Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“Sejarah Pendidikan Islam Masa Bani Umayyah”

Mata Kuliah: Sejarah Pendidikan Islam

Oleh Kelompok 4:

Putri Zildjian 105191106821

Alpira Sulistianingsih 105191106121

Muh. Ilham 105191108319

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR
‫بسم هللا الر حمن الر حيم‬

Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan taufik dan hidayah kepada hamba
yang dicintai-Nya, dan juga salawat serta salam disanjungkan kepada Nabi Muhammad Saw.
yang telah mengantarkan manusia dari kegelapan jahiliyah kepada cahaya iman dan ilmu
pengetahuan serta akhlak mulia. Muhammad Saw. adalah seorang nabi akhir zaman yang
kehadirannya ke dunia ini pertama sekali adalah untuk menuntaskan akhlak-akhlak jahiliyah
yang sama sekali sangat tidak bersabahat pada waktu itu. Kehadirannya, dengan akhlak mulia
yang ada padanya, dapat memberikan pencerahan kepada segenap umat manusia.
Makalah ini disusun berdasarkan tugas dari proses pembelajaran yang telah dititipkan
kepada kelompok kami. Makalah ini disusun dengan menghadapi berbagai halangan, namun
dengan penuh kesabaran kami mencoba untuk menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
memuat tentang “Sejarah Pendidikan Islam Masa Bani Umayyah’’, tema yang akan
dibahas di makalah ini sengaja dipilih oleh guru pembimbing kami untuk kami pelajari lebih
dalam. Butuh waktu yang cukup panjang untuk mendalami materi ini sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami selaku penyusun mengucapkan banyak terima
kasih kepada guru pembimbing yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian
makalah ini. Semoga makalah yang kami buat ini dapat dinilai dengan baik dan dihargai oleh
pembaca. Meski makalah ini masih mempunyai kekurangan, kami selaku penyusun mohon
kritik dan sarannya. Terima kasih.

Makassar, 02 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.
PENDAHULUAN..........................................................................................................1
a. Latar
Belakang ...............................................................................................................1
b. Rumusan Masalah .........................................................................................................
1
c. Tujuan
Masalah ..............................................................................................................2
BAB II.
PEMBAHASAN ..........................................................................................................3
A. Sejarah Berdirinya Bani Umayyah………………………….………………...................3

B. Khalifah – Khalifah Bani Umayyah……………………………………………………..4

C. Masa Kemajuan Bani Umayyah……………………………………………………...….7

D. Masa Kemunduruan Bani Umayyah……………………………..

…..............................16

BAB III. PENUTUP ................................................................................................................19


A. Kesimpulan ..................................................................................................................19
DAFTAR
PUSTAKA...............................................................................................................20
BAB I

  PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Bangsa yang maju dan beradap adalah bangsa yang tidak terlepas dari

beradaban (civilization) dan memakaikan agama (religion) sebagai baju

bangganya, HAR. Gibb (1859-1940) mengatakan, Islam is a complete civilization

(Islam adalah sebuah peradaban yang sempurna).  Meskipun demikian,

kenyataannya masyarakat masih banyak yang belum mengerti betul apa itu

peradaban dan Islam sebagai agama yang sempurna belum masuk di hati bangsa

ini.

Ro aitu al-Muslimah duna al-Islam, wa ro aitu al-Islama duna al-Muslimah,

yaitu nilai-nilai Islam dapat ditemukan di tengah-tengah non-Muslim, dan

sebaliknya nilai-nilai non-Muslim banyak ditemukan pada masyarakat Islam.

Mengapa? Karena masyarakat Muslim sekarang sudah banyak melakukan

penyimpangan-penyimpangan yang membuat Islam sendiri runtuh dari nilai

tauhidnya.

Dalam perkembangan dan tuntutan zaman yang semakin lama dikuasai oleh

non-Muslim, alangkah baiknya, sebagai negara yang menghormati peradaban dan

sejarah. Khususnya Muslim ditekankan mengetahuai sejarah-sejarah nenek

moyang yang sudah mendahuluinya sebagai bahan renungan dan pembelajaran.

B.     Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, ada empat rumusan masalah sebagai

berikut:

1.      Bagaimana sejarah berdirinya sejarah Bani Umayyah?

2.      Siapa sajakah khalifah-khalifah Bani Umayyah?

3.      Bagaimana masa kemajuan Bani Umayyah?

4.      Bagaimana masa kemunduran Bani Umayyah?

C.Tujuan

1. Mengetahui Sejarah Berdirinya Sejarah Bani Umayyah.

2. Mengetahui Khalifah-Khalifah Bani Umayyah.

3. Mengetahui Bagaiamna Masa Kemajuan Bani Umayyah.

4. Mengetahui Masa Kemunduran Bani Umayyah.


BAB II

PEMBAHASAN

A.       SEJARAH BERDIRINYA SEJARAH BANI UMAYYAH

Nama Dinasti Umayyah dinisbatkan kepada Umayyah bin Abd Syams bin

Abdu Manaf. Dinasti Umayyah didirikan oleh Muawiyyah bin Abu Sufyan bin

Harb. Muawiyyah sebagai pendiri daulah Bani Abbasiyyah juga sekaligus

menjadi khalifah pertama. Ia memindahkan ibukota kekuasaan Islam dari Kuffah

ke Damaskus.

Muawiyyah dipandang sebagai pembangun Dinasti yang oleh sebagian besar

sejarawan awalnya dipandang negatif. Keberhasilannya memperoleh legalitas atas

kekuasaannya dalam perang saudara di Siffin dicapai melalui cara yang curang.

Lebih dari itu, Muawiyyah juga dituduh sebagai pengkhianat prinsip-prinsip

demokrasi yang diajarkan Islam, karena dialah yang mula-mula mengubah

pimpinan negara dari seorang yang dipilih oleh rakyat menjadi kekuasaan raja

yang diwariskan turun-temurun (monarchy heredity).

Muawiyyah berhasil mendirikan Dinasti Umayyah bukan hanya dikarenakan

kemenangan diplomasi di Siffin dan terbunuhnya khalifah Ali. Melainkan sejak

semula gubernur Suriah itu memiliki “basis rasional” yang solid bagi landasan

pembangunan politiknya di masa depan.


Pertama, adalah berupa dukungan yang kuat dari masyarakat Suriah dan dari

keluarga Bani Umayyah sendiri. Penduduk Suriah yang lama diperintah oleh

Muawiyyah mempunyai pasukan yang kokoh, terlatih, dan disiplin di garis depan

dalam melawan peperangan melawan Romawi.

Kedua,sebagai seorang Administrator, Muawiyyah sangat bijaksana dalam

menempatkan para pembantunya pada jabatan-jabatan penting. Tiga orang

patutlah mendapat perhatian khusus, yaitu Amr bin Ash, Mugirah bin Syu’bah,

dan Ziyad bin Abihi. Ketiga pembantu Muawiyyah merupakan empat politikus

yang sangat menggunakan di kalangan Muslim Arab. Akses mereka sangat kuat

dalam perpolitikan Muawiyyah.

Ketiga, Muawiyyah memiliki kemampuan menonjol sebagai negarawan

sejati, bahkan mencapai tingkat “hilm”, sifat yang dimiliki oleh para pembesar

Mekkah zaman dahulu. Seorang manusia hilm seperti Muawiyyah dapat

menguasai diri secara mutlak dan mengambil keputusan-keputusan yang

menentukan, meskipun ada tekanan dan intimidasi.

B.       KHALIFAH-KHALIFAH BANI UMAYYAH

     Para sejarawan umumnya sependapat bahwa khalifah terbesar dari daulah

Umayyah ialah Muawiyyah, Abdul Malik dan Umar bin Abdul aziz. Masa

Kekuasaan Dinasti Umayyah hampir satu abad, tepatnya selama 90 tahun, dengan

10 orang khalifah. Adapun urutan khalifah umayyah adalah sebagai berikut:

1.      Muawiyyah I bin Abi Sufyan (41-60 H/661-679M)


Muawiyyah bin Abi sufyan adalah bapak pendiri Dinasti Bani Umayyah

dialah tokoh pembangunan yang besar. Muawiyyah mendapat kursi kekuasaan

setelah Hasan bin Ali bin Abi Thalib berdamai dengannya pada tahun 4 H, karena

Hasan menyadari kelemahannya sehingga ia berdamai dan menyerahkan

kepemimpinan umat kepada Muawiyyah sehingga tahun itu dinamakan ‘Amul

Jama’ah, tahun persatuan. Muawiyyah dibaiat oleh umat Islam di kufah.

2.      Yazid I bin Muawiyyah (60-64H/679-683M)

Yazid tidak sekuat ayahnya dalam memerintah, banyak tantangan yang

dihadapinya, antara lain ialah membereskan pemberontakan kaum Syi’ah yang

telah membaiat Husein sepeninggal Muawiyyah. Terjadi perang di karbala yang

menyebabkan terbunuhnya Husain. Yazid menghadapi para pemberontak di

Mekkah dan Madinah dengan keras.

3.      Muawiyyah II bin Yazid (64 H/683M)

Ia hanya memerintahkan kurang lebih 40 hari, dan meletakkan jabatan

sebagai khalifah tiga bulan sebelum wafatnya. Ia mengalami tekanan jiwa berat

karena tidak sanggup memikul tanggung jawab jabatan khalifah yang sangat besar

tersebut. Dengan wafatnya, maka habislah keturunan Muawiyyah dalam

melenggangkan kekuasaan dan berganti ke Bani Marwan.

4.      Marwan I bin Hakam (64-65 H/683-684M)

Ia adalah gubernur Madinah di masa Muawiyyah dan penasihat Yazid di

Damaskus di masa pemerintahan putra pendiri daulah Umayyah itu. Ia di angkat

menjadi khalifah karena dianggap orang yang dapat mengendalikan kekuasaan


karena pengalamannya. Ia dapat menghadapi kesulitan satu demi satu dan dapat

mengalahkan kabilah Ad-Dahak bin Qais, kemudian menduduki mesir.

5.      Khalifah Abdul Malik (65-86H/684-705M)

Dia adalah orang kedua yang terbesar dalam deretan para khalifah Bani

Umayyah yang disebut-sebut sebagai ‘pendiri kedua’ bagi kedaulatan Umayyah.

Ia dikenal sebagai seorang khalifah yang dalam ilmu agamanya, terutama di

bidang fiqh. Ia memerintahkan menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa

Administrasi di wilayah Umayyah, ia juga memerintahkan untuk mencetak uang

secara teratur, membangun beberapa gedung, dan masjid serta slauran-saluran air,

memajukan perdagangan, memperbaiki sistem ukuran timbang, takaran dan

keuangan dan menyempurnakan tulisan huruf Al-Qur’an dengan titik pada huruf-

huruf tertentu.

Khalifah abdul Malik memerintah selam 21 tahun dan wafat 86 H dan di

ganti oleh putranya Al-Walid

6.      Al Walid I bin Abdul Malik (86-96H/705-714M)

Memerintah 10 tahun lamanya. Pada masa pemerintahannya, kekayaan

dan kemakmuran merintah ruah. Kekuasaan Islam melangkah ke Spanyol di

bawah pimpinan pasukan Thariq bin Ziyad ketika afrika utara dipegang oleh

gubernur Musa bin Nushair. Karena kekayaan melimpah maka ia sempurnakan

pembanguna gedung-gedung, pabrik-pabrik, dan jalan-jalan yang dilengkapi

dengan sumur untuk para khalifah yang berlalu lalang di jalan tersebut. Ia

membangun masjid Al-Amawi yang terkenal hingga masa kini di Damaskus.

7.      Sulaiman bin Abdul Malik (96-99H/714-117M)


Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik dibenci oleh rakyatnya karena

tabiatnya yang kurang bijaksana itu. Para pejabatnya terpecah belah, demikian

pula masyarakatnya. Orang-orang yang berjasa di masa para pendahulunya

disiksanya, seperti keluarga Hajjaj bin Yusuf dan Muhammad bin Qasim yang

menundukan India. Ia meninggal pada tahun 99 H dan menunjuk Umar bin Abdul

Aziz sebagai penggantinya.

8.      Umar bin Abdul Aziz. (99-101H/717-719M)

Adapun khalifah yang besar ialah Umar bin Abdul Aziz. Meskipun masa

pemerintahannya sangat singkat, nama Umar merupakan ‘lembaran putih’ Bani

Umayyah dan sebuah periode yang berdiri sendiri, mempunyai karakter yang

tidak terpengaruh oleh berbagai kebijaksanaan daulah Bani Umayyah yang

banyak disesali. Ia merupakan personifikasi seorang khalifah yang takwa dan

bersih, suatu sikap yang jarang sekali ditemukan pada sebagian besar pemimpin

Bani Umayyah.

Khalifah Umar meninggal tahun 101 H dan di ganti Oleh Yazid II bin

Abdul Malik.

9.      Yazid II bin Abdul Malik (101-105H/719-723M)

Pada masa pemerintahannya timbul lagi perselisihan antara kaum

Mudariyah dan Yamaniyah. Pemerintahan yang singkat itu mempercepat proses

kemunduran Bani Umayyah. Kemudian diganti oleh Khalifah Hisyam bin Abdul

Malik.

10.  Hisyam bin Abdul Malik (105-125H/723-745M)


Pada masa pemerintahannya terjadi gejolak yang dipelopori oleh kaum

Syi’ah serta bersekutu dengan kaum Abbasiyyah.

Dia adalah penguasa terakhir yang terkenal dengan julukan marwan al-

himar (manusia keledai). Karena kebesarannya yang luar biasa dan

kesanggupannya menahan perasaan. Sebenarnya ia adalah penguasa yang besar

tapi sayang, ia muncul ketika daulat Bani Umayyah sedang merosot.

Dia wafat pada tahun 132 H/750 M terbunuh di Mesir oleh pasukan Bani

Abbasiyyah.

C.       MASA KEMAJUAN BANI UMAYYAH

Masa pemerintahan Bani Umayyah terkenal sebagai era agresif, dimana

perhatihan tertumpu pada usaha perluasan wilayah dan penaklukan, yang terhenti

sejak zaman kedua Khulafa’ Arrasyidin terakhir. Hanya dalam jangka waktu 90

tahun, banyak bangsa di empat penjuru mata angin beramai-ramai masuk ke

dalam kekuasaan Islam, yang meliputi tanah Spanyol, seluruh wilayah Afrika

Utara, Jazirah Arab, Syiria, Palestina, sebagian daerah Anatholia, Irak, Persia,

Afganistan, India, dan negeri-negeri yang sekarang dinamakan Turkmenistan,

Usbekistan, dan Kirgististan yang termasuk Soviet dan Rusia.

Pada masa pemerintahan Muawiyyah diraih dalam kemajuan besar dalam

perluasan wilayah, meskipun pada beberapa tempat masih bersifat rintisan.

Peristiwa paling mencolok ialah keberaniannya  mengepung kota Konstantinopel

melalui suatu ekspedisi  yang di pusatkan di kota  pelabuhan Dardanela, setelah

terlebih dahulu menduduki pulau pulau di Laut Tengah seperti Rodhes, Kreta,
Cyprus, Sicilia dan sebuah pulau yang bernama Award, tidak jauh dari ibukota

RomawiTimur itu. Di belahan timur, Muawiyyah berhasil menaklukkan Khurasan

sampai ke sungai Oxus dan Afghanistan.

Berikut kemajuan-kemajuan semasa Dinasti Umayyah berdasarkan

bidangnya masing-masing:

1.        Dinamika Politik

Dalam awal perkembangannya, Dinasti ini sangat kental diwarnai nuansa

politiknya yaitu dengan memindahkan ibukota kekuasaan Islam dari Madinah ke

Damaskus. Kebijakan itu dimaksudkan tidak hanya untuk kuatnya eksistensi

Dinasti yang telah mendapat legitimasi politik dari masyarakat Syiria, namun

lebih dari itu adalah untuk pengamanan dalam negeri yang sering mendapat

serangan-serangan dari rival politiknya.

a.   Sistem Penggantian kepala Negara bersifat Monarchi. Pemindahan sistem

kekuasaan juga dilakukan Muawiyyah, sebagai bentuk pengingkaran

demokrasi yang dibangun masa Nabi dan Khalifah yang empat. dari

kekhalifahan yang berdasarkan pemilihan atau musyawarah menjadi kerajaan

turun menurun (monarch/ heridetis).

b.   Sistem Sosial (Arab dan Mawali). Pada masa Nabi dan khalifah yang empat,

keanggotaan masyarakat secara umum dalam segala hal hanya dibatasi

berdasarkan keagamaan, sehingga masyarakat secara garis besar terdiri

Muslim dan non Muslim, dan dalam memperlakukan orang  Islam sebagai

mayoritas dapat dibedakan menurut dua kriteria, pertama yang menjurus

kepada hal-hal yang praktis dan seringkali diterapkan pada kelompok, dan
kreteria kedua berupa tindakan pengabdian kepada masyarakat yang sifatnya

tebih personal.

c.   Kebijaksanaan dan Orientasi Politik. Selama lebih kurang 90 tahun Dinasti

Bani Umayyah ini memerintah, banyak terjadi kebijaksanaan politik yang

dilakukan pada masa ini, seperti:

1) Pemisahan Kekuasaan. Terjadi dikotomi antara kekuasaan agama

(spiritual power) di tunjuklah qadhi/ hakim dan kekuasaan politik

(temporal power). Dapatlah dipahami bahwa Mu’awiyah bukanlah

seorang yang ahli dalam keagamaan sehingga diserahkan kepada para

Ulama.

2) Pembagian wilayah. Khalifah bin Khattab terdapat 8 Provinsi, maka

pada masa Bani Umayyah menjadi 10 Provinsi Wilayah kekuasaan

terbagi dalam 10 provinsi, yaitu:

 Syiria dan Palestina;

 Kuffah dan Irak;

 Basrah, Persia, Sijistan, Khurasan, Bahrain, Oman, Najd dan

 Yamamah;

 Arenia;

 Hijaz;

 Karman dan India;

 Egypt (Mesir);

 Ifriqiyah (Afrika Utara);

 Yaman dan Arab selatan, dan


 Andalusia.

3) Bidang Administrasi Pemerintahan. Di bidang pemerintahan, Dinasti

membentuk semacam Dewan Sekretaris Negara (Dewan al Kitabah) yang

terdiri dari lima orang sekretaris yaitu : Katib ar Rasail, Katib al Kharraj,

Katib al Jund, Katib asy Syurtah dan katib al Qadi. Untuk mengurusi

administrasi pemerintahan daerah di angkat seorang Amir al Umara

(Gubemur Jenderal) yang membawahi beberapa amir sebagai penguasa

satu wilayah.

Pada masa Abdul Malik bin Marwan, jalannya pemerintahan ditentukan,

oleh empat departemen pokok (dewan) yaitu :

a) Dewan Rasail (istilah sekarang disebut sekretaris jenderal). Dewan ini

berfungsi untuk mengurus surat-surat negara yang ditujukan kepada

para gubernur atau menerima surat-surat dari mereka.

b) Dewan al-Kharaj. Bertugas untuk mengurus masalah pajak, yang

dikepalai oleh Shahib al-Kharraj diangkat oleh khalifah dan

bertanggung jawab langsung kepada khalifah.

c) Dewan al-Barid. Merupakan badan intelijen negara yang berfungsi

sebagai penyampai berita-berita rahasia daerah kepada pemerintah

pusat. Pada masa pemerintahan Abdul Malik berkembang menjadi

Departemen Pos khusus urusan pemerintah.

d) Dewan al-Khatam (departemen pencatatan). Setiap peraturan yang

dikeluarkan oleh khalifah harus disalin di dalam suatu register,

kemudian yang asli harus disegel dan dikirim ke alamat yang dituju.
4) Politik Arabisasi. Dengan tatanan masyarakat yang homogin tersebut,

menimbulkan ambisi penguasa Dinasti ini untuk mempersatukan

masyarakat dengan politik Arabisme,yaitu membangun bangsa Arab yang

besar dan sekaligus menjadi kaum Muslimin. Bidang ini dilakukan Bani

Umayyah antara lain dalam pengangkatan kepala-kepala wilayah dari

bangsa Arab untuk ditempatkan pada wilayah-wilayah yang dikuasai. Di

samping itu ia mengajarkan bahasa Arab di seluruh wilayah Islam.

Penerjemahan buku-buku berbahasa asing ke dalam bahasa Arab.

5) Kebijakan politik Dinasti Umayyah lainnya adalah upaya-upaya perluasan

wilayah kekuasaan. Pada zaman Muawiyyah, Uqbah bin Nafi' berhasil

menguasai Tunis yang kemudian didirikan kota Qairawan sebagai pusat

kebudayaan Islam pada tahun 760 M. Di sebelah, Muawiyyah memperoleh

daerah Khurasan sampai ke Lahore di Pakistan.

2.      Dinamika Ekonomi

Kemenangan-kemenangan yang diperoleh umat Islam secara luas itu,

menjadikan orang-orang Arab bertempat tinggal di daerah penaklukan dan bahkan

menjadi tuan-tuan tanah. Kebijakan Dinasti di bidang ekonomi lainnya adalah

menjamin keadaan aman untuk laiu lintas darat dan laut, lalu lintas darat melalui

jalan Sutera ke Tiongkok guna memperlancar perdagangan sutera, keramik, obat-

obatan dan wewangian, sedangkan lalu lintas laut ke arah negeri-negeri belahan

untuk mencari rempah-rempah, bumbu, kasturi, permata, logam mulia, gading,

dan bulu-buluan.

3.      Dinamika Sosial


Seperti yang suda di jelaskan sebelumnya, pada masa Dinasti Umayyah,

bangsa Arab mendapatkan posisi terhormat dalam masyarakat. Pada umumnya,

bangsa Arab merupakan tuan tanah hasil rampasan perang. Adanya dua kelompok

masyarakat yang membangun Daulat Umayyah yakni bangsa Arab dan non-Arab,

berpengaruh positif pada motivasi orang-orang non-Arab untuk memeluk agama

Islam. Kebijakan ini juga berpengaruh pada perkembangan dan perluasan

pemakaian bahasa Arab dengan cepat.

4.      Intelektual dan Keagamaan

Di zaman pemerintahan Abdul Malik mencoba menjadikan bahasa Arab

sebagai bahasa administrasi dan bahasa resmi di seluruh negeri sehingga perhatian

dan upaya penyempurnaan pengetahuan tentang bahasa Arab mendorong lahirnya

ahli bahasa yaitu Sibawaihi dengan karya tulisnya al Kitab menjadi pegangan

dalam soal tata bahasa Arab.

Pengaruh lain dan ilmuwan Kristen itu adalah penyusunan ilmu pengetahuan

secara sistematis, selain itu berubah pula sistem hafalan dalam pengajaran kepada

sistem tulisan menurut aturan-aturan ilmu pengetahuan yang berlaku. Pendukung

dalam pengembangan ilmu adalah golongan non-Arab dan telaahnya pun sudah

meluas sehingga ada spesialisasi ilmu menjadi ilmu pengetahuan bidang agama,

bidang sejarah, bidang bahasa dan bidang filsafat.

5.      Tali Ikatan Persatuan Masyarakat (Politik dan Ekonomi)

Ekspansi Islam yang berlangsung dari pertengahan abad ke tujuh sampai

permulaan abad ke delapan, salah satu hasilnya ialah terintegrasinya daerah-


daerah yang ditaklukkan itu dalam suatu kesatuan sosial politik yang disebut

Dunia Islam.

6.      Kedudukan Amir al-Mu’minin

     Pada masa ini Amir al-Mu’minin hanya bertugas sebagai khalifah dalam

bidang temporal sedangkan urusan keagamaan di urus oleh para ulama. Berbeda

dengan Khulafa al-Rasydun yang menguasai keduanya. Pada masa ini khalifah

diangkat secara turun-temurun dari keluarga Umayyah.

7.      Sistem Fiskal

Sumber uang masuk pada Dinasti Bani Umayyah, pada umumnya seperti di

zaman permulaan Islam. Walaupun demikian ada beberapa tambahan seperti al-

Dharaaib yaitu kewajiban yang harus dibayar oleh warga negara dan terdapat

pajak-pajak istimewa. Adapun saluran uang keluarnya sama seperti permulaan

Islam, seperti gaji para pegawai dan tentara, serta biaya tata usaha negara,

pembangunan pertanian termasuk irigasi dan penggalian terusan-terusan, ongkos

bagi orang-orang hukuman dan tawanan perang, perlengkapan perang, serta

hadiah-hadiah kepada para pujangga dan para Ulama.

8.   Interregnum (Masa Peralihan Pemerintahan) Umar bin Abdul Aziz

Interregnum ini terjadi pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang mana

pada perintahan yang dulunya kejam, menekan rakyat dan sebagainya, menjadi

kepada masa yang damai, lemah, lembut dan makmur. Dengan kebijaksanaannya

ini banyak orang yang masuk Islam, dan mengadakan dialog dengan orang Syi’ah

dan Khawarij sehingga mereka puas dan tidak mengganggu lagi.

9.      Sistem Peradilan


       Kehakiman pada masa ini mempunyai dua ciri khas, yaitu pertama, qadhi

memutuskan perkara dengan ijtihadnya berdasarkan Nas. Kedua, kehakiman

belum terpengaruh dengan politik.

10.  Pembangunan Peradaban, Intelektual, bahasa dan sastera Arab

     Masa Bani Umayyah ini merupakan peletak dasar pembangunan peradaban

Islam yang nanti pada masa Bani Abbas merupakan puncak dari peradaban Islam.

Pada masa ini ilmu Naqliyah mulai berkembang. Perkembangan yang saling

menonjol adalah ilmu tafsir dan ilmu hadits.

       Khalifah Mu’awiyah memerinthkan karya-karya bangsa Yunani yang

mengandung berbagai macam Ilmu. Dengan demikian umat Islam pada masa ini

mulai mengenal ilmu kedokteran, ilmu Kalam, seni bangunan (architecture) dan

sebagainya. Diantara peninggalan seni bangunan yang terkenal sampai sekarang

adalah Qubbah al-Sakhr (Dome of the Rock) yang didirikan di Yerussalem pada

91 H pada masa pemerintahan Khalifah Abdul Malik.

11.  Sistem Militer

       Pada masa Dinasti Bani Umayyah orang masuk tentara kebanyakan dengan

dipaksa atau setengah dipaksa. Untuk menjalankan kewajiban ini dikeluarkan

semacam undang-undang wajib militer yang dinamakan Nidhamut Tajnidil Ijbary.

Politik ketentaraan dari Bani Umayyah, yaitu politik Arab, di mana anggota

tentara haruslah terdiri dari orang-orang Arab atau unsur Arab. Maka dari itu

mereka terpaksa meminta bantuan kepada bangsa Barbari untuk menjadi tentara

karena wilayah mereka yang luas meliputi Afrika Utara, Andalusia, dan lain-lain.
             Kekuatan Maritim Islam menjadi lebih berkembang pada masa Umayyah

timur. Pada masa Khalifah al-Walid. Jenderal Thariq bin Ziyad dapat

menyeberangkan ajaran Islam ke Spanyol. Pada tahun 95 H/ 713 M dapat

membebaskan rakyat Spanyol dan Eropa dari penindasan bangsa Visigoth

(Gothik) Barat yang telah berkuasa selama 300 tahun.

12.  Pemberontakan: al-Mukhtar ibn Ubaid dan Abdullah ibn Zubair

Ketika Yazid ibn Mu’awiyah naik tahta, sejumlah tokoh terkemuka

Madinah tidak mau menyatkan setia kepadanya. Yazid kemudian mendirim surat

kepada Gubernur Madinah meminta untuk memaksa penduduk mengambil

sumpah setia kepadanya.

Adapun prestasi Dinasti Umayyah

1.Bidang Fisik

Dalam pembangunan fisik, pada Diansti Umayyah telah didirikan pos-pos

yang pada pemerintahan sebelumnya tidak ditemukan. Lebih lengkapnya, dapat

dikatakan bahwa beberapa prestasi Dinasti Umayyah dalam pembangunan fisik

adalah sebagai berikut:

a. Membangun pos-pos serta menyediakan kelengkapan peralatannya,

b. Membangun jalan raya,

c. Mencetak mata uang,

d. Membangun panti asuhan,

e. Membangun gedung pemerintahan,

f. Memblingun masjid,

g. Membangun rumah sakit, dan


h. Membangun sekolah studi kedokteran.

2.Perluasan Wilayah Kekuasaan.

Dalam hal perluasan wilayah, Dinasti Umayyah menjalankan ekspansi

sebagai berikut:

a. Menguasai Tunis pada tahun 760 M di bawah pimpinan Uqbah bin Nafi',

b. Menguasai Khurasan hingga Lahore di sebelah Timur,

c. Menguasai Bizantium,

d. Menguasai Rhodes dan pulau-pulau kecil lainnya di Yunani,

e. Di sebelah Barat, Dinasti Umayyah berhasil menaklukkan Aljazair dan

f. Maroko,

g. Selanjutnya, Dinasti Umayyah berhasil menaklukkan Andalusia yakni

h. Toledo, Sevilla, Malaga, Elvira dan Cordova,

i. Penaklukkan yang sama berlanjut hingga ke Cadiz dan Calica,

j. Menaklukkan Baikh, Bukhara, Khawarizm, Farghana dan Samarqand,

k. dan

l. Menaklukkan India, hingga ke Brahmanabat.

D.       MASA KEMUNDURAN BANI UMAYYAH

Meskipun kejayaan telah diraih oleh Bani Umayyah ternyata tidak bertahan

lebih lama, dikarenakan kelemahan-kelemahan internal dan semakin kuatnya

tekanan dri pihak luar.


Menurut Dr. Badri Yatim, ada beberapa faktor yang menyebabkan Dinasti

Umayyah lemah dan membawanya pada kehancuran, yaitu sebagai berikut:

1.        Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah suatu yang baru bagi

tradisi Arab yang lebuh menentukan aspek senioritas, pengaturannya tidak jelas.

Ketidakjelasan sistem pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan

yang tidak sehat dikalangan anggota keluarga istana.

2.        Latar belakang terbentuknya Dinasti Umayyah tidak dapat dipisahkan dari

berbagai konflik politik yang terjadi di masa Ali bin Abi Thalib. Sisa-sisa Syi’ah

(para pengikut Ali) dan Khawarij terus terjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka

seperti di masa awal dan akhir maupun secara tersembunyi seperti di masa

pertengahan kekuasaan Dinasti Umayyah. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan

ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.

3.        Pada masa kekuasaan Dinasti Umayyah, pertentangan etnis antara Suku Arabia

Utara (Bani Qais) dan Arab Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman

sebelum Islam semakin runcing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa

Dinasti Umayyah mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan.

Disamping itu, sebagian besar golongan Timur lainnya merasa tidak puas karena

status Mawali itu menggambarkan suatu inferioritas, ditambah dengan

keangkuhan bangsa Arab yang diperhatikan pada masa Bani Umayyah.

4.        Lemahnya pemerintah daulah Dinasti Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup

mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul

beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Di samping itu,


sebagian besar golongan awam kecewa karena perhatian penguasa terhadap

perkembangan agama sangat kurang.

5.        Penyebab langsung runtuhnya kekuasaan Dinasti Umayyah adalah munculnya

kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al-Abbas bin Abbas Al-Muthalib.

Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan golongan Syi’ah,

dan kaum Mawali yang merasa dikelasduakan oleh pemerintah Dinasti Umayyah.

Beberapa penyebab tersebut muncul dan menumpuk menjadi satu, sehingga

akhirnya mengakibatkan keruntuhan Dinasti Umayyah, disusul dengan berdirinya

kekuasaan orang-orang Bani Abbasiyyah yang mengejar-ngejar dan membunuh

setiap orang dari Dinasti Umayyah yang dijumpainya.

Demikianlah, Dinasti Umayyah pasca wafatnya Umar bin Abdul Aziz yang

berangsur-angsur melemah. Kekhalifan sesudahnya dipengaruhi oleh pengaruh-

pengaruh yang melemahkan dan akhirnya hancur. Dinasti Bani Umayyah

diruntuhkan oleh Dinasti Bani Abbasiyyah pada masa khalifah Marwan bin

Muhammad (Marwan II) pada tahun 127 H/744 M.


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Masa kekhalifahan Bani Umayyah yang hanya berumur 89 tahun yaitun di

mulai pada masa Muawiyyah bin Abu Sofyan ini banyak mengalami kemajuan

perkembangan yang cukup pesat. Pada masa Muawiyyah bi Abu Sofyan perluasan

wilayah yang terhenti pada masa khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi

Thalib di lanjutkan kembali.

Ekspansi ke Barat secara besar-besaran di lanjutkan di zama Al-Walid bin

Abdul Malik. Masa pemerintahan Al Walid adalah masa ketentraman,

kemakmuran, dan ketertiban.

Disamping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga banyak berjasa

dalam pembangunan di berbagai bidang. Muawiyyah bin Abu Sofyan mendirikan

dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang yang

lengkap dengan peralatanya di sepanjang dalam.


DAFTAR PUSTAKA

Hasymy, A., Sejarah Kebudayaan Islam,Jakarta: Bulan Bintang, 1975.

Hitti, Philip K., Dunia Arab, terj. Ushuluddin Hutagalung dan O.D.P Sihombing,

Bandung: Sumur Bandung, tth

Suryanegara,Ahmad Mansur , Api Sejarah, Bandung: Salamadani, 2012.

Amin, Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2010.

Nasution, Harun, Islam Ditinjau Dari Beragai Aspeknya,  Jakarta: UI Press, 1978.

Osman, A.Latif, Ringkasan Sejarah,Jakarta: Widjaya, 1951.

Sunanto, Musyrifah, Sejarah Islam Klasik, Jakarta: Prenada Media, 2010.

Sulasman dan Suparman, Sejarah Islam di Asia dan Eropa, Bandung : Pustaka

Setia , 2013.

Souyb, Jousouf, Sejarah Umayyah,Jakarta: Bulan Bintang, 1977.

Anda mungkin juga menyukai