah yang berpusat di Damaskus mulai terbentuk sejak terjadinya
peristiwa tahkim pada Perang Siffin. Perang yang dimaksudkan untuk menuntut balas
atas kematian Khalifah Utsman bin Affan itu, semula akan dimenangkan oleh pihak
Ali, tetapi melihat gelagat kekalahan itu, Muawiyah segera mengajukan usul kepada
pihak Ali untuk kembali kepada hukum Allah.
Dalam peristiwa tahkim itu, Ali telah terperdaya oleh taktik dan siasat
Muawiyah yang pada akhirnya ia mengalami kekalahan secara politis. Sementara itu,
Muawiyah mendapat kesempatan untuk mengangkat dirinya sebagai khalifah,
sekaligus raja. Peristiwa ini di masa kemudian menjadi awal munculnya pemahaman
yang beragam dalam masalah teologi, termasuk tiga kekuatan kelompok yang sudah
mulai muncul sejak akhir pemerintahan Ali yaitu Syiah, Muawiyah itu sendiri dan
Khawarij.

B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana Perkemangan Islam Pada Masa Daulah Umayyah?
2) Bagaimana Kejayaan yang Terjadi Pada Masa Daulah Umayyah?
3) Bagaimana Kemunduran yang Terjadi Pada Masa Daulah Umayyah?

C. Tujuan
1) Dapat Mengetahui Perkembangan Islam Pada Masa Daulah Umayyah.
2) Dapat Mengetahui Kejayaan yang Terjadi Pada Masa Daulah Umayyah.
3) Dapat Mengetahui Kemunduran yang Terjadi Pada Masa Daulah Umayyah.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah


Di akhir masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, umat Islam mulai bergejolak
dan muncul menjadi tiga kekuatan politik yang dominan kala itu, yaitu Syiah,
Muawiyah, dan Khawarij. Keadaan ini tentunya tidak menguntungkan bagi Ali,
akibatnya posisi Ali semakin lemah, sementara posisi Muawiyah semakin kuat. Dan
pada tahun 40 H (660 M), Ali terbunuh oleh salah seorang anggota Khawarij.
Setelah Ali bin Abi Thalib meninggal, kedudukannya sebagai khalifah dijabat
oleh anaknya, Hasan. Namun karena penduduk Kufah tidak mendukungnya, seperti
sikap mereka terhadap Ayahnya, maka Hasan semakin lemah, sementara Muawiyah
semakin kuat. Maka Hasan mengadakan perjanjian damai dengan Muawiyah dengan
menanggalkan jabatan khilafah untuk Muawiyah pada tahun 41 H (661 M), agar tidak
terjadi pertumpahan darah yang sia-sia. Perjanjian tersebut dapat mempersatukan umat
Islam dalam satu kepemimpinan politik, yakni di bawah kepemimpinan Muawiyah bin
Abi Sufyan. Tahun tersebut dalam sejarah dikenal sebagai tahun al-Jama'ah (tahun
persatuan), sebagai tanda bahwa umat Islam telah menyepakati secara aklamasi
mempunyai hanya satu orang khalifah. Di sisi lain penyerahan tersebut menjadikan
Muawiyah sebagai penguasa absolut dalam Islam. Dengan demikian, maka berakhirlah
apa yang disebut dengan masa Khulafa' al-Rasyidin yang bersifat demokratis, dan
dimulailah kekuasaan Bani Umayah dalam sejarah politik Islam yang bersifat
keturunan.
Dinasti bani Umayyah merupakan pemerintahan kaum Muslimin yang
berkembang setelah masa Khulafa al-Rasyidin yang dimulai pada tahun 41 H/661 M. 4
Dinasti Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan bin Harb. Nama Dinasti
Umayyah dinisbahkan kepada Umayyah bin Abd Syams bin Abdu Manaf. Silsilah
keturunan Muawiyah bin Abi Sufyan bin Harb bin Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi
Manaf bertemu dengan Nabi Muhammad SAW pada Abdi Manaf nya. Jika keturunan
Nabi dipanggil dengan keluarga Hasyim (Bani Hasyim), maka keturunan Umayyah
disebut dengan keluarga Umayyah (Bani Umayyah). Oleh karena itu, Muawiyah
dinyatakan sebagai pembangun atau tokoh utama Dinasti Bani Umayyah.

5
Muawiyah selain sebagai pendiri juga sebagai khalifah pertama Bani Umayyah.
Muawiyah dipandang sebagai pembangun dinasti ini, oleh sebagian sejarawan
dipandang negatif sebab keberhasilannya memperoleh legalitas atas kekuasaannya
dalam perang saudara di Shiffin. Terlepas dari itu, dalam diri muawiyah terkumpul
sifat-sifat seorang penguasa, politikus, dan administrator.
Keberhasilan Muawiyah mendirikan Dinasti Umayyah bukan hanya
kemenangan diplomasi dalam perang Shiffin dan terbunuhnya Ali bin Abi Thalib,
melainkan sejak semula Muawiyah memiliki “basis rasional” yang solid sebagai
landasan pembangunan masa depan. Selain itu, ia mendapatkan dukungan yang kuat
dari Suriah dan keluarga Bani Umayyah, ia merupakan seorang administrator yang
sangat bijaksana dalam menempatkan para pejabat-pejabatnya serta memiliki
kemampuan yang menonjol sebagai negarawan sejati.
Muawiyah berhasil mendirikan Dinasti Umayyah bukan hanya dikarenakan
kemenangan diplomasi di Siffin dan terbunuhnya Khalifah Ali. Melainkan sejak semula
gubernur Suriah itu memiliki ”basis rasional” yang solid bagi landasan pembangunan
politiknya di masa depan.
Pertama, adalah berupa dukungan yang kuat dari rakyat Suriah dan dari
keluarga Bani Umayyah sendiri. Penduduk Suriah yang lama diperintah oleh
Muawiyah mempunyai pasukan yang kokoh, terlatih, dan disiplin di garis depan dalam
peperangan melawan Romawi.
Mereka bersama-sama dengan kelompok bangsawan kaya Mekah dari
keturunan Umayyah berada sepenuhnya di belakang Muawiyah dan memasoknya
dengan sumber-sumber kekuatan yang tidak ada habisnya, baik moral, tenaga manusia,
maupun kekayaan. Negeri Suriah sendiri terkenal makmur dan menyimpan sumber
alam yang berlimpah. Ditambah lagi bumi Mesir yang berhasil dirampas, maka sumber-
sumber kemakmuran dan suplai bertambah bagi Muawiyah.

Kedua, sebagai seorang administrator, Muawiyah sangat bijaksana dalam


menempatkan para pembantunya pada jabatan-jabatan Penting. Tiga orang patutlah
mendapat perhatian khusus, yaitu ’Amr bin Ash, Mugirah bin Syu’bah, dan Ziyad bin
Abihi. Ketiga pembantu Muawiyah merupakan empat politikus yang sangat
mengagumkan di kalangan muslim Arab. Akses mereka sangat kuat dalam membina
perpolitikan Muawiyah.

6
‘Amr bin Ash sebelum masuk Islam dikagumi oleh bangsa Arab karena
kecakapannya sebagai mediator antara Quraisy dan suku-suku Arab lainnya jika
terdapat perselisihan. Setelah menjadi muslim hanya beberapa bulan menjelang
penaklukan Mekah, nabi segera memanfaatkan kepandaiannya itu sebagai pemimpin
militer dan diplomat.

Tokoh besar ini terutama dikenang sebagai penakluk Mesir di zaman Umar dan
menjabat gubernur pertama di wilayah itu. Sejak wafatnya Khalifah Utsman, ’Amr
mendukung Muawiyah dan ditunjuk olehnya sebagai penengah dalam peristiwa tahkim.
Sayang hanya dua tahun ia mendampingi Muawiyah.

Orang kedua ialah Mugirah bin Syu’bah, seorang politikus independen. Karena
keterampilan politiknya yang besar, Muawiyah mengangkatnya menjadi gubernur di
Kufah yang meliputi wilayah Persia bagian utara, suatu jabatan yang pernah
dipegangnya kira-kira satu atau dua tahun semasa pemerintahan Umar. Keberhasilan
Mugirah yang utama ialah kesuksesan menciptakan situasi yang aman dan mampu
meredam gejolak penduduk Kufah yang sebagian besar pendukung Ali.

Sedangkan orang ketiga bernama Ziyad bin Abihi, seorang pemimpin


kharismatik yang netral, ditetapkan oleh Muawiyah untuk memangku jabatan gubernur
di Basrah dengan tugas khusus di Persia Selatan. Sikap politiknya yang tegas, adil, dan
bijaksana menjamin kekuasaan Muawiyah kokoh di wilayah provinsi paling timur itu
yang dikenal sangat gaduh dan sukar diatur.

Ketiga, Muawiyah memiliki kemampuan menonjol sebagai negarawan sejati,


bahkan mencapai tingkat “hilm”, sifat tertinggi yang dimiliki oleh para pembesar
Mekah zaman dahulu. Seorang manusia hilm seperti Muawiyah dapat menguasai diri
secara mutlak dan mengambil keputusan-keputusan yang menentukan, meskipun ada
tekanan dan intimidasi.

Gambaran dari sifat mulia tersebut dalam diri Muawiyah setidak-tidaknya


tampak dalam keputusannya yang berani memaklumkan jabatan khalifah secara turun-
temurun. Situasi ketika Muawiyah naik ke kursi kekhalifahan mengundang banyak
kesulitan.

7
Anarkisme tidak dapat lagi dikendalikan oleh ikatan agama dan moral, sehingga
hilanglah persatuan umat. Persekutuan yang dijalin secara efektif melalui dasar
keagamaan sejak Khalifah Abu Bakar tidak dapat dielakkan dirusak oleh peristiwa
pembunuhan atas diri Khalifah Utsman dan perang saudara sesama muslim di masa
pemerintahan Ali.

Dengan menegakkan wibawa pemerintahan serta menjamin integritas


kekuasaan di masa-masa yang akan datang, Muawiyah dengan tegas menyelenggarakan
suksesi yang damai, dengan pembaiatan putranya, Yazid, beberapa tahun sebelum
khalifah meninggal dunia.

B. Masa Kejayaan Dinasti Bani Umayyah


Bani Umayyah mengalami masa kejayaan setelah masa pemerintahan Khalifah
Abdul Malik bin Marwan yaitu pada masa Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik atau Al-
Walid I yang memimpin pada tahun 705 – 715 Masehi. Pada masa ini terjadi perluasan
wilayah seperti daerah Maroko dan Armenia. Kesuksesan yang terjadi pada masa Al-
Walid I ini bukan semata-mata hanya karena dirinya sendiri akan tetapi didukung
dengan keberadaan para panglima perang yang handal, diantaranya ada Qutaybah Ibnu
Muslim, Muhammad Ibnu Al-Qasim dan Musa Ibnu Nushair.

Perluasan wilayah yang terjadi pada masa Walid I di daerah Maroko dan
Aljazair berhasil dilakukan oleh Musa Ibnu Nushair, yang kemudian mengangkat Tariq
Ibnu Ziyad untuk memerintah daerah tersebut sebagai wakil dari Dinasti Umayyah.
Kemudian disusul oleh kemenangan-kemenangan di daerah Afrika Utara. Keberhasilan
Dinasti Umayyah dalam perluasan wilayah juga disebabkan oleh timbulnya kerusuhan
perebutan kekuasaan di wilayah kerajaan Gotia Barat di Spanyol. Ada sekitaar 100.000
tentara Spanyol dibawah pimpinan Roderick yang berhasil ditaklukkan oleh Tariq Ibnu
Ziyad yang mendapatkan tambahan pasukan dari Musa Ibnu Nusair menjadi 12.000
orang. Jatuhnya Spanyol ketangan pasukan Tariq ditandai dengan jatuhnya Kota
Toledo (Ibu Kota Spanyol) yang kemudiaan disusul dengan jatuhnya kota-kota lain
seperti Seville, Malaga, Elvira, dan Cordoba yang kemudian menjadi ibu kota Spanyol
Islam dan dalam bahasa Arab disebut Al-Andalus.

Setelah kemenangan tersebut Musa membawa pasukan sebanyak 18.000 ke


Spanyol untuk ikut dalam ekspedisi penaklukan Spanyol. Setelah berhasil menaklukkan
Carmona, Musa melanjutkan ekspansinya ke wilayah Barcelona di sebelah timur,

8
Narbone, Candiz di sebelah tenggara dan Calica di sebelah barat laut. Kemudian saat
hendak melanjutkan ekspansinya ke sebelah selatan Prancis, Musa dipanggil oleh
Khalifah Al-Walid I ke Damaskus yang kemudian serangan tersebt dilanjutkn oleh
Abdurrahman Al-Ghafiqi tetapi gagal karena dia dibunuh oleh pasukan Charler Martel,
setelah kegagalan tersebut perluasan wilayah ke Barat ikut berhenti pada tahun 732.

Tahun 732 ini menandai seratus tahun wafatnya Nabi Muhammad SAW, pada
masa ini islam telah menguasai wilayah yang jauh lebih besar dari kerajaan Romawi
pada masa keemasannya. Luas wilayah islam terbentang dari daerah Andalusia
(Spanyol) sampi Indus dan perbatasan Cina, serta dari Laut Aral sampai Sungai Nil
bagian bawah. Islam telah tersebar di seluruh Eropa Barat Daya, Afrika Utara, Asia
Barat dan Asia Tengah, dan Damaskus mesjadi ibu kota kekuasaan Islam. Karena
kemengan yang didapatkan oleh umat Islam menjadikan mereka bertempat tinggal di
daerah-daerah yang berhasil ditaklukkan tersebut. Selain tinggal di sana mereka juga
menerima sejumlah harta rampasan perang, hal itu secara tidak langsung menjadikan
mereka sebagai tuan-tuan tanah di daerah taklukkan tersebut.

Prinsip keuangan negara yang dilakukan pada masa itu sama seperti apa yang
dilakukan pada masa Khulafaurrasyidin, yaitu dengan sistem penetapaan pajak tanah
(kharaj) dan pajak perorangan (jizyah) bagi orang-orang yang menghuni daerah-daerah
yang telah dikalahkan, itu menjadi sumber pemasukan ekonomi bagi pemerintahan
Dinasti Bani umayyah. Dengan cara yang dilakukan Pemerintah pada masa itu menjadi
penyebab lancarnya sistem penggajian dan memperlancar dakwah Islam. Awalnya gaji
hanya diprioritaskan pada orang-orang Arab, dan bagi orang-orang non Arab Muslim
mereka diberi gaji dan harta rampasan perang setelah beberapa lama menjadi tentara
dengan jumlah yang berbeda dengan orang Arab. Hal itu kemudian menjadikan orang
Arab lemah sehingga banyak peran tentara yang kemudian diambil oleh orang-orang
non Arab.

Masa-masa itu juga menandai proses nasionalisasi atau Arabisasi dalam bidang
administrasi, pembuatan kepingan mata uang Arab pertama, pembentukan layanan pos
dan pembangunan berbagai monumen yang salah satunya adalah Kubah Batu di
Yarusalem yang merupakan tempat suci ketiga umat Islam. Pada masa Walid I ini tidak
hanya fokus pada perluasan wilayah saja akan tetapi juga pembangunan jalan raya,
pabrik, gedung, masjid, dan juga panti asuhan. Selain pada pembangunan dan perluasan

9
wilayah, ilmu pengetahuan juga berkembang secara pesat diantaranya ilmu agama, ilmu
bahasa, ilmu filsafat, ilmu kedokteran, dan ilmu fisika. Umat islam pada masa itu hidup
aman, makmur, dan juga tentram.

C. Kemajuan yang Dicapai pada Masa Dinasti Bani Umayyah


Pada masa kekuasaan Bani Umayyah terdapat kemajuan pada masa pemerintahannya,
diantaranya:
1) Pemisahan Kekuasaan
Pemisahan kekuasaan antara kekuasaan agama (Spiritual power) dengan
kekuasaan politik (temporal power). Mu’awiyah bukanlah seorang yang ahli
dalam soal-soal keagamaan, maka masalah keagamaan diserahkan kepada para
ulama.
2) Pembagian Wilayah
Pada masa khalifah Umar bin Khattab terdapat 8 propinsi, maka pada
masa Dinasti Umayyah menjadi 10 propinsi dan tiap-tiap propinsi dikepalai
oleh seorang gubernur yang bertanggung jawab langsung kepada Khalifah.
Gubernur berhak menunjuk wakilnya di daerah yang lebih kecil dan mereka
dinamakan ‘amil.

3) Bidang Administrasi Pemerintahan


Dinasti Umayyah membetuk beberapa diwan (Departemen), yaitu:
a) al Rasail, semacam sekretaris jendral yang berfungsi untuk mengurus
surat-surat negara yang ditujukan kepada para gubernur atau menerima
surat-surat dari mereka.
b) Diwan al Kharraj, yang berfungsi untuk mengurus masalah pajak.
c) Diwan al Barid, yang berfungsi sebagai penyampai berita-berita rahasia
daerah kepada pemerintah pusat.
d) Diwan al Khatam, yang berfungsi untuk mencatat atau menyalin
peraturan yang dikeluarkan oleh khalifah.
e) Diwan Musghilat, yang berfungsi untuk menangani berbagai
kepentingan umum.1

1
Maidir Harun, Firdaus, Sejarah Peradaban Islam, (Padang: IAIN-IB Press, 2001), hlm. 81.

10
4) Organisasi Keuangan
Percetakan uang dilakukan pada masa khalifah Abdul Malik bin
Marwan, Walaupun pengelolaan asset dari pajak tetap di Baitul Mal.
5) Organisasi Ketentaraan
Pada masa ini keluar kebijakan yang agak memaksa untuk menjadi
tentara yaitu dengan adanya undang-undang wajib militer yang dinamakan
“Nidhomul Tajnidil Ijbary”.
6) Organisasi Kehakiman
Kehakiman pada masa ini mempunyai dua ciri khas, yaitu:
a) Seorang qadhi atau hakim memutuskan perkara dangan ijtihad.
b) Kehakiman belum terpengaruh dengan politik.
7) Bidang Sosial Budaya
Pada masa ini orang-orang Arab memandang dirinya lebih mulia dari
segala bangsa bukan Arab, bahkan mereka memberi gelar dengan “Al Hamra”.
8) Bidang Seni Dan Sastra
Ketika Walid ibn Abdul Malik berkuasa terjadi penyeragaman bahasa,
yaitu semua administrasi negara harus memakai bahasa Arab.
9) Bidang Seni Rupa
Seni ukir dan pahat yang sangat berkembang pada masa itu adalah
kaligrafi sebagai motifnya.
10) Bidang Arsitektur
Telah dibangunnya Kubah al Sakhrah di Baitul Maqdia yang
dibangun oleh khalifah Abdul Malik ibn Marwan.2
Mencermati sekilas tentang kemajuan yang telah dicapai oleh Dinasti
Umayyah mengandung pesan yang dapat kita tangkap disini bahwa ketika
pemerintah mempunyai kemauan yang keras untuk membangun negaranya
maka rakyat yang dipimpinya akan mendukung semua program pemerintah
tersebut.
Selain kemajuan seperti di atas ilmu pengetahuan yang berkembang
pada masa ini adalah:

2
Ibid., hlm. 81.

11
1. Ilmu agama, seperti: Al-Qur’an, Hadis, dan Fiqih. Proses
pembukuan Hadis terjadi pada masa Khalīfah ‘Umar bin Abd al-
Aziz sejak saat itulah hadis mengalami perkembangan pesat.
2. Ilmu sejarah dan geografi, yaitu segala ilmu yang membahas
tentang perjalanan hidup, kisah, dan riwayat. Ubaid Ibn Sāriyah
al-Jurhumi berhasil menulis berbagai peristiwa sejarah.
3. Ilmu pengetahuan bidang bahasa, yaitu segala ilmu yang
mempelajari bahasa, nahwu, sharaf, dan lain-lain.
4. Bidang filsafat, yaitu segala ilmu yang pada umumnya berasal
dari bangsa asing, seperti ilmu mantik, kimia, astronomi, ilmu
hitung dan ilmu yang berhubungan dengan itu, serta ilmu
kedokteran.3

D. Kemunduran pada Masa Dinasti Umayyah


Setelah berkuasa selama 90 tahun, akhirnya Dinasti Bani Umayyah berakhir
dengan Berikut ini adalah beberapa faktor yang dominan dalam fase kemunduran atau
kehancuran dinasti Bani Umayyah, yaitu:
1. Munculnya kelompok-kelompok yang merasa tidak puas terhadap
pemerintahan Bani Umayyah, seperti kelompok Khawarij, Syiah, dan
kelompok muslim non-Arab (mawali)
2. Tidak adanya ketentuan yang jelas dan tegas tentang sistem pergantian
khalifah, ketiadaan ketentuan menyebabkan terjadinya persaingan yang
tidak sehat di kalangan anggota keluarga khalifah
3. Ketidakmampuan dari para penguasa Bani Umayyah untuk menggalang
persatuan dan kesatuan dari pertentangan yang semakin lama semakin
meruncing antara etnis suku Arabiah Utara (Bani Qais) dengan suku
Arabiyah Selatan (Bani Kalb), yang sudah ada sejak sebelum Islam
4. Sikap hidup yang bermewah-mewahan dalam lingkungan keluarga
khalifah, sehingga mereka yang memegang kekhalifahan berikutnya
tidak mampu memikul beban kenegaraan yang berat

3
M. Anis, Potret Pendidikan Masa Dinasti Umayyah, Jurnal Al-Qalam: Jurnal Kajian Islam &
Pendidikan. 7(1), 2015, hlm. 152.

12
5. Terbunuhnya Khalifah Marwan bin Muhammad oleh tentara Abbasiyah
di kampung Busir daerah Bani Suweif sebagai akhir dari Dinasti Bani
Umayyah di Damaskus;
6. Munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al-Abbas bin
Abdul Muthalib sebagai saingan Bani Umayyah dalam kekhalifahan.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dinasti bani Umayyah merupakan pemerintahan kaum Muslimin yang
berkembang setelah masa Khulafa al-Rasyidin yang dimulai pada tahun 41 H/661 M.
Dinasti Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan bin Harb. Nama Dinasti
Umayyah dinisbahkan kepada Umayyah bin Abd Syams bin Abdu Manaf. Muawiyah
selain sebagai pendiri juga sebagai khalifah pertama Bani Umayyah. Muawiyah
dipandang sebagai pembangun dinasti ini, oleh sebagian sejarawan dipandang negatif
sebab keberhasilannya memperoleh legalitas atas kekuasaannya dalam perang saudara
di Shiffin. Terlepas dari itu, dalam diri muawiyah terkumpul sifat-sifat seorang
penguasa, politikus, dan administrator.

Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, terdapat beberapa kemajuan pada masa
pemerintahannya, diantaranya yaitu pemisahan kekuasaan, pembagian wilayah, bidang
administrasi pemerintahaan, organisasi keuangan, organisasi ketentaraan, organisasi
kehakiman, bidang sosial budaya, bidang seni dan sastra, bidang seni rupa dan bidang
arsitektur. Dalam segi ilmu pengetahuan pun pada masa bani umayyah terdapat
beberapa kemajuan, diantaranya pada bidang ilmu agama, ilmu sejarah dan geografi,
bidang bahasa dan bidang filsafat.

Setelah berkuasa selama 90 tahun, akhirnya Dinasti Bani Umayyah berakhir.


Ada beberapa faktor yang menyebabkan Dinasti Bani Umayyah berakhir atau fase
kemunduran, diantaranya yaitu munculnya kelompok-kelompok yang merasa tidak
puas terhadap pemerintahan Bani Umayyah, tidak adanya ketentuan yang jelas dan
tegas tentang sistem pergantian khalifah, ketidakmampuan dari para penguasa Bani
Umayyah untuk menggalang persatuan dan kesatuan, sikap hidup yang bermewah-
mewahan dalam lingkungan keluarga khalifah, terbunuhnya Khalifah Marwan bin
Muhammad oleh tentara Abbasiyah, dan munculnya kekuatan baru yang dipelopori
oleh keturunan Al-Abbas bin Abdul Muthalib.

14
DAFTAR PUSTAKA

M Resky S. Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah. .https://pecihitam.org/sejarah-berdirinya-


dinasti-umayyah/. Diakses 26 September 2022.

Rachman Taufik. 2018. Bani Umayyah Dilihat dari Tiga Fase (Fase Terbentuk, Kejayaan dan
Kemunduran). JUSPI. Vol. 2 No. 1.

Subchi, Imam. 2015. Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah kelas XI. Semarang : PT.
Karya Toha Putra.

Hitti, Philip K. 2002. History of The Arabs; From The Earliest Times to the Present. Yasin,
Cecep Luman dkk. 2006. Jakarta : PT Serambi Ilmu Semesta.

Ningsih, Widya Lestari. 2021. Kekhalifahan Bani Umayyah : Masa Keemasan dan Akhir
Kekuasaan. https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/20/140841179/kekhalifahan-
bani-umayyah-masa-keemasan-dan-akhir-kekuasaan. Diakses 27 September 2022.

Maidir Harun, Firdaus. 2001. Sejarah Peradaban Islam. Padang: IAIN-IB Press.

Anis, M. 2015. Potret Pendidikan Masa Dinasti Umayyah. Jurnal Al-Qalam: Jurnal Kajian
Islam & Pendidikan. 7(1).

Nasution, Harun. 1999. Islam ditinjau dari berbagai Aspeknya. Jakarta : UI-Press.

15
16

Anda mungkin juga menyukai